LAPORAN FINAL RENCANA BISNIS BIDANG MIGA

LAPORAN FINAL RENCANA BISNIS BIDANG MIGAS :
PEMBANGUNAN FSRU (FLOATING STORAGE REGASSIFICATION
UNIT)

OLEH
MUHAMAD ILHAM N

12014087

ADIBA HUSNA F

12014051

M ISFAN FAJAR

12014001

ANNISA ASRILIANA

12014020


MUHAMMAD DZAKI

12014033

ERYK YUNSA S

12014084

DINDA IKA KIRANA

12014079

YOSUA KRISTIAN S

12014052

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017


1. Latar Belakang Pemilihan Investasi
Pemilihan investasi pada bidang ini didasarkan karena beberapa pertimbangan, diantaranya :
a. Pembangkit listrik tenaga gas akan mengambil porsi 26,7% dari bauran energi (energy mix)
pada tahun 2026 sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 sampai
2026, oleh karena itu Indonesia membutuhkan gas sebanyak 1.193 TBTU (Triliun British
Thermal Unit) atau tiga kali lipat dibanding tahun 2016.
b. Kebutuhan ini terkait dengan pencapaian proyek pemerintah untuk pembangkit listrik
35.000 Megawatt (termasuk di dalamnya PLTG yang memiliki porsi yang cukup besar).
c. Peningkatan kegiatan industri yang membutuhkan gas meningkat pesat pada tahun 2020
(CNN Indonesia) sehingga dengan adanya FSRU maka kecepatan pengaliran gas dari hulu
ke hilir semakin baik.

2. Pemilihan Lokasi
Terdapat 2 potensi lokasi pembangunan FSRU diantaranya Belawan dan Gorontalo, sesuai
dengan matriks di bawah ini :
Parameter
Siap disuplai oleh
Mensuplai
(PLTG/PLTGU)


Kondisi batimetri
untuk perpipaan
offshore
Kondisi industri
yang
membutuhkan
gas
Estimasi
kebutuhan energi
gas bumi yang
harus dipenuhi
pada tahun 2019
(terdekat)

Belawan
BP Indonesia, Lapangan Tangguh
dan pasokan LNG Train 3
PLTG MPP Pasir Raya Medan,
PLTG Glugur dan PLTG Sumbagut 3

dan 4 (akan beroperasi akhir taun
2017)
Tidak ada masalah

Gorontalo
PT Badak LNG Bontang

Tercatat 88 industri yang
membutuhkan energi gas bumi

Tercatat 8 industri yang membutuhkan
energi gas bumi

469,00 MMSCFD

423,00 MMSCFD

PLTG Gorontalo

Tidak ada masalah


Berapa km
estimasi pipa
yang akan
dibangun
offshore maupun
onshore menuju
pemakai

Jarak FSRU – ORF = 11,32 Km
Jarak FSRU – ORF - PLTGU
Belawan = 16,59 Km

Jarak FSRU – ORF = 10,43 Km
Jarak FSRU – ORF - PLTG Gorontalo =
11,15 Km

Dari matriks di atas kemudian terpilih satu lokasi pembangunan FSRU yang paling berpotensi
yaitu Belawan.


3. Aspek Perizinan dan Timeline Pembangunan
a. Tahap Izin Usaha Sementara
Pengajuan Izin
Usaha Sementara

Persyaratan Teknis
Persyaratan Administrasi

Verifikasi Berkas

10 Hari
Penilaian dan Evaluasi
oleh Dirjen Migas

1 Minggu – Beberapa
Bulan

Penelitian dan
Peninjauan Lokasi


Persetujuan

Izin Usaha
Sementara
2 Tahun
3 Tahun

Pemenuhan Kewajiban
Badan Usaha

Pengajuan Izin
Usaha

b. Tahap Izin Usaha
Pengajuan Izin
Usaha

Persyaratan Teknis
Persyaratan Administrasi


Verifikasi Berkas

10 Hari
Penilaian dan Evaluasi
oleh Dirjen Migas

1 Minggu – Beberapa
Bulan

Penelitian dan
Peninjauan Lokasi

Persetujuan

Izin Usaha

Pelaksanaan Usaha

Maksimum
20 Tahun


Pemenuhan Kewajiban
Badan Usaha
Masa Berlaku Izin
Usaha Habis

c. Timeline Pembangunan dari awal sampai akhir

Sehingga dari timeline tersebut dapat diambil kesimpulan timeline tercepat selama 2 tahun
11 bulan 5 hari atau 3 tahun dibulatkan dan timeline terlambat selama 5 tahun 8 bulan
5 hari.

4. Aspek Hukum






Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha

Hilir Minyak dan Gas Bumi pada BAB III Izin Usaha Pasal 12 disimpulkan bahwa
pembangunan FSRU merupakan salah satu usaha hilir dengan kegiatannya berupa
kegiatan usaha Pengangkutan, kegiatan usaha Penyimpanan, dan kegiatan usaha
Niaga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.011/2012 dinyatakan
bahwa gas bumi yang termasuk dalam jenis barang yang tidak dikenai pajak
pertambahan nilai (ppn). Menjadikan keuntungan tersendiri pada bisnis ini
karena tidak dikenai ppn.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah – Daerah Tertentu terdapat beberapa poin penting :
o Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
Penanaman Modal berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang
digunakan untuk kegiatan utama usaha, dibebankan selama 6 (enam) tahun
masing-masing sebesar 5% (lima persen) pertahun yang dihitung sejak saat
mulai berproduksi secara komersial.
o Penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan amortisasi yang
dipercepat atas aktiva tak berwujud yang diperoleh dalam rangka
penanaman modal baru dan/atau perluasan usaha
o Pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib

Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia sebesar 10%
(sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut perjanjian
penghindaran pajak berganda yang berlaku; dan
o Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih
dari 10 (sepuluh) tahun.

5. Aspek Sosial
Aspek ini dilihat dari ada tidaknya catatan kasus demonstrasi warga terhadap pembangunan
proyek tertentu pada daerah pantai maupun lepas pantai, setelah dilakukan rekam jejak
terhadap berita-berita yang ada hasilnya menunjukan pernah ada satu kasus. Kasus ini
merupakan aksi demontrasi warga komunitas nelayan terhadap reklamasi pantai untuk rencana
pelebaran dermaga, komunitas tersebut menolak reklamasi karena akan mengganggu sarana
dan prasarana kapal mereka.
Berkaitan dengan pembangunan FSRU sendiri yang pasti sebelumnya akan disosialisasikan
kepada warga masyarakat belawan terutama masyarakat pesisir pantai, maka tidak menutup
kemungkinan jika adanya demo terhadap pembangunan FSRU ini misalnya mereka
menganggap jika hasil ikan pada suatu waktu berkurang disebabkan oleh gas-gas di dalam pipa

yang bocor sehingga ikannya mati. Solusinya adalah pertama dengan melakukan pencerdasan
kepada warga masyarakat tentang FSRU, kedua memberikan pengembangan masyarakat pada
daerah pesisir pantai (sesuai persyaratan administrasi pada tahap pengajuan Izin Usaha)
terutama di dalam bidang ekonomi misalnya memberikan bantuan kapal nelayan agar hadirnya
FSRU ini memberikan dampak positif.

6. Analisis Mendalam Tentang Kondisi Bisnis
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai permasalahan jaminan terhadap supplier atas
lapangan yang dikelolanya untuk memasok buyer , permasalahan buyer dan supplier mengenai
strategi kesepakatan harga selama jangka waktu tertentu kontrak kerja, kondisi perpajakan dan
analisis return of investment.
1. Untuk masalah jaminan supplier yaitu pihak BP Indonesia sendiri tidak akan terlalu
masalah karena beberapa lapangan BP di Indonesia seperti lapangan Tangguh dan Blok
Kangean Jawa Timur telah mendapat persetujuan untuk diperpanjang. Pada awalnya
beberapa lapangan tersebut kontraknya habis sampai 2010 diperpanjang 20 tahun
menjadi 2030.
2. Tidak ada peraturan yang secara eksplisit membahas kontrak kerja antara supplier dan
buyer pada bidang ini, namun hal itu dibahas dan disetujui bersama di dalam sebuah
kesepakatan kontrak antara kedua belah pihak. Untuk masalah seperti ini kami
menyarankan solusi yang telah dilakukan oleh wamen ESDM Arcandra Tahar
mengenai pertamina yang akan menyalurkan gas ke PLN selama 30 tahun sejak proyek
lapangan Jambaran – Tiung Biru beroperasi pada tahun 2021. Dalam kasus itu harga
gas sepakat sebesar 7.6 USD per mmbtu dan tidak berubah hingga kontrak berakhir
serta kesepakatan tersebut ditandatangani kedua belah pihak. Perlu sangat dicermati
bahwa Presiden Joko Widodo pada pertengahan 2017 telah resmi menurunkan
harga gas menjadi 9.95 USD per mmbtu (harga yang dibeli PLN dan konsumen)
untuk seluruh wilayah Sumut. Dengan cerminan harga regasifikasi LNG Arun
sebesar 1.56 USD per mmbtu maka kita tetap menyarankan harga gas LNG yang
dijual BP kepada FSRU Belawan ini nantinya kami usulkan pada angka 6.6 USD
per mmbtu (dijelaskan pada poin 3) selama jangka waktu kontrak serta tidak
dapat berganti supplier sebelum kontrak tersebut berakhir, itulah solusi yang
kami tawarkan.
3. Pertimbangan untuk tidak boleh berganti supplier selama kontrak dan harga yang fix
6,6 USD per mmbtu mengacu kepada pertimbangan Permen ESDM Nomor 45 Tahun
2017 untuk melindungi Pertamina/PGN. Menurut Permen tersebut harga gas LNG
impor maksimal harus 14,5% dari ICP Indonesian Crude Price (harga minyak mentah
Indonesia) di plant gate (pembangkit listrik). Misalnya harga ICP bulan Juli 2017
sebesar US $45,48/barel, maka harga gas maksimal di plant gate PLTGU PLN adalah

US $45,48/barel X 14,5% = US $ 6,59 per MMBTU. Maka selama kontrak dengan BP
kita berani mengusulkan harga tetap terus pada angka deal 6.6 USD per mmbtu
(berapapun harga minyak mentah) didasarkan estimasi harga minyak mentah yang
relatif tidak akan berubah drastis pada era ini. (sebelum ada permen ini pun BP setuju
dengan harga 6 USD per mmbtu)

4. Selanjutnya mengenai penjelasan aspek hukum lebih detail mengenai perpajakan
dijelaskan di bawah ini :
Pada PP No 18 Tahun 2015 poin kedua berbunyi “Pengurangan penghasilan neto
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Penanaman Modal berupa aktiva
tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha,
dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen)
pertahun yang dihitung sejak saat mulai berproduksi secara komersial”. Aktiva
tetap berwujud yaitu aktiva dimana aktiva tersebut memiliki fisik yang akan digunakan
sarana usaha, seperti tanah, tanah adalah harta yang digunakan untuk tujuan usaha, ada
juga perbaikan tanah yaitu unsur-unsur seperti pemetaan tanah, pengaspalan, dan
pemegaran, yang meningkatkan kegunaan dari aktiva, setelah itu gedung yaitu
bangunan yang akan digunakan untuk menempatkan operasi perusahaan, terakhir
peralatan yaitu aktiva yang dipergunakan dalam proses produksi atau penyediaan jasa.
Contohnya antara lain mobil, truk, mesin, dan furniture. Aktiva berwujud di dalam
FSRU meliputi kapalnya sendiri yang tergolong kepada peralatan.
Kemudian pada poin ketiga berbunyi “Penyusutan yang dipercepat atas aktiva
berwujud dan amortisasi yang dipercepat atas aktiva tak berwujud yang
diperoleh dalam rangka penanaman modal baru dan/atau perluasan usaha”.
Yang tidak dapat diamortisasi: pengeluaran untuk memperoleh hak guna bangunan,
hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan, sedangkan
biaya perpanjangan hak-hak tersebut dapat diamortisasi selama jangka waktu hak-hak
tersebut.
Untuk penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud tergantung harga dan masa
manfaat alat/bangunan yang digunakan serta metode penyusutan yang dipilih.
Untuk amortisasi yang dipercepat atas aktiva tak berwujud tergantung biaya dan masa
berlaku serta metode amortisasi yang dipilih.

Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi. Dalam hal
ini, metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase tarif amortisasi

yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi
penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran
jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi dilokasi tersebut yang dapat
diproduksi.
Contoh:
Pada tahun 2001 PT Dira Oil mengeluarkan uangnya sebesar Rp. 1.000.000.000,00
untuk memperoleh hak penambangan minyak bumi. Kandungan minyak bumi ditaksir
sebesar 5.000.000 barel. Produksi bumi tahun 2002 mencapai 1.000.000 barel.
Besarnya amortisasi untuk tahun 2002 adalah:
Tarif amortisasi = (realisasi penambangan : taksiran kandungan) x 100%
= (1.000.000 : 5.000.000) x 100%
= 20%
Amortisasi 2002 = 20% x Rp 1.000.000.000,00
= Rp. 200.000.000,00
Seandainya jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan,
sehingga masih terdapat sisa pengeluaran yang belum diamortisasi, maka atas sisa
tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan. Amortisasi
dengan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% setahun untuk bisnis
minyak dan gas bumi.

5. Analisis terakhir adalah lamanya return of investment. Modal awal bisnis yaitu kapal
FSRU seharga 200 juta USD + biaya pembangunan pipa gas sepanjang 34.99 km
seharga 44.63 juta USD = 244.63 juta USD, ditambah dengan ongkos hukum sebesar
10% dari modal awal 244.63 juta USD total modal awal menjadi 269.093 juta USD.
Pendapatan dihitung dari (harga jual kepada konsumen – harga beli LNG dari BP –
proses regasifikasi) x jumlah supply = (9.95 - 6.6 - 1.56) x 140.000 mmbtu = 250600
USD/hari = 91.469 juta USD/tahun (pendapatan kasar). Pengurangan pendapatan
dari pajak sesuai PP No. 18 Tahun 2015 sebesar 5% per tahun selama 6 tahun berturut
turut dari peralatan yang berada di kapal FSRU senilai 50% nilai harga kapal, maka
biaya menjadi 5% x 100 juta USD = 5 juta USD/tahun, pajak penghasilan (poin 4 PP)
10% x pendapatan kasar = 9.1469 juta USD/tahun dan ongkos amortisasi atas aktiva
tak berwujud (diambil persentasi maksimal) 20% x ongkos hukum perizinan = 20% x
24.463 juta USD = 4.8926 juta USD/ tahun.
Pendapatan Bersih tahun pertama-keenam = (91.469 – 5 – 9.1469 – 4.8926) juta
USD/tahun = 72.4295 juta USD/tahun. Maka lamanya Return of Invesment adalah
selama 3 tahun 7 bulan sejak dioperasikan secara komersial.

LAMPIRAN

POSISI PEMBANGUNAN FSRU DAN RENCANA JALUR PIPA GAS

=Lokasi Rencana Pembangunan
FSRU
= Lokasi Rencana Pembangunan
ORF (Onshore Receiving Facility)

Jarak FSRU – ORF = 11,32
Km

Jalur Suplai ke
PLTGU Belawan

Jarak FSRU – ORF PLTGU Belawan =
16,59 Km
Selain itu, suplai gas
dari FSRU Belawan
dapat disalurkan ke 2
PLTG lainnya di daerah
tersebut, yaitu ke PLTG
MPP Pasir Raya Medan
dan PLTG Glugur.