HAKIKAT MANUSIA MENURUT FILSAFAT EKSISTE

HAKIKAT MANUSIA MENURUT FILSAFAT
EKSISTENSIALISME dan FUNGSIONALISME
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS FILSAFAT

DISUSUN OLEH
ANGGI SEPTIYANI
201460046
SEMESTER SATU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Dalam filsafat dibedakan antaraesensia dan eksistensia. Esensia membuat benda,
tumbuhan, binatang dan manusia. Oleh esensia, sosok dari segala yang ada mendapatkan
bentuknya. Oleh esensia, kursi menjadi kursi. Pohon mangga menjadi pohon mangga.
Harimau menjadi harimau. Manusia menjadi manusia. Namun, dengan esensia saja,
segala yang ada belum tentu berada. Kita dapat membayangkan kursi, pohon mangga,
harimau, atau manusia. Namun, belum pasti apakah semua itu sungguh ada, sungguh
tampil, sungguh hadir. Di sinilah peran eksistensia.
Eksistensia membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya, mampu berada,
eksis. Oleh eksistensia kursi dapat berada di tempat. Pohon mangga dapat tertanam,

tumbuh, berkembang. Harimau dapat hidup dan merajai hutan. Manusia dapat hidup,
bekerja, berbakti, dan membentuk kelompok bersama manusia lain. Selama masih
bereksistensia, segala yang ada dapat ada, hidup, tampil, hadir. Namun, ketika eksistensia
meninggalkannya, segala yang ada menjadi tidak ada, tidak hidup, tidak tampil, tidak
hadir. Kursi lenyap. Pohon mangga menjadi kayu mangga. Harimau menjadi bangkai.
Manusia mati. Demikianlah penting peranan eksistensia. Olehnya, segalanya dapat nyata
ada, hidup, tampil, dan berperan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Eksistensialisme
Eksistensialisme yaitu suatu usaha untuk menjadikan masalah menjadi konkret
karena adanya manusia dan dunia. Menurut Sartre eksistensialisme yaitu filsafat yang
memberi penekanan eksistensi yang mendahului esensi. Memandang segala gejala yang
ada berpangkal kepada eksistensi. Dengan adanya eksistensi akan penuh dengan lukisanlukisan yang konkret dengan metode fenomenologi (cara keberadaan manusia).
Eksistensi sendiri yaitu eks artinya keluar, sintesi artinya berdiri; jadi eksistensi
adalah berdiri sebagai diri sendiri. Menurut Heideggard “Das wesen des daseins liegh in
seiner Existenz” , da-sein adalah tersusun dari dad an sein. “da” disana. Sein berarti
berada. Jadi artinya manusia sadar dengan tempatnya. Menurut Sartre adanya manusia itu

bukanlah “etre” melainkan “ a etre” yang artinya manusia itu tidak hanya ada tetapi dia
selamanya harus dibentuk tidak henti-hentinya.[1]
Menurut Parkey (1998) aliran eksistensialisme terbagi menjadi 2, yaitu; bersifat
theistic(bertuhan) dan atheistic. Menurut eksistensialisme sendiri ada 3 jenis; tradisional,
spekulatif dan skeptif.
Eksistensialisme

sangat

berhubungan

dengan

pendidikan

karena

pusat

pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya

dilakukan oleh manusia.
Eksistensi merupakan keadaan tertentu yang lebih khusus dari sesuatu. Apapun yang
bereksistesi tentu nyata ada. Sesuatu dikatakan bereksistensi jika sesuatu itu bersifat
public yang artinya objek itu sendiri harus dialami oleh banyak orang yang melakukan
pengamatan[2]

Seperti juga halnya, perasaan anda yang tertekan tidak bereksistensi, meskipun
perasaan itu nyata ada dan terjadi dalam diri anda. Apa yang bersifat public kiranya
selalu menempati ruang dan terjadi dalam waktu. Oleh karena itu eksistensi sering
dikatakan berkenaan dengan objek-objek yang merupakan kenyataan dalam ruang dan
waktu.

B. Latar Belakang Lahirnya Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme adalah salah satu aliran filsafat yang mengguncangkan dunia
walaupun filsafat ini tidak luar biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari
berbagai kritik.

Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang
biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan
uji[7]. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain.

Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas
aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu:
1. Materialisme
Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya
kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan
benda, akan tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada
dasarnya, pada instansi yang terakhir manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan
kata lain materi; betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul
ketimbang sapi tapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.
2. Idealisme
Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran;
menempatkan aspek berpikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh
[

manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain
pikiran.
3. Situasi dan Kondisi Dunia
Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan kondisi di dunia Eropa Barat
yang secara umum dapat dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia tidak menentu.
Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan manusia

penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang
disebut konvensi atau tradisi. Manusia berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang
mengalami krisis, bahkan manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu
agama di sana dan di tempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada
kehidupan.
C. Ciri-ciri Aliran
Eksistensialisme merupakan

gerakan

yang

sangat

erat

dan

menunjukkan


pemberontakan tambahan metode-metode dan pandangan-pandangan filsafat barat. Istilah
eksistensialisme tidak menunujukkan suatu sistem filsafat secara khusus. Meskipun
terdapat perbedaan-perbedan yang besar antara para pengikut aliran ini, namun terdapat
tema-tema yang sama sebagai ciri khas aliran ini yang tampak pada penganutnya.
Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai berikut :
a.

Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan
masyarakat modern, khususnya terhadap idealisme Hegel.

b.

Eksistensialisme adalah suatu proses atas nama individualis terhadap konsepkonsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkrit.

c.

Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang
impersonal (tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi,
serta gerakan massa.


d.

Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik
gerakan

fasis,

komunis,

yang

cenderung

menghancurkan

menenggelamkan perorangan di dalam kolektif atau massa.

atau

e.


Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek (harapan)
manusia di dunia.

f.

Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi,
pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung.

D. Tokoh-tokoh Eksistensialisme dan Pemikirannya
Aliran filsafat eksistensilisme tidak lepas dari hasil pemikirn dari para filosof pada
masa itu. pelor dan tokoh-tokoh eksistensialisme diantaranya:
1.

Soren Aabye Kiekegaard
Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 5 Mei 1813, sebagai anak

bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, merupakan
pedagang grosir yang menjual kain, pakaian, dan makanan. Setelah mengenyam
pendidikan di sekolah putra yang prestisius di Borgerdydskolen, ia melanjutkan

pendidikan tingginya di Universitas Kopenhagen. Di sini pria yang bernama lengkap
Soren Aabye Kierkegaard ini mempelajari filsafat dan teologi. Sejumlah tokoh seperti
F.C. Sibbern, Poul Martin Moller, dan H.L. Martensen menjadi gurunya di sana.
Karya-karya Kierkegaard dapat dikelompokkan dalam dua periode. Periode
pertama ditulis antara 1841 dan 1845. Sebagian besar bernuansa filosofis dan estetis,
beberapa ditulis dalam nama samaran, Johannes Climacus. Karya-karya dalam periode
ini ialahThe

Conceptof

to Socrates (1841), Either/Or(

Irony
1843), Fear

with

Constant

andTrembling(


1842),The

Reference
Conceptof

Dread( 1844), Stageson Life's Way( 1844), Philosophical Fragments(1844), Concluding
Unscientific Postscript to the Philosophical Fragments (1846).
2.

Karl Jaspers
Karl Jaspers lahir di kota Oldenburg, Jerman Utara, pada tahun 1883. Ayahnya

seorang ahli hukum dan direktur bank. Sejak sekolah menengah, ia sudah tertarik pada

filsafat, tetapi baru pada usia 38 tahun ia dapat sepenuhnya memenuhi panggilan
filosofisnya.
Selama tiga semester ia belajar hukum di Universitas Heidelberg dan Munchen,
tetapi ia mengubah haluan dengan memilih studi kedokteran yang dijalankan di Berlin,
Gottingen dan Heidelberg. Di Universitas Heidelberg ia mengambil spesialiasi psikiatri.

Tetapi ia tetap tertarik dengan filsafat, antara lain melalui Max Weber, ahli ekonomi,
sejarawan dan sosiolog terkenal yang dikaguminya.
Jaspers menulis buku Allgemeine Psychopathologie (Psikologi umum) pada tahun
1910. Di buku ini, ia tidak melukiskan penyakit-penyakit, tetapi menyoroti manusia yang
sakit. Ia menggunakan metode deskripsi fenomenologis Husserl. Pada 1916 ia menjadi
profesor psikologi di Heidelberg. Lalu pada 1919 ia menulis buku Psychologie der
Weltanschauungen (Psikologi Tentang Pandangan-Pandangan Dunia). Di buku ini, ia
melukiskan berbagai sikap yang diambil manusia terhadap kehidupan. Dua buku ini
ditulis berdasarkan pengalamannya sebagai psikiater dan menunjukkan betapa kentalnya
ketertarikan Karl Jaspers pada filsafat.
Karl Jaspers mencurahkan seluruh perhaStiannya pada filsafat mulai tahun 1921,
setelah ia menerima gelar profesorat filsafat di Heidelberg. Ada yang tak setuju dengan
pemberian gelar ini, sebab ia dianggap bukan filsuf profesional. Namun, setelah
menerima gelar penghargaan itu, ia menulis banyak sekali karya, antara lain karya besar
yang terdiri dari tiga jilid,Philosophie (1932). Jilid I berjudulWeltori enti er ung
(Orientasi Dalam Dunia), jilid II berjudulE xi st enz er hell ung (Penerangan Eksistensi),
dan jilid III Met aphy si k (Metafisika).

3.

Martin Heidegger
Martin Hiedegger (lahir di Meßkirch, Jerman, 26 September 1889 ± meninggal

26 Mei 1976 pada umur 86 tahun) merupakan pemikir yang ekstrim, hanya beberapa
filsuf saja yang mengerti pemikiran Heidegger. Pemikiran Heidegger selalu tersusun
secara sistematis. Tujuan dari pemikiran Heidegger pada dasarnya berusaha untuk
menjawab pengertian dari ‘being´. Heidegger berpendapat bahwa ‘Das Wesen des
Daseins liegtinseiner Existenz´, adanya keberadaan itu terletak pada eksistensinya. Di

dalam realitasnya being (sein) tidak sama sebagai ‘being´ ada pada umumnya, sesuatu
yang mempunyai ada dan di dalam ada, dan hal tersebut sangat bertolak belakang dengan
ada sebagai pengada. Heidegger menyebutbei ng sebagai eksistensi manusia, dan sejauh
ini analisis tentang ‘being´ biasa disebut sebagai eksistensi manusia (Dasein).Das ei n
adalah tersusun darida dans ei n. ‘Da´ disana (there), ‘sein´ berarti berada (to be/being).
Artinya manusia sadar dengan tempatnya.

4.

Jean Paul Sartre
Jean-Paul Sartre (lahir di Paris, Perancis, 21 Juni 1905 ± meninggal di Paris, 15

April 1980 pada umur 74 tahun) adalah seorang filsuf dan penulis Perancis. Ialah yang
dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme.Sartre menyatakan, eksistensi lebih
dulu ada dibanding esensi (L'existence précède l'essence). Manusia tidak memiliki apaapa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmenkomitmennya di masa lalu. Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan
nilai adalah kebebasan manusia (L'homme est condamné à être libre).
Eksistensi mendahului esensi´, begitulah selalu filosof-filosof eksistensialis
berkata, ´dan cara manusia bereksistensi berbeda dengan cara beradanya benda-benda.
Karenanya masalah ³Ada´ merupakan salah satu tema terpenting dalam tradisi
eksistensialisme. Bagi Sartre, manusia menyadari Ada-nya dengan meniadakan
(mengobjekkan) yang lainnya. Dari Edmund Husserl ia belajar tentang intensionalitas,
yakni kesadaran manusia yang tidak pernah timbul dengan sendirinya, namun selalu
merupakan ³kesadaran akan sesuatu´. Baik kita ajukan contoh: Saat ini saya menyadari
tengah duduk dalam sebuah forum diskusi, bersama dengan orang lain, serta benda-benda
lain, sekaligus menyadari ahwa saya berbeda dengan orang lain, dan juga bukan sekedar
benda. Saya meniadakan (mengobjekkan orang dan benda lain). Begitulah kira-kira titik
tolak filsafat Sartre.
Untuk memperjelas masalah ini,ia menciptakan dua buah istilah;être-ensoi, danêtre-pour-soi. Dengan ini pula ia membedakan cara ber-Adanya manusia dengan
cara beradanya benda-benda.
Benda-benda hadir di dunia setelah ditentukan lebih dulu identitas (esensi) nya,
sifatnyaêtre-en-soi. Dengan sifatnya yang seperti ini benda-benda tidak mempunyai

potensi di luar konsepsi awalnya. Sebuah komputer sebelum dirakit, telah dikonsepsikan
sebagai alat mempermudah pekerjaan manusia. Karena itu ia tergeletak begitu saja tanpa
kesadaran, tak punya potensi untuk melampui keadaannya yang sekarang; eksistensinya
mampat karena esensinya mendahului eksistensi. Sementara manusia, dengan Ada yang
bersifatêtre-pour-soi, eksistensi yang mendahului esensi, selalu punya kapasitas untuk
melampaui dirinya saat ini, dan menyadari Ada-nya. Misalnya seorang yang esensinya
kita identifikasi sebagai pelajar, ketika ia lulus, maka esensinya sebagai pelajar menjadi
tidak relevan lagi. Atau bisa jadi, esok hari ia kedapatan mencuri, maka ia kembali
didefinisikan sebagai pencuri. Begitu seterusnya, sampai ia mati.
Salah satu keinginan manusia adalah meng-Ada sebagaimana keberadaan bendabenda. Mempunyai identitas dan esensi yang pasti. Celakanya, manusia memiliki
kesadaran yang tak dimiliki benda-benda, karenanya mustahil bagi manusia untuk
mempertahankan esensinya terus menerus. Cara beradanya benda tak punya kaitan
dengan cara ber-Ada manusia. Sementara manusia sebaliknya, karena sifatnya
meniadakan terhadap hal lain, maka ia senantiasa berusaha untuk meniadakan orang dan
benda lain.

E. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Meski bermacam-macam pandangan dan metode dan sikap dalam gerakan
eksistensialisme, para filsuf dari kelompok ini senantiasa memperhatikan kedudukan
manusia. Titik sentral pembicaraan mereka adalah soal keterasingan manusia dengan
dirinya dan dengan dunia.
2. Gerakan eksistensialisme ini muncul sebagai protes atau reaksi dari aliran filsafat
terdahulu, yaitu materialisme dan idealisme serta situasi dan kondisi dunia pada
umumnya yang tidak menentu. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang
merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi.
3. Kierkegaard dan Sartre merupakan tokoh yang mewakili aliran eksistensialime ini.
Dari latar belakang yang berbeda yang satu agamawan dan lainnya atheis, mereka
mengusung konsep tentang keberdaan manusia sebagai subyek di dunia ini.

Fungsionalisme

BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental
dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam
menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya,
Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa
bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi
kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran and perilaku.
Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk
manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi
adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada
fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha
menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam
kehidupan.
Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa
dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa
(fungsi)suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi
dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan
dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan social.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang yang dibahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan aliran fungsionalisme?
2. Apa latar belakang fungsionalisme?
3. Apa ciri – ciri dari aliran fungsionalisme?
4. Ada beberapa aliran yang terdapat pada aliran fungsionalisme?

