Status Penguasaan Tanah Timbul (Aanslibbing) Di Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu

30

BAB II
PENGUASAAN TANAH TIMBUL MENURUT KEBIASAAN MASYARAKAT
DI DESA TELUK ERONG KECAMATAN RENGAT KABUPATEN
INDRAGIRI HULU

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Telok Erong adalah merupakan desa yang terletak di kawasan Sungai
Indragiriatau dikenaljuga dengan nama Sungai Batang Kuantan, yang secara
administratif pemerintahan desanya berada di Kelurahan Kampung Dagang,
Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu. Dimana pada awalnya, jauh sebelum
Republik Indonesia merdeka Teluk Erong adalah merupakan sebuah nama lahan
kosong berbentuk hutan yang kemudian masyarakat sekitar buka/garap dan dijadikan
sebagai lahan pertanian.
Namun seiring waktu, selain dijadikan sebagai lahan pertanian, daerah inijuga
dijadikan sebagai pemukiman oleh warga yang membuka daerah tersebut.
Adapunluas wilayah Desa Teluk Erongyaitu sekitar 0,35 km2 (35 hektar)

yang


merupakan daerah dataran rendah dengan batas-batas sebagai berikut:26
Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Hutan Desa Kampung Pulau.

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Sungai Indragiri.

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Desa Kuantan Babu.

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Desa Kampung Pulau.

26

Hasil wawancara dengan Dedi Putra, RT Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang,

Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, pada tanggal 3 Desember 2011.

30

Universitas Sumatera Utara

31

Menurut keterangan Dedi Putra, asal usul nama atau sebutan Teluk Erong
pada lokasi tersebut dilatarbelakangi karena posisinya yang terletak di pinggiran laut.
Perkataan “laut” merupakan istilah keseharian masyarakat setempat dalam hal
mengucapkan sungai Indragiri yang melintas di desa ini. Hingga sampai sekarang
istilah “laut” merupakan bahasa sehari-hari masyarakat setempat dalam hal
menyatakan sungai Indragiri.27
Adapun jumlah wargayang bertempat tinggal di desa iniyaitu sebanyak 32
kepala keluarga dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 130 jiwa.
Keseluruhan masyarakat yang bertempat tinggal didesa ini adalah masyarakat asli
suku melayu rengat, menganut agama Islam, dan mencari nafkah dibidang usaha
pertanian, tambak, dan nelayan.28
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa desa ini

adalah desa palingbanyakmemunculkan tanah timbul di Kecamatan Rengat. Hal ini
terjadi karena letak posisi desa berada di aliran sungai yang berbelok. Menurut
keterangan Dedi Putra dan warga masyarakat setempat, sebagian luas daratan yang
masyarakat jadikan lahanpertanian dan tempattinggal adalah daratan yang terbentuk
akibat terjadinya sedimentasi atau pengendapan lumpur dengan luas kurang lebih
mencapai 15 ha (lima belas hektar).Dan seiring waktu dari tahun ke tahun

27

Hasil wawancara dengan Dedi Putra, RT Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang,
Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 3 Desember 2011.
28
Hasil wawancara dengan Dedi Putra, RT Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang,
Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 3 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

32

kemunculan tanah timbul terus terjadi, adapun luas tanah timbul yang baru muncul 5

tahun terakhir ini kurang lebih luasnya mencapai 4 ha (hektar).29
Kemunculan tanah timbul di Kecamatan Rengat sebenarnya bukanlah suatu
hal yang asing lagi bagi masyarakat sekitar, karena secara tofografi daerah ini
merupakan wilayah dataran rendah dengan kemiringan 0-2% dan ketinggian 0-10
meter di atas permukaan laut, berdasarkan kondisi dengan jenis tofografi ini,
mengakibatkan sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hulu, merupakan dataran
endapan (aluvium) muda dan tua.30 Tanah Aluviumadalah tanah hasil erosi yang
diendapkan di dataran rendah.31
Sejalan dengan keadaan tofografi sebagaimana dimaksud diatas, menurut
keterangan Hilman Bahri Sungai Indragiri adalah sungai yang melintasi 2 provonsi,
yaitu Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau. Bagian hulu sungai berada pada
Provinsi Sumatera Barat, yang meliputi 10 kabupaten/kota antara lain:32
1. Kabupaten Tanah Datar;
2. Kabupaten Padang Panjang;
3. Kabupaten Agam;
4. Kabupaten Bukit Tinggi;
29
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
Desember 2011.

30
Gambaran Umum Kondisi Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hulu Nomor 8
Tahun 2011 Tentang Rencana Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2005-2025.
31
Ari
Sudewa,
Beberapa
Jenis
Tanah
Di
Indonesia,
http://arisudev.wordpress.com/2011/07/13/berbagai-jenis-tanah-di-indonesia/, diakses pada tanggal 4
Februari 2012.
32
Hasil wawancara dengan Rajial Anwar, Sekretaris Kasubbag Umum Dinas Pekerjaan
Umum, Kabupaten Indragiri Hulu, pada tanggal 7 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

33


5. Kabupaten Sawah Lunto/Sijunjung;
6. Kota Sawah Lunto;
7. Kabupaten Payah Kumbuh;
8. Kabupaten Limapuluh Kota;
9. Kabupaten Solok;
10. Kota Solok.
Sedangkan pada bagian hilir sungai berada di wilayah Provinsi Riau, yang
meliputi 3 kabupaten, yaitu:
1. Kabupaten Indragiri Hulu;
2. Kabupaten Singigi;
3. Kabupaten Indragiri Hilir.
Berdasarkan uraian lintasan sungai tersebut, lebih lanjut Hilman Bahri
menjelaskan bahwa sedimentasi (pengendapan) yang terjadi dibagian hilir
diakibatkan karena kondisi tofografiwilayah pada hulu sungai memiliki kemiringan
lereng yang cukup tinggi, sehingga akan secara cepat menghanyutkan tanah sebagai
sedimen erosi ke daerah hiliryang lebih cenderung terjadi penggenangan.33
Namun demikian, hal terpenting dan menarikuntuk dikaji dalam penelitian ini
adalah aspek hukum pertanahan yang melingkupinya, terutama mengenai kebiasaan
masyarakat setempat dalam hal melakukan penguasaan atas tanah yang terjadi karena


33

Hasil wawancara dengan Rajial Anwar, Sekretaris Kasubbag Umum Dinas Pekerjaan
Umum, Kabupaten Indragiri Hulu, pada tanggal 7 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

34

adanya peristiwa alam tersebut, demikian juga peraturan perundang-undangan yang
mengaturnya.
Karena sebagaimana diketahui sejak tanggal 24 September 1960 dengan di
Undangkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), Indonesia telah berhasil
memiliki Hukum Pertanahan yang bersifat nasional, dimana selanjutnya apa yang
dihendaki UUPA tersebut juga diatur dalam peraturan sektoral lainnya. Sehingga
semua hal yang menyangkut tentang bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara.Hak menguasai dari
Negara tersebut memberi wewenang kepada negara untuk: 34
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukumyang mengenai bumi,air dan ruang angkasa.
Dengan demikian setiap perbuatan yang bermaksud untuk melakukan
penguasaan atas tanah, tentunya harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
secara formal, sebagaimana yang dikehendaki hukum pertanahan yang bersifat
nasional. Tetapi pada kenyataannya apa yang dicita-citakan bangsa Indonesia sampai
saat ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, dimana masih terdapat sekelompok

34

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria.

Universitas Sumatera Utara

35

masyarakat di daerah Indonesia yang menggunakan hukum adat/kebiasaannya dalam

melakukan penguasaan atas tanah.
Namun demikian, mesti masyarakat setempat telah melakukan penguasaan
tidak sesuai dengan ketentuan hukum sebagaimana dimaksud dalam hukum
pertanahan nasional, tidaklah mudah untuk mengatakan itu sebagai perbuatan yang
menyalahi atau melanggar hukum, karena jauh sebelum berbagai kebijakan atau
peraturan perundang-undangan itu ada, masyarakat yang berada di berbagai wilayah
Indonesia termasuk di daerah ini telah hidup dengan budaya dan tatanan hukum
adat/kebiasaannya.
Sebagaimanalandasan hukum di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945)menegaskan bahwa Negaramengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Oleh karena itu, untuk mengetahui budaya dan tatanan hukum adat/kebiasaan
setempat,

maka

akan

diuraikan


secara

singkatsejarah

daerah

ini

beserta

perkembangannya hingga sekarang.Karena untuk memahami segala hubungan hukum
dan peristiwa hukum yang terjadi dilingkungan masyarakat setempat, tidaklah
mungkin dapat dilakukan tanpa memahami sejarah daerah dan struktur

hukum

masyarakat itu sendiri. Oleh Karena itu secara singkat akan diuraikan berdasarkan 2
priode, yaitu sebelum dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia.


Universitas Sumatera Utara

36

1. Sebelum Indonesia Merdeka
Berdasarkan catatan sejarah, Kecamatan Rengat yang merupakan ibu kota
Kabupaten Indragiri Hulu adalah tempat terakhir berdirinya kepemimpinan
Raja/Sultan yang dikenal dengan nama Kesultanan Indragiri. Dimana pada tanggal 5
Januari 1815, yakni pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (Sultan Indragiri ke-15)
Ibu Kota Indragiri dipindahkandan menetap di Rengat sampai pada masa
pemerintahanSultanMahmudsyah (1912-1965), Sultan Indragiri ke-22.35
Kesultanan Indragiri memiliki sistem pemerintahan khas yang dibangun oleh
orang-orang Melayu secara turun-temurun. Model pemerintahan yang berlaku di
dalam Kesultanan Indragiri adalah pemerintahan yang bercirikan Islam yang telah
memperkuat pertumbuhan dan perkembangan Budaya Melayu. Upacara-upacara
keagamaan di Indragiri tidak bisa dilepaskan dari ajaran agama Islam dan
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.36
Berdirinya Kesultanan Indragiri tidak bisa dipisahkan dari keberadaan
Kerajaan Keritang. Karena pada saat itu Nara Singa II yang merupakan raja keritang
ke-4, bersama para pengikutnya memindahkan pusat kerajaan dari Keritang ke
Pekantua, yang tidak jauh dari Sungai Indragiri.Perpindahan tersebut terkait dengan
kepercayaan bahwa suatu tempat yang telah ditinggalkan tidak baik untuk dijadikan
pusat pemerintahan. Karena Keritang adalah merupakan kota yang diambilalih oleh
Malaka sebagai daerah jajahan, maka menurut keyakinan magic religious, kota atau
35

Iswara NR, Kesultanan Indragiri, http://melayuonline.com/ind/history/dig/349/, diakses
pada tanggal 20 februari 2012.
36
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

37

kraton yang telah dikalahkan itu harus ditinggalkan.Selanjutnya Raja Nara Singa II
akhirnya dinobatkan menjadi pemimpin di Pekantua dan inilah tanda bahwa
Kesultanan Indragiri telah berdiri. Sebagai sultan pertama Kesultanan Indragiri, Nara
Singa II diberi gelar “Maulana Paduka Sri Sultan Alauddin Iskandar Syah
Johan”(1508-1532). Gelar ini menandakan bahwa unsur Islam sudah masuk dan
menebar pengaruh di Indragiri dan sekitarnya.37
Sistem pemerintahan yang mulai terkonsep sejak masa pemerintahan Sultan
Alauddin Iskandar Syah Johan ini, selanjutnya ditingkatkan dan disempurnakan
menjadi Undang-Undang Kesultanan pada masaRaja Hasan bergelar Sultan Hasan
Salahuddinsyah (1735-1765), Sultan Indragiri ke-13. Undang-Undang Kesultanan
Indragiri itu meliputi Undang-Undang Adat Kerajaan Indragiri, Peradilan Adat
Kerajaan, Panji-Panji Raja, serta Menteri Kerajaan. Undang-Undang Kesultanan
Indragiri diuraikan sebagai berikut:38
1. Struktur Pemerintahan Berdasarkan Lembaga Undang-Undang Adat, yang terdiri
dari Beraja nan Berdua, meliputi: (1) Yang Dipertuan Besar Sultan; (2) Yang
Dipertuan Muda, dan Berdatuk nan Berdua yang meliputi: (1) Datuk
Temenggung; (2) Datuk Bendahara.
2. Menteri nan Delapan, yaitu Menteri-menteri Kesultanan Indragiri atau sebagai
Pembantu Datuk Bendahara, berjumlah delapan orang, antara lain: Sri Paduka,

37
38

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

38

Bentara, Bentara Luar, Bentara Dalam, Majalela, Panglima Dalam, Sida-Sida, dan
Panglima Muda.
3. Tiga Datuk di Rantau, meliputi Orang-Orang Kaya sebagai berikut: Orang Kaya
Setia Kumara di Lala, Orang Kaya Setia Perkasa di Kelayang, serta Orang Kaya
Setia Perdana di Kota Baru.
4. Penghulu nan Tiga Lorong, terdiri atas (1) Yang Tua Raja Mahkota, di Batu
Ginjal, Kampung Hilir; (2) Lela di Raja, di Batu Ginjal, Kampung Hilir; dan (3)
Dana Lela, di Pematang.
5. Kepala Pucuk Rantau, mencakup (1) Tun Tahir di Lubuk Ramo; (2) Datuk
Bendahara di sebelah kanan; serta (3) Datuk Temenggung di sebelah kiri.
Selain itu, terdapat juga Peradilan Adat Kesultanan Indragiri yang mengurusi
hukum pidana maupun perdata. Peradilan Adat Kesultanan Indragiri meliputi dua
mahkamah. Pertama adalah Mahkamah Besar, dengan keanggotaan yang terdiri dari
Yang Dipertuan Muda, Datuk Bendahara, dan beberapa anggota lain yang dipilih oleh
Sultan Indragiri. Setiap keputusan Mahkamah Besar disampaikan oleh Datuk
Bendahara kepada Sultan Indragiri. Sementara ituMahkamah kedua adalah
Mahkamah Kecil yang mencakup wilayah di desa-desa di bawah kendali seorang
Penghulu. Pada perkembangannya, Mahkamah Kecil ini kemudian dikepalai oleh
Amir atau Camat pada masa sekarang. Di samping itu ada pula Hukum Pidana Adat

Universitas Sumatera Utara

39

yang dikuasai Raja dan Orang Banyak, serta Hukum Perdata mengenai Hukum Salo
(damai), pengaduan tentang kerugian, dan batas putusan Penghulu.39
Menurut keterangan warga setempat, Penghulu atau saat ini lebih dikenal
dengan nama Kepala Desa/Lurah adalah orang yang mempunyai peran penting dalam
hal pertanahan di setiap desa yang berada di wilayah Indragiri.Atas dasar tugas yang
diberikan Raja/Sultan kepadaPenghulu, maka untuk membuka atau menggarap
sebidang tanah, anggota masyarakat haruslah terlebih dahulu mendapat izin dari
Penghulu. Hal ini dimaksudkanbukan karena Raja/Sultan dan Penghulu pada saat itu
adalah pemilik tanah, melainkan hanya seorang penguasa yang melindungi rakyatnya
agar tanah-tanah yang berada didaerah ini tidak jatuh padakekuasaan pemerintahan
kolonial Belanda.40
Pada masa itu, semua masyarakat didaerahini hanya menganggap semua
tanahmerupakan titipan Sang Pencipta yaitu TuhanYang Maha Esa, sebagai seorang
yang diistimewakan dan dijadikan pemimpin, penguasaan Raja/Sultan atas tanah
tidak lain hanya bertujuan untuk mempertahankandan melindungi hak-hak
masyarakatnya dari gangguan para penjajah baik itupasukan kolonial Belanda
maupun Jepang. Sehingga tanah suatu saat nanti masih bisa diwariskan kepada
generasi penerus dimasa mendatang.41

39

Ibid.
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.
41
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.
40

warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4

Universitas Sumatera Utara

40

2. Sesudah Indonesia Merdeka
Dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia tangal 17 Agustus 1945
maka berdirilah Kesatuan Negara Republik Indonesia. Pada awalnya pembentukan
Kabupaten Indragiri Hulu ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956
tentang Pembentukan Daerah Otonom Dalam Lingkungan Povinsi Sumatera Tengah
yang diberi nama Kabupaten Indragiri.42
Tetapi Kabupaten Indragiri (Hulu dan Hilir) saat itu masih merupakan satu
kabupaten. Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan
Kuantan Singingi dengan ibu kota Teluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu
dengan ibu kotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibu kotanya
Tembilahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1963
tentang Pernyataan Mulai Berlakunya Dan Pelaksanaan Undang-Undang Penyerahan
Pemerintahan Umumstatus kewedanaan dihapus bersama dengan penghapusan
kewedanaan dalam Kabupaten Indragiri.43
Kemudian pada tahun 1965 berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1965, Kabupaten Indragiri dimekarkan menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten
Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Selanjutnya pada tahun 1999 Kabupaten Indragiri
Hulu dimekarkan lagi yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan
Singingi. Setelah satu tahun pemekeran tersebut, tepatnya pada tahun 2000

42

Bagian Pendahuluan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hulu Nomor 8 Tahun
2011 Tentang Rencana Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2005-2025.
43
Bagian Pendahuluan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hulu Nomor 8 Tahun
2011 Tentang Rencana Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2005-2025.

Universitas Sumatera Utara

41

kecamatan yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan pula, yang semula
terdiri 6 kecamatan menjadi 14 kecamatan.
Dalam kurun waktu yang cukup panjang sebagaimana telah diuraikan, yaitu
dari zaman sebelum kemerdekaan Indonesia hingga sekarang, cukup jelaslah kiranya
diketahui bahwa di daerah ini telah banyak terjadi perubahan. Namun demikian,
perubahan dan perkembangan tersebut, tidak merubah pemahaman masyarakat
(khususnya penduduk asli daerah ini) tentang hukum,apapun bentuk hukum itu
menurut masyarakat didaerah ini haruslah sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan
ajaranagama, dan khusus di daerah ini pemahaman hukum masyarakat tidak terlepas
dengan ajaran Islam.44
B. Istilah Dan Pengertian Tanah Timbul
Dalam bahasa Inggris tanah timbul disebut deltaber atau channelbar, di dalam
bahasaBelanda disebut dengan istilah aanslibbing,sedangkan di dalam bahasa
Indonesia biasanya disebut dengan tanah tumbuh atau tanah timbul.45 Secara khusus
terjadinya tanah timbul ini dapat diketahui dengan mempelajariSedimentologiyaitu
ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan, sedangkan sedimen atau endapan pada
umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan,

44
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
Desember 2011.
45
Rofi Wahanisa Dan Arif Hidayat,2009,Penguasaan Tanah Timbul (Aanslibbing) Sebagai
Dasar Untuk Memperoleh Hak Milik Atas Tanah, Jurnal Pandecta,Vol. 3. No.1, Januari-Juni, hlm.2.

Universitas Sumatera Utara

42

yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dan lain-lain, hingga
pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.46
Secara umum, dalam lingkungan masyarakat Indonesia juga terdapat berbagai
ragam istilah dalam menyebutkan tanah timbul ini.Hal ini dapat dimaklumi, karena di
Indonesia terdapat berbagai ragam suku yang tentunya mempunyai perbedaan bahasa
antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, namun demikian istilah tersebut
tetap memiliki makna dan pengertian yang sama.
Roestandi dalam Rofi Wahanisa dan Arif Hidayat menjelaskan bahwa tanah
timbul disebut dengan istilah tanah oloran yaitu tanah yang timbul di tepi sungai
akibat endapan lumpur yang terbawa oleh alur sungai.47 Selanjutnya Urip Santoso
dalam bukunya menyebutkan dengan istilah lidah tanah yaitu tanah yang timbul atau
muncul di tepi arus sungai yang berbelok. Tanah ini berasal dari endapan lumpur
yang makin meninggi dan mengeras. Timbulnya tanah ini bukan karena kesengajaan
dari seseorang atau pemilik tanah yang berbatasan, melainkan terjadi secara
alamiah.48Sementara itu, dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Teluk
Erong, masyarakat setempat lebih mengenal tanah timbul dengan istilah tanah datang.
Sejalan dengan apa yang disampaikan diatas, ada juga beberapa penulis yang
memberikan defenisi mengenai tanah timbul, diantaranya adalah:

46

Alfonsus
Simalango,
Sedimentologi,
http://alfonsussimalango.blogspot.com/2010/02/sedimentologi.html , diakses pada tanggal 24 Februari
2012.
47
Rofi Wahanisa Dan Arif Hidayat, Ibid, hlm.3.
48
Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Kencana,Jakarta, hlm.54.

Universitas Sumatera Utara

43

1. Menurut Sunahan Yosua, tanah timbul adalah tanah yang terjadi akibat pergeseran
bumi secara ilmu alam, yang kemudian akibat pergeseran tersebut muncullah tanah
dipermukaan, bisa di tengah laut, bisa di tepi pantai.49
2. Menurut G. Kartasapoetra, dkk, tanah timbul atau aanslibbingadalah tanah yang
terjadi akabat erosi berton-ton tanah yang dihanyutkan oleh air hujan yang menuju
ke sungai-sungai besar dimana tanah-tanah hanyutan tersebut sebagian akan
mengendap disepanjang sungai dan sebagian terus ke muara sungai yang
bersangkutan. Akibat berkali-kali terjadi erosi maka terjadilah aanslibbing atau
tanah timbul.50
Secara yuridis formal pengertian tanah timbul dapat dilihat dalam penjelasan
Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
yang menyatakan bahwa tanah timbul adalah daratan yang terbentuk secara alami
maupun buatan karena proses pengendapan, di sungai, danau, pantai dan atau pulau
timbul.
C. Penguasaan Tanah Timbul Menurut Kebiasaan Masyarakat Di Kecamatan
Rengat Kabupaten Indragiri Hulu
Secara umum penguasaan berasal dari kata dikuasi, sedangkan dikuasai
merupakan suatu tujuan untuk memiliki. Sebagaimana dalam bukunya Supriyadi,
Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa penguasaan adalah hubungan yang nyata antara

49

Sunahan Yosua, Op.Cit., hlm.5.
G. Kartasapoetra, dkk, 1998, Hukum Tanah Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan Pendayaan
Tanah, Bina Aksara,Jakarta, hlm.49.
50

Universitas Sumatera Utara

44

seseorang dengan barang yang ada dalam kekuasaannya, dimana saat itu ia tidak
memerlukan legitimasi lain kecuali bahwa barang itu ada di tangannya.51
Kebiasaan dapat diartikan suatu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk
yang sama, yang menunjukkan suatu bukti bahwa seseorang atau sekelompok orang
menyukai perbuatan tersebut. Sebagaima dikutip Ishaq dalam bukunya J.B. Daliyo
menyatakan bahwa kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang
dilakukan secara berulang-ulang.52Berdasarkan apa yang telah disebutkan, maka
dalam pembahasaan ini akan diuraikan penguasaan atas tanah endapan (tanah timbul)
menurut kebiasaan warga masyarakat pada lokasi penelitianini.
Sebagaimana persepsi masyarakat hukum adat pada umumnya, menurut
keterangan warga masyarakat setempat, Pembukaaan lahan baruadalah merupakan
salah satu cara lahirnya penguasaan atas sebidang tanah, yaitu apabila sebuah tanah
kosong yang tidak ada pemiliknya, misalnya hutan desa, apabila digarap dan kerjakan
maka tanah tersebut nantinya akan menjadi miliknya.53
Ketentuan pembukaan lahan kosong berupa hutan desa sebagaimana
dimaksud menurut warga setempat sama halnya dengan pembukaan tanah timbul.
Perbedaannya hanya terlihat pada tata cara pembukaannya saja, yaitu apabila tanah
tersebut berbentuk hutan, maka orang yang ingin mengusakannya harus terlebih
dahulu menebang pepohonan dan membersihkannya dari akar belukar, sehingga
51

Supriyadi, 2010, Aspek Hukum Tanah Aset Daerah, Menemukan Keadilan, Kemanfaatan,
Dan Kepastian Atas Eksistensi Tanhah Aset Daerah, Prestasi Pustaka, Jakarta, hlm.50.
52
Ishaq, op.cit., hlm.102.
53
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

45

tanah tersebut dapat digunakan untuk keperluannya, misalnya untuk bercocok tanam,
dijadikan

tempat

beternak,

mendirikan

rumah

ataupun

dijadikan

tempat

untukkeperluan lainnya.54
Sedangkan terhadap tanah tanah timbul, orang yang ingin menguasainya
hanyaberupaya untuk mengerjakan agar tanah timbul tersebut bisa seperti tanah pada
umumnya, yaitu dengan cara menimbun atau menanaminya dengan beberapa jenis
tumbuhan yang dapat mempercepat tumbuhnya lapisan tanah timbul tersebut.55
Menurut keterangan warga, tindakan awal yang dibutuhkan untuk
mempercepat penambahan lapisan endapan lumpur selain dengan cara menimbun
adalah dengan cara menanaminya dengan berbagai jenis rumput, seperti glagahan,
rumput gajah dan berbagai jenis tanaman liar lainnya diatas tanah timbul tersebut.
Dengan demikian maka akan dapat mempercepat proses lapisan permukaan tanah
timbul dan menambah kesuburannya. Sebagaimana menurut sumadi, berbagai jenis
tanaman itu selain berfungsi untuk menambah kesuburan tanah juga berfungsi untuk
menahan endapan lumpur ketika musim hujan.56

54

Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.
55
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.
56
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.

warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4

Universitas Sumatera Utara

46

Warga yang berhak untuk melakukan pembukaan lahan tanah timbul
dibedakan menjadi dua, yaitu:57
1. Warga masyarakat yang mempunyai bidang tanah yang berbatasan secara
langsung dengan tanah timbul tersebut; dan
2. Warga masyarakat yang tidak mempunyaibidang tanah yang berbatasan secara
langsung dengan tanah timbul.
Warga yang mempunyai tanah berbatasan langsung dengan tanah timbul
tersebut adalah merupakan orang yang memiliki hak prioritas untuk mengusai tanah
timbul tersebut, jika ia hendak mengerjakan dan mengelola lahan baru tersebut,ia
hanya cukup memberitahukan maksudnya kepada warga lain yang juga memiliki
tanah

berbatasan

dengannya,

baik

tetangga

yang

berada

di

sebelah

kanannyamaupuntetangga di sebelah kirinya.58
Adapun tujuan pemberitahuan ini dimaksudkan agar mereka (kedua belah
pihak) mengetahui secara jelas batas-batas tanah yang merupakan bagian dari
tanahnya. Sehingga dikemudian hari tidak menjadi perselisihan atau sengketa antara
kedua belah pihak yang berbatasan. Dan setelah adanya kesepakatan antara kedua

57

Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.
58
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.

warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4

Universitas Sumatera Utara

47

belah pihak (warga yang berbatasan) maka orang yang hendak membuka tanah timbul
tersebut dapatmemulai pekerjaannya.59
Menurut keterangan Dedi Putra, adapun tatacara yang biasanya dilakukan
oleh warga (pihak yang bersangkutan) sebelum melakukan pembukaan lahan adalah
dengan memberikan tanda-tanda batas, seperti menancapkan bambu atau kayu
padakeempat sudut tanah timbul yang diusahakannya, yaitu dengan cara menarik
lurus dari bidang tanah yang telah dia miliki sebelumnya, baik dari sisi kanan maupun
sisi kiri batas tanahnya.60

Gambar 1 : Tanah Timbul (Endapan Tua) Serta Contoh Penanda Batas Lahan di
Desa Teluk Erong, Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu

59

Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.
60
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.

warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4

Universitas Sumatera Utara

48

Gambar 2 : Tanah Timbul (Endapan Tua) Serta Contoh Penanda Batas Lahan di
Desa Teluk Erong, Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu.
Pada tahap permulaan pengolahan tanah timbul biasanya dilakukan
penanaman tanaman yang berusia pendek seperti palawija, sayur-sayuran, dan diikuti
dengan penanaman bibit pohon pinang yang nantinya bisa dijadikan sebagai penanda
batas. Setelah beberapa tahunkemudian,tanaman yang berusia pendek tersebut diganti
lagi dengan tanaman lainnya yang dianggap layak untuk ditanam diatas tanah
tersebut.61
Namun, apabila orang yang mempunyai tanah yang berbatasan tidak berniat
untuk membuka tanah timbul tersebut, maka ia dapat memberikannya kepada orang
lain yang ingin mengerjakannya (warga yang tidak berbatasan secara langsung
dengan tanah timbul). Akan tetapi menurut Dedi Putra, mengingat lemahnya
perekonomian warga masyarakat, sangat jarang sekali ada warga pemilik tanah yang
berbatasan menolak untuk membuka tanah timbul, apalagi menurutnya sebagai

61

Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

49

daratan yang berada dipinggir sungai tanah timbul merupakan tanah yang cukup
berpotensi untuk usaha pertanian dan tambak.62

Gambar 3 : Tanah timbul (Endapan Tua) Yang Dijadikan Tambak dan Lahan
Pertanian di Desa Teluk Erong, Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri
Hulu.
Jikapun

ada

warga

(pemilik

tanah

yang

berbatasan)

yang

tidak

mengusahainya, menurutnya itu hanya disebabkan oleh beberapa faktor saja, antara
lain:63
1. Tanah timbul tersebut keadaannya masih terlalu labil dalam artian belum layak
untuk diusahai.
2. Tanah timbul tersebut luasnya belum memadai dalam artian luasnya belum cukup
untuk diusahai.

62

Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.
63
Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri
Desember 2011.

warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4

Universitas Sumatera Utara

50

3. Tanah timbul tersebut belum mampu dikerjakan atau diusahai oleh pihak yang
bersangkutan.
Namun dalam hal sebagaimana dimaksud pada angka 3 diatas, jikapun ada
pihak yang tidak mampu untuk mengerjakan tanah timbul tersebut, biasanya tanah
timbul tersebut diserahkan kepada warga ataupun kerabat dekatnya untuk membuka
dan mengusahai tanah timbul tersebut.64

64

Hasil wawancara dengan Dedi Putra (RT), dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan
Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 4
Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara