GERAKAN SOSIAL POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN DALAM MELAWAN REZIM HUSNI MUBARAK TAHUN 2011

(1)

GERAKAN SOSIAL POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN DALAM MELAWAN REZIM HUSNI MUBARAK TAHUN 2011

Oleh:

M. Afdaluddin Effendy ( 08260036 )

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i

GERAKAN SOSIAL POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN DALAM MELAWAN REZIM HUSNI MUBARAK TAHUN 2011

Oleh:

M. Afdaluddin Effendy ( 08260036 )

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Revolusi yang terjadi di Mesir yang dimana mampu menjatuhkan rezim Husni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun tidak dapat dilepaskan dari peranan satu oraganisasi pergerakan yang memiliki pengaruh besar di Mesir yakni Ikhwanul Muslimin. Telah banyak tulisan yang mengangkat Ikhwanul Muslimin sebagai kasus pergerakan yang ada di Mesir. Dikarenakan ketertarikan peneliti akan kemampuan organisasi pergerakan Ikhwanul Muslimin dalam dinamika perpolitikan yang terjadi di Mesir ditambah dengan adanya momentum pergerakan sosial di kawasan yang menyangkut banyaknya rezim dictator yang tumbang dimana salah satunya Husni Mubarak, pemimpin Mesir saat itu. Pemaksimalan kemampuan dalam mengolah kesempatan dan sumber daya yang dimiliki oleh Ikhwanul Muslimin adalah bentuk pergerakan Ikhwanul Muslimin dalam melawan rezim Mubarak hingga akhir kejatuhannya.

Penulis menyadari dalam proses pengerjaan skripsi ini masih banyak sekali terdapat kekurangan baik dalam data maupun redaksional penulisannya, maka dari itu penulis sangat mengharapkan atas kritik dan masukan, agar dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sedikit kontribusi, bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta memberi warna dalam penelitian-penelitian yang telah ada pada jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Aminya Rabbal ‘Alamin

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang, 20 Mei 2013 Penulis,


(8)

vii

UNGKAPAN PRIBADI

ALLAH selalu menemani saya dalam keadaan apapun, tinggal saya memaksimalkan KASIH SAYANG yang diberikan-NYA

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas ridho serta limpahan rahmat kasih sayangnya yang begitu besar, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

2. Ibunda saya yang begitu setia memberikan semangat, ibunda saya dengan sabarnya menunggu dan berdo’a, ibunda saya yang selalu menemani dalam keadaan apapun hingga terselesaikannya skripsi ini, persembahan kecil ananda buat ibunda tersayang Aqbal Hanam dan ayahanda tercinta Hidayaturrahman yang selalu memberikan pelajaran terbaik dari pengalamannya.

3. Kedua pembimbing saya yang terhormat: Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si, dan Drs. Abdullah Masmuh, M.Si, yang dengan sabar mengarahkan serta membimbing saya untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini. Saya hanya dapat berdoa semoga Allah SWT membalas segala kesabaran dan ilmu yang bapak bagikan kepada saya, dengan limpahan rahmat, rezeki dan kasih sayangnya kepada Bapak daan Ibu.


(9)

4. Adik - adik saya Namira Hidayat dan Justika Imaniar Hijri yang sayang sama abangnya dan menjadi supporter setia nunggu abangnya wisuda, hehehe.

5. Thanks a lot HI 2008 yang semakin hari semakin mengenal yang tidak pernah kenal dekat sebelumnya. Special Thank’s buat Adi Mulia Pradana nun jauh disana yang udah banyak membantu dalam memberi semangat serta membantu dalam kasih data buat ni skripsi, thanks bray.


(10)

(11)

(12)

xi DAFTAR ISI


(13)

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UNGKAPAN PRIBADI ... vii

ABSTRAKSI ... ix

ABSTRACK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SKEMA DAN TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Pemikiran 1. Penelitian Terdahulu ... 8

2. Landasan Konsep dan Teori ... 12

a. Gerakan Sosial ... 12

b. Gerakan Sosial Baru ... 14

c. Neo Revivalisme Islam ... 15

d. Teori Mobilisasi Sumber Daya ... 19

F. Metode Penelitian ... 24

1. Ruang Lingkup Riset... 24

2. Level analisa... 24

3. Jenis Penelitian ... 25

4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

5.Teknik Analisa Data ... 25

G. Hipotesa ... 25

H. Alur Pemikiran ... 26

I. Sistematika Penulisan ... 27

BAB II SELAYANG PANDANG IKHWANUL MUSLIMIN DAN POLITIK PEMERINTAHAN MESIR DIBAWAH REZIM HUSNI MUBARAK A. Ikhwanul Muslimin sebagai Gerakan Neo Revivalisme Islam ... 30

B. Posisi Gerakan Ikhwanul Muslimin dalam Dinamika Politik Pemerintahan Era Mubarak ... 31

a. Politik Pemerintahan Mesir ... 36

b. Kebijakan Politik era Mubarak ... 38

C. Ikhwanul Muslimin dalam Dinamika Politik Mesir era Husni Mubarak ... 40


(14)

xiii

BAB III GERAKAN IKHWANUL MUSLIMIN DALAM MELAWAN REZIM MUBARAK

A. Proses Kejatuhan Husni Mubarak (2005-2011) ... 50 B. Delegitimasi melalui Parlemen ... 54 C. Delegitimasi melalui Masyarakat ... 58 D. Posisi Gerakan Ikhwanul Muslimin dalam Melawan Rezim

Husni Mubarak ... 64 a. Gerakan Sosial Politik Ikhwanul Muslimin ... 65 b. Strategi Ikhwanul Muslimin dalam Melawan Rezim Mubarak ... 69 E. Skema Posisi Gerakan Sosial Politik Ikhwanul Muslimin dalam Melawan

Husni Mubarak ... 74 BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ... 75 Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 78


(15)

DAFTAR SKEMA DAN TABEL

Skema 1. Alur Pemikiran Penelitian ... 26

Tabel Sistematika Penulisan ... 27

Tabel Bagan Struktur Pemerintahan Mesir ... 37

Tabel 1. Partisipasi Ikhwanul Muslimin Dalam Pemilu di Mesir ... 44

Skema 2. Strategi Ikhwanul Muslimin Dalam Dinamika Politik di Mesir Era Husni Mubarak ... 49


(16)

1

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Al-Banna, Hasan, 2006, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Penerjemah Anis Matta dkk, Surakarta, Era Intermedia.

Al-Munyawi, Muhammad Hilmi, 1994, Pidato dan Surat-surat Hasan al-Banna, Bandung, Risalah.

Anoraga, Pandji & Sri Suyati, 1995, Perilaku Keorganisasian, dikutip dari Edgar H. Schein Jakarta, Pustaka Jaya.

Aziz, Jum`ah Amin Abdul, 2005, Tarikh al-Ikhwan al-Muslimun 1: Masa Pertumbuhan dan Profil Sang Pendiri (Imam Syahid Hasan al-Banna), Solo, Era Intermedia.

Cahyo, Agus N, 2011, Tokoh Timur Tengah yang Diam – Diam Jadi Antek Amerika dan Sekutunya, Yogyakarta, DIVA Press.

Ebaugh, Helen Rose, 2010, The Fethullah Gülen : A Sociological Analysis of a Civic Movement Rooted in Moderated Islam, New York, Springer.

Eickelman, Dale F. & James Piscatori, 1996, Ekspresi Politik Mesir. Trans. Rofik Suhud. Bandung, Mizan.

Fakih, Mansoer, 2002, Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu Strategi Dan Dampak Gerakan, Yogyakarta, Insist Press.

Fauzi, Noer, 2005, Memahami Gerakan – Gerakan Rakyat Dunia Ketiga, Yogyakarta, Insist Press.

Gerges, Fawaz A., 2002, Amerika dan Islam Politik. Trans. Kili Pringgodigdo dan Hamid Basyaib, Jakarta, AlvaBet.

Haynes, Jeff, 1997, Democracy and Civil Society in the Third World Politics & New Political Movement, Trans. P. Soemitro, 2000. Demokrasi dan Masyarakat Sipil di Dunia Ketiga. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.


(17)

Kriesberg, Louis, 1984, Research in Social Movements, Conflict and Change, Vol. 7, London, JAI Press.

Mahmud, Ali Abdul Halim, 1997, Ikhwanul Muslimin Dalam Konsep Gerakan Terpadu, jilid 1, Gema Insani Press.

Mas’oed, Mohtar, 1990, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin Dan Metodologi, Jakarta, PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Osman, Fathi, 2005, Ikhwan and Democracy; Ikhwanul Muslimin Membedah Demokrasi, Yogyakarta, Titian Wacana.

Porta, Donatella Della & Mario Diani, 2006, Social Movements and Introduction 2nd editions, USA, Blackwell Publishing.

Putra, Fadhillah dkk, 2006, Gerakan Sosial, Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan dan Gerakan Sosial di Indonesia, Malang, PlaCID’s dan Averroes Press.

Shawi, Shalah, 2002, Prinsip-prinsip Gerakan Dakwah yang Mutlak dan yang Relatif, penerjemah Arwani Amin, judul asli Ats-Tsawabit wa al-Mutaghayirat, Solo, Era Intermedia.

Silalahi, Ulber, 2009, Metodologi Penelitian Sosial, Rafika Aditama, Bandung. Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES. Soekamto, Soejono, 1983, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta, Ghalia

Indonesia.

Syamsumar, Dam & Agus R. Rahman, 2001, Militer dan Demokratisasi di Nigeria, Mesir, dan Afrika Selatan. Jakarta, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Tamburaka, Apriyadi, 2011, Revolusi Timur Tengah. Jakarta, PT. Buku Seru.

Touraine, Alain, 1981, The Voice and The Eye :An Analysis of Social Movements. Cambridge, Cambridge University press.

Yakan, Fathi, 2001, Revolusi Hasan Al-Bana, Jakarta, Harakah.

Yatim, Badri, 1997, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, edisi I, Jakarta, Raja Grafindo Persada.


(18)

3

Azyumardi Azra. Republika, “Krisis Mesir dan Indonesia” 10 February 2011.

Saksi, “Fajar Kebangkitan di Tengah Awan Penghalang”, No. 13 Tahun VIII, 9 Maret 2006.

Gamal Essam El-Din, Al-Ahram Weekly, “Debate heats up over Article 76”, no. 740, April 28–May 4, 2005.

Qaris Tajudin dan Akbar Pribadi Brahmana Aji, Tempo “Revolusi Tweeps”, 13 februari 2011.

Skripsi :

Rizfa Amalia, 2012. Kebijakan – Kebijakan Hosni Mubarak di Mesir (1981 – 2011)

Tesis :

Guro Sørnes yang berjudul The Political Capacities of the Muslim Brothers in Egypt : Goals, Opportunities & Strategies, Maret 2007.

Natalie Darlene Eft, B.A. Advocating For Greater Political Participation: Feminisms in Egypt and The Muslim Brotherhood. Maret 2011.

Kamus dan Ensiklopedi :

John L. Esposito, 2001, (ed) Ensiklopedi Oxford “Dunia Modern Islam” jilid 2, diterjemahkan dari the Oxford Encyclopedia of Modern Islamic World oleh Eva Y. N. dkk. Bandung:Mizan,

Tim Prima Pena, 2006. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Gitamedia Press.

William Outhwaite, 2008, Kamus Lengkap Pemikiran Sosial Modern Edisi ke – 2, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

World Encyclopedia of Political Systems and Parties (4theditions).

Jurnal dan Artikel :

‘Abd al-Mu‘iz Muhammad, “What Did the Muslim Brothers Present in the Parliament?!”, Ikhwan Online, September 18, 2005, http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=14480&SecID=529


(19)

‘Abd al-Satar Ibrahim and ‘Abduh Zayna, “ Egypt: The Highest Parliamentary Committee Agrees with Mubarak’s Suggestions of Constitutional Amendments and the Drafting of New Articles”, Al-Sharq al-Awsat, January 9, 2007, http://www.aawsat.com/details.asp?section=4&article=400769&issueno=10269 “Jurists Watch Out for Excesses and Violations at Polling Stations”, al-Arabiya,

March 26, 2007, http://www.alarabiya.net/articles/2007/03/26/32904.html

“Mubarak Salahkan Ikhwanul Muslimin dan Tolak Bertanggung Jawab Atas Kekerasan di Lapangan Tahrir” www.rimanews.com

12 Female Egyptian Television Presenters… They Wore the Hijab So They Were

Prohibited from Working, Ikhwan Online,

http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=3688&SecID=250

Abdel Monem Said Aly, State and Revolution in Egypt: The Paradox of Change and Politics, Brandeis University Crown Center for Middle East Studies Essay 2 January 2012.

Adil Sabri, “ The Texts of Constitutional Amendments in Egypt and Their Expected

Impacts”, Islam Online, December 2006,

http://www.Islamonline.net/servlet/Satellite?c=ArticleA_C&cid=1168265499761 &pagename=Zone-Arabic-News%2FNWALayout

Amr Hamzawy, Marina Ottaway, dan Nathan J. Brown, What Islamists Need to Be Clear About: The Case of the Egyptian Muslim Brotherhood, Carnegie Endowment for International Peace, Policy Outlook, February 2007, http://www.carnegieendowment.org/files/ottaway_brown_hamzawy_islamists_fi nal.pdf

Dalal Bizri, “Egypt’s Muslim Brotherhood and the 25 January Revolution”, trans. from Arabic by Joumana Seikaly.

Gamal Essam El-Din, “Brotherhood Steps Into the Fray,” Al-Ahram Weekly, no. 681, March 11–17, 2004, http://weekly.ahram.org.eg/2004/681/eg3.html.

Hosni Mubarak's rule and downfall – timeline | World news | www.guardian.co.uk http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/GerakanSosial:KajianTeoritis.


(20)

5

http://www.ikhwanweb.com/article.php?id=5149&ref=search.phpPARLIAMENTAR Y ELECTIONS 2005, Al-Ahram Weekly.

http://www.ikhwanweb.com/article.php?id=5344&ref=search.php Swasiyyah: An Eye on General Elections 2005

http://www.ikhwanweb.com/article.php?id=5395&ref=search.php To what extent have Egypt’s parliamentary elections lived up to expectations.

Ikhwanweb: “The Muslim Brotherhood’s Program.”

http://www.ikhwanweb.com/Home.asp?zPage=Systems&System=PressR&Press =Show&Lang=E&ID=4447

Insurgent Notes : Journal of Communist Theory and Practice Issue 4, on Egypt – movement communist Kpk, Editors: S. Artesian, J. Garvey, L. Goldner August 2011.

Joshua Stacher, Countries at Crossroad 2011 : Egypt, Freedom House,

Khalid Abu Bakr, “Abu al-Futuh: The Muslim Brothers are Harmed Most by the Amendment of the Constitution”, Ikhwan Online, December 26, 2006. http://www.Islamonline.net/servlet/Satellite?c=ArticleA_C&cid=1168265498797 &pagename=Zone-Arabic-News%2FNWALayout.

Larry Diamond, Why Are There No Arab Democracies ? Journal of Democracy, January 2010, Vol. 21 no. 1.

M. Cherif Bassiouni, “Corruption Cases Against Officials of the Mubarak Regime”, Egyptian American Rule Of Law Association 23 maret 2012.

Madeline Storck, The Role of Social Media in Political Mobilisation: a Case Study of the January 2011 Egyptian Uprising.

Michelle Paison, The History of the Muslim Brotherhood, The Political, Social and Economic Transformation of the Arab Republic of Egypt.

Nathan J. Brown, Amr Hamzawy, dan Marina Ottaway, Islamist Movements and the Democratic Process in the Arab World: Exploring Gray Zones, Carnegie Endowment for International Peace, Carnegie Paper no. 67, March 2006, http://www.carnegieendowment.org/files/cp_67_grayzones_final.pdf


(21)

Nathan J. Brown, dan Amr Hamzawy, The Egyptian Muslim Brotherhood: Islamist Participation in a Closing Political Environment, Carnegie Endowment for International Peace, Carnegie Paper no. 19, March 2010.

Noha Antar Euromesco, The Muslim Brotherhood’s Success in the Legislative Elections in Egypt 2005: Reasons and Implications. Paper 51 oktober 2006. Peter R. Demand, 2006. Islam vs Islamism: The Dilemma of the Muslim World. New

York: Praeger Publishers. Dalam tulisan Prihandono Wibowo “Fenomena

Neorevivalisme Islam dalam Dunia Internasional”.

Reforming Egypt: In Search of a Strategy, International Crisis Group, Middle East/North Africa Report no. 46, October 4, 2005.

Rita Safranek, The Emerging Role of Social Media in Political and Regime Change, Robert S. Leiken and Steven Brooke, The Moderate Muslim Brotherhood, foreign

affairs. Volume 86 No. 2.