BAB ll
PEMBAHASAN
A. Fungsionalisme
Fungsionalisme merupakan orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses
mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran
dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya,
Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa
bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi
kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran and perilaku.
Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk
manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi
adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada
fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha

menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam
kehidupan.
Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa
dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa
(fungsi)suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi
dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan
dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan social.
B. Latar Belakang
Aliran Fungsional adalah sebuah aliran dalam sosiologi modern yang
dikembangkan oleh B. Malinowski, Merton, persons 7 P.A. Sorokin. Aliran ini
menganggap masyarakat sebagai sebuah sistem sosial tunggal dimana masing-masing
unsurnya menjalankan suatu fungsi definitif yang saling terkait. Sistem ini tidak
memiliki dasar tunggal yang bersifat menentukan.
Hingga pertengahan abad, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam
perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert
Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas diatas. Sebagai ahli teori
yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas
pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan
fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad sejak ia mempublikasikan The
Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun
teori sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya adalah teori sosiologi
harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia
luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada fenomena konkrit, tapi kepada
elemen-elemen di dallamnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari elemenelemen lainnya. Oleh karenanya, teori harus melibatkan perkembangan dari konsepkonsep

yang

diringkas

dari

kenyataan

empiric,

tentunya

dengan

segala

keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan cara ini,
konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat erat pada hubungan kompleks yang
membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak pada

penekanan tentang bagaimana konsep abstrak ini dipakai dalam analisis sosiologi.
Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bentuk sistem analisa yang
mencakup persoalan dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.

C. Ciri – Ciri dari Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu :
1. Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
2. Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana
adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan
dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
3. Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri
bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
4. Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus
danbrespons adalah suatu kesatuan.
5. Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang
berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi
fisiologis akan sangat membantu pemahaman tentang fungsi mental.
6. Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia,
meskipun sebagian besar riset dilakukan di Univ. Chicago ( pusat perkembangn
fungsionalisme) menggunakn metode eksperimen, pada dasarnya aliran
fungsionalisme tidk berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunnakan
sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

D. ALIRAN FUNGSIONALISME,TOKOH,DAN PANDANGANNYA

Beberapa Aliran Fungsionalisme
Fungsionalisme mempunyai 2 (dua) aliran, namun pendiri fungsionalisme itu sendiri
adalah :
1.

William James (1842-1910)

James termasuk pendukung aliran evolusionalisme dan bersamaan John Dewey
mendirikan aliran fungsionalisme. James tergolong orang yang berpikiran bebas. Yaitu
bebas mengeluarkan dan mengembangkan ide atau kritik yang orisinil. Salah satu cirri
jalan pikirannya adalah berusaha sedekat mungkin dengan kenyataan. Teori emosi
menjelaskan tentang hubungan antara perubahan fisiologis dengan emosi, Emosi identik
dengan perubahan-perubahan peredaran darah, Emosi adalah hasil dari persepsi
seseorang tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh terhadap rangsang dari
luar dan Membantah pernyataan bahwa emosilah yang menyebabkan perubahan pada
tubuh.
2.

Aliran Fungsionalisme Chicago

Terdapat banyak tokoh Fungsionalisme di Universitas Chicago sehingga dapat dikatakan
menjadi aliran tersendiri yang disebut Fungsionalisme Chicago. . John Dewey (18591952)
Pada tahun 1886 menulis buku yang berjudul “Psychology” dan dalam bukunya ini
beliau mengenalkan cara orang Amerika belajar ppsikologi yaitu melalui cara
pragmatisme
Sarjana-sarjana di Amerika kurang tertarik dengan pertanyaan “Apakah jiwa itu?”
tetapi lebih tertarik pada pertanyaan “Apakah kegunaan jiwa?”
John Dewey juga menganjurkan metode yang Ia sebut dengan Learning by doing
(belajar sambil melakukan)

Dewey berpendapat bahwa segala pemikiran dan perbuatan harus selalu mempunyai
tujuan, oleh karena alasan itulah ia menentang teori elementarisme.
b. James Rowland Angell
James memiliki tiga pandangan terhadap fungsionalisme, yaitu:
Fungsionalisme adalah psikologi tentang “mental operation” (aktivitas bekerjanya
jiwa) sebagai lawan dari psikologi tentang elemen-elemen mental,
Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga
disebut sebagai teori emergensi dari kesadaran,
Fungsionalisme adalah psiko-phisik, yaiitu psikologi tentang keseluruhan organisme
yang terdiri dari badan dan jiwa.
2. Aliran Fungsionalisme Columbia
Selain di Chhicago, Fungsionalisme juga mempunyai banyak tokoh di Teachers College
Columbia yang disebut aliran Columbia. Ciri aliran ini adalah kebebasannya meneliti
tingkah laku yang dianggap sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan psikologi
tak perlu ersifat deskriptif karena yang penting adalah korelasi tingkah laku dengan
tingkah laku lain.
a. James MC Keen Cattel (1866-1944)
Keen Cattel mengusung teori mengenai kebebasan dalam mempelajari tingkah laku. Ia
mempunyai dua pandangan mengenai aliran fungsionalisme, yaitu:
Fungsionalisme tidak perlu menganut paham dualisme karena manusia dianggap
sebagai keseluruhan yang merupakan suatu kesatuan,
Fungsionalisme tidak perlu deskriptif dalam mempelajari tingkah laku, karena yang
penting adalah fungsi tingkah laku. Sehingga yang harus dipelajari adalah hubungan

(korelasi) antara satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya.
Dapat dikatakan bahwa semua cabang-cabang psikologi modern
merupakan perkembangan dari fungsionalisme. Dalam percobaanya Cattel
menemukan “kapasitas individual” kemudian ia menciptakan alat-alat untuk
mengukur kapasitas, kemampuan individual yang sekaran kita kenal sebagai
psikotes / mental test.
b.Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee pernah bekerja di “Teachers College of Columbia” dibawah kepemimpinan
James Mc. Keen Cattel. Thorndike lebih menekankan penelitiannya pada cara dan dasar
belajar. Dasar pembelajaran yaitu asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia
merumuskan beberapa prinsip:
The Law of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara
stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan,
sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.jika terjadi suatu keadaan
akan terjadi asosiasi dengan keadaan yang sebelumnya yaitu hubungan stimulus-respon
atau responsrespons.
The Law of Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa stimulusrespons dapat timbul atau didorong dengan latihan berulangulang. Jika tak dilatih
hubungan tersebut akan melemah dan kemudian menghilang.

1. Tokoh fungsionalisme tradisional


Auguste comte
Teori yang dikenal dengan berbagai nama seperti teori struktur-fungsi,
fungsionalisme dan fungsionalisme struktural merupakan teori tertua dan
hingga kini paling luas pengaruhnya, tokoh awal teori ini adalah bapak
sosiologi, yakni auguste comte. Sumbangan auguste comte bagi sosiologi

adalah paham positivisme, pembagian antara statistika sosial, dan
dinamika sosial.


Herbert spencer
Positivisme dan organisisme kita jumpai lagi dalam karya ahli sosiologi
dari inggris yakni, Herbert spencer, spencer pun melakukan perbandingan
antara organisme individu dengan organisme sosial dan mengamatinya,
sebagaimana organisme biologis. Masyarakat manusia pun berkembang
secara evolusioner dari bentuk sederhana ke bentuk kompleks.



Emile durkheim
Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang secara rinci membahas
tentang konsep fungsi dan menggunakan analisa terhadap berbagai pokok
pembahasannya. Dalam bukunya the division of labour society selaim
membahas konsep fungsi dirinya pun, membahas fungsi pembagian kerja
dalam masyarakat.

2. Tokoh Fungsionalisme modern



Talcot Parsons
Talcot parsons lahir tahun 1902 di colorado springs, colorado. Dia
lahir di kalangan keluarga yang intelek dan taat; ayahnya seorang pendeta
gereja konggresional, seorang profesor, dan presiden dari sebuah kampus
kecil. Parsons mendapat gelar sarjana dari Amherst college, pada tahun
1924, dan kuliah pasca sarjana di London School of Economics. Di tahun
berikutnya dia pindah ke Heidelberg, jerman. Max webber menghabiskan
sebagian kariernya di heidelberg, meskipun dia wafat lima tahun sebelum
kedatangan parson, webber tetap meninggalkan pengaruhnya di kampus
itu. Parson sangat dipengaruhi oleh webber, bahkan disertasi doktoralnya
di heildelberg membahas karya webber.
Parsons mengjar di Harvard university pada tahun 1927.
Meskipun ia pidah jurusan beberapa kali, parsons masih tetap di harvard
hingga ia wafat pada tahun 1979. Perjlanan kariernya tidak pesat, ia
memperoleh posisi tetap sampai tahun 1939, dua tahun sebelumnya dia

mempublikasi bukunya yang bejudul, The structur of social action, satu
buku yang tidak hanya memperkenalkan teoretisi sosial utama semisal
Webber kepada sosiolog lain, namun juga menjadi dasar bagi
pengembang teori parson itu sendiri,
Setelah itu karier akademiknya Parsons melaju lebis pesat, ia
menjadi ketua jurusan sosiologi di harvard pada tahun 1944, dan dua
tahun kemudian menduduki jabatan ketua jurusan hubungan sosial, yang
baru saja didirikan, pada tahun 1949 ia dipilih menjadi presiden sosiolog
amerika.

Pada tahun 1950 seiring dengan terbitnya buku yang

bejudul the social system, parsons menjadi tokoh dominan di sosiologi
amerika.

BAB lll
KESIMPULAN
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental
dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam
menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Maksudnya,
Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa
bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi
kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran and perilaku. Dengan
demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi
dari pikiran dan perilaku

DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono,

Harun, Sari

Sejarah

Filsafat

II,

Kanisius,

Yogyakarta,

Katsof, Louis O., Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2004
Muzairi, Eksistensialisme Jean Paul Sartre, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002
Wiramihardja, Sutardjo A., Pengantar Filsafat, PT Refika Aditama, Bandung, 2006

[1] Muzairi. Eksistensialisme Jean Paul Sartre, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
[2] Louis O.Katsof, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004)
[3] Ibid.
[4] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat II, (Yogyakarta: Kanisius, 1980)

1980

Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PENOLAKAN WARISAN OLEH AHLI WARIS MENURUT KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PERDATA

7 73 16

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

ANALISA RAGAM RIWAYAT WAKTU (Time History Analysis) PADA STRUKTUR PORTAL TAHAN GEMPA 3 DIMENSI MENURUT SNI 03-1726-2002

1 17 2

ANALISIS TENTANG STATUS HUKUM MACAM- MACAM HARTA PERKAWINAN DALAM KAITANNYA DENGAN PERCERAIAN MENURUT HUKUM ADAT JAWA

3 28 18

KAJIAN YURIDIS PENGAWASAN OLEH PANWASLU TERHADAP PELAKSANAAN PEMILUKADA DI KOTA MOJOKERTO MENURUT PERATURAN BAWASLU NO 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

1 68 95

KAJIAN YURIDIS TERHADAP SEORANG WALI YANG MELAKUKAN PENGAMBILAN HARTA WARIS ANAK DIBAWAH PERWALIANNYA MENURUT KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

1 28 17

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

GAYA KEPEMIMPINAN WALI KOTA BANDAR LAMPUNG 2012-2014 DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

3 34 79

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 52 68

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PROSTITUSI ONLINE SEBAGAI TINDAK PIDANA PELACURAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

8 71 86