Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Darmono dalam Hasdianah, 2012).

Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Ada 2 Tipe DM yaitu DM Tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan DM Tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa dengan tiga gejala khas yaitu rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam hari, sering merasa lapar (poliphagi) (Balitbang Kemenkes RI, 2013).

Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama, dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh adanya perubahan dari gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern, peningkatan prevalensi obesitas, kegiatan fisik berkurang yang menyebabkan ganguan sekresi insulin atau resistensi


(2)

insulin sehingga insulin menjadi tidak effektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Ernawati, 2013).

Faktor-faktor yang membuat seseorang terkena DM adalah faktor ras atau etnis, usia, obesitas, kurang gerak badan, keturunan, kehamilan, infeksi, stress, dan obat obatan (Tandra, 2014), Penelitian lainnya menyebutkan faktor risiko DM dikelompokkan menjadi dua faktor utama dan satu faktor pendukung, yaitu yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi sebagai faktor utama, Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras/suku/etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg dan riwayat lahir dengan berat badan rendah <2,5 kg sedangkan faktor yang dapat di modifikasi adalah berat badan lebih (IMT) >25 kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia (gangguan lemak darah) HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida >250 mg/dl, prediabetes, diet yang tidak sehat dan kebiasaan merokok. (Depkes RI, 2008; Konsensus PERKENI, 2011).

Global status report on Non Communicable Diseases World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular (PTM). Sebagai salah satu PTM DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun (Novo Nordisk, 2013).

Menurut statistik dari studi Global Burden of Disease dalam Atlas Diabetes Melitus jumlah penderita DM di dunia mencapai 382 juta orang pada tahun 2013 pada usia antara 45-59 tahun diprediksi akan meningkat 55% atau menjadi 592 juta


(3)

orang pada tahun 2035, 80% diabetesi hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada penduduk usia 20-79 tahun, Indonesia menempati urutan ke tujuh dunia dalam sepuluh negara tertinggi penderita DM dengan penderita 8,5 juta orang (International Diabetes Federation, 2013).

Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara, dengan prevalensi penderita sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun 2000 dan diproyeksi meningkat 2,5 kali lipat sebanyak 21.257.000 penderita pada tahun 2030 (WHO, dalam Prihaningtyas, 2013). Dari total 242 juta penduduk Indonesia 7,6 juta hidup dengan DM (Novo Nordisk, 2013)

Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas, selain itu semakin banyak pula ditemukan penyakit infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang, Sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat (PERKENI, 2011).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), Prevalensi DM dari hasil wawancara responden umur ≥15 tahun menurut provinsi di Indonesia juga terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 dari 33 propinsi, 31 provinsi menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti dan propinsi Aceh dari 1,7% menjadi 2,6% (Balitbang Kemenkes RI, 2013).

Di Propinsi Aceh, Menurut hasil survey yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2011, Aceh masuk dalam daftar sembilan besar daerah Indonesia yang penduduknya banyak menderita penyakit DM. Diperkirakan


(4)

jumlahnya mencapai 417.600 orang atau sekitar 8,7% dari total penduduk Aceh, Hasil surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas untuk kasus baru DM di 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2013, penyakit DM menduduki ranking ke 6 dari 35 jenis penyakit yaitu sebanyak 4.573 penderita (Dinas Kesehatan Aceh, 2013).

Data rekapitulasi penyakit tidak menular berdasarkan Puskesmas di bagian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe tahun 2014 menyebutkan bahwa angka kunjungan penyakit DM tahun 2013 untuk Kota Lhokseumawe 7.606 kunjungan dengan kasus baru 1.814 (23,85%) dari total kunjungan dan jumlah kunjungan ulang atau penderita lama adalah 5.792 (76,15%), dan angka tertinggi disumbang oleh Puskesmas Banda Sakti dengan jumlah kunjungan 2.565 (33,72% ) (Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, 2014).

Puskesmas Banda Sakti merupakan salah satu dari 6 puskesmas di bawah Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. Puskesmas Banda Sakti adalah Puskesmas induk kecamatan yang terletak Desa Hagu Barat Laut Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang berdiri tahun 2010 yang pembangunannya dibantu oleh NGO (Non Government Organization) Gitec. Melayani 12 desa dari 18 desa dengan jumlah penduduk layanan pada tahun 2013 sebanyak 61.776 jiwa dan sisanya 27.439 jiwa dilayani oleh Puskesmas Mon Geudong dalam kecamatan yang sama (Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, 2014).

