92035502 Makalah Stbm Yang Baru

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pendidikan sering terjadi masalah. Masalah dapat bersumber dari siswa,
misalnya nilainya tinggi tetapi tidak mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diperoleh dalam belajar pada situasi yang lain . banyak pengetahuan yang
diperoleh siswa hanya berupa pengetahuan (kognisi). Kurang keterampilan atau praktik dan
mereaka tidak dapat menemukan proses pengetahuan itu , akibatnya pengetahuan itu mudah
lupa. Pengetahuan hanya bersifat informatif dan berupa hafalan saja.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Metode guru umumnya metode ceramah, artinya guru aktif siswa pasif. Materi
pelajaran hanya dijejali tidak memperhatikan kemampuan dan taraf perkembangan anak.
Selain itu , guru mempunyai beban tugas mengajar yang banyak dengan berbagai bidang
studi dan harus membuat satuan pelajaran . sarana dan sumber belajar kurang , hanya guru
sumber belajar utama, sehingga siswa tidak dapat belajar maksimal .

C. RUMUSAN MASALAH
Dari fenomena yang dipaparkan dapat ditarik dua (2) masalah yaitu,



Apa yang dimaksud Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam CBSA ?



Bagaimana pengaruh penggunaan metode pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) dalam proses belajar mengajar dalam kelas dengan nilai akhir para
mahasiswa?
1



Bagaimana pengaruh penggunaan metode pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) dalam proses belajar mengajar dalam kelas yang menunjang kemampuan
akademis para mahasiswa.?

D. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan pendekatan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) bagi para mahasiswa pada sehingga dapat dijadikan acuan pada tahun-tahun
berikutnya.
E. MANFAAT MAKALAH

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan kurikulum yang berlaku. Hal – hal apa yang harus dilakukan agar
kelak pendidikan di Indonesia semakin maju dan berkembang.
b. Bagi para pembaca juga dapat membantu mengenbangkan potensi-potensi yang
dimiliki di dalam dirinya untuk memotivasi anak didik dalam menerapkan CBSA di
sekolah.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.TEORI
Dalam makalah ini akan memaparkan tentang cabang-cabang dalam filsafat, yang
mempengaruhi CBSA yaitu:
ONTOLOGI menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya. Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :
abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Kedua adalah EPISTEMOLOGI
adapun masalah epistemology bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan.


Sebelum

dapat

menjawab

pertanyaan-pertanyaan

kefilsafatan,

perlu

diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat. Ketiga adalah AKSIOLOGI
menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat
kamanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah
hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan
sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan
hidup itu sendiri.( Pandley, 1994)

Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa
terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal dan baik. Melalui
proses yang baik pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA
yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar
meningkatkan daya kognitif pembelajar. Tanpa CBSA, kadar aktivitas pembelajar masih
rendah dan belum terprogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri

3

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah
tetapi dikerjakan di kelas secara bersama-sama. (H.C Lindgren. 1976.)
Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA
yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha
peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai
berikut: (a) Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau
kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. (b) Implikasi mentalintelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan

mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat.
Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang
pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi.
Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang
telah dilakukan. (c) Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode,
media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang
memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. (d) Dilihat dari segi pemenuhan
meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka
strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. (Klausmeier, H.J.1980)
3. Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan
yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar
baik intelektual-emosional maupun fisik. Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi
sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik
(1)

Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang

ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar.(2) Keberanian untuk mencari kesempatan

untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar
maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. (3) Kreatifitas siswa dalam
menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang

4

memang dirancang oleh guru. (4) Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar
sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru. (5)
Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk
guru.
c. Dimensi Guru
(1)Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta
partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.(2) Kemampuan guru dalam
menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator. (3) Sikap demokratis yang ada pada
guru dalam proses belajar-mengajar. (4) Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
c. Dimensi Program
(1)Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat
serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.(2)
Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa

dalam proses belajar-mengajar.- Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi
dan kondisi.
d. Dimensi situasi belajar-mengajar
(1)Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara
guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar. (2) Adanya suasana
gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
4. Strategi Pendekatan cara belajar siswa aktif
(1)Strategi yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan tersebut antara lain :
Refleksi Guru dapat meminta siswa untuk secara berkala merefleksikan hal-hal yang telah
dipelajarinya dalam pembelajaran. Contohnya: melalui jurnal opinion paper. (2) Pertanyaan
Siswa (Anak didik). Untuk setiap pokok bahasan atau pertemuan, guru memberi tugas siswa
untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami, atau hal-hal
yang perlu dibahas bersama guru dan teman-teman siswa lainnya. (3) Rangkuman Guru dapat
membiasakan siswa untuk membuat rangkuman terhadap hasil disuksi kelompok yang
dilakukan dikelas atau sebagai tugas mandiri. (4) Pemetaan Kognitif Pemetaan kognitif adalah
alat untuk membuat siswa aktif belajar tentang konsep-konsep (reposisi) dan skemanya.
Pemetaan kognitif juga dapat digunakan untuk menumbuhkan proses belajar aktif siswa. (5)
5

Belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional Selanjutnya, Belajar Aktif menuntut

guru bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prisip-prisip
pembelajara yang efektif dan efisien. Artinya guru dapat merekayasa sistem pembelajaran
yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman
yang bermakna bagi siswa.
Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang efektif
untuk dapat membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemampuan
untuk belajar mandiri sepanjang hayatnya, dan untuk membina profesionalisme guru.
Umpan balik guru kepada siswa menjelaskan tentang prestasi belajar siswa yang perlu
dipertahankan dan ditingkatkan, juga kelemahan siswa yang perlu diperbaiki. Sebaliknya,
umpan balik siswa kepada guru perlu diperhatikan sebagai masukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang berlangsung. (Sa’ud, S. U. 2009).
5. Karakteristik sekolah yang ber-CBSA dengan baik
Raka Joni mengungkapkan bahwa sekolah yang ber- CBSA dengan baik mempunyai
karakteristik berikut : (a) Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa. (b) Guru
adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar.(c) Tujuan kegiatan tidak hanya
untuk sekedar mengejar standar akademis.(d) Pengelolaan kkegiatan pembelajaran lebih
menekankan pada kreativitas siswa. (e) Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan
mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang
dikembangkan, serta mengukur hasil belajar siswa.
6. Rambu-rambu penyelenggaraan CBSA

1) Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan. 2) Prakarsa daan
keberanian siswa dalam memwujudkan minat, keinginan, dan dorongan – dorongan yang ada
pada dirinya. 3) Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
4) Usaha dan kreativitas siswa daalam proses pembelajaran. 5) Keinginantahuan yang ada
pada diri siswa. 6) Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa. 7) Kuantitas dan kualitas
usaha guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa. 8) Kualitas guru sebagai inovator
dan fasilitator. 9) Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran. 10)
Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses
pembelajaran. (Lang,H.R & Evans,D.N.2006)

6

7. Implikasi CBSA terhadap Sistem Penyampaian
Peningkatan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran berarti pula mengarahkan
proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa, atau dengan kata lain menciptakan
pembelajaran berdasarkan siswa (Student-Based Instruction). Konsekuensi yang harus
diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa , ialah :1) Guru merupakan seorang
pengelola.2) Guru dan siswa menerima peran kerjasama.3) Bahan-bahan pembllajaran diplih
berdasarkan kelayakannya.4) Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.5) Tujuan ditulis secara
jelas.6) Semua tujuan diukur/ dites.( Anonim. 2010)

8. Jenjang keterampilan belajar aktif
Belajar aktif juga memungkinkan penilaian dilakukan dengan cara yang beragam,
karena penilaian dengan satu cara saja biasanya kurang berhasil. Setiap jenis penilaian
mempunyai kekuatan dan kelemahan tertentu. Oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan
penilaian atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap, berbagai cara penilaian perlu dilakukan.
Penilaian hasil belajar siswa perlu dilakukan secara objektif, sehingga penilaian dapat
membantu siswa untuk lebih berkembang mencapai tujuan belajarnya.
(Amri, S & Ahmadi, I.K. 2010)
B. HASIL PENELITIAN/ARTIKEL
Dari hasil analisa dan observasi dari penelitian PUTU AGUS BRATAYADNYFAKULTAS
SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) DENPASAR, 2010 dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Pengaruh penggunaan metode pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam
proses belajar mengajar dalam kelas bahasa Inggris pada kelas fotografi semester genap tahun
ajaran 2009/2010 dengan nilai akhir para mahasiswa, mempunyai efek yang positif dan
berhasil dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris para mahasiswa, yang dengan
metode pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang dimasukan dalam Satuan Acara
Pengajaran (SAP) ini mampu meningkatkan nilai rata-rata A yang hanya 1,1 % pada semester
genap kelas fotografi tahun 2009/2010 menjadi 50% pada semester genap kelas yang sama
tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan pada pengaruh penggunaan metode pendekatan Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada kelas bahasa Inggris pada kelas Fotografi semester genap

7

tahun ajaran 2009/2010 dengan kemampuan para mahasiswa mengikuti lomba yang
berhubungan dengan bahasa Inggris yang menunjung kemampuan akademis para mahasiswa
juga mempunyai efek yang positif sekali dan juga berhasil. Hal ini dibuktikan dengan
perbandingan lomba debat tingkat Institut/English Debating Contest (EBC) pada tahun
sebelumnya yaitu tahun 2009, wakil dari kelas fotografi tidak memperoleh gelar juara maupun
juara harapan akan tetapi pada lomba debat tingkat Institut/English Debating Contest 2010
wakil dari kelas fotografi menjadi yang terbaik (rangking 1) dan juara harapan III (rangking
6).
Dari keempat (4) teori yang diungkapkan oleh H.C Lindgren dalam proses interaksi
belajar mengajar di kelas, teori nomor 4 yaitu teori Interaksi optimal antara guru-siswa, dan
antara siswa-siswalah yang terjadi di dalam proses belajar mengajar sehingga pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) telah berhasil dilaksanakan pada pada pelajaran bahasa
Inggris semester genap kelas fotografi.( H.C Lindgren. 1976)
C. KERANGKA BERFIKIR
Belajar aktif merupakan perkembangan teori Dewrning by Doing ( 1859 – 1952 ).
Dewey sangat tidak setuju pada rote Learning “ belajar dengan Menghafal “. Dewey
merupakan pendiri Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip “ Learning by Doing “,
yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingintahuan
siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam
suatu proses balajar. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk
menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru
untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, ketrampilan, serta pengalaman.
(Farisi, M.I. 1994)

8

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Untuk dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa dalam proses belajar
mengajar disekolah diperlukan beberapa metode termasuk metode CBSA dalam pemecahan
masalah. Karena dengan metode CBSA dalam pemecahan masalah aktivitas dan kreativitas
belajar siswa dapat terlihat dari proses pembelajaran yang memang mensyaratkan mereka
untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan berfikir kreatif dalam memecahkan
masalah yang ada.
1. Ontologis; cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana
ujud yang hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan
daya tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?
2. Epistemologi berusaha menjawab bagaimna proses yang memungkinkan di timbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus di
perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut
kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/tehnik/sarana apa yang membantu
kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?.
3. Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dengan norma-norma moral?

B. SARAN

9

Semoga dengan adanya metode belajar CBSA yang digunakan dalam proses
belajar mengajar dapat membantu siswa maupun guru untuk lebih giat dan
mempermudah siswa atau guru dalam prosees belajar mengajar .

DAFTAR PUSTAKA
Sa’ud, S. U. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Amri, S & Ahmadi, I.K. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inofatif Dalam Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Anonim. 2010. Paduan National University English Debating Championship (NUEDC).
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Direktorat Akademik.
Anonim. 2003. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis Dan Disertasi. Denpasar:
Program Pascasarjana. Universitas Udayana.
Farisi, M.I. 1994. Laporan Penelitian Eksperimentasi model Pembelajaran The InquiryConceptual Mata Kuliah Pendidikan IPS 2 Dalam Proses Tutorial PPD2. GSB.
(serial online) Agustus., [diambil pada 5 Agustus 2010] pada: URL:
http://www.laboraturium-umsch.id/files/
H.C Lindgren. 1976. Cara Belajar Siswa Aktif. (serial online) Agustus., [diambil pada
5 Agustus 2010] pada: URL: http://www.laboraturium-umsch.id/files/
Klausmeier, H.J.(1980).Learning and Teaching Concepts:A Strategy for Testing Applications
of Theory. San Francisco: Academic Press.

10

Lang,H.R & Evans,D.N, (2006), Model, Strategies, and Methods; For Effective Teaching,
Amerika: Pearson

11