Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

(1)

106 

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER)

Mohon kerendahan hati saudara untuk mengisi kuesioner (angket) yang saya berikan. Data ini diperlukan sebagai tambahan informasi dalam penyusunan skripsi saya yang berjudul: “Efektivitas Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di SMA Methodist 1 Medan”.

Petunjuk Pengisian

a. Pilihlah dan berikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar sesuai menurut anda.

b. Isilah titik-titik dengan baik dan benar sesuai dengan jawaban anda. c. Berikan jawaban anda sesuai yang anda pikirkan.

A. Identitas Responden

No. Responden : 1. Nama Responden : 2. Umur :

3. Jenis kelamin : 4. Agama : 5. Suku : 6. Uang saku :

a. Rp. 10.000 – Rp. 20.000/hari b. Rp. 20.000 – Rp. 40.000/hari c. > Rp. 40.000/hari


(2)

107 

B. Efektivitas Pelaksanaan Program Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).

I. Ketepatan Sasaran Program

7. Dalam rutinitas saudara sehari-hari, apakah saudara mengetahui tentang narkoba? a. Tahu

b. Tidak Tahu

8. Jika ya, darimana saudara mengetahui tentang narkoba? a. Teman

b. Keluarga

c. Media massa, media elektronik d. Lainnya...

9. Apakah saudara pernah menggunakan narkoba? a. Pernah

b. Tidak Pernah

10.Jika pernah, jenis narkoba apakah yang saudara pernah gunakan? a. Candu, misalnya heroin/putaw, kokain, morfin, lainnya... b. Stimulan, misalnya shabu-shabu, pil ekstasi/ineks, lainnya... c. Depresan, misalnya obat penenang, alkohol, lainnya... d. Inhalan, misalnya ngelem

11.Darimana saudara mengenal Badan Narkotika Nasional (BNN)? a. Keluarga

b. Media massa, media elektronik c. Iklan/brosur


(3)

108 

12.Apakah sebelumnya saudara sudah pernah mengikuti penyuluhan/sosialisasi mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?

a. Pernah, Sebutkan darimana... b. Tidak Pernah

13.Apakah sebelumnya saudara sudah pernah mengikuti pembentukan kaderisasi dan menjadi salah satu kader mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?

a. Pernah, Sebutkan kapan dan darimana... b. Tidak Pernah

II. Kepuasan Terhadap Program

14.Apakah saudara tertarik mengikuti kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang diberikan oleh BNN?

a. Ya, alasannya...

b. Tidak, alasannya...

15.Apakah saudara tertarik mengikuti kegiatan pembentukan kaderisasi yang diberikan oleh BNN?

a. Ya, alasannya...


(4)

109 

16.Bagaimana penyampaian materi yang diberikan oleh BNN dalam kegiatan tersebut kepada saudara?

a. Memuaskan

b. Kurang memuaskan

17.Apakah saudara paham dengan materi yang diberikan dalam kegiatan tersebut? a. Memahami

b. Kurang memahami

18.Apakah ada sesi pemberian kesempatan bertanya sehingga ada diskusi kecil antara penanya dengan pemateri dari pihak BNN selama kegiatan berlangsung?

a. Ada b. Tidak ada

19.Jika ada apakah saudara memanfaatkan kesempatan tersebut? a. Iya,alasannya...

b. Tidak,alasannya...

III. Keberhasilan Pelaksanaan Program

20.Berapa lama BNN memberikan penyuluhan/sosialisasi mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?

...

21.Berapa lama BNN melakukan pembentukan kaderisasi dalam pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?


(5)

110 

22.Apakah saudara bersungguh-sungguh selama kegiatan penyuluhan/sosialisasi tersebut?

a. Sungguh-sungguh, alasannya...

b. Kurang sungguh-sungguh, alasannya...

23.Apakah saudara bersungguh-sungguh selama kegiatan pembentukan kaderisasi tersebut?

a. Sungguh-sungguh, alasannya...

b. Kurang sungguh-sungguh, alasannya...

24.Apakah saudara merasa terpaksa dalam mengikuti kegiatan tersebut? a. Terpaksa, alasannya...

b. Tidak terpaksa, alasannya...

25.Apakah saudara merasa bosan selama kegiatan tersebut berlangsung? a. Ya, alasannya...

b. Tidak, alasannya...

26.Bagaimana menurut saudara mengenai perlakuan petugas BNN terhadap saudara selama kegiatan tersebut berlangsung?

a. Baik

b. Kurang baik

27.Apakah menurut saudara petugas BNN sudah mempunyai kemampuan dalam menjalankan tugasnya?


(6)

111 

b. Kurang Mampu

28.Bagaimana menurut saudara mengenai kualitas kegiatan yang sudah dilaksanakan? a. Bagus

b. Kurang bagus III. Tujuan dan Manfaat

29.Apakah saudara mengerti tujuan kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang diberikan oleh petugas BNN?

a. Ya b. Tidak

30.Apakah saudara mengerti tujuan kegiatan pembentukan kaderisasi yang diberikan oleh petugas BNN?

a. Ya b. Tidak

31.Apakah saudara merasakan manfaat dari kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang diberikan oleh petugas BNN?

a. Ya b. Tidak

32.Apakah saudara merasakan manfaat dari kegiatan pembentukan kaderisasi yang diberikan oleh petugas BNN?

a. Ya b. Tidak

33.Apakah setelah mengikuti kegiatan penyuluhan/sosialisasi yang diberikan oleh BNN mampu menambah pengetahuan saudara tentang pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?


(7)

112 

b. Tidak, alasannya...

34.Apakah setelah mengikuti kegiatan pembentukan kaderisasi yang diberikan oleh BNN mampu menambah pengetahuan saudara tentang menjadi kader dalam pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba?

a. Ya, alasannya...

b. Tidak, alasannya...

35.Apakah setelah mengikuti kegiatan yang telah diberikan dapat saudara jadikan pedoman untuk menghadapi masa depan?

a. Ya, alasannya...

b. Tidak, alasannya...

36.Apakah setelah mengikuti kegiatan yang telah diberikan saudara menjadi kuat untuk menjauhi narkoba dan mendukung agar Indonesia bebas narkoba khususnya di lingkungan pelajar?

a. Ya, alasannya...

b. Tidak, alasannya...

37.Menurut saudara, apakah perlu kegiatan penyuluhan/sosialisasi mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di sekolah dilakukan secara berkesinambungan?


(8)

113 

b. Tidak, alasannya...

38.Menurut saudara, apakah perlu kegiatan pembentukan kaderisasi mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di sekolah dilakukan secara berkesinambungan?

a. Ya, alasannya...


(9)

103 

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, R. 2008. Bahaya Narkoba di kalangan Remaja. Jakarta. Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azhar, Ibnu A.D.S. 2009. Efektivitas Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Pemilihan Jurusan. Medan: Skripsi USU.

Badan Narkotika Nasional. 2006. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Badan Narkotika Nasional dan Puslitkes Universitas Indonesia. 2008. Anti Drugs Campaign Goes to School. Jakarta.

Badan Narkotika Nasional. 2010. P4GN Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.

Cambel, J. P. 1989. Riset dalam Efektivitas Organisasi; terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga.

Fabanyo, Hidayat. 2010. P4GN Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.

Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Bangsa. Jakarta: Forum Media Utama.

Karsono, Eddy. 2004. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Bandung: CV Yrama Widya.

Lin, M. S. 2007. Question About Sex. Surabaya: Java Pustaka Media Utama.

Roscoe, J. T. 1998. Fundamental Research Statistic for Behavioral Sciences. Holt, Rinehart and Winston. New York.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Singarimbun, M. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.


(10)

104 

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Thoha, Miftah. 2007. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tingkilisan. 2004. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: Bulairung

Dokumen-dokumen:

Bareskrim Polri, Direktorat IV. 2009. Tindak Pidana Narkoba. Jakarta: Direktorat IV/TP. Narkoba dan K.T. Bareskrim Polri.

Jurnal Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2009. Jurnal Data P4GN Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2010. Jurnal Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008.

Konvensi PBB tahun 1961 tentang pembentukan The International Narcotic control Board. Convention of Psychotropics and Substances of 1971 tentang Sikap Negara-negara beradab

pendukung PBB.

Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Kelembagaan BNN.

Strategi Nasional Lakhar BNN tentang Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). 2009.

Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Sumber lain:

Ibnu Mukhilism, 2009. Defenisi atau pengertian efektivitas. http://noebangetz.blogspot.com/2009/07/defenisi-atau-pengertian-efektivias.html.

http://nasional.kompas.com/read//Pengguna.Narkoba.5.8.Juta.Tahun.2012. http://www.merdeka.com/peristiwa/bnn-pengguna-narkoba-di-indonesia-terusmeningkat.html.


(11)

105 

http://nasional.sindonews.com/read/persen-pengguna-narkoba-adalah-pelajar.

http://www.jpnn.com/read/2013/10/30/198235/50-Persen-Pengguna-Narkoba-Pelajar-SMA-. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/06/03/bnn-seribu-pelajar-indonesia-pengguna-narkoba.

http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/03184385/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.Rem aja.Meningkat.

http://www.antaranews.com/berita/83588/sejuta-pelajar-dan-mahasiswa-jadi-pengguna-narkoba.


(12)

39  BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaanya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sampel dari objek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat (Silalahi, 2009: 28). Penelitian yang menggunakan metode deskriptif merupakan penelitian yang sekedar hanya untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel (Faisal, 2008:20).

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya yaitu data yang diperoleh di lapangan dikumpulkan, diolah serta dianalisis. Oleh karena itu penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian sedang dilakukan yaitu membuat gambaran secara menyeluruh tentang sejauh mana keefektifan pelaksanaan program P4GN oleh Badan Narkotika Nasional di SMA Methodist 1 Medan.


(13)

40  3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dimaksud dalam penelitian adalah tempat peneliti menangkap keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti yaitu SMA Methodist 1 Medan. Alasan peneliti memilih lokasi sekolah tersebut, karena sekolah ini merupakan sekolah yang mendapat kegiatan penyuluhan hingga pembentukan kader kepada siswa-siswinya mengenai program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara. Hingga sekolah ini membentuk Satgas sekolah untuk mengetahui apakah di lingkungannya ada hal-hal yang dapat dijadikan petunjuk awal penyalahgunaan narkoba ataupun peredaran narkoba.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:155). Pengertian lain mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007: 55).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perwakilan satgas sekolah Siswa Methodist 1 Anti Narkoba (SMANK), perwakilan OSIS dan perwakilan Organisasi Sekolah siswa-siswi SMA Methodist 1 seperti pramuka, PMR, PKS, Paskib yang mengikuti kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara yang berjumlah 120 orang/siswa.


(14)

41 

Tabel 3.1. Klasifikasi Populasi Tiap Kelas

NO. KELAS JUMLAH SISWA

1. SMANK 60

2. OSIS 30

3. ORGANISASI SEKOLAH

Pramuka 7 PMR 8

PKS 5 PASKIB 10

TOTAL 120

Sumber: Sekolah SMA Methodist 1 Medan 3.3.2. Sampel

Dalam kaitannya dengan penelitian, Roscoe (1998) mendefenisikan sampel sebagai sebagian dari obyek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekadar bagian dari populasi melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi (Siagian, 2011:156).

Menurut pendapat Arikunto, untuk menentukan sampel penelitian yang menyatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang maka disarankan untuk menentukan jumlah sampel adalah antara 10% – 15% dan 20% – 25% dari jumlah populasi dan dan ini dianggap representative (Arikunto, 1993: 149). Dalam penelitian ini penulis mengambil 20% dari jumlah populasi untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: 20% x 120 = 24 siswa.


(15)

42 

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan teknik penarikan sampel proporsional stratified random sampling yang memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel. Oleh karena itu, digunakan rumus dalam menentukan jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah:

nx = nl x n N

Dimana: nx = jumlah sampel kelas x nl =jumlah siswa tiap kelas n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

Tabel 3.2. Klasifikasi Sampel Responden Tiap Kelas

NO. KELAS JUMLAH SISWA JUMLAH SAMPEL

1. SMANK 60 60/120 x 24 = 12

2. OSIS 30 30/120 x 24 = 6

3. ORGANISASI SEKOLAH

Pramuka 7 7/120 x 24 = 1

PMR 8 8/120 x 24 = 2

PKS 5 5/120 x 24 = 1

PASKIB 10 10/120 x 24 = 2

TOTAL 120 24


(16)

43  3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, surat kabar, dan majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu:

1. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada siswa SMA Methodist 1 Medan yang menjadi responden penelitian ini.

2. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

c. Data sekunder

Data yang bersumber dari instansi pemerintah terkait.

3.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Dengan demikian kesimpulan pada analisis data statistik deskriptif hanya berlaku bagi masing-masing tabel atau hanya berlaku pada satu tabel tanpa generalisasi. Dalam analisis data statistik deskriptif akan digunakan tabel tunggal/yang hanya menyajikan data dari satu variabel (Siagian, 2011: 228 & 229).


(17)

44 

Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah:

a. Editing, yaitu meneliti kembali data-data yang telah diperoleh dari penelitian. b. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut jenisnya.

c. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga jawaban yang beraneka ragam menjadi singkat

d. Menghitung besarnya frekuensi data pada masing-masing kategori

e. Tabulasi, disini data dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam suatu tabel tunggal sehingga dapat dibaca dengan mudah (Singarimbun. 1995 : 9).


(18)

45  BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Perguruan Kristen Methodist Indonesia (PKMI-1) merupakan Lembaga Pendidikan dibawah naungan Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) Wilayah I. PKMI-1 mengasuh 4 unit sekolah yaitu:

1. TK Methodist-1 Medan 2. SD Methodist-1 Medan 3. SMP Methodist-1 Medan 4. SMA Methodist-1 Medan

Semua sekolah tersebut berada dalam satu kompleks yaitu di Jl. Hang Tuah No. 4 Medan, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan. PKMI 1 didirikan sejak tahun 1922 yang pada awalnya bernama Methodist English School (MES). Sesuai dengan namanya MES merupakan sekolah bertaraf Internasional yang diasuh oleh Missionaris Methodist, namun dalam perkembangannya telah menjadi sekolah nasional yaitu PKMI-1. PKMI-1 saat ini terus di dorong untuk mengembalikan kejayaan MES dahulu.

SMA Methodist 1 berada di samping Gereja Methodist Indonesia (GMI) Kasih Karunia, dimana gereja tersebut dapat digunakan para siswa dalam mengadakan kebaktian pada hari-hari tertentu misalnya saat menjelang ujian dan hari besar keagamaan. Selain itu, SMA Methodist 1 juga terletak di samping Universitas Methodist Indonesia (UMI) sehingga lokasi ini dipenuhi oleh para pelajar dan mahasiswa untuk menuntut ilmu.

Letak yang strategis merupakan salah satu yang membuat SMA Methodist 1 menjadi sekolah favorit. Letak SMA Methodist 1 juga tidak jauh dari lingkungan perkotaan atau pemukiman penduduk, sehingga mudah dijangkau oleh setiap siswa yang menuntut ilmu di


(19)

46 

sekolah tersebut. Bagi siswa yang membawa kendaraan pribadi, disediakan lahan parkir khusus yang berada di sebelah lapangan olahraga. Namun bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi, dapat juga dengan mudah menjangkau lokasi SMA Methodist 1 Medan dengan menggunakan alat transportasi lain seperti angkutan umum.

Meskipun lokasi sekolah SMA Methodist 1 banyak dilalui oleh angkutan umum atau kendaraan lainnya, namun lokasi belajar mengajar siswa di SMA Methodist 1 ini terletak agak menjorok ke dalam. Hal ini menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih hening dan tertib tanpa adanya gangguan dari aktivitas di luar sekolah.

Luas tanah milik Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) Wilayah I adalah 12.256 m2 dengan pembagian dan perincian sebagai berikut:

1. Pemanfaatan pekarangan sekolah (luas pekarangan 1545 m2) 2. Pemanfaatan gedung sekolah (luas bangunan 10.711 m2)

4.2. Keadaan Sekolah

4.2.1. Pemanfaatan Pekarangan Sekolah

Pekarangan sekolah yang ada di SMA Methodist 1 Medan dimanfaatkan menjadi beberapa sarana yaitu taman sekolah, lapangan olah raga, lapangan olah raga basket, parkiran dan kantin. Untuk lebih jelas dalam perinciannya dapat kita lihat pada tabel 4.1 pada halaman selanjutnya.


(20)

47  Tabel 4.1.

Pemanfaatan Pekarangan Sekolah

No. Jenis Sarana Jumlah Luas

1. Taman Sekolah 1 90 m2

2. Lapangan Olahraga 1 300 m2

3. Lapangan Olahraga Basket 1 200 m2

4.

Lapangan Parkir Kendaraan Beroda Empat

1 500 m2

5.

Lapangan Parkir Kendaraan Beroda Dua

2 300 m2

6. Kantin 2 155 m2

Jumlah 8 1545 m2

Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan

Dari tabel 4.1 di atas dapat kita lihat bahwa pemanfaatan pekarangan SMA Methodist 1 Medan adalah dengan sebuah lapangan olah raga yang digunakan untuk melakukan aktivitas olahraga apa saja dan lapangan olah raga khusus olahraga basket dengan total luas kedua lapangan adalah 500 m2. Lapangan parkir bagi pengguna kendaraan roda empat baik untuk guru, orang tua murid maupun tamu disediakan di luar dengan luas 500 m2 dan lapangan parkir kendaraan beroda dua juga disediakan yaitu untuk guru dan murid disediakan khusus di bagian dalam sekolah dengan luas 150 m2 dan untuk tamu disediakan di luar dengan luas 150 m2. Kantin atau warung di SMA Methodist 1 Medan ada dua yaitu kantin yang menyediakan berbagai makanan ataupun jajanan lainnya dan kantin yang menyediakan berbagai alat tulis dan jajanan disediakan dengan total luas keduanya adalah 155 m2.


(21)

48  4.2.2. Pemanfaatan Gedung Sekolah

Selain dari pekarangan sekolah, juga ada bagian gedung sekolah yang terdiri dari berbagai jenis ruangan dengan bermacam kegunaannya.

Tabel 4.2.

Pemanfaatan Gedung Sekolah

No. Ruangan Jumlah Luas

1. Kepala Sekolah 1 5 x 5 m2

2. Wakil Kepala Sekolah 1 4 x 3 m2

3. Guru 1 90 m2

4. Tata Usaha 1 35 m2

5. Ruangan Kelas Belajar 19 1216 m2

6. Laboratorium 3 192 m2

7. Perpustakaan 1 60 m2

8. Komputer 1 60 m2

9. UKS 1 48 m2

10. OSIS 1 48 m2

11. SMANK 1 48 m2

12. GAPALA & SIMPEL 1 48 m2

13. Ruangan Serbaguna 1 150 m2

14. Studio Band 1 60 m2

15. Gudang 1 60 m2

16. Warnet 1 48 m2

Jumlah 36 10.711 m2


(22)

49  4.2.3. Visi

SMA Methodist 1 memiliki visi untuk membangun sekolah yang berkualitas pilihan masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, berkarakter baik, berdisiplin tinggi dan berwawasan global.

4.2.4. Misi

SMA Methodist 1 memiliki misi untuk mewujudkan siswa yang cerdas, beriman dan berkarakter baik serta kompetitif memasuki perguruan tinggi pilihan.

4.2.5. Nilai-nilai

Adapun nilai-nilai yang dianut dan dijunjung tinggi sekolah dalam pelaksanaan kegiatannya adalah:

a. Rohani yaitu nilai kekristenan berupa ketaqwaan, ketaatan dan keimanan. b. Disiplin tinggi.

c. Akal budi yaitu kecerdasan intelektual dan perbuatan baik.

d. Prestasi yaitu keunggulan dalam berbagai bidang baik akademik, olahraga, seni budaya.

e. Jasmani yaitu sehat jasmani (fisik).

4.2.6. Tujuan

SMA Methodist 1 memiliki tujuan:

a. Terlaksananya program pendidikan yang berorientasi kualitas untuk menghasilkan siswa yang cerdas dan terampil.

b. Terwujudnya karakter siswa yang baik, beriman, ramah, sopan santun, dan peduli. c. Terwujudnya disiplin peserta didik sehingga membentuk insan yang mandiri,

bertanggung jawab, dan mampu mengembangkan potensi diri.

d. Terwujudnya siswa yang mampu bersaing memasuki perguruan tinggi pilihan di dalam negeri dan juga luar negeri.


(23)

50 

e. Terwujudnya siswa yang berwawasan global dan mampu berbahasa inggris.

4.2.7. Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai SMA Methodist 1 adalah: a. Meningkatnya kualitas standar isi dan standar lulusan.

b. Meningkatnya kualitas standar proses.

c. Meningkatnya standar pendidik dan tenaga kependidikan. d. Meningkatnya standar penilaian pendidikan.

e. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan yang berstandar baik. f. Meningkatnya standar pengelolaan pendidikan.

g. Terpenuhinya standar pembiayaan.

4.3. Keadaan Siswa

Jumlah siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan adalah sebanyak 760 orang. Siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMA Methodist 1 Medan terdiri dari berbagai macam agama, umur dan jenis kelamin. Pada tabel 4.3 di halaman berikutnya dapat kita lihat keragaman kepercayaan dari para siswa di SMA Methodist 1 Medan.

Tabel 4.3.

Distribusi Siswa Menurut Agama

No. Agama Jumlah

1. Islam 6

2. Kristen Protestan 517

3. Kristen Khatolik 211

4. Hindu 26

Jumlah 760


(24)

51 

Meskipun SMA Methodist 1 adalah salah satu sekolah yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) yang berlandaskan ajaran dan moral Kristen Protestan, namun tidak menutup kesempatan bagi umat beragama lain untuk mengikuti setiap proses belajar-mengajar di SMA Methodist 1.

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.3 di atas, siswa yang beragama Islam berjumlah 7 orang. Siswa yang beragama Kristen adalah sebanyak 517 orang sedangkan siswa yang beragama Katholik berjumlah 211 orang. Dan siswa yang beragama Hindu berjumlah 26 orang. Sementara untuk tahun ajaran 2012/2013 belum ditemukan siswa yang beragama Budha dan Kong Hu Chu.

Dalam mengikuti kegiatan pendidikan di tingkat pendidikan SMA, tidak dibatasi oleh umur atau usia seseorang. Usia bukanlah salah satu alasan seseorang tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar di sekolah menengah atas (SMA).

Tabel 4.4.

Distribusi Siswa Menurut Usia

No. Usia (Tahun) Jumlah (orang)

1. 14 tahun 20 orang

2. 15 tahun 234 orang

3. 16 tahun 263 orang

4. 17 tahun 243 orang

Jumlah 760 orang

Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan

Dari data tabel 4.4 yang diperoleh penulis dari kantor kepala sekolah SMA Methodist 1 Medan, diketahui bahwa siswa berada pada usia 14 tahun berjumlah 20 orang. Siswa yang berusia 15 tahun berjumlah 234 orang, siswa yang berusia 16 tahun berjumlah 263 orang dan siswa yang berusia 17 tahun berjumlah 243 orang. Sekolah SMA Methodist 1 Medan.


(25)

52 

Sedangkan untuk jenis kelamin, jumlah siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5.

Distribusi Siswa Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Kelas X Kelas XI Kelas XII

1. Laki-laki 112 128 127

2. Perempuan 132 129 132

Total 246 257 259

Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan

Dari tabel 4.5 di atas dapat kita lihat bahwa jumlah siswa berjenis kelamin perempuan pada kelas X adalah 132 sedangkan yang berjenis kelamin laki -laki berjumlah 112. Pada kelas XI, siswa laki-laki berjumlah 128 orang sedangkan siswa yang berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 129 orang. Kelas XII memiliki siswa perempuan dengan jumlah 132 orang. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 127 orang. Dari data di atas jelas bahwa jumlah siswa perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 393 orang, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 367 orang.

4.4. Struktur Organisasi 4.4.1. Aktivitas Organisasi


(26)

53  Tabel 4.6.

Aktivitas Organisasi di SMA Methodist 1 Medan

UNSUR AKTIVITAS KETERANGAN

Kepala Sekolah

1. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis dan program tahunan.

2. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi KBM dan seluruh kegiatan lainnya.

3. Melaksanakan pengawasan terhadap program dan kegiatan.

4. Mengelola unsur pokok manajemen sekolah. 5. Mengadakan kerjasama dengan pihak luar. 6. Melaporkan pelaksanaan program dan

kegiatan kepada atasan.

Wakil Kepala Sekolah

1. Membantu kepala sekolah menurut bidang masing-masing baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dan evaluasi program dan kegiatan.

2. Membuat program dan rencana kegiatan menurut bidang masing-masing.

3. Berkoordinasi dengan unsur-unsur lain dalam pelaksanaan kegiatan.

Guru-guru, Laboran

1. Membuat rencana program kerja / pengajaran.

2. Melaksanakan program kerja / pengajaran menurut bidang masing-masing sesuai jam


(27)

54 

kerja yang dibebankan.

3. Melakukan evaluasi secara berkala.

Tata Usaha

1. Membantu kepala sekolah menangani administrasi seluruh bidang kegiatan. 2. Mendokumentasikan / mengarsipkan

administrasi kegiatan pendidikan.

Sumber: Kantor Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan 4.4.2. Struktur Organisasi

SMA Methodist 1 Medan adalah salah satu unit di PKMI-1 Medan. PKMI-1 Medan berada dalam naungan Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) Wilayah 1. Struktur organisasi mulai dari yayasan sampai dengan SMA sebagai berikut:


(28)

55 

YP. GMI WILAYAH 1

Pelaksana Kegiatan Yayasan (PKY)

Pimpinan Perguruan (PKM-1)

KTU Perguruan

Bag. Keuangan, Umum dan Adm


(29)

56 

Sedangkan struktural di SMA Methodist 1 digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

1. _____________ = Garis Komando 2. - - - = Garis Koordinasi

4.5. Tenaga Pengajar

Adapun nama-nama lengkap staff pengajar SMA Methodist 1 Medan adalah:

Wakil Kepala 1 Urusan

Kurikulum

Wakil Kepala 2 Urusan Sarana / Keuangan

Wakil Kepala 3 Urusan

Kesiswaan

Wakil Kepala 4 Urusan Humas

KTU 

KEPALA

 

SEKOLAH

 

Kepala Lab. Dan Laboran

GURU Wali Kelas GURU Guru BP / BK

Pegawai


(30)

57  Tabel 4.7.

Daftar Nama Staff Pengajar SMA Methodist 1 Medan

NONama Lengkap L/P Tempat/Tanggal

Lahir Jabatan

Pendidikan Mengajar bidang studi Jurusan Thn 1 Drs. Bastian Manurung, M.Pd

L Simalungun, 26-11-1958

Wakil Yayasan /Guru

S2-

Tek. Pend. 2012BP/Konseling

2 Pdt. Esmar

Sitorus, S.ThL

Bandar Pasir,

15-05-1976 PKY PKMI-1 S1-Theologia ---

3

Pdt. Samidi Sitorus, S.Th.,M.Psi

L Raja Maligas,

16-09-1960 Pimp.Perg/Guru S2-

Psikologi 2008---

4 Pdt. Alvin

Purba, S.Th L

Pondok Bengkok,

26-06-1974 Chaplin S1-Theologia 1998Agama

5

Drs. Binsar Sitorus, M.Pd

L Tg.Balai,

28-11-1967 Kepala Sekolah S2-

Tek. Pend. 2010B. Indonesia

6 Drs. Bintoni Simatupang L

Lbn. Sinaga,

21-12-1969 Guru

S1- Pend. Geografi 1993Geografi 7 Drs. Murtama Panggabean, M.Pd

L P.Sidempuan,

26-6-1956 Guru

S2-

Pend. Kimia 2010Matematika

8 Drs. Robert

Sibarani L

Bandar Marihat,

15-8-1958 Guru

S1-

Pend. Sejarah 1984Sejarah

9 Drs. Ojahan Lumbangaol L

D.Sanggul,

13-10-1954 Guru

S1-

Pend. PPKn 1979PPKn

10 Drs. Janurdin Saragih L

Saribudolok,

27-3-1962 Guru

S1-


(31)

58 

11 Drs. Horas

Hutagaol L

Dolok Sanggul,

23-11-1964 Guru

S2- Pend.

Antropol ogi

2013Sosiologi

12 Drs. Jonni E.

Purba L

Hutanabolon,

28-11-1958 Guru

S1-

Pend. Fisika 1984Fisika

13 Drs. Pantas M.Si L Siborongborong, 1-10-1966 Guru

S2-

Pend. Kimia 2013Kimia

14 Drs. Marudut L B.Jambu,

23-8-1968 Guru

S1- Pend.

Olahraga

1992Penjaskes

15 Drs. Mangara Simarmata L

Sidikalang,

18-9-1968 Guru

S2-

Pend. Biologi 2013Biologi

16

Drs. Oloan Silitonga, S.Pd.

L Taput,

28-8-1969 Guru

S2- Pend. Math/Tek nik 2013Matematika 17 Jonny P. Hasibuan, S.Pd.

L Raja Maligas,

19-6-1962 Guru

S1 –

Pend. Biologi 2003Biologi

18 Drs. Banjar

Parhusip L

Nainggolan,

29-11-1949 Guru

S1- Pend. Ekonomi 1997Ekonomi 19 Drs. Losten Tamba, M.Pd.

L Taput,

18-10-1968 Guru

S2- Pend.

B.Indones ia

1999B. Indonesia

20 Meri Kristina Dam, S.PAKP

T.Tinggi,

11-12-1972 Guru

S1-


(32)

59 

21 Drs. Sabungan B. Silalahi L

Deli Serdang,

1-4-1967 Guru

S1-

Pend. PPKn 1991PPKn

22 Balal

Simorangkir, SS

L Asahan,

3-1-1967 Guru

S1- Sastra

Inggris

1993B.Inggris

23 Drs. Tumpal Simanjuntak L

Medan,

29-10-1976 Guru

S1- Pend.

Matemati ka

2002Matematika

24 Imelda Manalu,

S.Pd. P

Medan,

22-6-1978 Guru

S1- Pend. Ekonomi 2001Eko./Akunt. 25 Dian Situmorang, S.Pd.

P Medan,

15-8-1981 Guru

S2-

Pend. Biologi 2013Ass.Lab.IPA

26 Meylin Sitorus,

S.Sos P

Medan,

04-05-1966 Guru

S2-

Pend. Sosial 2013Antropologi

27 Bistok Sianipar,

S.Pd. L

Sugapa,

15-09-1972 Guru

S1- Pend.

Matemati ka

1996Matematika

28 Drs. Sehat Solin,

MA L

Sidikalang,

03-08-1962 Guru S2-Theologia 2011

BP/P.Konselin g

29 Ferdinand S.,

S.Pd L

Siborong-borong, 09-02-1984 Guru

S1- Pend. Seni Rupa 2008Seni Rupa 30 Raja M. Simbolon, S.Pd

L Lbn Simbolon,


(33)

60 

31 Sahat S. Sinaga,

S.Sos L

Samosir,

27-08-1972 Guru

S1-

Pend. Fisip Antr.

1997Sosiologi

32 Christina

Sinurat, SS P

Rawang,

28- 05-1982 Guru

S1-

Bhs. Inggris (USU)

2004B. Inggris

33 Tumbur R. M. Parhusip, STL

Medan,

18-07-1982 Guru

S1-

Tehnik 2006TIK

34

Drs. Tigor Sihombing, M.Pd

L Medan,

06-11-1964 Guru

S2-

Tek. Pend 2010Fisika

35 Sere Rohani Silaban, S.PdP

Pasar Baru,

27-12-1983 Guru

S1- Bhs.

Indonesia

2007Bhs. Indonesia

36 Maju Silalahi,

S.TP L

Sumbul,

26-05-1973 Guru

S1-

Pend. Biologi 2009Biologi

37 Togi Pasaribu, S.Pd, M.Si L

Medan,

22-04-1970 Guru

S2- Pend. Matemati ka 2008Matematika 38 Elizabeth Marthaulina, S.Pd

P Jakarta,

14-03-1974 Guru

S1-

Bhs. Inggris 2004Bhs. Inggris

39 Lie Sia P Petumbukan,

24-03-1957 Guru

D3- Bhs. Mandarin 2000Bhs. Mandarin 40 Togu W.P. Siahaan, ST, S.Pd

L Medan,

10-10-1970 Guru

S1-


(34)

61 

41

Bonggal Silalahi, S.Pd

L Tarutung,

19-11-1984 Guru

S1-

Pend. Fisika 2009Fisika

42

Liberty

Sihombing, S.Kom

L Medan,

28-07-1984 Guru S1-Komputer 2010Komputer

43

Mega Nency Sihombing, S.Pd

P Lamongan,

19-01-1987 Guru

S1- Pend. Seni Musik 2010Seni Musik 44 Marlan A. Lumbantorua n, S.Kom

L Pematang Siantar,

13-02-1984 Guru S1-Komputer 2010Komputer

45 Roslinda

Damanik, SSP

Tebing Tinggi,

04-4-1973 Guru

S1-

Bhs. Inggris 2000Bhs. Inggris

46

Rismaida H. Girsang, S.Pd

P T. Balai,

25-02-1972 Guru

S1- Sastra

Indonesia

2000Bhs. Indonesia

47 Pdt. Rosmaulina Sinaga, S.ThP

Linokkal,

02-02-1974 Guru S1-Theologia 1998Agama

48

Rinda M. Hutahaean, S.Pd

P Medan,

21-05-1986 Guru BP

S1-

Pendidikan Psikologi

2009BP/Konseling

49 Junita Purba P P. Siantar,

17–06-1989 Guru

S1-

Pendidikan Akuntans i

2011Ekonomi

50 Herna Frisanty P Sinar Baru,

29-10-1984 Guru

S1- Pendidikan Akuntans i 2011Kewirausahaa n


(35)

62 

51 Poniman

Sinaga,S.Pd L

Laumil,

25–03-1983 Guru

S1-Pendidika n Kimia

2007Kimia

52 Allen Sitohang,

S.Pd L

Simpang Dolok,

29-12-1988 Guru

S1- Pendidikan Olahraga 2011Penjaskes 53 Pdt. Loide Hutagalung, S.Th

P Silau Jawa,

25-11-1981 Guru S1-Theologia 2004Agama

54

Rosmaria Girsang, S.Pd

P Medan,

20-06-1967 Guru

S1-

Fisika 1989Fisika

55 Pdt. Rusmawani Sidabutar, S.Th P Lbn. Parmonangan, 12-11-1972

Guru S1-Theologia 1998Agama

56 Kusnady, BA L Medan,

22-05-1956 Guru

S1-

B. Mandarin 2004Bhs. Mandarin

57

Iwan Sunaraya Panjaitan, S.Pd

L Parsoburan,

21-07-1987 Guru

S1-

Fisika 2009Fisika

58 T. Nainggolan L Parapat,

12-08-1960 KTU SMA / IPS 1979---

59 R.B.

Simatupang, SE

P L.Simatupang,

07-11-1973 Pegawai

S1-

Ekonomi 2012---

60 J.W. Pasaribu L Medan,

3-5-1969 Pegawai

S1-

Ekonomi 2012---

61

Roseta

Sitanggang, A.Md

P Matung,

26-4-1984 Pegawai

D3-

Managem en

2009---


(36)

63  4.6. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Saat ini kegiatan ekstrakurikuler tahun ajaran baru 2013/ 2014 diorganisir dalam 20 club belajar dan organisasi kesiswaan. Club belajar dikembangkan pada bidang sains, misalnya English Club, Matematika Club, Fisika Club, Communication Club, Geografi Club, dan Club remaja ilmiah; juga dikembangkan dibidang seni dan budaya seperti : Club Tari, Club Melukis. Bidang Olah raga seperti : Karate, Futsal, Badminton, Basket; juga dikembangkan dalam bidang profesi seperti : Fotografer Club, Jurnalis Club, Pecinta Lingkungan (Gapala) , Siswa Anti Narkoba (SMANK), Palang Merah Remaja (PMR), Paduan suara. Sedangkan dalam bidang organisasi kesiswaan kami kembangkan dalam bentuk keprajaan seperti : Pramuka, Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Semua kegiatan ektrakurikuler ini mendapat pembinaan dibawah koordinasi Osis sebagai induk organisasi kesiswaan di sekolah.

Ekstrakurikuler dilakukan dalam bentuk pembinaan langsung dan tidak langsung dengan bidang-bidang yang terorganisir. Sebagai organisasi setiap club atau organisasi memiliki kepengurusan dan dibina oleh guru pembimbing/pembina. Dengan organisasi ini siswa secara langsung telah dibimbing bagaimana membangun sebuah group/kelompok, dimana siswa dibina mematuhi aturan dan dibangun jiwa kepemimpinan. Ilmu pengetahuan dan skill berorganisasi ini tentu sebuah bekal penting bagi siwa kelak ketika mereka sudah memasuki dunia kerja dan hidup bermasyarakat. Pelatihan ini akan menciptakan calon pemimpin, baik dipemerintahan, lembaga, perusahaan, dll.

Selain mendapatkan pelatihan kepemimpinan, siswa juga mendapatkan skill dibidang yang digeluti. Skill ini jika secara serius dikembangkan dapat menghasilkan prestasi, baik semasa pelajar maupun ketika mereka telah tamat. Prestasi menonjol saat pelajar adalah ketika mereka mengikuti berbagai kompetisi, misalnya kompetisi sains bidang matematika, fisika, kimia dan biologi; seperti olimpiade sains, cepat tepat, dll. Skill berpidato dan


(37)

64 

berdebat akan menciptakan kecerdasan intelektual dan mengasah kecerdasan bidang komunikasi mereka. Ini sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang jurnalis, hukum, dll.

Secara khusus bidang keprajaan akan membentuk sikap mentah yang tangguh, karakter yang kuat, disiplin, kerja kelompok/tim, dll. Skill ini menjadi modal penting bagi siswa yang bercita-cita di bidang militer, penegak hukum dan pemimpin pemerintahan. Skill khusus dalam bidang seni, budaya, dan olah raga, akan membentuk karakter dan kecerdasan social, melestarikan budaya, menjaga kesehatan fisik dan membangun mental siswa.


(38)

65  BAB V ANALISA DATA

Pada bab ini akan dibahas tentang analisis data dengan menggunakan analisis tabel tunggal, dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan kuesioner. Dalam hal ini data hasil penelitian diperoleh langsung dari siswa SMA Methodist 1 Medan sebagai respondennya.

Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan berdasarkan teori Arikunto, dimana jika jumlah populasi lebih dari 100, maka disarankan untuk menentukan jumlah sampel antara 10%- 25% dari jumlah populasi dan ini telah dianggap representatif (Arikunto,1993: 149). Maka diperoleh sampel yang berjumlah 24 orang atau 20% dari jumlah populasi keseluruhan di SMA Methodist 1 Medan yang berjumlah 120 siswa. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3 mengenai populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Populasi dari penelitian ini adalah Satgas sekolah Siswa Methodist 1 Anti Narkoba (SMANK), perwakilan OSIS dan perwakilan Organisasi Sekolah siswa-siswi SMA Methodist 1 seperti pramuka, PMR, PKS, Paskib yang mengikuti kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara :

a) Siswa yang dijadikan sebagai sumber data dikumpulkan dalam satu ruang atau kelas. b) Penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan ke sekolah. c) Memberikan pengarahan dan menjelaskan tujuan diadakan pengisian angket dan

cara-cara pengisian angket tersebut.

d) Menyebarkan angket kepada siswa dan sekaligus menyampaikan batas waktu untuk pengisian angket selama 1 jam.


(39)

66 

f) Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, penulis menarik kembali angket yang telah diisi oleh siswa untuk dianalisa dan dipersiapkan untuk pengolahan data.

g) Penulis mengucapkan terima kasih kepada siswa yang telah mengisi angket dan kepada guru pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam penyebaran angket. Pembahasan data dalam penelitian ini dilakukan penulis dengan membagi dalam dua sub bab, agar penelitian tersusun secara sistematis, yaitu :

1. Analisis identitas responden, meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, dan jumlah uang saku responden.

2. Analisis data pembahasan, meliputi efektivitas pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di SMA Methodist 1 Medan.

5.1. Analisis Identitas Responden 5.1.1. Usia

Sebelum menganalisa data, sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu gambaran responden secara umum. Berikut ini akan ditampilkan data usia dari responden pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1. 15 tahun 6 25,00

2. 16 tahun 15 62.5,00

3. 17 tahun 3 12.5,00

Jumlah 24 100


(40)

67 

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas responden adalah usia 16 tahun sebanyak 15 orang (62.5%). Kemudian disusul dengan usia 15 tahun sebanyak 6 orang (25%) dan usia 17 tahun sebanyak 3 orang (12.5%). Besarnya responden usia 16 tahun disebabkan usia siswa-siswi di SMA Methodist 1 Medan paling banyak terdapat di usia 16 tahun sesuai dengan data yang penulis dapatkan dari kantor kepala sekolah SMA Methodist 1 Medan pada bab IV. Hal ini memungkinkan penulis mendapat responden paling banyak pada usia 16 tahun. Responden yang berusia 16 tahun ini diambil secara acak berdasarkan klasifikasi kelas yang penulis paparkan pada bab sebelumnya yaitu perwakilan SMANK, perwakilan OSIS dan perwakilan Organisasi Sekolah siswa-siswi SMA Methodist 1 seperti pramuka, PMR, PKS, Paskib dengan syarat yang menjadi responden yakni yang telah mengikuti kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader program P4GN.

5.1.2. Jenis Kelamin

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 10 42,00

2. Perempuan 14 58,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Hal ini bisa dilihat dari persentase diatas dimana jumlah persentase responden perempuan sebanyak 14 orang (58%), sedangkan jumlah persentase responden laki-laki sebanyak 10 orang (42%). Hal ini menjadi relevan sesuai dengan data yang penulis dapatkan dari kantor kepala sekolah SMA Methodist 1 Medan dimana jumlah siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan


(41)

68 

dengan jumlah siswa yang berjenis kelamin laki-laki sesuai dengan yang telah penulis jelaskan di bab sebelumnya.

5.1.3. Agama

Siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan yang menjadi responden penelitian keseluruhan beragama Kristen Protestan yaitu berjumlah 24 orang (100%). Hal ini dapat dipahami karena agama ini merupakan agama mayoritas yang penganutnya paling banyak di SMA Methodist 1 Medan. Karena keseluruhan responden beragama Kristen Protestan maka penulis tidak menampilkan dalam bentuk tabel.

5.1.4. Suku

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No. Suku Frekuensi Persentase (%)

1. Batak Toba 12 50,00

2. Batak Karo 7 29,00

3. Batak Simalungun 1 4,00

4. Lainnya 4 17,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat kita lihat bahwa suku terbanyak pada responden adalah suku Batak Toba yaitu berjumlah 12 orang (50%), kemudian disusul oleh suku Batak Karo sebanyak 7 orang (29%), suku Batak Simalungun sebanyak 1 orang (4%) dan suku lainnya sebanyak 4 orang (17%). Suku lainnya yang penulis temukan adalah suku Ambon dan Jawa. Adapun yang menjadi mayoritas suku responden adalah suku Batak Toba dikarenakan suku ini merupakan suku mayoritas di SMA Methodist 1 Medan. Tidak hanya pada siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan tetapi guru-guru di SMA Methodist 1 Medan juga


(42)

69 

mayoritas suku Batak Toba. Namun demikian siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan tidak mendapatkan kesulitan di dalam membina hubungan sosial diantara mereka.

5.1.5. Uang Saku

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku

No. Uang saku Frekuensi Persentase (%)

1. 10.000-20.000 21 88,00

2. 20.000-40.000 3 12,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat kita lihat bahwa uang saku responden termasuk kategori uang saku standart untuk seorang pelajar khususnya pelajar SMA. Hal ini dapat dinyatakan berdasarkan tabel diatas dimana responden yang jumlah uang sakunya 10.000-20.000 sebesar 21 orang (88%) dan responden yang jumlah uang sakunya 10.000-20.000-40.000 sebesar 3 orang (12%). Uang saku yang dimiliki oleh responden yakni uang kebutuhan yang digunakan untuk ongkos pergi dan pulang serta untuk uang jajan si responden. Jika kita lihat dari jumlah uang saku yang dimiliki oleh responden, kecil kemungkinan para pelajar SMA Methodist 1 Medan tersebut mampu untuk membeli narkoba. Dengan uang saku yang dimiliki pelajar SMA Methodist 1 Medan yaitu kategori uang saku standart maka kecil kemungkinan untuk membeli rokok yang jalan awal untuk menggunakan narkoba. Karena dengan jumlah uang saku yang dimiliki responden sudah habis untuk ongkos dan untuk membeli jajanannya.


(43)

70 

5.2. Analisis data pembahasan, meliputi efektivitas pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di SMA Methodist 1 Medan.

Data mengenai efektivitas pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) yang akan disajikan terdiri dari ketepatan sasaran program, kepuasan terhadap program, keberhasilan pelaksanaan program serta tujuan dan manfaat program yang diterima oleh siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan selaku responden penelitian.

Berdasarkan hal ini bisa kita lihat bagaimana efektivitas program tersebut berjalan di sekolah SMA Methodist 1 Medan dimana program ini baru berjalan dan masih perlu dilakukan secara bertahap.

5.2.1. Ketepatan Sasaran Program

A. Pengetahuan Responden Tentang Narkoba

Narkoba merupakan bukan hal yang baru lagi di tengah-tengah masyarakat khususnya di kalangan generasi muda. Narkoba merupakan suatu trend yang mau tidak mau harus diikuti oleh kalangan muda tanpa peduli bagaimana dampak yang ditimbulkan nantinya. Rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin coba-coba menyebabkan kalangan generasi ingin tahu untuk mencoba apa itu narkoba.

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah dilaksanakan bahwa pada umumnya responden sudah mengetahui apa itu narkoba. Hal ini terjadi mengingat sekarang ini narkoba merupakan topik yang sudah merakyat di seluruh negeri ini terlebih di kalangan generasi muda pada umumnya dan di kalangan siswa pada umumnya. Mengetahui apa itu narkoba merupakan suatu hal yang sangat penting sekarang ini mengingat dampak peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang sudah sangat memprihatinkan. Terkadang bagi generasi muda sekarang ini yang tidak tahu apa itu narkoba dianggap sebagai anak yang tidak gaul.


(44)

71 

Untungnya di SMA Methodist 1 Medan mempunyai organisasi ektrakurikuler mengenai narkoba yaitu SMANK (Siswa Methodist 1 Anti Narkoba) sehingga para siswa mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk belajar mengenal tentang apa itu narkoba dan dampaknya. Walaupun demikian dengan maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba ditambah dengan sudah adanya organisasi siswa mengenai narkoba masih terdapat juga siswa yang apatis dan belum memahami sepenuhnya apa itu narkoba. Adapun penjelasannya dapat kita lihat pada tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Narkoba

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Tahu 13 54,00

2. Kurang tahu 11 46,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.6 di atas jelas terlihat bahwa pengetahuan responden tentang narkoba cukup baik walaupun masih ada juga siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan yang kurang mengetahui apa itu narkoba. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang mengetahui apa itu narkoba sebanyak 13 orang (54%), sedangkan jumlah responden yang kurang mengetahui apa itu narkoba hampir berimbang dengan yang mengetahui apa itu narkoba yaitu sebanyak 11 orang (46%). Bisa dikatakan disini pengetahuan responden mengenai apa itu narkoba masih minim atau belum sepenuhnya mengerti dan mengenal apa itu narkoba.

B. Sumber Pengetahuan Responden Tentang Narkoba

Pengetahuan responden tentang narkoba bukan begitu saja diketahui langsung oleh responden. Sudah pasti setiap responden memiliki sumber pengetahuan yang memberi tahu respoden tentang narkoba kepada mereka. Datanya bisa dilihat pada tabel 5.7.


(45)

72  Tabel 5.7

Distribusi Sumber Pengetahuan Responden Tentang Narkoba

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Teman 6 25,00

2. Keluarga 7 29,00

3. Lainnya 11 46,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat kita ketahui bahwa sumber pengetahuan responden tentang narkoba paling banyak bersumber dari lainnya sebanyak 11 orang (46%), yaitu dari media massa ataupun dari organisasi siswa sendiri yaitu SMANK. Sedangkan sumber pengetahuan responden tentang narkoba bersumber dari keluarga sebanyak 7 orang (29%), dan sumber pengetahuan responden dari teman sebanyak 6 orang (25%). Melihat hal ini penulis dapat mengatakan bahwa sumber pengetahuan responden mengenai narkoba hanya sekilas saja.

Jika dihubungkan dengan pengetahuan responden tentang narkoba wajar jika masih ada responden yang kurang tahu apa itu narkoba. Jika dihubungkan dengan sumber pengetahuan responden tentang narkoba yang bersumber dari lainnya yaitu media massa, organisasi siswa (smank) bisa dilengkapi atau saling menopang dengan sumber pengetahuan responden tentang narkoba yang bersumber dari keluarga, maka responden bisa lebih mengetahui tentang narkoba. Menurut penulis sebenarnya peran keluargalah yang sangat besar disini, karena pendidikan dini mengenai narkoba yang diberikan kepada anak ketika di rumah merupakan hal yang sangat penting. Keluarga bisa lebih mengarahkan anak yang sudah sedikit mendapat informasi mengenai narkoba dari media massa dan menanamkan kepada si anak bahwa narkoba itu sangat berbahaya dan bisa menyebabkan masa depan


(46)

73 

mereka hancur. Karena keluarga memiliki hubungan emosional yang lebih dekat kepada si anak.

C. Sumber Pengetahuan Responden Tentang Badan Narkotika Nasional (BNN)

Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan suatu Badan Vertikal Non Kementrian dan berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidanan narkotika dan prekursor narkotika. Bidang yang ditangani BNN merupakan permasalahan narkoba atau sering disebut dengan program pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Melalui program inilah BNN menjalankan tugas dan fungsinya dalam memerangi permasalahan tentang narkoba yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Data tentang sumber pengetahuan responden tentang Badan Narkotika Nasional (BNN) diberikan dalam tabel 5.8.

Tabel 5.8

Distribusi Sumber Pengetahuan Responden Mengenai Badan Narkotika Nasional (BNN)

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Teman 3 12.5,00

2. Keluarga 7 29,00

3. Lainnya 14 58,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.8 di atas dapat kita lihat bahwa sumber pengetahuan responden mengenai BNN paling banyak bersumber dari lainnya yaitu sebanyak 14 orang (58%). Disini yang dimaksud dengan lainnya adalah media elektronik, media massa dan sekolah khususnya organisasi siswa (smank). Kemudian yang mengetahui BNN dari keluarga sebanyak 7 orang (29%), dan yang mengetahui BNN dari teman sebanyak 3 orang (12.5%). Melihat data diatas,


(47)

74 

responden yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan termasuk cukup mengenal tentang BNN walaupun hanya secara garis besarnya saja. Menurut penulis, BNN harus lebih meningkatkan lagi jumlah pertemuan seperti penyuluhan, sosialisasi, kaderisasi yang dilaksanakan oleh BNN agar semakin dikenal oleh masyarakat khususnya para generasi muda yaitu para pelajar.

D. Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Narkoba Terhadap Kesehatan

Kita sudah lihat bagaimana pengetahuan responden mengenai apa itu narkoba dan darimana responden mengetahui narkoba tersebut. Karena itu bisa kita katakan bahwa responden pastilah mengetahui juga bagaimana dampak narkoba tersebut. Disini peneliti akan menguraikan pengetahuan responden mengenai dampak narkoba terhadap kehidupan manusia yang dibagi dalam tiga bagian yaitu dampak narkoba terhadap kesehatan manusia, dampak narkoba terhadap keadaan ekonomi manusia dan dampak narkoba terhadap sosial dan pendidikan manusia. Hal ini penulis buat karena dari sini bisa terlihat bagaimana sasaran program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), dimana sasaran program P4GN adalah memberikan dan meningkatkan seluruh pengetahuan para generasi muda khususnya kepada para pelajar yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Datanya bisa dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 5.9

Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Kesehatan

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Tahu 23 96,00

2. Kurang Tahu 1 4,00


(48)

75  Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Kita tahu bahwa dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan manusia baik secara fisik maupun psikis sangatlah buruk. Berdasarkan tabel 5.9 dapat kita lihat bahwa pengetahuan responden terhadap tahu tidaknya dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan, bisa dikatakan hampir seluruh responden tahu mengenai dampak narkoba itu buruk bagi kesehatan tubuh karena hanya satu orang saja yang kurang tahu karena baginya dampak narkoba itu biasa saja bagi kesehatan. Hal ini bisa dilihat dari tabel 5.8 yaitu sebanyak 23 orang (96%) menjawab tahu, dan seorang responden lagi (4%) menjawab kurang tahu.

Adapun jawaban yang diberikan oleh siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) yang mengatakan tahu bahwa dampak narkoba bagi kesehatan manusia itu buruk seperti yang tertulis di dalam angket, “dikarenakan narkoba itu bisa merusak saraf-saraf dan organ tubuh bahkan otak manusia itu sendiri. Narkoba itu bisa menyebabkan kecanduan sehingga semakin lama tubuhnya akan semakin membutuhkan narkoba atau pengguna menjadi ketergantungan terhadap narkoba, narkoba menyebabkan halusinasi sehingga merusak cara berpikir si pengguna narkoba dan dengan kata lain dapat merusak sistem otak pengguna narkoba yang menyebabkan masa depan pengguna menjadi rusak dan hilang. Dan besar kemungkinan seorang pengguna narkoba bisa ketularan penyakit lain seperti penyakit HIV/AIDS melalui jarum suntik yang digunakan pengguna narkoba untuk menyuntikan narkoba ke dalam tubuh si pengguna”. Melihat jawaban yang diberikan oleh responden, penulis bisa menilai pengetahuan responden mengenai dampak narkoba bagi kesehatan sudah luas atau tidak minim lagi.


(49)

76 

E. Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Narkoba Terhadap Keadaan Ekonomi

Semua responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 24 orang (100%) tahu bahwa penyalahgunaan narkoba berdampak terhadap keadaan ekonomi. Adapun alasan siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) menjawab tahu seperti yang tertulis di dalam angket, “bahwa dampak narkoba bagi keadaan ekonomi manusia itu buruk karena seseorang yang menggunakan narkoba akan menyebabkan si pengguna menjadi ketergantungan. Dan kita tahu bahwa harga narkoba itu mahal apalagi bagi seorang generasi muda khususnya pelajar. Dengan demikian si pengguna narkoba akan melakukan segala cara untuk bisa membeli dan mengkonsumsi narkoba. Misalnya, bagi pengguna narkoba yang bukan pelajar, pengguna mau menghabiskan uangnya hanya untuk membeli dan mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang sampai mau menjual barang-barang dan harta yang dimilikinya agar bisa membeli narkoba. Sedangkan bagi pengguna narkoba yang di kalangan pelajar, pengguna mau berbohong meminta uang kepada orang tua dengan alasan biaya keperluan sekolah padahal nyatanya digunakan untuk membeli dan mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang sampai mau mencuri agar bisa membeli narkoba”. Dengan melihat jawaban yang diberikan oleh responden, penulis bisa menilai pengetahuan responden mengenai dampak narkoba bagi keadaan ekonomi manusia sudah luas atau tidak minim lagi.

F. Pengetahuan Responden Mengenai Tahu Tidaknya Dampak Narkoba Terhadap Sosial dan Pendidikan

Semua responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 24 orang (100%) tahu bahwa penyalahgunaan narkoba berdampak terhadap social dan pendidikan. Adapun alasan siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) menjawab bahwa dampak narkoba itu buruk bagi sosial dan pendidikan manusia seperti yang tertulis di dalam angket, “karena narkoba itu telah merusak sistem jaringan otak mereka. Hal ini menyebabkan pengguna narkoba tidak


(50)

77 

bisa berpikir dengan benar, tidak bisa menerima ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah, kurang bisa bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar mereka, sering bolos sehingga pendidikannya pun akan terganggu. Dan jika ketahuan oleh pihak sekolah maka pengguna narkoba tersebut akan dikeluarkan dari sekolah karena takut menularkan pada siswa lain dan dikucilkan oleh teman-teman sekolah sehinga pendidikannya sudah pasti terganggu dan tidak bisa berjalan dengan baik”.

Dari ketiga bagian tersebut yaitu dampak narkoba terhadap kesehatan, dampak narkoba terhadap keadaan ekonomi, dan dampak narkoba terhadap sosial dan pendiidkan, penulis dapat menguraikan bahwa pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) mengenai dampak narkoba sudah hampir maksimal. Hal ini cukup bagus karena sasaran program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) sudah hampir mendekati sasaran atau belum sepenuhnya mendekati sasaran yang diinginkan karena masih ada juga pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan yang belum mengerti tentang hal ini.

5.2.2. Kepuasan Terhadap Program

A. Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Penyuluhan

Data tentang distribusi responden berdasarkan kepuasan responden setelah mengikuti kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk kegiatan dari program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) diberikan ke dalam tabel 5.10.


(51)

78  Tabel 5.10

Distribusi Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Penyuluhan

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Memuaskan 21 87.5,00

2. Kurang Memuaskan 3 12.5,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat kita lihat berdasarkan kepuasan responden setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, hampir seluruh responden menjawab puas terhadap kegiatan penyuluhan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan hasil responden yang menjawab memuaskan sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab kurang memuaskan sebanyak 3 orang (12.5%). Hal ini dapat dibuktikan ketika kegiatan penyuluhan pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dilaksanakan, penulis kebetulan ikut terlibat di dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut yang dilaksanakan oleh BNN. Penulis melihat hampir seluruh peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan tertarik ketika kegiatan ini dilaksanakan sehingga hampir seluruh para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan merasa puas terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut.

Namun ada sedikit kekurangan ketika kegiatan penyuluhan ini berlangsung. BNN tidak menyediakan contoh barang yang menjadi topik utama dalam materi yaitu narkoba, sehingga peserta tidak melihat secara langsung bagaimana bentuk narkoba tersebut. Seperti yang tertulis di dalam angket, “kegiatan penyuluhannya berjalan bagus, hanya saja maunya BNN membawa contoh barang dari narkobanya, misalnya ganja, heroin, pil ekstasi, dll. Karena dengan dibawa contoh narkobanya rasanya lebih puas saja karena bisa tahu langsung gimana sih narkoba tersebut. Kalau nanti punya teman dekat dan ternyata teman dekat nawarin salah satu jenis narkoba kepada saya atau ada teman dekat saya lagi


(52)

79 

memakai narkoba, saya bisa langsung tahu kalau yang dia pakai narkoba dan saya tidak mau ikut terlibat menggunakan narkoba”.

B. Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Pembentukan Kader

Data tentang distribusi responden berdasarkan kepuasan responden setelah mengikuti kegiatan pembentukan kader yang merupakan bentuk kegiatan dari program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) diberikan ke dalam tabel 5.11.

Tabel 5.11

Distribusi Kepuasan Responden Setelah Mengikuti Kegiatan Pembentukan Kader

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Memuaskan 20 83,00

2. Kurang Memuaskan 4 17,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Sedangkan berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat kita lihat berdasarkan kepuasan responden setelah mengikuti kegiatan pembentukan kader, responden yang menjawab puas sebanyak 20 orang (83%), sedangkan responden yang menjawab kurang puas sebanyak 4 orang (17%). Jika dilihat berdasarkan data pada tabel 5.11 hampir seluruh responden merasa puas setelah mengikuti kegiatan pembentukan kader sehingga hampir seluruh responden mau untuk dikaderkan sebagai siswa-siswi yang berani untuk menolak narkoba dengan menjadi kader untuk meminimalisasikan jumlah pengguna narkoba kategori pelajar melalui program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Hal ini sangat membantu BNN dalam mencapai target pengurangan jumlah pengguna narkoba di kalangan pelajar. Sedangkan sebagian kecil responden yang mejawab kurang memuaskan mempunyai alasan tersendiri kenapa menjawab kurang memuaskan, seperti yang tertulis di dalam angket “masih ragu untuk menjadi kader anti narkoba. Cukup dengan diri sendiri saja


(53)

80 

yang tahu tentang bahaya narkoba, tidak perlu menjadi kader anti narkoba. Kalau ada orang lain yang terkena narkoba, yauda terserah mereka. Karena tidak terlalu ingin mencampuri urusan orang lain. Yang penting saya tidak terjerumus ke dalam narkoba”.

C. Tahu Ada Tidaknya Sesi Pemberian Tanya Oleh Petugas BNN

Data tentang distribusi responden berdasarkan tahu ada tidaknya sesi pemberian tanya oleh petugas BNN kepada para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan diberikan ke dalam tabel 5.12.

Tabel 5.12

Distribusi Tahu Ada Tidaknya Sesi Pemberian Tanya Oleh Petugas BNN

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Tahu 21 87.5,00

2. Tidak tahu 3 12.5,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat kita lihat berdasarkan tahu ada tidaknya sesi pemberian tanya oleh petugas BNN kepada peserta, responden yang menjawab tahu bahwa ada sesi pemberian tanya sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab tidak tahu sebanyak 3 orang (12.5%). Disini dapat kita lihat bahwa hampir seluruh responden menjawab tahu bahwa ada sesi pemberian tanya yang diberikan oleh petugas BNN kepada peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan.

Kegiatan penyuluhan berlangsung secara aktif dimana diberikan waktu dan kesempatan kepada peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan serta terjadi feed back antara petugas materi yaitu BNN dengan peserta sehingga terjadi suatu diskusi panel kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persentase pemahaman peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan


(54)

81 

(responden) atas materi yang disampaikan menghasilkan persentase yang menuju ke arah tinggi untuk hasil memahami.

D. Pemahaman Responden atas Materi Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)

Data tentang distribusi responden berdasarkan pemahaman responden terhadap materi pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) diberikan ke dalam tabel 5.13.

Tabel 5.13

Distribusi Pemahaman Responden atas Materi P4GN

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Memahami 21 87.5,00

2. Kurang Memahami 3 12.5,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat kita lihat bahwa pemahaman responden terhadap materi pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), responden yang menjawab memahami ada sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab kurang memahami hanya sebanyak 3 orang (12.5%). Disini dapat kita lihat bahwa hampir seluruh responden yaitu para siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan memahami materi yang disampaikan oleh petugas BNN selama kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader berlangsung. Ini dikarenakan menurut sebagian besar responden cara penyampaian dari pemateri (petugas BNN) mampu memberikan pemahaman tentang materi program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) kepada responden dengan jelas.

Pemahaman materi yang dimaksud adalah materi program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) yaitu apa itu narkoba


(55)

82 

dan bagaimana dampak dari narkoba tersebut ke dalam kehidupan masyarakat khususnya di kalangan pelajar. Kemudian materi dilanjutkan dengan materi mengenai tugas dan fungsi, visi dan misi dari Badan Narkotika Nasional (BNN) yang merupakan bagian dari materi program P4GN. Sekarang para peserta yaitu para siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan sudah bisa memahami materi program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).

E. Kepuasan Responden Berdasarkan Cara Penyampaian Materi Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

Data tentang distribusi kepuasan responden berdasarkan cara penyampaian materi pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) diberikan ke dalam tabel 5.14.

Tabel 5.14

Distribusi Kepuasan Responden Berdasarkan Cara Penyampaian Materi P4GN Oleh BNN

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Memuaskan 21 87.5,00

2. Kurang Memuaskan 3 12.5,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.14 di atas dapat kita lihat bahwa kepuasan responden terhadap cara penyampaian materi pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), responden yang menjawab memuaskan ada sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab kurang memuaskan hanya sebanyak 3 orang (12.5%). Hal ini didasarkan karena cara penyampaian yang diberikan oleh petugas BNN dalam kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader


(56)

83 

mampu membuat peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) mengerti tentang topik utama materi yaitu pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Dengan hasil memuaskan inilah peserta bisa memahami tentang narkoba dan bagaimana dampak dari narkoba tersebut ke dalam kehidupan dan bagaimana mencegah peredaran narkoba tersebut di kalangan masyarakat khususnya di kalangan pelajar.

5.2.3. Keberhasilan Pelaksanaan Program

A. Lama Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan dan Pembentukan Kader Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

Kegiatan Penyuluhan dan Pembentukan Kader dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di SMA Methodist 1 Medan hanya berlangsung selama 2 hari. Dimana hari pertama untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dan hari kedua untuk pelaksanaan kegiatan pembentukan kader dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Masing-masing kegiatan baik penyuluhan dan pembentukan kader dilaksanakan selama

±

5 jam.

B. Kesungguhan Responden Selama Kegiatan Penyuluhan dan Pembentukan Kader Dilaksanakan

Data tentang distribusi responden berdasarkan kesungguhan responden selama kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di SMA Methodist 1 Medan diberikan ke dalam tabel 5.15 dan tabel 5.16.


(57)

84  Tabel 5.15

Distribusi Kesungguhan Responden Selama Kegiatan Penyuluhan Dilaksanakan

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Sungguh-sungguh 21 87.5,00

2. Kurang Sungguh-sungguh 3 12.5,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.15 dapat kita lihat bahwa kesungguhan responden selama kegiatan penyuluhan dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), responden yang menjawab sungguh-sungguh ada sebanyak 21 orang (87.5%), sedangkan responden yang menjawab kurang sungguh-sungguh ada sebanyak 3 orang (12.5%). Disini dapat kita lihat bahwa hampir seluruh para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan (responden) bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan penyuluhan P4GN yang diberikan oleh BNN. Alasan responden bersungguh-sungguh adalah karena ingin mengetahui tentang narkoba itu, bagaimana efek yang ditimbulkan oleh narkoba, bagaimana dampak negatif dari narkoba, bagaimana penyebaran dan penyalahgunaan dari narkoba. Jadi bisa dikatakan responden memiliki rasa keingintahuan terhadap informasi narkoba dan menyadari bahwa informasi yang diberikan adalah informasi yang sangat bermanfaat sehingga menarik perhatian dari para peserta untuk mendengarnya. Seperti tertulis di dalam angket seorang responden yaitu “alasan saya bersunggu-sungguh selama kegiatan penyuluhan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dari BNN adalah ada informasi yang sangat bermanfaat, kenapa saya tidak bersungguh-sungguh?”. Sedangkan bagi responden yang menjawab kurang sungguh-sungguh memiliki alasan seperti yang tertulis di dalam angket,”awalnya sungguh-sungguh sih tetapi lama kelamaan uda berkurang karena bosan dan capek saja”.


(58)

85  Tabel 5.16

Distribusi Kesungguhan Responden Selama Kegiatan Pembentukan Kader Dilaksanakan

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Sungguh-sungguh 18 75,00

2. Kurang Sungguh-sungguh 6 25,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Sedangkan berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat kita lihat bahwa kesungguhan responden selama kegiatan pembentukan kader dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), responden yang menjawab sungguh-sungguh ada sebanyak 18 orang (75%), responden yang menjawab kurang sungguh-sungguh ada sebanyak 6 orang (25%). Disini dapat kita lihat bahwa sebagian besar para peserta tetap bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan kader P4GN oleh BNN di hari kedua. Walaupun sudah di hari yang kedua, para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan masih bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembentukan kader meskipun ada juga para peserta yang sudah kurang sungguh-sungguh karena sudah merasa bosan. Hal ini bisa dibuktikan dari jawaban responden yang menjawab sungguh-sungguh memiliki alasan seperti tertulis di dalam angket “karena informasi pembentukan kader bisa membuat saya lebih dapat menghindari narkoba dari kehidupan saya sekarang dan kalau nanti teman saya atau keluarga saya belum tahu tentang narkoba saya bisa membagi ilmu yang sudah saya dapatkan dari sini sehingga saya melaksankan tugas saya sebagai salah satu kader anti narkoba dan belum tentu saya mendapat kesempatan mengikuti kegiatan P4GN seperti ini lagi”. Sedangkan responden yang menjawab kurang sungguh-sungguh memiliki alasan yang sama seperti tertulis di dalam angket “informasi tentang narkoba sudah saya dapatkan dan saya rasa sudah cukup dengan diri saya tahu, tidak perlu


(59)

86 

lagi sampai menjadi seorang kader anti narkoba. Selain itu saya sudah mulai bosan dan capek di hari kedua kegiatan sehingga saya mulai kurang sungguh-sungguh ikut kegiatan pembentukan kader”.

Kegiatan pembentukan kader yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) haruslah tetap dapat menarik minat dan perhatian dari para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan agar mereka dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan sungguh-sungguh. Meskipun sebagian besar para peserta tetap bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembentukan kader, tetapi ada para peserta yang sudah mulai kurang sungguh-sungguh karena para peserta sudah mulai bosan di hari kedua dan merasa hanya sekedar gabung duduk saja ketika kegiatan dilaksanakan.

C. Rasa Bosan Mengikuti Kegiatan Penyuluhan dan Pembentukan Kader Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

Data tentang distribusi responden berdasarkan rasa bosan mengikuti kegiatan penyuluhan dan pembentukan kader dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) diberikan ke dalam tabel 5.17 dan tabel 5.18 di bawah ini.

Tabel 5.17

Distribusi Rasa Bosan Responden Mengikuti Kegiatan Penyuluhan

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Bosan 2 8.5,00

2. Biasa saja 2 8.5,00

3. Tidak Bosan 20 83,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.17 di atas dapat kita lihat bahwa selama kegiatan penyuluhan dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan


(60)

87 

peredaran gelap narkoba (P4GN) dilaksanakan, responden yang menjawab bosan mengikuti kegiatan penyuluhan hanya 2 orang saja (8.5%), responden yang menjawab biasa saja hanya 2 orang (8.5%), sedangkan responden yang menjawab tidak bosan ada sebanyak 20 orang (83%). Disini bisa kita lihat bahwa jumlah responden yang menjawab tidak bosan menjadi jumlah yang paling besar sedangkan jumlah responden yang menjawab bosan dan biasa saja sama atau berimbang. Jika dihubungkan rasa bosan para peserta dengan kesungguhan para peserta mengikuti kegiatan maka kebanyakan peserta bersungguh-sungguh selama kegiatan dilaksanakan dan hanya sedikit jumlah peserta yang kurang bersungguh-sungguh selama kegiatan ini dilaksanakan. Seperti tertulis di dalam angket responden yang menjawab tidak bosan, “saya mengikuti kegiatan tersebut karena saya memiliki rasa ingin tahu, sebelum saya mengetahuinya saya tidak akan bosan”. Sedangkan responden yang menjawab bosan dan biasa saja, beralaskan seperti ini yang tertulis di dalam angket, “karena capek dan maunya ada contoh narkoba yang dibawa biar pernah melihat contoh barang narkoba”.

Tabel 5.18

Distribusi Rasa Bosan Responden Mengikuti Kegiatan Pembentukan Kader

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Bosan 4 17,00

2. Biasa saja 2 8,00

3. Tidak Bosan 18 75,00

Jumlah 24 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 5.18 di atas dapat kita lihat bahwa selama kegiatan pembentukan kader dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dilaksanakan, responden yang menjawab bosan mengikuti kegiatan pembentukan kader ada 4 orang (17%), responden yang menjawab biasa


(61)

88 

saja hanya 2 orang (8%), sedangkan responden yang menjawab tidak bosan ada sebanyak 18 orang (75%).

Disini bisa kita lihat bahwa jumlah responden yang menjawab tidak bosan menjadi jumlah yang lebih besar dibandingkan jumlah responden yang menjawab bosan dan biasa saja. Jika dihubungkan rasa bosan para peserta dengan kesungguhan para peserta mengikuti kegiatan pembentukan kader maka sebagian besar peserta bersungguh-sungguh selama kegiatan dilaksanakan dan sebagian kecil lagi jumlah peserta yang kurang bersungguh-sungguh selama kegiatan ini dilaksanakan. Adapun alasan responden menjawab bosan dan biasa saja seperti yang tertulis di dalam angket,”merasa tidak tertarik menjadi kader sehingga biasa saja dan akhirnya bosan selama kegiatan ini diikuti”. Sedangkan responden yang menjawab tidak bosan memiliki alasan seperti yang tertulis di dalam angket,”saya mau menjadi salah satu kader anti narkoba agar nantinya bisa berguna juga untuk orang lain”.

D. Tanggapan Responden Terhadap Perlakuan Petugas BNN Selama Kegiatan

Disini dapat kita lihat bahwa tanggapan responden terhadap perlakuan petugas BNN kepada para peserta yaitu siswa-siswi SMA Methodist 1 Medan, seluruh responden menjawab baik atau dengan kata lain sebanyak 24 orang (100%) menjawab perlakuan para petugas BNN selama kegiatan berlangsung baik. Hal ini tentu didasari oleh bagaimana perlakuan petugas BNN kepada para peserta ketika selama dua hari kegiatan dilaksanakan. Para peserta merasa perlakuan baik petugas BNN didasari karena materi yang dibawakan petugas BNN mampu menarik minat dan perhatian mereka, pertanyaan-pertanyaan yang para peserta ajukan seputar materi kepada petugas BNN mampu dijawab dengan baik dan jelas oleh petugas BNN sehingga mampu menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang materi pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN).


(1)

vii 

2.4 Implementasi P4GN ... 27

2.4.1 Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat ... 27

2.4.2 Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat Di Lingkungan Pendidikan ... 29

2.5 Kerangka Pemikiran ... 32

2.6 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 36

2.6.1 Definisi Konsep ... 36

2.6.2 Definisi Operasional ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 39

3.3 Populasi Dan Penarikan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Teknik Penarikan Sampel ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.5 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 45

4.2 Keadaan Sekolah ... 46

4.2.1 Pemanfaatan Pekarangan Sekolah ... 46

4.2.2 Pemanfaatan Gedung Sekolah ... 48

4.2.3 Visi ... 49

4.2.4 Misi ... 49

4.2.5 Nilai ... 49

4.2.6 Tujuan ... 49

4.2.7 Sasaran ... 50

4.3 Keadaan Siswa ... 50

4.4 Struktur Organisasi ... 52

4.4.1 Aktivitas Organisasi ... 52


(2)

viii 

4.5 Tenaga Pengajar ... 56

4.6 Jenis-jenis Kegiatan Ektrakurikuler ... 63

BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisis Identitas Responden ... 66

5.1.1 Umur ... 66

5.1.2 Jenis Kelamin ... 67

5.1.3 Agama ... 68

5.1.4 Suku Bangsa ... 68

5.1.5 Uang Saku ... 69

5.2 Analisis Pembahasan Efektivitas Pelaksanaan Program P4GN ... 70

5.2.1 Ketepatan Sasaran Program ... 70

5.2.2 Kepuasaan Terhadap Program ... 79

5.2.3 Keberhasilan Pelaksaan Program ... 85

5.2.4 Tujuan dan Manfaat ... 93

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 103


(3)

ix 

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Populasi Tiap Kelas ... 41

Tabel 3.2 Klasifikasi Sampel Tiap Kelas ... 42

Tabel 4.1 Pemanfaatan Pekarangan Sekolah ... 47

Tabel 4.2 Pemanfaatan Gedung Sekolah ... 48

Tabel 4.3 Distribusi Siswa Menurut Agama ... 50

Tabel 4.4 Distribusi Siswa Menurut Usia ... 51

Tabel 4.5 Distribusi Siswa Menurut Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.6 Aktivitas Organisasi SMA Methodist 1 Medan ... 53

Tabel 4.7 Daftar Nama Pengajar SMA Methodist 1 Medan ... 57

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 66

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 68

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 68

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku ... 69

Tabel 5.6 Distribusi Responden Terhadap Pengetahuan Tentang Narkoba ... 71

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan Responden Terhadap Narkoba ... 72

Tabel 5.8 Distribusi Responden Terhadap Pengetahuan Responden Mengenai Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Kesehatan ... 73

Tabel 5.9 Distribusi Responden Terhadap Pengetahuan Responden Mengenai Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Keadaan Ekonomi ... 74

Tabel 5.10 Distribusi Responden Terhadap Pengetahuan Responden Mengenai Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Sosial Ekonomi ... 75

Tabel 5.11 Distribusi Responden Terhadap Sumber Pengetahuan Responden Mengenai Badan Narkotika Nasional (BNN) ... 77

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mengikuti Penyuluhan Sebelumnya ... 78


(4)

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya

Mengikuti Pembentukan Kader Sebelumnya ... 78 Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Ketertarikan Responden

Mengikuti Kegiatan Penyuluhan ... 80 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Sesi Pemberian

Tanya Oleh Petugas BNN ... 81 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Ketertarikan Responden

Mengikuti Kegiatan Pembentukan Kader ... 82 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penyampaian Materi P4GN

Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) ... 83 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden

Atas Materi P4GN ... 84 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Kesungguhan Responden

Selama Kegiatan Penyuluhan Dilaksanakan ... 85 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Kesungguhan Responden

Selama Kegiatan Pembentukan Kader

Dilaksanakan ... 86 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Keterpaksaan Responden

Mengikuti Kegiatan P4GN Oleh BNN ... 88 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Bosan Responden

Mengikuti Kegiatan P4GN Oleh BNN ... 89 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Responden

Terhadap Perlakuan Petugas BNN

Selama Kegiatan ... 90 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Petugas

Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam

Menjalankan Tugasnya ... 91 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Kegiatan Penyuluhan

Dan Pembentukan Kader Oleh Badan

Narkotika Nasional (BNN) ... 92 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Mengerti Tidaknya Responden

Terhadap Tujuan Kegiatan Penyuluhan Oleh


(5)

xi 

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Mengerti Tidaknya Responden Terhadap Tujuan Kegiatan Pembentukan Kader Oleh

Badan Narkotika Nasional (BNN) ... 94 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Mengerti Tidaknya Responden

Terhadap Manfaat Kegiatan Penyuluhan Oleh

Badan Narkotika Nasional (BNN) ... 95 Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Mengerti Tidaknya Responden

Terhadap Manfaat Kegiatan Pembentukan Kader Oleh

Badan Narkotika Nasional (BNN) ... 96 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Bertambahnya Pengetahuan

Responden Setelah Kegiatan Penyuluhan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dilaksanakan ... 97 Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Bertambahnya Pengetahuan

Responden Setelah Kegiatan Pembentukan Kader Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dilaksanakan ... 98 Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Kuatnya Kenyakinan Responden

Untuk Menolak dan Menjauhi Narkoba ... 99 Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Kuatnya Kenyakinan Responden

Mengajak Teman dan Keluarga Untuk Menolak dan

Menjauhi Narkoba ... 100 Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Responden Agar

Kegiatan Penyuluhan Dilakukan

Secara Berkesinambungan ... 101 Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Responden Agar

Kegiatan Pembentukan Kader Dilakukan


(6)

xii 

DAFTAR BAGAN

Gambar 1 Bagan Alur Pikiran ... 35 Gambar 2 Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan

Gereja Methodist Indonesia (YP-GMI) ... 55 Gambar 3 Struktur Organisasi SMA Methodist 1 Medan ... 56


Dokumen yang terkait

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) BNN KABUPATENLAMPUNG SELATAN

7 48 91

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) (Studi di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung)

2 29 88

UPAYA PENCEGAHAN PEREDARAN NARKOTIKA OLEH TIM P4GN (PENCEGAHAN PEMBERANTASAN Upaya Pencegahan Peredaran Narkotika Oleh Tim P4gn (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba)Kabupaten Sukoharjo Pada Anak Usia Sekolah.

0 2 17

PENDAHULUAN Upaya Pencegahan Peredaran Narkotika Oleh Tim P4gn (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba)Kabupaten Sukoharjo Pada Anak Usia Sekolah.

0 2 20

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 13

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 2

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 12

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 1 26

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 3

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 8