PERUBAHAN PERUBAHAN BUNYI BAHASA JAWA KU
PERUBAHAN-PERUBAHAN BUNYI
BAHASA JAWA KUNA KE BAHASA JAWA BARU
Adi Wisnurutomo
Bondan Ardiansyah
PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
e-mail : adi.kimproeng12@gmail.com
Abstrak
Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan di beberapa wilayah di Indonesia,
terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur. Sedangkan induk dari bahasa Jawa sendiri
adalah bahasa Jawa Kuna. Penelitian ini bertujuan, (1) mendeskripsikan perubahan fonologis
bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa standar. (2) mendeskripsikan perubahan leksikal bahasa Jawa
Kuna ke bahasa Jawa Standar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Maksud
dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena yang muncul tanpa
menggunakan hipotesa dan data dianalisis serta hasilnya berbentuk deskriptif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa 200 kosakata dasar Swadesh. Pengumpulan data penelitian
ini dilakukan dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Setelah data terkumpul selanjutnya
dilakukan klasifikasi perubahan bunyi yang berdasarkan macam-macam perubahan bunyi yaitu
asimilasi, disimilasi dan perubahan berdasarkan tempat. Metode penelitian ini menggunakan
metode padan referensial dan metode padan ortografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
terdapat perubahan-perubahan yang termasuk dalam asimilasi, disimilasi dan perubahan
berdasarkan tempat.
Keywords: Canged Voice; Old Javanese; Standard Javanese
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan di beberapa wilayah
di Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung
dan sebagian di Jawa Barat, bahkan digunakan di luar negeri yaitu Suriname.
Bahasa ini merupakan bahasa peringkat kesebelas dunia yang digunakan di semua
negara dengan jumlah penutur 84.368.500 dengan populasi etnik 95.200.000
berdasarkan sensus pada tahun 2011 (Simons dan Charles, 2017). Selain itu,
bahasa Jawa sebagai bahasa daerah juga dijamin keberadaannya dan
kelestariaannya seperti dijelaskan pada pasal 36 Bab XV UUD 1945. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa berfungsi sebagai, (1) lambang
kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) sarana penghubung di
dalam keluarga dan masyarakat daerah.
Bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa dalam perkembangannya
memiliki hubungan timbal balik terhadap bahasa Indonesia, keduanya saling
melengkapi. Penelitian ini nantinya juga dapat memberikan sumbangan mengenai
kosa kata bahasa Jawa kepada bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahasa daerah
sebagai pendukung bahasa nasional. Berdasarkan periodisasi, bahasa Jawa saat ini
dikenal dengan bahasa Jawa Baru.
Secara historis bahasa Jawa Baru merupakan bahasa yang berkembang
dari bahasa Jawa Kuna dan Tengahan, yang termasuk dalam peninggalan bahasa
dari Proto Austronisia maupun Proto Melayu Javanic. Perpaduan perkembangan
ini dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta yang berasal dari India. Kandungan unsurunsur kebahasaan bahasa Sanskerta memengaruhi bahasa Jawa Kuna sehingga
terserap ke dalam bahasa Jawa Kuna. Penyerapan unsur-unsur asing dibaurkan ke
dalam bahasa Jawa Kuna sedemikian rupa, sehingga susunan dan sifatnya sebagai
bahasa Nusantara tetap utuh (Zoetmulder, 1994: 12).
Periodisasi perkembangan bahasa Jawa Kuna sampai Jawa Baru
mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. Adanya perbedaan-perbedaan
itu dipengaruhi oleh: (1) keadaan alam, misalnya mempengaruhi ruang gerak
penduduk setempat, baik mempermudah maupun mengurangi penduduk
berkomunikasi dengan dunia luar, (2) adanya batas-batas politik yang menjadi
jembatan terjadinya pertukaran budaya, yang menjadi salah satu sarana terjadinya
pertukaran bahasa, (3) adanya keunggulan dan hubungan bahasa-bahasa yang
terbawa ketika terjadi perpindahan penduduk, penyebaran atau bahasa yang
bertetangga, sehingga masuklah anasir-anasir kosakata, struktur, dan cara
pengucapan atau lafal. (Guiraud dalam Ayatrohaedi. 1983: 6).
Secara linguistik, banyak ditemukan perubahan-perubahan bahasa Jawa
Kuna ke bahasa Jawa Baru. Misalnya, perubahan fonologi pada kata wwang
[waG] yang berarti ‘manusia’ pada bahasa Jawa Kuna, berubah menjadi wong
[wOG] yang berarti ‘manusia’ pada bahasa Jawa Baru. Perubahan lain juga dapat
diamati pada kata adyus [adyus] pada bahasa Jawa Kuna berubah menjadi
menjadi adus [adUs] pada bahasa Jawa Baru.
Secara leksikal perubahan juga dapat diamati pada kosa kata leksikal
hawan [hawan] pada bahasa Jawa Kuna berubah menjadi dalan [dalan] pada
bahasa Jawa Baru. Perubahan bentuk leksika kedua bahasa tersebut tidak
memengaruhi makna leksikal kedua kosa kata tersebut yaitu, ‘jalan’ dalam bahasa
Indonesia. Perubahan-perubahan ini lah yang nantinya akan dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui proses apa yang terjadi pada perubahan tersebut
secara fonologi dan leksikal.
Penelitian mengenai perbandingan perubahan bahasa Jawa telah banyak
dilakukan diantaranya, “Kajian Ringkas Masalah Valensi Morfologi dalam Bahasa
Jawa Kuna” (Hunter, 1984), Fonem Vokal Bahasa Jawa Kuna dan Alofonalofonnya (Marsono, 1999), Analisis Kontrastif Bahasa Jawa dengan Bahasa
Indonesia (Tiani, 2015), dan “Numeralia Bahasa Jawa Kuna” (Miradayanti, tanpa
tahun). Fokus penelitian ini tentang bentuk numeralia dan ciri-ciri numeralia
bahasa Jawa Kuna. Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam hal
membandingkan bahasa, khususnya bahasa Jawa. Namun, belum ada yang
membandingkan antara bahasa Jawa Kuna dengan bahasa Jawa Baru dalam
bidang fonologi dan leksikal. Atas dasar inilah, peneliti memilih topik penelitian
perubahan bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru khususnya dalam bidang
fonologi dan leksikal.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perubahan fonologis bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa
Baru?
2. Bagaimanakah perubahan leksikal bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa
Baru?
3. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan perubahan fonologis bahasa Jawa Kuna ke bahasa
Jawa standar.
2. Mendeskripsikan perubahan leksikal bahasa Jawa Kuna ke bahasa
Jawa standar.
Tinjauan Teoritis
1. Pendekatan Linguistik Komparatif
Penelitian komparatif dua bahasa atau lebih bertujuan untuk melihat relasi
kekerabatan antara bahasa-bahasa yang dikaji, dan dapat dilakukan dengan kajian
linguistik historis komparatif dan kajian dialektologi. Kajian linguistik historis
komparatif berpijak pada upaya untuk mencari kesamaan dari unsur-unsur
kebahasaan yang terdapat di antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan.
Sedangkan kajian dialektologi dilakukan dengan berpijak pada upaya mencari
perbedaan (Mahsun, 2005). Penelitian ini menggunakan salah satu dari kajian
yaitu, kajian linguistik komparatif. Linguistik historis komparatif atau linguistik
diakronis, bahasa yang dikaji adalah bahasa dari satu masa ke masa yang lain.
Kajian linguistik diakronis diterapkan dengan mengamati perubahan-perubahan
yang dialami suatu bahasa. Kajian ini nantinya memberikan penjelasan mengenai
hakikat perubahan bahasa yaitu, bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru pada
fonologi dan leksikal.
2. Fonologi
Fonologi merupakan bidang mikrolinguistik yang mempelajari tentang
perubahan-perubahan bunyi yang terdapat pada fonem. Hal ini sejalan dengan
yang diutarakan oleh (Chaer, 2003: 102), yaitu fonologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa,
yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.
Ahli bahasa lain berpendapat sama yaitu, fonologi adalah bidang ilmu
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana,
2011: 45) atau sebagai bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-
bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan makna
leksikal dalam bahasa tersebut (Verhaar, 2001).
Keraf (1984: 85) menjelaskan bahwa macam-macam perubahan bunyi
didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam
sebuah segmen, atau dalam lingkungan yang lebih luas. Istilah perubahan bahasa
dipakai untuk memberi arti bahwa dalam pengertian luas, perubahan-perubahan
bentuk baik segmental maupun suprasegmental diakibatkan oleh proses fonologi.
3. Makna Leksikal
Makna leksikal merupakan makna yang sesuai dengan kamus, atau makna
yang terdapat pada kamus. Istilah “leksikon” dalam ilmu linguistik berarti
perbendaharaan kata-kata itu sendiri sering disebut “leksem” (Verhaar, 2001: 13).
Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning), atau
makna eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri
sendiri, entah dalam bentuk leksem atau dalam bentuk berimbuhan yang
maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa
tertentu (Pateda, 2010: 119). “Makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa
lepas dari penggunaannya atau konteksnya” (Harimurti dalam Pateda, 2010: 119).
4. Sejarah Singkat Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Kuna pertama kali muncul dalam sebuah prasasti Sukabumi
yang memuat tahun 726 Saka atau setara dengan tahun 804 Masehi. Jika dilihat
lebih mendalam, terdapat penanggalan prasasti Sukabumi mengacu pada tanggal
25 Maret. Maka dari itu, tanggal 25 Maret 804 ini merupakan tonggak yang
mengawali sejarah bahasa Jawa Kuna (Zoetmulder, 1994: 3). Dasar ini dipakai
karena tanggal inilah yang merupakan tonggak awal sejarah bahasa Jawa Kuna.
Istilah bahasa Jawa Kuna yang disebut oleh penutur bahasa Jawa sendiri
digunakan karena mempertimbangkan kurun waktu pemakaian bahasa pada waktu
itu (temporal) atau jaman kuna. L. Mardiwarsito dan Kridalaksana (1984: 13)
menyebutkan bahasa Jawa Kuna sebagai salah satu warga bahasa Austronesia
merupakan bahasa kesusastraan yang sangat tua. Salah satu karya tertua
diperkirakan berasal dari abad ke-8 Masehi.
Kerajaan Blambangan dinilai memiliki sejarah akhir dari bahasa Jawa Kuna.
Pasalnya, kerajaan yang berhadapan langsung dengan Bali ini masih
mempertahankan bahasa Jawa Kuna untuk beberapa waktu. Persebaran agama
Islam yang semakin meluas dan menjangkau pedalaman membuat keberadaan
bahasa Jawa Kuna dan kerajaan ini mengalami kemunduran. Akhirnya, pada abad
ke-17 kerajaan itu musnah, maka lengkaplah peralihan Jawa kepada agama Islam.
Ini menandakan tamatnya sastra Jawa Kuna yang selama enam abad mewujudkan
kebudayaan Hindu-Jawa (Zoetmulder, 1994: 25).
5. Sejarah Singkat Bahasa Jawa Baru
Bahasa Jawa atau disebut bahasa Jawa Baru mulai dipakai oleh
masyarakat Jawa sekitar abad 16 sampai sekarang. Bahasa Jawa Baru banyak
mendapat pengaruh kebahasaan dari bahasa Arab atau ditandai dengan beralihnya
kebudayaan Hindu-Budha-Jawa ke kebudayaan Islam Jawa (Wedhawati dkk.,
2006: 1).
Bahasa Jawa Baru memiliki bahasa Jawa standart yang didasarkan pada
bahasa Jawa daerah Solo dan Yogyakarta. Bahasa Jawa Surakarta dan Yogyakarta
merupakan bahasa Jawa baku. Bahasa Jawa baku di Surakarta, terutama yang
digunakan di Kota Surakarta yang berpusat di lingkungan keraton. Masyarakat
menganggap bahwa di samping sebagai pusat kegiatan politik dan pemerintahan,
keraton juga berperan sebagai pelestari dan pengembang kebudayaan (termasuk
bahasa), maka diterimanya bahasa Jawa menjadi bahasa baku (Ayatrohaedi,
1983).
Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai untuk mengkaji perbandingan bahasa Jawa
Kuna dengan bahasa Jawa Baru adalah penelitian deskriptif kualitatif. Ditegaskan
oleh Subroto (2007) bahwa penelitian kualitatif terutama yang dipakai untuk
meneliti ilmu-ilmu sosial atau humaniora. Maksud dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang muncul tanpa
menggunakan hipotesa dan data dianalisis serta hasilnya berbentuk deskriptif.
Fenomena-fenomena tersebut tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan
antara variable. Penelitian ini data yang dikumpulkan berbentuk kalimat bukan
angka.
2. Data dan Sumber Data
Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut didapatkan untuk
dapat dianalisis lebih lanjut, biasanya didapatkan melalui informan dan dokumendokumen tertentu. Hal ini didasarkan pada pengertian sumber data adalah si
penghasil atau pencipta bahasa yang dimaksud biasanya dinamakan narasumber
(Sudaryanto,
1993: 35). Jenis
sumber data secara
menyeluruh dapat
dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu narasumber (informan), peristiwa atau
aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar, dan rekaman, serta
dokumen atau arsip (Sutopo, 2002: 50--54). Sumber data dalam penelitian ini
mencangkup dua hal yaitu, berasal dari narasumber atau informan dan dokumen
atau arsip.
Sumber data pertama, berasal dari informan sebagai pengguna bahasa
dalam penelitian ini. Informan yang dimaksudkan adalah orang yang memahami
bahasa Jawa baku. Bahasa Jawa baku yaitu, bahasa yang didasarkan pada dialek
Jawa Tengah, terutama dari sekitar Kota Surakarta. Informan di dalam penelitian
ini didasarkan pada dialek Jawa Tengah di Kota Surakarta, karena peneliti berada
di Kota Surakarta sehingga memiliki waktu yang cukup untuk melakukan
penelitian. Sumber data yang kedua yaitu, berasal dari dokumen atau arsip yang
didapatkan dari kamus bahasa Jawa Kuna dan kamus Baoesastra Djawi. Sumber
data kamus bahasa Jawa Kuna ini dinyatakan dapat mewakili bahasa Jawa Kuna
pada masanya yang sekarang ini tidak lagi memiliki penutur.
Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam
(dalam arti luas), yang harus dicari/dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi
Subroto, 2007: 38). Data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan
narasumber atau informan di Kota Surakarta dan hasil rekap pengumpulan data
dari kamus bahasa Jawa Kuna dan Baoesastra Djawi yang sesuai dengan tujuan
penelitian penelitian.
3. Alat Penelitian
Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama merupakan
paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat bantu berguna untuk membantu
jalannya penelitian.
Alat utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sesuai dengan
pengertian alat utama merupakan peneliti sendiri artinya kelenturan sikap peneliti
mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi (Sutopo, 2002: 35-36). Adapun alat bantu penelitian terdiri dari buku dan bolpoin, sedangkan alat
bantu elektronik berupa alat perekam, komputer dan flashdisk.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan
data, menganilis data, dan memaparkan hasil penelitian. Hal ini diperkuat
berdasarkan pengertian metode merupakan cara mendekati, menganalisis, dan
menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2011: 136). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah wawancara. Teknik yang digunakan dalam metode ialah
teknik rekam. Teknik rekam yaitu, teknik yang digunakan untuk memperoleh data
dengan cara menggunakan alat perekam sebagai media untuk merekam tuturan
informan.
Teknik lain yang digunakan dalam metode pengumpulan data ialah teknik
catat. Teknik catat yaitu, melakukan pencatatan terhadap data yang relevan yang
sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik catat ini juga digunakan untuk
melakukan transkripsi data
hasil wawancara yang berbentuk rekaman suara
menjadi tulisan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk pengumpulan data sebagai
berikut. Pertama, peneliti mencatat kata-kata yang terdapat pada kamus bahasa
Jawa Kuna dan Baoesastra Djawa yang dianngap sesuai dengan sasaran dan
tujuan penelitian. Kemudian, peneliti melakukan wawancara mengenai bahasa
Jawa Baru yang baku atau standart yang terdapat di Kota Surakarta. Kemudian
hasil wawancara ditranskripsi dengan teknik catat menjadi sebuah tulisan.
Wawancara ini juga dimaksudkan untuk validasi data penelitian.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data ini merupakan upaya peneliti menangani langsung
masalah yang terkandung pada data. Analisis data kualitatif menurut Borgan dan
Biklen (dalam Moloeng, 2010) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan
cara mendeskripsikan bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru, kemudian
mencari perubahan-perubahan yang terjadi sesuai tingkat struktur bahasa,
terutama dari bentuk fonologi dan leksikal.
6. Metode Penyajian Data
Metode yang digunakan pada hasil penelitian ini adalah deskriptif,
informal dan formal. Deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan
semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada atau fenomenafenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1993: 62).
Metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang,
sedangkan metode informal menggunakan kata-kata biasa, maksudnya bahwa
pemaparan hasil analisis data menggunakan kata-kata yang sifatnya sederhana
agar mudah dipahami dan dimengerti (Sudaryanto, 1993: 145)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam tiga tahapan strategis dalam
pemahaman penelitian. Pada tahap ini dilakukan pengujian keterandalan atau
validitas hasil temuan. Hasil analisis data dalam penelitian ini adalah perubahan
yang terjadi pada bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru yang terjadi pada
fonologi dan leksikal.
Hasil penelitian dan pembahasan
1. Daftar Kosakata Dasar Swadesh
No
Kosakata
Jawa Kuna
Jawa
.
Dasar
Baru
1
abu
hawu
awu
101
jatuh
tiba
tiba
2
air
bañu
banyu
102
jauh
adoh
adoh
3
akar
wod
oyod
103
kabut
pĕḍut
pedhut
4
aku
aku
aku
104
kaki
suku
sikil
5
alir (me)
humilī
mili
105
kalau
yen
yen
6
anak
anak
anak
106
kami, kita
kami
awakedhewe
7
angin
aṅin
angin
107
kamu
sira
kowe
8
anjing
añjiṅ
asu
108
kanan
tĕṅĕn
tengen
9
apa
apa
apa
109
karena
apan
amarga
10
api
apuy
geni, api
110
kata (ber)
liṅ
ngomong
11
apung
kambaṅ
kambang
111
kecil
cili
cilik
12
asap
kukus
beluk
kelahi
adu
gelut
13
awan
hima
mega
113
kepala
ĕṇḍas
endhas
14
bagaimana
apa
kepiye
114
kering
kiṅ
garing
15
baik
becik
becik
115
kiri
kiwa
kiwa
16
bakar
bakar
bakar
116
kotor
rĕgĕd
reged
17
balik
wuri
buri
117
kuku
kuku
kuku
18
banyak
kweh
akeh
118
kulit
cerma
kulit
19
bapak
bapa
bapak
119
kuning
jĕnar
kuning
20
baring
maguliṅan
mlumah
120
kutu
krĕmi
tuma
21
baru
hañar
anyar
121
lain
lyan
liya
22
basah
tĕlĕs
teles
122
langit
awaṅ
langit
23
batu
watu
watu
123
laut
samudra
segara,samudr
24
beberapa
sakweh
sakeh
124
lebar
amba
amba
25
belah (me)
bĕlah
nyigar
125
leher
gulū
gulu
26
benar
bĕnĕr
bener
126
lelaki
laki
lanang
112
(ber)
a
27
benih
winih
winih
127
lempar
buñcal
uncal
28
bengkak
abuh
abuh
128
licin
lĕyö
lunyu
29
berenang
ṅlaṅhuy
nglangi
129
lidah
ilat
ilat
30
berjalan
lumaku
mlaku
130
lihat
dölö
delok
31
berat
bot
abot
131
lima
pañca
lima
32
beri
weh
weh
132
ludah
hidu
idu
33
besar
gĕḍe
gedhe
133
lurus
bĕnĕr
kenceng
34
bilamana
yen
yen
134
lutut
dĕkuṅ
dhengkul
35
binatang
iṇwan
kewan
135
main
dolan
dolan
36
bintang
bintaṅ
lintang
136
makan
mangan
mangan
37
buah
wwah
woh
137
malam
ratri
wengi
38
bulan
candra
mbulan
138
mata
mata
mata
39
bulu
warut
wulu
139
matahari
surya
srengenge
40
bunga
kĕmbaṅ
kembang
140
mati
pĕjah
mati
41
bunuh
amati
mateni
141
merah
abang
abang
42
buru (me)
ambĕḍag
mburu
142
mereka
rasika
dheweke
43
buruk
niṣṭa
ala
143
minum
nginum
ngombe
44
burung
kokila
manuk
144
mulut
caṅkĕ
m
cangkem
45
busuk
luḍuh
bosok
145
muntah
mutah
mutah
46
cacing
caciṅ
cacing
146
nama
aran
jeneng
47
cium
ambuṅ
ambung
147
napas
prana
ambegan
48
cuci
umbah
umbah
148
nyanyi
ṅiduṅ
nyanyi
49
daging
bapuh
daging
149
orang
wwang
wong
50
dan
lan
lan
150
panas
panas
panas
51
danau
ranu
tlaga
151
panjang
dawā
dawa
52
darah
getih
getih
152
pasir
wĕni
wedhi
53
datang
tĕka
teka
153
pegang
cĕkĕl
cekel
54
daun
goḍoṅ
godhong
154
pendek
cĕpak
cendhak
55
debu
kĕbu
lebu
155
peras
pulir
peres
wadwan
wadon
perut
udara
weteng
158
pikir
aṅrasa
pikir
ing jero
159
pohon
aṅĕn
wit
ri
ing
160
potong
tugĕl
tugel
di mana
i ĕndi
ing endi
161
punggung
gĕgĕr
geger
62
dingin
tis
adhem
162
pusar
pusĕr
udel
63
diri (ber)
adĕg
ngadeg
163
putih
putih
putih
64
di sini
i kene
ing kene
164
rambut
rambut
rambut
65
di situ
i kana
ing kono
165
rumput
sukĕt
suket
66
dorong
suruṅ
surung
166
satu
siji
siji
67
dua
rwa
loro
167
sayap
ĕlar
swiwi
68
duduk
liṅgih
lungguh
168
sedikit
kĕḍik
sethithik
69
ekor
buntut
buntut
169
siang
rina
awan
70
empat
pat
papat
170
siapa
sapa
sapa
71
kau
sira
kowe
171
sempit
cihut
ciyut
72
gali
ḍuḍuk
dhudhuk
172
semua
kabeh
kabeh
73
garam
garĕm
uyah
173
suami
laki
bojo
74
garuk
kukur
kukur
174
sungai
kali
kali
75
gemuk
lĕmu
lemu
175
tajam
laṇḍĕp
landhep
76
gigi
waja
untu
176
tahu
tahu
tau
77
gigit
cokot
cokot
177
tahun
tahun
taun
78
gosok
inurap
gosok
178
takut
wĕdi
wedi
79
gunung
arga
gunung
179
tali
tali
tali
80
hantam
antĕm
antem
180
tanah
lĕmah
lemah
81
hapus
aṅilagakĕn
busek
181
tangan
taṅan
tangan
82
hati
ati
ati
182
tarik
tarik
tarik
acĕpak
cedhak
56
dekat
156
57
dengan
lan
lan
157
58
dengar
röngö
rungu
59
di dalam
i jro
60
di, pada
61
perempua
n
83
hidung
iruṅ
irung
183
tebal
kandĕl
kandel
84
hidup
hurip
urip
184
telinga
kupiṅ
kuping
85
hijau
ijo
ijo
185
telur
ĕṇḍog
endhog
86
hisap
isĕp
isep
186
terbang
ibĕr
miber
87
hitam
hirĕṅ
ireng
187
tertawa
aguyu
ngguyu
88
hitung
ituṅ
itung
188
tetek
susu
susu
89
hujan
hudan
udan
189
tidak
ora
ora
90
hutan
alas
alas
190
tidur
turū
turu
91
ia
ika
dheweke
191
tiga
tĕlu
telu
92
ibu
babu
ibu
192
tikam
tikam
ngunus
93
ikan
mina
iwak
193
tipis
tipis
tipis
94
ikat
ikĕt
taleni
194
tiup
dĕmu
damu
95
ini
iki
iki
195
tongkat
jĕjĕr
tongkat
96
isteri
strī
setri
196
tua
tuha
tuwa
97
itu
ika
ika
197
tulang
baluṅ
balung
98
jahit
dinom
dondom
198
tumpul
kĕṭul
kethul
99
jalan
dalan
dalan
199
ular
ula
ula
100
jantung
jaja
jantung
200
usus
usus
usus
2. Perubahan-perubahan Bunyi
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi dimana dua fonem
yang berbeda pada bahasa proto mengalami perubahan dalam masa
sekarang menjadi fonem yang sama.
(1) Asimilasi Labial
Merupakan suatu proses yang terjadi pada vokal.
No
.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa
Baru
1.
angin
aṅin
angin
21.
kiri
kiwa
kiwa
2.
apa
apa
apa
22.
lebar
amba
amba
3.
baik
becik
becik
23.
leher
gulū
gulu
4.
benih
winih
winih
24.
licin
lĕyö
lunyu
5.
bengkak
abuh
abuh
25.
ludah
hidu
idu
6.
berenang
ṅlaṅhuy
nglangi
26.
mata
mata
mata
7.
cacing
caciṅ
cacing
27.
orang
wwang
wong
8.
cium
ambuṅ
ambung
28.
panjang
dawā
dawa
getih
getih
29.
perempua
wadwan
wadon
9.
darah
10.
datang
tĕka
teka
30.
putih
putih
putih
11.
dengar
röngö
rungu
31.
rambut
rambut
rambut
12.
dorong
suruṅ
surung
32.
siapa
sapa
sapa
13.
duduk
liṅgih
lungguh
33.
tarik
tarik
tarik
14.
ekor
buntut
buntut
34.
telinga
kupiṅ
kuping
15.
gali
ḍuḍuk
dhudhuk
35.
tidur
turū
turu
16.
garuk
kukur
kukur
36.
tiup
dĕmu
damu
17.
hidung
iruṅ
irung
37.
tulang
baluṅ
balung
18.
hitung
ituṅ
itung
38.
tumpul
kĕṭul
kethul
19.
itu
ika
ika
39.
ular
ula
ula
20.
jatuh
tiba
tiba
40.
usus
usus
usus
n
(2) Asimilasi Palatal
Adalah proses perubahan yang terjadi atas konsonan.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
balik
wuri
buri
5.
pasir
wĕni
wedhi
2.
binatang
iṇwan
kewan
6.
pendek
cĕpak
cendhak
bintang
bintaṅ
lintang
7.
sempit
cihut
ciyut
debu
kĕbu
lebu
8.
tua
tuha
tuwa
3.
4.
(3) Asimilasi Fariangilasi
Semacam asimilasi yang dalam tata bahasa, bahasa-bahasa tersebut
dinamakan emfasis.
b. Disimilasi
Perubahan serangkaian fonem yang sama menjadi fonem-fonem yang
berbeda, dengan prinsip kelegaan.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
akar
wod
oyod
7.
ibu
babu
ibu
2.
api
apuy
geni, api
8.
jahit
dinom
dondom
3.
berjalan
lumaku
mlaku
9.
kaki
suku
sikil
4.
bunuh
amati
mateni
10.
lihat
dölö
delok
5.
dekat
acĕpak
cedhak
11.
sedikit
kĕḍik
sethithik
6.
dua
rwa
loro
12.
tertawa
aguyu
ngguyu
c. Perubahan Berdasarkan Tempat
(1) Metatesis
Merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran
tempat dua fonem.
(2) Afresis
Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa
penghilangan sebuah fonem pada awal sebuah kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
Abu
hawu
awu
6.
hitam
hirĕṅ
ireng
2.
alir (me)
humilī
mili
7.
hujan
hudan
udan
3.
Baru
hañar
anyar
8.
lempar
buñcal
uncal
4.
Berat
bot
abot
9.
terbang
ibĕr
miber
5.
Hidup
hurip
urip
(3) Sinkup
Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa
penghilangan sebuah fonem pada tengah sebuah kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
beberapa
sakweh
sakeh
2.
tahu
tahu
Tau
3.
tahun
tahun
taun
(4) Apokop
Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa
penghilangan sebuah fonem pada akhir sebuah kata.
No.
1.
Kosakata
Dasar
lain
Jawa Kuna
lyan
Jawa Baru
liya
(5) Protesis
Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada
awal kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
banyak
kweh
akeh
2.
diri (ber)
adĕg
ngadeg
3.
empat
pat
(6) Epentesis
Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada
tengah kata.
No.
1.
Kosakata
Dasar
isteri
(7) Paragog
Jawa Kuna
strī
Jawa Baru
setri
Papat
Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada
akhir kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
bapak
bapa
bapak
4.
di mana
i ĕndi
ing endi
2.
kecil
cili
cilik
5.
di sini
i kene
ing kene
3.
di dalam
i jro
ing jero
6.
di situ
i kana
ing kono
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan atau penjelasan diatas, sesuai dengan judul
”Lelagon Gugur Gunung Sebagai Spirit Jiwa Nasionalis”. Penulis dapat
menyimpulkan bahwa gotong royong adalah suatu budaya yang nasionalis dan
menjadi sebuah identitas yang sesungguhnya dari bangsa Indonesia. Kemudian
budaya gotong royong tersebut dijadikan sebuah lagu yang berjudul Gugur
Gunung yang didalamnya mempunyai kandungan nilai gotong royong. Nilai itu
bertujuan menumbuhkan jiwa Nasionalisme dalam Ke-bhinneka-tunggal-ika-an
yang terkandung disetiap bait lagunya.
Budaya gotong royong sudah sepantasnya direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara. Selain itu,
budaya gotong royong harus dilandasi dengan rasa kekeluargaan, kebersamaan,
rela berkorban dan keikhlasan untuk mencapai sebuah kerukunan dan persatuan.
Bercermin pada lirik-lirik lagu Gugur Gunung, kehidupan seperti itulah yang
sebenarnya harus kita laksanakan bersama.
Saran
Guna menumbuhkan jiwa nasionalis dalam kebhinekaan maka perlu
adanya penanaman konsep gotong royong yang terkandung di dalam lagu Gugur
Gunung kepada seluruh elemen masyarakat. Dengan demikian, diharapkan
seluruh elemen masyarakat dapat lebih menjaga kerukunan, kesatuan, dan
keutuhan bangsa dan negara.
Daftar Pustaka
Abdullah, Wakit dan Sri Lestari Handayani. 2012. Bahasa Jawa Kuna: Sejarah,
struktur dan Leksikonnya. Surakarta: Sastra Daerah Fakultas Sastra dan
Seni Rupa.
Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Harimurti, Kridalaksana. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
HB. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar Teoritis dan
Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Hunter, Thomas M.. 1984. Kajian Ringkas Masalah Valensi Morfologi dalam
Bahasa Jawa Kuna. Makalah sajian Bidang Sasrtra Nusantara, Fakultas
Sastra, Universitas Gadjah Mada.
Keraf. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja
Rosdakarya.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode, dan
tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mardiwarsito, L. dan Harimurti Kridalaksana. 1984. Struktur Bahasa Jawa Kuna.
Ende Flores: Nusa Indah.
Marsono. 1999. Fonem Vokal Bahasa Jawa Kuna dan Alofon-alofonnya. Dalam
Humaniora No. 10 Januari-April 1999.
Miradayanti, Dewa Ayu Carma. Tanpa tahun. Numeralia Bahasa Jawa Kuna.
Sastra Jawa Kuna Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters
Uitgevers, Maatschappij.
sealang.net/ojed/ diakses pada Jumat, 09 Maret 2018 pukul 14.00.
Simons, Gary F. Dan Charles D. Fennig (eds.). 2017. Ethnologue: Bahasa Dunia,
edisi ke dua puluh. Dallas, Texas: SIL Internasioanal.
Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:
UNS Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Tiani, Riris. 2015. Analisis Kontrastif Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia.
dalam Humanika Vol.21 No. 1. Tahun 2015.
Verhaar, JWM. 2001. Asas-asas Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.
Zoetmulder, P. J. 1994. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang.
Jakarta: Djambatan.
Zoetmulder, P. J. dan S. O. Robson. 2000. Kamus Jawa Kuna–Indonesia. Jilid 1
dan 2. Terjemahan Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
BAHASA JAWA KUNA KE BAHASA JAWA BARU
Adi Wisnurutomo
Bondan Ardiansyah
PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
e-mail : adi.kimproeng12@gmail.com
Abstrak
Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan di beberapa wilayah di Indonesia,
terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur. Sedangkan induk dari bahasa Jawa sendiri
adalah bahasa Jawa Kuna. Penelitian ini bertujuan, (1) mendeskripsikan perubahan fonologis
bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa standar. (2) mendeskripsikan perubahan leksikal bahasa Jawa
Kuna ke bahasa Jawa Standar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Maksud
dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena yang muncul tanpa
menggunakan hipotesa dan data dianalisis serta hasilnya berbentuk deskriptif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa 200 kosakata dasar Swadesh. Pengumpulan data penelitian
ini dilakukan dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Setelah data terkumpul selanjutnya
dilakukan klasifikasi perubahan bunyi yang berdasarkan macam-macam perubahan bunyi yaitu
asimilasi, disimilasi dan perubahan berdasarkan tempat. Metode penelitian ini menggunakan
metode padan referensial dan metode padan ortografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
terdapat perubahan-perubahan yang termasuk dalam asimilasi, disimilasi dan perubahan
berdasarkan tempat.
Keywords: Canged Voice; Old Javanese; Standard Javanese
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan di beberapa wilayah
di Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung
dan sebagian di Jawa Barat, bahkan digunakan di luar negeri yaitu Suriname.
Bahasa ini merupakan bahasa peringkat kesebelas dunia yang digunakan di semua
negara dengan jumlah penutur 84.368.500 dengan populasi etnik 95.200.000
berdasarkan sensus pada tahun 2011 (Simons dan Charles, 2017). Selain itu,
bahasa Jawa sebagai bahasa daerah juga dijamin keberadaannya dan
kelestariaannya seperti dijelaskan pada pasal 36 Bab XV UUD 1945. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa berfungsi sebagai, (1) lambang
kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) sarana penghubung di
dalam keluarga dan masyarakat daerah.
Bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa dalam perkembangannya
memiliki hubungan timbal balik terhadap bahasa Indonesia, keduanya saling
melengkapi. Penelitian ini nantinya juga dapat memberikan sumbangan mengenai
kosa kata bahasa Jawa kepada bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahasa daerah
sebagai pendukung bahasa nasional. Berdasarkan periodisasi, bahasa Jawa saat ini
dikenal dengan bahasa Jawa Baru.
Secara historis bahasa Jawa Baru merupakan bahasa yang berkembang
dari bahasa Jawa Kuna dan Tengahan, yang termasuk dalam peninggalan bahasa
dari Proto Austronisia maupun Proto Melayu Javanic. Perpaduan perkembangan
ini dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta yang berasal dari India. Kandungan unsurunsur kebahasaan bahasa Sanskerta memengaruhi bahasa Jawa Kuna sehingga
terserap ke dalam bahasa Jawa Kuna. Penyerapan unsur-unsur asing dibaurkan ke
dalam bahasa Jawa Kuna sedemikian rupa, sehingga susunan dan sifatnya sebagai
bahasa Nusantara tetap utuh (Zoetmulder, 1994: 12).
Periodisasi perkembangan bahasa Jawa Kuna sampai Jawa Baru
mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. Adanya perbedaan-perbedaan
itu dipengaruhi oleh: (1) keadaan alam, misalnya mempengaruhi ruang gerak
penduduk setempat, baik mempermudah maupun mengurangi penduduk
berkomunikasi dengan dunia luar, (2) adanya batas-batas politik yang menjadi
jembatan terjadinya pertukaran budaya, yang menjadi salah satu sarana terjadinya
pertukaran bahasa, (3) adanya keunggulan dan hubungan bahasa-bahasa yang
terbawa ketika terjadi perpindahan penduduk, penyebaran atau bahasa yang
bertetangga, sehingga masuklah anasir-anasir kosakata, struktur, dan cara
pengucapan atau lafal. (Guiraud dalam Ayatrohaedi. 1983: 6).
Secara linguistik, banyak ditemukan perubahan-perubahan bahasa Jawa
Kuna ke bahasa Jawa Baru. Misalnya, perubahan fonologi pada kata wwang
[waG] yang berarti ‘manusia’ pada bahasa Jawa Kuna, berubah menjadi wong
[wOG] yang berarti ‘manusia’ pada bahasa Jawa Baru. Perubahan lain juga dapat
diamati pada kata adyus [adyus] pada bahasa Jawa Kuna berubah menjadi
menjadi adus [adUs] pada bahasa Jawa Baru.
Secara leksikal perubahan juga dapat diamati pada kosa kata leksikal
hawan [hawan] pada bahasa Jawa Kuna berubah menjadi dalan [dalan] pada
bahasa Jawa Baru. Perubahan bentuk leksika kedua bahasa tersebut tidak
memengaruhi makna leksikal kedua kosa kata tersebut yaitu, ‘jalan’ dalam bahasa
Indonesia. Perubahan-perubahan ini lah yang nantinya akan dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui proses apa yang terjadi pada perubahan tersebut
secara fonologi dan leksikal.
Penelitian mengenai perbandingan perubahan bahasa Jawa telah banyak
dilakukan diantaranya, “Kajian Ringkas Masalah Valensi Morfologi dalam Bahasa
Jawa Kuna” (Hunter, 1984), Fonem Vokal Bahasa Jawa Kuna dan Alofonalofonnya (Marsono, 1999), Analisis Kontrastif Bahasa Jawa dengan Bahasa
Indonesia (Tiani, 2015), dan “Numeralia Bahasa Jawa Kuna” (Miradayanti, tanpa
tahun). Fokus penelitian ini tentang bentuk numeralia dan ciri-ciri numeralia
bahasa Jawa Kuna. Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam hal
membandingkan bahasa, khususnya bahasa Jawa. Namun, belum ada yang
membandingkan antara bahasa Jawa Kuna dengan bahasa Jawa Baru dalam
bidang fonologi dan leksikal. Atas dasar inilah, peneliti memilih topik penelitian
perubahan bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru khususnya dalam bidang
fonologi dan leksikal.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perubahan fonologis bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa
Baru?
2. Bagaimanakah perubahan leksikal bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa
Baru?
3. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan perubahan fonologis bahasa Jawa Kuna ke bahasa
Jawa standar.
2. Mendeskripsikan perubahan leksikal bahasa Jawa Kuna ke bahasa
Jawa standar.
Tinjauan Teoritis
1. Pendekatan Linguistik Komparatif
Penelitian komparatif dua bahasa atau lebih bertujuan untuk melihat relasi
kekerabatan antara bahasa-bahasa yang dikaji, dan dapat dilakukan dengan kajian
linguistik historis komparatif dan kajian dialektologi. Kajian linguistik historis
komparatif berpijak pada upaya untuk mencari kesamaan dari unsur-unsur
kebahasaan yang terdapat di antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan.
Sedangkan kajian dialektologi dilakukan dengan berpijak pada upaya mencari
perbedaan (Mahsun, 2005). Penelitian ini menggunakan salah satu dari kajian
yaitu, kajian linguistik komparatif. Linguistik historis komparatif atau linguistik
diakronis, bahasa yang dikaji adalah bahasa dari satu masa ke masa yang lain.
Kajian linguistik diakronis diterapkan dengan mengamati perubahan-perubahan
yang dialami suatu bahasa. Kajian ini nantinya memberikan penjelasan mengenai
hakikat perubahan bahasa yaitu, bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru pada
fonologi dan leksikal.
2. Fonologi
Fonologi merupakan bidang mikrolinguistik yang mempelajari tentang
perubahan-perubahan bunyi yang terdapat pada fonem. Hal ini sejalan dengan
yang diutarakan oleh (Chaer, 2003: 102), yaitu fonologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa,
yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.
Ahli bahasa lain berpendapat sama yaitu, fonologi adalah bidang ilmu
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana,
2011: 45) atau sebagai bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-
bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan makna
leksikal dalam bahasa tersebut (Verhaar, 2001).
Keraf (1984: 85) menjelaskan bahwa macam-macam perubahan bunyi
didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam
sebuah segmen, atau dalam lingkungan yang lebih luas. Istilah perubahan bahasa
dipakai untuk memberi arti bahwa dalam pengertian luas, perubahan-perubahan
bentuk baik segmental maupun suprasegmental diakibatkan oleh proses fonologi.
3. Makna Leksikal
Makna leksikal merupakan makna yang sesuai dengan kamus, atau makna
yang terdapat pada kamus. Istilah “leksikon” dalam ilmu linguistik berarti
perbendaharaan kata-kata itu sendiri sering disebut “leksem” (Verhaar, 2001: 13).
Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning), atau
makna eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri
sendiri, entah dalam bentuk leksem atau dalam bentuk berimbuhan yang
maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa
tertentu (Pateda, 2010: 119). “Makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa
lepas dari penggunaannya atau konteksnya” (Harimurti dalam Pateda, 2010: 119).
4. Sejarah Singkat Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Kuna pertama kali muncul dalam sebuah prasasti Sukabumi
yang memuat tahun 726 Saka atau setara dengan tahun 804 Masehi. Jika dilihat
lebih mendalam, terdapat penanggalan prasasti Sukabumi mengacu pada tanggal
25 Maret. Maka dari itu, tanggal 25 Maret 804 ini merupakan tonggak yang
mengawali sejarah bahasa Jawa Kuna (Zoetmulder, 1994: 3). Dasar ini dipakai
karena tanggal inilah yang merupakan tonggak awal sejarah bahasa Jawa Kuna.
Istilah bahasa Jawa Kuna yang disebut oleh penutur bahasa Jawa sendiri
digunakan karena mempertimbangkan kurun waktu pemakaian bahasa pada waktu
itu (temporal) atau jaman kuna. L. Mardiwarsito dan Kridalaksana (1984: 13)
menyebutkan bahasa Jawa Kuna sebagai salah satu warga bahasa Austronesia
merupakan bahasa kesusastraan yang sangat tua. Salah satu karya tertua
diperkirakan berasal dari abad ke-8 Masehi.
Kerajaan Blambangan dinilai memiliki sejarah akhir dari bahasa Jawa Kuna.
Pasalnya, kerajaan yang berhadapan langsung dengan Bali ini masih
mempertahankan bahasa Jawa Kuna untuk beberapa waktu. Persebaran agama
Islam yang semakin meluas dan menjangkau pedalaman membuat keberadaan
bahasa Jawa Kuna dan kerajaan ini mengalami kemunduran. Akhirnya, pada abad
ke-17 kerajaan itu musnah, maka lengkaplah peralihan Jawa kepada agama Islam.
Ini menandakan tamatnya sastra Jawa Kuna yang selama enam abad mewujudkan
kebudayaan Hindu-Jawa (Zoetmulder, 1994: 25).
5. Sejarah Singkat Bahasa Jawa Baru
Bahasa Jawa atau disebut bahasa Jawa Baru mulai dipakai oleh
masyarakat Jawa sekitar abad 16 sampai sekarang. Bahasa Jawa Baru banyak
mendapat pengaruh kebahasaan dari bahasa Arab atau ditandai dengan beralihnya
kebudayaan Hindu-Budha-Jawa ke kebudayaan Islam Jawa (Wedhawati dkk.,
2006: 1).
Bahasa Jawa Baru memiliki bahasa Jawa standart yang didasarkan pada
bahasa Jawa daerah Solo dan Yogyakarta. Bahasa Jawa Surakarta dan Yogyakarta
merupakan bahasa Jawa baku. Bahasa Jawa baku di Surakarta, terutama yang
digunakan di Kota Surakarta yang berpusat di lingkungan keraton. Masyarakat
menganggap bahwa di samping sebagai pusat kegiatan politik dan pemerintahan,
keraton juga berperan sebagai pelestari dan pengembang kebudayaan (termasuk
bahasa), maka diterimanya bahasa Jawa menjadi bahasa baku (Ayatrohaedi,
1983).
Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai untuk mengkaji perbandingan bahasa Jawa
Kuna dengan bahasa Jawa Baru adalah penelitian deskriptif kualitatif. Ditegaskan
oleh Subroto (2007) bahwa penelitian kualitatif terutama yang dipakai untuk
meneliti ilmu-ilmu sosial atau humaniora. Maksud dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang muncul tanpa
menggunakan hipotesa dan data dianalisis serta hasilnya berbentuk deskriptif.
Fenomena-fenomena tersebut tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan
antara variable. Penelitian ini data yang dikumpulkan berbentuk kalimat bukan
angka.
2. Data dan Sumber Data
Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut didapatkan untuk
dapat dianalisis lebih lanjut, biasanya didapatkan melalui informan dan dokumendokumen tertentu. Hal ini didasarkan pada pengertian sumber data adalah si
penghasil atau pencipta bahasa yang dimaksud biasanya dinamakan narasumber
(Sudaryanto,
1993: 35). Jenis
sumber data secara
menyeluruh dapat
dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu narasumber (informan), peristiwa atau
aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar, dan rekaman, serta
dokumen atau arsip (Sutopo, 2002: 50--54). Sumber data dalam penelitian ini
mencangkup dua hal yaitu, berasal dari narasumber atau informan dan dokumen
atau arsip.
Sumber data pertama, berasal dari informan sebagai pengguna bahasa
dalam penelitian ini. Informan yang dimaksudkan adalah orang yang memahami
bahasa Jawa baku. Bahasa Jawa baku yaitu, bahasa yang didasarkan pada dialek
Jawa Tengah, terutama dari sekitar Kota Surakarta. Informan di dalam penelitian
ini didasarkan pada dialek Jawa Tengah di Kota Surakarta, karena peneliti berada
di Kota Surakarta sehingga memiliki waktu yang cukup untuk melakukan
penelitian. Sumber data yang kedua yaitu, berasal dari dokumen atau arsip yang
didapatkan dari kamus bahasa Jawa Kuna dan kamus Baoesastra Djawi. Sumber
data kamus bahasa Jawa Kuna ini dinyatakan dapat mewakili bahasa Jawa Kuna
pada masanya yang sekarang ini tidak lagi memiliki penutur.
Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam
(dalam arti luas), yang harus dicari/dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi
Subroto, 2007: 38). Data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan
narasumber atau informan di Kota Surakarta dan hasil rekap pengumpulan data
dari kamus bahasa Jawa Kuna dan Baoesastra Djawi yang sesuai dengan tujuan
penelitian penelitian.
3. Alat Penelitian
Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama merupakan
paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat bantu berguna untuk membantu
jalannya penelitian.
Alat utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sesuai dengan
pengertian alat utama merupakan peneliti sendiri artinya kelenturan sikap peneliti
mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi (Sutopo, 2002: 35-36). Adapun alat bantu penelitian terdiri dari buku dan bolpoin, sedangkan alat
bantu elektronik berupa alat perekam, komputer dan flashdisk.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan
data, menganilis data, dan memaparkan hasil penelitian. Hal ini diperkuat
berdasarkan pengertian metode merupakan cara mendekati, menganalisis, dan
menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2011: 136). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah wawancara. Teknik yang digunakan dalam metode ialah
teknik rekam. Teknik rekam yaitu, teknik yang digunakan untuk memperoleh data
dengan cara menggunakan alat perekam sebagai media untuk merekam tuturan
informan.
Teknik lain yang digunakan dalam metode pengumpulan data ialah teknik
catat. Teknik catat yaitu, melakukan pencatatan terhadap data yang relevan yang
sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik catat ini juga digunakan untuk
melakukan transkripsi data
hasil wawancara yang berbentuk rekaman suara
menjadi tulisan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk pengumpulan data sebagai
berikut. Pertama, peneliti mencatat kata-kata yang terdapat pada kamus bahasa
Jawa Kuna dan Baoesastra Djawa yang dianngap sesuai dengan sasaran dan
tujuan penelitian. Kemudian, peneliti melakukan wawancara mengenai bahasa
Jawa Baru yang baku atau standart yang terdapat di Kota Surakarta. Kemudian
hasil wawancara ditranskripsi dengan teknik catat menjadi sebuah tulisan.
Wawancara ini juga dimaksudkan untuk validasi data penelitian.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data ini merupakan upaya peneliti menangani langsung
masalah yang terkandung pada data. Analisis data kualitatif menurut Borgan dan
Biklen (dalam Moloeng, 2010) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan
cara mendeskripsikan bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru, kemudian
mencari perubahan-perubahan yang terjadi sesuai tingkat struktur bahasa,
terutama dari bentuk fonologi dan leksikal.
6. Metode Penyajian Data
Metode yang digunakan pada hasil penelitian ini adalah deskriptif,
informal dan formal. Deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan
semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada atau fenomenafenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1993: 62).
Metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang,
sedangkan metode informal menggunakan kata-kata biasa, maksudnya bahwa
pemaparan hasil analisis data menggunakan kata-kata yang sifatnya sederhana
agar mudah dipahami dan dimengerti (Sudaryanto, 1993: 145)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam tiga tahapan strategis dalam
pemahaman penelitian. Pada tahap ini dilakukan pengujian keterandalan atau
validitas hasil temuan. Hasil analisis data dalam penelitian ini adalah perubahan
yang terjadi pada bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru yang terjadi pada
fonologi dan leksikal.
Hasil penelitian dan pembahasan
1. Daftar Kosakata Dasar Swadesh
No
Kosakata
Jawa Kuna
Jawa
.
Dasar
Baru
1
abu
hawu
awu
101
jatuh
tiba
tiba
2
air
bañu
banyu
102
jauh
adoh
adoh
3
akar
wod
oyod
103
kabut
pĕḍut
pedhut
4
aku
aku
aku
104
kaki
suku
sikil
5
alir (me)
humilī
mili
105
kalau
yen
yen
6
anak
anak
anak
106
kami, kita
kami
awakedhewe
7
angin
aṅin
angin
107
kamu
sira
kowe
8
anjing
añjiṅ
asu
108
kanan
tĕṅĕn
tengen
9
apa
apa
apa
109
karena
apan
amarga
10
api
apuy
geni, api
110
kata (ber)
liṅ
ngomong
11
apung
kambaṅ
kambang
111
kecil
cili
cilik
12
asap
kukus
beluk
kelahi
adu
gelut
13
awan
hima
mega
113
kepala
ĕṇḍas
endhas
14
bagaimana
apa
kepiye
114
kering
kiṅ
garing
15
baik
becik
becik
115
kiri
kiwa
kiwa
16
bakar
bakar
bakar
116
kotor
rĕgĕd
reged
17
balik
wuri
buri
117
kuku
kuku
kuku
18
banyak
kweh
akeh
118
kulit
cerma
kulit
19
bapak
bapa
bapak
119
kuning
jĕnar
kuning
20
baring
maguliṅan
mlumah
120
kutu
krĕmi
tuma
21
baru
hañar
anyar
121
lain
lyan
liya
22
basah
tĕlĕs
teles
122
langit
awaṅ
langit
23
batu
watu
watu
123
laut
samudra
segara,samudr
24
beberapa
sakweh
sakeh
124
lebar
amba
amba
25
belah (me)
bĕlah
nyigar
125
leher
gulū
gulu
26
benar
bĕnĕr
bener
126
lelaki
laki
lanang
112
(ber)
a
27
benih
winih
winih
127
lempar
buñcal
uncal
28
bengkak
abuh
abuh
128
licin
lĕyö
lunyu
29
berenang
ṅlaṅhuy
nglangi
129
lidah
ilat
ilat
30
berjalan
lumaku
mlaku
130
lihat
dölö
delok
31
berat
bot
abot
131
lima
pañca
lima
32
beri
weh
weh
132
ludah
hidu
idu
33
besar
gĕḍe
gedhe
133
lurus
bĕnĕr
kenceng
34
bilamana
yen
yen
134
lutut
dĕkuṅ
dhengkul
35
binatang
iṇwan
kewan
135
main
dolan
dolan
36
bintang
bintaṅ
lintang
136
makan
mangan
mangan
37
buah
wwah
woh
137
malam
ratri
wengi
38
bulan
candra
mbulan
138
mata
mata
mata
39
bulu
warut
wulu
139
matahari
surya
srengenge
40
bunga
kĕmbaṅ
kembang
140
mati
pĕjah
mati
41
bunuh
amati
mateni
141
merah
abang
abang
42
buru (me)
ambĕḍag
mburu
142
mereka
rasika
dheweke
43
buruk
niṣṭa
ala
143
minum
nginum
ngombe
44
burung
kokila
manuk
144
mulut
caṅkĕ
m
cangkem
45
busuk
luḍuh
bosok
145
muntah
mutah
mutah
46
cacing
caciṅ
cacing
146
nama
aran
jeneng
47
cium
ambuṅ
ambung
147
napas
prana
ambegan
48
cuci
umbah
umbah
148
nyanyi
ṅiduṅ
nyanyi
49
daging
bapuh
daging
149
orang
wwang
wong
50
dan
lan
lan
150
panas
panas
panas
51
danau
ranu
tlaga
151
panjang
dawā
dawa
52
darah
getih
getih
152
pasir
wĕni
wedhi
53
datang
tĕka
teka
153
pegang
cĕkĕl
cekel
54
daun
goḍoṅ
godhong
154
pendek
cĕpak
cendhak
55
debu
kĕbu
lebu
155
peras
pulir
peres
wadwan
wadon
perut
udara
weteng
158
pikir
aṅrasa
pikir
ing jero
159
pohon
aṅĕn
wit
ri
ing
160
potong
tugĕl
tugel
di mana
i ĕndi
ing endi
161
punggung
gĕgĕr
geger
62
dingin
tis
adhem
162
pusar
pusĕr
udel
63
diri (ber)
adĕg
ngadeg
163
putih
putih
putih
64
di sini
i kene
ing kene
164
rambut
rambut
rambut
65
di situ
i kana
ing kono
165
rumput
sukĕt
suket
66
dorong
suruṅ
surung
166
satu
siji
siji
67
dua
rwa
loro
167
sayap
ĕlar
swiwi
68
duduk
liṅgih
lungguh
168
sedikit
kĕḍik
sethithik
69
ekor
buntut
buntut
169
siang
rina
awan
70
empat
pat
papat
170
siapa
sapa
sapa
71
kau
sira
kowe
171
sempit
cihut
ciyut
72
gali
ḍuḍuk
dhudhuk
172
semua
kabeh
kabeh
73
garam
garĕm
uyah
173
suami
laki
bojo
74
garuk
kukur
kukur
174
sungai
kali
kali
75
gemuk
lĕmu
lemu
175
tajam
laṇḍĕp
landhep
76
gigi
waja
untu
176
tahu
tahu
tau
77
gigit
cokot
cokot
177
tahun
tahun
taun
78
gosok
inurap
gosok
178
takut
wĕdi
wedi
79
gunung
arga
gunung
179
tali
tali
tali
80
hantam
antĕm
antem
180
tanah
lĕmah
lemah
81
hapus
aṅilagakĕn
busek
181
tangan
taṅan
tangan
82
hati
ati
ati
182
tarik
tarik
tarik
acĕpak
cedhak
56
dekat
156
57
dengan
lan
lan
157
58
dengar
röngö
rungu
59
di dalam
i jro
60
di, pada
61
perempua
n
83
hidung
iruṅ
irung
183
tebal
kandĕl
kandel
84
hidup
hurip
urip
184
telinga
kupiṅ
kuping
85
hijau
ijo
ijo
185
telur
ĕṇḍog
endhog
86
hisap
isĕp
isep
186
terbang
ibĕr
miber
87
hitam
hirĕṅ
ireng
187
tertawa
aguyu
ngguyu
88
hitung
ituṅ
itung
188
tetek
susu
susu
89
hujan
hudan
udan
189
tidak
ora
ora
90
hutan
alas
alas
190
tidur
turū
turu
91
ia
ika
dheweke
191
tiga
tĕlu
telu
92
ibu
babu
ibu
192
tikam
tikam
ngunus
93
ikan
mina
iwak
193
tipis
tipis
tipis
94
ikat
ikĕt
taleni
194
tiup
dĕmu
damu
95
ini
iki
iki
195
tongkat
jĕjĕr
tongkat
96
isteri
strī
setri
196
tua
tuha
tuwa
97
itu
ika
ika
197
tulang
baluṅ
balung
98
jahit
dinom
dondom
198
tumpul
kĕṭul
kethul
99
jalan
dalan
dalan
199
ular
ula
ula
100
jantung
jaja
jantung
200
usus
usus
usus
2. Perubahan-perubahan Bunyi
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi dimana dua fonem
yang berbeda pada bahasa proto mengalami perubahan dalam masa
sekarang menjadi fonem yang sama.
(1) Asimilasi Labial
Merupakan suatu proses yang terjadi pada vokal.
No
.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa
Baru
1.
angin
aṅin
angin
21.
kiri
kiwa
kiwa
2.
apa
apa
apa
22.
lebar
amba
amba
3.
baik
becik
becik
23.
leher
gulū
gulu
4.
benih
winih
winih
24.
licin
lĕyö
lunyu
5.
bengkak
abuh
abuh
25.
ludah
hidu
idu
6.
berenang
ṅlaṅhuy
nglangi
26.
mata
mata
mata
7.
cacing
caciṅ
cacing
27.
orang
wwang
wong
8.
cium
ambuṅ
ambung
28.
panjang
dawā
dawa
getih
getih
29.
perempua
wadwan
wadon
9.
darah
10.
datang
tĕka
teka
30.
putih
putih
putih
11.
dengar
röngö
rungu
31.
rambut
rambut
rambut
12.
dorong
suruṅ
surung
32.
siapa
sapa
sapa
13.
duduk
liṅgih
lungguh
33.
tarik
tarik
tarik
14.
ekor
buntut
buntut
34.
telinga
kupiṅ
kuping
15.
gali
ḍuḍuk
dhudhuk
35.
tidur
turū
turu
16.
garuk
kukur
kukur
36.
tiup
dĕmu
damu
17.
hidung
iruṅ
irung
37.
tulang
baluṅ
balung
18.
hitung
ituṅ
itung
38.
tumpul
kĕṭul
kethul
19.
itu
ika
ika
39.
ular
ula
ula
20.
jatuh
tiba
tiba
40.
usus
usus
usus
n
(2) Asimilasi Palatal
Adalah proses perubahan yang terjadi atas konsonan.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
balik
wuri
buri
5.
pasir
wĕni
wedhi
2.
binatang
iṇwan
kewan
6.
pendek
cĕpak
cendhak
bintang
bintaṅ
lintang
7.
sempit
cihut
ciyut
debu
kĕbu
lebu
8.
tua
tuha
tuwa
3.
4.
(3) Asimilasi Fariangilasi
Semacam asimilasi yang dalam tata bahasa, bahasa-bahasa tersebut
dinamakan emfasis.
b. Disimilasi
Perubahan serangkaian fonem yang sama menjadi fonem-fonem yang
berbeda, dengan prinsip kelegaan.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
akar
wod
oyod
7.
ibu
babu
ibu
2.
api
apuy
geni, api
8.
jahit
dinom
dondom
3.
berjalan
lumaku
mlaku
9.
kaki
suku
sikil
4.
bunuh
amati
mateni
10.
lihat
dölö
delok
5.
dekat
acĕpak
cedhak
11.
sedikit
kĕḍik
sethithik
6.
dua
rwa
loro
12.
tertawa
aguyu
ngguyu
c. Perubahan Berdasarkan Tempat
(1) Metatesis
Merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran
tempat dua fonem.
(2) Afresis
Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa
penghilangan sebuah fonem pada awal sebuah kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
Abu
hawu
awu
6.
hitam
hirĕṅ
ireng
2.
alir (me)
humilī
mili
7.
hujan
hudan
udan
3.
Baru
hañar
anyar
8.
lempar
buñcal
uncal
4.
Berat
bot
abot
9.
terbang
ibĕr
miber
5.
Hidup
hurip
urip
(3) Sinkup
Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa
penghilangan sebuah fonem pada tengah sebuah kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
beberapa
sakweh
sakeh
2.
tahu
tahu
Tau
3.
tahun
tahun
taun
(4) Apokop
Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa
penghilangan sebuah fonem pada akhir sebuah kata.
No.
1.
Kosakata
Dasar
lain
Jawa Kuna
lyan
Jawa Baru
liya
(5) Protesis
Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada
awal kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
banyak
kweh
akeh
2.
diri (ber)
adĕg
ngadeg
3.
empat
pat
(6) Epentesis
Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada
tengah kata.
No.
1.
Kosakata
Dasar
isteri
(7) Paragog
Jawa Kuna
strī
Jawa Baru
setri
Papat
Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada
akhir kata.
No.
Kosakata
Dasar
Jawa Kuna
Jawa Baru
1.
bapak
bapa
bapak
4.
di mana
i ĕndi
ing endi
2.
kecil
cili
cilik
5.
di sini
i kene
ing kene
3.
di dalam
i jro
ing jero
6.
di situ
i kana
ing kono
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan atau penjelasan diatas, sesuai dengan judul
”Lelagon Gugur Gunung Sebagai Spirit Jiwa Nasionalis”. Penulis dapat
menyimpulkan bahwa gotong royong adalah suatu budaya yang nasionalis dan
menjadi sebuah identitas yang sesungguhnya dari bangsa Indonesia. Kemudian
budaya gotong royong tersebut dijadikan sebuah lagu yang berjudul Gugur
Gunung yang didalamnya mempunyai kandungan nilai gotong royong. Nilai itu
bertujuan menumbuhkan jiwa Nasionalisme dalam Ke-bhinneka-tunggal-ika-an
yang terkandung disetiap bait lagunya.
Budaya gotong royong sudah sepantasnya direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara. Selain itu,
budaya gotong royong harus dilandasi dengan rasa kekeluargaan, kebersamaan,
rela berkorban dan keikhlasan untuk mencapai sebuah kerukunan dan persatuan.
Bercermin pada lirik-lirik lagu Gugur Gunung, kehidupan seperti itulah yang
sebenarnya harus kita laksanakan bersama.
Saran
Guna menumbuhkan jiwa nasionalis dalam kebhinekaan maka perlu
adanya penanaman konsep gotong royong yang terkandung di dalam lagu Gugur
Gunung kepada seluruh elemen masyarakat. Dengan demikian, diharapkan
seluruh elemen masyarakat dapat lebih menjaga kerukunan, kesatuan, dan
keutuhan bangsa dan negara.
Daftar Pustaka
Abdullah, Wakit dan Sri Lestari Handayani. 2012. Bahasa Jawa Kuna: Sejarah,
struktur dan Leksikonnya. Surakarta: Sastra Daerah Fakultas Sastra dan
Seni Rupa.
Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Harimurti, Kridalaksana. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
HB. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar Teoritis dan
Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Hunter, Thomas M.. 1984. Kajian Ringkas Masalah Valensi Morfologi dalam
Bahasa Jawa Kuna. Makalah sajian Bidang Sasrtra Nusantara, Fakultas
Sastra, Universitas Gadjah Mada.
Keraf. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja
Rosdakarya.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode, dan
tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mardiwarsito, L. dan Harimurti Kridalaksana. 1984. Struktur Bahasa Jawa Kuna.
Ende Flores: Nusa Indah.
Marsono. 1999. Fonem Vokal Bahasa Jawa Kuna dan Alofon-alofonnya. Dalam
Humaniora No. 10 Januari-April 1999.
Miradayanti, Dewa Ayu Carma. Tanpa tahun. Numeralia Bahasa Jawa Kuna.
Sastra Jawa Kuna Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters
Uitgevers, Maatschappij.
sealang.net/ojed/ diakses pada Jumat, 09 Maret 2018 pukul 14.00.
Simons, Gary F. Dan Charles D. Fennig (eds.). 2017. Ethnologue: Bahasa Dunia,
edisi ke dua puluh. Dallas, Texas: SIL Internasioanal.
Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:
UNS Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Tiani, Riris. 2015. Analisis Kontrastif Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia.
dalam Humanika Vol.21 No. 1. Tahun 2015.
Verhaar, JWM. 2001. Asas-asas Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.
Zoetmulder, P. J. 1994. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang.
Jakarta: Djambatan.
Zoetmulder, P. J. dan S. O. Robson. 2000. Kamus Jawa Kuna–Indonesia. Jilid 1
dan 2. Terjemahan Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.