Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Anak Buah Kapal Bagian Kamar Mesin Terhadap Gangguan Pendengaran Akibat Bising di Kapal Tunda PT PELINDO I Cabang Belawan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Hingga saat ini kebisingan masih menjadi masalah utama di negara

industri (Suma’mur, 1993). Kebisingan termasuk salah satu penyakit akibat kerja
(Kepres No 22, 1993). Kebisingan di tempat kerja dapat mengurangi kenyamanan,
dan ketenangan kerja, mengganggu indera pendengaran, mengakibatkan
penurunan daya dengar dan bahkan pada akhirnya dapat mengakibatkan ketuliaan
yang menetap (Mulia, 2005).
Pada pertemuan konsultasi WHO-SEARO (South East Asia Regional
Office) Intercountry Meeting (2002), menyebutkan bahwa kebisingan merupakan
salah satu yang menjadi masalah utama dalam penyebab terjadinya gangguan
pendengaran di Indonesia dan khususnya oleh kebisingan lingkungan kerja
(Bashiruddin dan Soetirto, 2007).
Berdasarkan survey multi center study di Asia Tenggara pada tahun 1998,
bahwa Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi
(Suwento, 2007). WHO-SEARO (South East Asia Regional Office) (2002),

melaporkan bahwa kebisingan merupakan salah satu yang menjadi masalah utama
dalam penyebab terjadinya gangguan pendengeran di Indonesia. Gangguan
pendengaran akibat bising (GPAB) di lingkungan kerja menduduki proporsi
terbanyak dibandingkan gangguan akibat bising lainnya (Bashiruddin dan
Soetirto, 2007)
Di Sumatera Utara penelitian tentang gangguan pendengaran akibat bising
di tempat kerja telah banyak dilakukan sejak lama seperti penelitian yang
dilakukan Kamal (1991) yang dikutip oleh Rambe (2003) melakukan penelitian
terhadap pandai besi yang berada di sekitar kota Medan. Ia mendapatkan
sebanyak 92,3% pandai besi tersebut menderita sangkaan GPAB. Kemudian
penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Syahriani (2003) pada tenaga kerja
bagian pengolahan pabrik kelapa sawit diperoleh data dari 24 responden sebanyak
21 orang telah mengalami penurunan daya dengar yang diakibatkan kebisingan.

Universitas Sumatera Utara

Husdiani (2008) pada penelitiannya di PT. X Medan diperoleh 40 % pekerja
mengalami NIHL. Daulay dan Raudah (2006) melakukan penelitian pada tenaga
kerja bagian pengolahan kelapa sawit. Ia memperoleh hasil dari 20 orang tenaga
kerja ditemukan 11 orang tenaga kerja yang mengalami penurunan kemampuan

pendengaran ringan pada telinga kanan dan 10 orang pada telinga kiri, sedangkan
yang mengalami penurunan kemampuan pendengaran sedang ada 3 orang untuk
telinga kanan dan 4 orang untuk telinga kiri.
Bagi tenaga kerja, ketulian atau kehilangan daya dengar yang disebabkan
oleh bising mesin merupakan gangguan kesehatan yang tidak dapat diobati
(Harmadji dan Kabulah, 2004). Dengan terjadinya ketulian berarti tenaga kerja
kehilangan alat komunikasi yang dapat menyebabkan salah dalam menerima
instruksi, di satu pihak dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pelaksanaan
kerja, dan dapat membahayakan keselamatannya. Kondisi demikian merupakan
kerugian yang sangat besar bagi perusahaan atau tenaga kerja itu sendiri (Meily,
1996).
Banyak pencegahan yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan untuk
memperkecil terjadinya GPAB pada tenaga kerja dan itu semua merupakan unsur
dalam program konservasi

pendengaran. Pencegahan yang paling mudah

dilakukan oleh tenaga kerja adalah dengan penggunaan alat pelindung
pendengaran (APP) yaitu berupa ear plug (sumbat telinga) dan ear muff (tutup
telinga) di tempat kerja bising. Sumbat telinga dapat dapat mengurangi tingkat

kebisingan antara 8 – 30 dB dan tutup telinga lebih efektif dimana alat ini dapat
mengurangi intensitas kebisingan sampai 20-40 dB (Lubis, 2002). Setyawan
(2010) melaporkan bahwa penggunaan APP dapat memperkecil resiko terjadinya
GPAB pada 54 tenaga kerja di PT Wiharta. Umeda (2010) juga melaporkan
bahwa pemakaian APP mempengaruhi penurunan daya dengar tenaga kerja di PT
Atmindo. Pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap GPAB memiliki peranan
penting dalam mengendalikan dan mengurangi angka kejadian GPAB.

Universitas Sumatera Utara

Permasalahan kebisingan ini ditemukan di bagian kamar mesin kapal
Tunda milik PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan. Perusahaan ini adalah
perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang penyandaran kapal.

Dalam

kapal, suara yang terbesar berasal dari kamar mesin. Berdasarkan hasil
pengukuran tingkat kebisingan yang terjadi di kamar mesin kapal Tunda cukup
tinggi yaitu sekitar 92-97 dB. Sedangkan tingkat kebisingan maksimum yang
diijinkan oleh Kepmenaker No. 51/MEN/1999 ialah 85 dB untuk waktu 8 jam

perhari. Kebisingan dengan tingkat intensitas tinggi yang tidak disadari oleh Anak
Buah Kapal (ABK) dapat menyebabkan dampak serius bagi mereka.
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan hanya beberapa ABK
yang menggunakan APP

tetapi alat tersebut telah disediakan oleh pihak

perusahaan kepada masing-masing pekerja. Dari sini kelihatan bahwa ABK
seolah-olah tidak memperdulikan dampak yang ditimbulkan dari kebisingan
terhadap

gangguan

pendengaran.

Sayangnya

pihak

perusahaan


belum

melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan APP. Hal inilah sebagai dasar
bagi peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ABK
terhadap gangguan pendengaran akibat bising.

Universitas Sumatera Utara

1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ABK di bagian

kamar mesin kapal Tunda PT Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terhadap
gangguan pendengaran akibat bising?

1.3.

Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Untuk Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ABK di
bagian kamar mesin kapal Tunda PT Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan terhadap gangguan pendengaran akibat bising.

1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a.

Mengetahui karekteristik umum responden.

b.

Mengetahui tabulasi silang antara usia dengan pengetahuan, usia dengan
sikap dan usia dengan tindakan

c.

Mengetahui tabulasi silang antara lama kerja dengan pengetahuan, lama kerja

dengan sikap, dan lama kerja dengan tindakan

d.

Mengetahui tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan,
tingkat pendidikan dengan sikap dan tingkat pendidikan denga tindakan.

e.

Mengetahui tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuansikap dengan tindakan.

f.

Mengetahui alasan yang menyebabkan responden tidak menggunakan APP

Universitas Sumatera Utara

1.4.

Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.

Untuk menambah pengetahuan kepada peneliti dan pembaca mengenai
gambaran tingkat pengetahuan, sikap, tindakan ABK terhadap gangguan
pendengaran akibat bising, serta sebagai wahana bagi peneliti untuk
menerapkan metodologi penelitian yang telah didapatkan dalam perkuliahan.

2.

Untuk memberikan informasi tambahan bagi pembaca sebagai bahan acuan
untuk penelitian sejenis serta berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara