Zakat adalah ibadah yang mengandung dua
PENDAHULUAN
Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi: dimensi hablum minallah atau
dimensi vertical dan dimensi hablum minannaas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat bila
ditunaikan dengan baik, akan meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan dan
menyucikan jiwa, dan mengembangkan serta memberkahkan harta yang dimiliki. Jika
dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat,
mampu meningkatkan etos dan etika kerja umat, serta sebagai institusi pemerataan ekonomi.
Pada zaman keemasan Islam, zakat terlah terbukti berperan sangat besar dalam
meningkatkan kesejahteraan umat. Zakat tidak sekedar sebagai sebuah kewajiban, tetapi lebih
daripada itu, zakat dikelola dengan baik dan didistribusikan secara merata hingga sampai
ketangan yang berhak.
Pada awal tegaknya islam, zakat hanya meliputi zakat pertanian, zakat peternakan,
zakat perdagangan, zakat emas dan perak, dan zakat harta terpendam. Seiring dengan
perkembangan zaman, zakat juga semakin berkembang.
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi bahasa, kata Zakat merupakan kata dasar (mashdar) dari Zakaa yag
berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zakaa berarti sesuatu itu tumbuh dan
berkembang, dan seseorang itu zakaa, berarti orang itu baik.
Dari kata zakaa, menjadi kata "zakat", yaitu sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia
dari sebagian hak Alloh SWT, untuk disalurkan kepada fakir miskin. Dinamai demikian
karena
padanya
ada
harapan
mendapat
berkah
atau
membersihkan
jiwa
atau
menumbuhkannya dengan kebaikan dan berkah.
Zakat menurut bahasa adalah berkembang dan suci. Yakni membersihkan jiwa atau
mengembangkan keutamaan-keutamaan jiwa dan menyucikannya dari dosa-dosa dengan
menginfakkan harta di jalan Alloh dan menyucikannya dari sifat kikir, bakhil, dengki, dan
lain-lain.
Zakat menurut syara' adalah memberikan (menyerahkan) sebagian harta tertentu
untuk orang tertentu yang telah ditentukan syara' dengan niat karena Alloh.
1
Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi pernah berkata: "Zakat itu sebutan untuk pengambilan
tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada
golongan tertentu."
Istilah zakat diberikan untuk beberapa arti. Namun yang berkembang dalam
masyarakat, istilah zakat digunakan untuk shodaqoh wajib dan kata shodaqoh digunakan
untuk shodaqoh sunat.
Zakat merupakan al-'ibadah al-maaliyah al-ijtimaa'iyah (ibadah di bidang harta yang
memiliki nilai sosial). Meskipun tergolong ibadah mahdloh dalam hal tata cara perhitungan
dan pembagiannya, namun nilai sosial dalam ibadah zakat begitu kental, sehingga dalam
pelaksanaannya diperlukan sekelompok yang bertugas mengelola segala aspek perzakatan,
tidak diserahkan kepada kesadaran individu masing-masing. Hukum zakat yang wajib
meniscayakan bahwa zakat bukan semata merupakan bentuk kedermawanan, melainkan
bentuk ketaatan kepada Alloh SWT sehingga harus diperhatikan mengenai tata cara
pembayaran dan pembagiannya. Oleh karena itu, para ulama fiqih kemudian memasukkan
ibadah zakat sebagai qadla'iy (ibadah yang jika tidak dilaksanakan, ada hak orang lain yang
terambil), bukan ibadah dayyaniy (ibadah yang jika tidak dilaksanakan tidak ada hak orang
lain yang terambil), seperti sholat. Karena sifat zakat yang qadla'iy, maka pelaksanaan zakat
tidak bisa dilakukan secara individual, oleh karena itu pada zaman rosululloh
dan khulafaurraasyidin, pengelolaan zakat menjadi tugas dan tanggung jawab penguasa,
bukan masyarakat secara perseorangan.
Zakat juga berarti tumbuh dan berkembang, Tumbuh dan berkembang ini bisa dilihat
dari dua sisi, yaitu sisi muzakki (orang yang wajib mengeluarkan zakat) dan sisi mustahiq
(orang yang berhak menerima zakat).
Pertama, dari sisi muzakki, Alloh SWT menjanjikan bagi siapa saja yang mau
mengeluarkan hartanya dalam bentuk zakat, infaq, maupun shodaqoh, akan diberi ganjaran
yang berlipat, tidak hanya di akhirat melainkan juga di dunia. Terbukti bahwa belum pernah
ada seorang yang jatuh miskin dan bangkrut karena membayar zakat. Hal ini sebagaimana
firman Alloh SWT:
ت مسببمع مسمنالبمل لفي ك ف ل لل فسنبفل مةة للمئمفة محبل مةة موالل لفه ي فمضالعفف للممن
ممثمفل ال ل ملذيمن فينلففقومن أ مبمموال مفهبم لفي مسلبيلل الل لله ك مممثملل محبل مةة مأنبمتم ب
ي ممشاء موالل لفه موالسمع م
علليمم
2
Artinya: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Alloh melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia
kehendaki. Dan Alloh maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui." (Q.S. Al-Baqoroh
Ayat 261)
Dan Rosululloh SAW bersabda: "Tidak akan berkurang harta karena bersedekah, dan
tidak akan dizholimi seseorang dengan kezholiman lalu ia bersabar atasnya, kecuali Alloh
akan menambnya kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba membuka jalan keluar untuk suatu
permasalahan kecuali Alloh akan membebaskannya dari pintu kemiskinan atau semisalnya.
(H.R. Tirmidzi).
Kedua, dari sisi mustahiq, dengan zakat yang diberikan secara terprogram bagi
mustahiq, akan bisa mengembangkan harta yang dimilikinya, bahkan akan mampu mengubah
kondisi seseorang yang asalnya mustahiq menjadi muzakki.
Hukum Zakat
Hukum zakat adalah wajib. Zakat adalah sebuah kewajiban individu (fardhu 'ain)
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim yang memiliki harta tertentu, dan diambil oleh
para petugas zakat. Perhatikan firman Alloh SWT dibawah ini:
عل مي بلهبم لإ لمن مصل مووتممك مسك ممن ل ل مفهبم موٱلل ل مفه مسلميمع م
فخبذ لمبن أ مبمومولللهبم مصمدمقةة تفمط لهفرفهبم موتفمزلكيلهم لبمها مومص ل لل م
علليمم
Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Alloh maha mendengar lagi maha mengetahui". (Q.S AtTaubah ayat 103)
Ancaman Untuk Orang Yang Tidak Mau Mengeluarkan Zakat
Bagi mereka yang sudah kena kewajiban zakat, tapi tidak mau membayarnya,
maka siksa yang sangat pedih akan mereka terima di akherat kelak. Bahkan ancaman Alloh
SWT demikian kerasnya. Alloh SWT berfirman didalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 3435 yang artinya:
"Orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Alloh,
peringatkanlah mereka tentang adzab yang pedih. Pada hari emas dan perak dipanaskan
3
dalam api neraka, lalu dibakar dengannya dahi-dahi mereka, rusuk-rusuk, dan punggung, dan
dikatakan kepada mereka, "Inilah kekayaan yang kalian timbun dahulu, rasakanlah oleh
kalian kekayaan yang kalian simpan itu." (Q.S. At-Taubah ayat 34-35).
Orang Yang Berhak Menerima Zakat
Orang yang berhak menerima zakat atau sering disebut dengan mustahiq zakat adalah
seperti yang Alloh SWT firmankan dalam quran surat At-Taubah ayat 60 yang artinya:
"Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para
pengurus zakat (amilin), para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak.
Orang-orang yang berutang, untuk jalan Alloh, dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Alloh; dan Alloh maha mengetahui lagi
maha bijaksana". (Q.S At-Taubah: 60)
Dari ayat tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa mustahiq zakat itu ada 8 ashnaf
(bagian). Yaitu sebagai berikut:
1. Fakir
Fakir ialah orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan primer (kebutuhan sehari-hari)
karena tidak bisa kasab (usaha).
2. Miskin
Miskin ialah orang yang bisa kasab (usaha) tapi tidak mencukupi kebutuhan primer
(kebutuhan sehari-hari).
3. Amilin
Amilin ialah orang yang diangkat oleh pemimpin untuk menggarap tugas-tugas
pemungutan, pengumpulan, pemeliharaan, pencatatan, dan pembagian zakat.
4. Muallaf
Muallaf ialah orang yang dijinakkan hatinya untuk kepentingan islam dan kaum
muslimin.
5. Riqob
Riqob adalah membebaskan/memerdekakan hamba sahaya dari perhambaannya
sehingga ia lepas dari ikatan dengan tuannya.
6. Ghorimin
Ghorimin adalah orang-orang yang tenggelam dalam utang dan tidak mampu
membayar. Utang tersebut bukan untuk maksiat, penghamburan, atau karena
kebodohan, belum dewasa, dll.
7. Fii Sabiilillah
4
Fii sabiilillah adalah kemaslahatan umum kaum muslimin yang dengan zakat itu
berdiri islam dan daulahnya dan bukan untuk kepentingan pribadi.
8. Ibnu Sabil
Ibnu sabil adalah orang yang kehabisan ongkos di perjalanan dan tidak bisa
mempergunakan hartanya.
Macam Macam Zakat
Secara global, zakat terbagi kepada dua bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat maal.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah atau zakat badan adalah zakat yang wajib dikeluarkan satu kali dalam
setahun oleh setiap muslim mukallaf (orang yang dibebani kewajiban oleh Alloh)
untuk dirinya sendiri dan untuk setiap jiwa yang menjadi tanggungannya. Jumlahnya
sebanyak satu Sha' (1.k 3,5 liter/2,5 Kg) per orang, yang didistribusikan pada tanggal
1 Syawal setelah sholat shubuh sebelum sholat Iedul Fitri. Hukum zakat fitrah adalah
wajib. Seperti yang diterangkan dalam hadits yang diterima oleh Ibnu Abbas yang
artinya: "Rosululloh SAW telah mewajibkan zakat fitri untuk menyucikan orang yang
shaum dari segala perkataan yang keji dan buruk yang mereka lakukan selama mereka
shaum, dan untuk menjadi makanan bagi orang-orang yang miskin". (H.R. Abu Daud)
2. Zakat Maal/Zakat Harta
Zakat maal terdiri dari beberapa macam, yaitu: Zakat Emas, Perak, dan Uang
Zakat ini hukum nya wajib seperti yang Alloh firmankan dalam quran surat At-Taubah
ayat 34-35 (silahkan lihat diatas). Orang yang mempunyai emas wajib mengeluarkan
zakat ketika sudah sampai pada nishabnya, Nishab emas sebesar 20 dinar (90 gram),
nishab perak sebesar 200 dirham (600 gram), dan kadar zakatnya sebanyak 2,5%. Dan
zakat ini dikeluarkan ketika sudah mencapai haul (setahun sekali), maksudnya ketika
seseorang mempunyai emas yang sudah mencapai nashab (90 gram) dan
disimpan/dipunyai selama satu tahun, maka wajib mengeluarkan zakat.
3. Zakat Ziro'ah (pertanian/segala macam hasil bumi) Yaitu zakat dari pertanian. Zakat
ini wajib seperti yang dijelaskan Alloh SWT dalam quran surat Al-An'am ayat 141.
4. Zakat Ma'adin (barang galian) Maksud ma'adin yaitu segala yang dikeluarkan dari
bumi yang
5. Zakat Rikaz (harta temuan/harta karun) Yang dimaksud rikaz adalah harta (barang
temuan) yang sering dikenal dengan istilah harta karun. Tidak ada nishab dan haul,
besar zakatnya 20%.
6. Zakat Binatang Ternak. Orang yang memelihara hewan ternak wajib mengeluarkan
zakatnya.
5
7. Zakat Tizaroh (perdagangan). Ketentuan zakat ini adalah tidak ada nishab, diambil
dari modal (harga beli), dihitung dari harga barang yang terjual sebesar 2,5%.
Zakat didalam Al Quran
Didalam Al Quran, kata zakat terdapat pada 26 ayat yang tersebar pada 15 surat. Ayat
dan surat tersebut yaitu sebagai berikut:
Didalam Q.S Al Baqoroh ayat: 42, 84, 110, 177, 277. Q.S Annisa ayat: 77 dan 162. Q.S AlMaidah ayat: 12 dan 55. Q.S Al-A'raaf ayat: 156. Q.S At-Taubah ayat: 5, 11, 18, dan 71 Q.S
Al-Anbiya ayat: 73. Q.S Al-Hajj ayat: 41 dan 78. Q.S An-Nur ayat: 37 dan 56. Q.S Annaml
ayat: 3. Q.S Luqman ayat: 4. Q.S Al-Ahzab ayat: 37. Q.S Fushilat ayat: 7. Q.S Al-Mujadillah
ayat: 13. Q.S Al Muz'amil ayat: 20 dan Q.S Al-Bayyinah ayat: 5.
Awal Diwajibkan Zakat Atau Sejarah Zakat
Mengenai awal diwajibkan zakat ini para ulama berbeda pendapat. Diantaranya Ibnu
Khuzaimah mengatakan, "Zakat diwajibkan pada tahun sebelum hijrah". An-Nawawi
mengatakan, "Zakat diwajibkan pada tahun kedua dari hijrah". Ibnul Katsir mengatakan,
"Pada tahun ke sembilan hijrah". Tetapi pendapat ini terlalu jauh, karena pada hadits tanya
jawabnya Abu Sufyan dengan Hiraklius Kaisar Rum, didalam tanya jawab keduanya, Abu
Sufyan sudah menyebut kata-kata: Ia menyuruh kami mengeluarkan zakat. Peristiwa tersebut
terjadi pada tahun ketujuh di awal islam. Imam An-Nawawi menyatakan, "Bahwasannya
zakat diwajibkan pada tahun kedua hijrah sebelum diwajibkan Shaum romadhon,
sebagaimana ditegaskannya pada bab As-sair minar raudhah".
Akan tetapi mengenai resminya turun kewajiban zakat yang diiringi dengan pedoman
dan kaifiyat mengeluarkan zakat kebanyakan ulama menyatakan setelah hijrah. Dan sekali
lagi, pendapat yang disebut terakhir ini menjadi pegangan jumhur ulama. Lihat Fathul bari,
III:266 dan Misykatul mashabih ma'a syarhihi mura'ah. VI:8.
Peran zakat dalam ekonomi makro
A. Pajak dan Zakat
Pajak adalah kewajiban terhadap negara yang dipergunakan untuk membiayai
operasional negara sedangkan zakat adalah kewajiban terhadap Allah SWT yang secara
prinsip dipergunakan untuk kesejahteraan orang miskin. Zakat merupakan ibadah sedang
6
pajak tidak memiliki kaitan apapun dengan ibadah kecuali hanya ketatan kepada ulul amri.
Zakat juga dibatasi penggunaannya untuk delapan kelompok tertentu meskipun dalam
kondisi dimana zakat yang terkumpul sangat banyak, penggunaannya juga dapat mencakup
hal-hal yang dibiayai oleh pajak. Dari delapan kelompok tersebut, hanya satu yang masih
mungkin melibatkan orang-orang yang memiliki kekayaan, yaitu kelompok pengelola zakat
(amilin).
Zakat memiliki sistem dan cara yang sangat tepat dan terukur yaitu mengentaskan
kemiskinan dari akarnya dan sangat mengikat karena merupakan salah satu pilar agama serta
ancaman hukuman bagi mereka yang tidak mau melaksanakannya. Zakat juga sangat
bermuatan sosial dimana ia merupakan wujud tanggung jawab sosial pemilik kekayaan
kepada mereka yang kekurangan.
Nilai utama zakat justru terletak kepada keberpihakan yang sangat erat terhadap
mereka yang membutuhkan. Hal ini merupakan elemen terpenting dalam proses distribusi
kekayaan yang merupakan kunci kemakmuran umat manusia. Karena tujuan Ekonomi Islam
adalah kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan tanpa terkecuali, maka zakat
memegang peranan vital dalam sistem Ekonomi Islam.
B. Pengelolaan Zakat
Zakat adalah suatu alat bantu yang berdaya besar (powerful) yang tidak akan
mendatangkan manfaat apabila tidak dipergunakan dengan metode yang benar. Kunci utama
dari zakat terletak pada pengelolaannya.
Pengelolaan zakat merupakan wilayah eksplorasi yang disediakan oleh Islam bagi
manusia. Secara sempurna, Islam telah menyediakan bingkai aturan yang tidak boleh
dilanggar dan mendorong manusia melakukan inovasi di dalam bingkai tersebut untuk
mewujudkan esensi zakat. Fokusnya adalah menemukan titik temu dari aturan yang bersifat
kaku dan mutlak dengan kehidupan manusia yang sangat dinamis. Sejarah membuktikan
bahwa hal tersebut dapat dilakukan dan menghasilkan keluaran yang sangat baik.
Dinamika pengelolaan zakat terletak pada proses dialektikanya. Proses ini merupakan
upaya menemukan esensi zakat serta ruh aturannya untuk kemudian diterjemahkan dan
diaplikasikan pada kondisi yang jauh berbeda dibandingkan dengan masa-masa awal
berdirinya Islam dan Zakat. Ini menyebabkan apa yang saat ini secara teknis dianggap benar
akan bergandengan dan digantikan dengan teknis/metoda yang lebih benar. Karena itu
pengelolanya memerlukan ketaatan tinggi pada aturan syariah sekaligus memiliki wawasan
7
yang luas dan dinamis dalam menemukan peluang memperkuat proses pengelolaan zakat.
C. Nilai Ekonomi Zakat
Hampir dipastikan ketika kita mendengar kata zakat maka yang muncul dalam pikiran
kita adalah suatu philantrophy, suatu sumbangan kemanusiaan salah satu kewajiban dalam
islam. Memandang zakat dari hal tersebut memang tidak salah, tetapi ada hal yang lebih besar
yang seharusnya kita pahami tentang zakat.
Islam memberi perhatian yang serius tentang zakat. Hal itu dapat terlihat dalam AlQuran, Allah SWT menurunkan 37 ayat tentang zakat, zakat juga hampir selalu disandingkan
dengan kewajiban shalat. Abu Bakar Sidik berkata, “Barang siapa yang membedakan
kewajiban zakat dan shalat serta tidak membayar zakat maka aku akan memeranginya.”
Suatu keniscayaan bahwa Allah SWT dalam menurunkan perintahNya selalu beserta hikmah
besar dibalik perintahnya. Dalam perspektif ekonomi Islam, zakat dipandang sebagai suatu
hal yang sangat penting. bahkan zakat dapat dijadikan instrumen utama kebijakan fiskal suatu
negara.
