Keanekaragaman Katak dan Kodok di Indonesia sebagai Indikator Perubahan Iklim

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Keanekaragaman Katak dan Kodok di Indonesia sebagai Indikator

Perubahan Iklim

Diena Fitria, Irfan Yunianto Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan email:

  

Abstrak

Katak dan kodok merupakan hewan amfibi dari ordo Anura yang keberadaanya kurang

diperhatikan, namun memiliki peranan penting bagi memelihara keseimbangan alam. Di

  Indonesia, terdapat beberapa jenis katak dan kodok endemik yang keberadaannya tersebar di beberapa daerah. Meskipun sangat bervariasi, beberapa jenis katak dan kodok termasuk dalam hewan langka yang terancam punah.

  Hasil telaah dari berbagai pustaka, beragam jenis katak dan kodok endemik dikaji secara deskriptif dari aspek morfologi dan ekologi. Beberapa jenis katak dan kodok endemik tersebut diantaranya : Kodok Sulawesi (Ingerophrynus celebensis), Katak Tanpa Paru-Paru (Barbourula kalimantanensis), Kodok Darah (Leptophryne cruentata), Katak Pelangi Kalimantan (Ansonia latidisca), Kongkang Jeram (Huia masonii) Dari berbagai jenis katak dan kodok tersebut, diketahui peranan masing-masing jenis adalah Katak Pohon Mutiara tidak dapat bertoleransi terhadap perubahan habitat, Kodok Sulawesi membantu menjaga semut asli di perkebunan kakao Sulawesi. Katak Tanpa Paru-Paru yang kulitnya amat sensitif karena hanya bisa bernafas melalui kulitnya. kodok indikator perubaan iklim yang hampir tidak dapat ditemukan lagi. Katak darah sebagai indikator perubaan lingkungan yang termasuk dalam Critically Endangered (Kritis). Katak Pelangi Kalimantan yang pernah menjadi The Most Wanted sebagai indicator perubaan iklim di utan hujan tropis dan subtropis. Kongkang Jeram sebagai indicator pencemaran lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman katak dan kodok sebagai ordo anura dari kelas amphibia yaitu berperan dalam indikator perubahan iklim. Kata kunci: keanekaragaman, katak dan kodok endemik, indikator perubahan iklim.

I. PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan Negara yang termasuk dalam megabiodiversitas yaitu keanekaragaman raksasa di dunia, dengan mengandung sekitar 75% keanekaragaman hayati bumi. Bersama Brazil, Kolombia, Ekuador, Peru, Meksiko, Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, Cina, India, Australia dan Malaysia, Indonesia mempunyai tanggung jawab khusus untuk mengkonservasi dan pengelolaan keanekaragaman hayati.

  Populasi Amphibi di Indonesia termasuk yang terbesar di Asia. Jumlah jenis atau spesiesnya mencapai 392 spesies dengan 176 spesies diantaranya adalah amfibi endemik Indonesia. Katak dan kodok secara taksonomi dikelompokkan dalam kelas Amphibia. Ampibi termasuk hewan bertulang belakang (vertebrata), berdarah dingin (poikiloterm), dan berkaki empat (tetrapoda) yang hidup di dua alam, yaitu di air dan daratan.

  Katak dan kodok merupakan amphibi yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap adanya perubahan suhu yang terjadi akibat pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Hewan yang bisa hidup di air darat, dan pepohonan ini bahkan bisa dijadikan indikator

  

Keanekaragaman Katak dan Kodok di Indonesia

  adanya perubahan iklim. Hal ini disebabkan karena katak dan kodok bernafas melalui kulitnya yang lembab sehingga saat lingkungan rusak mengganggu akan kehidupannya. Penurunan populasi dapat dijadikan petunjuk bahwa lingkungan telah turun kualitasnya.

  Meskipun Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam populasi Amphibi terbesar di Asia, dan populasinya masih dianggap aman, Indonesia memiliki beberapa jenis katak dan kodok endemik yang keberadaanya terancam punah. Maka dari itu, penelitian studi pustaka yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman katak dan kodok endemik dan penyebaranya di Indonesia.

  II. METODE

  Teknik pengumpulan data pustaka didapatkan dari telaah berbagai artikel dan jurnal

  III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Katak dan kodok merupakan ewan ampibi yang termasuk dalam ordo Anura perbedaannya kodok termasuk dalam family Bufonidae (true toads) Sebagai hewan yang bisa bernafas dengan kulitnya katak dan kodok amat sensiti teradap perubaan iklim di lingkungan tempat tinggalnya makadari itu keberadaan katak amat penting sebagai indicator perubaan iklim Di Indonesia terdapat berbagai katak asli yang masuk dalam jajaran red list alias hampir punah atau bakan ada yang suda dianggap puna berikut beberapa deskripsi katak dan kodok endemik Indonesia beserta perannya dalam menjaga keseimbangan alam A.

   Kodok Asli Sulawesi (Ingerpphrynus Celebensis )

  Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Bufonidae Genus: Ingerophrynus Spesies: Ingerpphrynus Celebensis

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Kodok asli Sulawesi ini amat rakus terhadap semut yellow crazy yang menyerbu pulau tersebut serta lokasi tropis lainnya.

  Crazy Yellow Ants

  merupakan semut penyerbu yang agresif pada setiap musuh dengan zat kimia beracun, mengganggu ekosistem perkebunan kakao yang juga terdapat semut asli. Namun demikian Kodok asli ini tetap mau memakannya.

  Para peneliti mengatakan semut asli mungkin telah lama hidup berdampingan dengan kodok di pulau tersebut. Seorang ilmuwan yang telah lama meneliti kerusakan ekologis oleh semut Yellow crazy, para peneliti sekarang perlu meneliti dalam hipotesis mereka, seperti apakah perlawanan kodok terhadap semut gila memiliki efek yang berlangsung secara periodik pada populasi semut.

  B .Barbourula kalimantanensis adalah katak tanpa paru-paru Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Bombinatoridae Genus: Barbourula Spesies:B. kalimantanensis Nama binomial

  Barboural kalimantanensis

  Menurut Barbourula kalimantanensis adalah katak tanpa paru-paru yang hanya ada di Kalimantan. Spesies ini adalah katak menengah ,sangat pipih, kepala yang berbeda, bulat moncong, dan gempal. Lubang hidung katak ini terletak di ujung moncong dan rata dengan

  

Keanekaragaman Katak dan Kodok di Indonesia

  kulit. Tidak ada rostralis canthus dan tidak ada lores. Mata terletak anterolateral di kepala, dengan papilla nasolakrimalis diposisikan tepat di bawah kelopak mata bawah. . Kedua rahang atas dan premaxilla B. kalimantanensis yang bergigi, dengan dua baris dipartisi belakang choanae tersebut. Gigi Vomerine spesies katak ini menyerupai sepasang tuberkel dan terletak di atap mulut han. Lidah melingkar Tidak ada glotis (pembukaan dilindungi untuk jalan napas), tidak seperti spesies katak lain, dan pembukaan esofagus mengarah langsung ke perut

  C . Leptophryne Cruentata (Kodok Merah / Katak Darah)

  pesies: Kodok Merah Nama Local: Kodok Merah / Katak Darah Nama Latin:

  Leptophryne Cruentata

  Habitat: Kodok ini menyukai daerah dekat air yang mengalir deras di daerah berketinggian antara 1.000

  • – 2.000 meter dpl. Habitatnya hanya diperkirakan hanya terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

  Katak Pelangi Kalimantan ini pada tahun 2010 pernah ditetapkan sebagai Top 10 Most Wanted Lost Frogs (Sepuluh Katak Langka Paling Dicari) oleh SSC IUCN global Spesialis Amfibi dan Conservation International. Sebelumnya katak pelangi sekali terlihat pada tahun 1924. Hingga pada Juli 2011 ketika para peneliti menemukan tiga ekor katak pelangi di pulau Kalimantan.

  Katak Pelangi Kalimantan kadang disebut juga sebagai Katak Sungai Sambas. Katak yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sambas Stream Toad yang mempunyai nama latin (ilmiah) Ansonia latidisca.

  Nama “pelangi” didapat katak ini lantaran kulitnya yang mempunyai pola warna hijau terang, ungu, dan merah. Disekujur kulitnya yang berwarna-warni ditumbuhi bintik-bintik

ISBN: 978-602-72412-0-6

  mirip kutil. Ukuran katak pelangi sendiri tergolong kecil, panjangnya antara 30 hingga 50 mm. Sedangkan nama „Sambas Stream Toad” didapatkan lantaran pertama kali katak ini ditemukan di aliran-aliran sungai di sekitar Sambas.

  Katak pelangi merupakan hewan endemik yang hanya dapat ditemukan di pulau Kalimantan (Indonesia dan Malaysia). Penemuan pertama kali pada tahun 1924, katak langka ini dijumpai di Gunung Damus, Sambas, Kalimantan (Indonesia) dan Gunung Penrissen, Sarawak (Malaysia). Di tempat kedua inilah kemudian pada tahun 2011 ditemukan kembali tiga ekor katak pelangi.

  Belum banyak yang bisa diungkap dari perilaku katak pelangi ini. Termasuk berapa jumlah populasi maupun daerah persebarannya. Namun diperkirakan katak berkulit unik ini mendiami hutan-hutan primer yang merupakan hutan hujan pegunungan.

  Katak Pelangi Kalimantan (Ansonia latidisca) merupakan hewan terestrial (hidup di permukaan tanah) di dekat sumber air tawar. Ancaman utama bagi Katak Pelangi Kalimantan adalah hilangnya habitat dan degradasi lingkungan akibat deforestasi hutan dan alih fungsi hutan.

  D.Kongkang Jeram (Huia masonii) Katak Endemik Jawa Klasifikasi ilmiah Kerajaan:Animalia Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Bufonidae Genus: Leptophryne Spesies:L. cruentata Nama binomial

  Leptophryne cruentata

  

Keanekaragaman Katak dan Kodok di Indonesia

  Kongkang Jeram atau Huia masonii merupakan salah satu jenis katak endemik pulau Jawa. Katak yang disebut juga sebagai Javan torrent-frog ini hanya bisa dijumpai di Jawa bagian barat dan tengah. Selain itu, Kongkang Jeram pun termasuk salah satu hewan langka, yang terancam kelestariannya, dan terdaftar sebagai spesies Vulnerable dalam daftar merah IUCN.

  Amfibi endemik dari suku (famili) Ranidae ini mempunyai nama latin Huia masonii Boulenger, 1884, dengan nama sinonim Huia Javana. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan Torrent Frog. Masih berkerabat dekat dengan Kongkang Sumatera (H. sumatrana) dan H. modiglianii yang endemik Sumatera.

  Katak yang dikenal sebagai Kongkang Jeram ini berukuran sedang dengan tubuh yang ramping. Panjang tubuh dari moncong hingga anus berkisar antara 3-5 cm. Tubuh katak jantan umumnya lebih kecil dibanding betina. Kongkang Jeram memiliki kaki yang kurus namun panjang. Memiliki jari tangan dan kaki dengan piringan yang sangat lebar.

  IV. KESIMPULAN Katak endemic yang ada di Indonesia ada banyak enis diantaranya Kodok Sulawesi

  (

  (Ingerophrynus celebensis), Katak Tanpa Paru-Paru Barbourula kalimantanensis) , Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni),Kodok Darah (Leptophryne cruentata), Katak Pelangi Kalimantan (Ansonia latidisca), Kongkang Jeram (Huia masonii) .

  Peranan masing-masing jenis Kodok Sulawesi membantu menjaga semut asli di perkebunan kakao Sulawesi. Katak Tanpa Paru-Paru yang kulitnya amat sensitif karena hanya bisa bernafas melalui kulitnya. Katak darah sebagai indikator perubaan lingkungan yang termasuk dalam Critically Endangered (Kritis). Katak Pelangi Kalimantan yang pernah menjadi The Most Wanted sebagai indicator perubaan iklim di utan hujan tropis dan subtropis. Kongkang Jeram endemik jawa yang termasuk dalam ampibi langka

  V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

. (Diakses pada tanggal 23 Maret 2015) LIPI.(Diakses pada tanggal

  23 Maret 2015) Brickford.etall (Diakses pada tanggal 29 Maret 2015).