Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalu (1)
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS
BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG
Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian dengan penerapan IPTEK kepada masyarakat yang berjudul
“Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Usaha Kompos Bokashi, Budidaya Sayur dan
Jamur Merang”, telah dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2010.
Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan pada kelompok tani Desa Rawang Lama yang
pesertanya terdiri atas kelompok tani dari beberapa dusun. Pengabdian bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan petani, memberikan peluang usaha, pemberdayaan masyarakat
terutama kaum perempuan, meningkatkan gizi masyarakat, dan sekaligus berpartisipasi
melestarikan lingkungan hidup. Penerapan IPTEK ini dibagi atas beberapa bagian yaitu
pelatihan dan praktek pembuatan kompos bokashi jerami, pelatihan dan praktek bertanam
sayur semiorganik, dan budidaya jamur merang. Hasil dari pengabdian ini adalah peserta
telah dapat membuat kompos bokashi, mengetahui teknik bertanam sawi tanpa persemaian,
dan mengetahui budidaya jamur merang. Pembuatan kompos bokashi, bertanam sayur
semiorganik, pembangunan kumbung (rumah jamur), pengomposan dan sterilisasi media
jamur serta penanamannya selain diberikan secara teoritis dengan metoda ceramah, diskusi,
dan membagikan materi pelatihan, juga langsung dipraktekkan oleh peserta. Sedangkan cara
pembuatan bibit jamur merang diberikan secara teoritis dengan metoda ceramah, diskusi,
dan membagikan materi pelatihan. Hasil kegiatan yang dinilai bermanfaat adalah
terjalinnya hubungan baik antara perguruan tunggi khususnya tim pengabdian dengan
masyarakat desa, transfer ilmu dari perguruan tinggi kepada masyarakat (teknologi
pembuatan kompos bokashi, teknik bertanam sawi dengan persentase hidup lebih tinggi,
umur panen lebih cepat, dan produksi lebih tinggi), dan terbukanya peluang usaha baru bagi
masyarakat Desa Rawang Lama.
Kata kunci: jerami, kompos bokashi jerami, sayur, jamur merang, pemberdayaan masyarakat,
dan kelestarian lingkungan hidup
PENDAHULUAN
Kecamatan Rawang Panca Arga merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan
di Kabupaten Asahan. Memiliki jumlah penduduk 17.785 jiwa. Jarak dari kecamatan ini ke
Ibu Kota Kabupaten Asahan sekitar ± 13 km, sedangkan jarak ke Ibu Kota Provinsi Sumatera
Utara ± 200 km. Luas wilayah kecamatan 15.000 ha2, beriklim tropis dengan ketinggian
tempat berkisar 5 sampai 15 meter di atas permukaan laut dan suhu rata-rata tahunan antara
23 sampai dengan 33ºC. Sesuai dengan kondisi letak (letak geografis), lahan yang ada
Kecamatan Rawang Panca Arga sebagian besar dimanfaatkan untuk pertanian padi dan
sebagian kecil untuk tanaman hortikultura.
1
Ketua kelompok tani di Desa Rawang Lama, Kecamatan Rawang Panca Arga
bernama Paino Krow mengetuai 16 kelompok tani yang tergabung dalam kelompok tani
Damai. Setiap kelompok tani memiliki jumlah anggota sebanyak 70-75 orang, dan setiap
petani rata-rata memiliki 0,5 ha lahan persawahan. Sampai saat ini petani menanam padi
sepanjang tahun (dua kali tanam setahun) dengan hasil rata-rata 6 – 7 ton/ha.
Jerami padi merupakan limbah padi yang banyak ditemukan di daerah Kecamatan
Rawang Panca Arga. Dari setiap ha tanaman padi, limbah jerami yang dihasilkan sekitar 5 –
8 ton setiap kali panen (10 – 16 ton/tahun). Dari kelompok tani Damai saja limbah jerami
yang dihasilkan sekitar 5.600 – 8.960 ton per tahun. Oleh petani setelah panen padi, limbah
jerami ini hanya dibiarkan menumpuk dan dibiarkan kering lalu dibakar. Padahal limbah ini
sebenarnya sangat berpotensi menjadi media pertumbuhan jamur merang. Selanjutnya limbah
media jamur merang tersebut dapat pula dijadikan pupuk organik.
Dari hasil wawancara dengan ketua kelompok tani diperoleh informasi bahwa di
daerah ini belum ada petani yang memanfaatkan jerami tersebut baik untuk budidaya jamur
maupun untuk pupuk organik karena mereka belum mengetahui teknik budidaya jamur dan
teknik pengomposan jerami dengan sistem bokashi. Setelah tim pengabdian menjelaskan
manfaat limbah pertanian ini yang bisa dijadikan untuk media jamur dan pupuk organik, dan
bahkan limbah media jamur tersebut pun masih dapat dijadikan pupuk organik bagi tanaman
hortikultura, mereka sangat mengharapkan agar dilakukan pelatihan budidaya jamur tersebut
dan teknologi pengolahan jerami menjadi kompos bokashi untuk dimanfaatkan menjadi
pupuk organik tanaman hortikultura.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pihak mitra, maka disadari pentingnya
peran perguruan tinggi dalam program pengabdian kepada masyarakat dengan menawarkan
penerapan ipteks dengan tujuan untuk melatih petani memanfaatkan limbah pertanian padi
untuk budidaya jamur merang. Petani juga akan dilatih untuk memanfaatkan jerami sebagai
pupuk organik pada tanaman sayuran mengingat kapasitas limbah jerami yang dihasilkan
begitu besar sehingga tidak akan habis untuk media jamur merang saja.
METODE
Kegiatan pengabdian diawali dengan melakukan koordinasi dengan Kepala Desa
Rawang Lama dan Ketua Gapoktan tentang ha-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pengabdian IbM dengan judul di atas pada tanggal 11 September 2010. Ketua Gapoktan
2
selanjutnya memilih anggota kelompok tani Desa Rawang Lama yang terdiri atas beberapa
dusun, yang akan menjadi peserta pelatihan. Pelatihan yang dilakukan dibagi atas 3 bagian:
1.
Pelatihan pembuatan kompos bokashi , peserta terdiri atas 16 orang petani.
2.
Pelatihan bertanam sayur semi organik, peserta terdiri atas 16 orang petani. Materi
kegiatan yang diberikan adalah cara mengecambahkan bibit sayuran tanpa lewat
persemaian (sehari sebelum tanam), dan cara bertanam sayuran semiorganik, bayam,
kangkung darat, dan sawi. Pada saat pelatihan cara bertanam sayuran semiorganik,
kepada seluruh peserta pelatihan dibagikan benih bayam, kangkung, dan sawi. Sebagai
contoh, peserta langsung mempraktekkan penanaman sawi dan bayam di lahan yang
telah disediakan (demplot).
3.
Pelatihan budidaya jamur merang, diikuti oleh 15 orang peserta. Kegiatan yang
dilakukan adalah pembuatan kumbung jamur merang berukuran 4 x 6 x 2.5 meter.
Kegiatan selanjutnya adalah memberikan pelatihan budidaya jamur merang. Kegiatan
budidaya jamur merang meliputi persiapan media tanam (pengomposan ± selama 9 hari
dan sterilisasi media ± 6-8 jam), penanaman bibit jamur, dan pemanenan.
Metoda yang diberikan untuk ke-3 kegiatan tersebut adalah dengan ceramah, diskusi,
dan metoda pendampingan dengan melakukan demonstrasi (langsung dipraktekkan). Hand
out berupa petunjuk praktis tentang materi pelatihan dibagikan kepada seluruh peserta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Kompos Bokashi dari Jerami
Gambar 1 menunjukkan sebagian peserta sedang mendengarkan penjelasan yang
diberikan oleh tim pengabdian tentang cara pembuatan kompos bokashi. Dokumentasi
kegiatan disajikan pada Gambar 1 sampai 3.
3
Gambar 1. Peserta mencacah jerami
Gambar 2. Mencampur dedak dengan jerami
Gambar 1 sampai 3 tampak peserta
pelatihan berperan aktif mempraktekkan
pembuatan kompos bokashi tersebut.
Pada kegiatan ini kendala yang
ditemui yaitu pada proses pencacahan
jerami yang dilakukan secara manual
Gambar 3. Menyemprotkan larutan EM4 pada campuran media sehingga butuh waktu dan
tenaga ekstra. Rencana sebelumnya proses pencacahan dilakukan dengan meminjam mesin
pencacah, tetapi oleh karena keterbatasan dana, penggunaan alat tersebut terpaksa dibatalkan.
Namun kendala tersebut tidak mengurangi semangat peserta untuk meneruskan kegiatan. Hal
ini dapat dilihat pada gambar kegiatan di atas di mana peserta bergantian mencacah jerami.
Dari hasil kegiatan ini dihasilkan kompos bokashi dalam waktu ± 14 hari. Waktu pembuatan
kompos ini sebenarnya bisa lebih dipercepat, tergantung ukuran jerami yang dikomposkan.
Apabila pencacahan jerami ukurannya lebih kecil waktu pengomposan bisa diperpendek.
Bertanam Sayur Semiorganik
Kegiatan dilakukan berupa ceramah, diskusi, dan demonstrasi penanaman sayur (sawi
dan bayam) pada lahan yang sudah diolah sebelumnya. Praktek bertanam sawi dengan
4
Gambar 4. Tim Pengabdian sedang memperagakan
cara mengecambahkan benih sawi
Gambar 6. Memasukkan bokashi ke dalam
lubang tanam sawi
Gambar 8. Tim Pengabdian bersama peserta dan
kepala desa berada di lahan demplot sawi hasil
Gambar 5. Tanah yang sudah diolah untuk
demplot sayur sawi dan bayam
Gambar 7. Menanam kecambah sawi ke
lubang tanam yang sudah diberi bokasi
Gambar 9. Tanaman bayam siap panen
5
pelatihan yang sudah siap panen
sistem tanam kecambah yang berumur satu hari dilakukan di lahan penanaman. Cara ini
merupakan sistem bertanam sawi yang baru bagi petani, dan hasil yang diperoleh mereka
adalah meningkatnya persentase hidup tanaman dan waktu panen sawi yang lebih singkat.
Hal ini disebabkan karena sawi yang tanam kecambah tidak menjalani proses transplanting
yang sering mengakibatkan tanaman mengalami stres. Penggunaan pupuk kimia juga
dikurangi ½ dari dosis anjuran dan diberikan pada umur 2 dan 3 minggu setelah tanam.
Pupuk bokashi diberikan pada lubang tanam, lalu kecambah diletakkan di atas kompos
tersebut dan ditutup dengan kompos kembali. Hasilnya ternyata produksi sawi juga lebih
tinggi dari sistem tanam yang biasa dilakukan.
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penanaman bayam merah. Tetapi
produksi yang dihasilkan untuk bayam merah tidak berbeda dengan yang mereka peroleh
selama ini. Untuk bayam merah, teknik bertanam yang diberikan dengan yang selama ini
mereka lakukan tidak berbeda kecuali dalam hal penggunaan pupuk urea. Pada teknik yang
diberikan tim pengabdian, pupuk urea hanya diberikan ½ dari dosis yang selama ini mereka
berikan tetapi ditambah pemberian pupuk bokashi. Jadi dalam hal ini pupuk bokashi yang
diberikan dapat menghemat penggunaan pupuk kimia. Pada Gambar 4 sampai 9 dapat dilihat
kegiatan praktek bertanam sayur tersebut mulai dari proses pengolahan tanah,
pengecambahan benih sampai panen.
Pelatihan Budidaya Jamur Merang
Pelatihan bertanam jamur merang diikuti 15 orang peserta. Sama halnya dengan
kegiatan sebelumnya, metode pelatihan ini juga diberikan dalam bentuk ceramah, diskusi,
dan demonstrasi. Kepada peserta juga dibagikan hand out tentang petunjuk praktis bertanam
jamur merang.
6
Gambar 10. Tim pengabdian foto bersama peserta Gambar 11. Mencacah kangkung untuk bahan
di depan Kumbung (rumah jamur) yang sudah
tambahan media jamur merang
siap dibangun dengan dana IbM
Tujuan dari pelatihan budidaya jamur merang ini memanfaatkan limbah jerami yang banyak
ditemui di desa ini. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa jerami memang bukan media yang
terbaik untuk jamur merang. Mayun (2007) menemukan bahwa media tumbuh daun pisang
menghasilkan badan buah jamur yang lebih tinggi dibanding media jerami, sedangkan Siregar
(2010) menemukan media kardus campur janjang kosong sawit menghasilkan badan buah
jamur yang lebih tinggi dibanding media jerami. Namun demikian pada pelatihan budidaya
jamur di Desa Rawang Lama, media tumbuh utama yang digunakan adalah jerami, karena
bahan ini yang paling mudah dan banyak ditemukan di desa ini.
Hasil dari kegiatan ini adalah jamur merang yang sudah dipanen oleh mereka. Namun
karena keterbatasan waktu dan dana tim pengabdian tidak bisa memantau produksi total yang
mereka peroleh karena sampai selesainya laporan ini proses produksi jamur masih berlanjut.
Gambar 12. Mencampur jerami dengan bahan
lain seperti kapur, dedak, dan kangkung
dan lalu dikomposkan selama 10 hari
Gambar 13. Memanaskan air untuk proses
pasteurisasi
7
Gambar 14. Mencampur bibit dengan tepung
ketan
Gambar 15. Rak penanaman yang sudah ditabur
bibit jamur ditutup plastik
Beberapa peserta menyatakan sangat ingin melanjutkan usaha budidaya jamur ini,
namun kendala yang dihadapi dalam proses penyediaan bibit yang baik. Pada kesempatan
pengabdian ini tim hanya memberikan pelatihan pembuatan bibit secara teori karena
keterbatasan waktu dan dana. Mereka sangat mengharapkan kedatangan tim kembali untuk
memberikan pelatihan pembuatan bibit dan sekaligus memfasilitasi kegiatan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilaksanakan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Kegiatan berjalan dengan baik serta mendapat tanggapan yang baik dari peserta
pelatihan.
b. Pelatihan pembuatan kompos bokashi sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan sebagai pupuk organik bagi tanaman sayuran.
c. Teknik bertanam sawi yang diberikan meningkatkan persentase tumbuh dan
mempersingkat umur panen sehingga produktivitas lahan dapat ditingkatkan.
d. Budidaya jamur merang merupakan satu peluang usaha yang dapat meningkatkan
pendapatan petani.
2. Saran
Perlu dilakukan pelatihan pembuatan bibit jamur merang serta memfasilitasi sarana
pembuatan bibit tersebut di Desa Rawang Lama, sehingga petani yang berminat
8
mengembangkan usaha ini dapat menyediakan bibit sendiri, dan bahkan dapat
menyediakan permintaan bibit di Sumatera Utara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini tim pengabdian mengucapkan terimakasih kepada DP2M DIKTI yang
telah mendanai kegiatan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Desa Rawang
Lama Bapak Suryadi yang telah membantu tim dalam kelancaran berlangsungnya kegiatan
pengabdian. Penghargaan kami kepada Bapak Paino, Ketua Gapoktan, yang begitu
bersemangat dan antusias mendukung kegiatan ini sehingga semua kegiatan dapat terlaksana
dengan baik dan tepat waktu. Atas bantuan dan kerjasamanya yang baik diucapkan terima
kasih. Terimakasih juga disampaikan kepada seluruh peserta pelatihan yang dengan tekun
dan sabar mengikuti kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mariati. 2008. Uji Efektivitas Pupuk Super Bokasi pada Tanaman Sawi (Brassica juncea. L).
Laporan Hasil Penelitian (Belum dipublikasikan).
---------. 2010. Uji Efektivitas Pupuk Anorganik Agrostarvit terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Sawi (Brassica juncea.L) Varietas Tosakan (Caisim bangkok) Cap Panah Merah. Laporan
Hasil Penelitian (Belum dipublikasikan).
Siregar, M., 2010. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae
Bull.Ex.Fr) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media . Skripsi Mahasiswa Fak. Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mayun, I.A. (2007). Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media
Tumbuh. Agritrop 26(3): 124- 128.
Redaksi Agromedia. 2010. Bertanam Jamur Konsumsi. Penerbit PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Cetakan kedua.
Sinaga, M. 2006. Jamur Merang dan Budidayanya . Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Cetakan XXIV revisi.
Suharjo, E. 2008. Budidaya Jamur Merang dengan Media Kardus . Penerbit PT Agromedia
Pustaka, Jakarta. Cetakan ketiga.
Tim Redaksi Agromedia Pustaka. 2006. Budidaya Jamur Konsumsi. Penerbit PT Agromedia Pustaka,
Jakarta. Cetakan ketujuh revisi.
Tobing, M.C., B. Sitorus, dan Mariati. 2004. Aplikasi Pupuk Kandang (Sapi) pada Pertanaman 3
(tiga) Varietas Bayam (Amaranthus Sp.). Laporan Hasil Penelitian.
9
BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG
Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian dengan penerapan IPTEK kepada masyarakat yang berjudul
“Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Usaha Kompos Bokashi, Budidaya Sayur dan
Jamur Merang”, telah dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2010.
Pengabdian pada masyarakat ini dilakukan pada kelompok tani Desa Rawang Lama yang
pesertanya terdiri atas kelompok tani dari beberapa dusun. Pengabdian bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan petani, memberikan peluang usaha, pemberdayaan masyarakat
terutama kaum perempuan, meningkatkan gizi masyarakat, dan sekaligus berpartisipasi
melestarikan lingkungan hidup. Penerapan IPTEK ini dibagi atas beberapa bagian yaitu
pelatihan dan praktek pembuatan kompos bokashi jerami, pelatihan dan praktek bertanam
sayur semiorganik, dan budidaya jamur merang. Hasil dari pengabdian ini adalah peserta
telah dapat membuat kompos bokashi, mengetahui teknik bertanam sawi tanpa persemaian,
dan mengetahui budidaya jamur merang. Pembuatan kompos bokashi, bertanam sayur
semiorganik, pembangunan kumbung (rumah jamur), pengomposan dan sterilisasi media
jamur serta penanamannya selain diberikan secara teoritis dengan metoda ceramah, diskusi,
dan membagikan materi pelatihan, juga langsung dipraktekkan oleh peserta. Sedangkan cara
pembuatan bibit jamur merang diberikan secara teoritis dengan metoda ceramah, diskusi,
dan membagikan materi pelatihan. Hasil kegiatan yang dinilai bermanfaat adalah
terjalinnya hubungan baik antara perguruan tunggi khususnya tim pengabdian dengan
masyarakat desa, transfer ilmu dari perguruan tinggi kepada masyarakat (teknologi
pembuatan kompos bokashi, teknik bertanam sawi dengan persentase hidup lebih tinggi,
umur panen lebih cepat, dan produksi lebih tinggi), dan terbukanya peluang usaha baru bagi
masyarakat Desa Rawang Lama.
Kata kunci: jerami, kompos bokashi jerami, sayur, jamur merang, pemberdayaan masyarakat,
dan kelestarian lingkungan hidup
PENDAHULUAN
Kecamatan Rawang Panca Arga merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan
di Kabupaten Asahan. Memiliki jumlah penduduk 17.785 jiwa. Jarak dari kecamatan ini ke
Ibu Kota Kabupaten Asahan sekitar ± 13 km, sedangkan jarak ke Ibu Kota Provinsi Sumatera
Utara ± 200 km. Luas wilayah kecamatan 15.000 ha2, beriklim tropis dengan ketinggian
tempat berkisar 5 sampai 15 meter di atas permukaan laut dan suhu rata-rata tahunan antara
23 sampai dengan 33ºC. Sesuai dengan kondisi letak (letak geografis), lahan yang ada
Kecamatan Rawang Panca Arga sebagian besar dimanfaatkan untuk pertanian padi dan
sebagian kecil untuk tanaman hortikultura.
1
Ketua kelompok tani di Desa Rawang Lama, Kecamatan Rawang Panca Arga
bernama Paino Krow mengetuai 16 kelompok tani yang tergabung dalam kelompok tani
Damai. Setiap kelompok tani memiliki jumlah anggota sebanyak 70-75 orang, dan setiap
petani rata-rata memiliki 0,5 ha lahan persawahan. Sampai saat ini petani menanam padi
sepanjang tahun (dua kali tanam setahun) dengan hasil rata-rata 6 – 7 ton/ha.
Jerami padi merupakan limbah padi yang banyak ditemukan di daerah Kecamatan
Rawang Panca Arga. Dari setiap ha tanaman padi, limbah jerami yang dihasilkan sekitar 5 –
8 ton setiap kali panen (10 – 16 ton/tahun). Dari kelompok tani Damai saja limbah jerami
yang dihasilkan sekitar 5.600 – 8.960 ton per tahun. Oleh petani setelah panen padi, limbah
jerami ini hanya dibiarkan menumpuk dan dibiarkan kering lalu dibakar. Padahal limbah ini
sebenarnya sangat berpotensi menjadi media pertumbuhan jamur merang. Selanjutnya limbah
media jamur merang tersebut dapat pula dijadikan pupuk organik.
Dari hasil wawancara dengan ketua kelompok tani diperoleh informasi bahwa di
daerah ini belum ada petani yang memanfaatkan jerami tersebut baik untuk budidaya jamur
maupun untuk pupuk organik karena mereka belum mengetahui teknik budidaya jamur dan
teknik pengomposan jerami dengan sistem bokashi. Setelah tim pengabdian menjelaskan
manfaat limbah pertanian ini yang bisa dijadikan untuk media jamur dan pupuk organik, dan
bahkan limbah media jamur tersebut pun masih dapat dijadikan pupuk organik bagi tanaman
hortikultura, mereka sangat mengharapkan agar dilakukan pelatihan budidaya jamur tersebut
dan teknologi pengolahan jerami menjadi kompos bokashi untuk dimanfaatkan menjadi
pupuk organik tanaman hortikultura.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pihak mitra, maka disadari pentingnya
peran perguruan tinggi dalam program pengabdian kepada masyarakat dengan menawarkan
penerapan ipteks dengan tujuan untuk melatih petani memanfaatkan limbah pertanian padi
untuk budidaya jamur merang. Petani juga akan dilatih untuk memanfaatkan jerami sebagai
pupuk organik pada tanaman sayuran mengingat kapasitas limbah jerami yang dihasilkan
begitu besar sehingga tidak akan habis untuk media jamur merang saja.
METODE
Kegiatan pengabdian diawali dengan melakukan koordinasi dengan Kepala Desa
Rawang Lama dan Ketua Gapoktan tentang ha-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pengabdian IbM dengan judul di atas pada tanggal 11 September 2010. Ketua Gapoktan
2
selanjutnya memilih anggota kelompok tani Desa Rawang Lama yang terdiri atas beberapa
dusun, yang akan menjadi peserta pelatihan. Pelatihan yang dilakukan dibagi atas 3 bagian:
1.
Pelatihan pembuatan kompos bokashi , peserta terdiri atas 16 orang petani.
2.
Pelatihan bertanam sayur semi organik, peserta terdiri atas 16 orang petani. Materi
kegiatan yang diberikan adalah cara mengecambahkan bibit sayuran tanpa lewat
persemaian (sehari sebelum tanam), dan cara bertanam sayuran semiorganik, bayam,
kangkung darat, dan sawi. Pada saat pelatihan cara bertanam sayuran semiorganik,
kepada seluruh peserta pelatihan dibagikan benih bayam, kangkung, dan sawi. Sebagai
contoh, peserta langsung mempraktekkan penanaman sawi dan bayam di lahan yang
telah disediakan (demplot).
3.
Pelatihan budidaya jamur merang, diikuti oleh 15 orang peserta. Kegiatan yang
dilakukan adalah pembuatan kumbung jamur merang berukuran 4 x 6 x 2.5 meter.
Kegiatan selanjutnya adalah memberikan pelatihan budidaya jamur merang. Kegiatan
budidaya jamur merang meliputi persiapan media tanam (pengomposan ± selama 9 hari
dan sterilisasi media ± 6-8 jam), penanaman bibit jamur, dan pemanenan.
Metoda yang diberikan untuk ke-3 kegiatan tersebut adalah dengan ceramah, diskusi,
dan metoda pendampingan dengan melakukan demonstrasi (langsung dipraktekkan). Hand
out berupa petunjuk praktis tentang materi pelatihan dibagikan kepada seluruh peserta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Kompos Bokashi dari Jerami
Gambar 1 menunjukkan sebagian peserta sedang mendengarkan penjelasan yang
diberikan oleh tim pengabdian tentang cara pembuatan kompos bokashi. Dokumentasi
kegiatan disajikan pada Gambar 1 sampai 3.
3
Gambar 1. Peserta mencacah jerami
Gambar 2. Mencampur dedak dengan jerami
Gambar 1 sampai 3 tampak peserta
pelatihan berperan aktif mempraktekkan
pembuatan kompos bokashi tersebut.
Pada kegiatan ini kendala yang
ditemui yaitu pada proses pencacahan
jerami yang dilakukan secara manual
Gambar 3. Menyemprotkan larutan EM4 pada campuran media sehingga butuh waktu dan
tenaga ekstra. Rencana sebelumnya proses pencacahan dilakukan dengan meminjam mesin
pencacah, tetapi oleh karena keterbatasan dana, penggunaan alat tersebut terpaksa dibatalkan.
Namun kendala tersebut tidak mengurangi semangat peserta untuk meneruskan kegiatan. Hal
ini dapat dilihat pada gambar kegiatan di atas di mana peserta bergantian mencacah jerami.
Dari hasil kegiatan ini dihasilkan kompos bokashi dalam waktu ± 14 hari. Waktu pembuatan
kompos ini sebenarnya bisa lebih dipercepat, tergantung ukuran jerami yang dikomposkan.
Apabila pencacahan jerami ukurannya lebih kecil waktu pengomposan bisa diperpendek.
Bertanam Sayur Semiorganik
Kegiatan dilakukan berupa ceramah, diskusi, dan demonstrasi penanaman sayur (sawi
dan bayam) pada lahan yang sudah diolah sebelumnya. Praktek bertanam sawi dengan
4
Gambar 4. Tim Pengabdian sedang memperagakan
cara mengecambahkan benih sawi
Gambar 6. Memasukkan bokashi ke dalam
lubang tanam sawi
Gambar 8. Tim Pengabdian bersama peserta dan
kepala desa berada di lahan demplot sawi hasil
Gambar 5. Tanah yang sudah diolah untuk
demplot sayur sawi dan bayam
Gambar 7. Menanam kecambah sawi ke
lubang tanam yang sudah diberi bokasi
Gambar 9. Tanaman bayam siap panen
5
pelatihan yang sudah siap panen
sistem tanam kecambah yang berumur satu hari dilakukan di lahan penanaman. Cara ini
merupakan sistem bertanam sawi yang baru bagi petani, dan hasil yang diperoleh mereka
adalah meningkatnya persentase hidup tanaman dan waktu panen sawi yang lebih singkat.
Hal ini disebabkan karena sawi yang tanam kecambah tidak menjalani proses transplanting
yang sering mengakibatkan tanaman mengalami stres. Penggunaan pupuk kimia juga
dikurangi ½ dari dosis anjuran dan diberikan pada umur 2 dan 3 minggu setelah tanam.
Pupuk bokashi diberikan pada lubang tanam, lalu kecambah diletakkan di atas kompos
tersebut dan ditutup dengan kompos kembali. Hasilnya ternyata produksi sawi juga lebih
tinggi dari sistem tanam yang biasa dilakukan.
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penanaman bayam merah. Tetapi
produksi yang dihasilkan untuk bayam merah tidak berbeda dengan yang mereka peroleh
selama ini. Untuk bayam merah, teknik bertanam yang diberikan dengan yang selama ini
mereka lakukan tidak berbeda kecuali dalam hal penggunaan pupuk urea. Pada teknik yang
diberikan tim pengabdian, pupuk urea hanya diberikan ½ dari dosis yang selama ini mereka
berikan tetapi ditambah pemberian pupuk bokashi. Jadi dalam hal ini pupuk bokashi yang
diberikan dapat menghemat penggunaan pupuk kimia. Pada Gambar 4 sampai 9 dapat dilihat
kegiatan praktek bertanam sayur tersebut mulai dari proses pengolahan tanah,
pengecambahan benih sampai panen.
Pelatihan Budidaya Jamur Merang
Pelatihan bertanam jamur merang diikuti 15 orang peserta. Sama halnya dengan
kegiatan sebelumnya, metode pelatihan ini juga diberikan dalam bentuk ceramah, diskusi,
dan demonstrasi. Kepada peserta juga dibagikan hand out tentang petunjuk praktis bertanam
jamur merang.
6
Gambar 10. Tim pengabdian foto bersama peserta Gambar 11. Mencacah kangkung untuk bahan
di depan Kumbung (rumah jamur) yang sudah
tambahan media jamur merang
siap dibangun dengan dana IbM
Tujuan dari pelatihan budidaya jamur merang ini memanfaatkan limbah jerami yang banyak
ditemui di desa ini. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa jerami memang bukan media yang
terbaik untuk jamur merang. Mayun (2007) menemukan bahwa media tumbuh daun pisang
menghasilkan badan buah jamur yang lebih tinggi dibanding media jerami, sedangkan Siregar
(2010) menemukan media kardus campur janjang kosong sawit menghasilkan badan buah
jamur yang lebih tinggi dibanding media jerami. Namun demikian pada pelatihan budidaya
jamur di Desa Rawang Lama, media tumbuh utama yang digunakan adalah jerami, karena
bahan ini yang paling mudah dan banyak ditemukan di desa ini.
Hasil dari kegiatan ini adalah jamur merang yang sudah dipanen oleh mereka. Namun
karena keterbatasan waktu dan dana tim pengabdian tidak bisa memantau produksi total yang
mereka peroleh karena sampai selesainya laporan ini proses produksi jamur masih berlanjut.
Gambar 12. Mencampur jerami dengan bahan
lain seperti kapur, dedak, dan kangkung
dan lalu dikomposkan selama 10 hari
Gambar 13. Memanaskan air untuk proses
pasteurisasi
7
Gambar 14. Mencampur bibit dengan tepung
ketan
Gambar 15. Rak penanaman yang sudah ditabur
bibit jamur ditutup plastik
Beberapa peserta menyatakan sangat ingin melanjutkan usaha budidaya jamur ini,
namun kendala yang dihadapi dalam proses penyediaan bibit yang baik. Pada kesempatan
pengabdian ini tim hanya memberikan pelatihan pembuatan bibit secara teori karena
keterbatasan waktu dan dana. Mereka sangat mengharapkan kedatangan tim kembali untuk
memberikan pelatihan pembuatan bibit dan sekaligus memfasilitasi kegiatan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilaksanakan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Kegiatan berjalan dengan baik serta mendapat tanggapan yang baik dari peserta
pelatihan.
b. Pelatihan pembuatan kompos bokashi sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan sebagai pupuk organik bagi tanaman sayuran.
c. Teknik bertanam sawi yang diberikan meningkatkan persentase tumbuh dan
mempersingkat umur panen sehingga produktivitas lahan dapat ditingkatkan.
d. Budidaya jamur merang merupakan satu peluang usaha yang dapat meningkatkan
pendapatan petani.
2. Saran
Perlu dilakukan pelatihan pembuatan bibit jamur merang serta memfasilitasi sarana
pembuatan bibit tersebut di Desa Rawang Lama, sehingga petani yang berminat
8
mengembangkan usaha ini dapat menyediakan bibit sendiri, dan bahkan dapat
menyediakan permintaan bibit di Sumatera Utara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini tim pengabdian mengucapkan terimakasih kepada DP2M DIKTI yang
telah mendanai kegiatan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Desa Rawang
Lama Bapak Suryadi yang telah membantu tim dalam kelancaran berlangsungnya kegiatan
pengabdian. Penghargaan kami kepada Bapak Paino, Ketua Gapoktan, yang begitu
bersemangat dan antusias mendukung kegiatan ini sehingga semua kegiatan dapat terlaksana
dengan baik dan tepat waktu. Atas bantuan dan kerjasamanya yang baik diucapkan terima
kasih. Terimakasih juga disampaikan kepada seluruh peserta pelatihan yang dengan tekun
dan sabar mengikuti kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mariati. 2008. Uji Efektivitas Pupuk Super Bokasi pada Tanaman Sawi (Brassica juncea. L).
Laporan Hasil Penelitian (Belum dipublikasikan).
---------. 2010. Uji Efektivitas Pupuk Anorganik Agrostarvit terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Sawi (Brassica juncea.L) Varietas Tosakan (Caisim bangkok) Cap Panah Merah. Laporan
Hasil Penelitian (Belum dipublikasikan).
Siregar, M., 2010. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae
Bull.Ex.Fr) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media . Skripsi Mahasiswa Fak. Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mayun, I.A. (2007). Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media
Tumbuh. Agritrop 26(3): 124- 128.
Redaksi Agromedia. 2010. Bertanam Jamur Konsumsi. Penerbit PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Cetakan kedua.
Sinaga, M. 2006. Jamur Merang dan Budidayanya . Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Cetakan XXIV revisi.
Suharjo, E. 2008. Budidaya Jamur Merang dengan Media Kardus . Penerbit PT Agromedia
Pustaka, Jakarta. Cetakan ketiga.
Tim Redaksi Agromedia Pustaka. 2006. Budidaya Jamur Konsumsi. Penerbit PT Agromedia Pustaka,
Jakarta. Cetakan ketujuh revisi.
Tobing, M.C., B. Sitorus, dan Mariati. 2004. Aplikasi Pupuk Kandang (Sapi) pada Pertanaman 3
(tiga) Varietas Bayam (Amaranthus Sp.). Laporan Hasil Penelitian.
9