Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dalam konteks situasi permasalahan Narkotika dunia hingga kini masih terus menjadi

isu yang serius guna pemecahannya. Disadari bahwa akibat globalisasi telah membawa
pengaruh yang sangat cepat terhadap kehidupan. Terkait dengan isu yang menjadi ancaman
bangsa beradab ini adalah meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Bisnis barang haram tersebut, kini telah merambah ke seluruh pelosok dunia. Semakin akrab
dengan petualang mafia narkoba. Kejahatan yang tergolong sebagai transnational crime
(kejahatan lintas batas negara) memang bukan mudah ditangani. Mengingat penanganan
kejahatan ini membutuhkan aparat yang profesional dan melibatkan aparat yang mampu
membangun jaringan nasional, regional maupun internasional.
Dampak negatif kejahatan narkoba terhadap kehidupan manusia sangat dahsyat baik
terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Badan Narkotika
Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah yang menjadi focal point dituntut
meningkatkan profesionalismenya. Bersama seluruh elemen masyarakat, LSM dan tentunya
melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dan dinamis. Melalui berbagai organisasi

internasional telah dikembangkan upaya pencegahan dan pemberantasan di tengah gencarnya
mafia narkoba dunia yang terus melancarkan aksinya bagai tak kunjung reda. Sejalan dengan
itu berbagai terobosan telah dilakukan langkah strategis dan inovatif terkait dengan program
pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN).
Berpijak dari pengalaman empirik, pemberantasan narkoba maka melahirkan prinsip
mencegah lebih baik daripada mengobati. Penanggulangan dan penyalahgunaan obat
berbahaya hingga rehabilitasi bagi korban kejahatan narkoba, menjadi bagian dari

 
Universitas Sumatera Utara

tanggungjawab seluruh warga bangsa. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah
menunjukan kecenderungan yang terus meningkat di negeri ini. Hal ini diindikasikan dengan
dijadikannya Indonesia sebagai tempat transit dalam mata rantai perdagangan gelap narkoba.
Dalam perkembangannya, kini telah dijadikan tempat pemasaran, produksi dan eksportir
gelap narkoba. Kenyataan inilah yang telah menggambarkan ancaman bahaya narkoba telah
dikendalikan oleh mafia narkoba dengan jaringan dan peralatan yang semakin canggih.
Bila tidak dilakukan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat akan semakin
memprihatinkan lagi kondisi bangsa ini. Tak sedikit mafia narkoba yang memanfaatkan
kelompok perempuan dan orang-orang yang terlilit kemiskinan. Mereka dijadikan kurir

peredaran gelap narkoba dengan berbagai modus operandi. Apabila tidak disikapi secara
profesional dalam pencegahan dan pemberantasannya lambat laun akan merongrong
eksistensi masyarakat dan bangsa negeri ini. Selain kompetensi penegak hukum, petugas
pencegahan dan rehabilitasi maka pemberdayaan masyarakat harus semakin meningkat guna
melakukan deteksi dini untuk selanjutnya mencegah hingga memutus jaringan maupun
strategi eksploitasi oleh mafia perdagangan gelap narkoba.
Dari terbongkarnya berbagai kasus menunjukan trend bahwa kejahatan narkoba telah
didanai oleh sindikat internasional yang profesional dengan dukungan teknologi canggih.
Berdasarkan karakteristiknya, kejahatan narkoba ini telah mengancam ketahanan bangsa,
keamanan nasional, regional dan bahkan hingga ke seluruh dunia. Bisnis ini telah menyeret
semua bangsa ke berbagai persoalan kehidupan seperti sosial, politik, ekonomi, pertahanan
keamanan nasional. Untuk itu diperlukan counter mafia narkoba melalui kemampuan aparat
yang didukung oleh komitmen masyarakat yang telah diberdayakan.
Fenomena di atas menunjukan bahwa gelagat kejahatan narkoba memanfaatkan
kondisi kemiskinan, kebodohan bahkan kelemahan di bidang penegakan hukum di wilayah
negeri ini. Bangsa yang lemah mudah dieksploitasi oleh pihak-pihak bermental mafia.

