Materi Bimbingan dan Konseling 2

LATAR BRLAKANG PENGERTIAN BIMBINGAN, PENGERTIAN KONSELING
DAN HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN DAN KONSELING.
A. LATAR BELAKANG
Guru bukan hanya sebagai seorang yang mentransfer ilmu pengetahuan yang
dimiliki kepada peserta didiknya akan tetapi haruslah menjadi seorang yang dapat
memberikan alternatif-alternatif kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar sehingga peserta didik yang dihadapi tidak putus semangat untuk melakukan
proses belajar. Oleh karena itu seorang guru seyogyanya dalam melihat hal-hal yang
dapat menghambat tercapainya tujuan dari proses belajar mengajar yang telah
ditentukan.
Hal yang urgen bagi guru adalah bagaimana agar dapat meminimalisir
masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik dengan memberikan alternatif
kepada siswa yang mengalami / memiliki masalah yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan proses belajar mengajar dengan jalan menawarkan berbagai jalan
keluar yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Satu hal yang
perlu diperhatikan oleh guru adalah pengetahuan tentang bimbingan dan konseling
agar dapat memberikan alternatif bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
B. PENGERTIAN BIMBINGAN
Istilah bimbingan adalah arti dari “Guidance” itu sendiri selain diartikan
bimbingan atau bantuan juga diartikan: pimpinan, arahan, pedoman, petunjuk. Kata
“Guidance” berasal dari kata dasar “To Guide”; mempedomani, menjadi petunjuk

jalan, mengemudikan. Adapun dalam pembahasan karya tulis ini Guidance
dipergunakan untuk pengertian bimbingan atau bantuan.
Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (dalam hal ini) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan dan mengatasi hambatan.
Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, dibawah ini akan dikutip
beberapa defenisi:
1. Menurut Stopps, bimbingan ialah “sesuatu proses yang terus menerus dalam
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara
maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebasar-besarnya, baik bagi dirinya
maupun masyarakat”.
1

2. Menurut Jear Book of Education 1955 Bimbingan adalah “sesuatu proses
membantu individu melalui usaha sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial”.
Bimbingan merupakan bantuan dan tuntunan yang mengandung pengertian bahwa
bimbingan harus memberikan bantuan kepada yang dibimbingnya, serta menentukan
arah kepada yang dibimbingnya. keadaan ini seperti yang terkenal dalam dunia

pendidikan “tut wuri handayani” yaitu, bahwa didalam memberikan bimbingan, arah
diserahkan kepada yang dibimbingnya; hanya dalam keadaan yang memaksa,
bimbingan, mengambil peranan secara aktif didalam memberikan bimbingan.
Tidaklah pada tempatnya apabila pembimbing memberikan individu yang
dibimbingnya terlantar keadaanya, bila ia telah nyata-nyata tidak dapat mengatasi
persoalannya. bimbingan itu dapat diberikan kepada siapa saja yang yang
membutuhkan, baik secara individual maupun secara kelompok tanpa memandang
keadaan umur (of any age)
Dari pengertian pengertian diatas dapatlah ditarik beberapa pengertian bimbingan
yaitu:


Bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus “continuous
process”



Bimbingan merupakan suatu proses membantu individu




Bantuan yang diberikan adalah bentuan psikologis agar individu dapat
mengembangkan

dirinya

secara

maksimal

sesuai

dengan

potensi

atau

kemampuannya.



Tujuan utama bimbingan adalah agar individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan.



Untuk melaksanakan bimbingan diperlukan petugas yang memiliki keahlian dan
pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan koseling.
Jadi pengertian bimbingan ini secara luas ini ialah: “Proses pemberian bantuan

yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar dapat tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya,
kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan
kemampuan untuk merealisasikan dirinya, sesuai potensi atau kemampuan dalam
2

mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik didalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.
C. PENGERTIAN KONSELING
Konseling berasal dari istilah Inggris “Counseling” yang di Indonesiakan

menjadi “Konseling”. Istilah ini memiliki arti perembungan, pemberian nasehat,
penyuluhan, penerangan atau penyelidikan, pengintaian dan kata penyuluhan
mengindikasikan bahwa hanya satu pihak yang aktif yaitu orang yang memberi
penerangan / penyuluhan.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih memadai tentang konseling,
dibawah ini akan dikemukan beberapa pendapat, antara lain:
1. Donald G. Mortenson and Alan M. Sehmuller, dalam bukunya yang
berjudul: “Guidance in Today’s”, menyatakan:
Konseling dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan seorang dengan
seorang, dimana yang seorang dibantu oleh yang lain untuk meningkatkan
dan

kemampuannya

dalam

menghadapi

masalahnya.


(Donal.

G.

Mortenson Dan Alan. M. Schuller, 1976).

2. Herbert M. Surks, Jr dan Bufford Steffler, merumuskan batasan konseling
yang lebih terurai dalam bukunya yang berjudul “Theories of
Counseling”, yang dikutip dari pandat J.W. Gustad, adalah sebagai
berikut:
Konseling adalah suatu proses yang learning- oriented atau suatu proses
yang berorentasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan
sosial, antara seorang dengan seorang, dimana seorang konselor harus
memiliki kemampuan professional kedalam bidang keterampilan dan
pengetahuan psikologis, konselor berusaha membantu klien dengan
metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan dengan klien tersebut
dalam hubungannya dengan keseluruhan dengan program, agar supaya
individu dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar
bagaimana memanfaatkan pemahaman tetang dirinya untuk memperoleh
tujuan-tujuan hidup yang lebih realistis, sehingga klien dapat menjadi

3

anggota masyarakt yang berbahagia dan lebih produktif. (Herbert M.
Burks, Jr. dan Bufford Steffler, 1979).
3. C.G Wrenn memberikan pendapatnya sebagai berikut:
Menurut Wreen yang dimaksud dengan konseling adalah relasi antara
pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha untuk memecahkan
sebuah masalah dengan mempertimbangkan secara bersama-sama,
sehingga pada akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang
mempunyai kesulitan yang lebih banyak diantara keduanya dibantu oleh
yang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri
sendiri. (C.G Wreen, 1951).
Apabila ditelaah pendapat tersebut maka konseling itu dapat dilaksanakan oleh
orang tidak memiliki/mempunyai keahlian khusus sebagai tenaga professional.
D. HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN DAN KONSELING
Jika kita teliti antara pengertian bimbingan dan pengertian konseling, akan kita
dapati adanya sifat-sifat yang khas yang ada pada konseling.
Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian
bimbingan lebih luas dari pada pengertian konseling. Karena itu konseling

merupakan guidance merupakan konseling.
2. Dalam konseling sudah ada masalah yang tertentu, yaitu masalah yang dihadapi
oleh conselee. Pada Guidance lebih bersifat preventif atau pencegahan,
sedangakan pada konseling lebih bersifat kuratif korektif. Guidance dapat
diberikan sekalipun tidak ada suatu masalah. Keadaan ini tidak berarti bahwa pada
bimbingan sama sekali tidak ada segi kuratif dan sebaliknya pada konseling tidak
ada segi prevektif. Dalam penyuluhan kita dapati segi preventif pula dalam arti
menjaga atau mencegah jangan sampai timbul masalah yang lebih mendalam.
3. Konseling pada prinsipnya dijalankan secara individual, yaitu antara coselor
dengan conselee secara face to face. Sedangkan pada guidance tidak demikian
halnya, dimana guidance dijalankan secara group atau kelompok. Misalnya; suatu
bimbingan bagaimana cara belajar yang efisien dapat diberikan kepada seluruh
peserta didik.
4

Karena ada sifat-sifat yang khas inilah maka dipakailah istilah “konseling”
disamping “bimbingan”.
PRINSIP-PRINSIP DAN ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
A.


Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulaan
dengan sautu cara tertentu melahirkan hal–hal lain , yang keberadaanya tergantung
dari pemula itu, prinsip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoriitik dan
teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
yang dimaksudkan. (Halaen,2002,: 63)
Prinsip bimbingan dan Konseling memnguraikan tentang pokok – pokok dasar
pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yanh harus
di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan
sebagai seperangkat landassan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupaka hasil kajian teoritik dan
telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip
bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang
dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran pelayanan.

B.

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasil-hasil teori dan praktek yang
dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan :
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur jenis
kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.

5

b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan
memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu, serta
memberikan perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi orientasi
pokok pelayanan.

2. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah
maupun disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah
kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan

pengembangan individu.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dngan kebutuhan
individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan invidu sehingga
keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan
individu itu sendiri.
b. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi.
5. Prinsip bimbingan dan konseling disekolah

6

Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh
kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan
oleh konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke
dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki
komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya
disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis
dengan kepala sekolah.
C.

Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
1. Asas

Kerahasiaan, yaitu

asas

bimbingan

dan

konseling

yang

menuntut

dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi
sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya
benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan
yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina
dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan

dirinya.

Dalam

hal

ini

guru

pembimbing

berkewajiban

mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang
menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing
terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

7

4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
(konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing
perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan
ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya
mampu

mengarahkan

segenap

pelayanan

bimbingan

dan

konseling

yang

diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli)
dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau
kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang
ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
8

boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidahkaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling.

Keprofesionalan

guru

pembimbing

harus

terwujud

baik

dalam

penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan
demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata
pelajaran/praktik dan lain-lain.

9