Pengaruh Fungsi Intermediasi Perbankan Terhadap Kinerja Keuangan Dan Harga Saham Bank Swasta Nasional Devisa Go Public Di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Akbar dan Mentayani (2010) melakukan penelitian dengan judul “Faktorfaktor yang Mempengaruhi Intermediasi Studi Pada Bank Umum Swasta
Kalimantan Selatan Tahun 2007-2009”. Teknik analisis data penelitian ini dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa SBI berpengaruh negatif terhadap LDR bank umum swasta di Kalimantan
Selatan, hal ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan SBI akan menurunkan fungsi
intermediasi perbankan yakni LDR. Sedangkan secara parsial inflasi merupakan
faktor dominan yang mempengaruhi fungsi intermediasi perbankan.
Artwienda (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BOPO, Interest Margin dan Loan
to Deposit Ratio Terhadap Perubahan Laba (Studi Komparatif: Pada Bank Besar
dan Bank Kecil Di Indonesia Periode 2004-2007)”. Teknik analisis data penelitian
ini dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara serempak CAR, NIM, NPL, dan BOPO, dan LDR
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba pada bank besar, sedangkan
secara parsial bahwa CAR, NIM, NPL, dan BOPO berpengaruh signifikan
terhadap perubahan laba pada bank besar, sedangkan LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap perubahan laba pada bank besar.

Azwir (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Kecukupan Modal , Efisiensi, Likuiditas, NPL, dan PPAP Terhadap ROA Bank

Universitas Sumatera Utara

(Studi Empiris: Pada Industri Perbankan yang listed Di BEJ Periode Tahun 20012004). Teknik analisis data penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa CAR, BOPO, LDR, NPL, dan PPAP
terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan secara parsial bahwa
CAR, BOPO, dan LDR berpengaruh siginifikan terhadap ROA bank yang listed
di BEJ untuk periode 2001-2004, sedangkan NPL dan PPAP tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Prasanaugraha (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Rasio-rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum Di Indonesia (Studi
Empiris: Bank-Bank Umum yang Beroperasi Di Indonesia)”. Teknik analisis data
yang dipergunakan penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara serempak Capital Adequacy Ratio (CAR),
Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO), Net Interest Margin
(NIM), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan secara
parsial bahwa Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya

Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh secara parsial
terhadap Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh secara parsial.
Silitonga (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Price
Earning Ratio, Return on Asset, Net Interest Margin Terhadap Harga Saham Pada
Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia”. Teknik analisis data penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara serempak bahwa Price Earning Ratio, Return on Asset, Net Interest Margin

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh terhadap harga saham pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia,
sedangkan secara parsial bahwa price earning ratio, dan net interest margin
berpengaruh terhadap harga saham.
Mawardi (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja keuangan bank umum di Indonesia (Studi kasus pada
bank umum dengan total Asset kurang dari 1 Triliun)”. Teknik analisis data
penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil dari
penelitiannya menunjukkan bahwa keempat variable CAR, NPL, BOPO, serta
NIM secara bersama sama mempengaruhi kinerja bank umum. Sedangkan secara

parsial bahwa untuk variable CAR tidak berpengaruh terhadap Return on Asset
(ROA), NIM mempunyai pengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variabel
BOPO dan NPL, mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA. Dari keempat
variabel, yang paling berpengaruh terhadap ROA adalah variabel NIM.
Suyono (2005), dalam penelitiannya berjudul “Analisis rasio-rasio bank yang
berpengaruh terhadap Return on Asset”. Teknik analisis data penelitian ini dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Dalam penelitiannya rasio CAR,
BOPO, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Untuk NIM, NPL,
pertumbuhan laba operasi dan pertumbuhan kredit tidak menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap ROA.
Sarifudin (2005), melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
mempengaruhi Perubahan Laba pada perusahaan perbankan yang listed di BEJ
periode 2000-2002”. Teknik analisis data penelitian ini dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

variable BOPO berpengaruh signifikan terhadap Laba, sementara variabel CAR,
OPM, NPM, NIM, DER, dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Laba.
Usman (2003), meneliti tentang “Analisis rasio keuangan dalam memprediksi

perubahan laba pada bank-bank di Indonesia”. Teknik analisis data penelitian ini
dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menunjukkan
bahwa, NIM dan LDR berpengaruh positif terhadap laba bank, kecukupan
permodalan dan NPM berpengaruh negatif terhadap laba bank dimasa datang,
sementara NPL tidak berpengaruh terhadap laba bank.
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
Akbar dan
Mentayani
(2010)

Silitonga
(2009)

Artwienda
(2007)

Judul Penelitian
Faktor-faktor yang

Mempengaruhi
Intermediasi Studi
Pada Bank Umum
Swasta Kalimantan
Selatan Tahun
2007-2009.

Analisis Pengaruh
Price Earning
Ratio, Return on
Asset, Net Interest
Margin Terhadap
Harga Saham Pada
Industri Rokok Di
Bursa Efek
Indonesia
Analisis Pengaruh
Capital Adequacy
Ratio, Non
Performing Loan,

BOPO, Interest
Margin dan Loan to
Deposit Ratio
Terhadap
Perubahan Laba
(Studi Komparatif:
Pada Bank Besar
dan Bank Kecil Di
Indonesia Periode
2004-2007)

Teknik Analisis
Data
Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi

linier berganda.

Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.
Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian bahwa SBI
berpengaruh negatif terhadap LDR
bank umum swasta di Kalimantan
Selatan, hal ini sesuai dengan teori
bahwa kenaikan SBI akan
menurunkan fungsi intermediasi
perbankan yakni LDR. Sedangkan
secara parsial inflasi merupakan
faktor dominan yang mempengaruhi
fungsi intermediasi perbankan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara serempak bahwa Price
Earning Ratio, Return on Asset, Net
Interest Margin berpengaruh
terhadap harga saham pada Industri
Rokok Di Bursa Efek Indonesia,
sedangkan secara parsial bahwa price
earning ratio, dan net interest margin
berpengaruh terhadap harga saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara serempak CAR, NIM, NPL,
dan BOPO, dan LDR berpengaruh
signifikan terhadap perubahan laba
pada bank besar, sedangkan secara
parsial bahwa CAR, NIM, NPL, dan
BOPO berpengaruh signifikan
terhadap perubahan laba pada bank
besar, sedangkan LDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba pada bank besar.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Lanjutan
Prasanaugraha
(2007)

Analisis Pengaruh
Rasio-rasio
Keuangan Terhadap

Kinerja Bank
Umum Di
Indonesia (Studi
Empiris Bank-Bank
Umum yang
Beroperasi Di
Indonesia)
Analisis Pengaruh
Kecukupan Modal ,
Efisiensi,
Likuiditas, NPL,
dan PPAP Terhadap
ROA Bank (Studi
Empiris:Pada
Industri Perbankan
yang Listed Di BEJ
Periode Tahun
2001-2004).
Analisis faktorfaktor yang
mempengaruhi

kinerja keuangan
bank umum di
Indonesia (Studi
kasus pada bank
umum dengan total
Asset kurang dari 1
Triliun)

Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara serempak CAR, BOPO, NIM,
NPL dan LDR secara bersama-sama
berpengaruh terhadap ROA,
sedangkan secara parsial bahwa NPL,
NIM dan BOPO berpengaruh secara
parsial terhadap ROA, CAR dan LDR
tidak berpengaruh secara parsial.

Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.

Hasil menunjukkan bahwa CAR,
BOPO, LDR, NPL, dan PPAP
terbukti berpengaruh signifikan
terhadap ROA, sedangkan secara
parsial bahwa CAR, BOPO, dan LDR
berpengaruh siginifikan terhadap
ROA bank yang listed di BEJ untuk
periode 2001-2004, sedangkan NPL
dan PPAP tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.

Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.

Agus Suyono
(2005)

Analisis rasio-rasio
bank yang
berpengaruh
terhadap Return on
Asset

Muhammad
Sarifudin (2005)

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Perubahan Laba
pada perusahaan
perbankan yang
listed di BEJ
periode 2000-2002

Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.
Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.

Hasil dari penelitiannya
menunjukkan bahwa keempat
variable CAR, NPL, BOPO, serta
NIM secara bersama sama
mempengaruhi kinerja bank umum.
Sedangkan secara parsial bahwa
untuk variable CAR tidak
berpengaruh terhadap Return on
Asset (ROA), NIM mempunyai
pengaruh positif terhadap ROA,
sedangkan variabel BOPO dan NPL,
mempunyai pengaruh negatif
terhadap ROA. Dari keempat
variabel, yang paling berpengaruh
terhadap ROA adalah variabel NIM.
Hasil dari penelitiannya rasio CAR,
BOPO, dan LDR berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Untuk
NIM, NPL, pertumbuhan laba operasi
dan pertumbuhan kredit tidak
menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap ROA.

Azwir
(2006)

Wisnu Mawardi
(2005)

Hasil dari penelitiannya
menunjukkan bahwa variable BOPO
berpengaruh signifikan terhadap
Laba, sementara variable CAR,
OPM, NPM, NIM, DER, dan LDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap
Laba

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Lanjutan
Bahtiar Usman
(2003)

Analisis rasio
keuangan dalam
memprediksi
perubahan laba
pada bank-bank di
Indonesia

Teknik analisis
yang
dipergunakan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan
analisis regresi
linier berganda.

Penelitian ini menunjukkan bahwa,
NIM dan LDR berpengaruh positif
terhadap laba bank, kecukupan
permodalan dan NPM berpengaruh
negatif terhadap laba bank dimasa
datang, sementara NPL tidak
berpengaruh terhadap laba bank.

Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki beberapa kesamaan variabel yang
diteliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasanaugraha.

Sedangkan

perbedaannya yaitu, penelitian ini menggunakan variabel lainnya yaitu total kredit
yang diberikan dan harga saham serta sampelnya adalah bank swasta nasional
devisa go public di Indonesia dengan tahun penelitian yang akan dilakukan yaitu
mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
2.2 Bank
2.2.1 Pengertian Perbankan
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 ”Bank merupakan badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2008).
Menurut Stuart dalam Hasibuan (2007) menyatakan bahwa ”Bank is a
company who statisfied other people by giving a credit with the money they accept
as a gamble to the ather, eventhough they should supply the new money. (Bank
merupakan badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan
memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun
dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam). Menurut Hasibuan
(2007) bank merupakan lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan

Universitas Sumatera Utara

penyalur kredit, pelaksana lalulintas pembayaran, stabilisator moneter, serta
dinamisator pertumbuhan ekonomi.
2.2.2 Fungsi Bank
Rose (2002) menyatakan bahwa: Bank is a financial intermediary accepting
deposits and granting loans; offers the widest menu of services of any financial
institution. Sedangkan Mishkin (2003) menyatakan bahwa: Banks are financial
institutions that accept deposits and make loans.
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan utama yaitu:
1. Menghimpun dana
2. Menyalurkan dana
3. Memberikan jasa Bank lainnya.
Pada umumnya ada beberapa pilihan utama bank dalam menempatkan
dananya untuk memperoleh pendapatan, yaitu sebagai berikut:
a. Kredit yang dipilih karena return yang lebih baik, meningkatkan profitabilitas,
dan meningkatkan prospek usaha nasabah.
b. Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan alternative
penempatan dana yang aman, berisiko rendah, berjangka pendek dengan
tingkat suku bunga yang cukup tinggi.
c. Pembelian obligasi pemerintah dipilih karena memiliki tingkat suku bunga
yang relatif tinggi jadi tingkat keuntungannya cukup baik dan risikonya
rendah.
Bank menanam dana terutama dalam bentuk pemberian kredit dan surat
berharga. Dalam UU No. 7, Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah

Universitas Sumatera Utara

diubah dalam UU No. 10, Tahun 1998 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, jenis bank
dapat dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank Umum sering
juga disebut Bank Komersial.
Bank umum di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri atas:
a. Bank Pemerintah, seperti BRI, BNI, BTN.
b. Bank Pembangunan Daerah (BPD), seperti BPD DKI Jakarta.
c. Bank Swasta Nasional Devisa, seperti BCA, NISP, Bank Danamon.
d. Bank Swasta Nasional Bukan Devisa.
e. Bank Campuran, contoh Sumitomo Niaga Bank.
f. Bank Asing, seperti Bank of America, Bank of Tokyo.
Bank umum dilihat dari segi status dibagi dalam dua macam:
1. Bank Umum Devisa, artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya sampai
ke luar negeri. Seperti bank tersebut dapat membuka letter of credit (LC),
layanan transfer ke luar negeri, membuka tabungan dalam mata uang asing,
dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

2. Bank Umum Non Devisa, artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di
dalam negeri saja (Kasmir, 2002).
Suatu bank mempunyai status sebagai bank devisa jika bank tersebut
memperoleh surat penunjukkan dari Bank Indonesia (BI) untuk melakukan usaha
perbankan dalam valuta asing seperti yang dikemukakan oleh Kasmir diatas,
sedangkan suatu bank dikatakan bank non devisa jika belum memperoleh surat
penunjukkan dari BI untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum suatu bank umum swasta nasional
dapat diberikan izin untuk menjadi bank devisa, antara lain:
1. Bahwa bank yang bersangkutan telah bekerja untuk suatu jangka waktu
tertentu.
2. Bahwa manajemen dan usahanya berjalan dengan baik dan sehat
3. Bahwa bank yang bersangkutan mempunyai kemampuan finansiil,
perlengkapan materil dan tenaga teknis yang diperlukan.
2.3 Teori Kinerja Keuangan Bank
2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan Bank
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah
merupakan kata benda yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang
diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (peralatan), sedangkan penilaian kinerja
menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar
dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Mengingat bahwa organisasi pada
dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya
merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang

Universitas Sumatera Utara

mereka mainkan dalam organisasi. Berbeda dengan pengertian kinerja pada
umumnya, maka pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran–ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba.
Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Bank sebagai
sebuah perusahaan wajib mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja bank yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan transparansi atau
pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan, serta sebagai dasar pengambilan keputusan (Gunawan dan Dewi,
2003).
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu, di mana informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di
masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan
dan kinerja di masa depan. Penilaian kinerja keuangan bank dapat dinilai dengan
pendekatan analisa rasio keuangan dari semua laporan keuangan yang dilaporkan
di masa depan (Febryani dan Zulfadin, 2003).
Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis adalah untuk
memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal terhadap
unit usaha bisnis tersebut dalam hal ini adalah perusahaan yang dibangun oleh
pemilik modal. Kemudian saat perusahaan tersebut berkembang semakin besar
dan lebih jauh lagi perusahaan tersebut sudah“go public” di pasar modal yang

Universitas Sumatera Utara

efisien, tujuan perusahaan tersebut berubah menjadi bagaimana perusahaan
tersebut memaksimalkan “earning per share”-nya. Untuk mengukur keberhasilan
suatu manajemen dalam meraih tujuan perusahaan, return dan risk dapat
digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan, yaitu dengan
menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal diatas juga berlaku untuk
perusahaan yang bergerak dibidang perbankan (Mawardi, 2005).
Menurut Hempel (1994), return diukur dengan menggunakan profitability
analysis, sedangkan risk diukur dengan menggunakan variabilitas sales, cost, dan
difersifikasi portofolio. Pengukuran return dan risk tersebut dapat digunakan
untuk membandingkan perusahaan yang sejenis. Secara garis besar, dapat
disimpulkan bahwa return yang tinggi dapat dicapai dengan menanggung resiko
yang tinggi pula. Sehingga dalam rangka memaksimalkan nilai investasi dari
pemilik, keseimbangan trade off antara return dan risk perlu selalu dijaga. Dengan
manajemen yang efektif dan efisien, kita bisa mengetahui risiko-risiko yang
dihadapi saat kita menginginkan tingkat return tertentu. Dalam perbankan, besar
kecilnya return dan risk yang melekat dalam perusahaan tersebut, tercermin dalam
laporan keuangannya. Dengan membaca laporan keuangan suatu perusahaan kita
dapat mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut (dalam hal ini
perusahaan perbankan), sehingga keputusan-keputusan manajemen yang diambil
tidak akan membawa perusahaan kepada kebangkrutan.
Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, analis
keuangan membutuhkan suatu ukuran. Ukuran yang sering dipergunakan dalam
hal ini adalah rasio atau index yang menghubungkan antara dua data keuangan.
Salah satu bentuk penggunaan rasio keuangan adalah analysis trend. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Horne (1995), analisis trend dari rasio keuangan mempunyai dua tipe
perbandingan salah satunya adalah rasio keuangan dituangkan dalam spreadsheet
untuk periode beberapa tahun, sehingga dapat mempelajari komposisi dan faktorfaktor yang menyebabkan perusahaan tersebut berkembang atau bahkan menurun.
Informasi tentang kinerja keuangan pada lembaga keuangan (dalam hal ini
perbankan) dalam periode tertentu, dapat diketahui dengan menganalisis rasiorasio keuangan. Menurut Seiford (1999), menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau profit pada jangka
waktu tertentu dengan menggunakan tenaga kerja, asset dan modal. Kemudian
Muljono (1999) berpendapat bahwa profitabilitas atau rentabilitas dapat dukur
dengan gross profit margin, net profit margin, return on equity capital, return on
asset, dan return on specific asset. Profitabilitas juga dapat diukur dengan
menggunakan interest margin, net margin, asset utilization, return on asset ,
leverage multiplier, dan return on capital (Hempel, 1994). Rasio profitabilitas
dimaksudkan untuk mengukur profitabilitas pengguna aktiva perusahaan (Husnan,
2004). Analisis profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan yang dalam hal ini pasti berorientasi pada profit motif atau
keuntungan yang diraih oleh perusahaan tersebut. Menurut Shapiro (2000),
Profitability analysis yang diimplementasikan dengan profitability ratio, disebut
juga operating ratio. Dalam operating ratio tersebut, terdapat dua tipe rasio yaitu
margin on sale dan return on asset. Profit margin, digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran yang berhubungan
dengan penjualan, yaitu meliputi gross profit margin, operating profit margin,
dan net profit margin. Hubungan antara return on asset dan share holder equity

Universitas Sumatera Utara

ada dua ukuran, yakni Return on Asset (ROA) yang biasanya juga disebut Return
on Investment (ROI) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset (ROA) dalam
hal ini lebih memfokuskan kemampuan perusahaan dalam memperoleh earning
dalam operasi perusahaan, sementara Return on Equity (ROE) hanya mengukur
return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut
(Mawardi, 2005).
2.3.2 Return On Asset (ROA)
Rose (2002) menyatakan bahwa: ROA is primarily an indicator of managerial
efficiency; it indicates how capably the management of the bank has been
converting the institution’s assets into net earnings. Menurut Li et al (2001):
ROA measures how well bank resources (financial and real) are being used to
generate net income. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Bank Indonesia menetapkan
ROA yang baik nilainya lebih dari 1,25% agar sebuah bank dapat dikatakan sehat.
Menurut Riahi dan Belkaoui (2001), Return on Asset (ROA) digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan multinasional khususnya jika
dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. Return on Asset
bank juga digunakan untuk mengetahui hubungan antara organisasi dan kinerja
keuangan bank-bank retail, sehingga strategi organisasi dalam rangka menghadapi
persaingan yang semakin ketat dapat diformulasikan (Adeyemi dan Belo, 2000).
Menurut Bank Indonesia Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode (SE. Intern BI,
2004). Dalam penelitian ini Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator
pengukur kinerja keuangan perbankan adalah karena Return on Asset digunakan

Universitas Sumatera Utara

untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset merupakan rasio antara
laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return on Asset
menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian
(return) semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas
perusahaan

meningkat,

sehingga

dampak

akhirnya

adalah

peningkatan

profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 2004).
Menurut Horne (2005) Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl
24 Desember 2004):
Laba Sebelum Pajak
ROA =
Total Asset
Tabel 2.2 PENETAPAN KRITERIA PENILAIAN ROA
Peringkat Peringkat
Peringkat
Peringkat
Peringkat
2
3
4
5
1

Perolehan
laba
sangat
tinggi

Perolehan
laba tinggi

Perolehan laba
Perolehan laba
cukup tinggi atau bank rendah atau
rasio ROA
cenderung
berkisar antara
mengalami
0,5% sampai
kerugian (ROA
dengan 1,25%
mengarah negatif)
Sumber:SEBI No. 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004

Bank
mengalami
kerugian yang
besar (ROA
negatif)

2.3.3 Hubungan Kinerja Keuangan dengan Fungsi Laporan keuangan
Tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur
melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasio-rasio

Universitas Sumatera Utara

dalam kinerja keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat
penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan
strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan
keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta
perkembangan financial perusahaan dengan hasil-hasil yang telah dicapai diwaktu
lampau dan diwaktu yang sedang berjalan. Selain itu, dengan melakukan analisis
keuangan

diwaktu

lampau

maka

dapat

diketahui

kelemahan-kelemahan

perusahaan serta hasil-hasil yang dianggap cukup baik dan mengetahui potensi
kegagalan suatu perusahaan tersebut. Dengan diketahuinya kemungkinan
kesulitan keuangan yang akan terjadi sedini mungkin maka pihak manajemen
dapat melakukan antisipasi dengan mengambil langkah-langkah yang perlu
dilakukan agar dapat mengatasinya.
Menurut Husnan (2004), kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu dasar
penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan
berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel. Sumber utama variabel
yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat dihitung sejumlah
rasio keuangan yang dapat dijadikan dasar kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Siamat (2005) Laporan Keuangan adalah informasi keuangan yang
disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak
internal dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha
yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen

Universitas Sumatera Utara

kepada pihak-pihak yang membutuhkannya Laporan keuangan merupakan ikhtisar
mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam
rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib
menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang
terdiri dari:
a. Laporan Tahunan dan Laporan keuangan Tahunan
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam
kurun waktu satu tahun. Laporan Keuangan Tahunan adalah Laporan keuangan
akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang
berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan public. Laporan Keuangan Tahunan
adalah:
1. Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari satu kesatuan usaha yang
merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu
tanggal tertentu.
2. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban
dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu.
3. Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari satu
kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba
komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik.
4. laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas
baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari
satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu.
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan

Universitas Sumatera Utara

Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan.
c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan
bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan setiap bulan.
d. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki
anak perusahan, wajib menyusun laporan keuangan konsolodasi berdasarkan
pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta menyampaikan
laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Tujuan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan” (IAI,2002), adalah sebagai berikut:
a. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
b. Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan.
c. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan.
d. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
Jadi dapat disimpulkan gambaran tentang perkembangan keuangan perusahaan
(perbankan) dapat diperoleh dengan mengadakan analisis terhadap kinerja
keuangan perusahaan yaitu dengan cara menganalisis laporan keuangan
perusahaan dengan menggunakan teknik analisis yang ada sehingga nantinya

Universitas Sumatera Utara

perusahaan dapat mengetahui kemajuan, kemunduran serta kegagalan perusahaan
yang menyangkut bidang keuangan.
Gambar 2.1 Gambaran Umum Analisis Kinerja Keuangan (Sawir, 2005) :
Aktivitas-aktivitas perusahaan

Laporan keuangan perusahaan
Kinerja keuangan

Kinerja perbankan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan
penyaluran dana dalam suatu periode tertentu yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.
Manfaat penilaian kinerja keuangan adalah:
1.

Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan hutang
termasuk mengenai keadaan keuangan secara keseluruhan.

2.

Mengidentifikasi lebih awal masalah keuangan yang timbul sebelum
terlambat.

3.

Memberikan gambaran nyata, mengenai kelebihan dan kekurangan keadaan
keuangan dan cara pengelolaan piutang.
Kegiatan analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio

keuangan yang memberikan informasi secara terperinci terhadap hasil interpretasi
mengenai prestasi yang dicapai perusahaan, serta masalah yang mungkin terjadi
dalam perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis,

Universitas Sumatera Utara

baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai
kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan.
2.3.4 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun
secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2002). Rasio keuangan
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan, dan dengan menggunakan alat
analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka
rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. (Munawir, 1990).
Dengan analisis rasio, informasi keuangan yang rinci dan rumit mudah dibaca
dan ditafsirkan, sehingga laporan suatu perusahaan mudah dibandingkan dengan
laporan keuangan perusahaan lain, serta lebih cepat melihat perkembangan dan
kinerja perusahaan secara periodik. Kondisi perbankan inilah yang menarik untuk
diteliti. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh fungsi intermediasi perbankan
yang tercermin dari rasio keuangan terhadap tingkat profitabilitas perbankan di
Indonesia, maka dalam penelitian ini mengambil kasus pada bank go public dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Tingkat profitabilitas ini diukur dengan
menggunakan rasio keuangan Return on Asset (ROA) karena ROA lebih
memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam
operasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu juga, dalam penentuan tingkat
kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA

Universitas Sumatera Utara

daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas
suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari
dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur
tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2001).
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan
tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan perhitungan
rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu bank. Perhitungan rasio untuk
menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang jelas tentang
baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dilihat dari posisi keuangannya
dalam neraca dan laba rugi.
2.4 Teori Fungsi Intermediasi Perbankan
2.4.1 Pengertian Fungsi Intermediasi Perbankan
Fungsi intermediasi menurut Budisantoso (2006) adalah bank menjadi suatu
lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
Menurut Alam (2008) fungsi intermediasi merupakan kegiatan perbankan
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Pada umumnya ada
beberapa pilihan utama bank dalam menempatkan dananya untuk memperoleh
pendapatan, yaitu (a) kredit yang dipilih karena return yang lebih baik,
meningkatkan profitabilitas, dan meningkatkan prospek usaha nasabah. (b)
Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan alternatif penempatan
dana yang aman, berisiko rendah, berjangka pendek dengan tingkat suku
bunga yang cukup tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya, bank harus memperhatikan
likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana simpanan maupun pinjaman dengan
tetap berupaya menjaga profitabilitasnya, untuk itu bank harus berhati - hati dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Studi empiris menunjukkan bahwa
peningkatan pertumbuhan persentase kredit terhadap total aset, diikuti dengan
penurunan surat-surat berharga dan kas (Scot dan Timothy, 2006)
Perbankan harus lebih berhati–hati khususnya berkenaan dengan pelaksanaan
fungsi intermediasi, yaitu penyaluran dana dalam bentuk kredit yang berhasil
dihimpun oleh perbankan. Tujuan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara keuangan dan sistem keuangan yang memiliki peran yang sangat
strategis dalam menjaga stabilitas perekonomian baik pada saat gejolak ekonomi
maupun pasca krisis terjadi.
2.4.2 Hubungan Profitabilitas dengan Fungsi Intermediasi Perbankan
Sinkey,JR ( 2002) menyatakan bahwa: the traditional banking function deals
with two processes or contract: (1) gathering deposits (the first process) and (2)
making loans ( the second process).
Menurut uraian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial
intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Financial intermediation merupakan suatu aktivitas penting dalam
perekonomian, karena menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif
kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana. Selanjutnya, hal ini akan
membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis.
Perbankan memiliki peran penting sebagai channeling antara pemilik modal dan
dunia usaha, melalui fungsi intermediasi perbankan.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini dipertegas Tangkilisan (2003) bahwa: perbankan nasional Indonesia
berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok
menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat atau pemindahan dari
unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung ke
peminjam.
Dalam suatu sistem perekonomian, peran utama lembaga-lembaga keuangan
ialah menjalankan fungsi intermediasinya. Yakni, menyalurkan kembali dana
yang telah dihimpunnya dari masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit
kepada sektor-sektor usaha riil dalam upaya pengembangan usahanya. Dengan
kata lain, melalui fungsi intermediasi yang dijalankannya, sektor keuangan
haruslah berperan sebagai agen dalam mempercepat pembangunan dan
meningatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Lembaga keuangan yang paling berperan di Indonesia dalam proses
pembangunan tersebut dari waktu ke waktu ialah perbankan. Sehingga tidak
heran, ledakan krisis sektor perbankan pada tahun 1998 membawa dampak yang
begitu terasa bagi perekonomian Indonesia.
Melihat kondisi ini, dengan semboyan “to keep the banks afloat”, pemerintah
menyiapkan skenario rekapitalisasi dengan biaya sangat besar yang terpaksa harus
ditanggung oleh rakyat demi menyelamatkan sektor tersebut dari terjangan krisis.
Tujuannya utama jelas, yakni untuk memperbaiki tingkat kesehatan bank secara
mikro supaya dengan demikian mampu mengembalikan fungsi dasar bank sebagai
lembaga intermediasi yang kuat.

Universitas Sumatera Utara

Setelah sektor perbankan menjadi lebih sehat, mereka dituntut untuk mampu
menjalankan fungsi dasar eksistensi mereka seperti pada masa sebelum krisis,
yakni, melakukan intermediasi melalui pendanaan untuk memobilisasi faktorfaktor produksi yang ada.
Rivai, Veithzal, dan Idroes (2007) dalam bukunya yang berjudul Bank and
Financial Institution Management menguraikan sebagaimana layaknya suatu
perusahaan yang setiap saat atau secara berkala perlu melakukan analisis terhadap
kinerja perusahaan tersebut, demikian pula halnya dengan bank yang selain untuk
kepentingan manajemen, pemilik atau pemerintah (melalui Bank Indonesia)
sebagai upaya untuk mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk
memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya untuk masa yang akan
datang. Analisis kinerja ini dilakukan meliputi seluruh aspek, baik operasional
maupun nonoperasional bank tersebut. Banyak metode yang dapat digunakan
untuk mengetahui kinerja suatu bank yang juga lazim dianut oleh bank-bank di
dunia, selain yang umum berlaku di Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia yang dikenal dengan “penilaian tingkat kesehatan bank”. Penilaian ini
mencakup financial aspect serta non financial aspect.
Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, bagi pemilik, manajemen bank, bank pemerintah
(melalui Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya kondisi
suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja
bank dalam prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, dan
manajemen risiko. Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa
semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang

Universitas Sumatera Utara

dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko
akan mempengaruhi profil risiko yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank
secara keseluruhan.
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu
sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan
bank yang bersangkutan yang merupakan cerminan dari fungsi intermediasi
perbankan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan
yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio
keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahanperubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan
tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterprestasikan
berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar
pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang.
Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah
dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan
suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan Untuk menilai kinerja
keuangan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yang biasa disebut
CAMEL yaitu 1) Capital meliputi CAR; 2) Assets meliputi total kredit danNPL;
3) Management meliputi NIM; 4) Earnings meliputi BOPO; 5) Liquidity meliputi
LDR.
Sasaran utama lembaga intermediasi yang agresif adalah mereka yang
menekankan pada pemaksimalan keuntungan untuk meningkatkan kekayaan
pemilik saham.

Universitas Sumatera Utara

Untuk mencapai tujuan manajemen lembaga intermediasi keuangan tersebut,
beberapa masalah pokok atau bidang yang perlu diperhatikan manajemen dalam
pengambilan keputusan antara lain :
1. manajemen aktiva (terutama kredit dan surat-surat berharga);
2. manajemen utang;
3. manajemen modal;
4. pengendalian biaya;
5. kebijakan pemasaran.
Dalam manajemen aktiva, utang, dan modal, lembaga harus menyadari adanya
gap antara keuntungan asset dan bunga yang dibayarkan kepada penabung atau
utang dan modal. Selisih antara hasil yang diperoleh dari aktiva dengan biaya
dana atau modal saham disebut spread atau net interest margin (NIM). Keinginan
manajemen misalnya untuk menawarkan bunga yang lebih rendah kepada
penabung dan mengenakan bunga yang tinggi atas kredit yang disalurkan kepada
peminjam dibatasi kemampuannya oleh adanya pertimbangan persaingan dari
lembaga keuangan lain yang beroperasi dalam pasar yang sama. Spread atau net
interest margin (NIM) dalam kondisi tertentu misalnya akibat keadaan
perekonomian. Ketatnya persaingan mungkin mengakibatkan terjadinya spread
negative antara hasil yang diperoleh dari asset dan total bunga yang harus
dibayarkan kepada penabung. Namun, dalam kondisi normal, penghasilan ratarata lembaga keuangan atas total asetnya akan melebihi biaya bunga yang harus
dibayarkan kepada penabung untuk menarik dana yang mengakibatkan spread
positif. Manajemen aktiva, utang, dan modal sangat berkaitan dengan tingkat
risiko yang mungkin dihadapi oleh lembaga keuangan. Sesungguhnya,

Universitas Sumatera Utara

kemampuan untuk memperkirakan dan menilai hasil (return) dan sifat-sifat risiko
dari masing-masing instrument keuangan sangat penting dan menentukan
berhasilnya manajemen lembaga keuangan.
Pada prinsipnya lembaga keuangan dikatakan likuid apabila mampu
memenuhi semua penarikan dana, misalnya giro, tabungan, deposito dan
pencairan kredit oleh nasabah pada saat dibutuhkan. Risiko ketidakmampuan
memenuhi kewajiban untuk jangka panjang yang disebut risiko insolvensi. Risiko
insolvensi tersebut mengakibatkan manajemen modal lembaga keuangan menjadi
semakin penting. Secara umum pemilik perusahaan akan lebih menyukai untuk
menahan tingkat modal minimum untuk memungkinkan penggunaan financial
leverage secara maksimal. (leverage adalah penggunaan sumber dana (utang)
supaya meningkatkan hasil bagi pemilik perusahaan). Sementara itu, manajemen
ingin menggunakan secara maksimum financial leverage, terutama dengan
penggunaan utang, tidak meningkatkan risk exposure lembaga keuangan yang
bersangkutan secara berarti. Lembaga keuangan yang memiliki tingkat risiko yang
tinggi jelas akan mengalami kesulitan untuk melakukan penarikan dana dan
kemungkinan akan memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk menarik
dana.
Masalah penting dalam meningkatkan profitabilitas lembaga keuangan salah
satunya adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya ini merupakan faktor yang
sangat penting yang dapat menyebabkan lembaga keuangan mampu memperoleh
untung atau mungkin menderita rugi. Untuk mengurangi biaya operasional,
manajemen lembaga keuangan berusaha mencari berbagai cara, misalnya dengan
mengevaluasi kembali biaya tenaga kerja dan biaya overhead lainnya. Lembaga

Universitas Sumatera Utara

keuangan , terutama setelah era deregulasi banyak melakukan otomasi dalam
melaksanakan pemberian jasa keuangan kepada nasabahnya. Disamping itu,
penggunaan terminal computer dan elektronik untuk memproses data keuangan
dan penyimpanan informasi penting untuk manajemen. Perkembangan teknologi
atau adanya komputerisasi tersebut memungkinkan dilakukannya substitusi modal
dengan tenaga kerja.
2.4.3 Ukuran Fungsi Intermediasi Perbankan
Menurut Rivai, Veithzal, dan Idroes (2007) dalam bukunya yang berjudul
Bank and Financial Institution Management, sasaran lembaga intermediasi
keuangan adalah multidimensional. Untuk mencapai tujuan manajemen lembaga
intermediasi keuangan tersebut, beberapa masalah pokok atau bidang yang perlu
diperhatikan manajemen dalam pengambilan keputusan antara lain :
1. Manajemen modal, tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR)
2. Manajemen utang, tercermin dari Net Interest Margin (NIM) dan terkait
dengan Non Performing Loan (NPL)
3. Kebijakan pemasaran, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR)
4. Pengendalian

biaya,

tercermin

dari

Biaya

Operasional

terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO)
5. Manajemen aktiva (terutama kredit dan surat-surat berharga), tercermin
dari total kredit yang diberikan.
2.4.3.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Permodalan menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,

Universitas Sumatera Utara

mengawasi dan mengontrol risiko – risiko yang timbul dan dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal bank (Sufa, 2008).
Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa besar modal bank telah
memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai
prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin besar Capital Adequacy
Ratio (CAR) maka akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam
menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta
bermasalah. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Jika CAR
tinggi, kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut akan semakin besar
sehingga meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut. Meningkatnya nilai
saham akan meningkatkan pertumbuhan return saham yang akan diterima
investor. Perlunya permodalan bank menurut Wilson JSG (1988) (dalam
Werdaningtyas, 2002) adalah untuk : (1) melindungi pemilik dana dan menjaga
kepercayaan masyarakat, (2) untuk menutup risiko operasional yang dapat terjadi,
(3) menghapus asset yang Non Performing Loan (NPL) dimana peminjam tidak
dapat membayar hutang pada saat yang telah ditentukan, (4) sumber pendanaan
pendahuluan. Berdasarkan ini, maka dua fungsi utama kapital adalah pembiayaan
dengan infrastruktur dan melindungi nasabah dari kerugian yang mungkin terjadi.
Dengan demikian dapar dikatakan bahwa modal bank digunakan untuk menjaga
kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat ini akan terlihat dari besarnya
dana giro, deposito dan tabungan. Dalam formula CAR dibandingkan antara
modal dengan semua jenis aktiva yang dianggap mengandung risiko atau yang

Universitas Sumatera Utara

lazim disebut Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) (Manullang, 2002).
CAR merupakan rasio kecukupan modal yang merupakan faktor penting bagi
bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian yang
diakibatkan dalam operasional bank. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank terdapat ketentuan bahwa
modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti meliputi
modal disetor, cadangan laba ditahan, agio saham, cadangan umum dan laba
ditahan. Modal pelengkap antara lain cadangan revaluasi aktiva tetap. Disamping
itu, ketentuan bank sentral juga mengatur perhitungan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR), yang terdiri atas ATMR dihitung berdasarkan nilai
masing – masing pos aktiva. Pada neraca bank dikaitkan dengan bobot risikonya
masing – masing dan ATMR yang dihitung berdasarkan nilai nilai masing –
masing pos aktiva pada rekening administratif bank dikalikan dengan bobot
risikonya masing – masing.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan termasuk bank yang
sehat harus memiliki CAR minimal 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank for Internasional Settlement (BIS).
Secara sistematis Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dirumuskan sebagai
berikut: (Dendawijaya, 2006).
Modal bank
CAR =
Total ATMR

2.4.3.2 Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan mencerminkan risiko pasar yang
timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan

Universitas Sumatera Utara

bank (Hasibuan, 2007). Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat
kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank
sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian,
2008). Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan
meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank
yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat.
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM
diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva
produktif. Semakin besar rasio NIM maka akan meningkatkan pendapatan bunga
atas aktiva produktif yang dikelola bank, jika hal tersebut terjadi maka dapat
menunjukkan kinerja keuangan bank yang semakin baik (Almilia dan
Herdiningtyas, 2005). Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga
yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikur