Tafsir Tematik Manusia Sebagai Komunik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, segala sesuatunya pasti membutuhkan komunikasi, mulai
yang sifatnya antarpribadi hingga yang publik, bahkan untuk kegiatan yang tergolong
transendensipun juga menggunakan komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur,
diantaranya yaitu adanya komunikator, media, pesan, komunikan, respond dan juga efek.
Dalam mata kuliah Tafsir Tematik Komunikasi ini menjelaskan mengenai komunikasi dengan
menghubungkan berbagai unsur atau karakteristik komunikasi dengan ayat-ayat al-Qur’an.
Menjelaskan mengenai beberapa penafsiran dari ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian
dihubungkan dengan elemen-elemen komunikasi.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai komunikan, yang mana
manusialah sebagai objeknya, dan menghubungkan dengan beberapa penafsiran al-Qur’an
mengenai peran komunikan dalam komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dari manusia sebagai komunikan ?
2) Bagaimana hubungan komunikasi dengan penafsiran beberapa ayat-ayat Al-Qur’an ?
C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian dari manusia sebagai komunikan.
2) Mengetahui bagaimana hubungan komunikasi dengan penafsiran beberapa ayat-ayat
Al-Qur’an.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Sebagai Komunikan
Terminology komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni, Communico yang artinya
membagi, dan Communis yang berarti membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Sebagai ilmu yang multidisiplin, definisi komunikasi telah banyak dibuat oleh pakar dari
berbagai disiplin ilmu.
Kata “komunikasi” sudah tidak asing lagi ditelinga kita, apalagi bagi mahasiswa
komunikasi. Setiap hari apa yang kita lakukan pasti membutuhkan komunikasi. Komunikasi
memegang peran penting dalam kehidupan, tanpa komunikasi kita tidak dapat hidup, karena
kebutuhan kita terpenuhi melalui komunikasi.
Begitu juga pengertian yang dipaparkan oleh beberapa para ahli, diantaranya yaitu
menurut Harold D. Laswell, Communication is who say what, in which channel, to whom,
which what effect, (Komunikasi adalah siapa mengatakan apa, dengan chanel apa, kepada
siapa untuk memperoleh efek apa).
Dan juga pengertian yang diutarakan oleh Onong Uchjana Effendi, Komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.
Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi ialah suatu proses penyampaian ide atau

gagasan atau pesan dari pihak satu (komunikator) dan pihak kedua (komunikan) baik secara
verbal maupun non verbal, melalui media maupun tidak yang menimbulkan efek berupa
perubahan perilaku.1
Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.2 Manusia diciptakan
dalam struktur biologis yang sempurna dan dilengkapi dengan potensi inderawi, serta emosi
dan akal. Bahkan dapat disebut bahwa manusia aalah puncak ciptaan dan makhluk Tuhan
yang tertinggi dan kemudian manusia diangkatNya sebagai khalifah dibumi.
1 Yoyon mudjiono. Pengantar Ilmu Komunikasi, 2013. Jaudar Pers, Surabaya. Hal 6-7
2 Al-Qur’an, Surat At-Tien (95) ayat 4; “Sungguh, kami telah ciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya”

Sebagai khalifah fi al-ardh, manusia harus berperan sebagai penata, pengatur,
perekayasa atau pengelola agar memanfaatkan segala isis dan potensi alam raya ini dengan
cara yang benar dan sikap yang saleh.3 Manusia sebagai ciptaan Tuhan, dengan sendirinya
berlaku pula hukum-hukum Tuhan terhadap kehidupannya.
Akan tetapi karena manusia tidak sama dengan alam yang secara otomatis tunduk
kepada sunnatullah, ia dapat saja memilih alternatif-alternatif yang ada. Manusia karena
kesadaran dan kemampuan memilih yang sengaja diberikan Tuhan kepadanya, sebagai ciptaan
yang semmpurna, membuat ia tidak selamanya tunduk kepada hukum kehidupannya sendiri.
Sebagian dari manusia malah justru mencari-cari dan menciptakan hukum kebenaran sendiri

untuk hidupnya, sambil menolak dan mengingkari hukum yang sudah menjadi anugerah Allah
pencipta manusia.4 Dengan demikian manusia memiliki potensi untuk tanduk dan potensi
untuk ingkar terhadap sunnahtullah bagi diri dan kehidupannya. Hal inilah yang membedakan
manusia dengan alam.
Pada kajian komunikasi ini ada dua sudut pandangan untuk menjelaskan peran manusia
yaitu sebagai komunikator dan komunikan dari sudut pandang komunikasi secara umum dan
sudut pandang dalam islam
 Dari sudut pandang komunikasi pada umumnya manusia sebagai komunikan ialah
manusia sebagai penerima pesan yang baik. Dalam proses komunikasi komunikan
merupakan sasaran komunikasi dan tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk
membangun atau menciptakan pemahamam atau pengertian bersama. Saling
memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan
komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan.
Dalam kajian ini secara garis besar intinya adalah manusia sebagai komunikan yang
dapat menangkap pesan dengan baik yang di sampaikan oleh manusia lain
(komunikator). Karna itu manusia adalah komunikator tebaik daripada mahluk yang
lain makadari itu objek kajian komunikasi adalah manusia.
 Sedangkan dari sudut pandang islam manusia sebagai komunikan dan sasaran
komunikasi, dan yang menjadi komunikator adalah Allah yang menyampaikan pesan
berupa al-Qur’an. Dalam sudut pandang ini proses komunikasi dari seorang

3 Asep Muhhidin, Dakwah dalam prospekstif Al-Qur’an. Pustaka Setia. Bandung. 2002. Hal
11
4 Ibid

komunikator yag menyampaikan pesan melalui media atau secara langsung kepada
komunikan dan menimbulkan sebuah efek. Diibaratkan dalam pandangan islam Allah
adalah komunikator yang menyampaikan pesan berupa al-Quran melalui sebua media
yakni malaikat jibril ataupun secara langsung yakni lewat mimpi kepada komunikan
yakni nabi (manusia). Malaikat jibril disini selain menjadi media juga bisa mnjadi
komunikan 2 yang menyampaikan pesan kepada komunikan satu atau komunikan
utama.
Komunikasi memang menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat, atau
sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. justru itu orang
melukiskan komunikasi sebagai ubiquitous atau serba hadir. Artinya komunikasi berada
dimanapun dan kapanpun juga.5
B. Ayat Al-Qur’an Dan Tafsirannya
B.1. Surat At-Taubah ayat 67
‫م‬
‫عمن‬
‫ﺁل نهمبنامفهقنو بن بوال نهمبنامفبقا مت ببنعهضهه نم‬

‫مننم نن ببنعضض ي بأ نهمهرنوبن مبال نهمن نك بمربوي بن نبهنوبن ب‬
‫ال نبمنعهرنو م‬
‫ف بوي بنقمبهضنوبن ا بي نمدي نمهنم قلى ن بهسنوااللبه بفن بمسي بههنم قلى مإ نبن ال نهمبنامفمقي نبن هههم‬
‫ال نبفامسهقنوبن‬

Artinya :
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah sama,
mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang ma’ruf, dan
mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah
melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-oorang munafik itulah orang-orang yang
fasik. (QS At Taubah : 67)
Ayat ini menerangkan tentang adanya persamaan di kalangan orang-orang munafik
baik pria maupun wanita baik mengenai sifat-sifat mereka maupun mengenai akhlak dan
perbuatan mereka. Masing-masing saling menganjurkan kepada yang lainnya berbuat
kemungkaran seperti yang diterangkan oleh Nabi saw.:

5 Anwar Arifin. Dakwah kontemporer sebuah studi komunikasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
2011. Hal 43

‫ إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان‬:‫آية المنافق ثلث‬

Artinya :
Tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila ia berbicara berdusta, apabila ia berjanji
mungkir, dan apabila ia dipercayai berkhianat. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah)6
Demikian juga orang munafik itu masing-masing saling melarang sesamanya
berbuat baik seperti melakukan jihad dan mengeluarkan harta untuk amal-amal sosial
terutama perang sabil sebagaimana firman Allah:

‫عبلى بمنن معن نبد برهسومل الل نبمه بح نبتى ي بن نبف نهضوا‬
‫هههم ال نبمذيبن ي بهقوهلوبن بلا تهن نمفهقوا ب‬
Artinya:
Merekalah orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Ansar): "Janganlah
kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi
Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah). (Q.S. Al-Munafiqun: 7)
Disebutkan juga dalam ayat ini salah satu cirri-ciri orang munafik yaitu orang yang
menyembunyikan tangannya (kikir).7 Yang dimaksud kikir disini yaitu mereka tidak mau
menginfakkan hartanya dijalan Allah, meskipun dalam bentuk kecil seperti shodaqoh
saklipun.
Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah, lupa kepada petunjukpetunjuk agama-Nya dan lupa kepada siksa-Nya, tegasnya mereka lupa mendekatkan diri
kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana

tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang
diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan.
Maka sewajarnyalah pula Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari
karunia taufik-Nya di dunia dan karunia ganjaran pahala di akhirat. Sesungguhnya orangorang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling
fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari orang-orang kafir biasa, karena orang
kafir ini sekadar jatuh pada kesalahan iktikad terhadap Tuhan mengenai keesaan atau
6 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Bulughul Maram, Babul Jami’. Nurul Huda. Surabaya. Hal
336
7 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi. Tafisr Ibnu Kasir Juz 10. Sinar Baru
Algendindo. Bandung. 2002. Hal 314

mengenai adanya Tuhan. Berlainan halnya dengan orang-orang munafik itu di mana
mereka sengaja membuat kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan
tindak tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni.
Sedangkan yang dimaksud dengan fasik adalah orang yang keluar dari jalan yang
benar dan masuk kedalam jalan kesesatan.8
B.2. SuratAl-Imron ayat 112

‫حبنضل ممبن الل نبمه بوبحبنضل ممبن ال نبنامس بوبباهءوا‬
‫ت ب‬

‫هضمربب ن‬
‫عل بي نمههم ال نبمذل نبهة أ بي نبن بما ث همقهفوا مإل نب مب ب‬
‫عل بي نمههم ال نبمنسك بن بهة قلى بذلمبك مبأ بن ن بههنم بكاهنوا ي بك نهفهروبن مبآبيامت‬
‫ت ب‬
‫مببغبضضب ممبن الل نبمه بوهضمربب ن‬
‫قلى‬
‫عبص نبوا بوبكاهنوا ي بنعتبهدوبن‬
‫الل نبمه بوي بقنتههلوبن الن نمببيابء مببغي نمر بحضنق‬
‫بذلمبك مببما ب‬
Artinya :
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian
itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan
yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. Ali
Imran: 112)
Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman agar berpegang
teguh pada tali (perjanjian) Allah, dan mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat yang
telah dilimpahkan kepada mereka untuk merukunkan hati mereka pada ukhuwah
islamiyah. Ayat ini membawa kabar gembira sekaligus peringatan atau ancaman bagi

kaum muslimin, sekiranya mereka tetap dalam iman dan bersatu dan berusaha
melaksanakan Amar Makruf Nahi Mungkar, maka kalian akan selamat dari ancaman
musuh dan tidak ada lagi bahaya yang mengintai kalian, melainkan musuhlah yang gentar
terhadap kalian. Ayat ini berbicara mengenai kaum yahudi, dan termasuk hal yang
dinyatakan oleh al-Qur’an jauh sebelum itu terjadi yang nyata di sepanjang sejarah.
Mengapa, karena kaum ini selalu hina dan tidak pernah mendapatkan legalitas dan
pengakuan.

8 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi. Tafisr Ibnu Kasir Juz 10. Sinar Baru
Algendindo. Bandung. 2002. Hal 315

Bahkan dewasa ini, di mana ekonomi dan propaganda dunia berada di tangan
milyarder-milyarder Yahudi, mereka masih belum memiliki sebuah negara di dunia yang
merdeka dan Israel dikenal sebagai penjajah dan dibenci oleh masyarakat internasional.9
Sesungguhnya mereka telah selalu diikuti kehinaan sehingga tidak bisa melepaskan
diri darinya. Dihadapannya kamu mereka merasa sangat hina dan merasa hak-hak mereka
diinjak-injak, kecuali hanya dengan perjanjian dari Allah, yaitu apa-apa yang telah
ditetapkan oleh Syari’at bila mereka mau masuk kedalam wilayah hukum syari’at, yaitu
persamaan hak dan peradilan dan haram menyakiti, disamping perjanjian dengan umat
manusia. Keadaan seperti itu menuntut kebersamaan dalam kehidupan. Mereka

membutuhkan kalian, dan kalian membutuhkan mereka dalam beberapa hal. Dan
memang Nabi SAW sendiri memperlakukan mereka dengan baik dalam muamalah.
Beliau pernah berhutang kepada mereka, begitu pula para khalifah sesudah beliau.10
Kehinaan

dan

kesengsaraan

yang

menimpa

mereka,

disamping

mereka

mendapatkan kemurkaan Allah, adalah lantaran kekufuran mereka kepada Allah, dan

mereka membunuh para nabi yang memberikan syari’at tanpa hak.
Dalam nash disebutkan bahwa pembunuhan itu tanpa hak, dan kenyataannya
memang demikian. Maka hal ini dimaksudkan sebagai kecaman atas tindakan mereka,
karena hal itu dilakukan dengan sengaja, bukan karena kesalahan. Kemudian Allah
menjelaskan penyebab kekufuran dan keterlaluan mereka. Allah berfirman :
‫قلى‬
‫عبص نبوا بوبكاهنوا ي بنعتبهدوبن‬
‫بذلمبك مببما ب‬

Sesungguhnya mereka tidak sekali-kali berani melakukan hal itu melainkan karena
kebiasaan dalam melakukan maksiat dan pelanggaran atas batasan-batasan Allah,
disamping terus menerus melakukan dosa kecil yang akhirnya menjerumuskan mereka
kedalam dosa yang besar.11
Kemudian disini Allah mengiringi hal-hal tersebut dengan penuturan tentang
keutamaan orang-orang yang melakukan ukhuwah islamiyah dalam agama dan berpegang
teguh pada tali Allah. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan mereka agar kamu taat
dan menurut. Sebab mengingat keadaan mereka yang diciptakan sebagai sebaik-baik
9 Tafsir Surat Al Imron ayat 112.
https://www.facebook.com/AnasAbdillahAlCilacapi/posts/241370442686610 Jum’at, 27-032015, at 19.00 PM.
10 Ahmad Mustafa Al Maragi. Tafsir Al Maragi Juz IV. CV. Toha Putra. Semarang. 1986. Hal 54
11 Ahmad Mustafa Al Maragi. Tafsir Al Maragi Juz IV. CV. Toha Putra. Semarang. 1986. Hal 56

umat sudah seharusnya hal-hal yang menguatkan penggilan mereka ini jangan terlepas
dari diri mereka, karena hal ini merupakan keistimewaan mereka. Hal ini tidak akan bisa
dicapai melainkan dengan jalan memelihara (mengikuti) perintah-perintah Allah dan
meninggalkan laranganNya.12
Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran yaitu Iman kepada Tuhan merupakan
benteng kokoh yang mencegah masuknya musuh dan menyebabkan kekalahan musuh.
Rahasia kemuliaan ada dua hal, pertama yaitu menjaga hubungan yang kokoh dengan
Tuhan dan yang kedua yaitu hubungan baik dengan manusia. Bila dua hal ini disatukan
tidak ada satu kekuatan yang dapat melemahkannya. Umat islam adalah umat terbaik,
selama mereka melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan tetap beriman kepada Allah
dan RosulNya, Muhammad SAW.13
B.3. Surat Al-Furqon ayat 33

‫حمنق بوأ بنحبسبن تبنفمسيررا‬
‫بول ي بأ نهتون ببك مببمثبضل مإل مجئنبنابك مبال ن ب‬
Artinya :
Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling
baik.
Setelah mengemukakan celaan mereka terhadap al-Kitab, seperti perkataan mereka,
“Sesungguhnya al-Qur’an itu hanyalah kedustaan yang nyata, dan al-Qur’an itu adalah
dongengan orang-orang dahulu”, selanjutnya Allah menyajikan kekeliruan lain yang
mereka lontarkan, yaitu “Sekiranya al-Qur’an itu benar dari sisi Allah, niscaya Dia
menurunkannya sekaligus, sebagaimana telah menurunkan taurat sekaligus kepada Musa,
menurunkan Injil sekaligus kepada Isa, menurunkan Zabur sekaligus kepada Daud”.
Maka Allah membatah perkataan mereka dan menjelaskan beberapa faidah itu ialah untuk
menguatkan hati Rasulullah SAW dengan mudah menghapal, memahami makna,
mencocokkan kata-kata dan lain sebagainya. Kemudian Allah menjanjikan kepada beliau
bahwa setiap kali mereka melontarkan tuduhan keliru, maka tuduhan itu dipatahkan
dengan jawaban yang haq dan kata pasti yang membuka tabir kebenaran. Sesudah itu,
12 Ahmad Mustafa Al Maragi. Tafsir Al Maragi Juz IV. CV. Toha Putra. Semarang. 1986. Hal 48
13 Al-Qur’an dan Tafsirnya. Widya Cahaya. Jakarta. 2011. Hal 22

Allah menerangkan ihwal kaum musyrikin, bahwa ketika mereka dikumpulkan, mereka
benar-benar dalam keadaan hina-dina, mereka diseret dengan muka dibawah keneraka
jahannam, sedangkan mereka dalam keadaan terbelenggu.14
Bahwa dalam interaksi

al-Qur’an dengan masyarakat, tidak jarang timbul

sanggahan dan pertanyaan. Jika al-Quur’an turun sekaligus, maka pstilah Nabi
Muhammad SAW harus mencari dan membuka lembaran al-Qur’an atau ingatan beliau
guna menemukan jawaban dan sanggahan itu. Disamping itu, jawaban demikian akan
menjadikan tidak sesegar jawaban spontan. Berbeda jika ia turun dari saat ke saat,
menjawab setiap sanggahan dan pertanyaan. Demikian ayat diatas menjelaskan mengapa
al-Qur’an turun sedikit demi sedikit.
Thahir Ibn Asyur dan banyak ulama lain berpendapat bahwa hanya penggalan Li
Nutsabbita Bihi Fu’adaka yang merupakan jawaban atas usul atau keberatan kaum kafir
itu tentang cara turun al-Qur’an , adapun Rattalnahu Tartilan maka ia adalah penjelasan
tentang keistimewaan al-Qur’an atau perintah membacanya dengan perlahan.
Sedang ayat 33 menurutnya bertujuan membantah semua tuduhan dan dalih kaum
kafir, baik yang telah lalu maupun yang akan datang, dan bahwa itu semua terbantahkan
dengan dalil-dalil yang sangat jelas. Ayat ini menurutnya berarti mereka tidak
mendatangkan satu dalih yang menyamarkan keadaanmu – wahai Nabi Muhammad saw
– dan yang bertujuan membedakanmu dengan para rasul Allah yang lain, melainkan kami
membatalkan upaya mereka itu sambil membuktikan bahwa kerasulan dan kenabian
tidaklah berkaitan dengan apa yang mereka duga dan ucapkan, baik secara langsung
seperti bahwa al-Qur’an adalah dongengan orang dahulu, atau bahwa engkau bukan rasul
karna makan dan masuk ke pasar, maupun secara tidak langsung, seperti usul mereka agar
diturunkan kepada mereka malaikat atau al-Qur’an diturunkan sekaligus.
Firman-firman Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril itu turun dalam rentang waktu dua puluh dua tahun lebih. Itu agaknya
mengisyaratkan bahwa bacaan/pendidikan, baru dapat mennjukkan hasilnya setelah
berlalu masa sepanjang itu. Memang kemajuan atau kemunduran suatu masyarakat
ditentukan oleh Sumber Daya Manusianya, dan ini ditentukan oleh bacaan dan
pendidikannya. Generasi muda yang dididik, baru akan tampil setelah sekitar dua puluh
14 Ahmad Mustafa Al Maragi. Tafsir Al Maragi Juz XIX. CV. Toha Putra. Semarang. 1986. Hal
16

tahun dari awal masa pendidikannya. Ketika itu baru akan nampak peranan mereka yang
diarahkan oleh bacaan dan pendidikan selama ini. Dan karena itu pulalah agaknya Allah
swt. Tidak menurunkan al-Qur’an sekaligus, dan menjadikannya bertahap dalam dua
puluh dua tahun lebih.
Tidak satupun sifat aneh yang diajukan orang-orang musyrik itu kepadamu, yang
mereka maksudkan untuk menodai kenabianmu, kecuali kami bantai dengan kebenran
yang menolak perkataan mereka dan mematahkan segala permintaan mereka yang tolol,
kebenaranyang lebih jelas disbanding apa yang mereka katakan.
Senada dengan ayat tersebut ialah firman Allah :

‫عبلى ال نببامطمل بفي بندبمهغهه‬
‫حمنق ب‬
‫ببنل ن بنقمذهف مبال ن ب‬
Artinya :
Sebenarnya kami melontarkan yang haq kepada batil, lalu yang haq itu
menghancurkannya. (Al Anbiya’: 21)
Tidak ada satu usul pun yang rusak yang mereka lontarkan, kecuali kami datangkan
kepadamu jawaban yang menolaknya dan menjelaskan kebatilannya.
B.4. Surat Al-Baqarah ayat 106

‫عل ببى‬
‫بما ن بن نبسنخ ممنن آي بضة أ بنو ن هن نمسبها ن بأ نمت مب ب‬
‫خي نضر منمن نبها أ بنو ممثنلمبها أ بل بنم تبنعل بنم أ ب نبن اللبه ب‬
‫ك ه ن مل بشنيضء بقمدي نرر‬
Artinya :
Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau sebanding dengannya.
Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tatkala orang-orang kafir mengecam tentang naskh penghapusan atau penggantian
hukum dan menuduh bahwa Muhammad menyuruh sahabat-sahabatnya untuk
mengerjakan sesuatu pada hari ini lalu melarangnya esok, maka turunlah ayat :
saja) disebut syartiayah, yang membutuhkan jawaban -

‫ن بن نبسنخ ممنن آي بضة‬

‫بما‬

(apa

– (ayat yang

kami hapus) baik hukumnya itu pada mulanya turun bersama lafalnya atau tidak, dan

menurut satu qiro’at nunsikh artinya kami titah – kamu atau Jibril - menghapusnya -

‫ن هن نمسبها‬

‫أ بنو‬

(atau kami tangguhkan) kami undurkan, sehingga hukumnya tidak turun dan

bacaannya “kami tangguhkan dilaut mahfudz”. Menurut satu qiro’at tanpa hamzah
berasal dari kata-kata nis-yan artinya “lupa”, sehingga artinya ialah “kami kikis atau kami
hapuskan dari dalam kalbumu sehingga kamu melupakannya”. Jawab syaratnya ialah -

‫خي نضر منمن نبها‬
‫ن بأ نمت مب ب‬

(kami datangkan yang lebih baik daripadanya) artinya lebih

menguntungkan bagi hamba, baik dalam kemudahannya maupun dalam besar pahalanya -

‫أ بنو ممثنلمبها‬

(atau yang sebanding dengannya) dalam beban yang harus dipikulkan atau

dalam ganjarannya –

‫عل ببى ك ه ن مل بشنيضء بقمدي نرر‬
‫( أ بل بنم تبنعل بنم أ ب نبن اللبه ب‬tidaklah kamu ketahui

bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ?) Termasuk dalam
kekuasaanNya itu, nasakh yaitu menghapus hukum dan menghubahnya, dan mengenai
pertanyaan disini maksudnya ialah untuk mengukuhkan.15
Sehubungan dengan definisi nasakh, Ulama ahli Usul berbeda-beda dalam
mengungkapkannya. Tetapi kesimpulan dari semua pendapat mereka saling berdekatan
(tidak jauh berbeda), mengingat makna nasakh menurut istilah syara’ sudah dimaklumi
dikalangan ulama. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa nasakh artinya
menghapuskan suatu huku dengan dalil syar’i yang dating kemudian. Termasuk kedalam
pengertian definisi ini me-nasakh hukum yang ringan dengan hukum yang berat dan
sebaliknya, juga nasakh yang tidak ada gantinya. Rincian mengenai hukum-hukum
nasakh, jenis-jenis serta syarat-syaratnya dibahas didalam kitab Usul Fiqh.16
Ada juga yang mengartikan kata mansukh disini bukan ditujukan untuk ayat alQur’an, bukanlah ayat al-Qur’an ada yang mansukh atau yang lupa, yang kemudian
diganti oleh Tuhan dengan ayat yang lain, dengan yang lebih baik atau yang sama. Yang
dimaksud dengan ayat disini ialah arti tanda, dan yang sebenarnya dituju ialah mu’jizat.
Nabi-nabi yang terdahulu telah diberi Allah berbagai macam mu’jizat sebagai tanda bukti
mereka telah diutus Tuhan, sesuai pula dengan kecerdasan ummat pada waktu itu.
15 Imam Jalaluddin Al Mahalli. Terjemahan tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzulnya Jilid 1 cet
ke VIII. Sinar Baru Al Gensindo, Bandung. 2010. Hal 55
16 Al-Imam Abu Fida Ibnu Kasir Ad Dimasyqi. Tafsir Ibnu Kasir Juz 1 Cetakan pertama. Sinar
Baru Al Gensindo. Banung. 2000. Hal 807

Berbagai mu’jizat yang telah terdahulu itu ada juga disebutkan didalam al-Qur’an. Nabi
Musa a.s. misalnya, telah datang membawa ayat mu’jizat yaitu dia mempunyai tongkat
yang demikian ganjil, Nabi Isa a.s. telah diberi ayat mu’jizat menyembuhkan orang sakit
balak dan menyalangkan orang buta. Ayat itu telah mansukh, atau telah diganti dengan
yang lebih baik dengan kedatangan nabi Muhammad s.a.w. yaitu al-Qur’an sebagai
mu’jizat terbesar. Tongkat musa entah dimana sekarang, sudah hilang karena sudah lama
masanya. Tetapi al-Qur’an masih tetap sebagai sediakala ketika diturunkan. Sehurufpun
tidak berubah. Nabi Isa al Masih dikala hidupnya telah menyembuhkan orang sakit yang
balak dan menyalangkan orang buta dengan izin Allah, maka al-Qur’an yang dibawa
Nabi Muhammad s.a.w. pun telah menghidupkan orang yang mati hatinya dan buta
fikirannya buat segala zaman. Maka ayat al-Qur’an sebagai mu’jizat jauhlah lebih baik
daripaa ayat terdahulu yang telah mansukh itu. Kitab-kitab suci sendiripun telah banyak
yang terlupa, itupun diakui oleh setiap penyelidik yang insaf. Taurat yang asli tidak ada
lagi, orang Yahudi telah banyak melupakannya, sehingga catatan yang tinggal sudah
banyak campur aduk. Injil Isa al Masih entah dimana tak diketahui,sebab Injil baru
div=catat berpuluh tahun sesudah beliau meninggalkan dunia ini.17
C. Hubungan Ayat Dengan Komunikasi Pada Umumnya
C.1 Pergeseran Nilai-Nilai Komunikan
Hubungannya surat At Taubah ayat 67 dengan komunikasi adalah dalam ayat ini
diterangkan bahwa orang-orang munafik laki-laki dan perempuan satu sama lain adalah
sama, mereka menyuruh yang munkar dan melarang yang ma’ruf. Dalam keterangan itu
orang-orang munafik dimaksudkan sebagai komunikan yang tidak sesuai dengan nilainilai komunikan yang seharusnya, dan mereka menyuruh yang munkar dan melarang
yang ma’ruf dalam konteks ini yang dimaksud adalah seorang komunikan yang menerima
pesan tidak singkron dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.18
Dalam faktor komponen komunikan ada dua hal yang perlu dimiliki oleh
komunikan, yaitu kredibilitas komunikator dan daya tarik komunikator. Untuk mencapai
komunikasi yang efektif, komunikator perlu membangun hubungan yang baik dan cara
17 Hamka. Tafsir Al Azhar juz 1. PT Pustaka Panjimas, Jakarta. Hal 339
18 Pergeseran Nilai-Nilai Komunikan. https://safinaturrohmah.wordpress.com/materiperkuliahan/tafsir-tematik-komunikasi/manusia-sebagai-komunikan/ Jum’at, 27-03-2015, at
21.00 PM.

penyampian yang baik pula dengan komunikan, dengan begitu komunikan memiliki
kredibilitas kepada komunikator dan pesan dapat diterima dengan baik juga.
Namun komunikan yang dimaksudkan dalam surat At Taubah ayat 67 adalah
komunikan yang tidak memiliki kredibilitas kepada komunikator (Allah), meskipun
sebaik-baik apapun pesan itu dan cara penyampaiannya, maka pesan tidak dapat diterima
dengan baik, bahkan menimbulkan pemahaman yang berlawanan. Sehingga yang
awalnya perintah untuk Amar M’ruf Nahi Munkar menjadi Amar Munkar Nahi Ma’ruf
(tergolong kaum munafik).
C.2 Sikap Dan Reaksi Komunikan
Hubungan surat Al Imron ayat 112 ini dengan komunikasi adalah di ayat ini
dijelaskan bahwa kita diperintakan berusaha melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Seorang komunikan harus bisa menjaga sikap dan berada pada hal yang benar dengan
menyikapi pesan yang di dapat dengan positif dan bisa memilah pesan yang baik dan
pesan yang buruk sehigga tidak tercampur aduk sehingga pesan yang didapat oleh
komunikan bisa efektif.
Berperan menjadi seorang komunikan perlu memperhatikan penuh pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Agar pesan yang disampaikan dapat tersampaikan sesuai
dengan tujuan awal komunikator melakukan komunikasi. Selain itu kepercayaan dan
sikap juga perlu dimiliki oleh komunikan yang baik.
Seorang komunikan juga harus bisa menjaga etika dan sopan santun dalam
berkomunikasi seperti yang di jelaskan bahwa kita harus menjaga hubungan baik dengan
tuhan dan hubungan baik dengan manusia yang brarti sebagai komunikan harus bisa
menjaga hubungan baik dengan komunikator.
C.3 Metode Dan Teknik Perbaikan Komunikan
Hubungan Al Furqon ayat 33 ini dengan metode dan teknik perbaikan komunikasi
adalah dalam interaksi al-Qur’an dengan masyarakat, al-Qur’an diibaratkan pesan. Dalam
proses komunikasi tidak jarang terjadi sanggahan-sanggahan dari komunikator dari
beberapa sikap dan reaksi komunikan, dan ketika pesan disampaikan pastilah
komunikator sudah memperksiapkan jawaban-jawaban atau penjelasan dari sanggahan
yang disampaikan dari komunikan kepada komunikator seperti ayat diatas, tidaklah

