Pelayanan Perawatan Luka Home Care di Kota Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit
sistemik, dan luka bakar. Semua penyebab tersebut menimbulkan efek yang
berbeda pada kulit, misalnya bengkak, kemerahan, makula, papula, pustula, bula,
hingga ulkus atau disebut luka (Arisanty, 2013). Luka merupakan suatu keadaan
terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh trauma, operasi, vaskuler,
tekanan dan keganasan (Ekaputra, 2013).
Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat. Hasil dari sebuah
penelitian dengan alat pengkajian cedera menyebutkan bahwa terjadi peningkatan
resiko cedera pada pasien yang baru masuk sebanyak 30,3% dari 55,7% pada
tahun 2009 menjadi 72,6% pada tahun 2011. Penelitian tersebut juga
menyebutkan bahwa pasien dengan satu atau lebih luka tekan antara 2009 dan
2011, dari 9,5% pada tahun 2009 menjadi 11% pada tahun 2011. Luka tekan yang
didapat di rumah sakit yang seharusnya berpotensi dicegah dari 21,0% menjadi
22,6% antara 2009 dan 2011 (Goverment of Western Australia Departement of
Health, 2011).

Berdasarkan waktu dan lamanya, luka dapat dibagi menjadi luka akut dan

kronik yang keduanya dapat beresiko terkena infeksi. Luka akut memiliki
serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).
Salah satu contoh luka akut adalah luka bakar. Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2007), prevalensi luka bakar di Indonesia sebesar 2,2%

Universitas Sumatera Utara

dengan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Aceh dan Kepulauan Riau sebesar
3,8%.
Pada luka kronik, waktu penyembuhannya tidak dapat diprediksi dan
dikatakan sembuh jika fungsi dan struktural kulit telah utuh. Jenis luka kronik
yang paling banyak adalah luka dekubitus, luka diabetikum dan luka kanker.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2014), prevalensi ulkus kaki di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM)
tahun 2011 adalah sebesar 8,70%.
Dalam proses penyembuhan luka, ada beberapa faktor yang dapat menjadi
penghambat. Diantaranya adalah faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik
dapat berupa malnutrisi atau penurunan daya tahan terhadap infeksi. Sedangkan
faktor ekstrinsik dapat berupa pengkajian luka yang tidak tepat, penggunaan
bahan perawatan luka primer yang tidak sesuai atau teknik penggantian balutan

yang ceroboh (Ekaputra, 2013). Maka dari beberapa faktor tersebut, proses
perawatan luka harus diperhatikan.
Baik luka akut maupun kronik membutuhkan perawatan yang baik untuk
mencegah komplikasi yang lebih berat. Gagal mengidetifikasi penyebab yang
mendasari sebuah luka atau gagal untuk melakukan identifikasi masalah lokal di
tempat luka, penggunaan antiseptik yang tidak bijaksana, penggunaan antibiotik
topikal yang kurang tepat dan ramuan obat perawatan luka lainnya serta teknik
pembalutan luka

yang kurang hati-hati adalah penyebab terlambatnya

penyembuhan luka (Morison, 2004). Hal tersebut dapat dihindarkan dengan
perawatan luka yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

Perawatan luka merupakan salah satu kompetensi asuhan keperawatan
yang sering dilaksanakan oleh perawat pada setiap lahan praktek keperawatan
(Ekaputra, 2013). Perawatan luka merupakan asuhan keseharian perawat di
bangsal, terutama pada ruang perawatan bedah. Sehingga perawat dituntut untuk

mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses
perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan
intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan
selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis (Agustina, 2009).
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia memfokuskan pelayanan yang
bersifat acute care daripada chronic care (Suarjana, 2012). Saat ini telah
berkembang pelayanan kesehatan atau perawatan yang dilakukan dirumah ( home
care). Home care terus menjadi salah satu bidang keperawatan yang berkembang

paling pesat saat ini. Banyak pasien dari rumah sakit boleh pulang dan
melanjutkan perawatannya di rumah (National Association for Home Care AS,
2011). Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat 3407 lembaga
kesehatan di rumah yang disertifikasi oleh Medicare di Amerika Serikat dari
desember 1984 sampai dengan desember 2009.
Kebutuhan akan kesinambungan asuhan keperawatan (continuity of care )
dan integrasi home care sebagai komponen penting dalam sistem jaringan rumah
sakit dengan komunitas (hospital - based home care), melalui layanan home care,
klien dengan kondisi pasca akut dan disable atau dengan kondisi penyakit kronis
tidak lagi perlu menjalani hospitalisasi. Sehingga pasien dan keluarga
diberdayakan untuk turut ambil bagian dalam upaya proses pemulihan ataupun

melakukan upaya-upaya prevensi sekunder dan tersier. Selain itu, bantuan yang

Universitas Sumatera Utara

diberikan oleh perawat home care juga sesuai dengan porsi dan kebutuhan klien.
Dengan demikian, secara logis rumah sakit dapat lebih menyediakan tempat bagi
pasien yang membutuhkan, rata-rata jumlah klien rawat berkurang dan biaya
hospitalisasi yang harus ditanggung klien menjadi lebih kecil (Susilaningsih,
2008).
Banyak orang yang merasakan bahwa dirawat di institusi pelayanan
kesehatan dapat membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak
menikmati kehidupan secara optimal yang disebabkan oleh aturan-aturan yang
ditetapkan. Apalagi kasus-kasus penyakit terminal yang dianggap tidak efektif
lagi jika dirawat di institusi pelayanan kesehatan serta keterbatasan masyarakat
untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit degeneratif
yang memerlukan perawatan relatif lama. Sedangkan lingkungan di rumah
ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan
perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan. Hal tersebut
menjadi faktor bahwa perlu dikembangkan pelayanan home care (Widyanto,
2014).

Pembiayaan home care tidak menjadi tolak ukur klien memilih home care
karena yang terpenting adalah klien merasa nyaman dan puas. Sebuah penelitian
yang meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan home care
untuk perawatan ulkus diabetik di Gorontalo menemukan bahwa 73,3% responden
menyatakan biaya home care terjangkau dan 26,7% menyatakan bahwa biaya
home care tidak terjangkau. Adanya asumsi bahwa biaya tidak terjangkau namun

tetap menggunakan home care karena pasien merasa nyaman di rumah, selain itu

Universitas Sumatera Utara

adanya keinginan pasien yang tidak ingin kembali dirawat di rumah sakit (Napu,
2015).
Kenyamanan merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang
kuat dalam keperawatan. Berdasarkan wawancara didapatkan bahwa ada pasien
yang lebih memilih untuk dirawat di rumah dibandingkan di rumah sakit karena
lebih dekat dengan keluarga dan pasien tidak merasa aktivitasnya dibatasi
sehingga hal ini membuat pasien menggunakan home care. Terdapat 90%
responden yang menyatakan nyaman memilih home care dan 10% menyatakan
tidak nyaman memilih home care. Menurut peneliti adanya responden yang

menyatakan tidak nyaman karena menggunakan home care kurang dari seminggu
sehingga belum terbiasa dengan pelayanan home care dan merasa terganggu
(Napu, 2015).
Dalam pelayanan home care, komunikasi sangat penting karena pasien dan
keluarganya perlu informasi yang luas dan mudah dimengerti sehingga tidak
terjadi salah pengertian antara pasien, keluarganya dan petugas. Petugas
memberikan informasi sesuai kebutuhan dan mudah dimengerti pasien. Adanya
ketersediaan dan kemudahan pelayanan yaitu kelengkapan peralatan kerja,
ketersediaan obat dan fasilitas yang digunakan oleh petugas home care. Pelayanan
home care efektif sebagai solusi permasalahan pasien dimana petugas responsif

terhadap keadaan darurat pasien. Pelayanan ini juga istimewa bagi pasien dan
keluarganya, lebih privasi sehingga tercipta rasa kekeluargaan (Suarjana, 2012).
Kemudahan akses dalam mendapatkan perawatan luka home care dirasa
belum maksimal. Pasien hanya memperoleh informasi home care setelah meminta
sendiri dan pada saat akan dikunjungi petugas serta belum adanya informasi yang

Universitas Sumatera Utara

konkret dari rumah sakit (Napu, 2015). Berdasarkan hasil kajian Depkes RI tahun

2000 diperoleh hasil bahwa 97,7% menyatakan perlu dikembangkan pelayanan
kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana
dan pelayanan home care serta 91,9% menyatakan pengelola keperawatan
kesehatan di rumah memerlukan izin.
Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana pelayanan perawatan luka home care di kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana pelayanan perawatan luka home care di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana
pelayanan perawatan luka home care di Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus
a. Pelayanan perawatan luka home care di Kota Medan berdasarkan Dimensi
Bukti Fisik.
b. Pelayanan perawatan luka home care di Kota Medan


berdasarkan Dimensi

Keandalan.
c. Pelayanan perawatan luka home care di Kota Medan

berdasarkan Dimensi

Ketanggapan.

Universitas Sumatera Utara

d. Pelayanan perawatan luka home care di Kota Medan

berdasarkan Dimensi

Jaminan Dan Kepastian.
e. Pelayanan perawatan luka home care di Kota Medan

berdasarkan Dimensi


Empati.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi mahasiswa
bagaimana pelayanan perawatan luka yang dilakukan di rumah ( home care)
diberikan sehingga dapat menjadi sumber pengetahuan dan motivasi bagi
mahasiswa keperawatan ketika menjadi seorang perawat nantinya. Atau sebagai
sumber informasi bagi calon perawat luka yang ingin membuka praktek mandiri
perawat.

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
perawat luka yang melakukan perawatan luka di rumah dalam memberikan
tindakan keperawatan yang tepat. Diharapkan juga dapat menjadi motivasi bagi
perawat luka yang ingin membuka praktik mandiri perawatan luka home care.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi informasi tambahan dan
dasar bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian di ruang lingkup yang sama.


Universitas Sumatera Utara