Determinan Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kota Medan

BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis
2.1.1

Pajak
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara
dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari
setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk
berbagai tujuan, misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik,
untuk mengatur perekonomian, dapat juga mengatur konsumsi masyarakat.

Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi
perilaku ekonomi masyarakat atau seseorang. Pajak merupakan suatu pungutan
yang dipaksakan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan, misalnya untuk
membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur perekonomian,
dapat juga mengatur konsumsi masyarakat. Karena sifatnya yang dipaksakan

6
Universitas Sumatera Utara

tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau
seseorang.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam
menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besarkecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara, baik untuk
pembiayaan pembangunan maupun anggaran rutin. Pajak sebagai instrumen fiskal
yang merupakan penerimaan negara kemudian menjadi suatu investasi pemerintah
dan digunakan untuk memenuhi kemakmuran rakyat.
Dalam implementasinya, pemungutan pajak dapat berjalan baik bila
prinsip-prinsip kebijakan perpajakan dapat diterapkan. Smith dan Jones
mengemukakan tentang prinsip kebijakan perpajakan yang dikenal dengan istilah
Smith's Canons. Prinsip-prinsip itu meliputi asas kesamaan (equality and equity),

asas kepastian hukum (certainty), asas tepat waktu (convenice), dan asas ekonomi
atau efisiensi (economy or efficiency). Jika prinsip itu diterapkan secara
menyeluruh, sistem perpajakan berjalan ideal.
Dalam menjalankan kebijakan perpajakan, pemerintah di setiap negara
memiliki hak yuridis secara eksklusif untuk memungut dari wajib pajak.
Yurisdiksi itu tentunya berlandaskan undang-undang yang dibuat bersama dengan
legislatif. Hal itu dilakukan dengan memberi batasan-batasan dari pengenaan dan
besarnya pajak yang dibebankan pada subjek dan objek pajak. Atas dasar uraian
itu, jelas dapat dikatakan bahwa upaya perpajakan (tax effort) melalui yurisdiksi
yang jelas merupakan langkah strategis dalam upaya meningkatkan penerimaan
negara dari sektor perpajakan.

7
Universitas Sumatera Utara

Sejalan dengan adanya yurisdiksi dan kepastian hukum, kebijakan
perpajakan bertujuan mendorong kemajuan ekonomi sebagai upaya peningkatan
hasrat

konsumsi


masyarakat,

meningkatkan

investasi

pemerintah,

serta

mentransmisikan sumber-sumber ekonomi masyarakat menjadi penerimaan
pemerintah.
Kesejahteraan merupakan perwujudan dari cita-cita pembangunan
ekonomi suatu negara dan salah satu tujuan dari pemungutan pajak. Bagi bangsa
Indonesia, kesejahteraan sudah sangat jelas diatur tersendiri dalam UUD 1945
Pasal 33. Pembangunan merupakan bentuk kristalisasi ide dan kreativitas negara
dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup masyarakat.
Ide dan kreativitas tersebut meliputi segala konsep dan program
pembangunan yang merupakan reprensentasi kehendak masyarakat dalam rangka

mencapai kemakmuran. Pengurangan kemiskinan, pemerataan pembangunan,
peningkatan gizi, kesempatan kerja yang luas, dan peningkatan kualitas
pendidikan

merupakan

beberapa

bentuk

kesejahteraan

yang

diinginkan

masyarakat.
Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan
kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat
sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem

self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah
dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan,

dan

pengawasan. Dalam

melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik

8
Universitas Sumatera Utara

mungkin

memberikan pelayanan

kepada

masyarakat sesuai visi dan misi


Direktorat Jenderal Pajak.
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau
keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan
pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa
pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan
uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan
berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan,
jembatan,

sekolah,

rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan

menggunakan uang yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan
rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat
dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan
dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Pajak juga digunakan untuk mensubsidi barang-barang yang sangat dibutuhkan

masyarakat dan juga membayar utang negara ke luar negeri.
Pajak juga digunakan untuk membantu UMKM baik dalam hal pembinaan
dan modal. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi
suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda
pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Disamping fungsi budgeter (fungsi
penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari
masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada
masyarakat yang kemampuannya lebih rendah.

9
Universitas Sumatera Utara

Tingkat

kepatuhan Wajib

Pajak

dalam


melaksanakan kewajiban

perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya
fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi
dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.
Dari pemaparan tersebut, system dan struktur pajak yang diatur dan
ditetapkan bertujuan untuk negara yang pelaksanaannya menuntut semua pihak
untuk berpartisipasi, bukan hanya pejabat negara tetapi juga warga negara sendiri.
2.1.2 Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian
pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi penerimaan (Budgeter)
Pajak

berfungsi

sebagai

sumber


dana

yang

diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya

pajak

dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih
tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekankan. Demikian pula terhadap barang
mewah (Waluyo, 2010 : 6).
2.1.3 Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada
orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang


10
Universitas Sumatera Utara

digunakan

untuk

membiayai

penyelenggaraan

Pemerintah

Daerah

dan

Pembangunan Daerah (Mardiasmo, 2009 : 12).
Dengan demikian, Pajak Daerah merupakan Pajak yang ditetapkan

oleh Pemerintah Daerah dengan Peraturan Daerah (Perda), yang wewenang
pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan
untuk

membiayai

pengeluaran

pemerintah

daerah

dalam

melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan didaerah.
Pajak Daerah di Indonesia berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun
2009 terbagi menjadi dua, yaitu Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.
Pembagian

ini

dilakukan

sesuai

dengan

kewenangan pengenaan dan

pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi propinsi
atau kabupaten/kota yang bersangkutan. Berdasarkan Undang-undang nomor 28
tahun 2009, ditetapkan enam belas jenis Pajak Daerah, yaitu lima jenis Pajak
Propinsi dan sebelas jenis Pajak Kabupaten/Kota.
a. Jenis-jenis Pajak Daerah.
Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009:
a. Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi)
1. Pajak Kendaraan Bermotor;
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3. Pajak Bahan Bakar Kendraan Bermotor;
4. Pajak Air Permukaan;
5. Pajak Rokok.

11
Universitas Sumatera Utara

b. Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten)
1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan;
4. Pajak Reklame;
5. Pajak Penerangan Jalan;
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7. Pajak Parkir;
8. Pajak Air Tanah;
9. Sarang Burung Walet;
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2.1.4 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor
Menurut Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 13 Tahun
2002:
a.

Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih
beserta gandengannya yang
dan

digerakkan oleh

digunakan

peralatan

di semua jenis jalan darat,

teknik berupa motor atau peralatan

lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya
tertentu menjadi

tenaga

gerak kendaraan

bermotor

energi
yang

bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak;
b.

Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
dipergunakan untuk pelayanan angkutan umum penumpang maupun

12
Universitas Sumatera Utara

barang yang dipungut bayaran dengan menggunakan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor plat dasar kuning serta huruf dan angka hitam;
c.

Kendaraan Bermotor alat-alat berat atau alat-alat besar adalah alat-alat
yang

dapat

bergerak/berpindah

tempat

dan

tidak melekat secara

permanen;
d.

Kepemilikan adalah hubungan hukum antara orang pribadi atau badan
dengan kendaraan bermotor yang namanya tercantum di dalam bukti
kepemilikan atau dokumen yang sah termasuk Buku Pemilikan Kendaraan
Bermotor (BPKB);

e.

Penguasaan adalah

penggunaan dan atau penguasaan fisik kendaraan

bermotor oleh orang pribadi atau badan dengan bukti penguasaan yang sah
menurut ketentuan perundangan yang berlaku.
2.1.5 Pengertian Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak terutang oleh wajib pajak harus dibayar atau dilunasi tepat pada
waktunya, pembayaran harus dilakukan di Kas Negara atau kantor yang ditunjuk
oleh pemerintah. Untuk memperingankan wajib pajak maka pembayaran pajak
dapat diangsur selama satu tahun berjalan. Setelah jumlah pajak yang
sesungguhnya terutang diketahui, maka kekurangannya setelah tahun pajak
tersebut belum dilunasi maka timbul tunggakan pajak.
Tanggung

jawab

atas

kewajiban

pembayaran

pajak,

sebagai

pencerminan kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota
masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia.

13
Universitas Sumatera Utara

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan.
Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha
sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai visi dan
misi Direktorat Jenderal Pajak.
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau
keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan
pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara.
Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan
pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum
seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi
dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara
mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau
pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal
dari pajak. Pajak juga digunakan untuk mensubsidi barang-barang yang sangat
dibutuhkan masyarakat dan juga membayar utang negara ke luar negeri. Pajak
juga digunakan untuk membantu UMKM baik dalam hal pembinaan dan
modal.
Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu
negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan

14
Universitas Sumatera Utara

dan pembiayaan pembangunan. Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan)
di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat
yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat
yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar
merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan.
Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam
masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.
Tunggakan Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
1. Sedangkan

pengertian

tunggakan

di

dalam

Kamus

Bahasa

Indonesia (Hoetomo, 2005 : 563) yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan, Tunggakan adalah angsuran
yang belum dibayar atau utang yang masih belum dilunasi pada atau
setelah tanggal pengenaan denda.
2. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa tunggakan pajak timbul
apabila wajib pajak tidak melunasi pajaknya saat tanggal jatuh tempo,
telah ditegur dan ditagih.
Tunggakan Pajak kendaraan bermotor adalah pajak kendaraan bermotor
yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau
kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya

15
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kendaraan
bermotor.
2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor
Penarikan atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus
dilaksanakan oleh Negara sebagai suatu fungsi esensial. Tetapi masih ada kendala
dalam pemungutan pajak tersebut, yaitu masih banyaknya tunggakan dalam
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Menurut De Langen yang dikutip
oleh Bohari, (2010 : 40), ini dipengaruhi oleh:
a. Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran membayar pajak merupakan salah satu aspek atau bagian
kesadaran berwarga negara. Apabila kesadaran berwarga negara tinggi berarti
pula moralitas perpajakan adalah juga tinggi. Kesadaran membayar pajak juga
dipengaruhi oleh efesiensi dan efektivitas
dalam

kegiatan

pemerintah.

Apabila

melaksanakan kegiatan pemerintah atau dalam menggunakan uang

banyak terjadi kebocoran, korupsi dan penyelewengan lainnya, maka akan
berakibat merosotnya tex morality masyarakat.
Menurut Sule dan Saefullah (2005 : 45) Perilaku ini merujuk kepada
tingkat keseriusan individu terhadap rencana pencapaian tujuan dari organisasi.
Individu

yang

memiliki

tinggat

kesadaran yang tinggi cenderung akan

memiliki perhatian yang serius terhadap pekerjaan dan oleh karena kerjanya
terorganisir dikarenakan perhatiannya
sebaiknya, indivudu yang

tingkat

tidak

kesadaran

bercabang
rendah

maka

kemana-mana
perhatiannya

terhadap pekerjaan relatif kurang dan oleh karenanya kurang terorganisasi dan

16
Universitas Sumatera Utara

kurang fokus.
Kesadaran membayar pajak merupakan salah satu aspek atau bagian
kesadaran berwarga negara. Apabila kesadaran berwarga negara tinggi berarti pula
moralitas perpajakan adalah juga tinggi. Kesadaran membayar pajak juga
dipengaruhi oleh efesiensi dan efektivitas

kegiatan

pemerintah.

Apabila

dalam melaksanakan kegiatan pemerintah atau dalam menggunakan uang banyak
terjadi kebocoran, korupsi dan penyelewengan lainnya, maka akan berakibat
merosotnya tex morality masyarakat.
Menurut Sule dan Saefullah (2005 : 45) Perilaku ini merujuk kepada
tingkat keseriusan individu terhadap rencana pencapaian tujuan dari organisasi.
Individu yang memiliki tinggat kesadaran yang tinggi cenderung akan memiliki
perhatian yang serius terhadap pekerjaan dan oleh karena kerjanya terorganisir
dikarenakan perhatiannya tidak bercabang kemana-mana sebaiknya, indivudu
yang

tingkat

kesadaran

rendah

maka

perhatiannya

terhadap pekerjaan

relatif kurang dan oleh karenanya kurang terorganisasi dan kurang fokus.
Pendapatan
Mengenai perinsip pendapatan mempunyai dua bagian terpisah, tidak
hanya dinyatakan bahwa pendapatan yang besar yang harus membayar lebih
banyak, tetapi kenyataan juga bahwa mereka yang pendapatan rendah juga harus
membayar pajak yang sama pula.
Menurut SAK No. 23 (IAI 2007) Pendapatan (revenue) adalah arus
masuk aset atau penyelesaian kewajiban dari penyebaran atau produksi barang,

17
Universitas Sumatera Utara

pemberian jasa, dan aktivitas pencarian laba lainya yang merupakan operasi yang
utama atau besar yang berkesinambungan selama suatu periode.
Sedangkan menurut Accounting Principle Board dikutip oleh Tuanakotta (2003 :
24) pengertian pendapatan adalah pendapatan sebagai inflow of asset dalam
perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa.
b. Pendapatan
Mengenai perinsip pendapatan mempunyai dua bagian terpisah, tidak
hanya dinyatakan bahwa pendapatan yang besar yang harus membayar lebih
banyak, tetapi kenyataan juga bahwa mereka yang pendapatan rendah juga harus
membayar pajak yang sama pula.
Menurut SAK No. 23 (IAI 2007) Pendapatan (revenue) adalah arus
masuk aset atau penyelesaian kewajiban dari penyebaran atau produksi barang,
pemberian jasa, dan aktivitas pencarian laba lainya yang merupakan operasi yang
utama atau besar yang berkesinambungan selama suatu periode.
Sedangkan menurut Accounting Principle Board dikutip oleh Tuanakotta
(2003 : 24) pengertian pendapatan adalah pendapatan sebagai inflow of asset
dalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa.
2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti
M. Rosidi,
2013

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Hasil penelitian
Faktor-Faktor Yang
Faktor yang mempengaruhi
Mempengaruhi Jumlah
jumlah
tunggakan
pajak
Tunggakan Pajak Kendaraan
adalah kesadaran membayar
Bermotor (Pkb) Pada Kantor
pajak, pendapatan, kelalaian
Dinas Pendapatan Daerah
dan pendidikan mempengaruhi
Tingkat I Pekanbaru Selatan
jumlah
tunggakan
pajak
kendaraan bermotor.

18
Universitas Sumatera Utara

Pancawati
Hardiningsih,
2011

Merri
Nugraheni,
2010

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan
Membayar Pajak

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah
Tunggakan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) Pada Kantor
Dinas Pendapatan Daerah
Kota Pekanbaru.

Dewi Mekar Faktor- Faktor Yang
Rezeki, 2008
Mempengaruhi Jumlah
Tunggakan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) Pada Kantor
Dinas Pendapatan Daerah
Tingkat I Bangkinang.

Kesadaran membayar pajak
berpengaruh positif terhadap
kemauan membayar pajak.
Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi kesadaran
yang dimiliki wajib pajak
maka semakin meningkatkan
kemauan membayar
kewajiban perpajakan
sedangkan Pengetahuan
peraturan perpajakan tidak
berpengaruh terhadap
kemauan membayar pajak.
Faktor yang berpengaruh
terhadap jumlah tunggakan
Pajak Kendaraan Bermotor
adalah faktor kesadaran,
pendapatan dan pelayanan.

Faktor kesadaran,
kemampuan untuk
membayar, pelayanan dan
kelalaian berpengaruh
terhadap jumlah tunggakan
Pajak Kendaraan Bermotor di
Bangkinang

2.3 Kerangka penelitian
Pajak merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditujuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Santoso, 2008).
Dalam melakukan pemungutan pajak kendaraan bermotor, Indonesia
menganut tiga sistem, yaitu salah satunya adalah Self Assessment System (Siti,

19
Universitas Sumatera Utara

2007). Judisseno (2004) mengatakan bahwa Self Assessment System diberlakukan
untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan
pajaknya.
Akan tetapi dalam kenyataannya kurangnya kesadaran membayar pajak
bahkan dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan pajak terutang oleh
wajib pajak kendaraan bermotor tertentu. Pajak terutang yang lalai dilunasi oleh
Wajib pajak akan terakumulasi menjadi tunggakan pajak yang berpotensi
mengurangi penerimaan pajak. Sehingga cenderung dapat berisiko untuk
berkurangnya pendapatan negara yang dapat mengakibatkan defisit APBN
secara tidak langsung (Hutagaol, 2007).
Tunggakan PKB adalah pajak kendaraan yang masih harus dibayar
termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum
dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang- undangan perpajakan (Kurniawan, 2006).
Tunggakan PKB yang dilakukan wajib pajak diakibatkan beberapa faktor
seperti umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan kurangnya kesadaran membayar
PKB.
Umur wajib pajak mempengaruhi rasa tanggung jawab membayar pajak,
khususnya PKB. PKB harus dibayarkan setiap tahun bagi pengguna kendaraan
bermotor. Semakin tua umur seseorang maka sikap tanggungjawabnya akan
semakin tinggi, karena membayar PKB bagi pengguna kendaraan bermotor adalah
kewajiban yang harus dilaksanakan.

20
Universitas Sumatera Utara

Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam bertindak,
tingkat kepedulian orang dengan pendidikan tinggi berbeda dengan pendidikan
yang rendah, sehingga wajib pajak dengan pendidikan tinggi akan tahu
konsekuensi bila tidak membayar pajak yang menimbulkan kerugian bagi
pemerinta daerah.
Pendapatan mempengaruhi seseorang untuk melakukan membayar pajak.
Apabila wajib pajak memiliki pendapatan yang besar maka, ia akan menyisihkan
pendapatannya untuk membayar pajak.
Kesadaran membayar pajak mempengaruhi orang melakukan tunggakan
pajak, semakin kecil kesadaran wajib pajak maka memiliki peluang besar
melakukan tunggakan PKB, bagi pengguna kendaraan bermotor.Berikut ini
merupakan kerangka penelitian :
Umur (X1)
Tunggakan PKB (Y)

Tingkat pendidikan (X2)
Pendapatan (X3)
Kesadaran Membayar Pajak (X4)

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan

penjelasan

diatas

dapat

ditentukan

hipotesis

yang

diajukan dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, kesadaran
membayar pajak, dan kelalaian wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap
tunggakan pajak wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Medan.
21
Universitas Sumatera Utara