Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Keluarga Pasien Terhadap Donor Darah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Menurut National Heart, Lung and Blood Institute, transfusi darah adalah
aman dan suatu proses umum dimana pemindahan darah atau komponenkomponen darah dari satu orang (donor) ke sistem peredaran darah pada orang
lain (resipien) melalui intravena (IV), dimasukkan ke dalam salah satu pembuluh
darah. Transfusi darah dibutuhkan dalam merawat banyak kondisi medis misalnya
anemia kronik, infeksi berat atau penyakit hati, perdarahan dan syok, kelainan
darah (Thalasemia, Hemofilia dan Trombositopenia), perdarahan masif (trauma,
proses pembedahan, DIC, perdarahan GI dan juga pada proses persalinan). Di
mana pada keadaan tersebut tubuh penderita sendiri tidak bisa memproduksikan
darah dengan baik maka terjadilah kehilangan banyak darah dari tubuh. Maka,
dengan transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa maupun memperbaiki kualitas
kesehatan jika dijalankan dengan tepat (NHLBI, 2012).
Transfusi darah sangat umum terjadi dalam setiap tahun, hampir 5 juta
orang Amerika membutuhkan transfusi darah. Sebagian besar transfusi darah
berjalan dengan baik tetapi kadang-kadang juga terjadi komplikasi ringan
(NHLBI, 2012). Menurut sebuah penelitian, dilaporkan bahwa terjadi beberapa

komplikasi yang tidak diharapkan ditemukan pada 6,6% resipien, dimana 55%
berupa demam, 14% menggigil tanpa demam, 20% reaksi alergi terutama
urtikaria, 6% hepatitis serum positif, 4% reaksi hemolitik dan 1% overload
sirkulasi (Sudoyo, 2006).
Menurut data WHO Global Database on Blood Safety (GDBS) pada tahun
2011, menyatakan bahwa 107 juta kantong darah telah dikumpul secara global.
Sekitar 50% dari kantong darah ini dikumpul dari negara-negara berpendapatan
tinggi serta 15% dari populasi dunia. Sehubungan dengan itu, terdapat perbedaan
dalam pengumpulan kantong darah antara negara-negara berpendapatan tinggi dan
rendah. Di samping itu, tingkat donor darah merupakan suatu indikator bagi

Universitas Sumatera Utara

2

ketersediaan kantong darah di sesuatu negara. Rata-rata tingkat donor darah di
negara-negara berpendapatan tinggi adalah 39,2 sumbangan per 1000 penduduk,
manakala 12,6 sumbangan di negara-negara berpendapatan sedang dan 4,0
sumbangan di negara-negara berpendapatan rendah (WHO, 2013).
Dalam WHO Global Strategic Plan, 2008-2015 (2007), menyatakan

bahwa setiap negara bervariasi dalam kebutuhan untuk menjamin kualitas,
keamanan dan ketersediaan transfusi darah tetapi, akibat dari kepesatan ekonomi
dunia hari ini, kebutuhan dan pengutamaan untuk perawatan kesehatan,
keselamatan darah dan ketersediaan tetap merupakan cabaran yang terbesar.
Kebutuhan atau permintaan darah dan komponen darah di masing-masing negara
tergantung pada tingkat perkembangan sistem kesehatan.
Menurut data Unit Transfusi Darah (UTD) RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2013, jumlah permintaan kantong darah pada tahun 2013 adalah sebanyak
32,000 sedangkan hanya sebanyak 15,585 kantung darah telah dikumpul dari
seluruh donor di UTD RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 10,548 kantong
dikumpul dari donor sukarela yang tidak dibayar, 4,151 kantong dari donor
keluarga dan 886 kantong dari donor komersial. Yang selebihnya diperoleh dari
UDD PMI cabang Medan, RSU. Herna dan RSU. Sari Mutiara. Sebanyak 513
orang telah menolak untuk menjadi donor atas beberapa sebab. Antaranya, berat
badan kurang (33 orang), kadar hemoglobin kurang (444 orang), kondisi medis
lainnya (18 orang), prilaku beresiko (6 orang) dan sebab lainnya (12 orang).
Kanker, anemia dan haemodialisa adalah tiga penyakit utama yang paling sering
membutuhkan transfusi darah di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013.
Maka, keadaan ini jelas membuktikan bahwa ketersediaan kantong darah di RSUP
H. Adam Malik Medan tidak seimbang dengan kebutuhan pelayanan medis. Ini

dikarenakan oleh tingkat kesadaran masyarakat untuk menjadi pendonor darah
sukarela masih rendah serta perkembangan pada pelayanan kesehatan pada masa
ini.
Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi anemia penduduk Indonesia berumur ≥ 1 tahun
adalah 21,7 %, pada balita antara umur 12-59 bulan sebesar 28,1%, dan pada ibu

Universitas Sumatera Utara

3

hamil sebesar 37,1 persen. Di Indonesia pada tahun 2007, prevalensi pada kasus
thalasemia adalah 1.5% manakala hemofilia adalah 1.3% (Riskesdas 2007).
Prevalensi leukemia didapatkan yaitu 86 kasus dari 192 kasus kanker (44,8%),
sehingga kasus leukemia dikatakan lima kanker tertinggi pada anak-anak di RSUP
H. Adam Malik Medan dan Sentra Diagnostik PA FK-USU pada Tahun 2009 (Ng
Jo Ye, 2010).
Selain itu, kasus perdarahan post partum, juga membutuhkan transfusi
darah dan menurut suatu penelitian dilaporkan bahwa perdarahan post partum
merupakan penyebab utama kematian ibu dibanding dengan gangguan hipertensi

sekitar 33.9% di Afrika dan 30.8% di Asia (Khan KS et al, 2006). Menurut
laporan Depkes RI tahun 2002, kematian ibu di Indonesia adalah sekitar 650 ibu
tiap 100,000 kelahiran hidup dan dari angka tersebut 43% disebabkan oleh
perdarahan post partum (Depkes RI, 2002). Tergambar dari tingginya angka
prevalensi penyakit-penyakit tersebut di Indonesia, maka kebutuhan kantong
darah semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk merawat kondisi tersebut.
Untuk mendapatkan sejumlah kantong darah, diperlukan kesukarelaan
masyarakat dalam mendonorkan darah. Tidak semua masyarakat ingin
mendonorkan darahnya secara sukarela. Dari data WHO ada 3 kategori pendonor
yaitu donor pengganti / keluarga, donor bayaran / komersial dan donor sukarela
yang tidak dibayar. Data yang dilaporkan ke WHO pada tahun 2011,
menunjukkan peningkatan yang signifikan dari donor darah sukarela yang tidak
dibayar di negara-negara berpendapatan rendah dan sedang, dimana terdapat
peningkatan sebanyak 7,70 juta donor darah dari tahun 2004 sampai 2011.
Kenaikan tertinggi sukarela donor darah dibayar diamati di Asia Tenggara (65%)
dan Afrika (48%). Sehubungan dengan itu, 71 negara mengumpul lebih dari 90%
suplai darah dari donor darah sukarela yang tidak dibayar, termasuk 60 negara
dengan 100%. Manakala di 73 negara, lebih dari 50% suplai darah masih
tergantung pada donor keluarga / pengganti serta donor komersial. Di 22 negara,
sekitar 800,000 melaporkan mengumpulkan darah secara komersial. Jadi yang

lebih baik dibutuhkan adalah dari donor sukarela yang tidak dibayar karena
kebutuhan darah tidak boleh diprediksi kapan dibutuhkan dan proses pengambilan

Universitas Sumatera Utara

4

darah sampai didonorkan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sementara
darah itu harus ditransfusi untuk penyelamatan pada kasus-kasus emergensi serta
menurunkan risiko untuk infeksi seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis.
2020 adalah tahun target WHO untuk semua negara mendapatkan 100% dari
sediaan darah dari donor sukarela yang tidak dibayar (WHO GDBS, 2011).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran, persepsi dan
tanggapan masyarakat untuk bertindak sesuatu misalnya pengetahuan, sikap,
kepercayaan, budaya, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya
(Green, 1980). Penelitian terhadap penduduk Saudi tahun 2008, dinyatakan dari
609 responden, 65.84% responden tidak pernah donor darah dengan beberapa
alasan. Antaranya, jarak jauh ke pusat donar darah, kesulitan transportasi,
kurangnya waktu, ketakutan, ketidakpercayaan, kurang informasi dan tidak
didekati oleh siapa pun untuk menyumbangkan darah. 88,5% penduduk Saudi

percaya bahwa donor darah itu tidak berbahaya karena mereka mengatakan tes
skrining telah dilakukan sebelum mendonor, dan 11.5% penduduk percaya bahwa
donor darah itu berbahaya karena risiko tertularnya penyakit menular.
Sebaliknya, 20% dari mereka mengatakan bahwa mereka akan menolak transfusi
darah malah jika mereka membutuhkan karena takut terhadap risiko tertularnya
penyakit menular. 55,1% percaya bahwa transfusi darah itu aman dibanding
44.9% yang percaya tidak aman. Selain itu, 11,6% mengaku mereka dan anggota
keluarga mereka telah memperoleh penyakit menular termasuk hepatitis dan
AIDS setelah prosudur transfusi darah (Al-Drees, 2008).
Menurut penelitain Asri Budiningsih tahun 2010 terhadap pendonor darah
sukarela rutin di Kota Medan, menunjukkan sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan yang sedang terhadap donor darah yaitu sebanyak
61,5%, manakala 38,5% responden memiliki pengetahuan yang baik. Dari segi
sikap responden terhadap donor darah rutin dikategorikan baik yaitu sebanyak
98,5%, menyatakan setuju bahwa untuk mendonorkan darah. Selain itu, tindakan
responden terhadap donor darah rutin dikategorikan baik yaitu 52,3%, dan
sebanyak 47,7% memiliki kategori tindakan sedang terhadap donor darah rutin
(Budiningsih A, 2010).

Universitas Sumatera Utara


5

Penelitian terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara tahun 2009, menunjukkan dari 274 responden, sebanyak 73 responden
memiliki pengetahuan yang baik sementara 107 responden memiliki pengetahuan
yang cukup tentang donor darah. Terhadap sikap menunjukkan baik iaitu
sebanyak 214 responden. Walaupun pengetahuannya cukup dan sikapnya baik
hanya 104 responden yang pernah donor darah. Terdapat beberapa alasan yang
dikemukakan oleh mahasiswa untuk menolak mendonorkan darah yaitu tidak
memiliki kriteria donor, takut terinfeksi dan terhadap jarum suntik, tidak tahu
bagaimana menjadi donor dan lain-lain lagi. Dari hasil penelitian ini, disimpulkan
bahwa tidak dijumpai adanya hubungan yang signifikan terhadap perbandingan
antara tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap tindakan donor darah
(Janice, 2009).
Menurut penelitian di Lagos Nigeria, menyatakan bahwa sejumlah besar
dari pendonor (92.9%) menyumbangkan oleh karena manfaat yang akan mereka
peroleh dari rumah sakit, meskipun banyak dari pendonor berpendidikan (98.9%).
Beberapa alasan yang menyebabkan seseorang tidak mendonorkan darah oleh
karena rasa sakit, rasa takut pada efek sampingan yang bisa mereka dapat dari

donor darah. 52,4% percaya bahwa mereka mungkin dapat terkena virus Human
Immunodeficiency (HIV) atau infeksi hepatitis dari donor darah. Sejumlah 47%

takut pada efek samping, seperti penurunan berat badan (23.8%), kegagalan
seksual (5.9%), tekanan darah tinggi (5.2%), tiba-tiba kematian (3.3%), dan
kejang (1.47%). Dan terdapat beberapa alasan daripada pendonor komersial, yaitu
41% mahu sertifikat sebagai penghargaan untuk donasi, sedangkan 13.6% lebih
suka uang, kurang dari 3% dikatakan nama mereka perlu diumumkan atau
dipublikasikan di media. Justeru, 2.58% pendonor menyumbangkan darah secara
sukarela (Olaiya MA et al, 2004).
Penelitian di India Selatan terhadap kalangan Mahasiswa Kedokteran,
menunjukkan bahwa dari 188 responden, rata-rata mereka mempunyai
pengetahuan yang baik dan sikap yang positif terhadap donor darah. Tetapi hanya
24 (12.77%) responden yang pernah donor darah dengan alasan ia adalah
kewajipan moral mereka, untuk menyelamatkan nyawa, memelihara kesehatan

Universitas Sumatera Utara

6


sendiri

dan kebanyakan 164 (87,23%) responden tidak pernah donor darah

dengan alasan tidak pernah berpikir tentang donor darah 42 (25,61%), mahasiswa
takut karena sakit atau komplikasi 42 (25.61%), karena alasan keselamatan 36
(21.95%), tidak memiliki kriteria donor darah 21 (12.80%) dan karena mitos dan
kesalahpahaman terhadap donor darah 17 (10.37%) (Yerpude dan Jogdand, 2013).
Penelitian

terhadap

mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Universitas


Tanjungpura Pontianak di Indonesia, menunjukkan pengetahuan dan sikap
mahasiswa cukup baik terhadap donor darah. Walaupun, pengetahun dan sikap
mereka baik terhadap donor darah tetapi diketahui bahwa dari 82 jumlah
responden hanya 10 responden yang pernah donor darah, sementara sebanyak 72
responden tidak pernah donor darah. Hal ini jelas menunjukkan bahwa, meskipun
tingkat pengetahuan dan sikap seseorang baik, belum tentunya tindakan mereka
juga akan baik (Sari SE et al, 2013).
Maka, mempertimbangkan alasan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada keluarga pasien yang berkunjung ke Ruang Rawat
Inap RSUP H. Adam Malik Medan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan,
sikap dan tindakan mereka terhadap donor darah. Oleh karena, keluarga pasien
dianggap mungkin sering melihat, mendengar cerita dari keluarga pasien lain dan
keluarga sendiri yang membutuhkan darah untuk menyelamatkan jiwa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan, sikap dan
tindakan keluarga pasien terhadap donor darah di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2014?”

Universitas Sumatera Utara


7

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga
pasien terhadap donor darah di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga
pasien terhadap donor darah di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan data
sosiodemografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, agama dan suku.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat diharapkan menjadikan sebagai pengetahuan peneliti
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan donor darah dan juga tentang transfusi
darah sehingga menjadi suatu pengalaman yang nyata dalam mengembangkan
kemampuan dalam bidang penelitian kesehatan.
1.4.3. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan sumber bagi
RSUP H. Adam Malik Medan, untuk mengetahuai bagaimana persepsi, tanggapan
dan juga peranan keluarga pasien RSUP H. Adam Malik Medan terhadap donor
darah agar dapat meningkatkan promosi tentang donor darah kepada keluarga
pasien supaya mereka lebih mengetahui kepentingan donor darah.
1.4.4. Bagi Petugas dan Pemerintah
Hasil penelitian ini juga dapat jadikan sebagai referensi dan informasi
untuk penelitian atau studi selanjutnya yang berhubungan tentang donor darah
kepada para peneliti. Selain itu, juga dapat menjadi sebagai bahan rujukan bagi
pemerintah yang terkait misalnya pihak UTD-RSUP H. Adam Malik Medan,

Universitas Sumatera Utara

8

UTD-PMI, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan untuk mengambil langkah
dalam promosi kegiatan donor darah kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara