Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan(affective) yang
ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan
(Hawari, 2001). Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar (Gail, 2002)
dan sebanyak 47,7 % remaja seringmengalami cemas (Haryadi, 2007).
Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stress atau konflik. Hal
ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya
dan dituntut untuk mampu beradaptasi (Salomon et al., 1974). Kecemasan akrab
sekali dengan kehidupan manusia yang melukiskan kekhawatiran, kegelisahan,
ketakutan, dan rasa tidak tentram yang biasa dihubungkan dengan ancaman
bahaya baik dari dalam maupun dari luar individu (Prawirohusodo,1991).
Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila
gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketentraman
individu. Kecemasan sangat mengganggu homoestasis dan fungsi individu, kerena
itu perlu dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).
Salah satu cara untuk menghilangkan kecemasan yang berkelanjutan
adalah dengan mengkonsumsi obat penenang. Obat penenang yang biasanya
digunakan merupakan turunan atau derivat dari benzodiazepine, salah satu

diantaranya ialah obat penenang yang didalamnya terkandung zat aktif
alprazolam. Alprazolam mempunyai daya kerja yakni khasiat anxiolitik
(menghalau rasa takut dan kegelisahan), antikonvulsi, sedatif-hipnotik,

dan

relaksasi otot (Gavish et al., 1999).
Alprazolam bersifat sedatif-hipnotik. Obat sedatif-hipnotik merupakan
golongan obat yang menekan susunan saraf pusat (Rahadian, 2009). Sedatif
berfungsi menurunkan aktifitas, mengurangi ketegangan dan menenangkan
penggunanya (Tjay & Rahardja, 2007). Sedasi merupakan suatu keadaan di mana
terjadi penurunan kecemasan, aktifitas motorik dan ketajaman kognitif (Rosenfeld
& Loose, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Fungsi kognitif adalah kemampuan berpikir dan rasionalisasi, termasuk
proses belajar, mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan.
Gangguan fungsi kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak karena kemampuan
untukberpikir akan dipengaruhi oleh otak. Gangguan fungsi kognitif adalah suatu

gangguan fungsi otak berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya
ingat dan bahasa serta fungsi intelektual (Freidl et al., 1996).Pada saat tercapai
dosis maksimal dalam plasma, benzodiazepine dalam dosis hipnotik dapat
menyebabkan kehilangan koordinasi motorik, gangguan fungsi mental dan
psikomotor(Charney et al., 2001).
Alprazolam memiliki efek samping, yaitu antara lain mengantuk,
kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi
pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, dan bingung. Selain efek
ketergantungan, masih banyak keluhan yang disampaikan oleh para pengguna
obat ini. Keluhan tersebut antara lain hangover yaitu efek sisa benzodiazepin di
dalam plasma darah seperti kurang konsentrasi, daya reaksi, kehilangan ingatan
untuk sementara, gangguan pernafasan dan masih banyak lagi (Tjay & Rahardja,
2007; Mantooth, 2001).
Hewan percobaan untuk kegelisahan telah banyak digunakan dalam kajian
psikofarmakologi yang berhubungan dengan sukses atau tidaknya potensi klinik
obat anti cemas pada bilang farmakologi (Green & Hodges, 1991; Ohl, 2003).
Obat-obat sedatif-hipnotik dan anti anxietas banyak digunakan di dunia.
Diperkirakan 10-15 % masyarakat yang mengalami insomnia menggunakan
pengobatan farmakologi untuk menormalkan tidur (Ciccone, 2007).
Safi et al., (2006) pada penelitiannya telah menggunakan percobaan

dengan model kegelisahan (ansietas) pada mencit betina dengan obat turunan
benzodiazepine lainnya yaitu diazepam dengan menggunakan alat IntelliCage.
Hewan diberi kecemasan berupa semburan angin (air-puff). Untuk mendapatkan
hasil yang akurat dengan menggunakan IntelliCage, model kecemasan hewan di
modifikasi dengan Vogel Water-lick Conflict, yaitu dengan tidak memberi akses
minum kepada mencit (puasa) selama minimal 18 jam sebelum pemberian obat
diazepam. Lalu mencit di ajarkan dan diarahkan sesuai pembelajaran yang
diberikan. Mencit yang melakukan kesalahan akan diberikan semburan angin (air-

Universitas Sumatera Utara

puff) sebagai hukumannya. Hasilnya, hewan yang diberikan obat diazepam lebih
tinggi aktifitas kunjungan, hendusan dan jilatan minumnya dibandingkan
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan fungsi psikomotorik menjadi meningkat.
IntelliCagemerupakan alat otomatis yang dilengkapi dengan komputer
yang dapat merekam tingkah laku mencit secara otomatis. IntelliCagebisa
digunakan sebagai alat yang dapat melihat perbedaan tingkah laku mencit
sebelum dan sesudah perlakuan obat maupun zat lainnya. Design atau parameter
yang ingin diketahui bisa dirancang pada program tersendiri pada IntelliCage, dan
hasilya dapat dilihat pada program yang disebut controller dan data yang

didapatkan langsung dianalisis oleh program analyzer pada IntelliCage untuk
selanjutnya dapat diolah lebih lanjut.

1.2.Perumusan Masalah
Alprazolam adalah obat yang bersifat sedatif-hipnotik golongan yang menekan
susunan saraf pusat (Rahadian, 2009). Sedasi merupakan suatu keadaan dimana
terjadi penurunan kecemasan, aktifitas motorik dan ketajaman kognitif(Rosenfeld
& Loose, 2007). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang:
a. Efek obat alprazolam dalam memengaruhi perilaku kognitif (daya ingat)pada
mencit (Mus musculus L.).
b. Efek obat alprazolam dalam memengaruhi perilaku psikomotorik pada mencit
(Mus musculus L.).

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui efek pemberian obat alprazolam terhadap perilaku kognitif
(daya ingat) mencit (Mus musculus L.).
b. Untuk mengetahui efek pemberian obat alprazolam terhadap perilaku
psikomotorik pada mencit (Mus musculus L.).


Universitas Sumatera Utara

1.4.Hipotesis
Pemberian obat alprazolam dapat menganggu fungsi kognitif (daya ingat)
dan fungsi psikomotorik mencit (Mus musculus L.).

1.5.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya dan memberikan informasi mengenai efek penggunaan obat
anticemas alprazolam dengan dosis yang rendah tanpa resep dokter.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

2 31 71

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

3 22 62

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 12

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 2

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

1 2 14

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

1 1 8

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 8

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 10

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 2

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 3