mereka datang kepadamu suatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu suatu
yang haq dan yang paling baik penjelasannya.
Dalam surat al-Baqarah ayat 106 yang dilihat dari tafsir ibnu katsir “ayat apa saja
yang Kami pindahkan ke yang lainnya dan Kami ubah serta Kami ganti hukumnya.
Misalnya, Kami ganti yang halal menjadi haram, haram menjadi halal, mubah menjadi
dilarang, dan dilarang menjadi mubah (boleh).” Adalah mengganti sesuatu yang suatu hal
menjadi suatuhal yang seharusnya seperti menjadikan yang salah menjadi suatu hal yang
benar seperti makna Ma Nansakh Min Ayatin pada tafsir diatas seorang komunikan harus
bisa memahami suatu pesan yang baik sehingga tidak terjadi kesalah fahaman dan
menjadi komunikan yang baik.

BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Pergeseran nilai-nilai komunikan terjadi dikarenakan fakto dari komunikan tersebut
kurang memahami pesan yang disampaikan karena tidak memperhatikan atau memang
sengaja tak menghiraukan komunikator. Dan juga menyimpan pesan yang baik atau kebaikan
dan menyebarkan pesan yang buruk atau keburukan.
Sikap dan reaksi komunikan harus bisa menjaga hubungan baik dengan komunikator
dan komunikan harus mempunyai etika dalam berkomunikasi dan menangapi pesan yang
didapat dari komunikator.
Metode dan teknik perbaikan komunikan adalah perbaikan bagi komunikan yang
mempunyai pertanyaaan atau pendapat yang salah dalam penerapan teori komunikasi
sehingga komunikator harus bisa menyiapkan jawaban-jawaban untuk membenarkannya.
Juga mengganti sesuatu yang tidak benar menjadi benar dan meluruskan kesalahan dalam
pendapat ataupun pesan.

DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al Imam Abul Fida ismail Ibnu kasir. 2000. Tafsir ibnu Kasir juz I Cet ke-1. Sinar
baru Al Gensindo. Bandung.
__________ 2002. Tafsir ibnu Kasir juz X Cet ke-1. Sinar baru Al Gensindo. Bandung.
Al Mahalli, Imam jalaluddin. 2010. Terjemahan Tafsir jalalin berikut Asbabun Nuzul Jilid 1 Cet
ke-VIII. Sinar Baru Al gensindo. Bandung.
Al Maragi, Ahmad Mustafa. 1983. Terjemahan Tafsir Al Maragi juz IV Cet ke-1. CV. Toha Putra.
Semarang.
__________ 1993. Terjemahan Tafsir Al Maragi juz IV Cet ke-1. CV. Toha Putra. Semarang.
Arifin Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi. Garaha Ilmu. Yogyakarta.
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar Juz I. PT Pustaka Panjimas. Jakarta.
__________ 1982. Tafsir Al-Azhar Juz XIX. PT Pustaka Panjimas. Jakarta.
Perpuatakaan Nasional RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Widya Cahya. Jakarta.
https://safinaturrohmah.wordpress.com/materi-perkuliahan/tafsir-tematikkomunikasi/manusia-sebagai-komunikan/
https://www.facebook.com/AnasAbdillahAlCilacapi/posts/241370442686610