LAPORAN PRAKTI KUM TEGANGAN PERMUKAAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEGANGAN PERMUKAAN

LABORATORIUM FARMASETIK

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN PRAKTIKUM
TEGANGAN PERMUKAAN

NAMA

: RIZKY RAHMAWATI

STAMBUK

: 15020120212

KLS/KLP

: 36/1 (SATU)


ASISTEN

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013

: NIHAJAR UMAR

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tegangan permukaan atau tegangan bidang batas adalah gaya yang
terdapat pada setiap bidang batas antara dua media berusaha
memperkecil luas bidang itu, oleh karena itu permukaan zat cair
kenderung kemenahan usaha perluasan permukaan dan karena itu
tegangan permukaan dapat didefenisikan dengan gaya yang terdapat
pada setiap bidang bahan yang menahan perluasan permukaan.

Kita sering membuat perbedaan antara tegangan permukaan dengan
tegangan bidang batas, dengan tegangan permukaan dimaksudkan
tegangan pada permukaan cairan yang berbatasan dengan udara,
sedangkan istilah yang kedua dimaksudkan gaya bekerja pada bidang
batas antara dua cairan yang tidak berbaur dan untuk memperoleh
sekedar gambaran mengenai perbandingan gaya intrermolekul.
Tegangan permukaan merupakan penjelmaan dari pada interaksi gaya
intermolekul yang timbul akibat molekul-molekul yang terdapat pada
bidang batas itu tidak dikelilingi secara sistematik oleh molekul yang
lainnya. Tidak seperti halnya dengan molekul-molekul yang terdapat
ditengah-tengan fasa suatu materi.
I.2 Tujuan Praktikum

a. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan
suatu zat cair
b. Menentukan tegangan permukaan zat cair
c. Menentukan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dengan metode
pipa kapiler

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Teori Umum

Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang
harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke
dalam. Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam
satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek
yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh
seseorang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali.
(Martin, 1990)
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa
metode antara lain (Kosman dkk, 2005);
a.

Metode cincin de-Nouy

Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan

tegangan antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan
pada kenyataan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin
yang tercelup pada zat cair sebanding dengan tegangan permukaan atau
tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin
dalam hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne.
Maka tegangan permukaan;

Dimana
F

= Gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin

L

= keliling cincin

f

= faktor koreksi


Faktor koreksi diperlukan karena ada variabel-variabel tertentu yang
tidak dapat diabaikan yaitu ;


Jari-jari cincin



Jari-jari kawat yang membentuk cincin



Volume zat cair yang naik dari permukaan

b.

Metode kenaikan kapiler

Metode ini hanya digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan

dua zat cair yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam
suatu zat cair, maka zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya
gesek ke atas diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke bawah akibat berat
zat cair.


Komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan yaitu ;



Keliling penampang pipa = 2 pr


Sudut kontak antar permukaan zat dengan dinding kapiler = q maka
gaya ke atas total = 2 prg cos q.
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair
yang adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada
gaya adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya. Salah

satu model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku
pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk
oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini
timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan
gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi). (Ansel, 1985)
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap
molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di
bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul
cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total
yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian.
Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh
molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada

permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah karena
adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di
permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut
sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada
permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis. (Anief,
1993)

Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka
gas/cair. Walaupun istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan
permukaan. Karena setiap artikel zat, apabila itu bakteri, sel, koloid,
granul atau manusia, mepunyai suatu antarmuka pada batas
sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan
adalah gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair
yang tidak bercampur, sedangkan tegangan permukaan adalah gaya
persatuan panjang bias juga digambarkan dengan suatu rangka kawat
tiga sisi dimana suatu bidang datar bergerak diletakkan. (M/artin, 1990)
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar
dan non polar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada
konsentrasi yang rendah, maka molekul-molekul surfaktan akan
terabsorbsi pada permukaan membentuk suatu lapisan monomolekuler.
Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini mengakibatkan
turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi yang lebih tinggi
nolekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air membentuk agregat yang
dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel ini mulai terbentuk
disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini dicapai maka
tegangan permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh
perubahan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dapat ditentukan

dengan metode tegangan permukaan. (Kosman, 2006)
Cara yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan tegangan
permukaan adalah dengan menggunakan kawat yang dibengkokkan
berbenruk huruf U dan kawat kedua CD dengan panjang l yang dapat
digerakkan sepanjang kawat U.
Permukaan Padat Cair
Pada saat setetes cairan bersentuhan dengan permukaan datar dari zat
padat, keseimbangan dari tetesan bergantung pada keseimbangan daya
kohesi antar molekul dari cairan pada titik dimana tetesan cairan dan zat
padat bertemu berada antar 0o sampai 180o dan disebut sudut kontak.
(Lachman, 1986)
Bahan pembasah adalaha bahan yang dapat menurunkan tegangan
antarmuka partikel-partikel yang tidak larut. Bahan pembasah yang umum
digunakan adalah surfaktan yang memindahkan udara substansi lain yang
terabsobsi pada permukaan partikel padatan. Sehingga memudahkan
terbasahinya partikel padatan oleh cairan pembawa. (Gennaro, 1990)

II.2
1.


Uraian Bahan
Air suling (DITJEN POM,1979 : 96)

Nama resmi

: AQUA DESTILLATA

Nama lain

: Air suling

RM / BM

: H2O / 18,02

Pemerian
tidak berbau; tidak berasa.

:Cairan jernih; tidak berwarna;


Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai fase air

2. Parafin Cair (DITJEN POM,1979: 475)
Nama resmi

: PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain

: Parafin cair

Pemerian
: Cairan kental jernih,tidak berwarna, tidak
memberikan berfuoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir
tidak berasa.
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, dalam etanol (95
%)P,
larut dalam kloroform dan dalam eter P.
Kekentalan

: Pada suhu 37,8ºC tidak kurang dari 55 cp.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan
3.

: Sebagai fase minyak

Span 80 (EXIPIENTS: 281-283)

Nama resmi

: SORBITAN ESTERS

Nama lain

: Span 80

Pemerian
kurang berasa.

: Cairan atau padatan, krang berbau dan

Kelarutan
: Umumnya larut dan terdispersi dalam
minyak dan pelarut organik, dalam air biasanya tidak larut tetapi
terdispersi
Penyimpanan
Kegunaan

:

Dalam wadah tertutup baik
:

Sebagai emulgator fase minyak

3. Tween 80 (DITJEN POM,1979 : 509)
Nama resmi

: POLYSORBATUM 80

Nama lain

: Tween 80

Pemerian
: Cairan kental seperti minyak ; jernih, kuning
muda hingga coklat muda, bau karakteristik, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan
P,
dalam

: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P
dalam etil aseat P dan dalam metanol
ukar larut dalam parafin cair dan
minyak biji kapas P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Sebagai emulgator fase air

II.3 Prosedur Kerja (anonym 2013)
1. Penentuan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak
tercampur dengan metode pipa kapiler
a. Timbang tween dan span masing-masing 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan
parafin cair
b.

Masukkan span dan tween ke dalam masing-masing erlenmeyer

b. Tuangkan 50 ml parafin cair ke dalam span dan 50 ml air ke dalam
tween
c.

Homogenkan kedua larutan tersebut

d. Setelah dihomogenkan, pipet masing-masing 20 ml pada campuran
larutan dengan hati-hati dan tuangkan pada cawan petri
e. Atur posisi cawan sehingga pipa kapiler berada pada antara
permukaan dan tetap berada di tengah-tengah cawan
f.
Tekan ujung pipa kapiler, dan ketika pada dasar cawan lepaskan
tangan pada ujung pipa, sehingga larutan dapat terserap oleh pipa kapiler
g.

Catat harga tegangan antar permukaan pada skala dalam dyne/cm.

h.

Hitunglah tegangan antar permukaan
2. Tentukan tegangan permukaan zat-zat berikut ini dengan metode
kenaikan kapiler

a.

Air

b. Larutan tween 80 dengan konsentrasi 0;0,2;0,4;0,6;0,8;1;2;4;6;8 dan
10 mg/100 ml air.
c.

Parafin Cair

d. Buat grafik antara tegangan permukaan dengan konsentrasi zat aktif
permukaan yang digunakan.

BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang
pengaduk, botol semprot, cawan petri, cawan porselin, gelas arloji, pipa
kapiler, pipet tetes, pipet volume, sudip, timbangan
III.1.2

Bahan – bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah aluminium foil, aquadest, parafin cair, span, tissue dan tween.

III.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah Penentuan tegangan antar
permukaan dua zat cair yang tidak tercampur dengan metode pipa
kapileryaitu pertama-tama timbang parafin serta span dan tween untuk
1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% dan dimasukkan span dan tween ke dalam
masing-masing erlenmeyer, dituang 50 ml parafin cair ke dalam span dan
50 ml air ke dalam tween, dihomogenkan kedua larutan tersebut. Setelah
dihomogenkan, pipet masing-masing 20 ml pada campuran larutan
dengan hati-hati dan tuangkan pada cawan petri. Atur posisi cawan
sehingga pipa kapiler berada pada antara permukaan dan tetap berada di
tengah-tengah cawan, ditekan ujung pipa kapiler, dan ketika pada dasar
cawan lepaskan tangan pada ujung pipa, sehingga larutan dapat terserap
oleh pipa kapiler, kemudian catat harga tegangan antar permukaan pada
skala dalam dyne/cm dan hitunglah tegangan antar permukaan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan
NO

Nama zat

Tinggi kenaikan (cm)

1

Air

1 cm

2

Paraffin cair

1 cm

4

Air + Tween 80 1%

1,6 cm

5

Air + Tween 80 2%

1,6 cm

6

Air + Tween 80 3%

1 cm

7

Air + Tween 80 4%

1 cm

8

Air + Tween 80 5%

1,3 cm

9

Parafin cair + Spaan 80 1%

0,9 cm

10

Parafin cair + Spaan 80 2%

1 cm

11

Parafin cair + Spaan 80 3%

0,4 cm

12

Parafin cair + Spaan 80 4%

0,9 cm

13

Parafin cair + Spaan 80 5%

1 cm

IV.2 Perhitungan
Diketahui : p parafin = 0,89
p air = 0,997
g = 9,8 m/s2 = 980 cm/s2
D = 1,1 – 1,2 mm
D=
= 1,15 mm
r=
= 0,575 mm = 0,0575 cm
1. Air, dengan h = 1 cm
γ=
γ=

.r.h.p.g

x 0,0575 x 1 x 0,997 x 980

= 28,09 c.dyne
= 0,2809 dyne
2. Air + tween 1%, dengan h = 1,6 cm
γ=
γ=

.r.h.p.g
x 0,0575 x 1,6 x 0,997 x 980

=
= 44,94 c.dyne
= 0,4494 dyne
= 0,4494 dyne
3. Air + tween 2%, dengan h = 1,6 cm
γ=

.r.h.p.g

γ=

x 0,0575 x 1,6 x 0,997 x 980

=
= 44,94 c.dyne
= 0,4494 dyne
= 0,4494 dyne
4. Air + tween 3%, dengan h = 1,2 cm
γ=
γ=

