Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ketika memahami pola pemikiran individu maupun kelompok atau bahkan
masyarakat, maka hal tersebut sangat erat kaitannya dengan ideologi yang di anut individu,
kelompok, atau masyarakat itu sendiri. Ideologi bermula dari interpretasi seseorang yang
mendalam atas keadaan yang kongkrit (hidup manusia) yang dialaminya sendiri. Pencipta
ideologi itu melihat keburukan-keburukan dari keadaan tersebut, maupun keadaan yang sama
pada masa lampau dan menggambarkan dalam pemikirannya yang teoritis suatu kehidupan
yang ideal, yang harus di usahakan untuk menggantikan keadaan- keadaan yang buruk itu.
Berangkat dari hal itulah kemudian ia menyusun suatu rancangan

dasar tentang suatu

kehidupan manusia yang ideal, yang harus dicapai beserta rancangan dasar tentang jalan
untuk mencapai yang ideal tersebut.
Presuposisi pemikiran, atau rancangan dasar yang digunakan oleh pencipta ideologi
untuk mencapai apa yang disebut sebagai keadaan ideal itu, maka pencipta ideologi memiliki
suatu ukuran tertentu berdasarkan kehidupan yang dijalani manusia. Pertanyaannya adalah,
apakah yang menjadi norma atau ukuran yang dipergunakan oleh pencipta ideologi untuk

menentukan yang buruk maupun yang ideal tersebut? Jawaban yang tepat ialah berdasarkan
presuposisi pemikiran pencipta ideologi tersebut. Mungkin presuposisi diangkat dari suatu
filsafat tertentu, mengembangkan sendiri secara kreatif, mengikuti para pemikir dari beberapa
filsuf, pandangan suatu bangsa, atau diangkat berdasarkan dari ajaran agama tertentu.1 Saat
ini, sebuah pemikiran yang cukup menarik untuk di bahas adalah presuposisi pemikiran
1

Lihat P. Anthonius Sitepu. 2012. Studi Ilmu Politik..Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 49-50.

Lihat juga Ian Adams.2004. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan masa depannya . Yogyakarta:Penerbit
Qalam. Hal. 6-8.

1
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan ajaran agama. Hal tersebut di karenakan sejak beberapa dekade terakhir, banyak
bermunculan gerakan-gerakan kebangkitan yang dilakukan oleh pemeluk agama-agama
besar, khususnya agama Islam. Gerakan-gerakan ini berimplikasi sangat signifikan pada peta
perpolitikan global. Islam, yang pernah menjadi kekuatan utama di dalam kancah politik
dunia sejak revolusi Iran tahun 1979, bisa disebut sebagai sebuah contoh paling mencolok

dari gerakan politik keagamaan.2 Dalam kajian ideologi politik, presuposisi pemikiran yang
muncul berdasarkan ajaran agama sering juga disebut dengan istilah fundamentalisme agama.
Fundamentalisme agama adalah sebuah istilah yang memayungi banyak istilah lain
yang memiliki kesan khusus. Fundamentalisme agama diseluruh dunia seringkali muncul
dalam bentuk beragam. Namun demikian, terdapat pula tema-tema khusus yang
menghubungkan berbagai fenomena gerakan agama yang saling terpisah ini, yaitu menolak
modernitas dan keinginan kembali pada masa lalu, nilai-nilai masa lalu, serta otoritas masa
lalu. Tema ini tampaknya lebih erat kaitannya dengan fundamentalisme Islam yang selama
ini sangat mempengaruhi peristiwa-peristiwa perpolitikan dunia.3
Pemikiran politik islam tidak hanya berkutat disekitar gagasan tetang Negara, tetapi
juga membahas ide-ide tentang komunitas Muslim yang ada. Hal tersebut di latarbelakangi
oleh Aqidah Islam yang mewajibkan sebagian kaum muslimin dari berbagai partai,
kelompok, dan organisasi, untuk berjuang melanjutkan kehidupan Islami (Isti‟naf al-hayat alislamiyyah) dan menyampaikan dakwah islam dalam rangka memecahkan permasalahan

utama kaum muslimin. Kewajiban4 tersebut sebagaimana yang terdapat dalam Al – Qur‟an
berikut ini:

2

Ibid., Ian Adams. Hal. 425.


3

Ibid., Hal. 426.

4

Lihat Moh. Rifa‟i. 1998. Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra. Hal. 1. Dalam buku Moh.

Rifa‟I dijelaskan pengertian wajib atau fardhu adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika di
tinggalkan mendapat dosa. Wajib atau fardhu tersebut terbagi menjadi dua, yaitu fardhu „ain; yaitu yang harus dikerjakan

2
Universitas Sumatera Utara

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung” (QS: Ali Imran: 104)5

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan

Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al Ankabut: 69).6

Fenomena gerakan kaum fundamentalis Islam pada dasarnya tidak lepas dari
keruntuhan kekhilafahan Turki, sekaligus menjadi penanda awal munculnya politik Islam
modern. Bagi orang-orang fundamentalis Islam, keruntuhan kekhalifahan tersebut justru
membuka jalan untuk mengembangkan ide tentang Negara Islam, yakni sebuah Negarabangsa modern yang tersentralisasi, mempunyai wilayah sendiri, namun tetap disemangati
oleh ideal Islam yang bersifat syari‟ah. Pandangan yang terakhir itulah yang dianut oleh
fundamentalisme Islam, yang menampakkan awal mula kemunculannya lebih berupa sebuah
gerakan politik modern pada akhir abad ke 20 di Mesir. Awal masuknya fundamentalisme
Islam ke dalam aktivitas politik konvensional dimulai dari terbentuknya Ikhwanul Muslimin
di Mesir tahun 1928.7
Organisasi Ikhwanul Muslimin merupakan wujud dari gerakan fundamentalisme
Islam yang telah mewarnai kondisi sosial-politik, khususnya di Mesir.8 Nama Ikhwanul
Muslimin sendiri juga sangat lekat dengan pendirinya, yaitu Hasan Al-Banna. Bahkan tidak

oleh setiap orang yang, seperti shalat lima waktu, puasa, dan sebagainya. Sedangkan yang kedua yaitu fardhu kifayah; yaitu
suatu kewajiban yang telah dianggap cukup apabila telah dikerjakan oleh sebagian orang saja, Dan berdosa bagi seluruhnya
jika tidak seorangpun dari mereka yang mengerjakannya, seperti menshalati jenazah dan menguburkannya, serta hal-hal
lainnya.

5

Al-Qur‟an Terjemahan An- Nur, oleh Prof. T.M Hasbi Ash-Siddieqy.

6

Ibid

7

Ian Adams, Op.cit., Hal. 430.

8

Nanang Tahqiq. 2004. Politik Islam. Jakarta: Prenada Media. Hal. 271.

3
Universitas Sumatera Utara

jarang para peneliti menyamakan antara pemikiran Ikhwanul Muslimin dengan pemikiran

Hasan Al-Banna.
Hasan Al-Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin ini di Ismailiya pada Maret
1928. Penyebaran dakwah Ikhwanul Muslimin ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, seperti
adanya contoh aplikatif Islam yang disuguhkan oleh Ikhwanul Muslimin sejak awal
berdirinya, yakni disaat Al Azhar dan berbagai organisasi Islam yang ada ketika itu tidak
mampu menyuguhkannya. Kemudian iklim yang memacu bangkitnya sentimen keislaman
yang muncul akibat penjajahan bangsa asing.9 Hal tersebut dikarenakan pada saat itu Mesir
tengah berada dibawah kontrol kuat Negara Inggris. Keadaan inilah yang memicu seorang
pemuda, yaitu Hasan Al-Banna mendirikan organisasi Ikhwanul Muslimin. Hasan Al-Banna
percaya bahwa dunia Islam pada saat itu telah dirusak oleh ide-ide Barat, dan karenanya perlu
dilakukan upaya pemurnian, upaya pemulihan keyakinan yang nantinya akan diletakkan di
pusat kehidupan bangsa. Syariah harus menjadi otoritas sentral, dan prinsip islam harus
diterapkan di seluruh aspek kehidupan sosial dan ekonomi. Masyarakat Islam harus di capai
dengan jihad atau perang suci. Cara ini akan menghancurkan semua kekuatan kolonial dan
membebaskan Mesir dan bagian dunia Islam yang lain dari cengkraman kolonialisme
tersebut.10
Beberapa aktivitas yang dilakukan Ikhwanul Muslimin dalam hal pendidikan dan
pembinaan yakni mengadakan forum kajian untuk mahasiswa, menerbitkan surat kabar setiap
minggu, mendirikan unit kemahasiswaan, memfokuskan dakwah di sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi, serta melaksanakan beberapa kali muktamar. Adapun bahasan dalam

muktamar tersebut menyangkut permasalahan politik, sosial dan ekonomi di Mesir pada saat
Lihat Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan. 2000. Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif terhadap Proses

9

Pendidikan Politik “IKHWAN” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun
1028 hingga 1954. Solo: Era Intermedia. Hal. 189.
10

Ian Adams, Op.cit., Hal. 434.

4
Universitas Sumatera Utara

itu, membongkar aktivitas perusahaan-perusahaan monopoli, serta membicarakan kondisi
para petani dan berbagai penyakit yang mewabah. Sedangkan aktivitas politik dan sosialnya
ialah mengadakan berbagai pertentangan terhadap imperialisme, perusahaan-perusahaan
asing, tradisi barat, dan lain sebagainya.11
Di dalam risalah pergerakan Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna memaparkan
bahwa “Sesungguhnya dalam Islam ada politik, namun politik yang padanya terletak

kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah politik kami”.12 Hal ini sejalan dengan pandangan
Ikhwanul Muslimin tentang dakwah, yakni dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah yang
hanya dapat dilukiskan secara integral oleh kata “islamiyah”.13 Kata islamiyah mempunyai
makna yang luas, yaitu Ikhwanul Muslimin memandang bahwa Islam adalah nilai yang
komprehensif, yakni mencakup seluruh dimensi kehidupan. Hal ini berkaitan dengan slogan
Ikhwanul Muslimin, yaitu menjadikan Islam sebagai solusi hidup masyarakat.14
Pemikiran politik Ikhwanul Muslimin ini banyak mempengaruhi munculnya
organisasi-organisasi pergerakan bahkan partai politik yang berazaskan keislaman di banyak
Negara, seperti Palestina (Hamas), Irak (Jamaat Anshar Al-Sunnah), Afghanistan (Taliban).
Gerakan organisasi ini pada perkembangan selanjutnya sering menjadi prototype (pola dasar)
gerakan-gerakan fundamentalis kontemporer di banyak bagian dunia Islam,

termasuk

Indonesia.15 Hubungan yang bersifat politis terkait gerakan Islam internasional antara
Indonesia dengan dunia Arab sebenarnya sudah dimulai pada era sebelum kemerdekaan
11

Ibid. Hal. 194.


12

Lihat Hasan Al Banna. 1997. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 1 . Solo: Intermedia Hal. 75.

13

Diakses

melalui

https://agendapamel.wordpress.com/politik-islam/pemikiran-politik-ikhwanul-muslimin/

pada

10

November 2015, pukul 20.35 WIB.
Mohammad Riza Widyarsa, Syaifuddin Fadillah, Randi M. Ramdhani, Fahmi Salsabilla. 2011. “Pengaruh Ideologi Politik

14


Islam terhadap Partai Politik di Indonesia. Studi Kasus Partai Keadilan Sejahtera”. Jurnal Al- Azhar Seri Pranata Sosial.
Volume 1 nomor 1 tahun 2011. Hal. 29.
15

Lihat Noor Huda. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal.

171.

5
Universitas Sumatera Utara

Indonesia. Tokoh utamanya adalah HOS Cokroaminoto yang menghadiri konferensi Islam di
Mekah pasca runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani. Namun, pengaruh ideologisnya
kemudian sangat bisa dirasakan terutama setelah hubungan yang bersifat intensif banyak
dilakukan oleh M. Natsir, seorang intelektual dan politisi Muslim yang sangat disegani dalam
kancah dunia internasional.
M. Natsir mendirikan lembaga Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada
1967. Natsir yang ketika menjabat sebagai Perdana Menteri telah banyak menjalin hubungan
dengan Timur Tengah kemudian semakin meningkatkan hubungannya melalui lembaga baru

ini.16 Lewat DDII ini banyak beasiswa diberikan kepada mahasiswa Indonesia yang
disekolahkan di universitas-universitas di Timur Tengah, terutama Mesir dan Arab Saudi.
Bahkan Natsir lewat DDII kemudian mendirikan lembaga pendidikan yang dikenal dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) pada tahun 1980 di Jakarta Selatan.
Natsir sendiri mendapatkan rekomendasi dari Syaikh Abdul Aziz Bin Baz, ulama kerajaan
Arab Saudi dalam pendirian LIPIA di Indonesia. LIPIA merupakan lembaga internasional
yang didanai oleh Raja Abdul Aziz dan mendapatkan bimbingan dari Muhammad Qutub
(saudara Sayyid Qutub).
Alumni Timur Tengah yang banyak bersentuhan dengan Ikhwanul Muslimin
kemudian mengambil peran strategis dalam diseminasi pemahaman Ikhwanul Muslimin di
Indonesia. Alumni Timur Tengah ini juga sangat besar pengaruhnya dalam menyebarkan
gagasan Ikhwanul Muslimin di kampus-kampus di Indonesia melalui kajian-kajian dan
mentoringnya. Dapat disebutkan misalnya Abu Ridho yang belajar di Arab Saudi, banyak
menyebarkan gagasan Ikhwanul Muslimin melalui metode pengajarannya. Setelah kembali

16

Lihat Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia

Kontemporer, Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 224- 225.

6
Universitas Sumatera Utara

dari Arab Saudi pada tahun 1981, ia yang merupakan salah satu generasi awal penerima
beasiswa dari DDII kemudian banyak mempengaruhi para aktivis DDII yang lain.
Persebaran pemikiran Ikhwanul Muslimin semakin luas dengan diterbitkannya karyakarya tokoh-tokoh gerakan ini. Peran alumni Timur Tengah juga sangat signifikan dalam
upaya penerbitan karya-karya ini. Karya Sayyid Qutub Ma‟alim fi Thariq diterbitkan dengan
judul Petunjuk Jalan. Buku ini diterbitkan oleh lembaga penerbit DDII yang juga
menerbitkan majalah berkala Media Dakwah. Majmu Ar Rasail yang merupakan tulisan dan
pidato Hasan Al Banna kemudian diterbitkan dengan judul Risalah Gerakan Ikhwanul
Muslimin. Gagasan dan ideologi Ikhwanul Muslimin kemudian banyak mempengaruhi
organisasi gerakan Islam di Indonesia seperti Pelajar Islam Indonesia atau yang selanjutnya
disingkat dengan PII dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).17
Metode dakwah Ikhwanul Muslimin banyak dipakai dalam pengkaderan lembagalembaga yang berbasis pelajar dan mahasiswa. Sebut saja Mutammimul Ula dari PII sebagai
salah seorang generasi awal yang menyebarkan ideologi Ikhwanul Muslimin di PII. Lebih
awal dari itu ada Imaduddin Abdulrahim dari HMI yang memperkenalkan konsep Latihan
Mujahid Dakwah (LMD). Imaduddin yang juga ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam
(LDMI) banyak menjalin hubungan dengan Ikhwanul Muslimin dan bahkan menjadi wakil
Sekjend dalam International Islamic Federation of Student Organizations (IIFSO) yang
banyak diwarnai orang-orang Ikhwanul Muslimin di dalamnya. Imaduddin kemudian banyak
memperkenalkan konsep pengkaderan model Ikhwanul Muslimin seperti pola Usroh
(keluarga: kumpulan individu Muslim yang beriman kepada Allah dan saling tolong
menolong)

yang

selanjutnya

bermetamorfosis

menjadi

tarbiyah,

yaitu

bermakna

17

Diakses melalui https://eprints.uns.ac.id/8648/4/91800308200902404.pdf pada 13 November 2015, pukul 21.15 WIB.

7
Universitas Sumatera Utara

menghantarkan sesuatu secara bertahap sampai tingkat kesempurnaan. Lewat LMD yang
diselenggarakan di masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) inilah konsep-konsep
Ikhwanul Muslimin banyak disebarluaskan ke dalam lingkungan kampus seluruh Indonesia.
Jadi, dapat ditarik sebuah argumen bahwa LMD-lah kemudian yang menjadi cikal-bakal
LDK (Lembaga Dakwah Kampus) yang kemudian dalam dunia gerakan ekstra kampus
bertransformasi menjadi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).18

Sejarah berdirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) tidak
lepas dari kondisi sosial dam politik bangsa Indonesia. Diakhir tahun 1990 an kondisi sosial
politik Indonesia mulai berubah secara drastis, gerakan-gerakan Islam yang tadinya ditekan
oleh aparat pemerintah agar tidak hidup, malah sebaliknya berkembang pesat. Puncak dari
perubahan ini terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 dimana orang nomor satu di Indonesia,
presiden Soeharto mundur dari jabatannya setelah mendapat tekanan yang sangat masif dari
rakyat yang dimotori oleh para mahasiswa dan para tokoh nasional.19
Euforia politik terus berlangsung ditandai dengan berdirinya organisasi maupun partai
baru. Para aktivis dakwah dan sarjana- sarjana lulusan Timur Tengah yang selama ini aktif di
dunia dakwah mencoba memanfaatkan situasi yang sedang berkembang. Akhirnya, setelah
melalui proses panjang, dari pertemuan FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah
Kampus)

seluruh Indonesia yang berlangsung di Malang, para aktivis LDK sepakat

mendirikan sebuah “front” yang menggabungkan berbagai komponen mahasiswa Muslim
dalam menuntut keadilan dan kebenaran bagi penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas

18

Ibid.

Lihat juga Miftahuddin. 2008. “Pengaruh Ideologi Ikhwanul Muslimin terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia”.
Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah . Hal. 4-5. Diakses pada

http//repository.unjkt.ac.id/dspace/bitsream/123456789/18485/1/MIFTAHUDDIN-FUF.pdf, pada 15 November 2015, pukul
22.30 WIB.
19

Lihat Syarifuddin Jurdi. 2008. Pemikiran Politik Islam di Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat Madani dan

Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 445- 446.

8
Universitas Sumatera Utara

dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Keinginan kuat untuk membentuk “front” yang
hanya bersifat wadah “koordinatif” atau berbentuk “federasi” bagi seluruh mahasiswa
Muslim diberbagai kampus dan bukan sebagai suatu ormas, amat kuat menggema dalam
FSLDK. Akhirnya pada 29 Maret 1998 disepakati pembentukan wadah koordinatif yang
diberi nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), yang secara organisasi
terpisah dari kelembagaan LDK dan hanya bersifat federasi bagi mahasiswa muslim.20
Namun seiring dengan perkembangan organisasi, KAMMI resmi menjadi organisasi
mahasiswa. Sejak saat itu pula gerakan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) tersebar hampir di seluruh perguruan tinggi baik itu di perguruan tinggi
negeri maupun diperguruan tinggi swasta di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, KAMMI
juga menyebar sampai ke Luar negeri, yaitu di Jepang dan Jerman.21
Pemikiran politik organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
tidak terlepas dari konteks keislaman serta berlandaskan kepada Al-Qur‟an dan Hadist.
Tujuan gerakan organisasi KAMMI adalah mewujudkan masyarakat Islami di Indonesia. Hal
tersebut akan dapat dicapai dengan cara membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan
mahasiswa Muslim Indonesia. Selain itu juga dengan cara menggali, mengembangkan, dan
memantapkan potensi dakwah intelektual, sosial, dan politik mahasiswa. Dalam pergerakan
organisasi tersebut, terdapat beberapa prinsip yang harus di patuhi oleh para kader atau
aktivisnya, yaitu; kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI, kebatilan adalah
musuh abadi KAMMI, solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI, perbaikan adalah

20

Ibid., Hal. 447.

