Hubungan Otitis Media Supuratif Kronis dengan Rinitis Alergi di RSUP H. Adam Malik Medan di Tahun 2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan infeksi kronis di

telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
melalui perforasi tersebut terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah (Soepardi, 2007). OMSK merupakan
lanjutan dari otitis media akut (OMA). Hal ini merupakan penyebab utama
hilangnya fungsi pendengaran. Hasil survei prevalensi menunjukkan bahwa
sebanyak 60% (39–200 juta orang) beban dunia penyakit OMSK menderita
kerusakan fungsi pendengaran yang nyata (WHO, 2004). Menurut WHO (2004),
pada 28.000 kematian yang disebabkan oleh OMSK, lebih dari 90% berasal dari
negara-negara di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa
etnis minoritas di lingkaran Pasifik. Sedangkan di Amerika, Eropa, Timur Tengah
dan Australia OMSK jarang terjadi.

Otitis media termasuk penyakit yang sering dialami semasa anak-anak dan
membutuhkan biaya layanan kesehatan yang besar. Penyebab otitis media adalah
multifaktor (Philip, 1997). Otitis media kronis banyak terjadi pada perumahan
yang terlalu padat dan tidak memadai, higenitas yang buruk, ASI yang tidak
cukup, nutrisi yang kurang, perokok pasif, kolonisasi bakteri yang berpotensi
tinggi sebagai patogen pada nasofaring, dan tidak memadai atau tidak tersedianya
layanan kesehatan. Di antara semuanya, kemiskinan merupakan faktor resiko
utama di negara berkembang (WHO, 1996).
Telinga tengah terdiri dari: membran timpani, kavum tympani, tuba
Eustakius, prosesus mastoideus dengan sellule mastoidea. Tuba Eustakius
memiliki tiga fungsi, yaitu: ventilasi, proteksi, dan drainase kavum timpani, yang
sangat vital guna menunjang agar telinga tengah tidak mengalami patologi dan
dapat menjalankan fungsinya secara optimal (Philip, 1997).
Disfungsi tuba, infeksi virus atau bakteri pada telinga tengah, radang
hidung akibat rinitis alergi atau infeksi saluran napas atas merupakan faktor yang

Universitas Sumatera Utara

2


diketahui berhubungan dengan OMSK. Data studi epidemiologi menunjukkan
bahwa 25% sampai 40% infeksi saluran napas atas terjadi pada anak dengan usia
lebih dari 3 tahun disertai dengan episode otitis media kronis yang diperkuat
dengan adanya rinitis alergi. Berdasarkan teori, otitis media berhubungan dengan
infeksi, reaksi alergi, dan disfungsi tuba Eustakius. Radang hidung akibat alergi
terlihat dengan adanya tanda dan gejala yang klasik dari rinitis alergi dan
disfungsi tuba Eustakius (Fireman, 1997).
Menurut Madiadipoera (2009) dalam Wisnu (2014), rinitis alergi
merupakan masalah kesehatan global yang memberi dampak 10-20% populasi.
Menurut Nurcahyo dan Eko (2009) dalam Wisnu (2014), prevalensi rinitis alergi
di Amerika Utara mencapai 10-20%, di Eropa sekitar 10-15%, di Thailand sekitar
20% dan Jepang 10% Prevalensi rinitis alergi di Indonesia mencapai 1,5-12,4%
dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Menurut Dorland (1996), rinitis alergi adalah setiap reaksi alergi mukosa
hidung yang terjadi secara perenial, atau musiman. Rinitis alergi merupakan
masalah kesehatan global dengan prevalensi yang terus meningkat serta dapat
berdampak

pada


penurunan

kualitas

hidup

penderitanya,

berkurangnya

produktivitas kerja dan prestasi sekolah, serta dapat mengganggu aktivitas sosial
(Munir, 2012). Gejala telinga didukung oleh Gladstone (1995) dalam Utami
(2010), yaitu dengan perubahan berupa bertambahnya sel goblet dan
berkurangnya sel kolumner bersilia pada mukosa telinga tengah dan tuba auditoria
sehingga produksi cairan mukoid bertambah dan efisiensi silia berkurang pada
keadaan alergi.
Sesuai dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegagalan
pembukaan tuba akan berakibat pada gangguan telinga tengah. Sedangkan pada
rinitis alergi yang berlama-lama terjadi gangguan fungsi tuba yang akan berakibat
pada telinga tengah. Gangguan tersebut adalah tidak terkoreksinya penurunan

oksigen dan tekanan udara di kavum timpani. Akibat gangguan fungsi tuba ini,
terjadilah OMSK. Radang akut pada OMA karena penyakit infeksi (seperti akibat
infeksi saluran napas, terutama pada anak) juga dapat berkembang menjadi
OMSK yang dapat mengakibatkan berbagai komplikasi.

Universitas Sumatera Utara

3

Komplikasi OMSK dibagi atas komplikasi intrakranial dan ekstrakranial.
Beberapa komplikasi intrakranial termasuk: meningitis, serta abses otak yaitu
abses epidural, subdural, dan serebral (Rubin, 2014). Selain itu, menurut WHO
(2004), komplikasi ekstrakranial yang sering terjadi yaitu abses subperiosteal,
paralisis nervus fasialis, trombosis, labirinitis, pembengkakan pada belakang
telinga dan otalgia. Penelitian di Indonesia oleh Utami (2010) menunjukkan
bahwa risiko kejadian OMSK benigna adalah 21 kali lebih sering pada orang yang
menderita rinitis alergi dibandingkan dengan orang yang tidak menderita rinitis
alergi. Selain itu terdapat penelitian di Semarang tentang hubungan antara rinitis
alergi dengan fungsi tuba (Novina, 2011), di mana gangguan fungsi tuba akibat
kegagalan pembukaan tuba berdampak pada telinga tengah. Penelitian di RSUP

H. Adam Malik Medan melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara alergi dan OMSK (Susilo, 2010), di mana OMSK selalu diawali oleh
gangguan fungsi tuba.
Menurut Farida (2006) dalam Utami (2010), sebagian otitis media kronis
masih sulit pengobatannya karena banyak OMSK yang masih sulit disembuhkan
dengan sempurna karena mereka hanya mendasarkan pengobatan sesuai dengan
kultur bakteri tetapi faktor-faktor yang lain kurang diperhatikan. Sebenarnya, yang
perlu diperhatikan adalah kemungkinan adanya faktor alergi sebagai latar
belakang penyebab, yaitu rinitis alergi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
mengetahui hubungan antara otitis media supuratif kronis (OMSK) dengan rinitis
alergi di RSUP H. Adam Malik Medan di Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

4

1.2.

Rumusan Masalah


Bagaimana hubungan otitis media supuratif kronis dengan rinitis alergi di RSUP
H.Adam Malik Medan di Tahun 2014?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan otitis media supuratif kronis dengan rinitis alergi
1.3.2. Tujuan Khusus
- Mengetahui distribusi subyek penelitian menurut umur
- Mengetahui distribusi subyek penelitian menurut jenis kelamin
- Mengetahui hasil pengukuran Scoring for Rhinitis Allergy terhadap pasien
OMSK dan kontrol

1.4.

Manfaat Penelitian
1. Petugas Kesehatan

Memberikan informasi tentang hubungan OMSK dengan rinitis alergi
sehingga petugas kesehatan dapat mencegah kekambuhan rinitis alergi
dan menangani pasien otitis media akut lebih dini secara tepat.
2. Masyarakat
Sebagai bahan edukasi bahwa OMSK berhubungan dengan rinitis
alergi.
3. Peneliti
Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam
menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan untuk menambah wawasan bagi
penulis.
4. Penelitian selanjutnya
Sebagai bahan pertimbangan dan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara