PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO, DAN PENGUNGKAPAN MEDIA SEBAGAI VARIABEL PENGENDALI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2014 WENY PUTR

ABSTRACT

This research aims to examine the effect of corporate social responsibility disclosure according to Global Reporting Initiative G4 (GRI) guidelines in certain period on corporate financial performance which was measured by Return on Assets (ROA) in the future period. This research also involved 3 (three) control variables namely firm size, risk, and media exposure to control the link of CSR disclosure effect toward corporate financial performance. The research method implemented uses time lag analysis or autoregressive dynamic distributed lag with 83 samples of listed manufacturing firms in Indonesia Stock Exchange from 2011 until 2014. The results implied that beside at the same periode, previous CSR disclosure also have a positively and signidicantly affects the corporate financial performance which measured by ROA in the future period.

Keywords: CSR disclosure, GRI, Corporate Financial Performance, ROA, Time Lag

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) yang berlandaskan pedoman Global Reporting Initiative G4 (GRI) pada periode tertentu terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Assets (ROA) periode yang akan datang. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel pengendali berupa ukuran perusahaan, risiko, dan pengungkapan media untuk mengendalikan hubungan pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan. Metode yang digunakan adalah menggunakan analisis selang waktu atau lag berupa Autoregresi Dinamis Distribusi Lag dengan sampel data panel dari 83 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai 2014. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa selain pada pengukuran periode yang sama, pengungkapan CSR yang dilakukan pada periode sebelumnya memiliki pengaruh positif dan signifikan juga terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA pada periode yang akan datang. Kata kunci: Pengungkapan CSR, Kinerja Keuangan, Time Lag

1 Weny Putri adalah dosen tetap Program Studi Akuntansi Universitas Katolik Musi Charitas Palembang

2 Weny Putri

PENDAHULUAN Perhatian publik akan peran perusahaan dalam aktivitas sosialnya semakin meningkat dalam 3 dekade terakhir (Reverte, 2009). Konsumen semakin banyak mencari produk dan jasa yang lebih memerhatikan masalah lingkungan sehingga pilihan terhadap produk cenderung semakin subjektif. Perusahaan yang mengabaikan masalah lingkungan akan mengalami kesulitan untuk bersaing. Bankers dan investor juga mulai memahami bahwa masalah lingkungan dapat menimbulkan risiko sehingga patut dipertimbangkan saat memutuskan untuk memberikan pinjaman atau berinvestasi (Medley, 1997 dalam Manurung, 2012). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (corporate sustainability ), melainkan harus didukung oleh adanya perhatian pada dimensi sosial dan lingkungan hidup (Purwanto, 2012).

Seiring dengan perkembangannya, muncul istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal sebagai CorporateSocial Responsibility (CSR) yang merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan. Kesadaran tentang pentingnya melakukan praktik CSR menyebabkan perusahaan global maupun perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin banyak yang mengklaim bahwa telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya dalam bentuk pelaporan (Titisari dkk, 2010). Terlebih,di Indonesia isu pelaksanaan CSR semakin mendapat perhatian akibat munculnya berbagai permasalahan yang disebabkan keteledoran komunitas bisnis dalam menjaga tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan komunitas sekitar (Anatan, 2009).

Di Indonesia, pelaksanaan CSR dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu pelaksanaan yang bersifat voluntary dan mandatory. Pelaksanaan CSR yang bersifat voluntary merupakan praktik bisnis secara sukarela, artinya CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan merupakan aktivitas yang dituntut oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia agar dilakukan perusahaan. Sementara pelaksanaan CSR yang bersifat mandatory tercemin dalam landasan pengungkapan tanggung jawab sosial yang didasarkan pada peraturan yang menyatakan bahwa perusahaan yang telah go public memiliki kewajiban membuat laporan keberlanjutan (sustainability report) sesuai dengan amanat Pasal 66 Ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Demikian halnya bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam, pengungkapan CSR diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pengungkapan CSR dapat dikatakan kontroversial karena perusahaan diharuskan untuk mengeluarkan investasi atau biaya tambahan sehingga dalam pandangan skeptis, prinsip CSR bertentangan dengan fungsi dan praktek bisnis yang bertujuan untuk penciptaan kekayaan atau profitabilitas (Jones, 2005; Murray, 2005; dalam Jamali dan Mirshak, 2007). Menurut Li Sun (2012), terdapat beberapa pihak yang menganggap bahwa CSR yang dipandang dari analisa biaya- manfaat (cost-benefit) akan meningkatkan biaya tanpa memberikan manfaat yang seimbang sehingga tidak menghasilkan kinerja keuangan yang baik. Pihak-pihak

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

ini meyakini apabila perusahaan lebih berfokus pada tanggungjawab sosial daripada memaksimalkan keuntungan, maka efisiensi dari mekanisme pasar akan berkurang dan gagal untuk mencapai alokasi yang optimal dari sumber daya (Chen and Wang, 2011).

Waddock dan Graves (1997) menyatakan bahwa hubungan yang terjalin secara positif antara perusahaan dengan para stakeholder dapat mengurangi permasalahan yang terjadi dengan beberapa grup pemangku kepentingan sehingga dapat meningkatkan kinerja sosial serta mewujudkan praktek manajerial yang mengarah kepada kondisi keuangan yang kuat.Perusahaan yang menerapkan CSR diharapkan akan memperoleh legitimasi sosial dan dapat memaksimalkan kekuatan keuangan perusahaan dalam jangka panjang.Waddock dan Graves (1997) menemukan hubungan timbal balik antara kinerja keuangan dan kinerja CSR. Kinerja keuangan yang lebih baik akan mengarah pada kinerja CSR yang lebih baik dankinerja CSR yang baik akan mengarah pada kinerja keuangan dimasa depan yang lebih baik.

Adanya perbedaan pandangan tersebut menyebabkan selama beberapa dekade terakhir mayoritas penelitian mengenai CSR berfokus pada pengujian hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan (Lech, 2013). Namun, hasil empiris dari penelitian-peneltian tersebut masih tetap bervariasi. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan positif, negatif, bahkan netral antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan hasil dari beberapa penelitian ini sejalan dengan penelitian Branco dan Rodrigues (2006) yang menemukan indikasi varying results atau hasil yang bervariasi dalam pengujian CSR dan kinerja keuangan. Survei pada 95 studi empiris antara tahun 1972 – 2001 yang dilakukan Margolis et al. (2001) dalam Uadiale dan Fagbemi (2012) menyatakan bahwa kinerja tanggung jawab sosial memiliki hubungan yang positif dengan kinerja keuangan dalam 42 studi (53%), tidak memiliki korelasi dalam 19 studi (24%), memiliki hubungan negatif dalam 4 studi (5%), serta memiliki hasil yang bervariasi dalam 15 studi (19%). Secara umum dapat dikatakan belum terdapat hasil yang jelas dan signifikan antara pelaksanaan tanggung jawab perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan dikarenakan bukti empiris yang beragam.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Dkhili and Ansi (2012) meneliti hubungan antara pengungkapan CSR dan kinerja keuangan dengan menggunakan dua ukuran akuntansi, yaitu ROA dan ROE. Penelitian ini juga menggunakan variabel pengendali (kontrol) berupa efek ukuran perusahaan, efek risiko, dan jenis industri dan menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara pengungkapan CSR dan kinerja keuangan bila diukur dengan ROE. Chen dan Wang (2012) meneliti hubungan pengungkapan CSR dan kinerja keuangan, juga hubungan sebaliknya pada perusahaan-perusahaan di Cinadan menemukan hasil bahwa dengan melaksanakan pengungkapan CSR yang positif, perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan dikarenakan beberapa alasan yang terkait.Meskipun CSR membutuhkan investasi sumber daya (cost) dalam pelaksanaanya, namun pengungkapan ini menghasilkan manfaat (benefit) kepada para grup pemangku kepentingan. Dengan adanya pengungkapan CSR, stakeholder internal akan lebih terpacu untuk semakin berdedikasi dan berkontribusi kepada perusahaan. Begitu pula dengan pemangku kepentingan eksternal yang akan memberikan kesan yang baik terhadap perusahaan.

4 Weny Putri

Konsumen yangsemakin peduli terhadap isu-isu sosial akan membeli lebih banyak barang dan jasa dari perusahaan yang memiliki citra atau reputasi CSR yang baik. Hal tersebut dapat menjadi manfaat dari dilaksanakannya CSR bagi perusahaan sehingga semakin meningkatkan kinerja sosial dan keuangan. Di waktu yang sama, perusahaan dengan kinerja yang baik cenderung dapat memanfaatkan sumber daya untuk dapat melaksanakan kegiatan CSR dan meningkatkan hubungan antara perusahaan dan pemangku kepentingan sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik.

Adanya inkonsistensi hasil penelitian terdahulu melatarbelakangi peneliti untuk meneliti kembali pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan yang selaras dengan penelitian meta analisis oleh Orlitzky dan Rynes (2001) yang menemukan pengungkapan CSR berpengaruh secara konsisten terhadap maksimalisasi kekayaan pemegang saham yang dapat terlihat dari pencapaian profitabilitas (kinerja keuangan). Penelitian ini menggunakan tiga variabel pengendali (control variable) berupa ukuran perusahaan (firm size), risiko (leverage) dan pengungkapan media (media exposure). Variabel pengendali adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehinga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi faktor luar yang tidak diteliti. Penggunaan variabel-variabel pengendali tersebut selaras dengan penelitian Li Sun (2012) yang menemukan keterkaitan dan hubungan yang signifikan antara pengungkapan CSR dan kinerja keuangan bila diuji dengan menggunakan variabel-variabel pengendali berupa ukuran perusahaan, risiko, dan jenis industri. Peneliti menambahkan variabel pengendali berupa pengungkapan media yang masih jarang digunakan, namun dalam penelitian Reverte (2009) menemukan hubungan positif antara pengungkapan media (media exposure) dan profitabilitas dalam pengujian pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan. Dimasukannya variabel dummy pengungkapan media dalam model ini untuk ditujukan untuk mengontrol perusahaan yang mengkomunikasikan CSR terhadap publik melalui media internet.

Kinerja keuangan atau Corporate Financial Performance (CFP) suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas melalui data- data laporan keuangan. Ukuran kinerja keuangan berbasis akuntansi dapat memberikan gambaran dengan korelasi yang positif antara CSR dan kinerja keuangan karena pengukuran ini akan menyediakan informasi kinerja ekonomi perusahaan yang lebih relevan dalam memprediksikan hubungan CSR dan kinerja keuangan (Dkhili and Ansi,2012). Meskipun salah satu kelemahan dalam pengukuran kinerja berbasis akuntasi adalah aspek yang hanya bersumber pada data keuangan historis dan dapat dimanipulasi oleh manajemen, namun hal tersebut dapat diimbangi dengan penggunaan variabel-variabel lain seperti risiko, karakteristik industri, dll (McGuire et al., 1988).

Ukuran perusahaan yang lebih besar diharapkan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai pengungkapan CSR sehingga dapat menggambarkan corporate citizenship mereka. Selain itu, perusahaan yang lebih besar biasanya melakukan aktivitas pengungkapan CSR yang lebih sering sehingga memberikan dampak yang besar untuk masyarakat, memiliki pemegang saham yang lebih peduli terhadap program sosial yang dilakukan perusahaan, dan

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

laporan tahunan dapat dijadikan sarana efisien dalam pengkomunikasian informasi ini berupa pengungkapan CSR (Solihin, 2009).

Risiko merupakan variabel pengendali yang penting dalam menentukan kinerja keuangan perusahaan. Secara umum telah diketahui bahwa perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi cenderung akan mengurangi atau merusak nilai kinerja keuangan (Lech, 2013). Meskipun terdapat perbedaan asumsi mengenai pengaruh risiko terhadap pengungkapan CSR, namun beberapa peneliti mengungkapkan bahwa semakin tinggi risiko keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan semakin tinggi aktivitas pengungkapan CSR yang dilakukan sebagai upaya penciptaan citra positif di mata para stakeholder.

Banyak perusahaan yang berusaha untuk mendapatkan reputasi CSR dikarenakan konsumen yang kini lebih peduli terhadap isu-isu sosial. Dengan melakukan investasi pada CSR, perusahaan akan memproduksi barang atau jasa dengan atribut atau karakteristik yang memberitahukan kepada konsumen bahwa perusahaan peduli terhadap isu-isu sosial (McWilliams dan Siegel, 2000). Periklanan melalui media yang dilakukan untuk memberikan informasi bahwa perusahaan telah melaksanakan CSR (media exposure) akan membentuk reputasi tersendiri dimata para konsumen yang concern terhadap isu sosial.

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukan hasil yang berbeda-beda sehingga tidak didapat hasil yang konsisten. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diteliti kembali pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan dengan beberapa pembaharuan. Pembaharuan pertama adalah penggunaan analisis selang waktu (time lag).Penggunaan time lag ini berlandaskan penelitian-penelitian terdahulu yang menemukan hasil ambigu akibat asumsipengungkapan CSR yang dilakukan pada tahun tertentu akan langsung berpengaruh pada kinerja keuangan tahun itu juga. Menurut McWilliamsdan Siegel (2000), beberapa penelitian yang menguji pengaruh jangka panjang dari pengungkapan CSR dan kinerja keuangan menggunakan ukuran profitabilitas akuntansi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti masih menghasilkan hasil yang beragam.

Pembaharuan kedua adalah sampel penelitian yang berjumlah lebih banyak daripada penelitian-penelitian sebelumnya dengan tujuan agar penelitian dapat mencerminkan keadaan sesungguhnya dari perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEI secara akurat dan tepat. Pembaharuan ketiga adalah penggunaan variabel pengendali berupa pengungkapan media (media exposure ) yang tidak familiar digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, namun memiliki substansi penting terkait dampak pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan. Dengan mempublikasikan aktivitas CSR melalui media, perusahaan secara tidak langsung mengarahkan persepsi stakeholder melalui nilai dan norma sosial, mengalihkan isu negatif, dan memberitahukan perubahan substansial perusahaan yang dapat mengarahkan perusahaan pada keuntungan dan manfaat dimasa mendatang (Crisostomo, 2014).

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis tertarik untuk membahas topik CSR ini dan menguji hipotesis yang berkaitan dengan pengaruh pengungkapan CSR berlandaskan konsep Global Reporting Initiative (GRI) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan ukuran berbasis akuntansi berupa ROA. Pengukuran kinerja

6 Weny Putri

keuangan tersebut digunakan dalam penelitian ini dengan asumsi bahwa ukuran tersebut dapat mengidentifikasi kinerja keuangan yang tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Selain itu, penggunaan ROA juga berlandaskan pada saran dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang masih mendapatkan hasil yang berbeda-beda dari pengukuran pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan.

Hasil penelitian sebelumnya yang bervariasi mengenai hubungan pengungkapan CSR dan kinerja keuangan perusahaan mengindikasikan bahwa investasi pada CSR kemungkinan memerlukan waktu untuk dilihat dampak atau manfaatnya terhadap perusahaan (Noviera, 2012). Maka dari itu dalam penelitian kali ini digunakan analisis time lag atau analisis selang waktu untuk melihat besarnya dampak pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan dari waktu ke waktu karena pada umumnya dalam ilmu ekonomi, suatu penyebab baru menimbulkan akibat setelah suatu selang waktu tertentu (Sumodiningrat, 2004). Seperti yang diungkapkan Gray et al.(1995) dalam Hakcston dan Milne (1996) bahwa kemungkinan tidak berpengaruhnya hubungan CSR dengan kinerja keuangan atau profitabilitas dikarenakan penilaian dilaksanakan dalam periode yang sama dengan pelaksanaan CSR sehingga manfaatnya belum dapat diukur.

Pemilihan objek penelitian berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dilandaskan pada pertimbangan bahwa perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi perusahaan berskala besar dan memiliki kontribusi atau pengaruh langsung dalam memunculkan masalah-masalah sosial dan lingkungan.Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalahbagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan dengan variabel pengendali berupa ukuran perusahaan, risiko, dan pengungkapan media dengan memerhatikan selang waktu (time lag) pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 sampai dengan 2014?

TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Stakeholder Theory

Freeman (1932) mendefinisikan stakeholder sebagai setiap individu dan kelompok yang dipengaruhi oleh tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan pada gilirannya dapat memengaruhi tercapainya tujuan – tujuan tersebut.Stakeholder adalah individu atau grup yang memiliki hak dan kepentingan terhadap perusahaan yang aktivitasnya (tindakan atau transaksi) memengaruhi dan dipengaruhi perusahaan.

Teori stakeholder membagi pemangku kepentingan dengan konsep secara sempit dan luas. Konsep secara sempit mendefinisikan stakeholder sebagai grup yang secara langsung memengaruhi kepentingan ekonomi perusahaan. Sementara konsep secara luas berdasarkan pada realitas empiris dimana perusahaan sebenarnya dipengaruhi dan tergantung pada kepentingan pihak-pihak lain. Secara umum grup-grup stakeholder terdiri dari pemilik (shareholder), pegawai, pelanggan, pemasok, pengecer, lingkungan masyarakat sekitar, kompetitor, pemerintah, media, dan masyarakat secara luas (Carroll, 1991 dalam Kakabadse, 2005).

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

Agency Theory

Teori agensi melihat perusahaan sebagai nexus of contract antara agen- agen ekonomi dalam suatu perusahaan. Hal ini mengindikasikan hubungan yang berdasarkan kontrak antar anggota dalam perusahaan dengan principal (pemegang saham) dan agen (manajemen) sebagai pelaku utama. Principal memberikan kepercayaan kepada agen untuk menjalankan dan bertanggungjawab atas perusahaan.

Praktik CSR dan pengungkapannya dapat dihubungkan dengan teori agensi meskipun teori ini berfokus pada aspek moneter dan pertimbangan kekayaan karena pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu komitmen manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan terutama dalam kinerja sosial (Cormier dkk, 2003). Selain itu, Giner (1997) dalam Reverte (2009) berpendapat bahwa manajemen yang memiliki profitabilitas atau kinerja keuangan yang tinggi dapat menyediakan informasi mendalam mengenai aktivitas CSR untuk mendukung posisi dan menunjang kompensasi mereka.

Corporate Social Responsibility

Kerangka dasar berkembangnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) awalnya secara eksplisit didasari oleh pendapat H.R. Bowen (1953) yang menyatakan bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat suatu keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat (Watrick dan Cochran, 1985 dalam Solihin, 2009).Selanjutnya, istilah tanggungjawab sosial perusahaan semakin berkembang karena dipengaruhi faktor internal dan eksternal perkembangan dunia bisnis.Teori stakeholder yang mengategorikan pemangku kepentingan dengan konsep secara luas dan sempit mengarahkan definisi CSR juga terbagi menjadi demikian (Figar dan Figar, 2011).

CSR menjadi semakin penting dilaksanakan organisasi untuk mengembangkan strategi bisnis dan kinerja keuangan organisasi dalam jangka panjang (Alshareef, 2012). Dengan menjadikan CSR sebagai investasi strategis dalam internal perusahaan, diharapkan dapat mengembangkan kompetensi dan kapabilitas sumber daya dalam bentuk budaya, teknologi, struktur, dan sumber daya manusia dalam perusahaan (Barney 1991; Russo dan Fouts 1997; Wernerfelt 1984 dalam Orlitzky dan Rynes, 2001).

Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk menguji pengaruh pengungkapan pertanggungjawaban sosial terhadap kinerja keuangan menghasilkan kesimpulan akhir yang beragam. Kecenderungan hasil-hasil penelitian tersebut antara lain adalah pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan berpengaruh positif, negatif, dan tidak memiliki pengaruh apapun (netral). Beberapa peneliti mencoba mengungkapkan secara empiris faktor-faktor yang menyebabkan hasil yang berbeda-beda tersebut.

Orlitzky (2003) menganalisa dan melakukan observasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu mengenai hubungan antara pengungkapan tanggungjawab sosial terhadap kinerja keuangan dan menemukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara keduanya jika dilihat berlandaskan perspektif

8 Weny Putri

teori pemangku kepentingan. Selaras dengan Orlitzky, dikarenakan hasil-hasil penelitian yang bersifat ambigu maka Peloza dan Papania (2008) merancang keterkaitan CSR dan kinerja keuangan dengan kerangka kerja yang didasarkan pada teori stakeholder terkait dengan kemampuan para stakeholder dalam mengevaluasi aktivitas yang dilakukan perusahaan. Chen dan Wang (2012) melakukan pengujian empiris mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan (CFP) yang berlandaskan teori stakeholder dan menemukan bahwa aktivitas pertanggungjawaban sosial yang dilakukan perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan secara signifikan.

Belkaoui dan Karpik (1989) menemukan pengungkapan sosial mempunyai hubungan positif dengan kinerja sosial perusahaan yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan sosial dan terdapat hubungan positif antara pengungkapan sosial dengan visibilitas politis, dimana perusahaan besar yang cenderung diawasi akan lebih banyak mengungkapkan informasi sosial dibandingkan perusahaan kecil.

McWilliams dan Siegel (2000) menyatakan bahwa untuk mengetahui pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan dapat dilihat dengan memasukkan sosial penentu dalam pengukuran berupa Research and Development (R&D) yang secara empiris memiliki dampak positif terhadap profitabilitas. Shubiri et al. (2012) merumuskan faktor-faktor sosial dan non- finansial berbasis political economy theory dan agency theory terkait pengungkapan CSR dan dampak implementasinya terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan ukuran perusahaan (firm size), umur perusahaan (age of firm), pemberdayaan pertumbuhan (maintaining of growth), dan tingkat leverage sebagai faktor-faktor penentu. Reverte (2009) menganalisa apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan, jenis industri, dan pengungkapan media (media exposure) yang menjadi penentu dalam pengungkapan tanggung jawab perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dan pengungkapan media yang tinggi akan cenderung memiliki kepedulian yang lebih tinggi terhadap lingkungan sosial.

Disamping penelitian yang bersifat positif, terdapat juga beberapa penelitian yang menemukan adanya hubungan sosial antara CSR dan kinerja keuangan. Lech (2013) menganalisa semua teori yang berkaitan dengan pengaruh CSR terhadap kinerja, baik pengaruh positif maupun negatif. Penelitian ini mengemukakan bahwa secara signifikan tidak terdapat hubungan positif antara CSR dan kinerja keuangan di perusahaan-perusahaan di Polandia. Hackston dan Milne (1996) mengungkapkan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas

terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Aras et al. (2009) tidak dapat menemukan hubungan yang signifikan dan positif antara profitabilitas dan CSR.Pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan mengarahkan kepada tiga hasil dasar yaitu pengaruh positif, negatif, dan tidak memiliki pengaruh (netral). Pengaruh positif dapat diterjemahkan sebagai CSR yang memiliki manfaat atau keuntungan kompetitif melalui pelaksanaannya. Sementara pengaruh yang bersifat negatif mengindikasikan biaya pelaksanaan CSR yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang didapat (Athanasia dan Maria, 2010)

tidak

berpengaruh

positif

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukan hasil yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diteliti kembali pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan dengan beberapa pembaharuan. Pembaharuan pertama adalah penggunaan selang waktu (time lag) satu tahun. Penggunaan time lag ini berlandasakan bahwa penelitian-penelitian terdahulu menemukan hasil yang ambigu dikarenakan asumsi bahwa aktivitas CSR yang dilakukan pada tahun tertentu akan langsung berpengaruh pada kinerja keuangan tahun itu juga. Sehingga sebagai solusinya, manfaat CSR tahun tertentu akan dihitung pengaruhnya terhadap kinerja keuangan tahun berikutnya selama periode

4 tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pembaharuan kedua adalah sampel penelitian yang berjumlah lebih banyak daripada penelitian-penelitian sebelumnya dengan tujuan agar penelitian dapat mencerminkan keadaan sesungguhnya perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEI secara akurat dan tepat. Pembaharuan ketiga adalah penggunaan variabel kontrol berupa pengungkapan media (media exposure) yang tidak familiar digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya namun memiliki substansi penting terkait dampak aktivitas CSR terhadap kinerja keuangan. Dengan mempublikasikan aktivitas CSR melalui media, perusahaan secara tidak langsung mengarahkan persepsi stakeholder melalui nilai dan norma sosial, mengalihkan isu negatif, dan memberitahukan perubahan substansial perusahaan yang dapat mengarahkan perusahaan pada keuntungan dan manfaat dimasa mendatang (Crisostomo, 2014).

Pengembangan Hipotesis

Pengungkapan CSR dalam penelitian ini menggunakan indikator berpedoman GRI dan berlandaskan konsep sustainability development yang terdiri dari tiga dimensi utama, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam pelaksanaannya, pengungkapan CSR memiliki implikasi terhadap kinerja perusahaan baik secara finansial maupun non-finansial. Pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan masih menjadi perdebatan hingga kini karena penelitian-penelitian yang telah dilakukan menghasilkan hasil yang bermacam- macam.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban sosial dapat diukur dengan pengukuran kinerja berbasis akuntansi (accounting-based performance measures) dan pengukuran berbasis harga pasar (stock-based measures). Namun secara umum, beberapa studi yang menggunakan pengukuran kinerja berbasis akuntansi menemukan hasil yang positif terkait dengan CSR dan kinerja keuangan (McGuire et al., 1988). ROA dan ROE merupakan indikator kinerja keuangan berbasis akuntansi yang disarankan dalam penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan pertanggungjawaban sosial.

Meskipun masih terdapat perbedaan hasil, namun sebagian besar penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan positif antara pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan dengan mengendalikan beberapa variabel kontrol seperti ukuran perusahaan (size), tingkat leverage, umur perusahaan, tipe industri, dan pengungkapan media. Maka, dalam penelitian ini pengungkapan CSR ditujukan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur berbasis akuntansidengan menggunakan variabel kontrol berupa ukuran perusahaan, tingkat risiko, dan pengungkapan media. Berdasarkan

10 Weny Putri

teori-teori tersebut, maka penelitian ini membentuk hipotesis bahwa CSR memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan.

H a : Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan yang diukur melalui ROA dengan variabel kontrol ukuran perusahaan, risiko, dan pengungkapan media.

METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel berupa data kuantitatif yaitu data dalam skala numerik. Periode data yang digunakan adalah selama 4 tahun berurutan yaitu tahun 2011-2014. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.Metode pengumpulan data dilakukan secara dokumenter yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen berupa laporan keuangan tahunan yang telah diterbitkan perusahaan-perusahaan yang diteliti di website BEI ( www.idx.co.id ).

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencakup seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011- 2014. Sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Sebagai panduan digunakan instrumen penelitian berupa check list atau daftar

berisi item-item pengungkapan pertanggungjawaban sosial Global Reporting Initiative G4 (GRI G4). Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

pertanyaan-pertanyaan

yang

1. Perusahaan termasuk dalam kelompok manufaktur dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Perusahaan terdaftar pada BEI dimulai dari awal periode penelitian, yaitu tahun 2011 dan terus terdaftar sampai dengan akhir periode penelitian 2014.

3. Perusahaan memiliki dan mengungkapkan semua data yang dibutuhkan di dalam laporan tahunan (annual report) pada periode 2011 – 2014.

4. Perusahaan yang memiliki website perusahaan yang dapat diakses terkait dengan variabel pengungkapan media (media exposure).

Terdapat 144 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014 dan yang tidak memilki laporan tahunan secara lengkap selama empat tahun periode penelitian berjumlah 45 perusahaan, sementara sebanyak 13 perusahaan tidak dapat dijadikan sampel penelitian dikarenakan data yang anomali (outlier). Total perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah total sebanyak 83 perusahaan. Jumlah total sampel selama 4 (empat) tahun periode penelitian menjadi 332 observasi.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis ) menggunakan metode dinamis distribusi lag karenamodel penelitian ini berkaitan dengan analisis selang waktu (lag). Alat bantu yang

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

digunakan dalam penelitian ini adalah software komputer program Eviews version

6 dan SPSS 16.0. Pengujian regresi penelitian ini dilakukan dengan model persamaan dengan menggunakan model lag secara umum sebagai berikut:

ROA it = β 0 + β 1 CSRI it-n +β 2 CSRI it-n-1 + β 3 SIZE it-n + β 4 SIZE it-n-1 + β 5 RISK it-n

+β 6 RISK it-n-1 +β 7 ME it-n +β 8 ME it-n-1 +U i

Keterangan: ROA it = Return On Asset CSRI it = Indeks Pertanggungjawaban Sosial SIZE it = Ukuran Perusahaan RISK it = Risiko ME it = Pengungkapan Media β 0 = Konstanta

β 1 –8 = Koefisien variabel i

= cross section/ Perusahaan Sampel ( N = 83) t

= time series/ Periode Waktu 2011 – 2014 U i = Disturbance error/ Variabel Gangguan

e = error

Penelitian ini menggunakan analisis lag (selang waktu) dengan model persamaan metode Almon yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Uji Stasioner Uji stasioner merupakan uji data time series untuk memastikan bahwa model regresi yang digunakan tidak mengandung regresi lancung (spurious). Untuk menguji stasioner pada model persamaan 3 (tiga) dan 4 (empat) yang menggunakan analisis data time series akan digunakan grafik autokorelasi dan parsial autokorelasi. Berikut adalah indikasi bahwa data tidak stasioner yang dapat merusak asumsi analisis data time series:

a. Grafik autokorelasi pada lag pertama berada di luar garis bartlett dan terus menurun sehingga pada lag terakhir akan keluar lagi dari garis bartlett

b. Nilai probabilitas dari lag pertama hingga terakhir akan mendekati nol dan lebih kecil dari nilai kritik α=0,05.

2. Penentuan Panjang Lag(Lag Length Criteria) Penentuan panjang lag dapat dilakukan dengan prosedur sekuensial (berurutan) untuk mendapatkan lag optimum dari model lag (Gujarati, 1995), pertama meregresikan Y t pada X t kemudian meregresikan Y t pada X t dan X t-1 , kemudian meregresikan Y t pada X t , X t-1 , dan X t-2 dan kemudian seterusnya. Prosedur sekuensial berhenti bila koefisien regresi dari variabel lag mulai menjadi tidak signifikan secara statistik atau koefisien dari paling tidak satu variabel berubah tanda dari positif ke negatif atau sebaliknya.

3. Pemodelan dan Pengujian Paramater Pengujian parameter terdiri dari uji signifikansi parameter simultan (uji F) dan

uji signifikansi parsial (individu) atau uji t dengan α = 5%.

Definisi Operasional Variabel

12 Weny Putri

Secara operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional

Skala

Pengukuran

Tingkat pengungkapan Corporate Social tanggung jawab sosial

Corporate Responsibility perusahaan yang dilihat Nominal SocialResponsibility (CSR)

melalui pengungkapan Disclosure Index – CSRDI dalam annual report. Corporate

Kinerja

keuangan

ROA adalah rasio yang Financial

perusahaan

yang

Rasio menunjukkan jumlah aktiva Performance diproksikan

melalui

dalam perusahaan. (CFP)

Return on Asset (ROA)

Ukuran

perusahaan

yang dilihat melalui Size = log (nilai buku total Firm Size

Risiko yang dilihat total liabilities Leverage

melalui rasio utang Rasio Leverage =

terhadap aset total assets

Variabel dummy untuk Pengungkapan media

perusahaan oleh perusahaan terkait

yangmengungkapkan dan Media Exposure

Nominal

dengan aktivitas sosial tidak mengungkapkan yang dilakukan.

aktivitas sosial pada media website .

Sumber: data diolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Model Dinamis Distribusi Lag

Setelah diketahui bahwa penggunaan metode estimasi persamaan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tradisional (common effect) maka tahap selanjutnya adalah menentukan analisis model dinamis distribusi lag yang menggunakan ROA sebagai variabel dependen dan CSR indeks sebagai variabel independen serta variabel pengendali berupa ukuran perusahaan, risiko, dan pengungkapan media. Penentuan panjang lag optimum menggunakan prosedur sekuensial (berurutan) berhenti apabila koefisien regresi dari variabel lag mulai menjadi tidak signifikan secara statistik (Islamiyah, 2012). Hasil dari prosedur sekuensial dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

Penentuan Panjang Lag Persamaan Regresi Variabel Dependen ROA Lag

Tidak Signifikan

Tidak Signifikan Sumber: data hasil pengolahan SPSS

1 Signifikan

Tidak Signifikan

Signifikan

Setelah dilakukan prosedur sekuensial dengan menggunakan variabel lag pengungkapan CSR dan mengendalikan variabel ukuran perusahaan, risiko, dan pengungkapan media diketahui bahwa nilai lag 1 dari variabel ukuran perusahaan berubah dari signifikan menjadi tidak signifikan ketika dilakukan regresi pada CSR, size, risk, ME, lag 1 CSR, lag 1 size, lag 1 risk, dan lag 1 ME sehingga variabel tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam model. Sementara nilai lag variabel yang berpengaruh signifikan dapat dimasukkan ke dalam model.

Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 3 merupakan hasil perhitungan data sampel perusahaan dengan rentang periode waktu penelitian selama empat tahun (2011-2014) yang terdiri dari data variabel dependen berupa kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan rasio Return on Asset (ROA)untuk mengukur kinerja keuangan, data variabel independen berupa pengungkapan Corporate Social Responsibility, serta tiga variabel pengendali, yaitu variabel ukuran perusahaan (size), variabel risiko (risk), dan variabel pengungkapan media (media exposure).

Tabel 3 Ringkasan Statistik Deskriptif

ROA CSRI

308,07 1.000000 Minimum -13,69

0.000000 Sumber: hasil pengolahan SPSS

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai rata –rata ROAperusahaan manufakturdengan waktu pengamatan selama 4 tahun yaitu periode 2011 sampai dengan 2014 adalah sebesar 5,34. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan sampel yang diproksikan dengan tingkat pengembalian aset cukup tinggi, namun terdapat rentang yang cukup besar antara nilai minimum, yaitu sebesar -13,69 dengan nilai maksimum, yaitu sebesar 24,00. Hal ini menunjukkan adanya ketidakmerataan kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian karena terdapat perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang tinggi dengan tingkat ROA 24,00 namun juga terdapat perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik karena tingkat ROA yang mengalami minus.

Pengungkapan CSR sebagai variabel independen yang memengaruhi variabel dependen kinerja keuangan dihitung melalui analisis konten dengan 91 butir pengungkapan GRI G4 selama periode 2011 sampai dengan 2014 memperoleh nilai rata-rata sebesar 22,26. Hal ini menunjukkan bahwa dari total

14 Weny Putri

keseluruhan 91 butir pengungkapan, perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini secara rata-rata mengungkapkan 22 butir pengungkapan di laporan tahunannya selama periode 2011 sampai dengan 2014. Perolehan nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur yang aktivitasnya berkaitan dengan penggunaan sumber daya alam dan pemanfaatan sumber daya manusia masih belum memiliki kepedulian untuk mengungkapkan CSR secara keseluruhan di dalam laporan tahunan. Demikian pula dengan perolehan nilai minimum sebesar 6,00 dan nilai maksimum sebesar 51,00 yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang belum mendukung pengungkapan CSR, namun terdapat juga perusahaan yang telah peduli akan aktivitas tanggung jawab sosial dan bersedia mengungkapkannya dalam laporan tahunan.

Variabel ukuran perusahaan (size) diukur dengan total aset perusahaan yang di logaritma agar sesuai dengan nilai variabel lainnya. Semakin besar nilai aset, maka diasumsikan semakin besar pula ukuran perusahaan. Nilai rata-rata dari log aset perusahaan adalah sebesar 12,26 dengan nilai minimum sebesar 10,66 dan maksimum sebesar 14,37. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian secara rata-rata cukup besar.

Variabel risiko atau leverage dihitung dengan rasio total kewajiban terhadap total aset dengan nilai rata-rata sebesar 48,22. Nilai minimum untuk risiko sebesar 0,30 menujukkan bahwa terdapat perusahaan yang memiliki komposisi hutang terhadap aset sebesar 30% serta nilai tertinggi risiko sebesar 308,07 yang berarti bahwa terdapat perusahaan yang didanai hutang sebesar 30807% dari total aset perusahaan.

Analisis Hasil Persamaan Regresi

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda data panel untuk menentukan model pengaruh variabel pengungkapan CSR terhadap variabel kinerja keuangan dengan menggunakan variabel pengendali berupa ukuran perusahaan, risiko, dan pengungkapan media. Sementara analisis model autoregressive digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dengan memerhatikan selang waktu dari periode sebelumnya. Dari analisis dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut:

ROA=9,103+0,107CSR+0,06CSRI t-1 +3,886SIZE –0,067RISK–0,06RISK t-1

Hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa variabel risiko memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA, sedangkan pengungkapan CSR, size, dan pengungkapan media memiliki pengaruh positif. Variabel pengungkapan media memiliki pengaruh dengan koefisien positif namun tidak signifikan dalam analisis lag sehingga tidak dimasukkan dalam model persamaan ini. Konstanta sebesar 9,103 menyatakan bahwa bila tidak terdapat variabel pengungkapan CSR, size , risiko, dan pengungkapan media, maka ROA akan memiliki nilai sebesar 9,103. Koefisien pengungkapan CSR dan CSR t-1 sebesar 0,107 dan 0,06 menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan/peningkatan 1% dari CSR akan menambah nilai ROA sebesar 0,107, dan setiap terjadi peningkatan variabel

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

pengungkapan CSR periode sebelumnya (t-1) akan meningkatkan nilai beta ROA sebesar 0,06. Koefisien ukuran perusahaan sebesar 3,886menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% ukuran perusahaan (size) maka akan meningkatkan beta ROA sebesar0,208. Variabel risiko periode t dan t-1 yang memiliki koefisien -0,067 dan -0,060memiliki arti setiap peningkatan yang terjadi pada risiko akan menurunkan nilai beta ROA sebesar 0,067, dan setiap terjadi peningkatan 1% dari risiko hutang periode sebelumnya akan menyebabkan penurunan beta ROA sebesar 0,060.

Pengujian Hipotesis Analisis Uji Statistik F

Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh signifikan variabel bebas,yaitu pengungkapan CSR dan variabel pengendali berupaukuran perusahaan, risiko,dan pengungkapan media secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat berupa ROA. Hasil pengujian model regresi penelitian dengan variabel independen pengungkapan CSR, size, risk, dan ME terhadap variabel dependen ROA dapat dilihat pada tabel4.

Tabel 4 Hasil Uji Statistik F

Variabel

F Sig.

Sumber: data hasil pengolahan SPSS

Dari tabel 4 didapat nilai F hitung sebesar 13,404 dengan nilai p-value atau probabilitas sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel (2,399262792), maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh variabel independen dan variabel pengendali secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen kinerja keuangan ROA. Maka, dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat diasumsikan bahwa model regresi yang menguji pengaruh pengungkapan CSR periode sebelumnya terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA pada periode yang akan datang dapat diterima.

Analisis Uji Statistik t

Uji statistik t merupakan pengujian untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2009). Dalam penelitian ini, dilakukan ujitingkat keberartian pengaruh variabel bebas,yaitu pengungkapanCorporate Social Responsibility (CSR) dan variabel pengendali berupaukuran perusahaan, risiko, dan pengungkapan media secara parsial (individu) terhadap variabel terikat ROA.Hasil pengujian uji statistik t dapat dilihat pada tabel 5 untuk model persamaan regresi dengan variabel dependen ROA.

16 Weny Putri

Tabel 5 Hasil Uji t Dengan Variabel Dependen ROA Variabel

.068 LAG1CSR

.012 LAG1SIZE

.059 LAG1RISK

.0140 LAG1ME

.128 Sumber: data hasil pengolahan SPSS

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5 diperoleh nilai t-hitung variabel pengungkapan CSRpositif sebesar 2,708dengan nilai probabilitas 0,004, artinya pengungkapan CSR yang diukur dari nilai indeks CSR memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA karena nilai probabilitas yang kurang dari 0,05 (0,004 < 0,05). Pada uji variabel ukuran perusahaan (size) diperoleh nilai t-hitung dengan nilai positif sebesar 0,287 dan tingkat probabilitas t (p-value) sebesar 0,001. Nilai p-value yang lebih kecil dari 0,05 ini menunjukkan bahwa secara statistik ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Variabel risikomemperoleh nilai t-hitung negatif sebesar -7,775dengan p-value sebesar 0,000, sehingga dapat dikatakan bahwa risiko (risk)mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap perubahan ROA. Variabel pengungkapan media (ME) memperoleh nilai t-hitung bertanda positif sebesar 1,834 dengan p-value sebesar 0,068. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan mediamempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. Lag pengungkapan CSR atau pengungkapan CSR periode sebelumnya (t-1) memperoleh koefisien yang juga positif signifikan sebesar 1,522 dengan p-value 0,012. Lagsize berpengaruh positif tidak signifikan (0,264, probabilitas 0,059), namun tingkat risiko periode sebelumnya berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA periode yang akan datang dengan koefisien sebesar -0,653 dan nilai probabilitas 0,014. Lag pengungkapan media berkoefisien positif tidak signifikan sebesar 1,527 dengan nilai p-value 0,128.

Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Diperoleh nilai adjusted R square sebesar 0,231 untuk model pertama dengan ROA sebagai variabel dependen, artinya sebesar 23,1% variabel ROA dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel pengendali yang digunakan dalam persamaan model regresi penelitian (CSR, SIZE, RISK, ME, Lag CSR, Lag Size, Lag Risk, dan Lag Me). Sisanya, sebesar 76,9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwanilai ROA perusahaan dapat dijelaskan oleh lag CSR.

Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2017

Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 )

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Interprestasi Pengaruh Bersama Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Keuangan (ROA) dengan Variabel Pengendali Ukuran Perusahaan, Risiko, dan Pengungkapan Media

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGEMBANGAN SOAL TES EVALUASI MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF UNTUK SISWA SMK PADA MATERI GEOMETRI Anggita Maharani Universitas Swadaya Gunung Jati Email: anggitamaharanifkip-unswagati.ac.id Abstract - ANALISIS PENGEMBANGAN SOAL T

1 0 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA Lia Budi Tristanti STKIP PGRI Jombang Email: btliarocketmail.com Abstract - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DAN P

1 1 12

TEORI KONSTRUKTIVISTIK PADA PEMBELAJARAN LUAS BANGUN DATAR Suyoto

0 0 9

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR HIMPUNAN MATEMATIKA DIKAITKAN DENGAN NILAI-NILAI ISLAM Umi Khoiriyah

0 0 8

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) SISTEMATIS BAGI PESERTA DIDIK SMP DI KABUPATEN PRINGSEWU Fendi Susanto

0 0 7

MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ANDROID PADA MATERI PROGRAM LINEAR Putri Nandita Apsari

1 1 10

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP CITRA DESTINASI DAN LOYALITAS WISATAWAN DI PULAU BANDA ZANY IRAYATI AUNALAL

0 0 31

PENGARUH ASET, LIABILITAS TIDAK LANCAR DAN EKUITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT SEMEN BATURAJA Tbk WULAN SURYANI1 Sakpa_rsmhyahoo.co.id ABSTRACT - View of Pengaruh Aset, Liabilitas Tidak Lancar dan Ekuitas Terhadap Kinerja Keuangan PT. Semen Baturaja Tbk

0 0 21

BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS ADAPTIVE COMPETENCIES DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF WILAYAH SUMATERA SELATAN EKA MUZALFITRI RIDWAN

0 0 16

PERANCANGAN APLIKASI BUSINESS BERBASIS BUSINESSTOCONSUMER (B2C) PADA WISATA KULINER KHAS LAMPUNG WULANDARI1 MUHAMAD MUSLIHUDIN

0 1 16