Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara

BAB II
DESKRIPSI SEJARAH DAN PEMIKIRAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN
SERTA ORGANISASI KAMMI

A. Sejarah Latar Belakang Munculnya Ikhwanul Muslimin di Mesir
Ikhwanul Muslimin (persaudaraan Muslim), atau yang selanjutnya disingkat dengan
IM merupakan suatu organisasi berbasis keislaman yang lahir di Ismailia pada tahun 1928.
Pendiri organisasi ini adalah Hasan Al Banna beserta keenam murid sekaligus sahabatnya,
yaitu Hafidh Abdul Hamid (tukang kayu), Ahmad Al-Khausari (tukang cukur), Zaki AlMaghribi (tukang gerobak), Fuad Ibrahim (penarik pajak), Abdurrahman Hasbullah (seorang
supir), dan Ismail Izz (tukang kebun).55 Ikhwanul Muslimin memiliki lambang organisasi
berupa dua pedang melintang yang menyangga Al-Qur‟an. Adapun arti dari kedua pedang
tersebut adalah melambangkan bahwa gerakan ini siap mengangkat senjata untuk berjihad
kapan saja dan dimana saja demi berdirinya Negara Islam.56
Latar belakang pendirian IM tidak terlepas dari kondisi sosial dan politik di Mesir saat
itu, juga tidak terlepas dari pemikiran Hasan Al Banna sebagai pendiri IM. Terdapat tiga
alasan yang melatarbelakangi lahirnya IM, pertama , berdasarkan kesejarahan Kerajaan Turki
Utsmani. Saat itu Islam tengah mengalami stagnasi kekhilafahan dan Kerajaan Turki Utsmani
tidak lagi mampu menjalankan roda pemerintahan yang stabil. Situasi ini memuncak dengan
runtuhnya khilafah Turki Utsmani dan diproklamasikannya Republik Turki Modern sekuler
oleh Musthafa Kemal Ataturk pada tanggal 2 Maret 1924.
Keruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani menyebabkan disintegrasi pemahaman dan

pengalaman di dunia Islam57 serta menandai awal politik Islam modern. Dibawah pimpinan

55

Lihat Miftahuddin, Op.cit., Hal. 24.

56

Ibid., Hal. 25

57

Lihat Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 187-188.

36
Universitas Sumatera Utara

Kemal Ataturk (1881-1938) orang- orang Turki melangkah dengan pasti menuju pendirian
sebuah negara-bangsa barat yang modern.58 Banyak kalangan masyarakat Muslim terpesona
dengan bentukan budaya barat. Terjadi upaya untuk menggeser hukum Allah dan

menggantikannya dengan hukum wad‟h (buatan manusia). Hal ini tentu tidak dapat diterima
oleh golongan Muslim tradisional, baik itu yang ada di Turki sendiri maupun Muslim
tradisional yang ada di berbagai negara lain, salah satunya adalah Mesir. Kasus keruntuhan
kekhilafahan Turki Utsmani tersebut ternyata membawa perasaan trauma tersendiri
dikalangan umat Islam tradisional yang melihat keadaan Mesir pada saat itu hampir sama
dengan kondisi Turki paska keruntuhan kekhilafahan Turki Utsmani. Hasan Al-Banna,
sekaligus salah satu tokoh Muslim tradisional Mesir sangat mengkhawatirkan keadaan Mesir
ketika itu, dimana saat itu budaya barat berkembang di Mesir dikarenakan jajahan bangsa
asing, yaitu Inggris. Menyikapi hal ini, Hasan Al Banna mengatakan: “pada dekade yang saya
lalui di Kairo kala itu, semakin merajalela arus kerusakan. Kebejatan berpendapat dan
berfikir dianggap sebagai kebenaran rasio. Kerusakan moral dan akhlak dianggap sebagai
kebebasan individu. Gelombang kemurtadan dan gaya hidup bebas melanda sangat deras
tanpa ada penghalangnya, didukung oleh berbagai kasus dan situasi yang mengarah kesana.”
Berdasarkan perkataan Hasan al Banna tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Hasan Al
Banna sendiri pada dasarnya menolak hukum bentukan manusia.59
Kedua , berdasarkan kondisi politik Mesir. Hasan Al Banna percaya bahwa pada saat

itu dunia Islam berada dalam kungkungan kolonialisme. Mesir sendiri ketika itu berada
dalam kungkungan kolonialisme Inggris. Hal ini berdampak pada kondisi sosial budaya
Mesir dan banyak mengikis budaya masyarakat Mesir yang islami. Dalam pandangan Hasan

Al Banna sendiri, para ulama Mesir tidak mampu membendung arus pasang peradaban barat

58
59

Ian adams, Loc.cit., Hal. 430.
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Loc.cit.

37
Universitas Sumatera Utara

yang melanda Islam. Hal itu menurutnya menyebabkan gerakan putus asa yang
mendirikan”Partai Politik Munafik”, karena mereka bukannya dimotivasi oleh semangat
memerdekakan diri dari Inggris melainkan sebaliknya memberikan loyalitas pada Inggris.
Partai- partai yang dimaksudnya adalah Partai Al-Wafd yang menolak dakwah Al-Jama‟ah
Al-Islamiyah, Partai Al-Ahrar Al-Dusturiyah, serta Partai Al- Sa‟diyyah.60
Ketiga , hal yang juga mempengaruhi berdirinya IM adalah realitas situasi ekonomi

dan sosial di Mesir pada saat itu. Akibat penjajahan Inggris, kondisi rakyat Mesir mengalami
kesemrawutan. Muncul kesenjangan antara golongan kaya dan miskin. Hasan Al Banna

melihat adanya dominasi asing, yaitu para manajer dari Eropa hidup mewah, sementara
penduduk pribumi hidup dalam keprihatinan digubuk-gubuk yang menyedihkan. Sementara
itu, dibidang sosial muncul degradasi sosial dan moral. Pemuda dan rakyat Mesir pada
umumnya sudah meninggalkan ajaran agama Islamnya dan silau terhadap capaian peradaban
barat yang dibawa oleh Inggris.61
Kondisi diatas menyebabkan hilangnya wibawa politik umat Islam. Hasan Al-Banna
memikirkan perlunya gerakan penyadaran umat. Untuk itulah kemudian Hasan Al Banna
mendirikan sebuah gerakan yang dibangun dengan orang-orang yang sepaham dengannya.
Adapun nama organisasi gerakan tersebut adalah Ikhwanul Muslimin atau disingkat dengan
IM. Tentang pendirian ini Hasan Al-Banna mengatakan: “Di Ismailia saya meletakkan dasardasar takwin yang pertama bagi fikrah ini. Pada mulanya ia muncul hanya sebagai lembaga kecil.
Kamipun bekerja dan memikul panji-panjinya. Kami berjanji kepada Allah untuk menjadikan kami
sebagai tentara-Nya, demi mencapai tujuan ini. Seluruh kegiatan kami lakukan atas nama Al-Ikhwan
Al-Muslimun.”62

60

Ian Adams, Op.cit., Hal. 433.

61


Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 189.

62

Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 15.

38
Universitas Sumatera Utara

B. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin (IM)
Dalam menetapkan fikrah (pemikiran) IM, Hasan Al Banna menjelaskan sebagai
berikut:63
1. Hukum-hukum Islam dan seluruh ajarannya dapat mengatur urusan hidup manusia
didunia dan diakhirat.
2. Dasar pengajaran Ikhwanul Muslimin dan seluruh pemahamannya adalah Al-Qur‟an
dan Sunnah Nabi SAW.
3. Sebagai agama yang kaffah (menyeluruh), Islam memiliki kemampuan mengatur
seluruh persoalan hidup dan semua bangsa dan umat pada segala zaman.
Ikhwanul Muslimin
menyeluruh,


bukan

hanya

memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan
sekedar

agama

yang

mengurusi

ibadah

ritual

(salat, puasa, haji, zakat) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya
sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang islami,

negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan
negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah
sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Namun meskipun
demikian, Ikhwanul Muslimin lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan
damai dan dialog yang konstruktif yang bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq
(logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil). Kekerasan atau radikalisme bukan jalan
perjuangan Ikhwanul Muslimin, kecuali jika negara tempat Ikhwanul Muslimin berada,
terancam penjajahan dari bangsa lain. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasan AlBanna yaitu: “adapun pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap nasionalisme, maka
cukuplah anda mengetahuinya dengan membaca kalimat berikut. Mereka yakin dengan

63

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 191-192.

39
Universitas Sumatera Utara

seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang Muslim yang terjajah
itu adalah tindak kriminal yang tidak akan terampuni, sampai kita mau berbuat dan bisa
mengembalikan kemerdekaannya, atau menghancurkan para perampasnya. Tidak ada

keselamatan dari siksa Allah kecuali dengan cara ini”.64
B.1. Bentuk Negara Menurut Ikhwanul Muslimin
Tujuan final yang digarisbawahi oleh Ikhwanul Muslimin adalah pembentukan
khilafah (Negara) yang terdiri dari kesatuan Negara-negara Muslim yang merdeka dan
berdaulat. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna: “Khilafah
merupakan menara bagi kebudayaan hukum Allah swt. Oleh karena itulah, sahabat
mendahulukan pembicaraan tentang khalifah daripada mengurus jenazah Rasulallah saw.
Hadist-hadist yang menyebutkan tentang wajibnya memilih imamah dan membahas hukumhukum imamah telah membuktikan bahwa tidak diragukan lagi umat Islam wajib
memperhatikan soal khilafah. Memikirkan masalah ini sejak ia disingkirkan dari
kedudukannya bahkan dihilangkan sama sekali.”65
Sementara itu, langkah-langkah konkret yang harus dilakukan dalam pembentukan
Negara, antara lain:66

1. Perbaikan individu
2. Perbaikan rumah tangga
3. Perbaikan masyarakat
4. Pembebasan tanah air dari penjajahan bangsa asing

64


Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 165.

65

Ibid., Hal. 311.

66

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 201

40
Universitas Sumatera Utara

5. Perbaikan pemerintah
6. Pengembalian peran internasional bagi umat Islam (dengan cara memerdekakan,
menyatukan dan mengumumkan khalifah)
7. Menjadi sokoguru bagi dunia.
Langkah-langkah konkrit IM seperti yang dituliskan diatas selanjutnya dibebankan
kepada jamaah menjadi sebuah kewajiban. Sementara itu, strategi yang konkret dalam
pembentukan Negara adalah sebagai berikut:67

a. Dakwah umum, yakni bertujuan untuk mendidik umat, membangkitkan rakyat,
mengubah

tradisi

umum,

menyucikan

jiwa,

membersihkan

rohani,

mengumandangkan prinsip-prinsip kebenaran, jihad, berkarya, dan memiliki sifat
keutamaan ditengah masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan pada tahap ini adalah
dengan mengadakan kelas belajar, ceramah, menyebarkan makalah, mengirim
delegasi, rapat akbar, dan kunjungan-kunjungan. Selanjutnya dilakukan pembentukan
usrah dan kelompok yang tidak mengikat antara lainnya. Digunakan pula kegiatan


amal sosial. Pada tahap ini jamaah tidak boleh manggabungkan diri kepada partai
apapun dan lembaga manapun, namun juga tidak menentangnya dan juga tidak
berhubungan dengan tokoh dan anggotanya. Hal ini dilakukan sampai kebenaran
dapat terlihat oleh banyak orang.
b. Dakwah khusus, yakni dilakukan dengan cara menyampaikan pesan kepada para
pejabat, tokoh, penguasa, dan wakil rakyat serta parlemen. Adapun cara
pendekatannya, antara lain:
 Penyebaran dakwah untuk tabligh (diantaranya amal-amal kebajikan dan
bakti sosial)
 Pendidikan jiwa sebagai proses pengalaman takwin (penjelasan)
67

Ibid.,

41
Universitas Sumatera Utara

 Perlengkapan manhaj (jalan lurus) yang benar dalam urusan kehidupan
sebagai penetapan arah
 Menemui

umat,

lembaga-lembaga

legislatif,

eksekutif,

serta

dunia

internasional dalam rangka tanfidz (aksi).
c. Mendirikan Negara, yakni melakukan usaha penerapan hukum Islam disuatu Negara.
d. Mengembalikan khilafah, yakni tujuan akhir dari seluruh tahapan. Jika telah berdiri
negara dengan khilafah, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah koordinasi
antar Negara sehingga tercapai kata sepakat untuk memilih imam yang menjadi
mediator.68
Khilafah yang dimaksudkan harus mampu mengkoordinasikan seluruh Negara Islam
yang ada dibawah komandonya. Polanya adalah bahwa Negara-negara Islam yang sepakat
tersebut bermusyawarah untuk memilih mediator yang disepakati sebagai pemimpin seluruh
kepentingan umat. Oleh karenanya, bentuk Negara ideal yang dimaksudkan oleh IM adalah
Negara koordinatif yang berbentuk khilafah, namun kekuasaan Negara bagian masih
diperhatikan. Pola kerja khilafah yang dimaksud IM adalah sebagaimana yang terjadi pada
masyarakat masa Nabi Muhammad saw. Hal tersebut dikarenakan Hasan Al-Banna, yang
menelurkan gagasan tentang Negara ini tidak ingin terjebak kepada romantisme keruntuhan
khilafah Turki Utsmani.69 Tegaknya kekhalifahan disebuah Negara tentu saja berpengaruh
terhadap sistem pemerintah dinegara tersebut. Menurut IM Negara yang telah menegakkan
khilafah dinegaranya haruslah menjalin kerjasama dengan Negara-negara lain, seperti
kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik. Selanjutnya dibuat fakta dan perjanjian-perjanjian
serta diselenggarakan muktamar-muktamar antar Negara-negara tersebut. Sehingga pada

68

Ibid., Hal. 201-204.

69

Ibid., Hal. 195.

42
Universitas Sumatera Utara

akhirnya akan dipilih seorang Imam yang menjadi mediator segala bentuk ikatan, menjadi
tempat bertanya segala bentuk peliputan dan muara segala hati.70
Negara Islam harus memperhatikan penyediaan pekerjaan dan sarana penghidupan bagi
siapapun yang sanggup bekerja. Negara Islam juga harus meningkatkan produktivitas pekerja
industri dan petani. Hak pekerja antara lain jaminan mendapat pekerjaan dengan upah yang
memadai dan asuransi kesehatan. Negara juga harus mendorong bangkit dan berkembangnya
industry rumah tangga, sehingga dengan begitu wanita dan anak-anak dapat berpartisipasi
dalam perekonomian dan menambah pendapatan keluarga. Selain itu Negara juga harus
berupaya mengurangi perbedaan antara yang kaya dan yang miskin.71 Keseluruhan pemikiran
IM mengenai bentuk Negara yang ideal diatas bersumber dari Hasan Al-Banna yang banyak
menelurkan pemikirannya yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial dan politik di Mesir.
B.2. Pemerintahan
Pemikiran IM terhadap pemerintahan berkaitan erat dengan pemahaman mereka akan
esensi Islam dan aqidahnya. Sejak awal IM menolak ide pemisahan antara agama dengan
Negara, atau dengan politik. Para pemikir IM menyebutnya sebagai konsepsi yang seakanakan sudah menjadi aksioma, atau urusan besar agama yang harus benar-benar dipahami.
Konsepsi itu tersimpul dalam ungkapan bahwa Islam adalah aqidah dan sistem, agama dan
Negara. Sehingga penegakan pemerintahan Islam adalah salah satu prinsip aqidah atau
kewajiban Islam.72 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dalam Risalah
Pergerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa: “Ihwal pemerintahan tertuang dalam
kitab-kitab fiqih kita sebagai persoalan aqidah dan ushul (dasar), bukan masalah furu‟
(cabang). Islam adalah kedaulatan dan pemerintahan, ia juga peraturan dan pengajaran,
70

Ibid.,

71

Ibid. Hal. 198-199.

72

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 266.

43
Universitas Sumatera Utara

sebagaimana ia adalah undang-undang dan peradilan. Salah satu diantaranya tidak
terpisahkan dari yang lain.”73
Menurut IM penegakan pemerintahan Islam adalah wajib, sebagaimana pendapat
mereka yang mengatakan bahwa Islam adalah agama dan Negara. Artinya, Islam datang
dengan membawa nash-nash (ayat- ayat) yang mengatur berbagai hubungan individu dengan
pemerintah dan sebaliknya, mengatur tindakan, interaksi, manajemen dan ekonomi,
memutuskan perkara internal dan internasional, perang dan damai, perjanjian dan
perdamaian, menentukan hukum semua urusan pribadi dan sosial, menegakkan jamaah atas
dasar persamaan, tolong menolong, dan saling menanggung. Semua nash itu merupakan
undang-undang dasar pemerintahan dan syariat yang menentukan hukum berbagai tindakan.
Semua itu merupakan urusan-urusan yang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh pemerintah
dan Negara. Apabila Islam mendatangkan dan mewajibkan tegaknya Negara dengan dasar
itu.74 Beberapa contoh nash- nash atau ayat- ayat tersebut adalah sebagai berikut:
 Hukum ketatanegaraan, yaitu ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan
pemerintahan. Hukum- hukum seperti ini dimkasudkan untuk mengatur hubungan
penguasa dengan rakyat. Salah satu contoh ayatnya terdapat dalam Surah An-Nahl
Ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada

kerabat, dan Dia

melarang (melakukan) perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran” (QS: An-Nahl: 90)75

73

Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 299.

74

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 288.

75

Al-Qur‟an Terjemahan An- Nur, oleh Prof. T.M Hasbi Ash-Siddieqy.

44
Universitas Sumatera Utara

 Hukum antarbangsa (internasional), yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan
antar Negara Islam dan Non Islam, serta tata cara pergaulan dengan Non Muslim yang
berada di Negara Islam. Salah satu nash tersebut yaitu terdapat dalam Surah AlHujarat Ayat 13 sebagai berikut:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku agar kamu saling mengenal….” (QS: Al-Hujarat: 13)76

Ikhwanul Muslimin mendefenisikan pemerintahan Islam sebagai pemerintahan yang
para pejabatnya adalah orang-orang Islam, melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam dan
tidak melakukan kemaksiatan, serta konstitusinya sebagaimana yang telah disinggung di atas
bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunah. Atau dengan kata lain menerapkan syari‟at Islam. 77 IM
membagi konstitusi ini menjadi dua bagian, yaitu konstitusi pokok (undang-undang dasar)
dan konstitusi organik (undang-undang organik).78
Konstitusi pokok (undang-undang dasar) adalah hak Allah semata. Ia merupakan halhal yang dihalalkan dan diharamkan Allah dalam kitab Suci dan Sunah Nabi. IM berpendapat
bahwa hanya Allah sajalah pemegang otoritas memerintah dan melarang, tidak ada pihak lain
yang menyertai-Nya.

Kekuasaan tertinggi yang menjadi rujukan umat manusia dalam

kehidupan didunia, Dalam perumusan aturan sosial, dan dalam membentuk pemerintahan,
mereka adalah milik Allah swt. semata. Sedangkan konstitusi organik adalah konstitusi yang
diserahkan kepada manusia untuk membuatnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh AlHudaibi, yakni salah seorang jamaah IM bahwa Allah swt. menyerahkan kepada manusia
banyak hal tentang urusan dunia, diperintahkan mengatur dunia ini sesuai dengan hasil
76

Ibid.,

77

Diakses melalui https://eprints.uns.ac.id/8648/4/91800308200902404.pdf pada 13 November 2015, pukul 21.15 WIB.

78

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 290.

45
Universitas Sumatera Utara

penalaran akal manusia dengan syarat tidak menghalalkan yang haram dan tidak
mengharamkan yang halal. Termasuk undang-undang ini, yang mengatur mekanisme
musyawarah, lalu lintas, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, pengairan,
pengajaran, pengaturan berbagai profesi, undang-undang ketatanegaraan, ruang publik dan
lain sebagainya. Kaum Muslimin berhak membuat perundang-undangan dan aturan-aturan
yang menjamin terwujudnya kepentingan bersama.79
B.2.1. Bentuk Pemerintahan
Pemahaman mengenai bentuk pemerintahan menurut IM dapat dilihat berdasarkan
kaidah-kaidah yang berupa karakteristik atau pilar-pilar pemerintahan Islam. Adapun pilarpilar tersebut adalah sebagai berikut:80
1. Tanggung jawab pemerintah dalam arti bahwa ia bertanggung jawab kepada Allah
dan rakyatnya. Pemerintahan tidak lain adalah praktek kontrak kerja antara rakyat
dengan pemerintah, untuk memelihara kepentingan bersama. Jika pekerjaan yang
dilakukan pemerintah baik, maka ia berhak mendapatkan upah, sebaliknya apabila
dalam melaksanakan tanggung jawab dan pekerjaannya buruk, maka harus
mendapatkan hukuman.
2. Kesatuan umat. Artinya, ia memiliki sistem yang satu, yaitu Islam yang harus
melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar (Melaksanakan kebaikan dan mencegah
kemungkaran) dan nasihat.
3. Menghormati aspirasi rakyat. Artinya diatara hak rakyat adalah mengawasi para
penguasa dengan pengawasan yang seketat-ketatnya dan juga memberi masukan
tentang berbagai hal yang dipandang baik untuk mereka. Pemerintah harus mengajak

79
80

Ibid., Hal. 291-292.

Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 76-80.

46
Universitas Sumatera Utara

mereka bermusyawarah, menghormati aspirasi mereka, dan memperhatikan hasil
musyawarah mereka.
Berdasarkan karakteristik pemerintahan Islam diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
bentuk pemerintahan yang dimaksudkan IM adalah bentuk pemerintahan parlementer.
Konsekuensinya rakyat harus memilih kepala Negara dan menurunkannya kembali jika
didapati hal-hal yang mengharuskannya untuk diturunkan. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah tidak mendapatkan kekuasaannya dari Allah, akan tetapi dari masyarakat. Adapun
prinsip- prinsip yang harus dipatuhi oleh pemerintah adalah sebagai berikut: pertama,
pemerintah tidak boleh melanggar batas-batas kekuasaannya, dan jika melakukan
pelanggaran tersebut maka kerjanya dianggap tidak sah. Kedua, pemerintah harus
bertanggungjawab atas segala pelanggaran dan kelalaiannya. Ketiga, rakyat memiliki otoritas
untuk menurunkan pejabat pemerintah. Komitmen rakyat untuk mematuhi pemerintah adalah
kompensasi dari komitmen pemerintah untuk mengurus persoalan rakyat.81
Adapun sumber kekuasaan menurut IM adalah satu, yaitu kehendak rakyat, kerelaan
dan pilihan mereka secara bebas dan sukarela. Artinya IM meyakini bahwa rakyat adalah
sumber kekuasaan.82 Karena rakyat merupakan sumber kekuasaan dan pemilik kedaulatan,
maka hal ini mengharuskan adanya pilar-pilar kedaulatan dalam diri individu-individunya.
Pilar-pilar tersebut terimplementasi dalam bentuk kebebasan dan kedaulatan. Adapun
kebebasan meliputi hak berpindah tempat, kebebasan mengemukakan pendapat, dan
kebebasan kepemilikan. Hak-hak tersebut tidak diatasi kecuali oleh sesuatu yang tolak
ukurnya adalah membahayakan orang lain. Untuk menjamin kekebasan ini maka harus ada
kedaulatan konstitusi dan supremasi hukum. Adapun kekuatan sebagai salah satu pilar
kedaulatan akan terwujud ketika Negara menjamin ilmu pengetahuan, kesehatan, dan
81
82

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 294-295.
Hasan Al-Banna jilid 1, Op.cit., Hal. 377.

47
Universitas Sumatera Utara

kesejahteraan atas individu. Rakyat menunaikan kedaulatannya terhadap kekuasaan dengan
penuh kebebasan dan sikap evaluatif. Hak kebebasan adalah hak rakyat untuk memilih
pemimpin dan anggota dewan legislatifnya. Sedangkan hak mengevaluasi terbagi menjadi
evaluasi langsung yang dilakukan oleh individu sendiri, dan evaluasi tidak langsung
dilakukan oleh wakil-wakil rakyat dalam dewan legislatifnya.83
B.3. Konsepsi Pembagian Kekuasaan menurut Ikhwanul Muslimin
B.3.1. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan yang dmiliki oleh presiden, dimana dalam
menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh para menteri yang menduduki berbagai
departemen.

Presiden dapat pula disebut dengan imam dan khalifah. Dalam hal

pengangkatan seorang khalifah, maka masyarakat diwajibkan untuk berpartisipasi, yaitu ikut
memilih calon pemimpin mereka. Adapun syarat yang ditetapkan bagi seorang khalifah
menurut IM yaitu berusia minimal 40 tahun, memiliki tingkat wawasan yang memadai, dan
memiliki citra yang baik, kemudian ditambah dengan syarat yang telah diwajibkan oleh para
ulama, yaitu: Muslim, laki-laki, mukallaf (berakal sehat dan telah baligh), dan adil.84
Pengangkatan seorang khalifah (kepala Negara) dilakukan melalui pemilihan ahlul
halli wal „aqdi (anggota dewan umat) yang dipilih oleh rakyat dan kesediaan yang
bersangkutan untuk menerima jabatan itu. Jabatan kepresidenan merupakan kontrak antara
Dewan Umat dan presiden. karena itu transaksi tidak terjadi secara sah kecuali melalui
pemilihan bebas dari ahlu asy-syura wa at-tasyari (dalam hal ini anggota Dewan
Permusyawaratan dan Dewan Legislatif) dan kesediaan kepala Negara. Transaksi yang
diikuti dengan “bai‟ah secara sukarela”. Hal inilah menurut IM satu-satunya cara yang dapat
dilakukan untuk memilih seorang khalifah, sehingga pada kesimpulannya IM menolak sistem
83

84

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 297.
Ibid., Hal. 304.

48
Universitas Sumatera Utara

pemerintahan warisan, atau yang diperoleh melalui kudeta militer. Adapun masa jabatan
seorang khalifah, atau imam, atau presiden dapat ditetapkan masa jabatannya, atau dapat pula
dijadikan khalifah seumur hidup. Seorang khalifah, dalam menjalankan tugasnya
bertanggung jawab kepada Dewan Umat dan akan dimintai pertanggungjawabannya secara
pidana dan perdata dihadapan peradilan biasa jika melakukan kejahatan yang berkaitan
dengan tugasnya, yakni diadili oleh Dewan Umat. Kekuasaan seorang presiden atau khalifah
menurut IM adalah membuat konstitusi, mengeluarkan instruksi, mengangkat dan
menurunkan pejabat, sebagai panglima tertinggi militer, mengangkat dan menurunkan para
jenderal, mengumumkan perang (setelah melalui musyawarah), mengangkat dan menurunkan
diplomat, memberikan grasi dan amnesti. Namun kesemua kewenangan itu harus dalam batas
konstitusi.85
B.3.2. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan yang dipegang oleh Dewan Umat dan
kepala Negara. Setiap anggota Dewan Umat dan kepala Negara memiliki hak mengusulkan
konstitusi, sepanjang tidak bertentangan dengan Islam. Wewenang Dewan Umat dalam hal
legislasi terbatas pada dua hal:86
1. Konstitusi eksekutif, yakni undang-undang yang menjamin pelaksanaan teks-teks
syariat.
2. Konstitusi organisasional, yakni peraturan-peraturan dalam rangka memenuhi
kebutuhan jamaah atas dasar tujuan-tujuan umum syariat.
Apabila suatu konstitusi tertentu ditetapkan, kepala Negaralah yang mengeluarkannya.
Hal itu dikarenakan kepala Negara yang melaksanakan kekuasaan eksekutif. Rancangan

85
86

Ibid., Hal. 305 306.
Ibid., Hal. 307.

49
Universitas Sumatera Utara

konstitusi yang direkomendasikan telah memuat konsep hukum-hukum Islam dan ajaranajarannya. Karena itu, peraturan organik harus tunduk kepadanya. Demikian pula halnya
dengan berbagai undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga eksekutif, ia
harus tunduk kepada konstitusi pokok atau undang-undang. Adapun gambaran umum
mengenai sifat dari lembaga legislatif (Dewan Umat) adalah sebagai berikut:87






Dewan terbentuk dari 200 anggota terpilih untuk masa lima tahun.
Anggota Dewan mewakili umat secara keseluruhan
Dewan umat sebagai wakil umat memegang langsung kekuasaan rakyat. Dialah yang
memegang wewenang legislatif dalam batas ajaran Islam, lalu memberikan mandat
kepada kepala Negara.



Dewan umat merupakan dewan tetap yang menyelenggarakan kegiatan sidang dengan
sendirinya, yakni dengan undangan dari ketua atau wakil ketua. Forum itu berjalan
selama sepuluh bulan. Pertemuan-pertemuan dilakukan secara terbuka.

B.3.3. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan kekauasaan independen diluar kekuasaan eksekutif.
Sumber kekuasaan yudikatif adalah rakyat. Meskipun para hakim diangkat oleh kepala
Negara, namun dalam hal ini, para hakim tersebut berstatus mewakili rakyat. Oleh karena itu
para hakim tersebut tidak akan diberhentikan dari jabatannya, terkecuali karena kematian atau
turunnya kepala Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh pengadilan dan mereka memutuskan
hukum sebagaimana pandangan mereka atas nama Allah swt. semata. Dalam menjalankan
tugasnya para hakim boleh menolak penerapan hukum manapun yang bertentangan dengan
syariat baik secara tekstual maupun kontekstual. Setiap warga Negara berhak mengangkat
dakwaan yang isinya meminta dibatalkan peraturan yang bertentangan atau berseberangan

87

Ibid., Hal. 308.

50
Universitas Sumatera Utara

dengan hukum-hukum Islam atau konstitusi kehadapan pengadilan khusus, yang diatur oleh
konstitusi.88
C. Gerakan- Gerakan Ikhwanul Muslimin
C.1. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1932 – 1939
Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir pada tahun 1928 adalah gerakan Islam
terpenting abad ke-20 dan menjadi prototipe bagi gerakan Islam lain di berbagai negeri
muslim. IM beranggapan bahwa umat Islam mengalami kemunduran dan terbelakang
dibandingkan dengan negeri-negeri Barat yang menjajah banyak negeri di dunia Islam, yang
menjadi sumber ideologi modern di dunia Islam. Selain itu, IM juga sepakat diperlukannya
keharusan untuk kembali kepada sumber asli agama Islam.89 Oleh karena itulah kemudian IM
melakukan berbagai gerakan-gerakan yang tujuan utamanya adalah mendirikan khilafah.
Diawal kemunculan IM pada tahun 1928, organisasi ini langsung berkembang. IM
banyak melakukan berbagai kegiatan baik itu kegiatan keagamaan maupun kegiatan
pendidikan. Pada tahun 1932 kegiatan pertama yang dilakukan IM adalah membuka forum
ceramah dan kajian yang dikenal dengan Hadist Tsulatsa, menerbitakan surat kabar
mingguan, yakni Al-Ikhwan Al- Muslimun. Selain menerbitkan surat kabar, IM juga
menerbitkan majalah An-Nadzir. Sebagai penghargaan terhadap perempuan-perempuan
Muslim, IM juga membentuk Unit Akhwat Muslimah. Berbagai aktivitas IM ini terjadi
selama beberapa tahun.90 Hal yang paling krusial dilakukan IM adalah mengirim surat kepada
Ahmad Habsyah Basya, yakni Menteri Keadilan Mesir ketika itu. Adapun maksud
pengiriman surat tersebut adalah untuk melakukan pendekatan perjuangan Undang-Undang.

88

Ibid., Hal. 309.

89

Lihat Miftahuddin, Op.cit., Hal. 14.

90

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 190-192.

51
Universitas Sumatera Utara

Adapun tuntutan yang diajukan IM yang dalam hal ini diwakili oleh Hasan Al-Banna adalah
sebagai berikut:
Tuntutan pertama ; kamu hendaklah menerima bersama dengan satu pendirian (wajib kembali

kepada perundangan Islam dan menyatukan mahkamah di Mesir diatas asas perundangan
Islam dari sekarang).
Tuntutan Kedua ; kamu hendaklah memerintahkan pembentukan sebuah komite bagi

perbaikan Undang-Undang yang ada sekarang. Komite ini diketuai oleh al ustadz Kamil
Sidqi Beik, menurut bentuk yang baru dan dapat melahirkan tujuan ini. Ini dapat
dilaksanakan dengan menyerahkannya dibawah pimpinan Syekh Al-Azhar atau Al-Mufti AlAkbar. Komite hendaklah diisi oleh ulama-ulama kita yang terkemuka didalam syariah Islam,
tokoh-tokoh undang-undang syar‟i dan dari Al-Azhar yang mulia dan para cerdik pandai
didalam Undang-Undang negeri dengan segala cabang, tidak ketinggalan juga Al- Ustadz
Kamil Sidqi Beik bersama diantara mereka.91
C.2. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1939 - 1970
Selain beberapa aktivitas diatas, aktivitas IM selanjutnya adalah mendirikan kantorkantor cabang IM dan mulai mengaktifkan sistem Usrah sebagai bentuk pembinaan ideologi.
Kegiatan ini terus berlangsung sampai sekitar tahun 1940 sebelum Hasan Al-Banna
dipindahkan ke Qana atas instruksi dari Inggris. Setelah kembali ke Kairo, Hasan Al-Banna
ditangkap bersama dengan rekan-rekannya. Namun tidak lama kemudian dilepaskan. Hanya
saja pemerintah membredel majalah dan melarang pencetakan brosur-brosur serta pertemuanpertemuan IM.92
Gerakan IM yang terhambat karena dilarang oleh pemerintah ternyata tidak
menyurutkan niat Hasan Al-Banna dan rekan-rekannya, hal ini terlihat hingga pada tahun
1942 Hasan Al-Banna terjun ke dunia politik, namun kemudian mundur karena tidak
91

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal 197-198.

92

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 206 – 209.

52
Universitas Sumatera Utara

diizinkan oleh An Nuhas. Namun pada 12 Februari 1949 Hasan Al-Banna wafat karena
dibunuh.93 Hal ini menyebabkan IM kemudian mendirikan sebuah unit rahasia yang diberi
nama “Biro Rahasia”. Selanjutnya IM melakukan kerjasama dengan elemen perwira dan elit
militer Mesir untuk menggulingkan raja Farouk yang dianggap hanya menjadi boneka bagi
Inggris untuk melindungi kekuasaan Kolonial. Saat itu IM dipimpin oleh Hasan Al Hudaibi.
Usaha IM dan elemen militer Mesir tidak sia-sia ketika pada tahun 1952 perwira bebas
mengambil alih kekuasaan di Mesir, yakni digantikan oleh Muhammad Neguib yang
menjabat sebagai presiden Mesir. Namun selanjutnya rezim militer menganggap IM adalah
ancaman bagi kekuasaan mereka, Sehingga yang terjadi kemudian adalah penangkapan
terhadap aktivis IM, pembakaran kantor IM, serta pembunuhan terhadap tokoh-tokoh IM.
Penyerangan tersebut dilakukan

karena IM dianggap telah melakukan percobaan

pembunuhan terhadap Naser, yakni perdana menteri Mesir saat itu.94 hal ini menyebabkan IM
tidak dapat melakukan aktivitas. Namun meskipun demikian IM diam-diam melakukan
aktivitas bawah tanah sampai sekitar tahun 1957. Hingga pada tahun 1965 IM kembali
melakukan aktivitas yang dikenal dengan nama organisasi 1965.
C.3. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1970 – 1981
Diawal tahun 1970 IM kembali beraktivitas, yakni dengan memfokuskan masjid dan
universitas dalam menyebarkan ideologi IM. Pada tahap ini aktivitas IM semakin
berkembang pesat dengan mendirikan sekolah-sekolah, klinik kesehatan, dan menggalang
bakti sosial. Banyak aktivis IM yang dilepaskan dari penjara oleh Anwar Sadat. Selain itu
juga mulai dijalankan syari‟atIslam di Mesir. Dari sini pula IM kemudian mendirikan

93

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Loc.cit., Hal 192.

94

Lihat Adhe Nuansa Wibisono. 2011. “Perjuangan Politik Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam Melawan Rezim Otoritarianisme

di Mesir Pada Era Gamal Abdul Nasser sampai Husni Mubarak (1954-2011)”. Skripsi Fakultas Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Gadjah Mada .Hal. 12-29.

Diakses pada http//repository.ugm.ac.id/dspace/bitsream/123456789/18485/1/Adhe.pdf, pada 15 November 2015, pukul
23.30 WIB.

53
Universitas Sumatera Utara

Gama‟at Islamiyah, yakni unit mahasiswa yang selanjutnya berkembang menjadi salah satu
actor politik independen karena pengaruhnya yang cukup kuat bagi masyarakat. Namun,
hampir sama dengan peristiwa penyerangan IM yang dilakukan oleh militer Mesir, Anwar
Sadat juga menganggap Gama‟at Islamiyah merupakan ancaman bagi kekuasaannya, karena
Gama‟at banyak mengeluarkan kritik terhadap rezim yang berkuasa pada saat itu. hal ini
menyebabkan terjadinya penangkapan kembali terhadap aktivis IM.95
C.4. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1980 – 2011
Diawal 1980 IM mendirikan Islamic Trends, yaitu terdiri dari orang-orang
professional yang selanjutnya dijadikan kandidat dalam pemilihan asosiasi professional.
Karena keberhasilan anggota Trends Islamic dalam menarik perhatian masyarakat, akhirnya
pada 1984 Islamic Trends memenangkan 7 dari 25 kursi dan pada tahun 1990 memenangkan
20 kursi.
Aktivitas politik IM dimulai pada pemilu 1984, yakni dimana IM membangun aliansi
dengan Partai Wafd. Hal ini dikarenakan status IM yang illegal. Usaha IM dibawah
pemimpin ketiganya yaitu Umar Tilmisany berhasil mendudukkan 8 kandidat IM dikursi
parlemen. Sedangkan pada pemilihan umum 1987 IM kembali berkoalisi dengan Partai
Buruh dan juga partai Al-Ahrar. Aliansi mereka dinamakan dengan Aliansi Islam (AlTahaluf Al-Islami). Pada pemilihan umum tahun 1987 ini IM berhasil mendapatkan 36 kursi

diparlemen. Namun sebagaimana peristiwa-peristiwa yang melanda IM sebelumnya, pada
tahun 1995 dan 1996 ribuan aktivis dan anggota IM dipenjara, ada pula yang dipaksa bekerja
bertahun-tahun. Selain itu pemerintahan yang berkuasa pada masa itu dibawah Husni
Mubarok mengarahkan media massa untuk melakukan pemberitaan buruk terhadap IM, serta
mencitrakan IM sebagai kelompok teroris. Alasan pengasingan IM sangat klasik, yakni Husni
Mubarok merasa IM merupakan ancaman bagi tampuk kekuasaannya.

95

Ibid., Hal. 36-50

54
Universitas Sumatera Utara

Peristiwa yang sama terjadi pada pemilihan umum tahun 2000. Sebanyak 550 aktivis
IM ditangkap, termasuk diantaranya 20 orang elit IM. Hal ini membuat IM hanya mendapat
17 kursi dari total 454 kursi legislatif. Selanjutnya pada tahun 2005 IM terlibat dalam
demonstasi pro- demokrasi dengan Egyptian Movement for Change. Hal ini menyebabkan
banyak aktivis IM ditangkap. Namun cukup mengejutkan ditahun yang sama prestasi politik
IM sangat tidak terduga, yakni IM berhasil mendapatkan 88 kursi dari 150 kandidatnya.
Selanjutnya pada tahun 2011, melalui Muhammad Mursi, IM mendirikan partai politik yang
bernama Partai Kebebasan dan Keadilan. Puncaknya pada pemilihan umum Mesir tahun 2012
Muhammad Mursi berhasil memenangkan pemilihan umum menjadi presiden pertama Mesir
yang terpilih secara demokratis. Namun pada tahun 2013 presiden Mursi di kudeta dari
kepemimpinannya serta banyak aktivis dan anggota IM yang dipenjara.96
D. Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin
D.1. Hasan Al-Banna
Hasan Al-Banna dilahirkan di Desa Al-Mahmudiyah yang berada di wilayah AlBahirah, dikawasan pedalaman Mesir, pada September 1906 M. Masa kecil Al-Banna dilalui
dengan belajar tahfidz Al-Qur‟an yang dipelajari langsung melalui ayahnya. Sementara itu
pendidikan dasar formal dilalui Al-Banna di Madrasah Diniyah Al-Rashad. Pada usia 12
tahun ia pernah menyaksikan praktik zikir tarekat Al-asafiyah dan menangkap kesan tentang
kelapangan hati dan kesalehan orangtua serta kerendahan hati orang muda. Selanjutnya
pendidikan Al-Banna dilanjutkan ke Madrasah Al- I‟dadiyah. Kemudian setelah selesai AlBanna melanjutkan pendidikannya ke Dar Al-Mu‟allimin di Damanhur pada tahun 1920.
Disekolah inilah Al-Banna menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an yang telah dimulai sejak
bersama ayahnya. Pada waktu itu ia belum genap berusia 14 tahun.97

96
97

Ibid., Hal. 54-70.

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 185-187.

55
Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1923, Al-Banna melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi Dar AlUlum, Kairo. Namun salah satu hal yang menarik diperhatikan adalah bahwa selama di
Kairo, Al-Banna banyak terlibat dengan perkembangan pemikiran atau situasi politik yang
sedang melanda Mesir, yakni menurut Al-Banna sangat memprihatinkan. Selanjutnya, karena
melihat kondisi Mesir pada waktu itu, Al-Banna memikirkan perlunya sebuah gerakan
penyadaran umat. Hal inilah kemudian yang membuat Al-Banna mendirikan Ikhwanul
Muslimin (IM) pada tahun 1928. Gerakan Ikhwanul Muslimin selanjutnya berkembang dan
mendaparkan pro dan kontra

dilkalangan pemerintah. Hingga pada tahun 1948 IM

dibubarkan oleh pemerintah Mesir. Pembubaran itu berawal dari kesenjangan koordinasi
gerakan ini dengan pemerintah Mesir ketika itu. Kulminasinya adalah terbunuhnya Al-Banna
pada 12 Februari 1949 M.98
D.2. Sayyid Qutb
Sayyid Qutb adalah ideologi gerakan Ikhwanul Muslimin. Jika Hasan Al-Banna
sebagai pendiri IM lebih menitikberatkan perhatiannya pada gerakan gerakan dakwah, maka
Qutb lebih memberi nuansa politik pada organisasi tersebut. Sayyid Qutb dilahirkan di Desa
Qaha, Provinsi Asy-yut pada 1906.99 Pendidikan awalnya ditangani oleh ayahnya Haji Qutb
bin Ibrahim sebelum pada usia enam tahun ia memulai pendidikan dasar didesanya. Karena
ketajaman otaknya, ia berhasil menamatkan pendidikan dasar hanya empat tahun, yakni dua
tahun lebih cepat dari biasanya.
Pada usia 13 tahun Sayyid Qutb berangkat ke Kairo untuk meneruskan pendidikan di
Madrasah Tsanawiyah dan setelah selesai baru melanjutkan ke Dar Al-Ulum. Seperti halnya
tokoh-tokoh Mesir lainnya, semula Qutb sangat mengagumi Barat namun akhirnya berbalik
membenci barat karena menyaksikan keringnya peradaban Barat dari nilai-nilai spiritual. Hal
inilah yang membuat Qutb berubah dan menoleh pada Islam serta menjadikannya sebagai
98

Ibid.,

99

Ibid., hal. 204

56
Universitas Sumatera Utara

ideologi. Pada tahun 1951, setelah pulang dari Amerika, ia masuk organisasi IM. Disini Qutb
mulai mengembangkan gagasan- gagasan politinya. Ia mulai menunjukkan sikap frontalnya
terhadap pemerintahan Gamal Abd. Al- Nasher yang dipandang berbau sosialis. Gagasan
militannya mempengaruhi anak-anak muda IM. mereka menuntut pemerintah untuk mundur.
Bahkan mereka mencoba untuk membunuh presiden Nasher, namun gagal. Akibatnya,
banyak anggota IM yang ditangkap dan diadili. Ada yang dihukum gantung, ada pula yang
dihukum kerja paksa, dan ada pula yang dipenjarakan sampai 15 tahun lamanya. Qutb
termasuk orang yang dipenjarakan oleh Nasher. Setelah keluar dari penjara pada 1966, Qutb
tetap aktif dalam gerakan IM dan terus menuangkan gagasannya dalam buku dan media
massa. Hal ini menyebabkan Qutb dipenjara kembali. Akhirnya ia kenakan hukuman mati
pada 22 Agustus 1966 di Kairo.100
D.2.1. Gagasan-gagasan Politik Sayyid Qutb
Sebagai tokoh yang memandang Islam sebagai agama yang sempurna, Sayyid Qutb
menyatakan bahwa segala permasalahan kehidupan umat manusia telah diatur dalam Islam,
tidak terkecuali masalah politik ketatanegaraan. Sebagai konsepsi politik, Islam mempunyai
karakteristik yang tidak dimiliki oleh ideologi-ideologi ciptaan manusia. Untuk itu Qutb
memaparkan tujuh karakteristik konsepsi Islam tersebut:101


Rabbaniyah (ketuhanan). Menurut Qutb, rabbaniyah merupakan konsep pertama dan

utama yang menjadi sumber bagi karakteristik-karakteristik lainnya. Islam bersumber
pada Al-qur‟an yang berasal dari Allah. Sebagai ajaran dari Tuhan, manusia hanyalah
menerima, memahami, beradaptasi dengannya, dan menerapkan tuntutannya dalam
dalam kehidupan mereka.


Konstan. Dalam Islam terdapat nilai-nilai universal yang bersifat konstan dan tidak
boleh diubah-ubah. Ia berkembang dengan berkembangnya fenomena-fenomena

100

Ibid., Hal. 206.

101

Ibid., Hal. 207-212.

57
Universitas Sumatera Utara

kehidupannya. Nilai-nilai yang mengendalikan gerak kemanusiaan dan perkembangan
kehidupan manusia, sehingga mereka tidak tersesat.


Menyeluruh. Karena Islam berasal dari Allah, maka ia bersifat universal. Islam
terlepas dari segala kekurangan, kelemahan, kelalaian dan kontradiksi.



Keseimbangan. Dalam ciri ini, ada doktrin Islam yang bisa dipahami dan ada pula
yang tidak bisa dipahami.



Keaktifan. Manusia harus menciptakan kerja-kerja kreatif dan mengadakan gerakan
positif dalam kehidupan riil mereka.



Realistis. Ajaran Islam selalu sesuai dengan kondisi riil manusia dan Islam tidak
membebankan sesuatu diluar kemampuan manusia.



Tauhid. Doktrin ini sebenarnya merupakan ajaran universal yang dibawa oleh setiap
rasul Tuhan.

Selain beberapa hal diatas, Qutb juga menjelaskan bahwa kedaulatan bukanlah berada
ditangan rakyat, melainkan berada ditangan Tuhan dan bersifat Ilahiah. Menurut Qutb
manusia hanya menjalankan apa yang telah ditetapkan Tuhan. Selain itu Qutb juga
berpendapat bahwa politik pemerintahan dalam Islam dibangun atas asas keadilan penguasa,
ketaatan rakyat, dan musyawarah.
E. Sejarah Kemunculan Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI)
Pada dasarnya kemunculan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
atau yang selanjutnya disingkat dengan KAMMI tidak terlepas dari kondisi sosial dan politik
bangsa Indonesia pada masa itu. Banyak elemen mahasiswa dan masyarakat menghendaki
diadakannya berbagai perubahan terhadap keadaan politik bangsa. Adapun tuntutan tersebut
sebagai respon terhadap krisis yang terjadi, keresahan masyarakat karena meningkatnya
tingkat kriminalitas sosial, dan bertambahnya pengangguran akibat PHK besar-besaran yang

58
Universitas Sumatera Utara

terjadi serta rasa cemas karena pada saat itu untuk ketujuhkalinya Soeharto terpilih kembali
menjadi presiden Indonesia, meski pemilihan itu sendiri berada dalam iklim politik yang
menuju fase transisi untuk mengakhiri kekuasaan Soeharto. Para mahasiswa Muslim yang
tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) juga tidak ketinggalan dalam menyikapi
fenomena tersebut. Menurut aktivis LDK, saat itu krisis yang terjadi bukan hanya
menyangkut krisis ekonomi dan moneter, tetapi meluas kepada level krisis lain, seperti krisis
moral dan akhlak, krisis politik, krisis sosial dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.102
Sebagai salah satu elemen bangsa, mahasiswa Muslim yang tergabung dalam LDK
merasa berkepentingan terhadap isu-isu yang berkembang. Hal tersebut dikarenakan selama
ini mahasiswa Muslim dikesankan hanya sebagai komponen mahasiswa yang hanya bisa
berada dibalik tembok-tembok Masjid dengan doa dan zikir, tetapi realitas kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, dan politik tidak menjadi perhatian para aktivis dakwah kampus. Untuk
merespon fenomena yang terjadi, para aktivis LDK bersepakat untuk membuat gerakan dan
reformasi total. Hal inilah yang memicu pertemuan aktivis LDK di Malang pada Maret
1998.103 Para aktivis LDK sepakat untuk mendirikan sebuah fron yang hanya bersifat sebagai
wadah koordinatif atau berbentuk federasi bagi seluruh mahasiswa Muslim. Akhirnya
disepakatilah pembentukan wadah koordinatif tersebut diberi nama Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Selanjutnya KAMMI dan berbagai elemen

mahasiswa maupun elemen masyarakat bersatu melakukan reformasi total dan menginginkan
Soeharto turun dari jabatannya. Usaha tersebut tidak sia-sia ketika pada 21 Mei 1998
102

Lihat Syarifudin jurdi, Loc.cit., Hal. 445-446. Lihat juga Anok Sutarno. Loc.cit., Hal. 5-7. Lihat juga Arief Pandu

Wijonarko. 2009. “Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia: Kajian Sejarah Perjalanan KAMMI Sebagai Gerakan
Mahasiswa Masa Reformasi”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah . Hal.1-4.
Diakses melalui http//repository.uin.ac.id/dspace/bitsream/123456789/18485/1/SYARIFHIDAYATULLAH-FUF.pdf, pada
15 November 2015, pukul 23.30 WIB.
103

Ibid. Informasi ini juga merupakan hasil wawancara dengan Bapak Supandi sebagai Ketua KAMMI Wilayah Sumatera

Utara pada 25/02/2016, Pukul 16:58 Wib di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1. Selanjutnya juga didapatkan melalui
wawancara dengan Bapak Afri Darmawan, selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah Sumatera Utara, pada
Senin, 16/11/2015, Pukul 19.00 Wib di Cikal USU.

59
Universitas Sumatera Utara

Soeharto mengundurkan diri. Keadaan ini memicu berkembangnya gerakan-gerakan
mahasiswa. KAMMI sendiri berkembang dari federasi menjadi ormas dan langsung
melaksanakan muktamar yang pertama di Bekasi pada Oktober 1998. 104 Konteks sosial
politik bagi tonggak kelahiran KAMMI sebagai ormas membawa wacana baru bagi gerakan
mahasiswa Muslim, yakni yang diekspresikan melalui demonstrasi dan mimbar bebas. Bagi
KAMMI, aksi turun ke jalan dianggap merupakan cara yang efektif untuk melakukan protes
atas segala penyimpangan yang terjadi.105
Untuk memperkuat barisan pergerakannya, KAMMI melakukan berbagai kegiatan
dan usaha yang dapat mendukung kebijakan organisasi. Mengenai bentuk kegiatan KAMMI
dijelaskan dalam Anggaran Dasarnya; pertama membina ketakwaan, keimanan, dan akhlak
mahasiswa Muslim Indonesia dengan cara-cara yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist,
namun juga dengan memperhatikan perkembangan zaman dan sesuai dengan konteks
keindonesiaan. Kedua , menggali, mengembangkan, dan memantapkan segenap potensi
kemahasiswaan, baik potensi akal, keilmuan dan budaya yang sifatnya kreatif dan aplikatif
yang akan sangat berguna bagi laju perkembangan nasional. Ketiga , mengembangkan
kerjasama, komunikasi dan persaudaraan antar sesama mahasiswa muslim dari berbagai
macam elemen. Keempat, mengembangkan dan meningkatkan kepekaan, kepedulian, peran
serta, dan solidaritas mahasiswa muslim Indonesia terhadap permasalahan-permasalahan
kebangsaan dan kerakyatan dalam lingkup ekonomi, pendidikan, politik, hukum, sosial, dan
budaya. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan pengembangan kemahasiswaan dan kualitas
sumber daya manusia dengan misi membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah
kemungkaran bagi seluruh umat manusia (amar ma‟ruf nahi munkar).106

104

Lihat Syarifudin jurdi, Op.cit., Hal. 449-454.

105

Ibid
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KAMMI.

106

60
Universitas Sumatera Utara

Berkaitan dengan internal organisasi, KAMMI melakukan serangkaian kegiatan yang
dapat menciptakan kader yang unggul sesuai dengan harapan umat dan bangsa, karena itu
organisasi ini melakukan pembinaan dan pengkaderan sebagaimana yang lazim dilakukan
oleh organisasi kader lainnya. Pembinaan

KAMMI memiliki beberapa tingkatan, yang

pertama dimulai dari daurah marhalah I yang memberikan penekanan kepada pembinaan
kader, penanaman nilai-nilai Islam, penanaman misi gerakan. Daurah marhalah II mulai
diberikan penekanan pada berbagai masalah sosial yang berkembang dalam masyarakat
sebagai implikasi langsung dari pemahaman terhadap misi gerakan. Daurah marhalah III
memberikan pedoman kepada setiap kader untuk dapat melakukan transformasi nilai yang
diorientasikan kepada kepemimpinan umat dan bangsa.107 Daurah Marhalah I dilaksanakan
pada tingkat KAMMI Komisariat, Daurah Marhalah II dilaksanakan pada tingkat KAMMI
Daerah, serta Daurah Marhalah III dilaksanakan pada tingkatan KAMMI Wilayah.108
Sejak berdirinya, sampai dengan tahun 2015 diperkirakan anggota KAMMI berjumlah
sebesar 40,000 orang dan tersebar di sekitar 400 kampus. Jumlah anggota dan alumni
KAMMI sejak berdirinya hingga saat ini diperkirakan berjumlah sebesar 100,000 orang.
Sampai saat ini penyebaran organisasi KAMMI terdiri dari 30 KAMMI Wilayah, 89 KAMMI
Daerah, 3 Cabang KAMMI Luar Negeri dan 400 KAMMI Komisariat di seluruh Indonesia.
Sebaran KAMMI Wilayah tersebut diantaranya adalah : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan-Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
107

Syrifuddin Jurdi, Op.cit., Hal. 456.

108

Hasil wawancara dengan Bapak Supandi sebagai Ketua KAMMI Wilayah Sumatera Utara pada 25/02/2016, Pukul 16:58

Wib di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1. Selanjutnya juga didapatkan melalui wawancara dengan Bapak Afri Darmawan,
selaku pengurus Dewan Majelis Pertimbangan Wilayah Sumatera Utara, pada Senin, 16/11/2015, Pukul 19.00 Wib di Cikal
USU.

61
Universitas Sumatera Utara

Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Sedangkan 3 Cabang KAMMI Luar
Negeri adalah Jepang, Jerman dan Mesir.109
F. Visi dan Misi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Visi:
Wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam
upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.
Misi:
1. Membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan mahasiswa muslim Indonesia.
2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial,
politik, dan kemandirian ekonomi mahasiswa.
3. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa
Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara.
4. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.
5. Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara dengan semangat.
6. Membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma‟ruf
nahi munka