BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis terhadap Implementasi Perjanjian Pemborongan Rehab Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan antara Dinas Kesejahteraan dan Sosial dengan CV. Rapima

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hanya bangsa yang menghargai jasa pahlawannya dapat menjadi bangsa yang
besar. Eksistensi dan kejayaan bangsa tidak terlepas dari sejarah silamnya dan
para pahlawanlah yang telah menghantarkan kita ke pintu gerbang kemerdekaan
sehingga dapat meneruskan perjuangan leluhurnya pembangunan kesejahteraan
sosial. Upaya mewujudkan penghormatan kepada para pahlawan dapat dilakukan
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha secara bersama-sama dengan cara
memelihara dan mengelola Taman Makam Pahlawan (TMP) dan Makam
Pahlawan Nasional (MPN).1
Pembinaan, pelestarian dan pengembangan nilai kepahlawanan dalam
pelaksanaannya dijabarkan melalui program dan sasaran yang digariskan. Namun,
dalam kenyataannya masih terlihat adanya kekurang mantapan terutama dalam
upaya pelestarian nilai kepahlawanan. Untuk melestarikan dan mengembangkan
nilai kepahlawanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya
pembinaan terhadap masyarakat agar dapat menghayati dan mengamalkan nilainilai tersebut terutama bagi golongan generasi muda.
Penghayatan dan pengamalan nilai kepahlawanan dan keperintisan dapat
dilihat melalui beberapa indikator antara lain :

1. Semakin erat serta membudayanya sikap dan perilaku kepahlawanan dan
keperintisan dalam masyarakat seperti :
a. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Cinta bangsa dan tanah air
c. Berjiwa militan
1

Kementrian Sosial RI Direktorat Kepahlawanan Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial,
Standarisasi Taman Makam Pahlawan Nasional dan Makam Pahlawan Nasional, Jakarta, 2013,
hal. 1

1
Universitas Sumatera Utara

2

d. Gagah berani
e. Rela berkorban tanpa pamrih untuk kepentingan bangsa dan tanah air
f. Percaya kepada kekuatan/kemampuan sendiri
g. Bertanggung jawab

h. Bercita-cita tinggi
i. Berwibawa
j. Berkepentingan
k. Tidak menganal menyerah dan berkeluh kesah
l. Mampu menghimpun kekuatan.
2. Semakin meningkat dan mantapnya kesadaran masyarakat dalam
menghargai jasa-jasa pahlawan dan perintis /kemerdekaan.
3. Adanya peningkatan peran serta masyarakat terhadap 7 program gerakan
nasional pelestarian dan pengamalan nilai kepahlawanan, yaitu publikasi
dan penyuluhan tentang kepahlawan, sarahsehan tentang kepahlawanan,
mempercantik TMP/MPN, ziarah wisata di TMP/MPN, napak tilas,
pemberian kemudahan/penghargaan kepada keluarga pahlawan/perintis
kemerdekaan dan pameran pembangunan.2
Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) dan Makam Pahlawan Nasional
(MPN) cenderung luput dari perhatian publik. Keberadaannya dianggap tidak
mempunyai

manfaat

bagi


masyarakat

sehingga

kepedulian untuk ikut

berpartisipasi dalam memelihara, apalagi untuk mengelola masih rendah.
Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) dan Makam Pahlawan Nasional
(MPN) terkesan tertutup bagi umum. Kesan seperti ini tidak tepat dan mengurangi
arti perjuangan para tokoh di masa lalu dan menghilangkan makna sejarah, juga
mempersempit arti nilai-nilai keperintisan dan kepahlawanan yang semestinya
tertanam kuat dalam jiwa bangsa. Pada titik inilah seharusnya Taman Makam
Pahlawan Nasional (TMPN) dan Makam Pahlawan Nasional (MPN) di pelihara
dan dikelola agar menjadi kebanggaan, menjadi simbol penghargaan dan menjadi
wahana penanaman nilai-nilai keperintisan dan kepahlawanan, terutama bagi
generasi muda.

2


Data dan Infomasi Pembinaan Kepahlawanan dan Keperintisan, Departemen Sosial RI
Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial Direktorak Urusan Kepahlawan dan Perintis
Kemerdekaan, Jakarta, 1996/1997, hal. 1

Universitas Sumatera Utara

3

Saat ini terdapat 370 Taman Makam Pahlawan Nasional Nasional yang terdiri
dari: 1 TMPN Utama (TMPN Utama Kalibata), 30 TMPN Tingkat Provinsi, 338
TMPN tingkat Kabupaten/Kota dan 1 TMPN di luar negeri (Timor Leste). Selain
itu terdapat pula 90 MPN: 89 MPN tersebar di 22 Provinsi dan 1 MPN berada di
luar negeri (MPN Tuanku Tambusai di Malaysia).
Secara umum, kondisi faktual TMPN dan MPN masih memprihatinkan. Hal
ini antara lain disebabkan belum terlaksananya pemeliharaan dan pengelolan yang
sesuai dengan panduan standarisasi tentang TMPN dan MPN. Akibatnya
sebahagian dari fungsi TMPN dan MPN tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Sebaliknya, TMPN dan MPN dinilai sebagai tempat pemakaman semata.
Akhirnya baik TMPN maupun MPN secara kultural dianggap tidak memiliki
perbedaan dengan tempat pemakaman umum lainnya.

Kondisi faktual pengelolaan TMPN dan MPN masih banyak yang kurang
terawat, di samping itu, peran aktif masyarakat dalam memelihara TMPN/MPN
masih sangat kurang. Oleh karenanya diperlukan peningkatan pemeliharaan,
pembangunan, rehabilitasi/pemugaran dan peningkatan fungsi TMP dan MPN
secara terus menerus sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang berlaku.
Adapun yang menjadi fungsi TMPN dan MPN adalah sebagai berikut :
a. Sebagai wujud penghargaan dan penghormatan terhadap jasa-jasa para
Pahlawan/Pejuang.
b. Sebagai Sarana Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan
Kesetiakawanan Sosial.
c. Sebagai Obyek Studi dan Ziarah.

Universitas Sumatera Utara

4

Sejalan dengan fungsi TMPN dan MPN tersebut di atas, maka diperlukan
berbagai komponen fisik yang dibangun untuk mewujudkan fungsi tersebut. Oleh
karena itu diperlukan berbagai sarana dan prasarana fisik, baik di TMPN maupun

di MPN. Komponen f isik TMPN :
1.) Makam (kijing dan nisan).
2.) Petak makam.
3.) Monumen.
4.) Plaza utama.
5.) Jalan utama.
6.) Pintu gerbang.
7.) Tembok nama.
8.) Tiang bendera.
9.) Tembok abadi.
10.) Ruang kantor.
11.) Perpustakaan.
12.) Ruang persemanyaman.
13.) Jalan setapak di petak makam.
14.) Pagar keliling.
15.) Pertamanan.
16.) Halaman parkir.
17.) Rumah Petugas.3
Dengan memperhatikan gambaran umum TMPN dan MPN di atas, maka
perlu di tetapkan Standard TMPN dan MPN. Penetapan standar ini dilakukan agar

3

Kementerian Sosial RI Direktorat Kepahlawanan Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial,
Op, Cit. hal. 8

Universitas Sumatera Utara

5

setiap pengelola TMPN dan MPN mempunyai acuan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi setempat dengan memperhatikan Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 Tentang Standar pengelolaan Taman
Pahlawan Nasional dan Makam Pahlawan Nasional.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mempunyai tugas dalam memelihara
Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) dan Makam Pahlawan nasional
(MPN), berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang
Organisasi Tata Kerja Kementrian Sosial. Pemerintah daerah mempunyai otonomi
untuk mengelola dan menyelenggarakan tata pemerintahannya masing-masing
mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang telah mengalami perubahan melalui Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008.
Undang-Undang tersebut memayungi tanggungjawab pemerintah daerah
untuk mengelola wilayahnya. Hal ini dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Privinsi sebagai daerah otonom telah mengatur batas kewenangan Pemerintah dan
Provinsi.4 Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan
amanat dari undang-undang otonomi daerah merupakan salah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas dan fungsi untuk mengelola
Taman Makam Pahlawan Nasional Bukit Barisan.
Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu
Dinas Provinsi Sumatera Utara dimana berperan untuk melakukan pembangunan

4

Ibid, hal.

Universitas Sumatera Utara

6


dalam bidang rehab Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan merupakan
salah satu wujud pembangunan di bidang fisik yang dilaksanakan oleh pemerintah
dalam hal ini Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara ini tidak
dapat secara langsung melakukan pembangunan

pekerjaan pemborongan,

sehingga perlu untuk mengadakan kontrak dengan kontraktor yang persyaratannya
sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Salah satu perusahaan
kontraktor yang mengadakan kontrak dengan Dinas Kesejahteraan Dan Sosial
Provinsi Sumatera Utara adalah CV. RAPIMA. Hubungan kerjasama antara Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara dengan CV. RAPIMA disebut
dengan perjanjian atau sering dikenal dengan kontrak.
Dari segi hukum perjanjian, pemborongan pekerjaan harus tunduk kepada
aturan-aturan hukum pejanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III dan
peraturan-peraturan lainnya seperti Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
(selanjutnya disebut Kepres No. 80/2003) jo Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2005 (Selanjutnya disebut Perpres No. 32/2005) jo Peraturan Presiden Nomor 8
Tahun 2006 (Selanjutnya disebut Perpres No. 8/2006) jo Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 (Selanjutnya disebut Perpres Np. 54/2010) jo Peraturan
Presiden Nomor 35 tahun 2011 (Selanjutnya disebut Perpres No. 35/2011) untuk
mencegah terjadinya sengketa dikemudian hari, karena adanya kesalahpahaman
antara pihak pemberi pekerjaan dengan pihak yang melakukan pekerjaan. Aturan
mengenai hak dan kewajiban serta hubungan pihak-pihak lain tersebut juga diatur
dalam kontrak kerja atau suat perjanjian tersebut. Adanya surat perjanjian atau
kontrak kerja tersebut masing-masing pihak harus menjaga keseimbangan hak dan
kewajibannya.

Universitas Sumatera Utara

7

Pelaksanaan proyek pemborongan ini, para pihak yang terlibat tidak boleh
mengabaikan akta perjanjian. Pemborongan dalam melaksanaakan pekerjaannya
harus selalu berpatokan pada isi perjanjian yang telah disepakati bersama antara
pemborong dengan yang memborongkan, karena apabila terjadi penyimpangan
dapat dijadikan alasan untuk menyatakan telah terjadi wanprestasi, dan isi
perjanjian harus memperhatikan asas keadilan dan keseimbangan.
B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan maka permasalahan
yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini yaitu :
1. Bagaimanakah proses terjadinya perjanjian pemborongan rehab Taman
Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan antara Dinas Kesejahteraan dan
Sosial dengan CV. RAPIMA ?
2. Bagaimanakah proses penerapan perjanjian pemborongan rehab Taman
Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan ?
3. Bagaimanakah

pengaturan

akibat

wanprestasi

dalam

perjanjian

pemborongan rehab Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan
Antara Dinas Kesejahteraan dan Sosial dengan CV. RAPIMA ?
4. Bagaimanakah upaya penyelesaian sengketa yang timbul dalam perjanjian
pemborongan

rehab Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan

antara Dinas Kesejahteraan dan Sosial dengan CV. RAPIMA ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana hukum pada Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara, sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

8

permasalahan yang dirumuskan, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang prosedur terjadi perjanjian pemborongan rehab
Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan antara Dinas Kesejahteraan dan
Sosial dengan CV. RAPIMA.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pelaksanaan pekerjaan perjanjian
pemborongan rehab Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan.
3. Untuk mengetahui akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian borongan
rehab Taman Makam Pahlawan antara Dinas Kesejahteraan dan Sosial
dengan CV. RAPIMA
4. Untuk mengetahui tentang cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam
Perjanjian pemborongan rehab Taman Makam Pahlawan antara Dinas
Kesejahteraan Dan Sosial dengan CV. RAPIMA.
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penulisan

skripsi

ini

diharapkan

dapat

menjadi

bahan

untuk

pengembangan pengetahuan dan wawasan serta kajian lebih lanjut untuk
mahasiswa serta masyarakat yang ingin mengetahui dan memperdalam
hukum perdata yang khususnya mengenai kajian perjanjian pemborongan.
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan
penulis dalam pembuatan karya ilmiah dan sebagai sarana untuk
menerapkan ilmu pengetahuan di bidang hukum.

Universitas Sumatera Utara

9

2. Manfaat Praktis
Selain manfaat teoretis, penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat secara praktis bagi masyarakat yang masih awam
menganai perjanjian pemborongan serta dapat memberikan masukan bagi
instansi pemerintah tentang cara membuat perjanjian pemborongan yang
baik dan melaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang
diakibatkan keterbatasan kemampuan. Namun kiranya tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif (Yuridis Normatife) dan yuridis empiris. Penelitian hukum
normatif yaitu penelitian hukum yang mengacu pada studi kepustakaan,
mengolah dan menggunakan data-data sekunder yang bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara peraturan
dengan penerapan dalam praktek di lapangan. 5 Yuridis empiris yaitu
prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian
dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan
dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan.
2. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu penulisan dilakukan dengan terjun
langsung kelapangan untuk mendapatkan informasi guna mendukung data

5

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105-107

Universitas Sumatera Utara

10

yang telah ada.
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data skunder yaitu data yang
bersumber dari penelitian kepustakaan yang diperoleh dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai
kekuatan mengikat dari sudut norma, peraturan dasar, peraturan
perundang-undangan dan merupakan landasan utama untuk dipakai
dalam rangka penelitian ini, yaitu Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintahan, Peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Uraian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi
Sumatera Utara,

KUH Perdata, dan Peraturan-peraturan lain yang

berkaitan dengan objek penelitian.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan dari buku hukum yang memberi
penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil penelitian atau
karya ilmiah dan pendapat dari kalangan pakar hukum yang berkaitan
dengan penelitian ini.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yaitu mencakup literatur-literatur lain di luar
cakupan bahan hukum primer dan sekunder yang digunakan untuk
memberikan penjelasan tambahan untuk melengkapi data penelitian.
4. Alat pengumpulan data

Universitas Sumatera Utara

11

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah:6
a. Studi dokumen
Studi dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui data
tertulis.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan Bapak Jenni Ginting Selaku Sekertaris
Pengadaan Lelang di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera
Utara dan Bapak Sabar Lumbang Gaol Selaku bagian Profesi/Keahlian
Teknik CV. RAPIMA.
F. Keaslian Penulisan
Penulisan Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Implementasi
Perjanjian Pemborongan Rehab Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Antara
Dinas Kesejahteraan dan Sosial dengan CV. RAPIMA”.
Judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Sumatera Utara.
Penulis menyusun melalui media referensi buku-buku, media elektronik (internet)
sebagai sarana penunjang informasi jaringan perpustakaan. Dalam proses
pengajuan skripsi ini harus didaftarkan terlebih dahulu ke perpustakaan dan
disahkan oleh Ketua Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Kalaupun ada judul yang serupa namun materi pembahasan yang dilakukan
berbeda dari permasalahan yang diangkat juga berbeda. Penulisan skripsi ini
merupakan penulisan yang pertama dan asli adanya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi, pembahasan secara sistematis sangat diperlukan
6

Abdulkadir Muhammad (I), Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Adytia Bakti, Bandung,
2003, hal. 122

Universitas Sumatera Utara

12

untuk memudahkan dalam membaca, memahami maupun memperoleh manfaat
dari skripsi tersebut. Untuk memudahkan hal tersebut, maka penulisan skripsi ini
disusun secara menyeluruh mengikat kerangka dasar yang terbagi dalam bab per
bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I

: Bab I ini akan membahas mengenai latar belakang penulisan skripsi,
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian,
keaslian penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

BAB II

: Bab II Merupakan bab yang memberikan penjelasan tinjauan umum
mengenai perjanjian. Pada bab ini penulis menjelaskan pengertian
perjanjian, syarat sahnya perjanjian, jenis-jenis perjanjian, akibat
hukum perjanjian, berakhirnya suatu perjanian.

BAB III

: Bab III merupakan bab yang memberikan penjelasan mengenai
pengertian

perjanjian

pemborongan,

bentuk-bentuk

perjanjian

pemborongan, dan macam-macam dan jenis perjanjian pemborongan.
BAB IV

: Bab IV merupakan bab yang menguraikan proses terjadinya
perjanjian pemborongan rehab Taman Makam Pahlawan Bukit
Barisan Antara Dinas Kesejahteraan dan Sosial dengan CV. RAPIMA,
lalu penerapan perjanjian pemborongan rehab Taman Makam
Pahlawan Bukit Barisan Medan, akibat hukum wanprestasi dalam
perjanjian pemborongan rehab Taman Makam Pahlawan Bukit
Barisan Medan antara Dinas Kesejahteraan dan Sosial dengan CV.
RAPIMA dan penyelesaian sengketa yang timbul dalam perjanjian

Universitas Sumatera Utara

13

pemborongan rehab Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Antara
Dinas Kesejahteraan dan Sosial dengan CV. RAPIMA.
BAB V

: Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini. Di mana
Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil analisa dari babbab sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65