 
Universitas Sumatera Utara


Keterbatasan ketrampilan, lapangan kerja dan rendahnya pendapatan menyebabkan sebagian
anggota masyarakat termasuk perempuan bagai tak berdaya menghindarinya. Membuat
mudahnya masyarakat tergoda untuk menjajakan barang haram. Sehingga mudah terjerumus
mencari jalan pintas dalam mendapatkan uang dengan mengabaikan hukum sehingga
terseretlah mereka ke dunia kelam dan menghancurkan masa depan bangsa.
Narkoba sebagai musuh bersama setiap saat dapat menghancurkan sendi dan tatanan
sosial kemasyarakatan serta kehidupan berbangsa. Ditinjau dari sudut pandang manapun
permasalahan narkoba dari tahun ke tahun terus menunjukan peningkatannya. Berita di media
massa dan data resmi BNN mendukung asumsi itu. Angka-angka jumlah kasus narkoba dari
tahun 2002 hingga tahun 2007 naik rata-rata 40,35% per tahun. Pada tahun 2007 terjadi
22.360 kasus atau 62 kasus per hari. Dalam kurun waktu yang sama, jumlah tersangka
meningkat rata-rata sebesar 43,8% per tahun. Pada tahun 2007, ditangkap 36.169 orang
pelaku atau rata-rata 99 orang per hari. Jumlah barang bukti narkoba yang dapat disita juga
meningkat tajam (Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, 2009).
Hasil penelitian Badan Narkotika Nasioanl (BNN) bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008, angka prevalensi nasional
(penyalahgunaan narkoba) adalah 1,99% dari penduduk Indonesia (3,6 juta orang), tahun
2011 angka prevalensi nasional adalah 2,2% dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan
menjadi


2,8%

(5,8-6

juta

(http://nasional.kompas.com/read//Pengguna.Narkoba.5.8.Juta.Tahun.2012

orang)
diakses

pada

hari Jumat, tanggal 10 Januari 2014, pukul 16.07). Sedangkan dalam Jurnal Data BNN
Tahun 2009, jumlah kasus kejahatan narkoba pada periode berjalan dalam 5 tahun terakhir
(2005-2009) cenderung mengalami peningkatan. Menurut laporan kejaksaan (2007), secara
keseluruhan jumlah terpidana mati kasus narkoba di Indonesia adalah 72 orang yang divonis
oleh berbagai Pengadilan Negeri.

 

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, Polri mengaku telah menangkap 23.916 pengguna dan pengedar
narkoba sejak awal 2012 hingga September 2012. Pada 2010 dan 2011, Polri menangkap
puluhan ribu pengguna dan pengedar barang haram itu. "Yang kita tangani di tahun 2010,
26.614 kasus tersangka 33.000 sekian. Tahun 2011, 29.713 kasus tersangka 36.589 orang.
Terakhir sampai September 2012, 19.000 kasus tersangka 23.966 orang," kata Kabareskrim
Komjen Pol Sutarman. Polri dan BNN menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU)
terkait pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN).
Penandatanganan dilakukan oleh Kabareskrim Komjen Pol Sutarman mewakili Polri dan
Kepala

BNN

Komjen

Pol

Gories


Mere

mewakili

BNN

(http://www.merdeka.com/peristiwa/bnn-pengguna-narkoba-di-indonesiaterusmeningkat.html diakses pada hari Jumat, tanggal 10 Januari 2014, pukul 16.07).
Berbagai upaya hukum telah dilakukan untuk memutus jaringan serta lalu lintas
perdagangan obat terlarang ini. Konvensi PBB telah mengamanatkan tentang pembentukan
The International Narcotic Control Board, badan yang bertugas membatasi kegiatan
produksi, distribusi, manufaktur, dan penggunaan obat bius disamping untuk keperluan di
bidang pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Masyarakat dunia
mendukung kebijakan PBB juga menitikberatkan pada sistem kontrol yang lebih ketat
terhadap perdagangan obat-obat kimia dan farmasi. Sedangkan United Nations Convention
Against Illicit Traffick In Narcotic Drugs and Psychotropic Substances tahun 1988
merupakan titik puncak untuk memberantas pencucian uang dari kejahatan peredaran gelap
narkoba. Setiap negara yang telah meratifikasi konvensi tersebut wajib melakukan
kriminalisasi pencucian uang melalui peraturan perundang-undangan. Namun kenyataanya,
obat terlarang masih beredar dengan cepat dan semakin meluas menembus berbagai lapisan
masyarakat.



 
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data dari United Nations Officeon Drugs and Crime (UNODC) atau
badan PBB yang menangani obat-obatan terlarang dan kejahatannya telah mencapai 200-an
juta orang memakai narkoba di seluruh dunia. Terkait dengan hasil survey tersebut,
menunjukan berbagai kota besar di ibukota provinsi telah dikategorikan sebagai daerah
dengan tingkat pemakaian narkoba melebihi rata-rata nasional 3,9%.
Hingga akhir tahun 2009, 10 provinsi potensi kerawanan peredaran gelap narkoba
aspek supply reduction adalah DKI Jakarta, Sulut, Kepri, Kalsel, Jatim, Kaltim, Sumut, Riau,
Bali, Babel. Sedangkan 10 wilayah peringkat kasus bahan akdiktif lainnya adalah Jawa Barat,
Jawa timur, Sulawesi Utara, Jawa tengah, Bali, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan DKI Jaya. Komponen bangsa sudah saatnya untuk
tidak lagi setengah hati dan menganggap remeh masalah narkoba (Badan Narkotika Nasional,
2010).
Di Indonesia narkoba masuk melalui jasa pengedar gelap. Berbagai indikasi
menunjukan bahwa di kancah pasar gelap narkoba dunia telah menjadikan Indonesia sebagai
target operasi. Dengan jumlah penduduk yang 250-an juta jiwa termasuk sasaran yang sangat

ideal bagi pemasaran. Ditambah lagi adanya sejumlah faktor klasik yang sudah diketahui oleh
sindikat narkoba internasional menyebabkan tingginya kasus perdagangan gelap narkoba di
Indonesia.
1. Motif keuntungan. Perdagangan narkoba menjanjikan keuntungan besar jika
dibandingkan dengan bisnis legal manapun sehingga ada kecenderungan anggota
mafia narkoba tidak gentar terhadap ancaman hukuman berat.
2. Besarnya jumlah penduduk Indonesia serta besarnya proporsi populasi golongan
remaja dan pemuda yang merupakan pasar narkoba paling potensial.
3. Luasnya wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan garis batas
terbuka dan rawan penyelundupan.

 
Universitas Sumatera Utara

4. Lemahnya sistem penegakan hukum di negara Indonesia menyangkut perundangundangan, Sumber Daya Manusia, teknologi dan peralatan serta masyarakat sebagai
sasaran penegakan hukum.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika menyentuh 1,99% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekita 3,6
juta orang. Sedangkan data penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun menunjukan
peningkatan. Sedangkan angka kematian akibat penggunaan narkoba mencapai 1,5% dari

pecandu per tahun atau sekitar 15 ribu orang. Jumlah angka kematian yang relatif tinggi ini
sebagian besar akibat narkoba suntik.
Ancaman bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah berkembang
sangat pesat dan bahkan mengancam eksistensi generasi penerus bangsa. Sasaran utama
peredaran narkoba adalah kelompok pelajar dan mahasiswa. Dengan populasi yang cukup
besar, yaitu sekitar 16,9 juta orang (2008) dan meningkat menjadi 22,3 juta orang (2013),
tentu mereka pasar yang amat potensial untuk digarap secara serius oleh para
bandar/pengedar narkoba, apalagi kondisi perkembangan jiwa dari kelompok ini juga sangat
mendukung. Diperkirakan ada sekitar 90% dari kelompok coba pakai narkoba berasal dari
kelompok pelajar/mahasiswa. Bahkan hasil studi menemukan usia usia pertama kali pakai
narkoba pada usia 16-18 tahun (41%) atau setara dengan mereka yang sedang duduk di
bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) (Badan Narkotika Nasional dan Puslitkes UI,
2008:22)
Tingginya penggunaan narkoba di kalangan pelajar disebabkan faktor dari dalam dan
dari luar. Faktor dari dalam biasanya anak-anak remaja seringkali menggunakan narkoba
sebagai bentuk pelarian dari berbagai masalah, rasa ingin tahu/coba yang tinggi, penemuan
jati diri, serta keegoan. Selain itu, faktor dari luar juga sangat berpengaruh. Banyak anakanak yang terjebak kedalam pergaulan bebas yang salah. Mereka menjadikan narkoba sebagai

 
Universitas Sumatera Utara


bagian dari salah satu lifestyle atau gaya hidup sehari-hari, ditambah tekanan faktor
lingkungan dan teman (peer group) yang amat besar, menjadi pintu masuk yang cocok untuk
peredaran gelap narkoba. Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional menunjukan jumlah
penyalahguna narkoba pada kelompok pelajar mencapai 22 persen dari total penyalahguna
berjumlah 4 juta orang. Dari 22 persen itu 50 persen penyalahguna merupakan pelajar
SMA/K (http://nasional.sindonews.com/read/persen-pengguna-narkoba-adalah-pelajar dan
http://www.jpnn.com/read/2013/10/30/198235/50-Persen-Pengguna-Narkoba-Pelajar-SMAdiakses pada hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014, pukul 13.03).
BNN sebagai lembaga yang dikedepankan dalam pencegahan dan pemberantasan
narkoba di Indonesia, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
dan Perpres Nomor 23 Tahun 2010 tentang kelembagaan BNN kini terus berkiprah
mengembangkan kinerjanya. Ancaman narkoba di Indonesia semakin meningkat dan
mengarah kepada generasi muda terdidik. Bahkan kini mulai merambah kepada keterlibatan
aparat negara. Negeri ini kini bukan lagi sebagai wilayah transit, tetapi sasaran pemasaran,
dan bahkan tempat produksi narkoba oleh jaringan sindikat internasional.
Pada 2012 pengguna narkoba di Indonesia ada sekitar 4.000 orang atau sekitar 2,8%
dari jumlah keseluruhan penduduk nasional, dimana 70% atau sekitar 2.800 orang merupakan
pecandu dari kalangan pekerja, mulai dari karyawan perusahaan swasta, pegawai negeri sipil
(PNS) dan pegawai BUMN. Sementara sekitar 25% atau sekitar 1.000 orang merupakan
pecandu narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiwa se-Indonesia. Kemudian 5% atau

sekitar 200 orang merupakan penyalahguna narkoba dari kalangan ibu rumah tangga dan
lainnya. Tingginya angka penyalahgunaan narkoba ini menurut dia sudah cukup
mengkhawatirkan sehingga sudah selayaknya dilakukan upaya-upaya konkrit guna
menekannya. Mengatasi persoalan narkoba harus melibatkan seluruh pihak, mulai dari
pemerintah

hingga

seluruh

lapisan

masyarakat


 
Universitas Sumatera Utara

(http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/06/03/bnn-seribu-pelajar-indonesiapengguna-narkoba diakses pada hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014, pukul 13.03)
Pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) diperkirakan sekitar 5 juta
orang atau 2,8% dari total penduduk Indonesia. Angka ini lebih tinggi daripada jumlah
penduduk Nusa Tenggara Timur yang mencapai 4,6 juta jiwa. Pengguna remaja yang berusia
12-21 tahun ditaksir sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta
orang. Di DKI Jakarta, berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya,
jumlah pengguna napza di kalangan remaja dalam 3 tahun terakhir terus naik. Pada tahun
2011, di kalangan SMA, tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun
kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang. Konsultan dari Rumah Pencandu Badan Narkotika
Nasional (BNN), Benny Ardjil, mengatakan, untuk menangani masalah penyalahgunaan
napza, koordinasi lintas sektor sangat diperlukan. Minimal lima pemangku kepentingan, yaitu
Badan Narkotika Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian
Hukum

dan

HAM,

serta

masyarakat

(http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/03184385/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.Re
maja.Meningkat diakses pada hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014, pukul 13.03).
Jumlah pelajar dan mahasiswa di Indonesia, yang menggunakan narkotika dan obat
berbahaya (narkoba) diperkirakan berjumlah 1 juta orang atau sekira 32% dari angka total
jumlah pengguna narkoba secara nasional sebanyak 3,2 juta orang. Prevalensi
penyalahgunaan narkoba satu tahun terakhir adalah 5,3% artinya dalam setahun terakhir,
pada setiap 100 orang pelajar dan mahasiswa terdapat lima orang pemakai narkoba.
Sementara untuk jenis narkoba yang paling sering disalahgunakan di lingkungan pelajar dan
mahasiswa, adalah 43% campur-campur, 38% ganja, 21% kecubung, 15% ekstasi, 13% sabu,
dan 9% benzodiazepam. Data jumlah pemakai narkoba itu berdasarkan hasil survei BNN dan
Universitas Indonesia (UI) terhadap puluhan ribu pelajar dan mahasiswa di 33 provinsi.

 
Universitas Sumatera Utara

Selama kurun waktu tiga tahun terakhir yakni 2004-2006, jumlah penyalahguna narkoba di
lingkungan

pelajar

dan

mahasiswa

meningkat

sebesar

1,4%

(http://www.antaranews.com/berita/83588/sejuta-pelajar-dan-mahasiswa-jadi-penggunanarkoba diakses pada hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014, pukul 13.03).
Berkembangnya kasus kejahatan narkoba akan menjadi hambatan serius terhadap
pembangunan peradaban bangsa. Menghadapi bahaya narkoba maka mutlak membutuhkan
strategi yang efektif. BNN telah memerankan sebagai subyek, melalui metode P4GN dengan
sasaran pemberdayaan masyarakat. Memerlukan langkah strategis dengan menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk berperan serta aktif. Melakukan kaderisasi sukarelawan
masyarakat guna dijadikan sasarn sebagai people power againt drugs dalam pemberantasan
narkoba. Dibutuhkan komponen bangsa yang berkomitmen kuat dan konsisten. Sejalan
dengan visi Indonesia yakni tahun 2015 bebas dari narkoba, visi yang menjadi pijakan bagi
bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa ASEAN untuk memberantas narkoba (Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010
tentang kelembagaan BNN).
Political will (itikat baik) pemerintah terus menggema dengan telah diwujudkannya
bebagai kegiatan antara lain sosialisasi kelembagaan kepada institusi terkait maupun lembaga
pendidikan di sekolah-sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang dibuat oleh
pemerintah maupun mitra pemerintah melalui kebijakan di bidang pendidikan yang bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan dengan cita-cita bangsa Indonesia
yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 (Tingkilisan, 2004: 230). Namun, jika melihat
keadaan sekolah sekarang secara nyatanya sudah mulai menyimpang dari kebijakan tersebut.
Hal ini bisa dilihat berdasarkan informasi dari beberapa hasil penelitian antara BNN dengan
universitas-universitas, media cetak, media elektronik, mengenai penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba khususnya yang terjadi pada pelajar sekolah yang sudah penulis

 
Universitas Sumatera Utara

uraikan sebelumnya. Sekolah yang menjadi perhatian penulis untuk dijadikan lokasi
penelitian adalah sekolah SMA Methodist 1 Medan.
SMA Methodist 1 Medan merupakan salah satu sekolah yang mempunyai Satgas
sekolah atau Organisasi Sekolah yang bergerak dalam bidang Sekolah Bebas Narkoba/Anti
Narkoba, yang bernama Siswa-Siswi SMA Methodist 1 Anti Narkoba (SMANK). Organisasi
ini dibentuk untuk mengetahui apakah di lingkungan sekolah SMA Methodist 1 terdapat halhal yang dapat dijadikan petunjuk awal penyalahgunaan narkoba ataupun peredaran narkoba.
Hal inilah yang menjadi alasan Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara
melakukan sosialisasi/penyuluhan bahkan pembentukan kaderisasi mengenai program
pencegahan dan penyalahgunaan, pemberantasan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di
lingkungan sekolah.
Badan Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara bermaksud agar lingkungan
sekolah tempat dilaksanakan kegiatan dibentuk yang sudah membentuk satgas sekolah yang
berasal dari perwakilan siswa yang bersih/tidak menyalahgunakan narkoba dan mempunyai
komitmen untuk mendukung terciptanya sekolah bebas narkoba. Anggota satgas tersebut
diberi pembekalan tentang narkoba dan dampaknya, Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun
2009 tentang narkoba dan materi tentang bagaimana caranya menolong korban.
Berdasarkan latar belakang masalah inilah, penulis merasa tertarik untuk mengkaji
program tersebut dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Program P4GN
oleh Badan Narkotika Nasional di SMA Methodist 1 Medan”.

1.2.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan suatu langkah yang sangat penting karena langkah ini

menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakekatnya

10 
 
Universitas Sumatera Utara

merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian
(Soehartono, 2008 :23).
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
“Sejauh mana efektivitas pelaksanaan program P4GN oleh Badan Narkotika Nasional
di SMA Methodist 1 Medan?”.

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program P4GN
yang telah diselenggarakan dan dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional di SMA
Methodist 1 Medan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
a. Secara teoritis, dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai pelaksanaan
program P4GN yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional.
b. Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi
dan bahan kajian serta studi komparasi bagi para peneliti atau mahasiswa yang tertarik
terhadap penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.

11 
 
Universitas Sumatera Utara

1.4.

Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika
Penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan secara teoritis, uraian dan konsep
yang berkaitan dengan variabel- variabel yang diteliti,
kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian dan analisisnya.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis yang penulis
berikan dari hasil penelitian sehubungan dengan penelitian
yang dilakukan.

12 
 
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) BNN KABUPATENLAMPUNG SELATAN

7 48 91

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) (Studi di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung)

2 29 88

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

1 24 128

UPAYA PENCEGAHAN PEREDARAN NARKOTIKA OLEH TIM P4GN (PENCEGAHAN PEMBERANTASAN Upaya Pencegahan Peredaran Narkotika Oleh Tim P4gn (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba)Kabupaten Sukoharjo Pada Anak Usia Sekolah.

0 2 17

PENDAHULUAN Upaya Pencegahan Peredaran Narkotika Oleh Tim P4gn (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba)Kabupaten Sukoharjo Pada Anak Usia Sekolah.

0 2 20

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 13

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 2

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 1 26

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 3

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

0 0 8