Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Efektivitas

2.1.1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas adalah suatu kosakata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa
Inggris “efective” yang berarti berhasil, ditaati, mengesankan, mujarab dan mujur. Efektivitas
(berjenis kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata sifat). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga karangan Eko Endarmoko, Efektif adalah
1. Keadaan berpengaruh, hal berkesan
2. Kemanjuran, kemujaraban (obat)
3. Keberhasilan (usaha, tindakan)
4. Hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan)
Ada beberapa pandangan mengenai efektivitas, ada yang menyebut efektivitas
merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam
setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno Handayaningrat
yang mengatakan efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.
Menurut Cambel J.P pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol
adalah:
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat ouput dan input
13 
 
Universitas Sumatera Utara

5. Pencapaian tujuan menyeluruh
Organisasi biasanya berada dalam lingkungan yang bergejolak dengan sumber data
yang terbatas. Lingkungan yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman,
perubahan tersebut akan mempengaruhi efektivitas organisasi. Dalam lingkungan demikian
organisasi harus tanggap dan pandai mengantisipasi perubahan agar organisasi tetap dapat
mempertahankan keberadaannya dan dapat berfungsi maka organisasi itu harus efektif
(Thoha, 2007:98).
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian efektivitas
merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian teorits dan praktis, tidak ada
persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan efektivitas. Berbagai
pandangan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda tentang pengertian dan konsep
efektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dari keahlian yang berbeda pula.
Hidayat menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai. Semakin besar persentase target yang
dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya. Gibson juga berpendapat efektivitas adalah
pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama (Ibnu, 2009).
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang merupakan unsur-unsur
efektifitas yaitu sebagai berikut:
1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya
2. Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau
tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan
3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat bagi
masyarakat sesuai dengan kebutuhannya
14 
 
Universitas Sumatera Utara


4. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas adalah
tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan
pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan padanya.
2.1.2

Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari

lembaga dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber
dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah
input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.
Pendekatan terhadap efektivitas terdiri dari:
1. Pendekatan sasaran ( Goal Approach)
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran
efektivitas dimulai dengan mengidentifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan
keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan
dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk

memberikan hasil maksimal

berdasarkan sasaran resmi “Official Goal” dengan

memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap
aspek output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur
sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam
mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat
memproleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat
15 
 
Universitas Sumatera Utara

menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan system suatu
lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan
lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada
lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.
3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu
lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana
kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak
memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang
dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat
efisiensi serta kesehatan lembaga (Cambel, 1989:115).

2.2.

Narkoba

2.2.1. Hakekat Narkoba
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika
dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik)
yang digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan dan penggunaannya secara terukur
di bawah kendali ahli medis. Namun, dalam perkembangannya menjadi barang haram karena
telah diedarkan secara gelap dan disalahgunakan untuk kepentingan di luar medis serta
berdampak terhadap gangguan kesehatan.
Dan tidak hanya itu, narkoba juga membuat hancur dan matinya karakter bangsa,
yang diawali dengan rusaknya sel-sel saraf syaraf otak sebagai dampak menggunakan

narkoba ilegal. Kerusakan syaraf otak ini akan berpengaruh buruk pada kepribadian,
temperamen dan karakter manusia.
Jadi, pada hakekatnya narkoba memiliki 2 dampak yakni:
16 
 
Universitas Sumatera Utara

1. demi kepentingan medis
2. untuk kepentingan bisnis ilegal oleh kalangan mafia yang tidak bertanggung jawab,
menghancurkan kehidupan manusia
Terkait dengan ini maka perlunya membangun karakter manusia sebagai embrio
karakter bangsa. Karakter bangsa yang kuat akan mampu memiliki daya imunitas yang lebih
baik untuk menghadapi peredaran gelap narkoba. Dengan daya tahan yang handal maka
pengaruh negatif narkoba dapat dicegah.
2.2.2. Pengenalan Narkoba
Istilah Narkoba sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional (BNN)
merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkoba yaitu
zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukan ke dalam tubuh baik dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dsb dapat mengubah pikiran, suasana hati,
perasaan dan perilaku seseorang.

A. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam 3 golongan yaitu:
1. Alami, yakni jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi,
isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya: ganja, opinium, daun koka, dll.
2. Semi sintesis, yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstraksi dan
isolasi. Contohnya: morfin, heroin, kodein, dll.
3. Sintesis, yakni jenis obat/zatyang diproduksi secara sintesis untuk keperluan medis
dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit. Contohnya: amfetamin,
pethidin, methadon, LSD, dll.
17 
 
Universitas Sumatera Utara

B. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Dalam bidang farmakologi, psikotropika

dibedakan dalam 3 golongan yaitu:
1. Golongan psikostimulansi, yaitu jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Contohnya:
amfetamin (lebih populer di kalangan masyarakat sebagai shabu-shabu dan ekstasy),
desamfetamine.
2. Golongan psikodepresan, yaitu golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas.
Contohnya: amobarbital, pheno karkital, penti kartital.
3. Golongan sedativa, yaitu jenis obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas
dan digunakan dalm terapi. Contohnya: diazepam, klobazam, nitrazezam, dll.
C. Bahan Adiktif
Bahan Adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup
menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan.
Jenis-jenis bahan adiktif yaitu:
1. Inhalen, yakni zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat. Penggunaannya dengan
cara dihirup. Efeknya hilang ingatan, tidak dapat berpikir, mudah berdarah, kerusakan
hati dan ginjal, kejang-kejang otot.
2. Alkohol, yaitu minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi. Efeknya
menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat, menyebabkan oedema otak,
menimbulkan habilutasi, toleransi dan ketagihan, peradangan lambung, melemahkan
jantung dan hati menjadi keras.


18 
 
Universitas Sumatera Utara

3. Tembakau/Rokok. Pengaruh penggunaan tembakau/rokok dapat dilihat apabila
digunakan dalam jumlah besar atau jangka waktu yang lama. Zat tembakau itu sendiri
merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Hal yang paling
mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut nikotin. Efeknya
menyumbat saluran darah, menimbulkan penyakit kanker, serangan jantung,
impotensi dan gangguan kehamilan.
4. Obat penenang, yaitu obat tidur, pil koplo, valium, nipam, dll. Efeknya bicara jadi
pelo, memperlambat respon fisik, mental dan emosi.
5. Zat yang mudah menguap, yaitu lem aica aibon, thinner, bensin. Efeknya
memperlambat kerja otak, menimbulkan rasa senang, penurunan kesadaran.
2.2.3. Jenis Narkoba
1. Candu, adalah zat yang dihasilkan dari tanaman berbunga papaversomniferum L yang
berisi berbagai macam zat kimia aktif. Beberapa diantaranya mempunyai khasiat
untuk pengobatan, tetapi sebagian lagi mengandung zat yang mempunyai daya
kecanduan sangat besar sehingga merugikan kesehatan. Narkoba yang termasuk

golongan ini merupakan produk olahan dari zat opiad itu. Misalnya, heroin, kokain,
morfin, dll. Heroin, adalah zat yang dihasilkan oleh pohon candu yang mempunyai
daya adiktif sebesar 30 kali candu kasar. Heroin merupakan narkoba jenis opiad yang
paling banyak disalahgunakan. Nama lain heroin adalah putaw, bahasa slangnya untuk
putih karena heroin berwarna putih kecoklatan. Putaw memberi efek senang sesaat
karena zat aktif putaw sebenarnya secara ilmiah juga ada di dalam otak manusia. Zat
aktif itu mempengaruhi paling sedikit tiga reseptor (mulut kecil) yang sangat penting
dalam mencapai kesenangan. Zat-zat tersebut dikenal dengan nama enkaplalin dan
endomorphine. Ketika seseorang menggunakan putaw maka kemampuan alamiah zat

19 
 
Universitas Sumatera Utara

untuk mencapai kesenangan akan terhenti. Akibatnya untuk mendapat kesenangan
orang tersebut selalu tergantung sumber dari luar yaitu putaw tersebut.
2. Depresan adalah zat yang menekan susunan syaraf pusat dengan akibat rasa tenang
dan mengantuk. Jadi fungsi depresan berlawanan dengan stimulant. Di dalam
depresan ini termasuk kelompok obat penenang dan minuman beralkohol. Alasan
orang menggunakan depresan adalah karena adanya zat aktif dalam depresan yang

memperkuat bagian otak yang memberikan ketenangan sehingga berefek menidurkan
atau menenangkan. Karena itu orang tertentu merasa ketika menggunakan depresan
sebagai suatu kenikmatan. Padahal tanpa sadar hal tersebut dapat pula menimbulkan
efek ketergantungan yang sangat merugikan.
3. Stimulan adalah zat yang bila digunakan menimbulkan stimulus atau rangsangan yang
bersifat bersemangat, gembira berkhayal tinggi, percaya diri besar dan mempunyai
energi tak terbatas. Contohnya shabu-shabu, ekstasi, dll. Kelompok stimulan
mempengaruhi mekanisme rangsangan antara ujung syaraf sehingga beberapa zat
terkumpul lebih banyak dari seharusnya. Dengan demikian si pemakai akan
merasakan kekuatan dan rasa senang berlebihan. Jenis stimulan yang banyak
disalahgunakan adalah pil ekstasi atau ineks dan shabu-shabu.
4. Inhalan adalah zat yang mudah menguap seperti campuran cat, lem, dan sejenisnya.
Penyalahgunaan inhalan adalah dengan cara menghirup uap dari zat-zat tersebut
dikenal dengan istilah “ngelem”. Senyawa aktif dalam benda-benda tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf dan organ lain dan dapat
mengakibatkan masalah sumsum tulang. Kematian mendadak akibat menghirup
(Sudden Sniffing Death/SSD) dapat terjadi pada si pemakai.

20 
 
Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Manfaat Narkoba
Dari segi medis penggunaan obat-obatan yang mengandung narkoba bermanfaat dan
memang diperbolehkan secara legal atau sah melalui rekomendasi ahli medis atau hanya
sebatas untuk pertolongan medis saja. Diberikan oleh tenaga medis secara terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sisi positif dari penggunaan jenis narkoba memang dikembangkan
oleh tenaga medis dalam kaitannya demi memberikan pertolongan kemanusiaan belaka dan
kegiatan penelitian ilmiah/keilmuan. Selain itu seluruh jenis narkoba menjadi aspek positif
dikaitkan dengan kepentingan ilmiah baik pengembangan ilmu pengetahuan tentang narkoba
maupun penelitian terkait dengan dampak negatifnya, dalam kaitannya dengan antisipasi
terhadap efek negatif dan bahayanya.
2.2.5. Dampak Negatif Narkoba
Selain narkoba memiliki dampak yang sangat positif bagi kegiatan pertolongan medis
yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan pendekatan keilmuan yang telah terukur maka
narkoba dapat memberikan dampak negatif bagi pemakainya terutama bila dilakukan dengan
cara disalahgunakan. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan multidimensi dikalangan
masyarakat yang sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial yang tentunya harus
segera diwaspadai keberadaannya. Masalah yang bersifat multidimensi itu antara lain (dalam
3 dimensi yang paling penting):
1. Dimensi Kesehatan
a. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak atau menghancurkan kesehatan manusia
baik secara jasmani maupun mental dan emosional.
b. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak susunan saraf pusat di otak, organ-organ
lain seperti hati, jantung, ginjal, paru-paru, usus, dan penyakit komplikasi lainnya.
c. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan gangguan pada perkembangan normal
remaja, daya ingat, perasaan, persepsi, dan kendali diri.
21 
 
Universitas Sumatera Utara

d. Penyalahgunaan narkoba merusak sistem reproduksi, yaitu produksi sperma
menurun, penurunan hormon testosteron, kerusakan kromosom, kelainan seks,
keguguran, dan lain sebagainya.
e. Infeksi saluran nafas bawah.
f. Kematian akibat over dosis.
2. Dimensi Ekonomi
a. Pengeluaran seorang penyalahguna narkoba sangat besar untuk konsumsi narkoba.
b. Pengeluaran yang besar bagi seorang penyalahguna narkoba yang sudah rusak
kesehatannya (untuk biaya kesehatan / berobat akibat narkoba).
c. Masyarakat menanggung beban dan kerugian akibat menurunnya tingkat
produktivitas sumber daya manusia, biaya pengobatan medis, harta yang dicuri,
rusak atau kecelakaan. Para penyalahguna narkoba juga lebih cenderung
mengalami kecelakaan kerja di tempat kerjanya.
3. Dimensi Sosial dan Pendidikan
a. Penyalahguna narkoba mempengaruhi kehidupan di lingkungan masyarakat,
misalnya adanya kecemasan masyarakat akan kejahatan yang akan mereka
timbulkan.
b. Penyalahgunan narkoba memperburuk kondisi keluarga yang pada umumnya
tidak harmonis. Keluarga-keluarga yang penuh masalah akan mempengaruhi
kehidupan di lingkungan masyarakat.
c. Banyak penyalahguna narkoba yang mencuri, merampok, menipu, jadi pengedar
narkoba, bahkan membunuh untuk mendapatkan uang demi kebutuhan akan
barang haram tersebut.

22 
 
Universitas Sumatera Utara

d. Para penyalahguna narkoba menjadi orang yang asosial, antisosial dan
menimbulkan gangguan kemanan dan ketertiban pada lingkungannya dan
merugikan masyarakat.
e. Kerugian dibidang pendidikan juga terjadi yaitu dengan merosotnya prestasi
penyalahguna narkoba di sekolah/kampus ataupun tempat kerja.
f. Para

penyalahguna

narkoba

biasanya

cenderung

untuk

mengajak

atau

mempengaruhi teman-temannya untuk terlibat (Karsono, 2004:23-28).
Penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh yang menyenangkan bagi si pemakai
namun kesenangan itu hanya sesaat, sementara penuh kepalsuan. Seolah-olah hidup bahagia
dan menyenangkan, serta indah padahal kenyataannya tidak begitu. Penyalahgunaan narkoba
bukan hanya berpengaruh buruk bagi pemakai saja tetapi juga bagi masyarakat dan negara.
Bagi pemakai dampak yang ditimbulkan terbagi atas 3, yaitu:
1. Dampak psikis
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
2. Dampak sosial
a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
c. Pendidikan terganggu masa depan suram.
3. Dampak fisik
a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran.
b. Gangguan pada jantung dan pembulu darah: infeksi akut otot jantung, gangguan
peredaran darah.
23 
 
Universitas Sumatera Utara

c. Gangguan pada kulit : penanahan, alergi.
d. Gangguan pada paru-paru : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas,
pengerasan jaringan paru.
e. Sering sakit kepala, mual dan muntah, pengecilan hati dan sulit tidur.
f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi
kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis dapat menyebabkan kematian
(Abdalla, 2008).
g. Sedangkan bagi kesehatan reproduksinya, dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan sex, disfungsi ereksi,
hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis, pembesaran payudara dan gangguan
sperma. Sedangkan pada wanita terjadi penurunan dorongan sex, gangguan pada
hormon estrosen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi,
pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat
menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat
kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan
bayi keguguran (Lin, 2007).

2.3.

Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN)

2.3.1. Hakekat P4GN
Pada hakekatnya P4GN merupakan rumusan kebijakan nasional Badan Narkotika
Nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk
tembakau dan alkohol. Dalam rangka melaksanakan program P4GN tersebut harus didukung
dengan kebijakan nasional, strategi serta implementasinya di bidang pemberdayaan
24 
 
Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di
lingkungan masing-masing yakni lingkungan pendidikan (sekolah dan kampus), lingkungan
kerja (pemerintah dan swasta), dan masyarakat (lingkungan keluarga, tokoh agama dan media
massa).
2.3.2. Ruang Lingkup P4GN
Sebagaimana singkatan yang telah lazin digunakan di kalangan institusi Badan
Narkotika Nasional, P4GN singkatan Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba. Secara khusus fokus pembahasan aspek pencegahan merupakan
bagian penting dalam penanganan narkoba di berbagai belahan dunia. Dalam pencegahan
salah satu unsur penting adalah dengan melibatkan masyarakat untuk ikut berperan serta
secara aktif. Dalam konteks ini maka pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu aspek
strategis. Pemberdayaan masyarakat merupakan dampak keberhasilan program P4GN.
Asepek-aspek dalam P4GN:
1. Aspek pencegahan. Dalam aspek ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, dan kesadaran siswa, mahasiswa, pekerja, keluarga dan masyarakat
terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Meningkatnya
peranan instansi pemerintah dan kelompok masyarakat dalam upaya menciptakan dan
meningkatkan

pengetahuan,

pemahaman

dan

kesadaran

terhadap

bahaya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba menjadikan masyarakat memiliki
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan bahaya narkoba.
2. Aspek

pemberdayaan

masyarakat.

Dengan

sasaran

terciptanya

lingkungan

pendidikan, lingkungan kerja, masyarakat, lingkungan keluarga bebas narkoba
melalui peran serta instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa dan
negara.
3. Aspek pemberantasan. Aspek ini meliputi sasaran:
25 
 
Universitas Sumatera Utara

a. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba. Terungkapnya jaringan sindikat peredaran gelap narkotika,
pemutusan jaringan sindikat narkoba.
b. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang dikelola
oleh instansi pemerintah.
c. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang dikelola
oleh komponen msyarakat.
d. Meningkatnya pelaksanaan pasca rehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu
narkoba.
e. Pulihnya penyalahguna narkoba.
f. Berkurangnya kasus relapse melalui optimalisasi panti rehabilitasi baik yang
diselenggarakan oleh UPT terapi dan rehabilitasi BNN maupun pembangunan
swadaya oleh LSM atau institusi pemerintah lainnya.
2.3.3. Ruang Lingkup P4GN Pemberdayaan Masyarakat/Peran Serta Masyarakat
Dalam pemberdayaan masyarakat melingkupi tujuan dengan sasaran terciptanya
lingkungan yang sehat yang meliputi:
1. Lingkungan pendidikan yang bersih dari narkoba. Selain upaya mewujudkan
lingkungan pendidikan yang bersih dari narkoba maka terjadinya proses
pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan sejak usia dini hingga
jenjang perguruan tinggi sehingga menghasilkan perilaku yang imun terhadap
narkoba. Dengan kondisi masyarakat yang imun tersebut maka dapat dijadikan ukuran
keberhasilan pemberdayaan masyarakat.
2. Lingkungan kerja dan masyarakat yang beresiko tinggi terbebas dari narkoba.
Lingkungan kerja yang sehat dan bebas dari penyalahgunaan narkoba sangat
berdampak positif dalam mendukung produktivitas kerja. Perlu memberdayakan
26 
 
Universitas Sumatera Utara

mereka melalui berbagai pendekatan yang bertumpu pada penyadaran pentingnya
pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat tersebut memiliki daya tangkal yang
tinggi.
3. Lingkungan keluarga yang harmonis dan bebas dari narkoba. Keluarga yang utuh dan
kuat akan menjadi penyangga bangsa yang kuat dalam mencegah bahaya narkoba.
Mewujudkan lingkungan keluarga yang bebas dari narkoba sangat membutuhkan
peran serta aktif berbagai instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat,
bangsa dan negara secara konsisten.
4. Pemberdayaan alternatif. Menurunnya lahan ganja dan petani ganja di NAD melalui
program pengembangan alternatif, terjadinya perubahan kesadaran masyarakat di
pemukiman.
5. Meningkatnya efektivitas pembangunan komunitas (community development) di
berbagai tempat yang menjadi sasaran program pemberdayaan komunitas agar
mampu menanggulangi bahaya narkoba.

2.4.

Implementasi Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN)

2.4.1. Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat mempunyai peranan penting dalam P4GN. Masalah
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan masalah yang kompleks dilihat dari
segi penyebabnya maupun dari segi jangkauan pengaruh buruknya. Maka peran serta aktif
segenap lapisan masyarakat baik secara individu maupun kelompok sangat dibutuhkan dalam
penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Tanpa partisipasi aktif dari
masyarakat mustahil upaya tersebut dapat tercapai secara tuntas.

27 
 
Universitas Sumatera Utara

Masalah penyalahgunaan narkoba bukan saja tanggung jawab pemerintah. Masalah
tersebut adalah masalah masyarakat juga. Karenanya wajar bilamana masyarakat
berkewajiban dan bertanggung jawab pula untuk menanggulangi masalah tersebut. Pada
umumnya tujuan semua sektor masyarakat yang bergerak dalam pencegahan sama yaitu
mengurangi permintaan pada narkoba dan membantu generasi muda bebas narkoba. Ini jelas
menunjukan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak ada sektor dalam masyarakat yang
dianggap sebagai kelompok tersendiri atau terpisah tetapi sebagai komponen atau bagian
integral masyarakat. Pengalaman menunjukan bahwa sumber tenaga yang paling besar dan
kuat dalam pencegahan adalah jaringan orang-orang yang saling mendukung, saling bertukar
informasi dan saling bekerja.
Peran serta masyarakat dalam P4GN dijamin dalam Undang-Undang RI Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagai berikut:
1. Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta
membangun pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba (pasal 104).
2. Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (pasal 105).
3. Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba diwujudkan dalam bentuk:
a. Mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana narkoba.
b. Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi
tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkoba kepada penegak hukum
atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkoba.

28 
 
Universitas Sumatera Utara

c. Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkoba.
d. Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada
penegak hukum atau BNN.
e. Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan
haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan.
4. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 104, pasal 105, pasal 106
dapat dibentuk dalam suatu wadah yang dikoordinasi oleh BNN (pasal 108 ayat 1).
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan kepala BNN
(pasal 108 ayat 2).
Adapun pembentukan wadah peran serta masyarakat diatur dalam peraturan kepala
BNN Nomor 6 Tahun 2010. Untuk mengimplementasikan peran serta masyarakat
sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkoba, BNN membentuk Deputi Pemberdayaan Masyarakat yang salah satu direktoratnya
bernama Direktorat Peran Serta Masyarakat yang menangani lingkungan pendidikan,
lingkungan kerja dan masyarakat.
2.4.2. Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat di Lingkungan Pendidikan
Peran serta masyarakat di lingkungan pendidikan ini meliputi lingkungan sekolah
ataupun kampus. Adapun yang menjadi tujuannya adalah lingkungan sekolah atau kampus
bersih narkoba. Lingkungan sekolah atau kampus memiliki beberapa komponen di dalamnya.
Oleh karena itu dalam melaksanakan peran serta di lingkungan pendidikan baik sekolah atau
kampus harus menyentuh kepada komponen yang ada di sekolah atau kampus.
Implementasi peran serta masyarakat di lingkungan sekolah/kampus untuk mencapai
lingkungan bersih narkoba adalah:

29 
 
Universitas Sumatera Utara

1. Pemberian

informasi,

peningkatan

kemampuan

dan

ketrampilan

individu/siswa/mahasiswa, kegiatannya antara lain meliputi:
a. Penyampaian informasi tentang P4GN.
b. Pemberian dan peningkatan ketrampilan sosial.
c. Pemberian pendidikan dan kesehatan.
2. Pembentukan kelompok teman sebaya. Dalam kegiatan ini sekolah/kampus
membentuk kelompok yang terdiri atas siswa/mahasiswa yang bersih narkoba yang
mempunyai komitmen untuk membantu teman-temannya yang terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba untuk meninggalkan perbuatan tersebut dan kembali
menjadi siswa/mahasiswa yang benar-benar ingin belajar mencapai cita-cita.
3. Satgas sekolah/satgas kampus. Program ini memiliki 2 kegiatan yaitu:
a. Pembentukan satgas sekolah/kampus.
Di sekolah/kampus tempat dilaksanakan kegiatan dibentuk satgas yang berasal
dari perwakilan siswa/mahasiswa yang bersih/tidak menyalahgunakan narkoba
dan mempunyai komitmen untuk mendukung terciptanya sekolah/kampus bebas
narkoba. Anggota satgas tersebut diberi pembekalan tentang narkoba dan
dampaknya, Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba dan
materi tentang bagaimana caranya menolong korban.
b. Operasi satgas sekolah/kampus.
Satgas sekolah/kampus ini hendaknya difasilitasi untuk melaksanakan operasi di
lingkungan sekolahnya/kampus. Operasi satgas ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mencari informasi, melakukan pengawasan di lingkungan sekolah/kampus
untuk mengetahui apakah di lingkungannya ada hal-hal yang dapat dijadikan
petunjuk awal penyalahgunaan narkoba ataupun peredaran narkoba, misalnya:

30 
 
Universitas Sumatera Utara



Tempat yang digunakan untuk meyalahgunakan narkoba ataupun untuk
transaksi narkoba.



Orang yang mengedarkan narkoba di lingkungan sekolah/kampus
misalnya alumni yang suka datang ke sekolah/kampus tanpa kepentingan
yang jelas.





Siswa/mahasiswa yang suka membawa narkoba ke sekolah/kampus.
Mengamati siswa/mahasiswa yang dicurigai sebagai penyalahguna.

Apabila satgas sekolah/kampus tadi mengetahui adanya aktivitas yang mengarah
pada penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba maka harus melaporkan
kepada pihak sekolah/kampus yang dilanjutkan kepada petugas yang berwenang.
4. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua di bidang P4GN, meliputi:
a. Pemberian pengetahuan tentang narkoba dan permasalahannya.
b. Pendidikan pola pengasuhan anak termasuk pendidikan anak usia dini.
c. Menerapkan pencegahan penyalahgunaan narkoba di rumah.
5. Peningkatan peran sekolah/kampus di bidang P4GN, yaitu:
a. Penyusunan kebijakan yang jelas tentang penyalahgunaan narkoba, penanganan,
sanksi, pengawasan, dll.
b. Mendidik siswa dan guru di bidang P4GN.
c. Meningkatkan ketrampilan siswa dan guru dalam menanggulangi permasalahan
narkoba.
d. Meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah/kampus.
e. Meningkatkan disiplin dan tata tertib.
f. Membentuk jaringan sekolah/kampus dengan orang tua.
g. Memberikan kegiatan ekstra kurikuler.

31 
 
Universitas Sumatera Utara

h. Pembentukan dan peningkatan fungsi UKS dalam menangani permasalahan
kesehatan siswa.
i. Mengadakan test urine kepada siswa dan guru.
j. Melaksanakan kegiatan terpadu dengan masyarakat sekitar.
6. Monitoring dan evaluasi program P4GN di sekolah.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada setiap tahap kegiatan. Hasil yang
diharapkan setelah dilakukan evaluasi adalah diketahuinya keberhasilan atau
kesenjangan antara pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dan teridentifikasinya
masalah dan hambatan yang dihadapi.
7. Sertifikasi sekolah/kampus bersih narkoba.
Bagi sekolah/kampus yang telah dievaluasi dan hasilnya menunjukan bahwa
sekolah/kampus

tersebut

telah

melaksanakan

program

P4GN

secara

berkesinambungan dan dari hasil test urine ternyata sekolah/kampus tersebut
siswanya/mahasiswanya tidak ada yang positif menyalahgunakan narkoba maka bisa
diberikan sertifikat bersih narkoba oleh BNN.

2.5.

Kerangka Pemikiran
Kejahatan narkoba bukan lagi kejahatan konvensional, melainkan telah menjadi

kejahatan yang dilakukan oleh jaringan kejahatan internasional terorganisir. Penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba telah menunjukan kecenderungan yang terus meningkat di
negeri ini. Hal ini diindikasikan dengan dijadikannya Indonesia sebagai tempat transit dalam
mata rantai perdagangan gelap narkoba. Gelagat kejahatan narkoba memanfaatkan kondisi
kemiskinan, kebodohan bahkan kelemahan di bidang penegakan hukum di wilayah negeri ini.
Bila

tidak

dilakukan

pencegahan

dan

pemberdayaan

masyarakat

akan

semakin

memprihatinkan lagi kondisi bangsa ini.
32 
 
Universitas Sumatera Utara

Apabila tidak disikapi secara profesional dalam pencegahan dan pemberantasannya
lambat laun akan merongrong eksistensi masyarakat dan bangsa negeri ini. Selain kompetensi
penegak hukum, petugas pencegahan dan rehabilitasi, maka pemberdayaan masyarakat harus
semakin meningkat guna melakukan deteksi dini untuk selanjutnya mencegah hingga
memutus jaringan maupun strategi eksploitasi oleh mafia perdagangan gelap narkoba.
Dampak negatif kejahatan narkoba terhadap kehidupan manusia sangat dahsyat baik
terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Berkembangnya
kasus kejahatan narkoba akan menjadi hambatan serius terhadap pembangunan peradaban
bangsa. Menghadapi bahaya narkoba maka mutlak membutuhkan strategi yang efektif. Badan
Narkotika Nasional (BNN) telah memerankan sebagai subyek, melalui metode P4GN dengan
sasaran pemberdayaan masyarakat yang melibatkan peran serta masyarakat.
Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah yang menjadi focal
point dituntut meningkatkan profesionalismenya, bersama seluruh elemen masyarakat, LSM,
dan tentunya melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dan dinamis. Sejalan dengan itu
berbagai terobosan telah dilakukan langkah strategis dan inovatif terkait dengan program
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)
dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berperan serta aktif.
Peran serta aktif segenap lapisan masyarakat baik secara individu maupun kelompok
sangat dibutuhkan dalam penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Tanpa
partisipasi aktif dari masyarakat mustahil upaya tersebut dapat tercapai secara tuntas. Untuk
mengimplementasikan peran serta masyarakat sebagaimana yang diamanahkan dalam
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, Badan Narkotika Nasional
(BNN) membentuk Deputi Pemberdayaan Masyarakat yang salah satu direktoratnya bernama
Direktorat Peran Serta Masyarakat yang menangani lingkungan pendidikan. Peran serta
masyarakat di lingkungan pendidikan ini meliputi lingkungan sekolah ataupun kampus.
33 
 
Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan peran serta masyarakat di lingkungan pendidikan adalah agar
lingkungan sekolah atau kampus bersih dari narkoba/bebas narkoba.
Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan
hubungan konsep-konsep atau variabel-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk
skema. Artinya, yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema
(Siagian, 2011: 132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

34 
 
Universitas Sumatera Utara

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Secara Sistematis

Badan Narkotika Nasional (BNN)

Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) di lingkungan pendidikan

Alat Ukur Efektivitas Pelaksanaan Program P4GN di lingkungan pendidikan:
1. Ketepatan sasaran program
2. Kepuasan terhadap program
3. Keberhasilan Pelaksanaan Program
4. Tujuan dan Manfaat

Efektif

Tidak Efektif

35 
 
Universitas Sumatera Utara

2.6.

Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.6.1. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak mengenai kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah yang digunakan yang
digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi tentang apa yang akan
diteliti dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian
(Singarimbun, 1989:33).
Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai
berikut:
1. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah
dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektifas apabila tujuan atau
sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan
dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
2. Program P4GN merupakan rumusan kebijakan nasional Badan Narkotika Nasional di
bidang pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika. Dalam rangka melaksanakan program P4GN tersebut harus didukung
dengan kebijakan nasional, strategi serta implementasinya di bidang pemberdayaan
masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat di lingkungan masing-masing khususnya
dalam penelitian ini yakni lingkungan pendidikan (sekolah/kampus).
3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik
secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) yang disalahgunakan untuk
kepentingan di luar medis sehingga berdampak terhadap gangguan kesehatan serta
36 
 
Universitas Sumatera Utara

untuk kepentingan bisnis ilegal oleh kalangan mafia yang tidak bertanggung jawab,
menghancurkan kehidupan manusia.
4. Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan lembaga pemerintah non kementerian
(LPNK) yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan upaya-upaya P4GN dalam
rangka meminimalisasi permasalahan narkoba di Indonesia. Berdasarkan UndangUndang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, BNN diberikan kewenangan
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.
2.6.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang
lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki
rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan
penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang
menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka
dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar efektivitas pelaksanaan program P4GN
oleh Badan Narkotika Nasional di SMA Methodist 1 Medan, meliputi :
1. Efektivitas pelaksanaan program P4GN, yang diukur dengan indikator:
a. Ketepatan sasaran program yakni program P4GN yang dilakukan oleh BNN.
Yang diteliti adalah siapa saja yang ikut serta dalam sosialisasi dan pembentukan
kader yang dilakukan oleh petugas BNN, apakah mereka terlibat langsung atau
tidak serta mendapat informasi mengenai program P4GN dalam sosialisasi dan
pembentukan kader tersebut.
b. Kepuasan terhadap program. Disini yang akan diteliti adalah bagaimana
pemberian informasi mengenai program P4GN oleh petugas BNN kepada siswa
SMA Methodist 1 Medan dan bagaimana kepuasan responden terhadap sosialisasi
37 
 
Universitas Sumatera Utara

program dan pembentukan kader P4GN yang dilakukan oleh petugas BNN di
sekolah tersebut.
c. Keberhasilan pelaksanaan program yakni sosialisasi dan pembentukan kader
P4GN yang dilakukan oleh petugas BNN.

Yang akan diteliti adalah proses

kegiatan sosialisasi dan pembentukan kader P4GN yang diberikan oleh petugas
BNN, bagaimana waktu pelaksanaan program sosialisasi dan pembentukan kader
mengenai P4GN kepada siswa SMA Methodist 1 Medan.
d. Tujuan dan manfaat sosialisasi dan pembentukan kader. Disini yang akan diteliti
adalah bagaimana hasil dari pelaksanaan sosialisasi dan pembentukan kader yang
dilakukan oleh BNN.

Hasil apa sajakah yang telah berhasil diperoleh dari

kegiatan tersebut, apakah responden memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut,
dan apakah tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

38 
 
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) BNN KABUPATENLAMPUNG SELATAN

7 48 91

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) (Studi di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung)

2 29 88

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

1 24 128

UPAYA PENCEGAHAN PEREDARAN NARKOTIKA OLEH TIM P4GN (PENCEGAHAN PEMBERANTASAN Upaya Pencegahan Peredaran Narkotika Oleh Tim P4gn (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba)Kabupaten Sukoharjo Pada Anak Usia Sekolah.

0 2 17

PENDAHULUAN Upaya Pencegahan Peredaran Narkotika Oleh Tim P4gn (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba)Kabupaten Sukoharjo Pada Anak Usia Sekolah.

0 2 20

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 13

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 2

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 12

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 3

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 8