Identifikasi Bakteri Patogen sebagai Indikator Pencemaran Air di Muara Sungai Deli.

(1)

IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN SEBAGAI INDIKATOR

PENCEMARAN AIR DI MUARA SUNGAI DELI

SKRIPSI

EUNIKE SARON MELIALA

090302079

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Identifikasi Bakteri Patogen sebagai

Indikator Pencemaran Air di Muara Sungai Deli.

Nama Mahasiswa : Eunike Saron Meliala

NIM : 090302079

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc Desrita, S.Pi, M.Si. Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(3)

ABSTRAK

Sungai Deli digunakan masyarakat sekitar sudah turun-temurun untuk kegiatan mencuci pakaian, mencuci piring dan mandi dan juga kakus. Aktifitas manusia di sekitar muara Sungai Deli dapat menyebabkan terjadinya pencemaran bahan organik dan anorganik sehingga memicu terjadinya pencemaran mikroorganisme di perairan. Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri pathogen. Perairan muara Sungai Deli termasuk tercemar hal ini dibuktikan dengan angka kisaran kepadatan rata-rata bakteri coliform di perairan muara Sungai Deli (811 x 105 cfu) dan kisaran bakteri fecal coli (81,125 x105 cfu) sudah melebihi ambang batas yang ditetapkapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (2004) menyatakan bahwa baku mutu kualitas air laut bagi peruntukan kehidupan biota laut dan wisata bahari untuk bakteri coli total adalah 1000cfu/100 ml sedangkan bagi peruntukan kawasan wisata bahari ditambah dengan bakteri fecal coli < 200 koloni/100 ml.

Berdasarkan analisis identifikasi bakteri patogen di muara Sungai Deli diperoleh 9 jenis bakteri patogen. Bakteri gram negatif yang didapat dengan metode API 20 E yaitu Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, Klebsiella ornithinolytica, Cedecea lapegei, Aeromonas hydrophyla, Aeromonas sobria, Aeromonas caviae, Ewingella americana dan Vibrio fluvialis.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Identifikasi Bakteri Patogen Sebagai Indikator Pencemaran Air Di Muara Sungai Deli”. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis bakteri patogen yang mencemari perairan Sungai Deli.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Ibu Desrita, S.Pi, M,Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

Penulis juga menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Kerangka Pemikiran ... 4

Perumusan Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri ... 6

Kondisi Umum Sungai Deli ... 8

Pencemaran Air di Indonesia ... 8

Bakteri Patogen ... 9

Bakteri Escherichia coli ... 10

Bakteri Vibrio ………. .. 12

Bakteri Salmonella typhi ... 13

Bakteri Coliform ... 14

Persyaratan Fisik ... 16

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 17

Alat dan Bahan ... 17

Pengambilan sampel air ... 18

Prosedur Kerja ... 19

Prosedur Kerja Indentifikasi Bakteri Coliform ... 20

Variabel Pengamatan ... 21

Isolasi Bakteri Coliform (Fekal dan non Fekal) ... 21

Uji Pendugaan (Presumptive Test) ... 21

Uji Kepastian (Confirmed Test) ... 21

Inokulasi Bakteri Pada Medium TSI Agar (TSIA) ... 22

Uji Morfologi ... 22

Uji Biokimia untuk Bakteri Coliform ... 23

Uji Utilasi Sitrat ... 24

Uji Mortiliti ... 24

Uji Indol ... 24

Uji Voges Proskauer (VP) ... 25

Uji Methyl Red ... 25

Identifikasi Coliform ... 26


(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisa Kualitas Air Muara Sungai Deli ... 30

Hasil Analisa Kualitas Air Muara Sungai Deli Berdasarkan Fecal coli ... 31

Hasil Identifikasi Bakteri Salmonella thypi dan Vibrio cholera ... 32

Hasil Identifikasi Bakteri Patogen ... 33

Bakteri Vibrio fluvialis ... 33

Bakteri Kleibsiella oxytoca dan Bakteri Kleibsiella ornithylitica . 34 Bakteri Aeromonas hidrophyla,A.caviae dan A. sobria ... 35

Bakteri Ewingella americana ... 35

Bakteri Cedecea lapegei ... 36

Bakteri Escherichia coli ... 36

Pembahasan ... 37

Suhu ... 37

Salinitas ... 37

Oksigen Terlarut ... 38

Nitrit ... 39

BOD5 ... 39

Derajat Keasaman (pH) ... 40

Fosfat ... 41

Arus ... 42

Kecerahan ... 42

Pembahasan Identifikasi Fecal coli ... 42

Bakteri Vibrio fluvialis ... 45

Bakteri E.coli ... 46

Bakteri Kleibsiella oxytoca dan Bakteri Kleibsiella ornithylitica . 47 Bakteri Aeromonas hidrophyla, A. caviae dan A. sobria ... 48

Bakteri Ewingella americana ... 48

Bakteri Cedecea lapegei ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49 DAFTAR PUSTAKA ...


(7)

bidang maka secara tidak langsung menyebabkan kerusakan lingkungan termasuk pencemaran sungai. Aktifitas manusia di sekitar muara Sungai Deli dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran bahan organik dan anorganik sehingga memicu terjadinya pencemaran mikroorganisme di perairan.


(8)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, hal ini karena secara tidak langsung sungai menunjang pembangunan perekonomian. Akan tetapi dengan adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang maka secara tidak langsung menyebabkan kerusakan lingkungan termasuk pencemaran sungai. Aktifitas manusia di sekitar muara Sungai Deli dapat menyebabkan terjadinya pencemaran bahan organik dan anorganik sehingga memicu terjadinya pencemaran mikroorganisme di perairan.

Daerah aliran sungai banyak dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga termasuk hasil ekskresi manusia. Negara-negara yang sedang berkembang membuang limbah domestik yang lebih besar melalui kegiatan pembuangan sampah, mandi, mencuci dan kakus yang langsung dilakukan di sungai yang akan mengalir ke laut. Limbah domestik dapat mencemari perairan sungai, baik secara fisik, kimiawi maupun mikrobiologi (Feliatra, 2002).

Limbah domestik yang paling dominan adalah jenis limbah organik yang berupa kotoran manusia dan hewan. Jenis limbah domestik yang lain adalah limbah domestik anorganik yang diakibatkan oleh plastik serta penggunaan deterjen, sampo, cairan pemutih, pewangi dan bahan kimia lainnya. Limbah domestik yang berasal dari limbah anorganik relatif lebih sulit untuk terdegradasi. Apabila kuantitas dan intensitas limbah domestik ini masih dalam batas normal,


(9)

alam masih mampu melakukan proses kimia, fisika, dan biologi secara alami. Namun, peningkatan populasi manusia telah menyebabkan peningkatan kuantitas dan intensitas pembuangan limbah domestik sehingga membuat proses penguraian limbah secara alami menjadi tidak seimbang (Sasongko, 2006).

Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur dengan air khususnya pada air tanah dangkal. Mikroba yang paling berbahaya adalah mikroba yang berasal dari feces yaitu bakteri Coli. Mikroba yang berasal dari air yang tercemar dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia (Karyadi, 2010).

Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti

Salmonella, Shigella dan Vibrio cholera. Mikroorganisme yang pada umumnya terdapat pada limbah domestik dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok

Coliform, Escherichia coli dan Streptococcus faecalis. Bakteri yang merupakan indikator kualitas suatu perairan adalah coliform, fecal coli, salmonella. Terdapat tiga kelompok bakteri indikator pencemaran perairan rekreasi pantai yaitu fekal coliform, fekal streptococuc dan patogen (Feliatra, 2002).

Slamet (1996) menjelaskan bahwa naiknya temperatur, kelembaban dan pH pada suatu lingkungan menyebabkan mudahnya terjadinya perkembangbiakan bakteri patogen. Mengingat pentingnya peran perairan muara sungai bagi ketersediaan sumberdaya perikanan bagi masyarakat dan tingkat pencemaran yang


(10)

terjadi di hulu dan hilir sungai ini yang semakin meningkat, dikhawatirkan perairan dan hasil laut dari kawasan ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Sampai saat ini, mayarakat masih terbudaya untuk menjadikan sungai sebagai tempat akhir pembuangan limbah dari daratan. Hal ini tak terkecuali bagi limbah domestik. Tentunya hal ini sangat membahayakan, karena limbah domestik sangat potensial membawa berbagai jenis patogen (virus, bakteri dan protozoa) yang membahayakan bagi manusia dan kehidupan biota akuatik.

Untuk itu dilakukan sampling air di lokasi muara Sungai Deli lalu sampel air diisolasi secara mikrobiologi. bakteri diidentifikasi berdasarkan sifat-sifat morfologi sel, fisiologi sel dalam pereaksi biokimia dan ciri-ciri biakan menurut prosedur Bergey’s manual of the determinativebacteriology.

Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian dengan judul “Identifikasi bakteri patogen sebagai indikator pencemaran air di muara Sungai Deli.”

Kerangka Pemikiran

Kualitas air sungai akan dipengaruhi oleh keberadaan bakteri patogen dalam badan air. Bakteri patogen dalam perairan ini juga dipengaruhi oleh adanya limbah yang memasuki badan sungai yang dapat memicu penurunan kualitas air. Adanya pasokan limbah domestik dan limbah pertanian yang cukup tinggi yang berasal dari pemukiman penduduk diduga akan mempengaruhi kualitas perairan tersebut. Kerangka perumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 1.


(11)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah faktor-faktor fisik dan kimia (suhu, kekeruhan, salinitas, arus, salinitas, pH, DO, BOD, Nitrit, Fosfat) di perairan muara Sungai Deli berpengaruh terhadap kelimpahan bakteri patogen di muara Sungai Deli.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kualitas perairan muara Sungai Deli berdasarkan parameter biologi perairan.

2. Mengetahui jenis bakteri patogen yang berada di muara Sungai Deli. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat di muara Sungai Deli mengenai kualitas air, khususnya tentang analisis mikrobiologi Sungai Deli sebagai indikator pencemaran perairan.

Parameter Fisika: Suhu, Kekeruhan, arus, salinitas

Parameter Kimia: BOD, pH, DO, Nitrit, Fosfat,

Parameter Biologi: Bakteri Patogen

Kelimpahan dan Jenis-jenis bakteri patogen Aliran air sungai dengan limbah organik dan anorganik


(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri

Mikroorganisme yang berbentuk bakteri mampu berada di berbagai tempat baik melalui udara, bercampur dalam padatan dan berpindah tempat mengikuti aliran air atau melekat pada benda-benda yang cocok untuk tumbuh dan berkembang. Bakteri tumbuh dan berkembang pada lingkungan karena adanya nutrien yang tersedia, suhu yang sesuai, keasaman atau kebasaan (pH) tempat tumbuh, kandungan udara dan kelembaban udara (Karliana, 2009).

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniseluler dan rata-rata berukuran lebar 0,5-1,0 μm serta panjang hingga 10 μm. Bakteri memiliki peranan yang cukup penting dalam memelihara lingkungan, yaitu menghancurkan bahan-bahan yang tertumpuk di daratan maupun di perairan. Akan tetapi beberapa bakteri juga mampu menimbulkan efek negatif, seperti menyebabkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Meskipun pada umumnya jenis bakteri yang merugikan jumlahnya lebih sedikit dari jumlah keseluruhan spesies bakteri yang ada di dunia, akan tetapi karena bersifat patogen, bakteri tersebut sangat berpotensi mengganggu kesehatan dan bahkan dalam keadaan akut dapat menyebabkan kematian manusia. Pada kondisi suhu yang ideal bakteri akan berkembang biak melalui pembelahan sel maupun dengan spora (Irianto, 2006). Kondisi Umum Sungai Deli

DAS Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli terdiri atas tujuh (7) Sub DAS yakni: Sub DAS Petani, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS


(13)

Deli, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar, dengan luas total 47.772,87 ha. Ditinjau dari aspek/faktor penutupan lahan, DAS Deli hanya mempunyai kondisi hutan seluas 3.533 ha atau (7,59 % dari total luas DAS Deli), sehingga sangat tidak ideal bila mengacu pada UU No. 41 Tahun 1999 yang menyatakan luas hutan idealnya adalah 30 % dari luas DAS. Analisis data iklim menunjukkan bahwa suhu rata-rata DAS Deli 27,8oC, suhu rata-rata bulan terdingin 23,3oC dan suhu rata-rata bulan terpanas 31,9oC, sedangkan kelembababan udara rata-rata 86 %. Jumlah curah hujan ratarata bulanan 194 mm, da rata-rata curah hujan tahunan 2.330 mm. Berdasarkan jumlah curah hujan bulanan yang terdapat pada stasiun penakar hujan DAS Deli maka tipe iklim DAS Deli tergolong tipe iklim A yaitu daerah sangat basah, dengan iklim hujan tropis (Hutapea, 2012).

Pencemaran Air di Indonesia

Pencemaran air diakibatkan masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya malalui atmosfer, tanah, limbah pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri dan lainnya (Effendi, 2003).

Limbah buangan dari pabrik dan industri (buangan non domestik) khususnya industri kimia sintetik dan petrokimia, banyak yang berupa senyawa rekalsitran yaitu senyawa yang sukar larut untuk diuraikan. Kehadiran senyawa tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan kehidupan dalam air (Suriawiria, 2005).


(14)

Bahan pencemar yang bersifat biologis disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari buangan domestik, industri pengolahan, sampah dan limbah peternakan. Pencemaran yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan (Feliatra,1999).

Ketersediaan air bersih merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, hal ini disebabkan air sungai telah terkontaminasi polutan baik oleh limbah domestik, pertanian, industri dan sebagainya. Ketergantungan manusia terhadap air pun semakin besar sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat. Oleh karena itu dalam pembuangan limbah domestik di daerah permukiman tersebut sebaiknya dilakukan pembuatan sistem jaringan pembuangan limbah yang dapat menampung dan mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari (Konsukartha & Harmayani, 2007).

a). Parameter Biologi Bakteri Patogen

Bakteri patogen merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia, hewan, dan juga pada tumbuhan. Beberapa jenis bakteri patogen yang umum menjadi penyebab masalah kesehatan manusia, yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, dan

Escherichia coli. Secara mikrobiologi bakteri indikator pencemaran yaitu bakteri

coliform, fecal coli dan fecal steptococcus, diantara ketiga bakteri tersebut yang utama adalah E. coli. E. coli ditemukan selalu pada badan-badan air seperti danau,


(15)

sungai dan laut. Bahan ini berasal dari feses manusia dan hewan berdarah panas serta perairan yang terkontaminasi oleh limbah yang bersifat organik

Bakteri Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli termasuk dalam famili enterobacteriaceae. Bakteri ini termasuk patogen gram negatif dan bersifat anaerob fakultatif, bersifat kemoorganik dengan tipe metabolisme fermentatif dan respiratif, ada yang bersifat motil dengan flagela peritrik dan ada juga yang nonmotil. Memiliki batang tunggal dan berpasangan dengan ukuran 1,1-1,5 μm x 2,0-6,0 μm, diameter koloni 2-3 μm, memiliki kapsul dan mikrokapsul. E. coli tumbuh pada temperatur 15-45oC dengan suhu optimum 37oC. E. coli merupakan menghuni saluran pencernaan (coliform fecal) manusia dan hewan, maka digunakan secara luas sebagai bioindikator pencemaran lingkungan. Bakteri ini juga mengakibatkan banyak infeksi pada saluran pencernaan makanan (enterik) manusia dan hewan. E. coli merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang baru lahir (Daluningrum,2009).

Kondisi jumlah bakteri E. coli suatu perairan yang tercemar dapat diketahui karena bakteri tersebut merupakan indikator pencemaran. Level maksimum E. coli yang diperbolehkan berdasarkan Kep-02/ MENKLH/I/1988, baku mutu air laut untuk pariwisata dan rekreasi (mandi, renang dan selam) adalah < 1000 cfu/100 ml. Sedangkan kualitas air secara biologis ditentukan oleh kehadiran bakteri E. coli di dalamnya. Kandungan bakteri E. coli dalam air berdasarkan ketentuan WHO (1977), air untuk rekreasi jumlah maksimum yang diperkenankan setiap 100 ml adalah 1.00 koloni, air untuk kolam renang 20 koloni, dan untuk air minum 1 koloni. Standar jumlah total bakteri E. coli yang


(16)

sesuai dengan Permenkes No. 416/PERMENKES/PER/IX/1990 yaitu dalam setiap 100 ml air terdapat 10 koloni total bakteri E. coli. Penentuan kehadiran bakteri dalam air berdasarkan kebutuhannya, dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya jenis yang berbahaya sebagai penyebab penyakit, penghasil toksin, dan penyebab pencemaran air (Suriawiria, 2005).

Bakteri Vibrio

Vibrio sp. merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakulttif anaerobik, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 um, berwarna kuning, datar, katalase dan oksidase, methyl red dan H2S glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif. Bakteri Vibrio sp. adalah bakteri yang paling umum terdapat pada perairan dangkal diseluruh dunia. Vibrio sp. dapat bergerak dan memiliki satu flagel kutub dan dapat tumbuh baik pada suhu 370C. Kebanyakan spesies bakteri ini tahan terhadap salinitas tinggi, dan pertumbuhannya sering dirangsang oleh NaCl. Beberapa Vibrio sp. bersifat halofilik, memerlukan NaCl untuk pertumbuhannya (Jawetz dkk, 2001).

Vibrio sp. merupakan patogen oportunistik yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri

Vibrio sp. yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan sebagainya. Salah satu jenis bakteri yang sangat dikenal yaitu


(17)

Beberapa jenis Vibrio sp. yang bersifat patogen yaitu dengan mengeluarkan toksin ganas dan seringkali mengakibatkan kematian pada manusia dan hewan. Vibrio cholera yang bersal dari darat atau air tawar, sudah dikenal sebagai penyebab penyakit muntah berak di Indonesia (Thayib,1994).

Bakteri Coliform

Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Penentuan Coliform fekal menjadi indikator pencemaran karena jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen, selain itu mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri Coliform adalah E.coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi Coliform adalah indikator kualitas air, semakin sedikit Coliform

semakin baik kualitas air. Dalam industri bahan makanan, kehadiran bakteri golongan coliform tidak diharapkan, karena menunjukkan adanya kontaminasi dari buangan yang berasal dari pencernaan manusia dan hewan berdarah panas.

Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator polusi kotoran dan sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk yang dibuat dari susu. Adanya bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenetik dan toksigenetik bagi kesehatan (Wanda, 2012).

Bakteri Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dari golongan bakteri berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negatif, ukuran 1-3,5 μm x 0,5-0,8 μm, besar koloni ratarata 2-4 mm, mempunyai flagel peritrikh. Salmonella typhi juga memiliki 3 macam antigen, yaitu antigen O


(18)

(somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel) dan antigen Vi. (Jawetz, 2001).

Menurut Budiyanto (2002), bakteri Salmonella typhi berbentuk batang, bergerak, gram negatif, fakultatif anaerob yang secara khas meragikan glukosa dan maltosa tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa, tidak berspora, punya flagella peritrih. Kuman ini cenderung menghasilkan hidrogen sulfida.

Beberapa nilai penting yaitu faktor abiotik yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme air meliputi:

b. Parameter Fisika 1). Suhu atau temperatur

Air mempunyai sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama sama mengurangi perubahan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan terjadi lebih lambat daripada udara. Variasi suhu dalam air tidak sebesar jika dibandingkan di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang sempit. Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi yang amat mempengaruhi kehidupan akuatik. Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan tempertur udara (20°C sampai dengan 60°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air (Slamet, 1996).


(19)

2). Kekeruhan atau turbiditas.

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Kekeruhan dapat diukur dengan alat yang sangat sederhana yang disebut cakram secchi. Kekeruhan di suatu sungai tidak sama sepanjang tahun. Air akan sangat keruh pada musim penghujan karena aliran air maksimum dan adanya erosi dari daratan (Wijaya, 2009).

3). Salinitas

Salinitas adalah jumlah gram garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam air laut terlarut bermacam-macam garam terutama natrium klorida. Selain itu terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya. Sebaran salinitas di laut di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pola sirkulasi, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nybakken, 1992).

4). Kecepatan arus

Kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan gradien atau ketinggian antara hulu dengan hilir sungai. Apabila perbedaan ketinggiannya cukup besar, maka arus air akan semakin deras. Berdasarkan kecepatan arusnya, sungai diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu arus yang sangat cepat (> 100 cm/detik), cepat (50-100 cm/detik), sedang (25-50 cm/detik), lambat (10-25 cm/detik), dan sangat lambat


(20)

(< 10 cm/detik). Kecepatan arus akan mempengaruhi jenis dan sifat organisme yang hidup di perairan tersebut (Wijaya, 2009).

c.) Parameter Kimia 1). Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Nilai pH ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut. Perubahan nilai pH air laut (asam atau basa) akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis. Keberadaan unsur hara di laut secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai pH. Jika nilai pH di laut bersifat asam berarti kandungan oksigen terlarut rendah. Hal ini akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik. Salah satunya terjadi proses denitrifikasi yaitu proses mikrobiologi dimana ion nitrat dan nitrit diubah menjadi molekul nitrogen (N2). pH di perairan laut umumnya berkisar antara 8.1- 8.3 pada lapisan permukaan. Pada perairan yang lebih dalam dimana kandungan oksigen lebih rendah, nilai pH umumnya 7.5.

2). Dissolved Oxygen (DO)

DO menunjukkan banyaknya oksigen terlarut yang terdapat di dalam air yang dinyatakan dalam ppm. Oksigen di perairan berasal dari proses fotosintesis dari fitoplankton atau jenis timbuhan air, dan melalui proses difusi dari udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) masa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk kedalam badan


(21)

air. Penurunan DO di air dapat terjadi karena suhu yang tinggi, proses respirasi, masukan bahan organik, proses dekomposisi serta tingginya salinitas. Penurunan oksigen terlarut dalam air dapat disebabkan karena suhu yang tinggi, proses respirasi, masukan bahan organik, proses dekomposisi serta tingginya salinitas. Kelarutan oksigen dan gasgas lainnya juga berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar (Effendi, 2003).

3). Fosfat

Fosfat merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut Secara umum kandungan fosfat meningkat terhadap kedalaman. Kandungan fosfat yang rendah dijumpai di permukaan dan kandungan fosfat yang lebih tinggi dijumpai pada perairan yang lebih dalam (Nybakken, 1992).

4). Biological Oxygen Demand (BOD5).

BOD menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh decomposer (bakteri) untuk menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan-bahan anorganik (dekomposisi aerobik) selama periode waktu tertentu, sehingga BOD menunjukkan tingkat kebutuhan oksigen untuk proses dekomposisi secara biologis (Effendi, 2003).

Batas konsentrasi fosfat terlarut yang diijinkan adalah 1,0 mg/liter. Delapan puluh lima persen atau lebih dari jumlah tersebut berasal dari pembuangan limbah domestik. fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel


(22)

organisme dalam air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melaui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat untuk pertumbuhannya (Winata dkk, 2000).

5). Nitrit.

Sebagian besar nitrogen yang ditemukan dalam air permukaan adalah hasil dari drainase tanah dan air limbah domestik. Air limbah domestik yang merupakan sumber utama nitrogen berasal dari air limbah feses, urin dan sisa makanan. Besarnya kontribusi per kapita berkisar antara 8 – 12 lb nitrogen/tahun. Nitrogen ini ditemukan dalam bentuk organik (40%) dan amonia (NH4+) sebesar 60%. Nitrogen dalam air dapat berada dalam berbagai bentuk yaitu nitrit, nitrat, amonia atau N yang terikat oleh bahan organik atau anorganik. Amonia masuk ke dalam perairan melalui pembusukan organisme yang sudah mati dan limbah serta pengikatan nitrogen atmosferik oleh bakteri. Selanjutnya amonia secara cepat dioksidasi dengan memanfaatkan ketersediaan oksigen terlarut dalam air menjadi nitrit dan nitrat (Sasongko, 2006).

Kristianto (2002) menyatakan bahwa tumbuhan dan hewan yang telah mati akan diuraikan proteinnya oleh organisme pembusuk menjadi amoniak dan senyawa amonium. Nitrogen dalam kotoran dan air seni akan berakhir menjadi amonia juga. Jika amonia diubah menjadi nitrat maka akan terdapat nitrit dalam


(23)

air. Hal ini terjadi jika air tidak mengalir, khususnya di bagian dasar. Nitrit amat beracun di dalam air, tetapi tidak bertahan lama. Kandungan nitrogen di dalam air sebaiknya di bawah 0,3 ppm. Kandungan nitrogen di atas jumlah tersebut mengakibatkan ganggang tumbuh dengan subur. Jika kandungan nitrat di dalam air mencapai 45 ppm maka berbahaya untuk diminum. Nitrat tersebut akan berubah menjadi nitrit di perut. Keracunan nitrit akan mengakibatkan wajah membiru dan kematian.


(24)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Februari sampai April 2014 bulan di Sungai Deli dan analisis identifikasi bakteri patogen sebagai indikator pencemaran air Muara Sungai Deli akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang dipergunakan dalam pengukuran parameter fisika kimia yaitu pengukuran parameter suhu menggunakan termometer, parameter salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer, parameter pH diukur dengan pH meter, kecerahan perairan diukur dengan menggunakan sechi disk dengan diameter 20 cm, oksigen terlarut diukur dengan alat DO meter dan kecepatan arus dengan current drogue sedangkan alat dan bahan yang dipergunakan dalam pengkuran parameter biologi dalam analisis identifikasi bakteri antara lain

laminair air flow, autoklaf, neraca analitik, mikroskop, inkubator, termometer, botol sampel, coolbox, cawan petri, tabung biak, gelas piala, oven, tabung durham, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, ose lurus dan bulat, sendok, botol steril,

magnetic stirrer, pH meter, petridis, kaca objek dan penutup glass, vortex, hot plate, bunsen, colony counter, oven, kulkas, kamera digital, dan alat tulis menulis, tali, tisu, kapas, sarung tangan, masker, kertas, kertas label, aluminium foil.

Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain media nutrient agar, potato dextrose agar, sulphate API agar, akuades, etanol 70%, glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, metil merah. Media Laktose Broth (LB), TSIA, larutan iodin,


(25)

kristal ungu, larutan safranin, Reagen kovac, larutan alfa neftol, KOH 40%, etanol 95%, alkohol 70%, citrat, Trypton, MR, VP, Malonat, Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Manitol, Maltosa, dan akuades steril.

Media kultur bakteri yang dipergunakan adalah Nutrient Agar (NA) dan Thiosulfat Citrate Bile Salts Sucrose Agar (TCBSA) untuk Vibrio cholera . Media yang digunakan bagi pertumbuhan bakteri Coliform adalah media M-Endo agar, fecal menggunakan MPN (LB dan BGLB) ; untuk bakteri fecal coli adalah EMB agar dan media untuk kultur Salmonella adalah SS agar dan metode World Health Organization.

Metode Penelitian

Stasiun I berada di kawasan hilir daerah aliran sungai DAS Deli sebagai daerah yang diduga tercemar karena merupakan daerah yang dekat dengan pemukiman dan aktif membuang limbah domestik dan stasiun II di daerah hilir sungai yang lebih dekat ke laut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Sampel air sungai diambil di dua stasiun. Stasiun I berada di posisi 98 o 40’31.9’’ BT dan 03 o 43’22.5’’ LU dan stasiun II berada di posisi pada 98 o41’59” BT dan 03 o45’55” LU.


(26)

Gambar 2. Lokasi I dan Lokasi II

Note : Skala dalam kertas A4


(27)

Sebelum melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu melakukan persiapan terhadap botol-botol yang akan digunakan sebagai penampung air sampel. Botol-botol sampel terbuat dari gelas, mempunyai sumbat atau penutup yang pas dan kuat, keduanya sudah benar-benar steril, dan dapat menampung ± 250 ml air sampel.

Adapun lokasi sampling yaitu perairan muara Sungai Deli pada jarak air sampel dari pantai 2 km dan kedalaman air sampel 4,5 m. Pengambilan sampel dilakukan dengan botol sampel 600 ml yang telah disterilkan dan diikat tali. Botol yang telah berisi air hasil sampling dimasukan ke dalam coolbox untuk menjaga agar bakteri tidak mati kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.

Prosedur Kerja

Prosedur isolasi bakteri mengacu kepada Cappucino dan Bergey’s manual. Kerangka penelitian kerja dijelaskan dalam Gambar 1. Dalam isolasi mikroba, sampel diinokulasikan ke dalam cawan petri yang berisi medium sulphate API

agar, potato dextrose agar dan nutrient agar, lalu ditutup dan diinkubasikan dalam inkubator pada kisaran suhu 30 – 37 o C dan selama 48 jam sampai 96 jam. Hasil inkubasi lalu diperiksa karakteristiknya berdasarkan morfologi sel (bentuk, penataan, ukuran, spora, reaksi Gram, motilitas, kapsul, pewarnaan khusus), ciri biakan (koloni, pigmen) dan ciri fisiologis (fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa, manitol, uji indol, merah metil, Voges- Proskauer, sitrat, reduksi nitrat, produksi H2S, hidrolisis pati, urease, katalase, koagulase). Koloni bakteri spesifik yang terbentuk dihitung dengan metoda total plate count dengan mengambil koloni tiap cawan antara 30-300 koloni.


(28)

Prosedur Metode Cawan Tuang

1 ml pipet dari setiap pengenceran 10-1, 10-2, dst dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Teknik ini dilakukan secara duplo untuk setiap pengenceran. Sebanyak 12 ml -15 ml PCA yang sudah didinginkan dalam waterbath hingga mencapai suhu 450C ± 10C dimasukkan ke dalam masing-masing cawan yang sudah berisi contoh. Cawan petri dilakukan pemutaran cawan ke kanan-ke kiri agar media PCA yang terlah tercampur dengan air contoh menjadi tercampur sempurna. Setelah agar telah menjadi padat maka cawan petri tersebut diinkubasi dalam posisi terbalik dalam inkubator selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 220C ± 10C (psikrofilik); 350C (mesofilik); 450C (termofilik).

Prosedur Kerja Identifikasi E. coli dan Coliform. Uji Duga

Uji duga pada sampel air adalah uji pertama yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi mikroorganisme yang dapat memfermentasi laktosa menghasilkan asam dan gas. Mikroorganisme tersebut kemudian diduga sebagai bakteri Coliform. Langkah pertama yang dilakukan, yaitu contoh air dihomogenkan dan diinokulasikan sebanyak 1 ml ke dalam larutan lauril triptosa cair, kemudian diinkubasikan pada suhu 35˚C selama 24 jam, lalu diamati perubahan yang terjadi. Bila terdapat gelembung udara pada tabung Durham, sampel dinyatakan positif dan terkandung bakteri Coliform di dalamnya.

Uji Penguat

Uji ini dilakukan sebagai kelanjutan dari tahap pertama yaitu dengan dibuatnya piaraan agar tuang dari piaraan laktosa cair pada media agar selektif


(29)

dan diferensial yaitu Eosine Methylene Blue Agar (EMBA). Hasil dari tahap pertama (yang terdapat gelembung udara), digoreskan pada media EMBA tersebut lalu diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 35˚C. Bila hasil goresan berwarna hijau metalik, maka sampel uji positif mengandung E. coli.

Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah parameter bakteriologis meliputi terbentuknye gas dan perubahan warna pada hasil uji, adanya kekeruhan pada media dan bentuk morfologi.

Isolasi Bakteri Coliform (Fekal dan non Fekal) a. Uji Dugaan (Presumptive Test)

Sampel air terlebih dahulu dikocok sebanyak 25 kali dengan tujuan sampel air tersebut homogen. 9 tabung reaksi steril yang berisi tabung durham dengan medium LB dipersiapkan sebagai wadah isolasi. 10 ml sampel air diisolasikan ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi 9 ml medium LB. 1 ml dan 0,1 ml sampel air juga diisolasikan pada medium LB. Semua tabung selanjutnya diinkubasi pada suhu 35º selama 2x24 jam. Tabung durham yang menunjukkan positif ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung durham dan adanya perubahan warna. Untuk menghilangkan keraguan dapat dilakukan tes uji kepastian (Confirmed Test).

b. Uji Kepastian (Confirmed Test)

Tabung LB yang menunjukkan hasil positif selanjutnya diinokulasikan pada tabung berisi media BGLB dengan tabung durham. Inkubasi dilakukan pada suhu 45ºC untuk fekal, selama 2x24 jam.


(30)

c. Inokulasi Bakteri Pada Medium TSI Agar (TSIA)

Media TSIA merupakan medium deferensial untuk bakteri Gram-negatif. Cara pengerjaannya adalah dengan mengambil pertumbuhan bakteri sedikit dengan menggunakan ose steril kemudian diinokulasi ke dalam dasar agar. Selanjutnya seluruh permukaannya diinkubasi pada suhu 35º-37º selama 18-24 jam. Hal-hal yang dinilai:

- Dasar : Merah (K: Alkali) / kuning (A: acid) - Lereng : Merah (K: alkali) /kuning (A: acid) - H2S : Warna hitam antara dasar dan lereng - Gas : Agar bagian dasar pecah/ada gelembung

Perubahan pH karena adanya fermentasi menyebabkan terjadinya warna kuning, dengan adanya indikator fenol red. Jika hanya dekstros yang difermentasi maka dasarnya saja yang berwarna kuning, tetapi jika dekstrosa maupun laktosa keduanya difermentasi maka dasar dan lerengnya akan berwarna kuning. Terbentuknya H2S adalah berasal dari natrium tiosulfat dan ferric ammonium citrat sebagai sumber sulfur.

c. Pengamatan Morfologi

Pengamatan morfologi dilakukan dengan pewarnaan Gram dari setiap koloni terduga. Pewarnaan Gram bertujuan untuk melihat bentuk atau morfologi dan sifat pewarnaan dari mikroorganisme tersebut. Adapun prosedur kerja pewarnaan Gram adalah dengan menyiapkan kaca objek yang bersih, bebas dari kotoran terutama minyak. Secara aseptik, diambil kultur bakteri dan dioleskan pada kaca objek dengan menggunakan ose bulat dan diberi setetes air steril untuk membantu menyebarkan bakteri secara merata pada kaca objek. Olesan bakteri


(31)

dibiarkan mengering kemudian difiksasi diatas lampu bunsen sampai olesan bakteri benar-benar kering.

Kristal ungu diambil dengan pipet tetes dan diteteskan diatas olesan bakteri sampai semua olesan terendam, lalu dibiarkan selama satu menit. Kemudian olesan dicuci dengan air mengalir sampai Kristal larutan ungu tidak tercuci lagi. Di atas olesan bakteri ditambahkan larutan iodin dan dibiarkan terendam selama satu menit dan dicuci dengan air mengalir.

Usapan bakteri ditetesi dengan etanol 95% selama 30 detik hingga seluruh warna birunya hilang. Kemudian usapan bakterinya dicuci kembali dengan air mengalir. Larutan safranin dibubuhkan selama 1 menit dan dicuci kembali dengan air mengalir setelah dikering anginkan. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan lensa okuler 10x dan lensa objektif 100x. Apabila penampakan sel bakteri berwarna ungu maka bakteri bersifat Gram positif, tetapi jika berwarna merah maka bakteri bersifat Gram-negatif.

e. Uji Biokimia untuk Bakteri Coliform

Uji biokimia dilakukan dengan menginokulasi biakan pada media TSIA ke dalam media: Citrat, Na, trypton (indol), MR (methyl red), VP (voger proskauer), Berikut adalah cara kerja dari uji biokimia:

f. Uji Utilasi Sitrat

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri yang mengutilisisasi sitrat. Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, sehingga dengan adanya indikator brom thymol blue menyebabkan warna biru pada media.


(32)

Cara pengerjaannya adalah dengan mengambil koloni bakteri pada media KIA diambil dengan ose dan diinkubasi pada media simon citrat, selanjutnya diinkubasi pada suhu 35-37ºC selama 18-24 jam. Warna biru pada media menunjukkan tes positif dari warna dasar media yaitu hijau.

g. Uji Mortilitas

Uji Mortilitas bertujuan untuk membedakan bakteri motil dengan bakteri non motil. Pergerakan bakteri dapat dilihat dengan adanya kekeruhan di sekitar tusukan pada media karena medium dalam keadaan semi solid. Cara kerjanya yaitu pertumbuhan bakteri diambil sedikit dari media TSIA dengan ose steril dan diinokulasikan ke dalam NA semi solid dengan cara menusukkan bakteri pada ose hingga ke dasar media, kemudian diinkubasi pada suhu 35-370C selama 18-24 jam. Jika pertumbuhan yang menyebabkan kekeruhan sebagian besar dari medium menunjukkan tes positif dari warna dasar media yaitu hijau.

h. Uji Indol

Uji ini bertujuan untuk mendeteksi kemampuan mikroba mendegradasikan asam amino tryptophan. Pembentukan indol dari mikroorgamisme dapat diketahui dengan menumbuhkannya dalam media biakan yang kaya akan triptofan. Untuk melihat adanya indol digunakan reagen kovac yang memberikan reaksi warna apabila tes positif.

Cara kerja :

Bakteri biakan diambil pada media TSIA sebanyak 1 ose dan diinokulasikan pada media tripton dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35º-37ºC. Setelah 24 jam biakan tadi ditambahkan dengan larutan kovac sebanyak


(33)

0,2 ml, dimana larutan ini digunakan untuk melihat kehadiran indol yang ditandai dengan terbentuknya cincin merah pada lapisan atas media.

i. Uji Voges Proskauer (VP)

Uji ini bertujuan untuk mendeteksi adanya acethyl methyl carbinol yang diproduksi oleh bakteri tertentu dalam pembenihan VP. Adanya bekteri tertentu yang dapat memproduksi acethyl methyl carbinol dapat diketahui dengan penambahan reagen voges prouskauer (reagen VP).

Cara kerja :

Biakan bakteri dari media TSIA diinokulasikan pada media VP dan biakan bakteri dari media TSIA diinokulasikan pada media VP dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35º-37oC. Selanjutnya 0,6 ml larutan alpha naftol dan 0,2 ml KOH 40% ditambahkan kemudian dikocok pelan hingga tercampur dan dibiarkan selama 15 menit, terjadinya warna orange berarti tes positif dari warna dasar media yaitu putih bening.

j. Uji Methyl Red

Uji ini bertujuan untuk menentukan adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhan menjadi 5,0 atau lebih rendah. Penambah indikator pH “methyl red” dapat menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam. Biakan bakteri diinokulasi dari media TSIA pada media MR dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35ºC-37ºC. Pertumbuhan bakteri pada biakan MR selanjutnya ditetesi dengan 2-3 tetes reagen Methyl Red. Terjadinya warna merah menunjukkan hasil tes positif dari warna dasar media yaitu putih bening.


(34)

k. Identifikasi Coliform

Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan hasil pengujian dari uji morfologi dan uji biokimia. Identifikasi menggunakan buku Bergey’s Manual of sytematic Bacteoroogy dan Tabel identifikasi bakteri Gram-negatif.

Prosedur Identifikasi Bakteri Vibrio

Tahapan dalam melakukan Identifikasi Bakteri Vibrio menurut Taslihan dkk (2004) adalah persiapan alat dan bahan dan sterilisasi alat dan media, kemudian tahap pembuatan larutan Trisalt dan media kultur bakteri, tahap penanaman sampel air, tahap penghitungan bakteri, dan, interpretasi hasil penghitungan dan tahap persiapan. Bahan yang digunakan antara lain: sample air, nutrient agar, agar TCBS, larutan 3 garam (Trisalt), aquadest, alkohol 70% dan 96%.

Tahap Pembuatan Larutan Trisalt dan Media Kultur Bakteri

Pembuatan larutan Trisalt dengan mencampurkan 0,75 gram KCl, 6,94 gram MgSO4 dan 23,4 gram NaCl ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi 1000 ml akuades kemudian dilarutkan. 9 ml larutan Trisalt dimasukkan ke dalam tabung reaksi berpenutup dan disterilkan dengan memasukkannya ke dalam Autoklave. Media Kultur Bakteri Media kultur bakteri yang dipergunakan adalah Nutrient Agar (NA) dan Thiosulfat Citrate Bile Salts Sucrose Agar (TCBSA).

Tahap Penanaman Sampel Air

Cara dalam penanaman sampel air ini yaitu sample air dihomogensikan dengan cara dikocok terlebih dahulu menggunakan vorteks, diambil sebanyak 1 ml dengat pipet ukur dan dimasukkan kedalam larutan trisalt secara aseptic. Pengisolasian total bakteri, sample air diencerkan hingga 100 ml sedangkan untuk


(35)

pengisolasian bakteri Vibrio sp., sampel air dari diencerkan hingga 10 ml. Setelah diencerkan sebanyak 0,1 ml larutan dimasukkan ke dalam media kultur (media NA untuk pengisolasian total bakteri umum) dan media TCBSA untuk pengisolasian bakteri Vibrio sp. Pengisolasian bakteri dilakukan secara aseptik dengan menerapkan metode sebar dimana setelah larutan dimasukkan ke dalam media, larutan tersebut disebar ratakan di permukaan media menggunakan spatula. Media kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam dalam inkubator. Tahap Penghitungan Bakteri

Jumlah bakteri yang muncul dihitung dengan menggunakan alat colony counter yang kemudian dicatat dan dikalikan dengan besaran pengenceran yang telah dilakukan. Jumlah bakteri dinyatakan dalam satuan CFU/ml (colony-forming unit/ml).

Prosedur Identifikasi Bakteri Salmonella typhi

Jumlah kandungan bakteri halotoleran dan heterotrofik ditentukan berdasarkan metode tuang (pour plate). Sampel air laut diambil secara aseptis sebanyak 1 ml dari volume sampel sebanyak 300 ml yang diperoleh, kemudian dilakukan pengenceran hingga 10– 2. Sampel sedimen diambil sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam 9 ml air laut steril dan diencerkan hingga 10– 3 . Sampel air laut dan sedimen ditanam pada media marine agar E-2216 Difco untuk bakteri heterotrofik, sedangkan untuk bakteri halotoleran ditanam pada media modifikasi dari marine agar. Penanaman sampel dilakukan dengan 3 ulangan. Inkubasi dilakukan pada temperatur kamar selama 5-7 hari (Darmayati dkk, 2009).


(36)

Isolasi bakteri patogen Salmonella dari sampel air dan lumpur dilakukan dengan menanamkan sampel pada media selektif Selenith broth dan penanaman sampel dilakukan dengan 3 ulangan. Isolasi selanjutnya dari media selenith broth

dipindahkan ke media Xylose Lysine Desoxycholate (XLD) atau media

Salmonella Shigella (SS) agar dan dilakukan uji biokimia berdasarkan World Health Organization (1977).

Pembuatan Media Salmonella-Sigella Agar Plate

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan medium SS agar plate berdasarkan peraturan pada kemasannya adalah sebagai berikut. Bubuk SSA ditimbang seberat 63 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquades. Larutan SSA dipanaskan sambil diaduk dalam beaker glass menggunakan hot plate magnetic stirrer hingga homogen. Larutan tersebut dituang dalam tabung reaksi masing-masing diisi 10 ml dan disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan (Purwaningroom, 2010).


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisa Kualitas Air Muara Sungai Deli

Sungai Deli digunakan masyarakat sekitar sudah turun-temurun untuk kegiatan mencuci pakaian, mencuci piring dan mandi, dan juga kakus. Topografi daerah hilir Sungai Deli semakin landai dengan kemiringan 0.2 % laju air pada daerah ini semakin lambat, terutama ke arah muara. Daerah hilir merupakan sentral industri, terdapat lebih dari 54 (lima puluh empat) kegiatan/industri disepanjang Sungai Deli, termasuk hotel dan rumah sakit. Banyak diantara industi ini yang membuang limbahnya ke Sungai Deli tanpa pengolahan terlebih dahulu (Poernomo, 2007).

Hasil penelitian yang diakukan diketahui bahwa kualitas air muara Sungai Deli sudah tercemar, hal ini dapat dilihat dari data hasil kualitas air Sungai Deli sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Faktor Fisika Kimia Kualitas Air di Lokasi Pemukiman Penduduk dan Mangrove

Parameter Pasang I Februari

Pasang II Maret

Surut I Maret

Surut II April

P M P M P M P M

pH 8,13 7,33 8,20 7,50 6,62 7,26 6,58 7,18 DO (mg/l) 6,30 5,80 6 3,40 2 4,13 1,80 3,79 Fosfat (mg/l) 0,90 1,00 1,00 1,10 0,80 1,00 1,10 1,20 Nitrit (mg/l) 0,12 0,11 0,13 0,15 0,16 0,18 0,15 0,16 Suhu (oC) 29 28 28 27 29 29,50 32 30 Kecerahan (cm) 50 45 45 55 50 50 48 60 Salinitas (0/00) 11 17 10,50 18,33 8 14,50 8,30 15

BOD5 (mg/l) 3,05 11,67 3,10 8,37 14,60 11,30 15 16,50

Kecepatan arus (m/dt)

0,13 0,14 0,13 0,16 0,14 0,20 0,20 0,18

Keterangan

* P : Pemukiman Penduduk * M : Mangrove


(38)

Hasil analisis kuaitas air Sungai Deli (Tabel 1) menunjukkan hasil yang bervairiasi. Adapun pH di lokasi mangrove dan penduduk relatif sama yaitu berkisar 6,58-8,2. Suhu di sepanjang lokasi pengamatan Sungai Deli juga relatif sama yaitu berkisar 27-32oC. Fosfat di lokasi mangrove dan penduduk juga relatif sama yaitu 0,8-1,2 dan kandungan nitrit sebesar 0,11-0,18. Adapun kecerahan air sebesar 45-60 cm. Salinitas air Sungai Deli berkisar 8-18,33 (0/00). BOD5 di lokasi mangrove dan penduduk memiliki fluktuasi nilai yang berbeda yaitu terendah sebesar 3,05 dan tertinggi sebesar 16,5 mg/l. DO terendah sebesar 2 mg/l sedangkan DO tertinggi sebesar 6,3 mg/l. Kecepatan arus di sepanjang muara Sungai Deli relatif sama sebesar 0,13- 0,20 m/dt.

Kedua lokasi titik pengamatan dalam identifikasi bakteri patogen di muara Sungai Deli memiliki kedalaman berkisar ± 1-7 m dan dianggap dapat mewakili seluruh muara Sungai Deli. Perairan muara Sungai Deli tersebut pada musim tertentu (kemarau) dapat terjadi blooming fitoplankton yang ditandai dengan sungai berwarna coklat-kehijauan. Keadaan ini disebabkan terlalu suburnya perairan (eutrofikasi). Kondisi perairan muara Sungai Deli yang demikian dapat mendorong pertumbuhan bakteri perairan pantai termasuk bakteri patogen yang berpengaruh terhadap seluruh kehidupan biota akuatik.

Hasil Analisa Kualitas Air Muara Sungai Deli Berdasarkan Fecal coli

Analisis kualitas air Sungai Deli berdasarkan mikrobiologi diperoleh hasil pada Tabel 2.


(39)

Tabel 2. Jumlah sel Bakteri (TPC) dan uji MPN di Lokasi Pemukiman Penduduk (P) dan Mangrove (M)

Kondisi Jenis Jumlah cfu / MPN

Pasang I (P)

TPC Coliform Fecal coli

249,67 x 105 1100 11 Surut I (P) TPC Coliform Fecal coli

331 x 105 1100 75 Pasang II (P) TPC Coliform Fecal coli

253 x 105 75 43 Surut II (P) TPC Coliform Fecal coli

254,67 x 105 460 93 Pasang I (M) TPC Coliform Fecal coli

285,34 x 105 1100 150 Surut I (M) TPC Coliform Fecal coli

374 x 105 2400 150 Pasang II (M) TPC Coliform Fecal coli

101,34 x 105 43 7 Surut II (M) TPC Coliform Fecal coli

243 x 105 210 120

Hasil Identifikasi Bakteri Salmonella thypi dan Vibrio cholera

Hasil uji identifikasi bakteri patogen di muara Sungai Deli menunjukkan bahwa koloni bakteri Salmonella thypi dan koloni bakteri Vibrio cholera dapat tumbuh di media spesifik. Media spesifik bakteri Salmonella thypi adalah Salmonella Shigella (SS) Agar. Koloni Salmonella thypi ditandai dengan terbentuknya koloni berbentuk titik-titik embun putih bening jernih (transparan). Koloni yang diduga sebagai bakteri Salmonella thypi tersebut selanjutnya diambil 1 ose dan dilanjutkan ke reaksi biokimia atau dengan metode API 20 E. Namun pada hasil uji identifikasi bakteri dengan metode API 20 E menunjukkan bahwa jenis bakteri Salmonella thypi dinyatakan negatif pada semua sampel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat bakteri patogen Salmonella thypi pada muara Sungai Deli.


(40)

Bakteri Vibrio tumbuh pada media alkalis pepton sebagai media enrictment dan media Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose Agar (TCBS). Bakteri yang diduga sebagai Vibrio cholera ditandai dengan terdapatnya koloni berwarna kuning metalik pada media agar. Koloni tersebut diambil 1 ose untuk dilanjutkan pada uji Biokimia dengan metode API 20 E. Namun pada hasil uji dengan metode API 20 E menunjukkan bahwa bakteri Vibrio cholera dinyatakan negatif tetapi ditemukan jenis bakteri Vibrio lain yaitu Vibrio fluvialis. Hal ini disebabkan bakteri Vibrio sp. dapat tumbuh pada media TCBS. Bakteri Vibrio fluvialis

ditemukan pada sampel air yang berada di daerah mangrove muara Sungai Deli. Hasil Identifikasi Bakteri Patogen

Dua puluh empat sampel bakteri yang berhasil diisolasi terdapat 9 jenis bakteri patogen. Koloni bakteri gram negatif yang didapat dengan metode API 20 E yaitu Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, Klebsiella ornithynolytica, Cedecea lapegei, Aeromonas hydrophyla, Aeromonas sobria, Aeromonas caviae, Ewingella Americana dan Vibrio fluvialis. Hasil identifikasi jenis bakteri patogen di stasiun I dan stasiun II dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Identifikasi Bakteri Patogen di Muara Sungai Deli

No Jenis Bakteri Stasiun I (Penduduk) Stasiun II (Mangrove) 1. Escherichia coli ada ada

2. Klebsiella oxytoca ada ada 3. Klebsiella ornithinolytica ada ada 4. Cedecea lapegei Tidak ada ada 5. Aeromonas hidrophyla ada ada 6. Aeromonas sobria ada ada 7. Aeromonas caviae ada ada 8. Ewingella americana ada ada 9. Vibrio fluvialis Tidak ada ada


(41)

Bakteri Vibrio fluvialis

Bakteri Vibrio fluvialis ditemukan dari hasil uji identifikasi bakteri patogen menggunakan metode API 20 E. Bakteri Vibrio fluvilis dapat hidup di air laut dan air tawar dan dapat mengkontaminasi biota akuatik seperti seafood. Koloni V. fluvialis berbentuk bundar, kuning 0,9-3,0 mm. Hasil Uji Biokimia

Vibrio fluvialis menyatakan Catalase (+) Oxidase (+) Indol (- )Motility (+) H2S(-) Reduksi nitrat (+) Dekarboksilase (Moeller) (-)Arginin (+) Lysin (+) Ornithine (-) Hidrolisa : Pati (+) Asam dari : Arabinosa (-) Sukrose (-) Xylose (–). Ciri lain bakteri Vibrio fluvialis adalah dapat tumbuh pada pH yang sangat tinggi 8,5-9,5 dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan sangat baik pada pH 7 karenanya pembiakan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi akan cepat mati. Bakteri Vibrio fluvialis bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah pada suhu 18-30oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V. fluvialis ini tumbuh baik pada agar Thiosulfate-Citrate-bile-Sucrose (TCBS) yang menghasilkan koloni berwarna kuning (Afifah, 2010).

Bakteri Kleibsiella oxytoca dan bakteri Kleibsiella ornithylitica

Raoultella ornithinolytica merupakan istilah lain bagi bakteri Klebsiella ornithinolytica. Bakteri ini ditemukan dari hasil identifikasi bakteri patogen menggunakan metode API 20 E. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif dari Famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat hidup di berbagai habitat dan perairan tawar maupun estuari.


(42)

Penyebaran bakteri K. ornithinolytica dan K. oxytoca yang paling umum juga melalui kontaminasi makanan laut (seafood) yang telah terinfeksi bakteri tersebut. Bakteri spesies ini berhubungan dengan produksi histamin yang menyebabkan keracunan pada ikan. Gejala penyakit yang diakibatkan oleh terinfeksi bakteri K. ornithinolytica pada manusia adalah terjadinya sindrom berupa demam (Hidayati dkk, 2002).

Bakteri Aeromonas hidrophyla, Aeromonas caviae dan Aeromonas sobria Hasil uji identifikasi bakteri patogen dengan metode API 20 E ditemukan jenis bakteri Aeromonas hidrophyla, Aeromonas caviae dan Aeromonas sobria. Bakteri Aeromonas hidrophyla, Aeromonas caviae dan Aeromonas sobria adalah spesies bakteri yang sangat umum ditemukan di perairan tawar, payau dan laut yang dapat menginfeksi berbagai jenis spesies ikan. Bakteri ini biasanya menginfeksi tubuh ikan bersama jenis bakteri patogen lainnya, umumnya menginfeksi pada luka dan borok pada ikan. Infeksi ini biasanya terjadi pada musim panas ketika temperatur perairan meningkat. Bakteri Aeromonas biasanya menginfeksi ikan yang mengalami stress, mengalami penurunan imunitas atau yang mengalami luka atau borok pada tubuh. Pada umumnya, bakteri Aeromonas hidrophyla dan Aeromonas sobria menginfeksi ikan yang sudah terinfeksi oleh bakteri patogen lain, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan. Motile aeromonad septicaemia (MAS) adalah istilah penyakit pada ikan disebabkan oleh


(43)

Bakteri Ewingella americana

Hasil uji identifikasi bakteri patogen dengan metoda API 20 E ditemukan jenis bakteri Ewingella americana. Ewingella sp. merupakan bakteri yang termasuk ke dalam golongan genus Enterobacteriaceae. Beberapa penelitian menyatakan bahwa bakteri ini termasuk bagian relung ekologi. Bakteri Ewingella

secara umum resisten terhadap beberapa β-lactam antibiotik.

Bakteri Cedecea lapegei

Hasil uji identifikasi bakteri patogen dengan metoda API 20 E ditemukan bakteri jenis Cedecea lapegei. Bakteri yang ditemukan pada sampel air muara Sungai Deli adalah bakteri Cedecea lapegei. Bakteri ini dapat hidup di berbagai habitat. Bakteri Cedecea lapegei merupakan bakteri gram negatif dan termasuk ke dalam famili Enterobacteriaceae. Hasil biokimia dari bakteri Cedecea lapegei

menunjukkan Motil positif, Voges-Proskauer dan o-nitrophenil-P-D-galactopyranoside test positif. Lisin, indol, H2S, urea dan fenilalanin tidak diproduksi. Lipase positif, tetapi gelatin, deoxiribonuclease, chitinase, amilase, and polygalacturonase tidak diproduksi/ negatif. Gas dihasilkan dari fermentasi glukosa. Asam diproduksi dari D-arabitol, D-cellobiose, maltose, D-mannitol, mannose, salicin, dan trehalose tetapi tidak dari adonitol, larabinose, dulcitol atau L-rhamnose. Bakteri Cedecea lapegei tumbuh pada nutrien agar pada suhu 37 oC, memproduksi convex koloni dengan diameter sekitar 1.5 mm. Bakteri ini merupakan fakultatif anaerobik. Adapun seluruh strain bakteri Cedecea lapegei


(44)

Bakteri Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli ditemukan di muara Sungai Deli yang berada di daerah pemukiman penduduk dan di daerah mangrove. Adanya E. coli telah dibuktikan dengan serangkaian uji, mulai dari uji pendugaan, uji penegasan dan uji lengkap/ uji kepastian. Uji lengkap dilakukan dengan menggoreskan 1 mata ose dari tabung kaldu EC yang positif ke agar EMB, setelah diinkubasi selama 24 jam maka akan terlihat perubahan warna goresan pada cawan yang tumbuh E. coli

akan berwarna hijau metalik. Hasil Uji Penegasan bakteri terduga E.coli ditandai dengan adanya kilap plat logam (hijau metalik). Warna hijau metalik/plat logam disebabkan terdapat zat fuksin di dalam media M-Endo agar, sedangkan pada media lain tidak mengandung zat fuksin. Pada uji SIM setelah ditetesi Regent covac maka pada tersangka bakteri E.Coli dinyatakan positif indol dan motiliti negatif sedangkan pada bakteri tersangka Salmonella dan Vibrio dinyatakan motility positif dan indol negatif. Hasil indol positif pada uji SIM ditandai dengan terbentuknya cicin merah pada lapisan atas media.

Pengamatan terhadap air muara Sungai Deli pada masing-masing stasiun menunjukkan hasil positif dalam uji pendugaan terhadap adanya bakteri coliform. Hal ini ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas didalam tabung durham pada seluruh tabung dari semua seri pegenceran. Timbulnya gas ini disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat dalam sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 37°C (Pelczar dan Chan, 2006).


(45)

Pembahasan Suhu

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa suhu kedua stasiun berkisar 27-32oC dengan suhu tertinggi pada stasiun II yaitu di lokasi pemukiman penduduk sebesar 32oC dan yang terendah pada stasiun II sebesar 27oC. Rendahnya suhu pada stasiun II disebabkan kondisi yang lebih ternaungi oleh tumbuhan bakau yang berada di sisi kanan–kiri muara Sungai Deli.

Menurut Odum (1996) suhu ekosistem perairan dipengaruhi oleh penetrasi cahaya, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya, ketinggian kanopi (penutup vegetasi) dari pepohonan yang di pinggiran perairan. Penetrasi cahaya kedua stasiun berkisar 45-60 cm, tertinggi di stasiun II sebesar 60 cm dan terendah di stasiun I sebesar 45 cm. Seperti yang dikemukakan oleh Simanjuntak (2006) bahwa cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan suspensi atau bahan organik terlarut terlalu tinggi, akibatnya akan mempengaruhi proses fotosintesis di dalam perairan tersebut.

Salinitas

Salinitas pada kedua stasiun berkisar 8-18,33 o/oo. Salinitas tertinggi pada stasiun II yaitu di lokasi mangrove sebesar 18,33o/oo dan terendah pada stasiun I sebesar 8 o/oo. Tingginya salinitas pada stasiun II disebabkan lokasi mangrove ini lebih dekat dengan laut bebas. Salinitas pada waktu surut lebih rendah dari pada waktu pasang karena pengaruh air sungai lebih dominan. Nilai salinitas pada perairan muara sungai Deli masih mendukung bagi kehidupan dan pertumbuhan bakteri fecal. Bakteri fecal bersifat halotoleran lemah yaitu hidup pada toleransi


(46)

salinitas rendah artinya bakteri ini berasal dari daratan. Akan tetapi bakteri fecal

masih dijumpai di perairan laut lepas. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (DO) pada kedua stasiun berkisar 1,8-6,3. DO tertinggi pada stasiun I pada saat pasang naik sebesar 6,3 dan terendah juga pada stasiun I pada saat surut yaitu sebesar 1,8. Nilai DO pada stasiun I pada saat surut berkaitan dengan tingginya suhu perairan tersebut.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Muara Sungai Deli pada titik-titik pengambilan sampel menunjukkan bahwa terjadi penurunan kualitas air dari hulu ke hilir. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kualitas air muara Sungai Deli tergolong tercemar. Kandungan oksigen terlarut 1,8 mg/l tergolong kualitas air kelas IV. Air lingkungan yang telah tercemar kadar oksigennya sangat rendah. Perairan dapat dikategorikan sebagai perairan yang tingkat pencemaran rendah jika kadar oksigen terlarutnya > 5 ppm (Yuliastuti, 2011).

Nitrit

Kandungan nitrit terendah berada di stasiun II sebesar 0,11 mg/l dan yang tertinggi pada stasiun II pada 0,18 mg/l. Adapun kisaran kandungan nitrit pada stasiun I dan II hampir relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrit pada muara Sungai Deli ini cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Efendi, 2003) yang menyatakan bahwa kadar nitrit pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. Hal ini tentu akan membahayakan kehidupan biota akuatik di muara Sungai Deli.

Kordi (2004), menyatakan bahwa nitrit (NO2) beracun terhadap udang dan ikan karena dapat mengoksidasi Fe2+ di dalam hemoglobin. Dalam hal ini


(47)

kemampuan darah dalam mengikat oksigen sangat menurun. Akumulasi nitrit dalam air terjadi sebagai akibat tidak seimbangnya antara kecepatan perubahan dari nitrit menjadi nitrat dan amonia menjadi nitrit.

BOD5

BOD5 pada kedua stasiun berkisar 3,05-16,5 mg/l. BOD5 tertinggi pada stasiun II sebesar 16,5 mg/l dan terendah pada stasiun I sebesar 3,05 mg/l. Tingginya BOD5 pada stasiun II disebabkan banyaknya limbah dari aktivitas masyarakat seperti pertambakan, perikanan dan pembuangan limbah masyarakat dari daratan yang mengalir menuju hilir sungai Deli yang berada di lokasi mangrove sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk mengurai bahan tersebut semakin sedikit. Materi organik pada stasiun II (lokasi mangrove) semakin banyak disebabkan adanya serasah mangrove yang jatuh ke air.

Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat racun seperti fenol, detergen, asam sianida, insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relatif sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar. Kadar oksigen biokimia (BOD) dalam airr yang tingkat pencemarannya masih rendah dan dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik berkisar 0-10 ppm (Yuliastuti, 2011).

Derajat Keasaman (pH)

Derajat Keasaman atau kebasaan (pH) pada stasiun penelitian rata-rata mendekati netral berkisar 7,33-8,13. pH terendah pada stasiun II sebesar 7,33 dan tertinggi pada stasiun I sebesar 8,13. Derajat Keasaman (pH) sangat penting mendukung kelangsungan hidup organisme akuatik karena pH dapat


(48)

mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan perairan dan tersedianya unsur hara serta toksisitas unsur renik.

Kondisi perairan yang sangat asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terganggunya metabolisme dan respirasi, dimana pH yang rendah menyebabkan mobilitas kelangsungan hidup organisme perairan menjadi terganggu. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).

Berdasarkan pengamatan pada lokasi pengambilan sampel di lokasi pemukiman pendududuk dan mangrove menunjukkan nilai pH yang relatif sama berkisar 7-8. Hal ini membuktikan nilai pH masih menunjang kehidupan biota akuatik dan kehidupan bakteri di perairan muara Sungai Deli.

Fosfat

Nilai kandungan fosfat di muara Sungai Deli tertinggi berada pada stasiun II yaitu yang berada di lokasi mangrove yaitu sebesar 1,2 mg/l dan terendah pada stasiun I yaitu 0.9 mg/l. Tingginya kandungan fosfat pada badan air disebabkan meningkatnya kandungan limbah yang memasuki badan air sungai. Hal ini tentu berpotensi mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yang juga dapat menurunkan kualitas perairan. Kualitas air yang menurun ini berpotensi menggangu kehidupan biota akuatik dan meningkatkan jumlah bakteri patogen dalam air. Kandungan fosfat ini juga meningkat sampai ke permukaan perairan. Hal ini sesuai pendapat Simanjuntak (2006) menyatakan bahwa tingginya kadar fosfat disebabkan arus dan pengadukan massa air yang mengakibatkan terangkatnya kandungan fosfat yang tinggi dari dasar ke lapisan permukaan.


(49)

Kualitas air muara sungai Deli tergolong tercemar hal ini dibuktikan dengan nilai kandungan fosfat yang berada di bawah 1mg/l hanya terdapat pada 1 sampel air yaitu di lokasi pemukiman penduduk, sedangkan pada pengambilan 7 sampel lainnya baik di lokasi pemukiman penduduk dan lokasi mangrove ditemukan nilai kandungan fosfat semuanya berada di atas ambang batas yaitu di atas 1 mg/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Effendi, 2003) menyatakan bahwa kadar fosfat total pada perairan alami tidak melebihi 1 mg/l.

Arus

Kecepatan arus di muara Sungai Deli yaitu berkisar antara 0,13-0,20 m/dt. Kecepatan arus pada stasiun I dan II relatif sama. Hal ini disebabkan karena perairan muara Sungai Deli yang berada di stasiun I dan II merupakan daerah yang dekat dengan estuarin, sehingga arus muara sungai relatif lambat.

Kecerahan

Kecerahan air muara Sungai Deli terendah berada pada stasiun I yaitu 45 cm sedagkan yang tertinggi berada pada stasiun II yaitu 60 cm. Hal ini disebabkan semakin ke hilir, semakin banyak sedimentasi dan materi organik yang terkandung dalam air sungai. Hal ini tentunya mengurangi kecerahan perairan, yang juga dapat menurunkan intensitas cahaya matahari memasuki badan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi (2004) yang menyatakan bahwa dengan mengetahui kecerahan suatu operairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan- lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh dan yang paling keruh. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton.


(50)

Pembahasan Identifikasi Fecal coli

Pada uji penegasan dapat dilihat yang mempunyai nilai MPN koliform yang berada di lokasi pemukiman penduduk sangat bervariasi yaitu 75-1100. Sedangkan untuk nilai MPN koliform pengambilan di lokasi mangrove berkisar 43-1100, hal ini menunjukkan bahwa bakteri koliform yang berada di Sungai Deli cukup tinggi yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang terbiasa menjadikan Sungai Deli sebagai tempat pembuangan limbah domestik. Uji penegasan dari hasil tes di atas sangat perlu, mengingat bahwa tes pendugaan menunjukkan adanya mikroorganisme coliform, yang menunjukkan berarti terjadi polusi fecal.

Jumlah total bakteri rata-rata di lokasi pemukiman penduduk pada saat pasang naik adalah 251,33 x 105cfu dan jumlah total bakteri rata-rata di lokasi pemukiman penduduk pada saat pasang surut adalah 288.33 x 105 cfu. Jumlah total bakteri rata-rata di lokasi mangrove pada saat pasang naik adalah 193,34 x 105cfu dan jumlah total bakteri rata-rata di lokasi mangrove pada saat pasang surut adalah 308,5 x 105 cfu. Jumlah total bakteri di perairan muara Sungai Deli mengalami perubahan pada saat pasang naik dan surut dikarenakan pengaruh air hujan, limpasan air sungai dari daratan dan pengadukan oleh aktivitas kapal-kapal nelayan yang menuju pelabuhan. Adapun nilai fecal coli tertinggi di berada di lokasi mangrove yaitu sebesar 150 cfu sedangkan nilai fecal coli terendah berada di lokasi mangrove sebesar 7 cfu di lokasi mangrove pada saat pasang naik.

Total bakteri tertinggi berada di daerah mangrove yaitu sebesar 374 x 105cfu. Hal ini disebabkan dasar perairan menyediakan deposit hayati dan bahan-bahan anorganik unsur N dan P yang berasal dari limbah domestik, dan serasah


(51)

daun mangrove yang masuk ke badan air sungai dan mengendap di dasar perairan Adapun gelombang, arus dan pasang surut air laut membantu homogenitas kandungan–kandungan makanan tersebut sehingga fitoplankton dan bakteri banyak terdapat di dasar perairan. Penurunan dan peningkatan jumlah bakteri disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan (Darmayanti dkk, 2009).

Jumlah fecal coli lebih besar terjadi saat surut dibandingkan saat pasang naik. Hal ini terutama dipengaruhi oleh masukan bahan organik dan bakteri dari daratan. Semakin banyak pengaruh dari daratan semakin tinggi jumlah bakteri. Nilai fluktuasi coli fecal dan coliform ini sangat besar juga disebabkan adanya arus dan gelombang serta pengadukan air sungai oleh aktifitas kapal-kapal yang menjadikan daerah Sungai Deli sebagai jalur transportasi penduduk setempat. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) menyatakan bahwa arus dan gelombang dapat membawa bakteri dari satu tempat ke tempat lain.

Kuswandi (2001) menyatakan bahwa bakteri fecal dapat masuk ke perairan melalui aliran sungai serta limpasan air hujan sehingga mengakibatkan kelimpahan bakteri yang semakin tinggi pada saat hujan. Hal ini disebabkan oleh, suhu, perubahan salinitas, maupun intensitas cahaya dan konsentrasi materi organik.

Stasiun II merupakan kawasan tempat wisata mangrove serta terdapat pelabuhan. Hal ini yang menyebabkan perbedaan jumlah bakteri pada stasiun I (lokasi pemukiman penduduk) da stasiun II (lokasi mangrove). Dengan adanya kapal yang lewat akan terjadi proses pengadukan, dimana bahan organik yang berada di permukaan perairan maupun yang terdapat pada sedimen masing-masing akan bercampur sehingga menjadi sumber nutrien bagi pertumbuhan


(52)

bakteri yang ada di perairan tersebut. Hal ini dibantu pula dengan arus, hembusan angin maupun pasang surut yang membawa serta mendistribusikan bahan-bahan organik ke daerah lain.

Jika dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk pariwisata dan rekreasi (mandi, renang dan selam) menurut Kep-02/MENKLH/I / 1988, level maksimum

fecal coli yang diperbolehkan < 1000 cfu /100 ml, ini berarti jumlah fecal coli

seluruh stasiun pengamatan pada perairan muara Sungai Deli sudah melewati batas maksimum yang diperbolehkan. Derajat kematian golongan bakteri coli

yang berada di lingkungan laut maupun estuari makin berkurang dengan naiknya suhu, salinitas, maupun intensitas cahaya matahari (Thayib dan Kunarso, 1994). Bakteri Vibrio fluvialis

Bakteri Vibrio sp. adalah bakteri yang paling umum ditemukan di seluruh perairan dangkal di seluruh dunia. Bakteri V. fluvialis mampu bertahan di perairan laut dan darat serta dapat berkoloni disaluran pencernaan, khususnya usus halus. Ciri lain bakteri V. fluvialis adalah dapat tumbuh pada pH yang sangat. tinggi 8,5-9,5 dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan sangat baik pada pH 7 karenanya pembiakan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi akan cepat mati. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah pada suhu 18-30o C (Afifah, 2010).

Dari semua hasil yang diperiksa pada sampel air muara Sungai Deli, walaupun hasil hanya menemukan jenis bakteri Vibrio fluvialis masih kemungkinan terdapat bakteri Vibrio jenis lainnya seperti V .parahemolyticus dan

V. cholera, V. alginolyticus, V. Mimicus. Penyebaran bakteri Vibrio seperti Vibrio fluvialis, V. parahemolyticus dan V. cholera dapat melalui seafood yang


(53)

terinfeksi oleh bakteri Vibrio. Oleh sebab itu, keberadaan bakteri Vibrio ini harus diwaspadai (Widowati, 2008).

Bakteri Escherichia coli

E. coli yang hidup di tanah dapat mengkontaminasi makanan melalui partikel debu yang diterbangkan angin. Bakteri golongan coli ditemukan banyak pada sampel air Sungai Deli. Bakteri E.coli juga ditemukan di hampir setiap sampel bakteri. Hal ini disebabkan muara Sungai Deli merupakan tempat pembuangan limbah domestik bagi penduduk yang tinggal di bantaran sungai. Limbah Sungai Deli tersebut mengalir menuju muara sungai Deli yang lebih dekat ke laut yaitu berada di sekitar mangrove. Bakteri E.coli ini berpotensi mencemari perairan sungai dan mengkontaminasi biota akuatik yang berada di perairan sungai dan payau. Hal ini tentu dapat menjadi vektor penyakit bagi kesehatan manusia dan merusak kelestarian lingkungan.

Bakteri E.coli ini berpotensi mencemari kualitas air Sungai Deli dan mengkontaminasi biota akuatik seperti ikan dan kerang-kerangan. Kehadiran bakteri E.coli juga berpotensi meningkatkan jumlah pertumbuhan bakteri lainnya. Ketersediaaan nutrisi dari ekosistem lamun dan mangrove seperti nitrogen, fosfat dan kalium memungkinkan jumlah bakteri meningkat. Ketersediaan nutrien tersebut mengakibatkan total bakteri meningkat (Darmayati dkk, 2009).

Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan tinja. Namun saat ini E.coli adalah mikroorganisme yang paling mengancam badan air sungai. Bakteri E.coli mengkontaminasi badan


(54)

air sungai setelah tinja memasuki badan air, bahkan dalam keadaan tertentu E.coli

dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh dan dapat tinggal di dalam pelvix ginjal dan hati (Yudo, 2010).

Bakteri Kleibsiella oxytoca dan bakteri Kleibsiella ornithinolytica

K. ornithinolytica dan K. oxytoca dikenal sebagai bakteri yang memproduksi histamin yang berkontribusi mengakibatkan keracunan pada ikan. Kontaminasi racun pada ikan ini beruntun pada rantai makanan pada ikan seperti tuna, sardin dan makarel. Hal ini tentu dapat menyebabkan keracunan bagi manusia yang mengkonsumsi ikan yang telah terinfeksi oleh bakteri patogen K. ornithinolytica dan K. oxytoca (Morais dkk, 2009).

Klebsiella oxytoca dapat digunakan untuk penanganan air limbah dalam mengurangi kadar fenol dari air. Keefesiensian dari degradasi ini dipengaruhi oleh kondisi medium seperti ketersediaan oxigen, pH dan temperatur dan berbagai faktor lain. Bakteri ini dapat mentoleransi tingkat toksisitas dari fenol sampai 400 ppm (Shawabkeh dkk, 2007).

Bakteri Aeromonas hidrophyla, Aeromonas sobria dan Aeromonas caviae Dinamella dkk, (2010) menyatakan pada beberapa kasus, kematian ikan akibat infeksi A. hydrophila tidak ditandai dengan kerusakan pada organ eksternal. Kerusakan dapat terjadi sebagai akibat infeksi lokal pada tempat luka atau penempelan oleh parasit. Ikan yang terinfeksi A. hydrophila memperlihatkan tanda-tanda berupa tingkah laku ikan tidak normal, berenang lambat, megap-megap di permukaan air, dan nafsu makan menurun. Tanda lainnya seperti sirip rusak, kulit kering dan kasar, lesi kulit yang berkembang menjadi tukak, dan mata


(55)

menonjol (exophthalmus), serta terkadang perut menggembung berisi cairan kemerahan.

Wibowo dkk, (2010) menyatakan bahwa bakteri A. hydrophila dapat menginfeksi ikan dan biota air lainnya karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan toksin. A. hydropila termasuk ke dalam kelompok bakteri patogen yang memiliki virulensi tinggi. Tingkat virulensi tersebut ditentukan oleh kemampuan bakteri menghasilkan enzim dan toksin tertentu yang berperan dalam proses invasi dan infeksi. Bakteri Aeromonas hydrophila dan Aeromonas sobria

tersebut dapat menyebabkan penyakit pada pencernaan manusia yang bersifat akut pada anak-anak.

Bakteri Ewingella americana

Bakteri Ewingella americana pada umumnya diisolasi dari spesimen klinis. Namun dari beberapa penelitian sebelumnya juga didapati bahwa bakteri ini dapat diisolasi dari sayur-sayuran, daging, jamur dan molusca. Hal ini membuktikan bahwa bakteri ini dapat hidup di berbagai habitat. Bakteri Ewingella

sp. dapat tumbuh pada kisaran temperatur 0- 40°C, sekalipun banyak strain yang menunjukkan pengurangan aktivitas biokimia pada temperatur tersebut (Wilfried dkk, 2006).

Bakteri Cedecea lapegei

Strain Cedecea sp. tidak menghidrolisis gelatin atau DNA. Cedecea

memiliki tiga spesies yaitu C. davisae, C. lapagei, C. neteri. Cedecea sp. biasanya diisolasi dari sampel klinis sebagai patogen dan ditemukan dari beberapa infeksi


(56)

yang disebabkan oleh bakteri ini yang dapat menyebabkan penyakit pneumonia pada manusia (Harun, 2011).

Limbah domestik yang dibuang pada badan sungai mengandung sampah padat berupa tinja dan cair yang berasal dari sampah rumah tangga dengan beberapa sifat utama, antara lain mengandung bakteri, yang dapat menyebabkan penularan penyakit, mengandung bahan organik dan padatan tersuspensi sehingga BOD biasanya tinggi, mengandung padatan organik dan anorganik yang mengendap di dasar perairan dan menyebabkan DO rendah, mengandung bahan terapung dalam bentuk suspense sehingga mengurangi kenyamanan dan menghambat laju fotosintesis (Hutapea, 2012).

Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat pengguna air Sungai Deli melakukan tindakan pencemaran sungai. Hasil survei yang dilakukan bahwa alasan masyarakat membuang sampah di sungai tidak adanya tempat pembuangan sementara yang dekat dari tempat tinggal, tidak setiap hari petugas kebersihan datang untuk membawa sampah yang telah dikumpulkan (Purba, 2013).


(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perairan muara Sungai Deli termasuk tercemar hal ini dibuktikan dengan angka kisaran kepadatan rata-rata bakteri coliform di perairan muara Sungai Deli (811x 105 cfu) dan kisaran bakteri fecal coli (81,125 x105 cfu) sudah melebihi ambang batas yang ditetapkapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (2004) menyatakan bahwa baku mutu kualitas air laut bagi peruntukan kehidupan biota laut dan wisata bahari untuk bakteri coli total adalah 1000cfu/100 ml sedangkan bagi peruntukan kawasan wisata bahari ditambah dengan bakteri fecal coli < 200 koloni/100 ml.

2. Berdasarkan analisis identifikasi bakteri patogen di muara Sungai Deli diperoleh 9 jenis bakteri patogen. Bakteri gram negatif yang didapat dengan metode API 20 E yaitu Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, Klebsiella ornithinolytica, Cedecea lapegei, Aeromonas hydrophyla, Aeromonas sobria, Aeromonas caviae, Ewingella americana dan Vibrio fluvialis.

Saran

1. Perlu perhatian, pengawasan dan penanganan yang khusus terhadap kualitas di di muara Sungai Deli Medan kecamatan bagan oleh masyarakat dan pemerintah setempat agar kondisi perairan terjaga dengan baik.

2. Perlu adanya penambahan titik pengambilan sampel di beberapa lokasi sepanjang muara Sungai Deli untuk mengetahui kualitas air yang lebih banyak lagi di muara Sungai Deli Medan Kecamatan Bagan.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N. 2010. Analisis Kondisi Dan Potensi Lama Fermentasi Medium Kombucha (Teh, Kopi, Rosela) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Patogen (Vibrio cholera Dan Bacillus cereus). Skripsi Program Studi Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

APHA (American Public Health Association). 1989. Standard Method for the Examinition of Water and Waste Water. American Public Health Association. Water Pollution Control Federation. Port City Press.

Baltimore, Mariland. 1202 hlm.

Budiyanto, M.A.K. 2002. Mikrobiologi Terapan.UMM Press. Malang.

Darmayati,Y.,D.H. Kunarso dan Ruyitno.2009. Dinamika Bakteri Indikator Pencemaran Di Perairan Estuari Cisadane. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35 (2): 273-290.

Daluningrum, I.P.W. 2009. Penapisan Awal Komponen Bioaktif Dari Kerang Darah (Anadara granosa) Sebagai Senyawa Antibakteri. Skripsi Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Dinamella.W., E.H.S., T.B dan M.Setiawati. 2010. Pengendalian infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias sp.) dengan campuran meniran (Phyllanthus niruri) dan bawang putih (Allium sativum) dalam pakan. Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (2): 93–103.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm.

Feliatra, 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp.) di Perairan Nongsa Batam Propinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 28 – 33.

Feliatra, 2002. Sebaran Bakteri Escherichia Coli Di Perairan Muara Sungai Bantan Tengah Bengkalis Riau.

Grimont,D.A.P., F.G., J.J.Farmer and M.A.Asbury. 1981. Cedecea davisae gen. nov., sp. nov. and Cedecea lapagei sp. nov., New Entero bacteriaceae from Clinical Specimens. International Journal of Systematic Bacteriology. 31 (3): 18-22.

Hidayati, E., N.Juli dan E.Marwani. 2002. Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma longa L.) Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.) Terhadap


(59)

Pertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi. Jurnal Matematika dan Sains, 7(2):43 – 52.

Harun, 2011. A Pneumonia Case Caused By Cedecea lapagei. Journal of Clinical and Analytical Medicine. Microbiology Laboratory. Kutahya, Turkey. Hutapea, S. 2012. Kajian Konservasi Daerah Aliran Sungai Deli Dalam Upaya

Pengendalian Banjir di Kota Medan. Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. Yrama Widya : Bandung.

Jawetz E., J.L.Melnick, dan Alderberg E.A. 2001. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press

Karliana, I. 2009. Identifikasi Mikroba Air Laut di Ujung Grenggengan Semenanjung Muria. Jurnal Sigma Epsilon ISSN. (13).

Konsukartha I, G, M dan K,D.Harmayani. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh. Jurnal Permukiman Tanah(5) (2): 62-108.

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Kordi, K.M. Ghufran.H.2004. Penanggulan Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara. Jakarta.

Odum, EO,. 1996. Dasar-dasar Ekologi, Terjemahan: Samingan, Tjdan Srigandono,. Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Pelczar dan Chan, E. C. S. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi (I). Jakarta: UI Press. Purba, L. 2013. Hubungan Higiene Pengguna Air Sungai Deli Dengan Keluhan

Kesehatan Kulit Dan Tindakan Pencemaran Sungai Di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun . Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Medan.

Purwaningroom, L.D. 2010. Uji In Vitro Pengaruh Jenis Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus Dan Pheretima aspergillum) Dengan Variasi Suhu Pengolahan (50oC, 60oC, dan 70oC) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi. Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Poernomo, A.,2007. Peranan Tata Ruang, Desain Interior Kawasan Pesisir dan Pengelolaannya Terhadap Kelestarian Budidaya Tambak. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.


(1)

Lampiran 1.Lanjutan

Bakteri tersangka Salmonella thypi pada media SS Agar

Bakteri Tersangka Vibrio Cholera pada media TCBS Agar

Uji Tersangka Bakteri Vibrio cholera, Salmonella thypi dan E.coli pada air NaCl untuk uji API 20 E


(2)

Lampiran 1.Lanjutan

Hasil TPC (Total Plate Count) pada daerah pemukiman penduduk dan mangrove

Hasil Uji Api 20 E pada bakteri terduga E.coli, Vibrio cholera, dan Salmonella thypi


(3)

Lampiran 2. Alat dan Bahan yang dipakai

Autoklaf Waterbath

mikroskop coloni counter


(4)

Lampiran 3. Proses Pengerjaan


(5)

Lampiran 4. Foto Lokasi Sungai Deli

Muara Sungai Deli daerah pemukiman Penduduk


(6)

Lampiran 5. Metoda

Sampel air muara Sungai Deli

Uji Total Bakteri umum (TPC) sampai pengenceran ke 5

Media enrichment Alkalis pepton untuk identifikasi bakteri Vibrio Cholera

Media enrichment Selenith Broth untuk identifikasi bakteri Salmonella thypi

Media enrichment M Endo Agar untuk identifikasi bakteri E.coli

Media Selektif TCBS untuk Identifikasi bakteri Vibrio cholera

Media selektif Salmonella Shigella Agar untuk

identifikasi Salmonellla thypi

Media selektif EMB untuk identifikasi E.coli.

Bakteri tersangka vibrio , E.coli dan Salmonella di uji identifikasi pada metode API 20 E

Berdasarkan analisis identifikasi bakteri patogen di muara Sungai Deli diperoleh 9 jenis bakteri patogen. Koloni bakteri gram negatif yang didapat

dengan metode API 20 E yaitu Escherichia coli, Klebsiella oxytoca,

Klebsiella ornithynolytica, Cedecea lapegei, Aeromonas hydrophyla,

Aeromonas sobria,Aeromonas caviae, Ewingella americana dan Vibrio