Samer Shehata and Joshua Stacher, “The Brotherhood Goes to Parliament,” 2006, Middle East Report 240.

Sarah A. Topol, Voicing Opossition, 7 Februari 2011. http://www.slate.com/articles/news_and_politics/dispatches/2011/02/voicing_op position.html

The Egyptian Brotherhood Rejects the Prohibition on the Niqab, al-Jazeera, October 9, 2009, http://www.aljazeera.net/NR/EXERES/6797BDD7-59AC-48F3-9C9F-B90809743011.html.

The Harvest of the Fourth Session for the Brotherhood’s Deputies, Ikhwan Online, http://www.ikhwanonline.com/article.asp?artid=7777&secid=251

The Hijab in Egypt…Jobs Off Limits to Women Who Veil, Ikhwan Online, http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=11166&SecID=304

Who's Who in Egypt's Muslim Brotherhood, 2012, The Washington Institute for Near East Policy.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kesadaran democracy adalah suatu bahasan yang menarik dalam dunia hubungan internasional paska perang dingin. Dimana gerakan sosial dalam tuntutan demokrasi dalam pemerintahan bermunculan dan menjadi suatu hal yang utama dalam negara, terutama di dunia ketiga. Permintaan dinamika demokrasi ini memunculkan harapan baru dikalangan masyarakat dunia, khususnya di negara – negara dunia ketiga yang masih dipimpin oleh rezim otoriter dimana memiliki banyak keterbatasan dalam peranan masyarakat untuk berpartisipasi menentukan suatu kebijakan. Bergulirnya isu demokratisasi dalam negara ini dan peningkatan gerakan sosial dalam negara, otomatis berpengaruh pada tingkat pengambilan kebijakan pemerintah. Isu sosial ekonomi, terutama kemiskinan, dan hak asasi menjadi propaganda utama dan tidak jarang berakhir pada melawan suatu pemerintahan.

Dinamika dunia Internasional yang kompleks dan peranan masyarakat dalam partisipasinya menyangkut persoalan negara, membuat ruang gerak tumbuh kembangnya gerakan – gerakan sosial didalam negara. Kompleksitas dalam ruang lingkup Internasional seperti efek domino dari kawasan juga meningkatkan rasio bagaimana pergerakan sosial dalam suatu negara dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah bahkan meruntuhkan suatu rezim. Pertanyaan disini, apakah pergerakan masyarakat ini bisa dikatakan social movement atau Gerakan Sosial ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan Sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program


(23)

terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola – pola dan lembaga masyarakat yang ada. 1

Dari definisi itu dapat ditandai ada tiga unsur yang penting untuk dapat melihat hubungan antara pergerakan masyarakat dengan social movement, yaitu non military jika dilihat lingkup massanya, non violence jika dilihat dari metode kerjanya, gerakan baru dapat dilihat dari factor pemicunya. Social movement biasanya tidak merubah tatanan secara radikal. biasanya pemfokusan perubahan hanya pada sistem politik, umumnya menyangkut kepada kebijakan tertentu, seperti gerakan mahasiswa yang menuntut perubahan sistem politik yang lebih demokratis, gerakan buruh yang menginginkan perbaikan pendapatan hidup, gerakan feminist untuk persamaan hak politiknya dengan laki-laki, dan lain sebagainya.

Lahirnya social movement di negara – negara maju dan demokratis seperti Eropa berbeda dengan negara – negara di dunia lainnya. Kemunculannya merupakan bentuk adanya keinginan internal untuk melakukan suatu perubahan tatanan sosial politik. Rakyat secara sadar membentuk social movement untuk mempertahankan hak fundamentalnya dari tindakan dan kebijakan yang diambil pemerintah, serta berusaha membuat pemerintah agar mempertimbangkan responsibilitynya terhadap rakyat atas apa yang diputuskannya. Sedangkan di negara – negara di dunia ketiga ataupun negara yang dipimpin oleh rezim diktator, kemunculan social movement terbentuk cenderung akibat lemahnya posisi rakyat akibat rezim dictator yang menggunakan tindakan represif untuk mengintervensi rakyatnya dikarenakan pemerintah pada dunia ketiga, cenderung elitis dalam pengambilan kebijakannya, mengakibatkan kemampuan negara untuk mempresentasikan keinginan rakyatnya dapat dianggap tidak bersandarkan pada kepentingan rakyatnya. Perubahan kontemplasi politik dan demokratisasi di beberapa Negara muslim


(24)

akhirnya memberikan ruang yang lebih bagi gerakan-gerakan Islam untuk lebih berperan dalam dunia politik pada masing-masing negara.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa social movement ini memiliki peranan yang dibutuhkan dalam pergerakan rakyat meruntuhkan suatu rezim otoriter suatu negara, maka untuk dapat dijadikan pembuktian maka pergerakan sosial Ikhwanul Muslimin di Mesir salah satu aplikasi dari social movement yang mampu menjadi perimbangan kekuatan pemerintah bahkan meruntuhkan rezim otoriter dari Husni Mubarak.

Ikhwanul Mulimin merupakan organisasi massa yang sangat berpengaruh di Mesir. Organisasi yang dibentuk oleh Hasan Al Banna ini terbukti mampu menjadi kelompok independent yang menjadi oposisi bagi pemerintahan Husni Mubarak. Dalam pergerakannya Ikhwanul Muslimin cenderung bergerak di dalam ruang lingkup sosial dan lingkup politik (melalui parlemen) berfungsi memberikan informasi dan penggerakan massa ketika isu dan pemerintah mengalami delegitimasi dari rakyat dan tuntutan masyarakat terhadap pemerintah secara tidak langsung menjadikan momentum pergerakan sosial. Dalam hal ini, Ikhwanul Muslimin memberikan informasi terhadap massa dan menggerakkan massa untuk melakukan social movement (tahapan dari fungsi sosial) yang dimana pemberian informasi ini melalui sarana media dakwah dan pendidikan, sedang dalam penggerakkan massa akan muncul secara spontan apabila masyarakat sudah faham tentang hak yang mereka miliki dalam negara. Dan pada parlemen, pergerakan IM ini lebih condong pada penggunaan fungsi legislative untuk dapat memposisikan diri sebagai oposisi dari pemerintah, sehingga mampu menjadi perimbangan, controlling, bahkan menciptakan momentum delegitimasi terhadap pemerintah melalui parlemen ini.


(25)

Dalam sejarahnya, gerakan ini telah memperlihatkan ciri pergerakan yang tersusun rapi. Diawali dari kelompok yang kecil di Ismailiyah, lalu berkembang di Kairo sebagai organisasi dengan anggota yang terbatas, gerakan ini kemudian berkembang ke berbagai daerah di Timur Tengah. Sikap, gaya hidup, dan konsistensi para pemimpin dan aktivisnya dalam memperjuangkan cita-cita mereka, telah dijadikan teladan, dan tidak habis-habisnya dikaji dan dituruti oleh banyak aktivis Islam di hampir seluruh jagad.2

Pada perjalanannya, gerakan organisasi ini selalu dicurigai oleh pihak penguasa yang disini oleh pemerintahan Husni Mubarak, hingga pergerakannya menjadi gerakan bawah tanah. Dalam situasi yang demikian, organisasi ini berhasil melakukan manuver hingga berperan di pemerintahan melalui kursi parlemen. Dan akhirnya pada pemilu tahun 2005 lalu, organisasi ini sukses menjadi oposisi terbesar dalam pemilu legislatif di Mesir berhasil meraih 88 kursi di parlemen.3 Padahal pada pemilu sebelumnya pada tahun 2000, Ikhwanul Muslimin hanya memperoleh 17 kursi dan pernah menjadi organisasi yang dilarang di Mesir.4

Peningkatan dukungan terhadap Ikhwanul Muslimin pada pemilu 2005 menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki kekuatan nyata di tengah masyarakat. Dan ini disadari oleh seluruh elemen politik di baik di dalam maupun luar negeri, misalnya oleh pemerintah Inggris. Majalah The Newstatesman yang terbit di Inggris5 memberitakan bahwa kementerian luar negeri Inggris menjajaki untuk membuka dialog dengan Ikhwanul Muslimin. Dialog ini diharapkan akan

2

Fathi Osman, 2005, Ikhwan and Democracy; Ikhwanul Muslimin Membedah Demokrasi, Yogyakarta: Titian Wacana, hlm 14.

3

In order for a stable future, the Brotherhood needs to maintain the success found within the 2005 parliamentary election, which brandished 75 percent of the candidates set forth by the Brotherhood as selected officials, despite the amount of tempering by the governing body, Michelle Paison, The History of the Muslim Brotherhood, The Political, Social and Economic Transformation of the Arab Republic of Egypt.

4 In 1948, with civil strife looming, the Egyptian government dissolved the Brotherhood. Robert


(26)

meningkatkan pengertian terhadap politik Islam dalam rangka menentukan strategi dunia Islam. Hasil inilah yang dijadikan pegangan oleh pemerintah Inggris dalam melakukan komunikasi dengan Ikhwanul Muslimin. Dan dalam hubungan ini dilakukan dengan mempertimbangkan hubungan bilateral Inggris dengan pemerintah Husni Mubarak. 6

Selain itu, keberpihakan mulai ditunjukkan masyarakat kepada Ikhwanul Muslimin. Pressure pemerintah terhadap Ikhwanul Muslimin ternyata memberikan empati tersendiri di hati publik Mesir. Menurut Mahmud Ghazlan, salah seorang anggota Maktab Irsyad (Dewan Pimpinan Pusat) IM, pemberitaan mengenai penangkapan aktivis, pembredelan media, sabotase kegiatan-kegiatan sosial Ikhwanul Muslimin malah menjadi sebab keberhasilan IM di pemilu 2005. 7

Hal ini diperkuat hingga dimana organisasi massa ini berubah menjadi kelompok yang kuat dalam menggerakkan massa untuk mengontrol kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Bahkan untuk dapat menekan pergerakan dari Ikhwanul Muslimin ini, pemerintah Mesir menganggap organisasi ini termasuk dalam kategori berbahaya dan dianggap sebagai kelompok ekstrimis.

Hanya saja dalam perubahan yang terjadi di Mesir tidak dapat dilihat pada tumbangnya rezim dari Husni Mubarak sebagai tolak ukur kekuatan social movement tersebut. Akan tetapi dapat dilihat bagaimana konteks pengaruh pergerakan IM dalam menghadapi tindakan – tindakan dari pemerintahan, mengumpulkan dukungan, kesempatan untuk melakukan perubahan sehingga tantangan – tantangan utama dari pergerakan dapat di challenge hingga mencari momentum pergerakan dalam situasi dan klimaksnya pada aksi kolektif yang menjadi ciri khas

6

Ibid.

7


(27)

dari kelompok. Dikarenakan kelompok dapat dijadikan target maupun perantara perubahan dibandingkan individu jika dilihat dari pergerakan politik melawan pemerintah. Terlihat jelas dari Ikhwanul Muslimin yang menjadi kelompok yang perubahan dalam pergolakan politik di Mesir, yang tercipta dari komposisi kalangan masyarakat yang berbeda dan memiliki tujuan yang sama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka di perlukan pengkajian secara teoritis kemudian untuk dapat mencari relevansi teori yang digunakan dengan fenomena yang dikaji. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk menfokuskan kajiannya dalam mengkaji peranan dan pengaruh Ikhwanul Muslimin sebagai social movement yang dalam fungsinya mampu menggerakkan massa untuk mengontrol kebijakan pemerintahan mesir dengan judul “Gerakan Sosial Politik Ikhwanul Muslimin Dalam Melawan Rezim Husni Mubarak Tahun 2011“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang tersebut maka research question dalam penelitian ini ialah Bagaimana Proses dan Dinamika Gerakan Sosial Politik Ikhwanul Muslimin dalam Melawan Rezim Husni Mubarak Tahun 2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui proses dan dinamika gerakan sosial politik Ikhwanul Muslimin dalam melawan Rezim Husni Mubarak Tahun 2011.

2. Mengetahui peranan Ikhwanul Muslimin sebagai social movement pada masyarakat Mesir.

D. Manfaat Penelitian


(28)

Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memperluas dan memperkuat kajian – kajian gerakan sosial dan perubahan sosial yang sangat mungkin terintegrasi dalam kajian HI.

Manfaat praktis

Memberikan gamabaran tentang proses dan dinamika gerakan sosial politik Ikhwanul Muslimin dalam melawan rezim Husni Mubarak di Mesir.

E. Kerangka Pemikiran 1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pertama dari skripsi Rizfa Amalia yang berjudul Kebijakan – Kebijakan Husni Mubarak di Mesir (1981 – 2011). Pada tulisan ini, penulis meneliti tentang kebijakan – kebijakan dari Husni Mubarak selama memerintah di Mesir. Lalu dijelaskan pula oleh peneliti tentang proses Husni Mubarak dalam mempertahankan kekuasaannya dan factor – factor secara keseluruhan yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Husni Mubarak.

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti yaitu melalui konsep negara dan dipertkuat dengan teori Rezim. Lalu pada bab II dijelaskan bagaimana profil dan biografi dari negara Mesir untuk memberikan informasi tentang ruang lingkup negara dari peneliti, secara umum pada bab ini menjelaskan profil, sistem pemerintahan dan biografi dari Husni Mubarak.

Selanjutnya, di dalam bab III peneliti menjelaskan kebijakan-kebijakan dari Husni Mubarak selama memerintah Mesir. Peneliti menjelaskan secara detail tentang kebijakan politik, agama,


(29)

dan ekonomi yang dijalankan oleh Husni Mubarak, pada kebijakan agama, peneliti menjelaskan beberapa kelompok yang sering bertentangan dengan kebijakan dari pemerintah mulai dari organisasi islam yang ada di Mesir hingga permasalahan dengan Kristen koptik yang ada di Mesir.

Terakhir, peneliti menjelaskan pula bagaimana proses kejatuhan dari Rezim Husni Mubarak. Penjelasan tentang jatuhnya rezim diawali dengan menjelaskan dinamika revolusi yang terjadi di Mesir dan juga dianalisa melalui faktor-faktor yang menyebabkan jatuhnya rezim Husni Mubarak di Mesir.

Hal yang dapat membedakan penelitian ini penulis lebih condong mendalami lengsernya Rezim Husni Mubarak melalui pengaruh Ikhwanul Muslimin sedangkan dalam penelitian tersebut lebih menggambarkan runtuhnya rezim dari aspek yang lebih luas.

Yang kedua adalah tesis Guro Sørnes yang berjudul The Political Capacities of the Muslim Brothers in Egypt : Goals, Opportunities & Strategies. Dijelaskan dalam tulisan ini tentang bagaimana dinamika dari Ikhwanul Muslimin pada masa kontemporer, dan juga menjelaskan tentang Pergerakan Sosial yang dihubungkan dengan kegiatan perpolitikan IM baik dalam segi, tujuan, peluang hingga strategi IM di Mesir.

Pada bab awal (Introduction), peneliti langsung mengidentifikasikan pada kasus Ikhwanul Muslimin di Mesir. Dalam sub bab tentang masalah Ikhwanul Muslimin, peneliti menjelaskan tentang sejarah singkat dari Ikhwanul Muslimin dan pergerakan Ikhwanul Muslimin kontemporer. Selanjutnya pada bab ini deijelaskan pula tentang sistem formal perpolitikan yang digunakan melalui pendekatan konsep formasi dari sistem politik (The Formation of the Political System) dan Partial Semi-Corporate Autocracy yang dimana menjelaskan bentuk-bentuk sistem


(30)

Bab selanjutnya peneliti menjelaskan teori yang digunakan untuk menganalisa case study yang diambil oleh peneliti melalui konsep teori pergerakan sosial dan aktivitas islam dimana didalamnya difokuskan pada political opportunity structure yang menjelaskan tentang pembentukan kesempatan politik yang dimiliki Ikhwanul Muslimin, lalu political terrain yang menjelaskan ruang lingkup politik Ikhwanul Muslimin dan yang terakhir means and ends, yang menjelaskan tentang pergerakan politik dan batasannya. Untuk menbagankan teori yang digunakan, peneliti membuat theoretical frameworknya dalam sub bab selanjutnya dalam bab ini.

Bab III dari peneliti menjelaskan tentang tujuan politik dari Ikhwanul Muslimin. Penjelasan tujuan dimulai melalui political platform yang digunakan Ikhwanul Muslimin dan dijelaskan melalui ideology, organisasi dan kepemimpinan, hingga permasalahan tentang democratic platform yang ditawarkan Ikhwanul Muslimin. Lalu pada bab ini pula dijelaskan tentang program-program politik Ikhwanul Muslimin melalui program kebangkitan, pengembangan dan reformasi Islam.

Lalu pada bab IV, melalui data-data yang didapat, peneliti menganalisa kesempatan politik Ikhwanul Muslimin dalam lingkup komunitas politik di Mesir. Dimana peluang-peluang Ikhwanul Muslimin ini diaplikasikan melalui sistem multi partai Mesir, lalu dilanjutkan melalui pemilihan parlemen terutama pada pemilihan parlemen di tahun 2005. Setelah mampu memenangkan pada pemilihan parlemen di tahun 2005, Ikhwanul Muslimin memiliki kesempatan lebih untuk memaksimalkan peluangnya dari ruang lingkup parlemen Mesir dan juga akses ke media, dimana control ketat pemerintah terhadap media membuat Ikhwanul Muslimin mampu untuk melakukan pemaksimalan peluang yang mereka miliki melalui kerja sama dengan media dalam memberitakan kelemahan pemerintah Mesir dan mempromosikan


(31)

kegiatan Ikhwanul Muslimin di parlemen, merupakan salah satu strategi media Ikhwanul Muslimin.

Maka dari itu ada banyak data tentang dinamika politik yang terjadi di Mesir yang dimana Ikhwanul Muslimin disini sebagai actor utama dalam tulisan penulis yang mana dapat diambil sebagai pendukung dari penelitian penulis.

2. Landasan Konsep dan Teori

Melihat latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka dibutuhkan beberapa konsep dan teori untuk dapat menganalisa dan menjelaskan fenomena diatas. maka dari definisi konsep dan teori tersebut kita dapat menganalisanya dan mendapatkan kesimpulan dari fenomena yang dikaji, dikarenakan penggunaan konsep dan teori merupakan salah satu landasan untuk menguatkan penelitian dalam hal teoritis untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam proses penelitian.8 Selain itu, konsep dan teori yang dirangkai melalui kerangka teori membantu peneliti untuk menentukan tujuan dan arah penelitian dan juga sebagai dasar penelitian agar langkah lanjutan dari penelitian semakin jelas dan konsisten.9 Maka konsep dan landasan teori yang dipakai oleh peneliti untuk meneliti fenomena ini adalah :

a) Gerakan Sosial

Gerakan sosial merupakan bentuk kegiatan wajib dari pergerakan masyarakat atau kelompok dalam pencapaian tujuan. Sebagai bentuk kegiatan wajib, dapat diartikan sebagai serangkaian aksi kolektif dengan fokus konfliktual yang eksplisit terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam lingkup jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat oleh rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan


(32)

dalam koalisi dan kampanye bersama10. Ciri lain dari social movement ialah tujuannya yang cenderung bukan untuk mencapai kekuasaan, walaupun dalam beberapa hal social movement ditujukan untuk mengganti rezim rezim otoriter yang berkuasa atau rezim diktator.

Sedangkan Tilly dan Wood mendefinisikan sebagai perlawanan terus menerus atas nama kelompok yang dirugikan oleh pemegang kekuasaan melalui berbagai macam protes publik, termasuk tindakan – tindakan di luar jalur partisipasi politik yang semestinya yang diatur oleh hukum dan perundangan, untuk menunjukkan bahwa kelompok tersebut bersatu, berkomitmen, juga mewakili jumlah yang significant. Diidentifikasikan didalamnya terdapat tiga komponen penting pergerakaan yaitu, social connectivity, common identity, formal organizations.11 Proses ini bisa berjangka panjang, berfluktuasi, koalisi tidak harus permanen, dan kadang terjadi ketegangan antar aktor social movement (organisasi formal dapat menjadi aktor dalam pergerakan) itu sendiri. Namun hubungan sosial politiknya bisa terus berlangsung sampai tujuan gerakan tercapai (goals).

Definisi tersebut menjelaskan, social movement ini tidak hanya melibatkan aksi kolektif terhadap problema bersama namun dengan jelas telah mengidentifikasi target aksi tersebut dan mentafsirkan dalam lingkup sosial maupun politik tertentu. Aksi ini dapat berasosiasi dengan social movement selama dijadikan sebagai perlawanan terhadap behavior atau legitimasi aktor politik atau sosial tertentu dan tidak ditujukan bagi masalah – masalah yang tidak dilakukan secara langsung oleh manusia. Sedangkan Gidden menyatakan bahwa gerakan sosial adalah upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan

10 Donatella Della Porta and Mario Diani, 2006,

Social Movements and Introduction 2nd editions, USA: Blackwell Publishing, hlm. 2 – 5.

11

Charles Tilly dalam Louis Kriesberg, 1984, Research in Social Movements, Conflict and Change, Vol. 7, London: JAI Press, hlm. 16.


(33)

bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang sudah mapan12.

Sedangkan pengertian umum social movement adalah tindakan atau pergerakan tersusun yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang disertai program terencana dan diarahkan kepada suatu perubahan atau gerakan perlawanan untuk menguatkan bentuk – bentuk pergerakan masyarakat yang ada. Social movement terlahir dari situasi yang dianggap tidak adil (unfair conditions) sehingga diperlukan tindakan untuk merubah kondisi tersebut. Social movement secara mudah diartikan sebagai gerakan yang terwujud dari kehendak masyarakat dalam menuntut perubahan baik perubahan institusi, kebijakan atau struktur kekuasaan. Sehingga menurut Morris Ginsberg, perubahan sistematis (dalam konteks pergerakan sosial) dapat disebabkan oleh salah factor yaitu individu ataupun kelompok – kelompok yang menonjol.13

b) Gerakan Sosial Baru

Gerakan sosial baru merupakan bentuk gerakan yang berbeda dari gerakan sosial sebelumnya (gerakan sosial lama), dimana perbedaan mencolok terletak pada benturan antar kelas dan terjadi di lingkungan industry (proletar vs borjuis). Selain itu gerakan baru ini, memiliki perbedaan pada hal tujuan, ideology, strategi, taktik, dan partisipan gerakan. Jika pada gerakan sosial lama cenderung kental pada dimensi kelas atau pada perspektif Marx yang membagi pada dua kelas, borjuis dan proletar, lalu bergerak pada seputar permasalahan ekonomi yang berlaku pada dinamika perekonomian Barat pada masa industry serta kental dengan tujuan mengubah sistem secara radikal.

12Anthony Gidden dalam Fadhillah Putra dkk, 2006,


(34)

Sedangkan Gerakan Sosial Baru menurut, Ulrich Beck, adalah artikulasi sosial baru yang menkristalisasikan pengalaman dan persoalan baru yang dialami dan dihadapi bersama, sebagai akibat dari disintegrasi umum pengalaman berbasis ekonomi.14 Sedangkan Claus Offe mengatakan gerakan ini dilihat sebagai institusi masyarakat sipil yang dipolitisasi dan karenanya dapat mendefinisikan ulang batas – batas politik institusional. Seperti penjelasan sebelumnya, jika gerakan lama cenderung menekankan pada tujuan ekonomis – material seperti gerakan buruh, sedangkan pada gerakan sosial baru cenderung menghindari tujuan tersebut tetapi lebih menekankan pada tujuan yang bersifat non ekonomis – material.

Lalu untuk actor atau partisipan dari gerakan ini, Offe merumuskan dari tiga sector utama yaitu :

1. Kelas Menengah Baru

2. Unsur – unsur kelas menengah lama (seperti petani, pemilik usaha kecil, dll) 3. Orang – orang yang menempati posisi pinggiran tapi tidak terlalu terlibat dalam mekanisme pasar, seperti, mahasiswa, ibu rumah tangga, pemuda dan para pensiunan.15 Ini diperkuat dengan formulasi Touraine dalam melihat gerakan sosial baru ini dimana dia melihat sebagai suatu kombinasi dai prinsip identitas, oposis dan totalitas yang dimana para actor sosial mengidentifikasikan diri dengan lawan sosial mereka dan adanya tingkatan – tingkatan dalam konflik. Hal ini dapat dideteksi pada setiap aspek dari perilaku sosial, akan tetapi gerakan sosial harus dibedakan sejauh isunya mencapai tingkat tertentu yang dapat dirujuk secara historis.16

14

William Outhwaite, 2008, Kamus Lengkap Pemikiran Sosial Modern Edisi ke – 2, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm. 785.

15 Claus Offe dalam Fadhillah Putra dkk, 2006,

Gerakan Sosial, Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan dan Gerakan

“osia…, Op. Cit., hlm. 69 – 70. 16

Alain Touraine, 1981, The Voice and The Eye :An Analysis of Social Movements. Cambridge : Cambridge University press, hlm. 81.


(35)

c) Neo Revivalisme Islam

Gerakan – gerakan Islam modern dilahirkan di atas semangat untuk menawarkan Islam sebagai sebuah solusi yang luas, mengenalkan Islam sebagai ajaran yang penyempurna, dan dapat menjawab semua tantangan zaman. Gerakan – gerakan ini merasa bahwa solusi dari Islam yang selama ini ditawarkan ternyata dianggap gagal dan malah menimbulkan banyak kerusakan. Langkah itu pada akhirnya membuahkan tekad untuk menegakkan pemerintahan Islam.

Lalu gerakan – gerakan pembaharuan yang dihasung oleh tokoh-tokoh pembaharuan Islam dari berbagai negara Islam mulai bermunculan. Usaha – usaha yang dilakukan untuk dapat memulihkan kembali kekuatan Islam ini pada umumnya didorong oleh dua factor dasar yang saling mendukung. Kedua faktor tersebut, pertama, kesadaran untuk memurnikan kembali ajaran Islam dari unsur unsur asing yang disinyalir sebagai penyebab kemunduran Islam, dan kedua, kesadaran untuk menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari dunia Barat.17

Usaha ini kemudian melahirkan gerakan revivalisme Islam. Kata "revivalisme" berarti semangat menghidupkan kembali sesuatu yang telah mati, atau gerakan untuk membangkitkan atau menghidupkan kembali perasaan keagamaan yang kukuh.18 Dan neo memiliki artikulasi dari new berarti baru. Dengan ini istilah neorevivalisme Islam memiliki arti semangat dalam menghidupkan kembali ajaran Islam sesuai dengan dasarnya dengan cara yang baru. Menurut Demant, gerakan neorevivalis kontemporer memiliki beberapa karakteristik seperti: (1) Islamisasi kehidupan politik, (2) Islamisasi masyarakat sipil, (3) Islamisasi budaya, (4) konstruksi Islam secara global, (5) re-Islamisasi masyarakat muslim yang terdiaspora. Gerakan neorevivalis kontemporer tidak lagi hanya mengandalkan strategi perlawanan saja sehingga


(36)

mereka lebih diterima kalangan luas.19 Dan organisasi Ikhwanul Muslimin ini dapat dikatakan salah satu gerakan neorevivalisme Islam yang berpengaruh di Mesir.20 Pada awalnya, Ikhwanul Muslimin terbentuk sebagai kelompok dari individu yang memiliki fungsi sosial yaitu sebagai gerakan Islam yang mengajak umat Islam kembali ke ajaran Islam yang berwujudkan dari Al Qur’an dan Sunnah serta penerapan syariah secara nyata. Dalam perjalanannya, Ikhwanul Muslimin bertransformasi menjadi organisasi yang dimana telah memiliki anggaran rumah tangga organisasi21 serta pembagian tugas dan fungsi pengurus yang telah diatur oleh anggaran dasar organisasi.22

Menurut Edger H Schein, organisasi formal disini memiliki pengertian, koor dinasi sejumlah kegiatan kemanusiaan yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab.23 Dan juga organisasi dapat memberdayakan individu dalam masyarakat tersebut untuk dapat membantu menyalurkan aspirasi dan menggerakan dalam fungsi politik mereka ke arah yang lebih parsipatoris daripada sebelumnya dapat disebut sebagai organisasi masyarakat sipil. Menurut Scholte24, organisasi masyarakat sipil memiliki fungsi sebagai berikut :

19

Peter R. Demand, 2006. Islam vs Islamism: The Dilemma of the Muslim World. New York: Praeger Publishers. Dalam tulisan Prihandono Wibowo Fe o e a Neorevivalis e Isla dala Du ia I ter asio al , hlm. 185. 20

…Part of the emergence of neorevivalism, the Muslim Brotherhood, established by Hassan al-Banna in 1928, saw the Islamic community at a critical crossroads and insisted that Muslims would find strength in the total self-suffi ie y of Isla … Michelle Paison, The History of the Muslim Brotherhood: The Political, Social and Economic Transformation of the Arab Republic of Egypt.

21 Ali Abdul Halim Mahmud, 1997,

Ikhwanul Muslimin dalam konsep gerakan terpadu, terjemah oleh Syafril Halim, jilid 1, Gema Insani Press, hlm. 277 – 304.

22

Ibid, hlm. 254 – 269.

23 Panji Anoraga, dan Sri Suvati,1995,

Perilaku Keorganisasian, dikutip dari Edgar H. Schein Jakarta : Pustaka Jaya, hlm. 4.

24

Jan Aart Scholte, 2002, Civil society and Democracy in Global Governance dalam Global Governance, hlm. 293 – 294.


(37)

1. Fungsi pendidikan oleh organisasi masyarakat sipil melalui pemberian informasi mengenai nilai – nilai demokrasi dan partisipasi public dapat meningkatkan kesadaran rakyat terhadap proses demokratisasi yang tengah berlangsung.

2. Organisasi masyarakat sipil dapat memunculkan dan membahas isu – isu yang bisa didiskusikan bersama. Misal isu HAM, kemiskinan dan yang menyangkut terhadap kepentingan rakyat, yang nantinya dapat disuarakan kepada pemerintah untuk dapat membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat.

3. Mobilisasi atau penggerakan rakyat untuk memaksa pemerintah lebih terbuka dalam menjalankan pemerintahan.

Pada fungsi pendidikan, Ikhwanul Muslimin sudah memformulasikan konsep ketaatan dari satuan yang paling terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga dalam memberikan gagasan – gagasannya25. Bahkan sebagai sarana dalam menyebarkan gagasan dan pemberian pendidikan, Ikhwanul Muslimin juga mendirikan pabrik, perusahaan, sekolah dan rumah sakit sendiri.26

Dan pada fungsi kedua, telah dilakukan oleh ikhwanul Muslimin mulai dari awal perjalanan Ikhwanul Muslimin pada masa Hasan Al Banna hingga sekarang melalui media majalah, Koran yang diterbitkan oleh Ikhwanul Muslimin. Dimulai diterbitkannya An-Nadzir pada tahun 1938, lalu As Syihab pada tahun 1967, dan secara silih berganti majalah dan koran – Koran Ikhwanul Muslimin terbit.27

Dan fungsi terakhir dalam memobilisasi masyarakat ditunjukkan pada demonstrasi massa yang dilakukan di Tahrir Square pada 4 february 2011 silam. Bahkan pemerintahan Husni


(38)

Mubarak menyalahkan Ikhwanul Muslimin sebagai pemain dibalik terjadinya kekerasan di Tahrir Square.28

d) Teori Mobilisasi Sumber Daya

Teori ini menyatakan bahwa gerakan sosial muncul karena tersedianya factor – factor pendukungnya, seperti adanya sumber – sumber dukungan untuk melakukan gerakan, tersedianya kelompok koalisi dan adanya dukungan dana, adanya tekanan dan upaya pengorganisasian yang efektif serta sumber daya yang penting berupa ideology.29 Pada teori ini, lebih memfokuskan pada teknis dari gerakan sosial tersebut, bukan pada kenapa gerakan ini muncul. Dalam teori ini dibahas bahwa organisasi, kepemimpinan, sumber daya dan jaringan adalah factor yang dapat menentukan sukses tidaknya sebuah gerakan sosial, dikarenakan dalam teori ini juga dikatakan tanpa adanya sumber daya tersebut gerakan sosial tidak akan mampu menciptakan perubahan sosial.30 Dewasa ini, gerakan sosial dianggap salah satu hal yang mampu mendorong terciptanya nilai - nilai demokrasi, dimana yang dimaksud adalah gerakan perjuangan hak – hak sipil, gerakan anti colonial, feminism, gerakan hak asasi manusia dan gerakan anti – rasial.31 Dalam teori ini pula dijelaskan bahwa gerakan sosial menggunakan pemikiran yang instrumental – strategis, adanya kalkulasi biaya, manfaat dari pencapaian tujuan dan kepentingan secara rasional. Gerakan sosial juga bukan kejadian yang abnormal, tetapi ini adalah bagian dari kehidupan sosial yang normal karena keadaan sosial adalah keadaan dianggap keadaan yang potensi dengan konflik.

28 Mubarak Salahkan Ikhwanul Muslimin dan Tolak Bertanggung Jawab Atas Kekerasan di Lapangan Tahrir

www.rimanews.com diakses pada 05/10/2011 02:37 WIB. 29

Mansoer Fakih, 2002, Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu Strategi Dan Dampak Gerakan, Yogyakarta : Insist Press, hlm xxvii. 30

Helen Rose Ebaugh, 2010, The Fethullah Gülen : A Sociological Analysis of a Civic Movement Rooted in Moderated Islam. New York : Springer, hlm. 7.

31


(39)

Melihat gerakan sosial sekarang, tidak dapat diartikan dari sebuah ideology atau satu permasalahan saja, melainkan merupakan tanggapan dari persosalan – persoalan sosial yang luas, dikarenakan pada masa kontemporer munculnya gerakan sosial tidak mendasarkan pada satu ideology atau sandaran dari suatu kelas saja, melainkan pada kesatuan identitas terhadap persoalan – persoalan yang dihadapi masyarakat secara luas. Secara empiris, gerakan sosial yang muncul sekarang dicirikan oleh kaburnya batas ideology, asal – usul, latar belakang sosial atau hal lain yang mampu merintangi penyatuan dari individu menjadi suatu gerakan.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, dapat diambil benang merah mengenai ciri dasar social movement dengan membandingkan orientasi dasarnya, pertama, social movement melibatkan tantangan bersama, yaitu upaya – upaya terorganisir untuk mengadakan perubahan pada kelembagaan. Tantangan ini dapat terpusat pada kebijakan public dari pemerintah atau ditujukan untuk perubahan yang lebih luas dalam struktur lembaga baik di bidang sosial, politik, kesejahteraan, atau yang berkaitan dengan hak – hak warga negara. Kedua, social movement biasanya sudah memiliki corak politik dan mungkin dipengaruhi juga dari factor eksternal. Ini berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh social movement, yang secara spesifik biasanya berkaitan dengan distribusi kekuasaan walaupun pada dasarnya kekuasaan bukanlah tujuan awal dari social movement.

Secara ringkas social movement memiliki ciri yaitu : 1. lahirnya tindakan protes baru dengan semangat kolektif yang dibentuk secara independen. 2. Pertambahan massa aksi protes yang mendukung gerakan dan umumnya berlangsung secara signifikan. 3. Munculnya opini public dari masyarakat. 4. Seluruh kekuatan massa ditujukan kepada lembaga sentral atau yang menjadi target dari gerakan. 5. Social movement merupakan usaha untuk melahirkan perubahan


(40)

Dimulai dari awal mula pergerakan Ikhwanul Muslimin yang diawali dari organisasi yang lebih banyak berkecimpung dalam urusan sosial di masyarakat hingga menjadi kelompok oposisi di Mesir era Mubarak, membuat seluruh aspek yang menjadi ciri dari pergerakan sosial atau social movement telah ada dalam organisasi Ikhwanul Muslimin ini dikarenakan konsistensinya dalam melakukan pergerakan mulai dari unit yang terkecil (fungsi sosial) hingga pergerkan dalam pemerintahan yang berkuasa (oposisi di parlemen) sebagai penyediaan sarana untuk melakukan suatu tindakan kolektif, ini diperkuat dengan tulisan Paison yang menyebutkan :

“…The Muslim Brotherhood’s activity also falls into the realm of social movements.

These movements can be defined as “collective challenges based on common purposes and social solidarities, in sustained interaction with elites, opponents and authorities.”

Such associations are contained within Social Movement Organizations (SMOs). SMOs provide institutional resources for collective action and protest, linking members through organizational structures. The development of the movement begins, once again, by reaching out towards the periphery, referring to social, cultural, and economic groups, as well as institutions and networks, that enable citizens to participate in various aspects

of public life..”.32

Kegiatan Ikhwanul Muslimin melingkupi wilayah sosial. Gerakan ini dapat didefinisikan sebagai ‘tantangan kolektif yang berdasarkan tujuan umum dan solidaritas sosial, dalam interaksinya dengan elit, lawan dan otoritas.’ Asosiasi ini dapat dikatakan sebagai organisasi Pergerakan Sosial (SMOS). SMOS mampu menyediakan sumber daya kelembagaan formal yang nantinya digunakan untuk melakukan tindakan kolektif dan protes, juga mampu menghubungkan antar anggota melalui struktur organisasi. Lalu perkembangan gerakan dimulai dengan menjangkau lingkungan sekitar, lalu mengacu pada kelompok-kelompok sosial, budaya, dan ekonomi, serta lembaga dan jaringan, yang memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

32

Michelle Paison, The History of the Muslim Brotherhood, The Political, Social and Economic Transformation of the Ara Repu li of Egypt… Op cit.


(41)

Dan juga menurut Wickham, pergerakan IM ini adalah salah satu dari bagian dari social movement, dijelaskan dengan dua alasan sebagai penjelasan bahwa pergerakan IM ini dapat dikatakan sebagai social movement :

“…First, it is a particular type of social movement, meaning movements oriented

towards systematic change, as opposed to “issue-oriented” movements. Second, it is a movement within an authoritarian political system, where independent political activity is restricted by limited freedoms of speech and association…”.33

Dua alasan yang mendasari Ikhwanul Muslimin dapat dikatakan sebagai gerakan sosial yaitu pertama, itu adalah jenis gerakannya melingkupi wilayah sosial, dimana gerakan yang berorientasi terhadap perubahan yang sistematis, sebagai lawan untuk membuat gerakan ‘berdasarkan isu yang ada’. Kedua, manuver IM selanjutnya merupakan gerakan dalam sistem politik otoriter yaitu pada rezim Husni Mubarak, di mana kegiatan politik independen di negara Mesir dalam era Mubarak dibatasi oleh hak kebebasan berbicara dan berserikat secara terbatas.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanatif yaitu metode penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam studi induktif, peneliti menelaah kasus-kasus tunggal secara seksama sampai menemukan suatu pola dalam banyak kasus-kasus tunggal itu dan kemudian mengembangkan suatu prinsip hubungan kausal. Dengan menggabungkan prinsip yang ditemukannya dengan prinsip-prinsip lain yang serupa peneliti bisa membangun teori yang bisa memberikan terhadap fenomena yang dipelajarinya. Disini peneliti merupakan instrumen penelitian karena peneliti intens mengamati penelitian, dan memahami fenomena yang diteliti.


(42)

1. Ruang Lingkup Riset Batasan Materi

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengaruh dari Ikhwanul Muslimin dalam melawan rezim Husni Mubarak yang dilihat dari peranannya sebagai pressure group dan juga social movementnya. Pemfokusan ini dilakukan supaya memudahkan untuk mendapatkan data – data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Batasan Waktu

Ruang lingkup waktu dari penelitian ini meliputi, pemilu 2005 dimana Ikhwanul Muslimin mulai menjadi oposisi pasca pemilu legislative, awal dari pergolakan di Mesir awal Januari 2011 hingga kejatuhan Mubarak di February tahun 2011.

2. Level Analisa

Berdasarkan metodologi dan disiplin ilmu hubungan internasional, maka penelitian ini menggunakan jenis level analisis induksionis34. Yaitu unit ekspalanasinya pada tingkat yang lebih tinggi, dimana unit analisanya atau variabel dependent dalam penelitian ini berupa pengaruh pergerakan organisasi (pengaruh Ikhwanul Muslimin) dan unit eksplanasinya berupa kejatuhan rezim pemerintahan yaitu Melawan Rezim Husni Mubarak.

3. Jenis Penelitian

34Mohtar Mas’oed

, 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin Dan Metodologi, P.T. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta, hlm. 38.


(43)

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspalanatif yang dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau varibel35.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

Study Pustaka : Yaitu melakukan pengumpulan data-data yang ada di media massa dan beberapa literature yang berisi informasi tentang fenomena yang diteliti untuk dilakukan analisis serta pembahasan mengenai data-data tersebut.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah teknik analisis data kualitatif analisis isi, yaitu analisis yang menggunakan penggambaran persoalan berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian menarik suatu kesimpulan. Angka statistik hanya digunakan sebagai data pendukung dari semua fakta yang hendak digambarkan dan dijelaskan.

G. Hipotesa

Seperti latar belakang dan kerangka dasar pemikiran seperti yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan hipotesa sebagai berikut :

Ikhwanul Muslimin memiliki pengaruh dan peranan yang kuat pada melawan rezim Husni Mubarak pada tahun 2011 dilihat dari dinamika pergerakan sosial politk Ikhwanul Muslimin yang konsisten pergerakannya melalui strategi yang diterapkan untuk memperbesar pengaruh IM di Mesir. Dimulai dari Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi yang dapat memberikan informasi tentang hak – hak rakyat sehingga mampu mengorganisir massa akibat delegitimasi masyarakat kepada pemerintah dan menggandeng media yang selama ini mendapat pembatasan hak dari pemerintah sebagai salah satu strategi IM dalam mewujudkan tujuannya


(44)

(pengaruh dalam fungsi sosial), hingga mampu menjadi salah satu oposisi terbesar di pemerintahan Husni Mubarak (pengaruh dalam fungsi politik). Hal ini membuat Ikhwanul Muslimin terlihat pengaruh dan posisinya dalam social movement baik dari peranannya sebagai oposisi (pergerakan formal) maupun sebagai organisasi sipil dalam fungsinya (pergerakan informal) mampu menyatukan sebagian besar warga Mesir untuk dapat menjatuhkan rezim Husni Mubarak.

H. Alur Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian

Ikhwanul

Muslimin

Demonstrasi di Mesir akhir January 2011

Rezim Husni Mubarak Lengser

Pergerakan formal (sebagai oposisi)

Pergerakan informal (sebagai organisasi


(45)

I. Sistematika Penulisan

Tabel: Sistematika Penulisan

BAB JUDUL PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kerangka Pemikiran 1. Penelitian Terdahulu

2. Landasan Konsep dan Teori a) Gerakan Sosial

b) Gerakan Sosial Baru c) Neo Revivalisme Islam

d) Teori Mobilisasi Sumber Daya F. Metode Penelitian

1. Ruang Lingkup Riset 2. Level Analisa

3. Jenis Penelitian

4. Teknik Pengumpulan Data 5 Teknik Analisa Data G. Hipotesa


(46)

II SELAYANG PANDANG IKHWANUL MUSLIMIN DAN POLITIK PEMERINTAHAN MESIR DI BAWAH

REZIM HUSNI MUBARAK

A. Ikhwanul Muslimin sebagai Gerakan Neo Revivalisme Islam

B. Posisi Gerakan Ikhwanul Muslimin dalam Dinamika Politik Pemerintahan era Mubarak

a) Politik Pemerintahan Mesir b) Kebijakan Politik Husni Mubarak C. Ikhwanul Muslimin dalam Dinamika

Politik Mesir era Husni Mubarak D. Kerangka Pemikiran Strategi Pencarian

Pengaruh Ikhwanul Muslimin

III GERAKAN

IKHWANUL MUSLIMIN MELAWAN REZIM

MUBARAK

A. Proses Kejatuhan Husni Mubarak ( 2005 – 2011 )

B. Delegitimasi melalui Parlemen C. Delegitimasi melalui Masyarakat

E. Posisi Gerakan Ikhwanul Muslimin dalam Melawan Rezim Husni Mubarak

a. Gerakan Sosial Politik Ikhwanul Muslimin

b. Strategi Ikhwanul Muslimin dalam Melawan Rezim Mubarak


(47)

D. Skema Posisi Gerakan Sosial Politik Ikhwanul Muslimin dalam Melawan Husni Mubarak

IV KESIMPULAN DAN

SARAN


(1)

1. Ruang Lingkup Riset Batasan Materi

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengaruh dari Ikhwanul Muslimin dalam melawan

rezim Husni Mubarak yang dilihat dari peranannya sebagai pressure group dan juga social

movementnya. Pemfokusan ini dilakukan supaya memudahkan untuk mendapatkan data – data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Batasan Waktu

Ruang lingkup waktu dari penelitian ini meliputi, pemilu 2005 dimana Ikhwanul

Muslimin mulai menjadi oposisi pasca pemilu legislative, awal dari pergolakan di Mesir awal

Januari 2011 hingga kejatuhan Mubarak di February tahun 2011.

2. Level Analisa

Berdasarkan metodologi dan disiplin ilmu hubungan internasional, maka penelitian ini

menggunakan jenis level analisis induksionis34. Yaitu unit ekspalanasinya pada tingkat yang

lebih tinggi, dimana unit analisanya atau variabel dependent dalam penelitian ini berupa

pengaruh pergerakan organisasi (pengaruh Ikhwanul Muslimin) dan unit eksplanasinya berupa

kejatuhan rezim pemerintahan yaitu Melawan Rezim Husni Mubarak.

3. Jenis Penelitian

34Mohtar Mas’oed

, 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin Dan Metodologi, P.T. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta, hlm. 38.


(2)

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspalanatif yang dimana

penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau varibel35.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

Study Pustaka : Yaitu melakukan pengumpulan data-data yang ada di media massa dan

beberapa literature yang berisi informasi tentang fenomena yang diteliti untuk dilakukan analisis

serta pembahasan mengenai data-data tersebut.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah teknik analisis data kualitatif analisis

isi, yaitu analisis yang menggunakan penggambaran persoalan berdasarkan fakta-fakta yang ada

kemudian menarik suatu kesimpulan. Angka statistik hanya digunakan sebagai data pendukung

dari semua fakta yang hendak digambarkan dan dijelaskan.

G. Hipotesa

Seperti latar belakang dan kerangka dasar pemikiran seperti yang diuraikan diatas, maka

penulis merumuskan hipotesa sebagai berikut :

Ikhwanul Muslimin memiliki pengaruh dan peranan yang kuat pada melawan rezim

Husni Mubarak pada tahun 2011 dilihat dari dinamika pergerakan sosial politk Ikhwanul

Muslimin yang konsisten pergerakannya melalui strategi yang diterapkan untuk memperbesar

pengaruh IM di Mesir. Dimulai dari Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi yang dapat

memberikan informasi tentang hak – hak rakyat sehingga mampu mengorganisir massa akibat

delegitimasi masyarakat kepada pemerintah dan menggandeng media yang selama ini mendapat

pembatasan hak dari pemerintah sebagai salah satu strategi IM dalam mewujudkan tujuannya

35


(3)

(pengaruh dalam fungsi sosial), hingga mampu menjadi salah satu oposisi terbesar di

pemerintahan Husni Mubarak (pengaruh dalam fungsi politik). Hal ini membuat Ikhwanul

Muslimin terlihat pengaruh dan posisinya dalam social movement baik dari peranannya sebagai

oposisi (pergerakan formal) maupun sebagai organisasi sipil dalam fungsinya (pergerakan

informal) mampu menyatukan sebagian besar warga Mesir untuk dapat menjatuhkan rezim

Husni Mubarak.

H. Alur Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian

Ikhwanul

Muslimin

Demonstrasi di Mesir akhir January 2011

Rezim Husni Mubarak Lengser

Pergerakan formal (sebagai oposisi)

Pergerakan informal (sebagai organisasi


(4)

I. Sistematika Penulisan

Tabel: Sistematika Penulisan

BAB JUDUL PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Kerangka Pemikiran

1. Penelitian Terdahulu

2. Landasan Konsep dan Teori

a) Gerakan Sosial

b) Gerakan Sosial Baru

c) Neo Revivalisme Islam

d) Teori Mobilisasi Sumber Daya

F. Metode Penelitian

1. Ruang Lingkup Riset

2. Level Analisa

3. Jenis Penelitian

4. Teknik Pengumpulan Data

5 Teknik Analisa Data

G. Hipotesa

H. Alur Pemikiran Penelitian


(5)

II SELAYANG PANDANG IKHWANUL MUSLIMIN DAN POLITIK PEMERINTAHAN MESIR DI BAWAH

REZIM HUSNI MUBARAK

A. Ikhwanul Muslimin sebagai Gerakan Neo

Revivalisme Islam

B. Posisi Gerakan Ikhwanul Muslimin dalam

Dinamika Politik Pemerintahan era

Mubarak

a) Politik Pemerintahan Mesir

b) Kebijakan Politik Husni Mubarak

C. Ikhwanul Muslimin dalam Dinamika

Politik Mesir era Husni Mubarak

D. Kerangka Pemikiran Strategi Pencarian

Pengaruh Ikhwanul Muslimin

III GERAKAN

IKHWANUL MUSLIMIN MELAWAN REZIM

MUBARAK

A. Proses Kejatuhan Husni Mubarak ( 2005 –

2011 )

B. Delegitimasi melalui Parlemen

C. Delegitimasi melalui Masyarakat

E. Posisi Gerakan Ikhwanul Muslimin dalam

Melawan Rezim Husni Mubarak

a. Gerakan Sosial Politik Ikhwanul

Muslimin

b. Strategi Ikhwanul Muslimin dalam


(6)

D. Skema Posisi Gerakan Sosial Politik

Ikhwanul Muslimin dalam Melawan Husni

Mubarak

IV KESIMPULAN DAN

SARAN