21

Lihat Anok Sutarno. 2008. “Pengembangan Kepribadian Islam Mahasiswa: Studi Atas Konsep Muslim Negarawan dalam

Buku Manhaj Kaderisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)”. Skripsi Universitas Islam Negerei Sunan
Kalijaga . Hal. 5 – 7.

Diakses melalui http//repository.uinsk.ac.id/123456789/18485/3/UNINSUNANKALIJAGA.pdf, pada 15 November 2015,
pukul 23.30 WIB.

9
Universitas Sumatera Utara

tradisi perjuangan KAMMI, kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI, serta
persaudaraan adalah watak muamalah (hubungan) KAMMI.22
Sumatera utara merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat pergerakan
organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) paska kelahirannya pada
tahun 1998. Semangat para aktivis dakwah kampus menyebar ke seluruh wilayah Indonesia,
termasuk Sumatera Utara. Kemunculan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) di Sumatera Utara pada awalnya hanya ada di kota Medan, atau di
istilahkan dengan KAMMI daerah Medan. Namun, seiring dengan perkembangan sistem
demokrasi di Indonesia, organisasi KAMMI di Sumatera Utara berkembang

hampir di

seluruh wilayah Sumatera Utara. Beberapa daerah tersebut adalah Kota Medan (12
Komisariat) Siantar (1 Komisariat), Simalungun (1 Komisariat), Dairi (1 komisariat), Padang
Sidempuan (1 Komisariat), Padang Lawas (1 Komisariat), Labuhan Batu (2 Komisariat),
Mandailing Natal (1 Komisariat), dan Langkat (1 Komisariat).

Jadi dapat dikatakan,

tingkatan KAMMI di Sumatera Utara dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni yang pertama
KAMMI Wilayah Sumatera Utara, kemudian KAMMI Daerah, dan tingkatan yang terendah
yakni KAMMI Komisariat.
KAMMI Wilayah, sebagai tingkatan teratas pada tataran provinsi, memiliki fungsi
mengkomando KAMMI Daerah dan KAMMI Komisariat yang ada di provinsi tersebut.
Namun dalam melakukan aksi dan pergerakan, umumnya seluruh KAMMI Komisariat
bersatu atas komando dari KAMMI Wilayah. Sehingga dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa tidak ada perbedaan antara KAMMI Wilayah maupun KAMMI Komisariat. Adapun
letak perbedaan tersebut hanya sebatas kepada struktur saja.

22

Diakses dari kammi.or.id. pada 5 Desember 2015 pukul 23.00 WIB.

10
Universitas Sumatera Utara

Struktur organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) wilayah
Sumatera Utara terdiri dari beberapa bidang atau departemen. Masing-masing bidang
memiliki program kerja yang berbeda, namun saling berkaitan, diantaranya adalah
Departemen Kaderisasi, Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP), Departemen
Informasi dan Komunikasi (Infokom), Departemen Kebijakan Publik (DKP), Departemen
Pengembangan Wilayah (DPW), dan Departemen Hubungan Masyarakat (Humas). Selain itu
terdapat pula beberapa Lembaga Semi Otonom (LSO) KAMMI wilayah Sumatera Utara,
diantaranya adalah KAMMI Pala (KAMMI Pecinta Alam) dan KAMMI Reaksi Cepat.

Berbagai gerakan yang di lakukan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) wilayah Sumatera Utara juga tidak jauh berbeda dengan gerakan pada
tataran nasional. Beberapa di antaranya ialah melakukan pengkaderan, yakni merekrut para
mahasiswa Muslim di perguruan tinggi di Sumatera Utara. Selain itu juga rutin melaksanakan
kelompok-kelompok pengajian yang disebut dengan halaqoh, melakukan aksi damai terkait
dengan fenomena sosial dan politik bangsa serta kegiatan-kegiatan lainnya. Berbagai aksi
yang dilakukan organisasi KAMMI berkaitan dengan fenomena yang terjadi, seperti aksi
menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Aksi damai untuk Palestina, Aksi
damai dalam rangka memperingati hari buruh nasional, aksi damai memperingati satu tahun
kepemimpinan Presiden Jokowi, serta berbagai aksi lainnya. Selain itu, bentuk gerakan
organisasi KAMMI dapat pula berupa diskusi, seminar, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, baik Ikhwanul Muslimin maupun organisasi KAMMI memiliki
banyak kesamaan, terutama dari pemikiran serta gerakan atau aktivitas KAMMI. Dari segi
pemikiran, Ikhwanul Muslimin lebih mengutamakan nilai-nilai universalitas Islam serta
berlandasakan Al-Qur‟an dan Hadist. Hal ini serupa dengan konsep pemikiran KAMMI yang
juga mengutamakan nilai-nilai universalitas Islam serta juga berlandaskan kepada Al-Qur‟an

11
Universitas Sumatera Utara

dan Hadist. Selain itu juga terdapat kesamaan berbagai gerakan, yakni berupa Halaqoh,
mengadakan Muktamar, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut cukup menarik untuk dikaji mengenai pengaruh pemikiran
politik Ikhwanul Muslimin yang di bawa oleh para sarjana Timur tengah terhadap gerakan
organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) khususnya KAMMI
wilayah Sumatera Utara. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan urutan sejarahnya, terdapat
keterkaitan antara penyebaran pemikiran Ikhwanul Muslimin dengan kelahiran KAMMI di
Indonesia, serta terdapat kesamaan antara pemikiran-pemikiran maupun gerakan Ikhwanul
Muslimin dengan KAMMI Wilayah Sumatera Utara.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah atau pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh
pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap Gerakan Organisasi Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) wilayah Sumatera Utara?

C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membuat batasan masalah yang akan diteliti. Hal ini
dimaksudkan agar pembahasan tetap fokus. Oleh sebab itu batasan penelitian penulis
berfokus kepada:

1. Seberapa besar pengaruh pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap
gerakan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
wilayah Sumatera Utara berdasarkan pengetahuan Kader KAMMI terkait
dengan pemikiran politik Ikhwanul Muslimin dan Hasan Al- Banna?

12
Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana pengaruh pemikiran politik Ikhwanul Muslimin terhadap aksi-aksi
nyata yang dilakukan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) wilayah Sumatera Utara?

D. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentu memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemikiran politik
Ikhwanul Muslimin terhadap gerakan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) wilayah Sumatera Utara berdasarkan pengetahuan kader
KAMMI wilayah Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pergerakan atau aksi-aksi nyata yang telah dilakukan organisasi
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim indonesia (KAMMI) wilayah Sumatera Utara
terkait dengan pengaruh pemikiran politik Ikhwanul Muslimin.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang
jelas tentang pemikiran politik Islam serta teori organisasi terkait dengan politik
Islam.
2. Secara akademis atau kelembagaan, penelitian ini diharapkan berguna kedepannya
sebagai bahan literatur dalam kajian ilmu politik, khususnya pada Departemen Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun

13
Universitas Sumatera Utara

kajian tersebut berhubungan dengan pengaruh pemikiran Ikhwanul Muslimin terhadap
gerakan-gerakan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
wilayah Sumatera Utara.
3. Bagi Masyarakat luas, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang pemikiran politik Ikhwanul Muslimin dan gerakan organisasi
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), serta pengaruh pemikiran
tersebut terhadap gerakan organisasi KAMMI wilayah Sumatera Utara. Khususnya
masyarakat Sumatera Utara.

F. Kerangka Teori
F.1. Pemikiran Politik Islam
Politik atau siyasah mempunyai makna mengatur urusan umat manusia, baik secara
dalam, maupun luar negeri. Politik dalam bahasa Arab (Siyasah) diambil dari kata (Saasa )
yang artinya memimpin, memerintah, mengatur, melatih dan memanajemen.23 Al- Mu‟jam
Al Qonuni mengartikan kata siyasah sebagai dasar-dasar atau disiplin ilmu yang membahas
tentang cara mengatur berbagai persoalan yang bersifat umum.24
Sejak runtuhnya abad kejayaan khilafah, mulai berkembang berbagai konsep
pemikiran politik barat yang ditegakkan di atas ideologi kapitalisme. Namun pada
kenyataannya umat Islam kembali tersadarkan bahwa antara agama dan kehidupan tidak
dapat dipisahkan, dan bahwa memisahkan politik Islam dari kehidupan dan agama berarti
menghancurkan Islam, sistem, dan hukum-hukumnya, serta memusnahkan umat, nilai-nilai,
peradaban serta risalah Islam itu sendiri.25 Sebagaimana yang ditulis oleh Prof. Sukron
23

Farid Nu‟man Hasan. 2009. Seuntai Bunga Rampai Politik Islam: Memahami Politik Islam Secara Tekstual dan

Kontekstual. Jakarta: Tuhid Media Center. Hal. 1.
24

Lihat Sukron Kamil.2013. Pemikiran Politik Islam Tematik: Agama dan Negara, Demokrasi, Civil Society, Syariah dan

HAM, Fundamentalisme, dan Antikorupsi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 20.
25

Lihat Abdul Qadim Zallum. 2001. Pemikiran Politik Islam. Jawa Timur: Al- Izzah. Hal. 1.

14
Universitas Sumatera Utara

Kamil, bahwa baik itu dalam tradisi pemikiran Islam Klasik dan pertengahan, hubungan
agama dan negara merupakan sesuatu yang saling melengkapi, sehingga keduanya tidak bisa
dipisahkan. Agama membutuhkan negara, demikian juga sebaliknya. Al Mawardi misalnya
mengatakan bahwa kepemimpinan politik dalam Islam didirikan untuk melanjutkan tugastugas kenabian dalam memelihara agama (harasah ad-din) dan mengelola kebutuhan
duniawiyah masyarakat (siyasah al-dunya ).26 Hal ini memungkinkan umat islam kembali
membangun konsepsi pemikiran islam itu sendiri.
Dalam konsepsi islam, pemikiran politik adalah pemikiran yang berkaitan dengan
pengaturan dan pemeliharaan urusan umat. Aqidah Islam adalah suatu pemikiran politik, oleh
karena itu ia harus menjadi pondasi bagi pemikiran politik kaum muslimin. Aqidah Islam
adalah suatu ideologi, sistem, dan din, yang termasuk didalamnya Negara. Ad din adalah
hukum Tuhan yang mengajak orang-orang yang berakal menuju inti kebaikan sesuai dengan
kehendak mereka sendiri. Abul Baqa dalam bukunya yang berjudul Al-Kulliyah mengartikan
kata ad-din yaitu hukum Tuhan yang diberlakukan kepada orang-orang yang berakal agar
memperoleh inti kebaikan sesuai dengan kehendak mereka yang terpuji, baik berupa teori
maupun perbuatan lahir, seperti keyakinan, ilmu pengetahuan, dan shalat.27
Perbedaan aqidah Islam dengan ideologi lain adalah bahwa Islam merupakan aqidah
politik dan spiritual. Hukum-hukum dan pemikiran yang bersumber darinya menekankan
perhatiannya pada urusan dunia dan sekaligus urusan akhirat. Aqidah Islam memberikan
hukum dan pemikiran yang memperhatikan semua urusan kehidupan dan hubungan manusia
didalamnya. Aqidah Islam mengatur semua urusan dan hubungan tersebut, baik yang
berkaitan dengan masalah pemerintahan, ekonomi, hubungan sosial, pendidikan, politik
Lihat juga Farid Nu‟man Hasan. Op.cit. Hal. 3.
26

Sukron Kamil. Op.cit., Hal. 3.

27

Yusuf Al-Qaradhawi. 2008. Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik: Bantahan Tuntas Terhadap Sekularisme dan

Liberalisme. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Hal. 11.

15
Universitas Sumatera Utara

dalam dan luar negeri, maupun hubungan antara penguasa dan rakyatnya, serta hubungan
Negara dengan negara lain. Umat Islam memeluk aqidah Islam sebagai suatu pemikiran yang
menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan; sebagai aqidah politik; sebagai
dasar pemikiran intelektual (Qa‟idah fikriyah), kepemimpinan ideologis (Qiyadah fikriyah)
dan sebagai sudut pandang yang khas dalam kehidupan. Menurut Warjio, merujuk kepada
pemikiran Sayyid Qutub, menjelaskan bahwa ketidakfahaman akan akidah Islam dalam diri
umat Islam akan merusakkan kemurnian akidah mereka. Apabila akidah mereka tidak benar,
maka wujud dalam pemikiran mereka juga akan turut rusak.28 Oleh karena itu, menyaksikan
keadaan dunia yang berantakan, dilanda ketidakadilan ekonomi dan politik, perbudakan oleh
para tiran, serta hidup dalam mimpi buruk penderitaan, kehinaan, maka umat Islam
diwajibkan

untuk

melaksanakan

tanggung

jawabnya

menyelamatkan

dunia

dan

menyingkirkan kegelapan akibat kesesatan dan tipu muslihat, serta membawa umat manusia
kepada cahaya terang kebenaran dan kebahagiaan. Umat Islam memeluk suatu pemikiran
politik tentang kehidupan, dan mereka juga menerima suatu metode (thariqah) untuk
menerapkan pemikiran tersebut dalam kehidupan. ketika umat memiliki pemikiran yang
shahih beserta metode tersebut, maka tanpa ragu ia layak untuk menyebarluaskan kebaikan
dan ideologi tersebut. Dengan demikian umat Islam tidak hanya mampu mencapai
kebangkitan sejati, tetapi juga dapat menjadi sumber kebaikan bagi orang lain serta dapat
menyampaikan ideologi tersebut kepada umat manusia.29 Berdasarkan perkembangan dan
peta perpolitikannya, pemikiran politik Islam dapat dikategorikan kedalam tiga bagian, yaitu
pemikiran politik islam organik tradisional, sekuler, dan moderat.30

28

Lihat Warjio, Ph.D. 2013. Politik Pembangunan Islam: Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana Publishing. Hal. 13

29

Abdul Zallum. Op.cit., Hal. 5-6.

30

Lihat Jubair Situmorang. 2014. Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. Hal. 25- 34.

16
Universitas Sumatera Utara

a.

Tipologi Pemikiran Politik Islam Organik Tradisional
Tipoogi pemikiran ini melihat bahwa Islam adalah agama sekaligus Negara (din wa

daulah). Islam dan Negara merupakan dua entitas yang menyatu. Hubungan Islam dan

Negara benar-benar organik, yaitu Negara berdasarkan syariat Islam dengan ulama sebagai
penasihat resmi eksekutif atau pemegang kekuasaan tertinggi. Sebagai agama sempurna, bagi
pemikir politik Islam tipologi ini, Islam bukan hanya agama dalam pengertian barat yang
sekuler, melainkan juga pola hidup yang lengkap dengan pengaturan untuk segala aspek
kehidupan, termasuk politik. Tokoh yang termasuk kedalam tipologi ini adalah Rasyid Ridha
(1865-1935), Sayyid Qutub (1906-1966), Abu Al- „Ala Al Maududi (1903-1979), dan di
Indonesia Muhammad Natsir.
b.

Tipologi Pemikiran Politik Islam Sekuler
Kebalikan dari tipologi pertama, menurut tipologi ini Islam adalah agama yang tidak

berbeda dengan agama lainnya dalam hal tidak mengajarkan cara-cara pengaturan tentang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh
Syaikh Khalid Muhammad Khalid didalam kitab Ar-Rijal Haular Rasul sebelum beliau
merevisi kitab tersebut mengatakan bahwa Islam dan Negara adalah dua hal yang tidak boleh
dan tidak benar untuk disatukan. Islam sama sekali tidak memiliki hak untuk mencampuri
urusan pemerintah dan negera.31 Sesungguhnya tipologi kedua ini sama saja dengan tipologi
yang pertama. Jika yang pertama terbelenggu oleh pemikiran dan praktik politik Islam klasik,
tipologi pemikiran politik Islam kedua ini terbelenggu dan terlalu terpesona oleh pemikiran
nation state Barat yang modern. Tokoh- tokoh yang masuk kedalam tipologi ini adalah Ali

Abdur Raziq (1888- 1966), A. Luthfi Al-Sayyid (1872- 1963), dan di Indonesia seperti
Soekarno.

31

Farid Nu‟man Hasan. Loc. Cit., Hal. 24.

17
Universitas Sumatera Utara

c. Tipologi Pemikiran Politik Islam Moderat
Tipologi pemikiran politik Islam moderat pada dasarnya menolak klaim ekstrim bahwa
Islam adalah agama yang lengkap, yang mengatur semua urusan, termasuk politik. Namun
demikian, tipe ini juga menolak klaim ekstrem kedua yang menyatakan bahwa Islam tidak
ada kaitannya dengan politik. Menurut tipologi ini, kendati Islam tidak menunjukkan
preferensinya pada sistem politik tertentu, dalam Islam terdapat prinsip moral atau etika bagi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk pelaksanaanya, umat Islam bebeas memilih
sistem manapun yang terbaik. Tokoh yang termasuk kedalam tipologi ini adalah Muhammad
Abduh (1862-1905), Fazlurrahman, Mohammed Arkoun, dan di Indonesia adalah Nurcholish
Madjid.
F.1.1. Prinsip- Prinsip Dasar Politik (Siyasah) Islam
Dalam Islam, Negara didirikan atas prinsip-prinsip tertentu yang ditetapkan AlQur‟an dan As-Sunnah. Prinsip pertama adalah bahwa seluruh kekuasaan alam semesta ada
pada Allah karena Dia yang telah menciptakannya. Menurut keimanan seorang Muslim,
hanya Allah yang harus ditaati; orang dapat ditaati jika Allah memerintahkannya. Prinsip
kedua adalah bahwa hukum Islam ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi,
sedangkan sunnah Nabi merupakan penjelasan otoritatif tentang Al-Qur‟an.32
Sistem politik dalam pandangan Islam adalah hukum atau pandangan yang berkaitan
dengan cara mengelola urusan masyarakat agar sesuai dengan hukum Islam. Hal itu
dikarenakan politik dalam pandangan Islam adalah mengurus urusan umat dengan
menerapkan hukum Islam, baik dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, Islam telah
menetapkan asas bagi sistem politiknya, yang terdiri atas empat macam:

32

Jubair Situmorang. Op.cit., Hal. 41.

18
Universitas Sumatera Utara

1. Kedaulatan di tangan syara‟ (as-siyadah li as-syar‟i)
2. Kekuasaan di tangan umat (as-sulthan li al-ummah)
3. Pengangkatan khalifah untuk seluruh kaum muslimin hukumnya wajib (wujub alkhalifah al-wahid li al-muslimin)

4. Khalifah satu-satunya yang berhak mengadopsi hukumsyara‟ untuk dijadikan undangundang (li al-khalifah wahdah haqq at-tabbani).33
F.2. Teori Organisasi
Organisasi adalah sekelompok orang yang secara terkoordinasi bekerjasama
mencapai tujuan melalui pembagian kerja dan fungsi dan melalui satu hierarki otoritas dan
tanggung jawab.34 Talcott Parson di dalam bukunya Structure and Process in Modern Society
menjelaskan bahwa organisasi adalah unit sosial (pengelompokkan manusia) yang sengaja
dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuantujuan tertentu.35 Organisasi dalam masyarakat sangatlah penting, diantaranya sebagai sarana
sosial, artinya mahluk yang hidup secara berkelompok penting untuk berorganisasi demi
pergaulan. Selanjutnya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan, melalui bantuan organisasi
manusia dapat melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri.
Organisasi merupakan suatu wadah untuk mencapai tujuan yang sama serta visi dan
misi yang jelas. Organisasi memegang peranan penting dalam suatu masyarakat, karena
organisasi dapat membantu/mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam lingkungan dan
kehidupannya. Organisasi bisa sebagai pendukung proses sosialisasi yang berjalan di sebuah
lingkungan bermasyarakat. Lebih lanjut, Keit Devis menjelaskan bahwa organisasi pada
dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerja

33

Ibid., Hal. 43.

34

Ulber Silalahi. 2002. Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen. Bandung: Penerbit Mandar Maju. Hal. 195.

35

Amitai Etzioni. 1982. Organisasi-organisasi modern. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Hal. 3.

19
Universitas Sumatera Utara

sama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
memanfaatkan sumber daya, sarana- prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan
secara efesien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.36
Dalam organisasi terdapat tiga dimensi optimasi kerjasama organisasional yang
harus dipenuhi, yaitu tujuan, orang, dan struktur organisasi. Tujuan merupakan sasaran
menyeluruh ke arah mana organisasi digerakkan. Tujuan adalah centerpiece dari tiap
organisasi. Selanjutnya tujuan-tujuan harus dikomunikasikan ke bawah menurut garis dengan
ide komitmen dan kesepakatan bersama sebagai nilai, kerasionalan, fasibilitas. Daerahdaerah fungsional, unit-unit departemen individu-individu juga harus memiliki tujuan spesifik
yang dikembangkan dari tujuan sentral. Jadi sering organisasi meliputi satu kombinasi dari
tujuan-tujuan daripada satu tujuan tunggal. Bahkan organisasi memiliki satu mix of goals.
Tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi di antaranya yaitu memberikan pengarahan
dengan cara menggambarkan keadaan masa akan datang yang berusaha dikejar dan
diwujudkan oleh organisasi. Dengan demikian, tujuan tersebut menciptakan pula sejumlah
pedoman bagi landasan kegiatan organisasi. Tujuan juga merupakan sumber legitimasi yang
membenarkan setiap kegiatan organisasi, serta tentunya eksistensi organisasi itu sendiri.37
Dimensi kedua dalam organisasi ialah orang. orang dalam organisasi memiliki
tujuan yang sama dan yang secara bersama-sama atau bekerjasama mencapai tujuan
organisasi. Akhirnya, organisasi harus memiliki struktur yang memperlihatkan pembagian
kerja untuk tiap individu dan unit organisasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan memerlukan pembagian kerja
dan pembagian kerja memerlukan koordinasi. Sementara pembagian keja dan koordinasi

36

Diakses melalui http://muhammadmuslihlatief91.blogspot.com/2013/05/03.31-teori-organisasi-menurut-keit-davis. pada 12

November 2015.
37

Ulber Sialalhi. Op.cit., Hal. 7.

20
Universitas Sumatera Utara

dalam organisasi tampak dalam struktur organisasi.

Struktur organisasi ialah pola-pola

formal dari interaksi dan koordinasi yang dirancang oleh manajemen untuk menghubungkan
tugas-tugas dari individu-individu dan pembagian kelompok dalam mencapai tujuan
organisasional. Jadi dalam struktur jelas pembagian kerja, hirarki otoritas dan responsibilitas
dari dan saling tergantung (interdependency) dari tiap anggota organisasi yang melakukan
kerjasama atau tiap unit dan sub unit departemental.38
F.2.1. Jenis- Jenis Organisasi
Berdasarkan pembagiannya, organisasi dapat dibedakan bedasarkan dua bagian,
antara lain adalah sebagai berikut;

 Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikat diri
dengan suatu tujuan bersama secara sadar, serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh dari organisasi formal ini adalah perseroan terbatas, sekolah, Negara, dan lain
sebagainya. Organisasi formal cenderung relative menjadi permanen (langgeng).
Kebanyakan diciptakan untuk menjalankan tugasnya sepanjanjang waktu. Meskipun
organisasi formal ini dapat berubah strukturnya, keanggotaannya, dan bahkan
tujuannya diwaktu yang lampau, tetapi perkembangannya dapat tetap berlangsung.39
 Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada
suatu aktivitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh dari organisasi
informal ini adalah arisan ibu-ibu, kelompok berlajar, dan lain sebagainya. Organisasi
informal terorganisir secara bebas, fleksibel, dan tidak jelas. Begitu orang-orang
38

Ibid., Hal. 196.

39

Herbert G. Hicks, C. Ray Gullet. 1987. Organisasi: Teori dan Tingkah Laku . Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 107.

21
Universitas Sumatera Utara

bersekutu satu sama lain, maka hubungan menjadi berkembang dan berkelanjutan.
Hubungan tersebut dapat dikatakan organisasi informal.40

F.2.2. Jenis- jenis Kekuatan Organisasi
Kekuatan merupakan alat yang digunakan oleh lembaga maupun organisasi untuk
beraksi dalam peranan keorganisasian. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan
orientasi pandangan mengenai jenis-jenis kekuatan.41
a. Kekuatan Fisik
Jenis kekuatan yang pertama yang digunakan dalam organisasi oleh orang-orang yaitu
kekuatan phisik. Mereka yang memeiliki otoritas yang legal sering sering member jalan
kepada yang mempunyai kekuatan fisik untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Selanjutnya
penggunaan kekuatan fisik seringkali disaksikan dalam pembubaran gerombolan. Para
pekerja yang melakukan pemogokan serta pihak-pihak manajemen yang kadang-kadang
melakukan tindakan fisik yang keras terhadap yang satu dan lainnya. Contoh dari organisasi
ini yaitu kekuatan militer dan kepolisian.
b. Kekuatan Ekonomi
Kekuatan ekonomi diusahakan dengan pemberian, janji untuk member, pemotongan,
atau ancaman pemotongan pembayaran atau benda-benda ekonomi lainnya. Kekuatan
ekonomi, seperti kepemilikan kekayaan atau sumber-sumber lainnya merupakan suatu jenis
kekuatan yang demikian penting. Kekuatan ekonomipun dapat digunakan oleh para politisi

40

Ibid., Hal. 193.

41

Ibid., Hal. 400 – 404.

22
Universitas Sumatera Utara

dan para manajer yang professional yang tidak memiliki sumber-sumber terhadap
penyelesaian masalahnya.
c. Kekuatan Ilmu Pengetahuan
para pegawaistaf dan spesialis lainnya memiliki keahlian yang seringkali membuatnya
punya kekuatan. Selanjutnya, pemegangan tugas-tugas penting membutuhkan tingkatan
pegawai yang tinggi yang penuh dengan jenis-jenis pengetahuan. Pengendalian informasi
merupakan suatu cara yang baik sehingga pengetahuan dapat dapat menjadi kekuatan.
Pengenadalian mass media seperti halnya surat kabar, stasiun radio dan stasiun televise
secara jelas telah menunjukkan hal ini
d. Prestasi
Singkatnya, prestasi yang penuh dengan keberhasilan akan membimbing pemimpin
dalam suatu organisasi sampai pada suatu promosi atas posisi/kekuasaan yang lebih besar.
e. Personalitas
Beberapa orang memiliki karisma, auatu personalitas yang sangat menarik yang
menguasai respek dan rasa kebanggan. Kadang-kadang perasaan cinta dan kasih sayang itu
ditunjukkan. Secara luas telah diketahui bahwa para pemimpin politik dan keagamaan adalah
punya karisma. Para pemimpin dunia bisnis, pendidikan, serta organisasi lainnya biasanya
memperoleh kekuasaan justru pada penampilan kepribadian mereka. Penampilan fisik dapat
merupakan hal yang penting dalam memperoleh kekuatan.
f. Ideologis
Jika seseorang mempunyai suatu gagasan atau cara pemikiran, yang mempesona atau
yang memuaskan kepentingan orang lain, ia bisa mendapatkan kekuasaan. Agama-agama
yang besar didunia merupakan contoh yang jelas dalam hal dalam hal kekuatan ideologis ini.
serikat buruh, partai politik, dan bangsa yang dipersatukan oleh ideologi yang diekspresikan
23
Universitas Sumatera Utara

oleh para pemimpin mereka. Seorang manajer bisnis seringkali keberhasilannya ditunjang
oleh sumbangan atau penarikan gagasan (contohya suatu gagasan atau sebuah produk)
terhadap karyawan dan para langganannya. Biasanya, dalam bentuk suatu corak organisasi,
sang pemimpin muncul yang menyerukan dengan mengemukakan gagasan dengan cara yang
sebaik-baiknya.
G. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang didefenisikan dengan baik mengenai karakteristik
populasi. Ada dua macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan penelitian, yaitu
hipotesis nol dan hipotesis alternative. Hipotesis nol adalah hipotesis yang akan diterima
kecuali bahwa data yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternative akan diterima hanya jika
data yang kita kumpulkan mendukungnya. Biasanya hipotesis nol dilambangkan dengan H0
dan hipotesis alternative dengan H1.42 Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Adanya Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan
Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah
Sumatera Utara.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
untuk membuktikannya yaitu:


Hipotesis Nol (H0) : Pernyataan yang menyatakan tidak ada hubungan antara
pemikiran politik Ikhwanul Muslimin (Variabel x) dengan gerakan Organisasi
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah Sumatera
Utara

(Variabel

y).

Dengan

kata

lain,

variabel

independen

tidak

mempengaruhi variabel dependen.

42

Ety Rochaety, Ratih Tresnati, H. Abdul Madjid Latief. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Penerbit

Mitra Wacana Media. Hal. 104.

24
Universitas Sumatera Utara



Hipotesis Alternatif (H1) : Pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan
antara pemikiran politik Ikhwanul Muslimin (Variabel x) dengan gerakan
organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah
Sumatera Utara (Variabel y). Dengan kata lain, variabel independen
mempengaruhi variabel dependen.

H. Metodologi Penelitian
H.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu
suatu tipe penelitian untuk memberikan gambaran objek penelitian berdasarkan suatu gejala
sosial, fakta dan data yang ada melalui konsep- konsep dalam teori sosial. Penelitian
deskriptif ini dapat diartikan sebagai prosedur dalam memecahkan masalah yang sedang di
teliti atau di selidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian
seseorang, masyarakat, lembaga- lembaga sosial masyarakat dan gerakan organisasi
masyarakat berdasarkan fakta – fakta yang ada. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah
pencarian masalah-masalah dalam masyarakat, serta cara yang berlaku dalam masyarakat
serta dituasi-situasi tertentu, termasuk hubungan-hubungan kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.43

H.2. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian Mix method,
yaitu metode campuran yang menggabungkan jenis penelitian kuantitatif sebagai metode
utamanya, serta metode kualitatif sebagai pendukungnya. Menurut Sutarmanto (1999)

43

Lihat Mohammad Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 64.

25
Universitas Sumatera Utara

pendekatan kualitatif ini dapat digunakan sebagai suplemen dari laporan kuantitatif (terutama
penelitian survey). Pembahasan hasil analisis (yang cenderung statistika) dapat lebih
mendalam dan tidak kering dengan penambahan informasi kualitatif.44

H.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhtumbuhan, gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu dalam penelitian.45 Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 5125 orang
anggota atau yang biasa disebut dengan kader dari organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) di Sumatera Utara.

Adapun penarikan sampel penelitian yaitu menggunakan teknik pengumpulan data
Taro Yamane dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

n =Jumlah Sampel

N= Jumlah Populasi = 5125

d= Presisi (10% dengan derajat kepercayaan 90%)

44

Ida Bagoes Mantra. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 31.

45

Lihat Nawawi Hadari. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 141.

26
Universitas Sumatera Utara

n = 98.08 = 98

dengan demikian telah diperoleh sampel penelitian sebanyak 99 jiwa, namun dibulatkan
menjadi 100 sebagai responden penelitian. Dalam penelitian ini, penarikan sampel akan
difokuskan di 12 Komisariat yang ada di Kota Medan, yaitu dengan cara jumlah sampel
dibagi dengan jumlah komisariat

(100/12 = 8.3) dengan demikian, berdasarkan hasil

perhitungan tersebut, maka responden penelitian perkomisariat minimal 8 dan maksimal 9.
Hal ini akan disesuaikan dengan jumlah kader atau anggota KAMMI dilapangan, yakni
terdapat beberapa komisariat di Universitas yang sama, sehingga jumlah kader tidak
sebanding dengan jumlah kader KAMMI tunggal di Universitas tertentu. Misalnya di USU
terdapat tiga komisariat (Merah Putih, Nusantara, dan Teknik), sedangkan di UMSU
misalnya hanya ada satu komisariat, yaitu komisariat UMSU saja.

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Snowball
Sampling (Sampel Bola Salju). Dalam teknik ini dimulai dengan kelompok kecil yang

diminta untuk menunjuk kawan masing-masing. Kemudian kawan-kawan ini diminta pula
menunjukkan kawan masing-masing dan begitu seterusnya sehingga kelompok itu senantiasa
bertambah besarnya, bagaikan bola salju yang kian membesar bila meluncur dari puncak
bukit ke bawah46

H.4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut
akan dilakukan. Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mengambil lokasi di

46

Mohammad Nazir. Op.cit., Hal. 125.

27
Universitas Sumatera Utara

Medan, Sumatera Utara karena dianggap sudah mewakili beberapa daerah lainnya. Jumlah
keselur