.r.h.p.g
x 0,0575 x 1,2 x 0,997 x 980

=
= 33,7 c.dyne
= 0,337 dyne
5. Air + tween 4%, dengan h = 1 cm
γ=
γ=

.r.h.p.g

x 0,0575 x 1 x 0,997 x 980

= 28,09 c.dyne
= 0,2809 dyne
6. Air + tween 5%, dengan h = 1,3 cm
γ=
γ=

.r.h.p.g
x 0,0575 x 1,3 x 0,997 x 980

=
= 36,517 c.dyne
= 0,336517 dyne
7. Parafin cair, dengan h = 1 cm
γ=
γ=
=

.r.h.p.g

x 0,0575 x 1 x 0,89 x 980
x 65,415

= 32,7 c.dyne
= 0,327 dyne
8. Parafin + span 1%, dengan h = 0,9 cm
γ=
γ=
=

.r.h.p.g

x 0,0575 x 0.9 x 0,89 x 980
x 45,136

= 22,56 c.dyne
= 0,2256 dyne

8. Parafin + span 2%, dengan h = 1 cm
γ=
γ=
=

.r.h.p.g

x 0,0575 x 1 x 0,89 x 980
x 65,415

= 32,7 c.dyne
= 0,327 dyne
9. Parafin + span 3%, dengan h = 0,4 cm
γ=

.r.h.p.g

γ=
=

x 0,0575 x 0,4 x 0,89 x 980
x 26,166

= 13,083 c.dyne
= 0,138 dyne
10. Parafin + span 4%, dengan h = 0,9 cm
γ=
γ=
=

.r.h.p.g

x 0,0575 x 0.9 x 0,89 x 980
x 45,136

= 22,56 c.dyne
= 0,2256 dyne

11. Parafin + span 5%, dengan h = 1 cm
γ=
γ=
=

.r.h.p.g

x 0,0575 x 1 x 0,89 x 980
x 65,415

= 32,7 c.dyne
= 0,327 dyne

Kurva antara konsentrasi tween 80 dengan tegangan permukaan

IV.3 Pembahasan

Cairan mempunyai sifat menyerupai gas dalam hal ini gerakannya yang
mengikuti gerakan brown dab daya alirnya.Selain itu cairan juga
menunjukkan adanya tegangan yang merupkan salah satu sifat penting
lainnya dari cairan.Bila dua fase dicampurkan maka batas-batas fase
tersebut dinamakan antar permukaan.Batas antara zt cair aatu zat padat
dengan udara biasanya disebut permukaan saja.Sedangkan batas antara
zat cair dengan zat cair lainnya yang tidak bercampur atau antarazat
padat dengan zat cair
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus
dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam
pada cairan. Hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi
(antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi antara molekul
cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan
cairan.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada
zat cair (fuida) yang berada pada keadaan diam (statis). Tegangan
permukaan didefinisikan sebagai gaya F persatuan panjang L yang
bekerja tegak lurus pada setiap garis di permukaan fuida.
Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah metode
keanikan kapiler.Metode ini digunakan untuk menentukan tegangan suatu

zat cair dn dapat digunakan untuk bercampur.Smapel yang dignakan
adalah minyak wijen, minyak ikan, minyak jarak dan minyak
mineral.Semua sampel memiliki kerapatan jenis yang berbeda-beda
sehingga data yang diperoleh untuk menurunkan tegangan permukaan
pada sampel.
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah Penentuan tegangan antar
permukaan dua zat cair yang tidak tercampur dengan metode pipa
kapileryaitu pertama-tama timbang span dan tween masing-masing 1%,
2%, 3%, 4%, 5% dan parafin cair, dimasukkan span dan tween ke dalam
masing-masing erlenmeyer, dituang 50 ml parafin cair ke dalam span dan
50 ml air ke dalam tween, dihomogenkan kedua larutan tersebut. Setelah
dihomogenkan, pipet masing-masing 20 ml pada campuran larutan
dengan hati-hati dan tuangkan pada cawan petri. Atur posisi cawan
sehingga pipa kapiler berada pada antara permukaan dan tetap berada di
tengah-tengah cawan, ditekan ujung pipa kapiler, dan ketika pada dasar
cawan lepaskan tangan pada ujung pipa, sehingga larutan dapat terserap
oleh pipa kapiler, kemudian catat harga tegangan antar permukaan pada
skala dalam dyne/cm dan hitunglah tegangan antar permukaan
Dalam percobaan ini digunakan fase air (air dan Tween 80) dan fase
minyak (parafin cair dan span 80), digunakan air karena air cocok untuk
melarutkan cairan tween yang dimana tween cairan kental seperti minyak,
tetapi cenderung mudah larut dalam pelarut air, sedangkan digunakan
parafin cair karena parafin dapat melarutkan span yang umumnya larut
dan terdispersi dalam minyak dan pelarut organik, dalam air biasanya
tidak larut tetapi terdispersi dan merupakan cairan kental yang tidak
dapat larut dalam air
Dari hasil percobaan diperoleh kenaikan tinggi pada air 1 cm dan
tegangan permukaannya adalah 2,8090 dyne/cm, parafin cair 1 cm dan
tegangan permukaannya 0,25075 dyne/cm, tween 80 0,5 % dengan tinggi
1,2 cm dan tegangan permukaannya 3,6514 dyne/cm, tween 80 1%
dengan tinggi 1 cm dan tegangan permukaannya 6,08 dyne/cm, tween 80
2% dengan tinggi 1,2 cm dan tegangan permukaannya 36,5148 dyne/cm,
tween 80 3% dengan tinggi 1,5 cm dan tegangan permukaannya 45,6435
dyne/cm, tween 80 4% dengan tinggi 1,4 cm dan tegangan permukaannya
42,60 dyne/cm, tween 80 5% dengan tinggi 1,3 cm dan tegangan
permukaannya 39,55 dyne/cm, tween 80 6% dengan tinggi 1,1 cm dan
tegangan permukaannya 33,47 dyne/cm, tween 80 7% dengan tinggi 1,2
cm dan tegangan permukaannya 36,5148 dyne/cm, tween 80 8% dengan
tinggi 1 cm dan tegangan permukaannya 3,0429 dyne/cm, tween 80 9%
dengan tinggi 1,3 cm dan tegangan permukaannya 39,95 dyne/cm, dan
tween 80 10% dengan tinggi 1,2 cm dan tegangan
permukaannya 36,51 dyne/cm.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui jika tegangan permukaan dari
fase minyak (span 80 + parafin) dan fase air (tween 80 + air) tidak

tergantung pada konsentrasi span maupun tween, karena nilai dari
tegangan permukaan tidak menentu naik atau turun
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin sehingga mempengaruhi hasil yang
diperoleh yaitu :
1.

Ketidaktepatan jumlah dari medium air maupun minyak

2.
Kekeliruan praktikan dalam menentukan kenaikan tinggi dari
campuaran tween dan air maupun span dan parafin
3.

Ketidaktepatan dalam menentukan tegangan permukaan

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Dari percobaan diperoleh hasil, bahwa:
1. Kenaikan tinggi untuk air yaitu 1 cm, sedangkan parafin 1 cm
2. Untuk campuran air dan tween 80 (fase air), kenaikan tingginya adalah
dimana pada air + tween 1% 1,6 cm, air + tween 2% 1,6cm, air + tween
3% 1 cm, air + tween 4% 1cm, dan air + tween 5% 1,3 cm
3. Untuk campuran span 80 dan parafin (fase minyak), kenaikan tingginya
adalah dimana pada parafin + span1% 0,9 cm, parafin + span 2% 1 cm,
parafin + span 3% 0,4 cm, parafin + span 4% 0,9 cm, dan air + tween 5% 1
cm
4. Pada pengukuran tegangan permukaan pada fase air, fase minyak,
span 80 + parafin serta tween 80 + air, maka diperoleh nilai tegangan
permukaan dari air yaitu 0,2809 dyne, air + tween 1% yaitu 0,4494 dyne,
air + tween 2% yaitu 0,4494 dyne, air + tween 3% yaitu 0,337 dyne, air +
tween 4% yaitu 0,2809 dyne, dan air + tween 5% yaitu 0,36517 dyne
5. Pada fase minyak, parafin memiliki tegangan permukaan 0,327 dyne,
parafin + span 1% yaitu 0,2256 dyne, parafin + span 2% yaitu 0,327 dyne,

parafin + span 3% yaitu 0,1308 dyne, parafin + span 4% yaitu 0,2256
dyne, dan parafin + span 5% yaitu 0,327 dyne

V.2 Saran
Untuk Lab
: Diharapkan alat-alat di laboratorium dilengkapi,
khususnya timbangan, agar praktikum berjalan sesuai jadwal dan
mengefesiensikan waktu agar tidak terbuang sia-sia.
Untuk Asisten
: Diharapkan asisten tetap semangat dalam
membimbing praktikannya
Untuk Praktikan : Sebaiknya praktikan harus memahami prosedur kerja
terlebih dahulu sebelum praktikum agar tidak banyak waktu yang sia-sia.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh., (1993), “Ilmu Meracik Obat”, UGM Press, Yogyakarta,
129,130.
Anonim. 2013.”Penuntun Farmasi Fisika”. Universitas Muslim Indonesia.
Makassar.
Ansel, Howard C., (1985), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press,
Jakarta

Ditjen POM, 1975.”Farmakope Indonesia edisi III”. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta

Ditjen POM. 1995.”Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta

Gennaro, A.R. 1990. “Pengetahuan Farmasi Fisika”. Mack Publishing
Company, Easton, Pennsylvania.

Kosman, R. dkk. 2006. “Bahan Ajar Farmasi Fisika”. Universitas Muslim
Indonesia. Makassar

Lachman, L. dkk. 1986. “Teori Praktis Farmasi Fisika”. Third Edition, Lea
and Febiger. Washington Square Philadelphia. USA.

Martin Alfred dkk, 1993. ``Farmasi Fisika``, Edisi III, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.