Berdasarkan data Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014 angka kejadian DM dari tahun 2010 ke tahun 2013 sebagai berikut, pada tahun 2010 jumlah kunjungan penderita DM sebanyak 882 dari 57.253 total kunjungan, terjadi


(5)

peningkatan pada tahun 2011 dengan jumlah kunjungan penderita DM 1.652 dari total 92.439 kunjungan. Selanjutnya pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 1.725 dari 78.956 kunjungan dan 2013 sebanyak 2.764 dari 69.972 kunjungan. Selama tahun 2010 sampai tahun 2013 terjadi pola beraturan atau peningkatan setiap tahunnya pada kasus penyakit tidak menular, DM menempati urutan ke dua setelah penyakit kelainan pada lambung (Simpus Puskesmas Banda Sakti, 2014).

Laporan Simpus Puskesmas Banda Sakti (2014), Diketahui penderita baru DM bulan Januari 2014 sebanyak 33 orang dan 27 orang di bulan Februari, Untuk kunjungan ulang kasus DM bulan Januari 230 orang dan 228 orang di Februari, Hal ini merupakan sebuah fenomena dimana setiap bulannya selalu ada penderita DM baru yang bertambah khususnya di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti. Data tersebut memberikan gambaran bahwa masalah DM perlu mendapat perhatian serius dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang tinggi dan juga biaya pengobatan yang meningkat akibat bertambahnya penderita baru DM setiap bulannya.

Berdasarkan hasil penelitian Manik (2012), menunjukkan faktor risiko yang bisa dimodifikasi mempunyai hubungan yang bermakna DM, hubungan IMT terhadap DM (p:0,000 dan OR=5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p:0,028 dan OR=2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p:0,024 dan OR=2,37), hubungan karbohidrat terhadap DM (p:0,007 dan OR=2,99) dan hubungan serat terhadap DM


(6)

(p:0,009 dan OR=10,2) dan faktor yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT ≥ 25 kg/m² dengan hasil p:0,0001.

Rachmawati (2010), dalam penelitian yang dilakukannnya pada penderita DM di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Sebelum dan sesudah latihan jasmani kadar glukosa darah penderita DM Tipe II diukur dengan menggunakan glucometer dan dianalisis dengan uji Wilcoxon pada sampel 42 orang yang diambil secara acak. Rerata kadar glukosa darah post latihan jasmani menurun dibanding dengan kelompok pre latihan jasmani (141.02 ± 46.68 vs 127.81 ± 47.93 ) dan secara statistik bermakna (p<0.05). Dengan adanya latihan jasmani, kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe II dapat menurun.

Hasil penelitian Miharja (2009), Prevalensi responden yang mempunyai riwayat DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi lebih banyak pada wanita dan kelompok sosio ekonomi yang lebih tinggi. Penderita yang makan sayur dan buah 5 porsi atau lebih hanya 8,8%, beraktivitas fisik kurang 35,1%, yang minum atau injeksi obat anti diabetes hanya 47,0%. Prevalensi kegemukan 60,8% pada laki-laki dan 66,9% pada perempuan, obesitas sentral 32,5% pada laki-laki dan 59,9% pada wanita, tekanan darah tidak terkontrol (>130/80 mmhg) 70,0% pada laki-laki dan 76,8 % pada wanita. Kadar gula darah 2 jam post prandial yang tidak terkontrol baik (>144 mg/dL) sebesar 68,0% pada laki-laki dan 81,1% pada perempuan. Faktor yang berhubungan dalam pengendalian gula darah adalah usia, jenis kelamin, dan minum atau injeksi obat diabetes. Studi ini menunjukkan sebagian


(7)

besar responden belum mengetahui ataupun menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mengontrol penyakit DM.

Hasil penelitian Trisnawati (2012), menunjukkan umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejadian DM Tipe II. Variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe II adalah Indek Massa Tubuh (p:0,006, OR= 7,14). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM Tipe II dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

Penanganan yang tepat untuk menangani faktor penyebab DM dapat dikendalikan dengan adanya kemauan merubah gaya hidup sehat (Tandra, 2014). Pasien DM perlu memerhatikan gaya hidup, perencanaan makan (diet), latihan (olahraga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, peran dan dukungan kelompok keluarga, saudara dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan (Smeltzer dan Bare, 2002).

Gaya hidup yang aktif dan latihan fisik dapat mencegah berbagai macam penyakit, membuat hidup lebih bersemangat dan meningkatkan daya tahan tubuh (Prihaningtyas, 2013). Gaya hidup sangat berperan sebagai penyebab dan juga dapat berpotensi mencegah DM Tipe II. Perubahan gaya hidup akibat revolusi industri dan modernisasi mengakibatkan perubahan jenis dan jumlah pekerjaan yang kita lakukan, Sepeda motor dan mobil mengantikan aktivitas berjalan kaki, makanan cepat saji menggantikan kegiatan memasak. sebagian besar orang lebih suka menghabiskan waktu dengan duduk di depan televisi atau komputer daripada melakukan olah raga,


(8)

kurangnya aktivitas cenderung menyebabkan resistensi terhadap insulin dan pradiabetes dan keduanya dapat berkembang menjadi DM Tipe II (Nathan, 2010)

DM Tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. (PERKENI, 2011).

Upaya-upaya penyuluhan dan promosi kesehatan serta senam khusus untuk penderita DM telah dilakukan secara rutin setiap bulan sekali oleh seksi promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan penanggung jawab program promosi kesehatan Puskesmas Banda Sakti dengan dana yang di support sepenuhnya oleh PT.Askes Persero Cabang Lhokseumawe. Kegiatan tersebut rutin dan dilaksanakan yang diikuti pemeriksaan Kadar Gula Darah setiap bulannya.

Semenjak transformasi PT. Askes Persero menjadi Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) bidang Kesehatan pada 1 Januari 2014 program tersebut belum pernah dilaksanakan. Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia kesehatan menjadi kendala utama bagi Puskesmas Banda Sakti dalam melanjutkan program tersebut.

Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak,


(9)

baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan (PERKENI, 2011)

Berdasarkan uraian diatas Peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang pengaruh dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terutama gaya hidup seperti indek massa tubuh, aktivitas fisik, tekanan darah, pola makan dan kebiasaan merokok, serta faktor pendukung lainnya yaitu riwayat penyakit kardiovaskuler, faktor budaya dan akses ke sarana prasarana kesehatan terhadap terus bertambahnya penderita DM Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe, dan mendapat gambaran yang lebih tepat terhadap faktor risiko mana yang memengaruhi kasus DM Tipe II serta faktor risiko mana yang paling berpengaruh terhadap kasus DM khususnya di Puskesmas Banda Sakti sebagai Puskesmas dengan kunjungan penderita DM tertinggi di wilayah Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dengan melakukan kajian tentang “Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014”. Sehingga hasil penelitian ini sangat bermamfaat sebagai data dasar penyusunan program promosi kesehatan.

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah faktor risiko apa saja yang memengaruhi kasus Diabetes


(10)

Melitus Tipe II yang terjadi di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi berkaitan dengan faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita DM Tipe II sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dalam penyusunan program promosi kesehatan dan perubahan perilaku masyarakat khususnya perilaku hidup sehat penderita DM.


(11)

2. Bagi Puskesmas

Dari data hasil penelitian ini diharapkan nantinya mampu memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan kasus DM sehingga dapat disebarluaskan kepada masyarakat sebagai pengetahuan dalam mengendalikan dan upaya pencegahannya penyakit DM. Program promosi kesehatan dan perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan DM yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal diharapkan dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang ada di puskesmas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kasus penderita DM Tipe II di Puskesmas Banda Sakti.


(1)

(p:0,009 dan OR=10,2) dan faktor yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT

≥ 25 kg/m² dengan hasil p:0,0001.

Rachmawati (2010), dalam penelitian yang dilakukannnya pada penderita DM di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Sebelum dan sesudah latihan jasmani kadar glukosa darah penderita DM Tipe II diukur dengan menggunakan glucometer dan dianalisis dengan uji Wilcoxon pada sampel 42 orang yang diambil secara acak. Rerata kadar glukosa darah post latihan jasmani menurun dibanding dengan kelompok pre latihan jasmani (141.02 ± 46.68 vs 127.81 ± 47.93 ) dan secara statistik bermakna (p<0.05). Dengan adanya latihan jasmani, kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe II dapat menurun.

Hasil penelitian Miharja (2009), Prevalensi responden yang mempunyai riwayat DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi lebih banyak pada wanita dan kelompok sosio ekonomi yang lebih tinggi. Penderita yang makan sayur dan buah 5 porsi atau lebih hanya 8,8%, beraktivitas fisik kurang 35,1%, yang minum atau injeksi obat anti diabetes hanya 47,0%. Prevalensi kegemukan 60,8% pada laki-laki dan 66,9% pada perempuan, obesitas sentral 32,5% pada laki-laki dan 59,9% pada wanita, tekanan darah tidak terkontrol (>130/80 mmhg) 70,0% pada laki-laki dan 76,8 % pada wanita. Kadar gula darah 2 jam post prandial yang tidak terkontrol baik (>144 mg/dL) sebesar 68,0% pada laki-laki dan 81,1% pada perempuan. Faktor yang berhubungan dalam pengendalian gula darah adalah usia, jenis kelamin, dan minum atau injeksi obat diabetes. Studi ini menunjukkan sebagian


(2)

besar responden belum mengetahui ataupun menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mengontrol penyakit DM.

Hasil penelitian Trisnawati (2012), menunjukkan umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejadian DM Tipe II. Variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe II adalah Indek Massa Tubuh (p:0,006, OR= 7,14). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM Tipe II dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

Penanganan yang tepat untuk menangani faktor penyebab DM dapat dikendalikan dengan adanya kemauan merubah gaya hidup sehat (Tandra, 2014). Pasien DM perlu memerhatikan gaya hidup, perencanaan makan (diet), latihan (olahraga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, peran dan dukungan kelompok keluarga, saudara dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan (Smeltzer dan Bare, 2002).

Gaya hidup yang aktif dan latihan fisik dapat mencegah berbagai macam penyakit, membuat hidup lebih bersemangat dan meningkatkan daya tahan tubuh (Prihaningtyas, 2013). Gaya hidup sangat berperan sebagai penyebab dan juga dapat berpotensi mencegah DM Tipe II. Perubahan gaya hidup akibat revolusi industri dan modernisasi mengakibatkan perubahan jenis dan jumlah pekerjaan yang kita lakukan, Sepeda motor dan mobil mengantikan aktivitas berjalan kaki, makanan cepat saji menggantikan kegiatan memasak. sebagian besar orang lebih suka menghabiskan waktu dengan duduk di depan televisi atau komputer daripada melakukan olah raga,


(3)

kurangnya aktivitas cenderung menyebabkan resistensi terhadap insulin dan pradiabetes dan keduanya dapat berkembang menjadi DM Tipe II (Nathan, 2010)

DM Tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. (PERKENI, 2011).

Upaya-upaya penyuluhan dan promosi kesehatan serta senam khusus untuk penderita DM telah dilakukan secara rutin setiap bulan sekali oleh seksi promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan penanggung jawab program promosi kesehatan Puskesmas Banda Sakti dengan dana yang di support sepenuhnya oleh PT.Askes Persero Cabang Lhokseumawe. Kegiatan tersebut rutin dan dilaksanakan yang diikuti pemeriksaan Kadar Gula Darah setiap bulannya.

Semenjak transformasi PT. Askes Persero menjadi Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) bidang Kesehatan pada 1 Januari 2014 program tersebut belum pernah dilaksanakan. Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia kesehatan menjadi kendala utama bagi Puskesmas Banda Sakti dalam melanjutkan program tersebut.

Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak,


(4)

baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan (PERKENI, 2011)

Berdasarkan uraian diatas Peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang pengaruh dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terutama gaya hidup seperti indek massa tubuh, aktivitas fisik, tekanan darah, pola makan dan kebiasaan merokok, serta faktor pendukung lainnya yaitu riwayat penyakit kardiovaskuler, faktor budaya dan akses ke sarana prasarana kesehatan terhadap terus bertambahnya penderita DM Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe, dan mendapat gambaran yang lebih tepat terhadap faktor risiko mana yang memengaruhi kasus DM Tipe II serta faktor risiko mana yang paling berpengaruh terhadap kasus DM khususnya di Puskesmas Banda Sakti sebagai Puskesmas dengan kunjungan penderita DM tertinggi di wilayah Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dengan melakukan kajian tentang “Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014”. Sehingga hasil penelitian ini sangat bermamfaat sebagai data dasar penyusunan program promosi kesehatan.

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah faktor risiko apa saja yang memengaruhi kasus Diabetes


(5)

Melitus Tipe II yang terjadi di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi berkaitan dengan faktor risiko yang memengaruhi kasus penderita DM Tipe II sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dalam penyusunan program promosi kesehatan dan perubahan perilaku masyarakat khususnya perilaku hidup sehat penderita DM.


(6)

2. Bagi Puskesmas

Dari data hasil penelitian ini diharapkan nantinya mampu memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan kasus DM sehingga dapat disebarluaskan kepada masyarakat sebagai pengetahuan dalam mengendalikan dan upaya pencegahannya penyakit DM. Program promosi kesehatan dan perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan DM yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal diharapkan dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang ada di puskesmas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kasus penderita DM Tipe II di Puskesmas Banda Sakti.


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

3 81 109

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

2 27 161

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 19

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 2

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 1 37

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 5

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 39

Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jumlah Anak - Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 9