Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kecemasan merupakan efek fisiologis tubuh terhadap stimuli yang mengancam.
Kecemasan dapat dihasilkan dari berbagai macam stressor yaitu berupa stressor
psikologis. Stressor dapat menyebabkan perubahan tingkah laku. Dibutuhkan
adaptasi untuk menyesuaikan diri agar mampu menanggapi stress. Pada proses
adaptasi tidak semua individu mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor,
sehingga timbul rasa cemas, takut, stress dan depresi, Dalam merespon stresor
terjadi perubahan dalam perilaku, neurokimiawi dan imunologis tubuh sesuai
kapasitas penyesuaian diri. Namun jika penyesuaian diri tersebut tidak dapat
dilakukan maka stressor dapat dengan mudah melahirkan keadaan yang bersifat
patologi (Pasiak, 2005). Ada banyak yang cara digunakan untuk menanggulangi
rasa cemas, penggunaan obat narkotika dan golongan obat opioid seringkali
menjadi solusi untuk mengurangi kecemasan dan menciptakan perasaan bahagia
(Dhabhar & McEwen, 2001).
Petidin atau meperidin merupakan golongan obat opioid. Istilah opioid
meliputi keseluruhan senyawa yang memiliki hubungan dengan opium suatu
produk alami yang dihasilkan dari poppy (Bruton & Keith, 2006). Petidin yang
penggunannya paling banyak dewasa ini memberikan efek euphoria (Siswandono,

1995). Sasaran reseptor obat ini terdapat pada somastostatin yang berfungsi
sebagai neurotransmitter dengan efek masukan sensorik, aktifitas psikomotrik,
fungsi kognitif dan menunjukkan perubahan perilaku secara signifikan (Ganong,
2008).
Petidin atau meperidin merupakan golongan obat opioid sintetik turunan
fenilpiperidin yang pertama kali disintesis dengan tujuan untuk studi sifat
spasmolitik, tetapi memiliki sifat analgesik dengan derajat yang jauh lebih tinggi
dan memiliki kecenderungan adiksi. Ada perkembangan ketergantungan psikis
pada perorangan yang mengalami euforia selama satu jam atau lebih. Meperidin
dapat menggantikan morfin pada pecandu yang telah diobati dengan penarikan

Universitas Sumatera Utara

bertahap. Namun, merupakan salah satu analgesik yang pemakaian nya lebih luas
(Wilson and Gisvoldā€™s, 1982).
Mencit merupakan hewan rodensia yang paling dekat dengan manusia.
Oleh karena itu, mencit digunakan untuk membuktikan beberapa pradigma serta
gejala patofisiologi pada manusia serta mengetahui mekanisme kerja obat. Mencit
dan tikus merupakan hewan yang dapat mewakili semua jenis model kecemasan
dan studi perilaku akibat induksi obat yang memerlukan variabel yang bervariasi,

lingkungan yang memadai dan penanganan yang tepat (Bourin, 1997).
Safi et al., (2006), pada penelitiannya telah melakukan penelitian efek
farmakologik obat dengan metode kecemesan pada mencit betina dengan obat
turunan benzodiazepine lainnya yaitu diazepam dengan menggunakan alat
intelliCage. Hewan diberi kecemasan berupa semburan angin (air-puff). Untuk
mendapatkan hasil yang akurat dengan menggunakan IntelliCage, model
kecemasan hewan di modifikasi dengan Vogel Water-lick Conflict, yaitu dengan
tidak memberi akses minum kepada mencit (puasa) selama minimal 18 jam
sebelum pemberian obat diazepam. Lalu mencit di ajarkan dan diarahkan sesuai
pembelajaran yang diberikan guna menguji ingatan. Setiap mencit yang
melakukan kunjungan dihitung durasi serta jumlahnya didalam sistem intelliCage.
Hasilnya obat turunan benzodiazepine terbukti berpengaruh pada pernapasan,
aktivitas minum dan aktivitas motorik yang dapat dilihat secara kuantitas.
Sekitar 90% dari mamalia mampu menangkap adanya perubahan cahaya
karena adanya pengolahan sinyal pada fotoreseptor mencit (Puller, 2011). Dalam
penelitian ini menggunakan paparan LED sebaagai stimulasi pada setiap corner
yang telah tersedia pada alat IntelliCage. IntelliCage adalah sistem otomatis yang
lengkap, untuk pemantauan dan pengujian lokomotor dan perilaku sosial mencit
dan dapat mendeteksi perubahan pola harian serta ingatan mencakup durasi dan
jumlah kunjungan, hendusan dan jilatan mencit selama berada didalam sudut. Alat

ini memiliki beberapa warna lampu (LED), auditory system hukuman berupa Air
puff (semburan angin) sebagai stressor. IntelliCage merupakana alat pengujian
perilaku kompleks tergantung pada eksperimen yang ingin dilakukan yang dapat
dirancang di dalam komputer (Safi et al., 2006).

Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah
Masalah dari penelitian ini adalah:
Petidin merupakan obat analgesik narkotik yang bekerja pada sistem saraf pusat
yang merupakan pusat koordinasi dan perilaku. Penggunaan obat ini dapat
menyebabkan perubahan fungsi kognitif, masukan sensorik dan psikomotorik,
sehingga perlu diadakan nya penelitian untuk mengetahui:
a. Pengaruh Petidin terhadap psikomotor mencit (Mus musculus L.) cemas
berdasarkan variabel kunjungan, hendusan dan jilatan pada setiap corner
IntelliCage.
b. Pengaruh Petidin terhadap fungsi kognitif mencit (Mus musculus L.) cemas
berdasarkan variabel kecenderungan kunjungan, hendusan dan jilatan pada
setiap corner IntelliCage.


1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui efek pemberian obat petidin terhadap psikomotorik mencit
(Mus musculus L.) cemas dengan menggunakan alat IntelliCage.
b. Untuk mengetahui efek pemberian obat petidin terhadap fungsi kognitif (daya
ingat) mencit (Mus musculus L.) cemas dengan menggunakan alat IntelliCage.

1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian obat petidin dapat
berpengaruh terhadap psikomotrik dan fungsi kognitif mencit yang diberi efek
kecemasan berdasarkan variabel uji yaitu kunjungan, hendusan dan jilatan mencit
yang dapat dilihat secara kuantitatif dengan menggunakan alat IntelliCage.

1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
efek penggunaan petidin sebagai obat analgesik narkotik pada mencit cemas dan
memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai bagaimana pengujian
menggunakan alat IntelliCage sebagai alat otomatis yang mampu menguji
kecemasan dan interaksi obat.


Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

2 31 71

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

3 22 62

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 12

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 2

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 4

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 10

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 2

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 8

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

1 1 4

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 15