Jika dikelola dengan baik zakat akan menjadi salah satu solusi dari sasaran akhir
perekonomian suatu negara. Yakni terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat. Paling tidak
ada beberapa efek positif jika zakat dikelola dengan baik:
1. Zakat mendorong pemilik modal mengelola hartanya. Zakat mal itu dikenakan
pada harta diam yang dimiliki seseorang setelah satu tahun, harta yang produktif
tidak dikenakan zakat mal. Jadi, jika seseorang menginvestasikan hartanya, maka
ia tidak dikenakan kewajiban zakat mal. Hal ini dipandang mendorong produksi,
karena uang yang selalu diedarkan di masyarakat, akhirnya perputarannya akan
bertambah, dimana pada titik akhirnya ekonomi negara akan bertambah baik.
2. Meningkatkan etika bisnis. Menurut Islam, harta haruslah digunakan untuk dua
fungsi saja, yang pertama, harta itu harus di belajankan untuk hal-hal yang baik
terhadap kehidupan, yang kedua diinvestasikan untuk industri atau komersil.
Kewajiban zakat dikenakan pada harta yang diperoleh dengan cara yang halal.
Zakat memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak membersihkan harta yang
diperoleh secara batil. Maka hal ini akan mendorong pelaku usaha agar
memperhatikan etika bisnis.
3. Pemerataan pendapatan. Pengelolaan zakat yang baik, dan alokasi yang tepat
sasaran akan mengakibatkan pemerataan pendapatan. Hal inilah yang dapat
memecahkan permasalahan utama bangsa Indonesia (kemiskinan). Kemiskinan di
Indonesia tidak terjadi karena sumber pangan yang kurang, tetapi distribusi bahan
makanan itu yang tidak merata, sehingga banyak orang yang tidak memiliki
8
kemudahan akses yang sama terhadap bahan pangan tersebut baik itu karena ada
penimbunan, kenaikan harga yang tidak wajar atau karna ketidak mampuan
konsumen untuk membeli. Dengan zakat, distribusi pendapatan itu akan lebih
merata dan tiap orang akan memiliki akses lebih terhadap distribusi pendapatan.
4. Pengembangan sektor Riil. Salah satu cara pendistribusian zakat dapat dilakukan
dengan memberikan bantuan modal usaha bagi para mustahiq menurut Yusuf
Qordhowi. Pendistribusian zakat dengan cara ini akan memberikan dua efek yaitu
meningkatkan penghasilan mustahiq dan juga akan berdampak pada ekonomi
secara makro. Tapi kalau zakat langsung di distribusikan untuk kegiatan yang
produktif maka hal ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi karna kebutuhan
primer seseorang tidak tercukupi yang mengakibatkan tidak berjalannya pasar
secara normal.
5. Sumber dana pembangunan. Banyak kaum dhuafa yang sangat sulit mendapatkan
fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun sosial ekonomi. Lemahnya fasilitas ini
akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kaum termarjinal. Kesehatan dan
pendidikan merupakan modal dasar agar SDM yang dimiliki oleh suatu negara
berkualitas tinggi. Peran dana zakat sebagai sumber dana pembangunan fasilitas
kaum dhuafa akan mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang. Dengan
peningkatan kesehatan dan pendidikan diharapkan akan memutus siklus
kemiskinan antar generasi.
Ada hal lain yang perlu diperhatikan agar zakat bisa maksimal dalam pengelolaannya.
Yaitu, zakat harus dikelola oleh lembaga yang profesional. Ada banyak keuntungan yang
diperoleh
ketika
zakat
itu
dikumpulkan
dan
dikelola
oleh
lembaga
khusus.
Beberapa keuntungan apabila zakat dikelola oleh lembaga khusus adalah:
1. Meningkatkan kedisiplinan dalam pembayaran zakat.
2. Menjaga perasaan mustahiq apabila menerima langsung dana zakatnya dari muzakki.
3. Agar alokasi yang dilakukan tepat sasaran dan dengan tepat didistribusikan menurut
skala prioritas yang benar.
4. Memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan islami.
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzzaki pada mustahiq, meskipun
secara hukum syariah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut
diatas hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahterraan umat,
akan sulit diwujudkan.
Saya pernah dengar komentar ketua MPR Hidayat Nurwahid bahwa potensi zakal di
Indonesia sebenarnya sangat besar, yaitu sekitar Rp.17 trilyun tapi yg terakomodir hanya
9
sekitar 2,5% saja, itu artinya hanya sekitar 425juta saja. Dan seharusnya bagi warga yg
muslim wajib bayar zakat dan tidak bayar pajak, tapi bagi warga non muslim cukup bayar
pajak saja.
D. Efek zakat terhadap pendapatan nasional
Efek instrument-indtrument sejenis zakat terhadap perekonomian pada dasarnya dapat
dilihat menggunakan makro ekonomi, baik melalui prilaku konsumsi, prilaku belanja
pemerintah maupun prilaku investasi. Secara ekonomi, hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
bantuan zakat diberikan dalam bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang diberikan kepada
mustahik akan meningkatkan daya beli mustahik tersebut atas suatu barang yang menjadi
kebutuhannya. Peningkatan daya beli atas suatu barang ini akan berimbas pada peningkatan
produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah penambahan kapasitas
produksi yang hal ini berarti perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banyak dan hal ini
dapat menambah perekonomian negara secara aggregat.
REFERENSI
Dr. kh. Didin hafidhuddin, M.Sc .Zakat dalam perekonomian modern. 2002. Gema insane:
Jakarta.
Afzal-ur-rahman, Doktrin Ekonomi Islam, kuala Lumpur : Dewan Bahasa Dan pustaka, jld
111.hlm.184-185
10
Surtahman Kastin hasan, Sanep Ahmad, Ekonomi islam Dsar dan Amalan, Kuala Lumpur :
Dewan Bahasa Dan Pustaka, hlm.276
Buku Petunjuk Zakat Praktis Karya: Achmad Faisal, S.Pd
Buku Risalah Zakat Infak & Sedekah Karya: Wawan Shofwan Shalehuddin
www. Ukhuwah. or.id
Rahman,Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana bhakti wakaf,1996)
Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi islam, ( Jakarta: Paradigma dan Aqsa publishing, 2007)
11
Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi: dimensi hablum minallah atau
dimensi vertical dan dimensi hablum minannaas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat bila
ditunaikan dengan baik, akan meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan dan
menyucikan jiwa, dan mengembangkan serta memberkahkan harta yang dimiliki. Jika
dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat,
mampu meningkatkan etos dan etika kerja umat, serta sebagai institusi pemerataan ekonomi.
Pada zaman keemasan Islam, zakat terlah terbukti berperan sangat besar dalam
meningkatkan kesejahteraan umat. Zakat tidak sekedar sebagai sebuah kewajiban, tetapi lebih
daripada itu, zakat dikelola dengan baik dan didistribusikan secara merata hingga sampai
ketangan yang berhak.
Pada awal tegaknya islam, zakat hanya meliputi zakat pertanian, zakat peternakan,
zakat perdagangan, zakat emas dan perak, dan zakat harta terpendam. Seiring dengan
perkembangan zaman, zakat juga semakin berkembang.
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi bahasa, kata Zakat merupakan kata dasar (mashdar) dari Zakaa yag
berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zakaa berarti sesuatu itu tumbuh dan
berkembang, dan seseorang itu zakaa, berarti orang itu baik.
Dari kata zakaa, menjadi kata "zakat", yaitu sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia
dari sebagian hak Alloh SWT, untuk disalurkan kepada fakir miskin. Dinamai demikian
karena
padanya
ada
harapan
mendapat
berkah
atau
membersihkan
jiwa
atau
menumbuhkannya dengan kebaikan dan berkah.
Zakat menurut bahasa adalah berkembang dan suci. Yakni membersihkan jiwa atau
mengembangkan keutamaan-keutamaan jiwa dan menyucikannya dari dosa-dosa dengan
menginfakkan harta di jalan Alloh dan menyucikannya dari sifat kikir, bakhil, dengki, dan
lain-lain.
Zakat menurut syara' adalah memberikan (menyerahkan) sebagian harta tertentu
untuk orang tertentu yang telah ditentukan syara' dengan niat karena Alloh.
1
Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi pernah berkata: "Zakat itu sebutan untuk pengambilan
tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada
golongan tertentu."
Istilah zakat diberikan untuk beberapa arti. Namun yang berkembang dalam
masyarakat, istilah zakat digunakan untuk shodaqoh wajib dan kata shodaqoh digunakan
untuk shodaqoh sunat.
Zakat merupakan al-'ibadah al-maaliyah al-ijtimaa'iyah (ibadah di bidang harta yang
memiliki nilai sosial). Meskipun tergolong ibadah mahdloh dalam hal tata cara perhitungan
dan pembagiannya, namun nilai sosial dalam ibadah zakat begitu kental, sehingga dalam
pelaksanaannya diperlukan sekelompok yang bertugas mengelola segala aspek perzakatan,
tidak diserahkan kepada kesadaran individu masing-masing. Hukum zakat yang wajib
meniscayakan bahwa zakat bukan semata merupakan bentuk kedermawanan, melainkan
bentuk ketaatan kepada Alloh SWT sehingga harus diperhatikan mengenai tata cara
pembayaran dan pembagiannya. Oleh karena itu, para ulama fiqih kemudian memasukkan
ibadah zakat sebagai qadla'iy (ibadah yang jika tidak dilaksanakan, ada hak orang lain yang
terambil), bukan ibadah dayyaniy (ibadah yang jika tidak dilaksanakan tidak ada hak orang
lain yang terambil), seperti sholat. Karena sifat zakat yang qadla'iy, maka pelaksanaan zakat
tidak bisa dilakukan secara individual, oleh karena itu pada zaman rosululloh
dan khulafaurraasyidin, pengelolaan zakat menjadi tugas dan tanggung jawab penguasa,
bukan masyarakat secara perseorangan.
Zakat juga berarti tumbuh dan berkembang, Tumbuh dan berkembang ini bisa dilihat
dari dua sisi, yaitu sisi muzakki (orang yang wajib mengeluarkan zakat) dan sisi mustahiq
(orang yang berhak menerima zakat).
Pertama, dari sisi muzakki, Alloh SWT menjanjikan bagi siapa saja yang mau
mengeluarkan hartanya dalam bentuk zakat, infaq, maupun shodaqoh, akan diberi ganjaran
yang berlipat, tidak hanya di akhirat melainkan juga di dunia. Terbukti bahwa belum pernah
ada seorang yang jatuh miskin dan bangkrut karena membayar zakat. Hal ini sebagaimana
firman Alloh SWT:
ت مسببمع مسمنالبمل لفي ك ف ل لل فسنبفل مةة للمئمفة محبل مةة موالل لفه ي فمضالعفف للممن
ممثمفل ال ل ملذيمن فينلففقومن أ مبمموال مفهبم لفي مسلبيلل الل لله ك مممثملل محبل مةة مأنبمتم ب
ي ممشاء موالل لفه موالسمع م
علليمم
2
Artinya: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Alloh melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia
kehendaki. Dan Alloh maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui." (Q.S. Al-Baqoroh
Ayat 261)
Dan Rosululloh SAW bersabda: "Tidak akan berkurang harta karena bersedekah, dan
tidak akan dizholimi seseorang dengan kezholiman lalu ia bersabar atasnya, kecuali Alloh
akan menambnya kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba membuka jalan keluar untuk suatu
permasalahan kecuali Alloh akan membebaskannya dari pintu kemiskinan atau semisalnya.
(H.R. Tirmidzi).
Kedua, dari sisi mustahiq, dengan zakat yang diberikan secara terprogram bagi
mustahiq, akan bisa mengembangkan harta yang dimilikinya, bahkan akan mampu mengubah
kondisi seseorang yang asalnya mustahiq menjadi muzakki.
Hukum Zakat
Hukum zakat adalah wajib. Zakat adalah sebuah kewajiban individu (fardhu 'ain)
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim yang memiliki harta tertentu, dan diambil oleh
para petugas zakat. Perhatikan firman Alloh SWT dibawah ini:
عل مي بلهبم لإ لمن مصل مووتممك مسك ممن ل ل مفهبم موٱلل ل مفه مسلميمع م
فخبذ لمبن أ مبمومولللهبم مصمدمقةة تفمط لهفرفهبم موتفمزلكيلهم لبمها مومص ل لل م
علليمم
Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Alloh maha mendengar lagi maha mengetahui". (Q.S AtTaubah ayat 103)
Ancaman Untuk Orang Yang Tidak Mau Mengeluarkan Zakat
Bagi mereka yang sudah kena kewajiban zakat, tapi tidak mau membayarnya,
maka siksa yang sangat pedih akan mereka terima di akherat kelak. Bahkan ancaman Alloh
SWT demikian kerasnya. Alloh SWT berfirman didalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 3435 yang artinya:
"Orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Alloh,
peringatkanlah mereka tentang adzab yang pedih. Pada hari emas dan perak dipanaskan
3
dalam api neraka, lalu dibakar dengannya dahi-dahi mereka, rusuk-rusuk, dan punggung, dan
dikatakan kepada mereka, "Inilah kekayaan yang kalian timbun dahulu, rasakanlah oleh
kalian kekayaan yang kalian simpan itu." (Q.S. At-Taubah ayat 34-35).
Orang Yang Berhak Menerima Zakat
Orang yang berhak menerima zakat atau sering disebut dengan mustahiq zakat adalah
seperti yang Alloh SWT firmankan dalam quran surat At-Taubah ayat 60 yang artinya:
"Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para
pengurus zakat (amilin), para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak.
Orang-orang yang berutang, untuk jalan Alloh, dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Alloh; dan Alloh maha mengetahui lagi
maha bijaksana". (Q.S At-Taubah: 60)
Dari ayat tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa mustahiq zakat itu ada 8 ashnaf
(bagian). Yaitu sebagai berikut:
1. Fakir
Fakir ialah orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan primer (kebutuhan sehari-hari)
karena tidak bisa kasab (usaha).
2. Miskin
Miskin ialah orang yang bisa kasab (usaha) tapi tidak mencukupi kebutuhan primer
(kebutuhan sehari-hari).
3. Amilin
Amilin ialah orang yang diangkat oleh pemimpin untuk menggarap tugas-tugas
pemungutan, pengumpulan, pemeliharaan, pencatatan, dan pembagian zakat.
4. Muallaf
Muallaf ialah orang yang dijinakkan hatinya untuk kepentingan islam dan kaum
muslimin.
5. Riqob
Riqob adalah membebaskan/memerdekakan hamba sahaya dari perhambaannya
sehingga ia lepas dari ikatan dengan tuannya.
6. Ghorimin
Ghorimin adalah orang-orang yang tenggelam dalam utang dan tidak mampu
membayar. Utang tersebut bukan untuk maksiat, penghamburan, atau karena
kebodohan, belum dewasa, dll.
7. Fii Sabiilillah
4
Fii sabiilillah adalah kemaslahatan umum kaum muslimin yang dengan zakat itu
berdiri islam dan daulahnya dan bukan untuk kepentingan pribadi.
8. Ibnu Sabil
Ibnu sabil adalah orang yang kehabisan ongkos di perjalanan dan tidak bisa
mempergunakan hartanya.
Macam Macam Zakat
Secara global, zakat terbagi kepada dua bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat maal.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah atau zakat badan adalah zakat yang wajib dikeluarkan satu kali dalam
setahun oleh setiap muslim mukallaf (orang yang dibebani kewajiban oleh Alloh)
untuk dirinya sendiri dan untuk setiap jiwa yang menjadi tanggungannya. Jumlahnya
sebanyak satu Sha' (1.k 3,5 liter/2,5 Kg) per orang, yang didistribusikan pada tanggal
1 Syawal setelah sholat shubuh sebelum sholat Iedul Fitri. Hukum zakat fitrah adalah
wajib. Seperti yang diterangkan dalam hadits yang diterima oleh Ibnu Abbas yang
artinya: "Rosululloh SAW telah mewajibkan zakat fitri untuk menyucikan orang yang
shaum dari segala perkataan yang keji dan buruk yang mereka lakukan selama mereka
shaum, dan untuk menjadi makanan bagi orang-orang yang miskin". (H.R. Abu Daud)
2. Zakat Maal/Zakat Harta
Zakat maal terdiri dari beberapa macam, yaitu: Zakat Emas, Perak, dan Uang
Zakat ini hukum nya wajib seperti yang Alloh firmankan dalam quran surat At-Taubah
ayat 34-35 (silahkan lihat diatas). Orang yang mempunyai emas wajib mengeluarkan
zakat ketika sudah sampai pada nishabnya, Nishab emas sebesar 20 dinar (90 gram),
nishab perak sebesar 200 dirham (600 gram), dan kadar zakatnya sebanyak 2,5%. Dan
zakat ini dikeluarkan ketika sudah mencapai haul (setahun sekali), maksudnya ketika
seseorang mempunyai emas yang sudah mencapai nashab (90 gram) dan
disimpan/dipunyai selama satu tahun, maka wajib mengeluarkan zakat.
3. Zakat Ziro'ah (pertanian/segala macam hasil bumi) Yaitu zakat dari pertanian. Zakat
ini wajib seperti yang dijelaskan Alloh SWT dalam quran surat Al-An'am ayat 141.
4. Zakat Ma'adin (barang galian) Maksud ma'adin yaitu segala yang dikeluarkan dari
bumi yang
5. Zakat Rikaz (harta temuan/harta karun) Yang dimaksud rikaz adalah harta (barang
temuan) yang sering dikenal dengan istilah harta karun. Tidak ada nishab dan haul,
besar zakatnya 20%.
6. Zakat Binatang Ternak. Orang yang memelihara hewan ternak wajib mengeluarkan
zakatnya.
5
7. Zakat Tizaroh (perdagangan). Ketentuan zakat ini adalah tidak ada nishab, diambil
dari modal (harga beli), dihitung dari harga barang yang terjual sebesar 2,5%.
Zakat didalam Al Quran
Didalam Al Quran, kata zakat terdapat pada 26 ayat yang tersebar pada 15 surat. Ayat
dan surat tersebut yaitu sebagai berikut:
Didalam Q.S Al Baqoroh ayat: 42, 84, 110, 177, 277. Q.S Annisa ayat: 77 dan 162. Q.S AlMaidah ayat: 12 dan 55. Q.S Al-A'raaf ayat: 156. Q.S At-Taubah ayat: 5, 11, 18, dan 71 Q.S
Al-Anbiya ayat: 73. Q.S Al-Hajj ayat: 41 dan 78. Q.S An-Nur ayat: 37 dan 56. Q.S Annaml
ayat: 3. Q.S Luqman ayat: 4. Q.S Al-Ahzab ayat: 37. Q.S Fushilat ayat: 7. Q.S Al-Mujadillah
ayat: 13. Q.S Al Muz'amil ayat: 20 dan Q.S Al-Bayyinah ayat: 5.
Awal Diwajibkan Zakat Atau Sejarah Zakat
Mengenai awal diwajibkan zakat ini para ulama berbeda pendapat. Diantaranya Ibnu
Khuzaimah mengatakan, "Zakat diwajibkan pada tahun sebelum hijrah". An-Nawawi
mengatakan, "Zakat diwajibkan pada tahun kedua dari hijrah". Ibnul Katsir mengatakan,
"Pada tahun ke sembilan hijrah". Tetapi pendapat ini terlalu jauh, karena pada hadits tanya
jawabnya Abu Sufyan dengan Hiraklius Kaisar Rum, didalam tanya jawab keduanya, Abu
Sufyan sudah menyebut kata-kata: Ia menyuruh kami mengeluarkan zakat. Peristiwa tersebut
terjadi pada tahun ketujuh di awal islam. Imam An-Nawawi menyatakan, "Bahwasannya
zakat diwajibkan pada tahun kedua hijrah sebelum diwajibkan Shaum romadhon,
sebagaimana ditegaskannya pada bab As-sair minar raudhah".
Akan tetapi mengenai resminya turun kewajiban zakat yang diiringi dengan pedoman
dan kaifiyat mengeluarkan zakat kebanyakan ulama menyatakan setelah hijrah. Dan sekali
lagi, pendapat yang disebut terakhir ini menjadi pegangan jumhur ulama. Lihat Fathul bari,
III:266 dan Misykatul mashabih ma'a syarhihi mura'ah. VI:8.
Peran zakat dalam ekonomi makro
A. Pajak dan Zakat
Pajak adalah kewajiban terhadap negara yang dipergunakan untuk membiayai
operasional negara sedangkan zakat adalah kewajiban terhadap Allah SWT yang secara
prinsip dipergunakan untuk kesejahteraan orang miskin. Zakat merupakan ibadah sedang
6
pajak tidak memiliki kaitan apapun dengan ibadah kecuali hanya ketatan kepada ulul amri.
Zakat juga dibatasi penggunaannya untuk delapan kelompok tertentu meskipun dalam
kondisi dimana zakat yang terkumpul sangat banyak, penggunaannya juga dapat mencakup
hal-hal yang dibiayai oleh pajak. Dari delapan kelompok tersebut, hanya satu yang masih
mungkin melibatkan orang-orang yang memiliki kekayaan, yaitu kelompok pengelola zakat
(amilin).
Zakat memiliki sistem dan cara yang sangat tepat dan terukur yaitu mengentaskan
kemiskinan dari akarnya dan sangat mengikat karena merupakan salah satu pilar agama serta
ancaman hukuman bagi mereka yang tidak mau melaksanakannya. Zakat juga sangat
bermuatan sosial dimana ia merupakan wujud tanggung jawab sosial pemilik kekayaan
kepada mereka yang kekurangan.
Nilai utama zakat justru terletak kepada keberpihakan yang sangat erat terhadap
mereka yang membutuhkan. Hal ini merupakan elemen terpenting dalam proses distribusi
kekayaan yang merupakan kunci kemakmuran umat manusia. Karena tujuan Ekonomi Islam
adalah kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan tanpa terkecuali, maka zakat
memegang peranan vital dalam sistem Ekonomi Islam.
B. Pengelolaan Zakat
Zakat adalah suatu alat bantu yang berdaya besar (powerful) yang tidak akan
mendatangkan manfaat apabila tidak dipergunakan dengan metode yang benar. Kunci utama
dari zakat terletak pada pengelolaannya.
Pengelolaan zakat merupakan wilayah eksplorasi yang disediakan oleh Islam bagi
manusia. Secara sempurna, Islam telah menyediakan bingkai aturan yang tidak boleh
dilanggar dan mendorong manusia melakukan inovasi di dalam bingkai tersebut untuk
mewujudkan esensi zakat. Fokusnya adalah menemukan titik temu dari aturan yang bersifat
kaku dan mutlak dengan kehidupan manusia yang sangat dinamis. Sejarah membuktikan
bahwa hal tersebut dapat dilakukan dan menghasilkan keluaran yang sangat baik.
Dinamika pengelolaan zakat terletak pada proses dialektikanya. Proses ini merupakan
upaya menemukan esensi zakat serta ruh aturannya untuk kemudian diterjemahkan dan
diaplikasikan pada kondisi yang jauh berbeda dibandingkan dengan masa-masa awal
berdirinya Islam dan Zakat. Ini menyebabkan apa yang saat ini secara teknis dianggap benar
akan bergandengan dan digantikan dengan teknis/metoda yang lebih benar. Karena itu
pengelolanya memerlukan ketaatan tinggi pada aturan syariah sekaligus memiliki wawasan
7
yang luas dan dinamis dalam menemukan peluang memperkuat proses pengelolaan zakat.
C. Nilai Ekonomi Zakat
Hampir dipastikan ketika kita mendengar kata zakat maka yang muncul dalam pikiran
kita adalah suatu philantrophy, suatu sumbangan kemanusiaan salah satu kewajiban dalam
islam. Memandang zakat dari hal tersebut memang tidak salah, tetapi ada hal yang lebih besar
yang seharusnya kita pahami tentang zakat.
Islam memberi perhatian yang serius tentang zakat. Hal itu dapat terlihat dalam AlQuran, Allah SWT menurunkan 37 ayat tentang zakat, zakat juga hampir selalu disandingkan
dengan kewajiban shalat. Abu Bakar Sidik berkata, “Barang siapa yang membedakan
kewajiban zakat dan shalat serta tidak membayar zakat maka aku akan memeranginya.”
Suatu keniscayaan bahwa Allah SWT dalam menurunkan perintahNya selalu beserta hikmah
besar dibalik perintahnya. Dalam perspektif ekonomi Islam, zakat dipandang sebagai suatu
hal yang sangat penting. bahkan zakat dapat dijadikan instrumen utama kebijakan fiskal suatu
negara.
Jika dikelola dengan baik zakat akan menjadi salah satu solusi dari sasaran akhir
perekonomian suatu negara. Yakni terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat. Paling tidak
ada beberapa efek positif jika zakat dikelola dengan baik:
1. Zakat mendorong pemilik modal mengelola hartanya. Zakat mal itu dikenakan
pada harta diam yang dimiliki seseorang setelah satu tahun, harta yang produktif
tidak dikenakan zakat mal. Jadi, jika seseorang menginvestasikan hartanya, maka
ia tidak dikenakan kewajiban zakat mal. Hal ini dipandang mendorong produksi,
karena uang yang selalu diedarkan di masyarakat, akhirnya perputarannya akan
bertambah, dimana pada titik akhirnya ekonomi negara akan bertambah baik.
2. Meningkatkan etika bisnis. Menurut Islam, harta haruslah digunakan untuk dua
fungsi saja, yang pertama, harta itu harus di belajankan untuk hal-hal yang baik
terhadap kehidupan, yang kedua diinvestasikan untuk industri atau komersil.
Kewajiban zakat dikenakan pada harta yang diperoleh dengan cara yang halal.
Zakat memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak membersihkan harta yang
diperoleh secara batil. Maka hal ini akan mendorong pelaku usaha agar
memperhatikan etika bisnis.
3. Pemerataan pendapatan. Pengelolaan zakat yang baik, dan alokasi yang tepat
sasaran akan mengakibatkan pemerataan pendapatan. Hal inilah yang dapat
memecahkan permasalahan utama bangsa Indonesia (kemiskinan). Kemiskinan di
Indonesia tidak terjadi karena sumber pangan yang kurang, tetapi distribusi bahan
makanan itu yang tidak merata, sehingga banyak orang yang tidak memiliki
8
kemudahan akses yang sama terhadap bahan pangan tersebut baik itu karena ada
penimbunan, kenaikan harga yang tidak wajar atau karna ketidak mampuan
konsumen untuk membeli. Dengan zakat, distribusi pendapatan itu akan lebih
merata dan tiap orang akan memiliki akses lebih terhadap distribusi pendapatan.
4. Pengembangan sektor Riil. Salah satu cara pendistribusian zakat dapat dilakukan
dengan memberikan bantuan modal usaha bagi para mustahiq menurut Yusuf
Qordhowi. Pendistribusian zakat dengan cara ini akan memberikan dua efek yaitu
meningkatkan penghasilan mustahiq dan juga akan berdampak pada ekonomi
secara makro. Tapi kalau zakat langsung di distribusikan untuk kegiatan yang
produktif maka hal ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi karna kebutuhan
primer seseorang tidak tercukupi yang mengakibatkan tidak berjalannya pasar
secara normal.
5. Sumber dana pembangunan. Banyak kaum dhuafa yang sangat sulit mendapatkan
fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun sosial ekonomi. Lemahnya fasilitas ini
akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kaum termarjinal. Kesehatan dan
pendidikan merupakan modal dasar agar SDM yang dimiliki oleh suatu negara
berkualitas tinggi. Peran dana zakat sebagai sumber dana pembangunan fasilitas
kaum dhuafa akan mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang. Dengan
peningkatan kesehatan dan pendidikan diharapkan akan memutus siklus
kemiskinan antar generasi.
Ada hal lain yang perlu diperhatikan agar zakat bisa maksimal dalam pengelolaannya.
Yaitu, zakat harus dikelola oleh lembaga yang profesional. Ada banyak keuntungan yang
diperoleh
ketika
zakat
itu
dikumpulkan
dan
dikelola
oleh
lembaga
khusus.
Beberapa keuntungan apabila zakat dikelola oleh lembaga khusus adalah:
1. Meningkatkan kedisiplinan dalam pembayaran zakat.
2. Menjaga perasaan mustahiq apabila menerima langsung dana zakatnya dari muzakki.
3. Agar alokasi yang dilakukan tepat sasaran dan dengan tepat didistribusikan menurut
skala prioritas yang benar.
4. Memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan islami.
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzzaki pada mustahiq, meskipun
secara hukum syariah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut
diatas hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahterraan umat,
akan sulit diwujudkan.
Saya pernah dengar komentar ketua MPR Hidayat Nurwahid bahwa potensi zakal di
Indonesia sebenarnya sangat besar, yaitu sekitar Rp.17 trilyun tapi yg terakomodir hanya
9
sekitar 2,5% saja, itu artinya hanya sekitar 425juta saja. Dan seharusnya bagi warga yg
muslim wajib bayar zakat dan tidak bayar pajak, tapi bagi warga non muslim cukup bayar
pajak saja.
D. Efek zakat terhadap pendapatan nasional
Efek instrument-indtrument sejenis zakat terhadap perekonomian pada dasarnya dapat
dilihat menggunakan makro ekonomi, baik melalui prilaku konsumsi, prilaku belanja
pemerintah maupun prilaku investasi. Secara ekonomi, hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
bantuan zakat diberikan dalam bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang diberikan kepada
mustahik akan meningkatkan daya beli mustahik tersebut atas suatu barang yang menjadi
kebutuhannya. Peningkatan daya beli atas suatu barang ini akan berimbas pada peningkatan
produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah penambahan kapasitas
produksi yang hal ini berarti perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banyak dan hal ini
dapat menambah perekonomian negara secara aggregat.
REFERENSI
Dr. kh. Didin hafidhuddin, M.Sc .Zakat dalam perekonomian modern. 2002. Gema insane:
Jakarta.
Afzal-ur-rahman, Doktrin Ekonomi Islam, kuala Lumpur : Dewan Bahasa Dan pustaka, jld
111.hlm.184-185
10
Surtahman Kastin hasan, Sanep Ahmad, Ekonomi islam Dsar dan Amalan, Kuala Lumpur :
Dewan Bahasa Dan Pustaka, hlm.276
Buku Petunjuk Zakat Praktis Karya: Achmad Faisal, S.Pd
Buku Risalah Zakat Infak & Sedekah Karya: Wawan Shofwan Shalehuddin
www. Ukhuwah. or.id
Rahman,Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana bhakti wakaf,1996)
Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi islam, ( Jakarta: Paradigma dan Aqsa publishing, 2007)
11