GAYA KEPEMIMPINAN WALI KOTA BANDAR LAMPUNG 2012-2014 DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

(1)

ABSTRACT

STYLE LEADERSHIP MAYOR OF LAMPUNG 2012-2014 IN

EDUCATION AND HEALTH ACCORDING TO PERCEPTION SOCIETY OF TANJUNG KARANG TIMUR

By

ANGGI DWI PRAMONO

The leadership of a mayor Lampung is very urgent, it has value because with leadership owned by somebody that is a determined will succeed whether the process of government was going according to plan which has been determined. It is quite influencing people, life thus giving rise to different perceptions. Herman HN, on leadership many several breakthrough within new in various policies for improving the welfare of society, among others in the field of handling the problem of education and health. However, in leadership Herman HN at the other side also many criticisms society to him is the people complain about at that school in the town of lampung is still conducting activities practice exaction through learning and an additional hour outside official school hours.

Research purposes this is to study perception of people style leadership applied by the mayor Lampung in education and health.Basic the study is done with type research jointly between qualitative and quantitative (mixed method). Samples of research is 100 respondents with proportional stratified random sampling techniques. The technique used in collecting data is a method of a questionnaire


(2)

questionnaire.

The result showed that according to perception society tanjung karang timur, the mayor lampung in running his conduct in city lampung apply two styles leadership, namely style authoritarian style and democratic.Style leadership authoritarian, used the mayor lampung when instruct subordinate to exercises authority as well as secured tasks unresolved by using style leadership as is deemed successful and influence leader very strong inside of them.While style leadership democratic, used on when performing decision-making and put forward deliberation and consensus and the mayor lampung always give opportunity to subordinate to participate in activities in accordance with the ability for subordinate

Keywords: Perception, Style of leadership, The handling of education and health


(3)

ABSTRAK

GAYA KEPEMIMPINAN WALI KOTA BANDAR LAMPUNG 2012-2014 DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MENURUT PERSEPSI

MASYARAKAT KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

Oleh

ANGGI DWI PRAMONO

Kepemimpinan seorang Wali Kota Bandar Lampung mempunyai nilai yang sangat urgent, karena dengan kepemimpinan yang dimiliki seseorang itulah akan ditentukan seberhasil apakah proses pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Ternyata hal tersebut cukup berpengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Pada kepemimpinan Herman HN, banyak terobosan-terobosan baru dalam berbagai kebijakan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, antara lain dalam bidang penanganan masalah pendidikan dan kesehatan. Namun, disisi lain dalam kepemimpinan Herman HN banyak juga kritikan-krtitikan masyarakat kepadanya yaitu adanya keluhan masyarakat dibeberapa sekolah di Kota Bandar Lampung masih melakukan pungutan melalui kegiatan-kegiatan praktek dan tambahan jam belajar diluar jam resmi sekolah.


(4)

pendidikan dan kesehatan. Dasar penelitian ini dilakukan dengan tipe penelitian secara gabungan antara kualitatif dan kuantitatif (mix method). Sampel penelitian adalah 100 responden dengan teknik proportional stratified random sampling. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode kuesioner dan wawancara, dan mempelajari data berupa laporan dan bukti-bukti yang berkaitan dengan penelitian. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan sistem wawancara dan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur, Wali Kota Bandar Lampung dalam menjalankan kepemimpinannya di Kota Bandar Lampung menerapkan dua gaya kepemimpinan, yakni gaya otoriter dan gaya demokratis. Gaya kepemimpinan otoriter, digunakan Wali Kota Bandar Lampung pada saat menginstruksikan bawahan untuk menjalankan perintah serta menyelesaikan tugas-tugas yang belum terselesaikan dengan menggunakan gaya kepemimpinan seperti ini dipandang berhasil dan pengaruh pemimpin sangat kuat didalamnya. Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis, digunakan pada saat melakukan pengambilan keputusan, lebih mengedepankan musyawarah dan mufakat dan Wali Kota Bandar Lampung selalu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sesuai dengan kemampuan para bawahan.

Kata kunci : Persepsi, Gaya kepemimpinan, Penanganan Pendidikan dan Kesehatan


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Anggi Dwi Pramono, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Juli 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang merupakan anak dari pasangan bapak Nanang Pramono dan ibu Tuti Surati.

Jenjang akademis penulis diselesaikan dari Sekolah TK Pratama Bandar Lampung pada tahun 1997, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Sawah Brebes Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 23 Bandar Lampung pada tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) YP UNILA yang selesai pada tahun 2009. Di tahun selanjutnya, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.


(10)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

Aristoteles

Jadikanlah kekecewaan masa lalu menjadi senjata sukses dimasa depan.

Karo Cyber Pada akhirmya semua hanya akan dapat dikenang, selamat

mengisi ruang kosong diantara pertemuan dan perpisahan. Andi Eko Pramono, S.T.P

I wake up from my dreams, then I make up with passion and action.


(11)

PERSEMBAHAN

✁✂✄ ☎✄ ✆u✝✞ ✟✄ ✠ ✡yu☛☞u☛ ✁✌✄ ✟ ✞ ☞✄t ✍LLAH SWT

yang telah memberikan segala nikmat iman, islam, dan tetap selalu melimpahkan rahmat kekuatan untuk tetap berada

dijalanNya.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Kupersembahkan skripsi ini kepada: Motivasi, Semangat dan Tujuan Hidupku

Ayahanda Nanang Pramono dan Ibunda Tuti Surati Terima kasih untuk segala-galanya

Kakakku tersayang Andi Eko Pramono, S.T.P

Saudara dan sahabatku yang terbaik

Terima kasih untuk semua warna dan suka duka kebersamaanya


(12)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul”Gaya Kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung Di Bidang Pendidikan dan Kesehatan Menurut Persepsi Masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur”. Penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses penulisan skripsi ini. Namun kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang selalu memberikan motivasi dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas dan juga selaku dosen pembimbing akademik yang telah memotivasi dan memberikan nasihat kepada penulis selama menjadi mahasiswa.


(13)

4. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku pembimbing utama, terima kasih atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik dan maksimal. 5. Bapak Darmawan Purba, M.IP selaku pembimbing pembantu, terima kasih

telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan saran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Yana Ekana, P.S, M.Si selaku dosen pembahas, terima kasih atas masukan, pengarahan, saran dan kritik yang dapat membangun dan menjadi penyempurna untuk skripsi ini.

7. Bapak Ismono Hadi, M.Si selaku pembimbing akademik, terima kasih telah membantu penulis dalam proses kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 (satu).

8. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FISIP Universitas Lampung yang telah membantu penulis.

10. Kepada seluruh karyawan di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung yang telah memberikan bantuannya. 11. Kedua Orangtuaku, Ayahanda Nanang Pramono dan Ibunda Tuti Surati yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Terima kasih untuk cinta yang tidak terbatas apapun, kalianlah hidup dan tujuan hidupku dan kalianlah semangatku dalam menyelesaikan skripsi ini.


(14)

13. M. Herdiyan Saputra, S.H, terima kasih atas kesabaran, pengertian, dan kesediaannya dalam memberikan nasihat dan dampingan. Terima kasih untuk selalu berusaha hadir.Thanks dear

14. Terima kasih kepada sahabat yang sudah menjadi seperti saudara, Anggesti Irka Safitri, Anis Septiana, Annisa Rhafirna, Deovita Effendi, Dwi Kusumayanti, Riri Rianiti, Riska Gustiani, Tiara Anggina Putri, Yusi Alvita terima kasih untuk semua nasihat, saran, kritikan, motivasi, semangat, dan bantuannya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita semua menjadi orang sukses. Amin.Thanks guys

15. Seluruh teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2010 reguler A dan reguler B terima kasih atas segala kebersamaannya. Terimakasih juga kepada sahabat KKN yang selama 40 hari mencoba mengabdi di pekon Kalisari Kota Agung.

16. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendo’akan, dalam upaya menyelesaikan skripsi ini serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi, mohon maaf jika penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penulisan... 8

D. Kegunaan Penulisan... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Konsep Pemimpin dan Kepemimpinan ... 10

1. Pemimpin ... 10

2. Kepemimpinan... 11

B. Konsep Kepemimpinan Pemerintahan... 13

C. Ciri-ciri dan Indikator-indikator Kepemimpinan... 15

D. Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan ... 19

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan ... 19

2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan ... 20

E. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat ... 25

F. Kerangka Pikir ... 26

III. METODE PENELITIAN... 29

A. Tipe Penelitian ... 29

B. Definisi Konseptual ... 30

C. Definisi Operasional ... 32

D. Populasi... 32

E. Sampel... 34

F. Metode Penarikan Sampel ... 35

G. Jenis dan Sumber Data... 36

H. Teknik Pengumpulan Data... 36


(16)

IV. GAMBARAN UMUM ... 42

A. Profil Wali Kota Bandar Lampung ... 42

B. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 43

1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung... 43

C. Gambaran Kecamatan Tanjung Karang Timur ... 45

1. Sejarah Singkat Kecamatan Tanjung Karang Timur ... 45

2. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Karang Timur... 46

3. Penduduk... 46

4. Pendidikan... 47

5. Visi dan Misi Kecamatan Tanjung Karang Timur... 48

6. Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Tanjung Karang Timur . 48 D. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung ... 49

a. Visi dan Misi ... 50

b. Tugas Pokok... 51

c. Fungsi Dinas Pendidikan... 51

d. Susunan Organisasi ... 51

E. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 53

a. Visi ... 53

b. Misi ... 53

c. Tugas Pokok dan Fungsi ... 53

d. Susunan Organisasi ... 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 56

A. Karakteristik Responden ... 56

B. Hasil ... 58

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter ... 61

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis ... 72

c. Gaya Kepemimpinan Lazzies Faire/Bebas ... 84

C. Pembahasan ... 93

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter ... 93

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis ... 96

c. Gaya Kepemimpinan Lazzies Faire/Bebas ... 98

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Simpulan ... 100

B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Tanjung Karang Timur ... 46

2. Karakteristik Responden Jenis Kelamin ... 55

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 56

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56

5. Karakteristik Responden Wawancara ... 57

6. Skor Hasil Kuesioner ... 59

7. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan ... 60

8. Keputusan dibuat oleh pimpinan... 62

9. Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan ... 63

10. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan ... 65

11. Pengawasan terhadap sikap tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat ... 66

12. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat... 67

13. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif ... 68

14. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan... 70

15. Wewenang pemimpin tidak mutlak ... 71


(18)

pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan ... 75 19. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan

para bawahan dilakukan secara wajar ... 77 20. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan

saran, pertimbangan, atau pendapat ... 78 21. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat

permintaan dan pada instruksi... 80 22. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama

pimpinan dan bawahan... 81 23. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan 84 24. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan ... 85 25. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan... 86 26. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh

bawahan... 87 27. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan,

atau kegiatan yang dilakukan para bawahan ... 88 28. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok... 89 29. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan kelompok ... 90 30. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul orang

Perorangan... 91 31. Gaya Kepemimpinan Otoriter Wali Kota Bandar Lampung di

Bidang Pendidikan dan Kesehatan... 92 32. Gaya Kepemimpinan Demokratis Wali Kota Bandar Lampung


(19)

DAFTAR ISI

Gambar Halaman


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini akan membahas mengenai pandangan masyarakat terhadap gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Gaya kepemimpinan banyak mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahannya. Dengan kata lain gaya adalah cara yang yang digunakan pemimpin di dalam mempengaruhi para pengikutnya. Kepemimpinan suatu organisasi perlu mengembangkan staf dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Usaha menyelaraskan persepsi diantara orang akan mempengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. (Thoha 2003: 53)

Menurut Kartono (2008: 78) Kepemimpinan seorang pemimpin dapat menjalin hubungan pribadi yang baik antara yang dipimpin dengan yang memimpin, sehingga timbul rasa saling hormat-menghormati, percaya-mempercayai, saling tolong-menolong, dan rasa senasip sepenanggungan.


(21)

2

Jadi, seorang pemimpin harus mampu berpikir secara sistematis dan teratur, mempunyai pengalaman dan pengetahuan serta mampu menyusun rencana tentang apa yang akan dilakukan.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesuksesan pemimpin ialah dengan mempelajari gayanya, karena gaya kepemimpinan banyak mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahannya. Pentingnya gaya kepemimpinan diterapkan kepada bawahan sesuai dengan kedewasaan/kematangan bawahan merupakan persyaratan mutlak keefektifan kepemimpinan dalam keberhasilan organisasi.

Sedarmayanti (2009: 136) berpendapat bahwa pemimpin dan kepemimpinan masa depan yang integratif harus memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebagai negarawan. Makna dari negarawan adalah seorang pemimpin yang diharapkan mampu mengubah kondisi saat ini melalui proses untuk menciptakan kondisi yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional dan mewujudkan cita-cita nasional. Pemimpin akan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan efektif, apabila ia diterima, dipercaya, didukung serta dapat diandalkan. Seorang pemimpin harus memiliki reputasi yang baik, menunjukkan kinerja yang diakui, terutama dalam mengantisipasi tantangan-tantangan di depan dan keberhasilannya mengatasi masalah masalah yang kritikal dan membawa kemajuan-kemajuan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Hal tersebut tergantung pada gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh setiap pemimpin. Gaya kepemimpinan yang tepat akan membawa sebuah bangsa ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, diperlukan


(22)

pembahasan lebih lanjut tentang gaya kepemimpinan nasional Indonesia. Hal ini diperlukan sebagai bahan evaluasi untuk melihat gaya kepemimpinan seperti apa yang sesuai dengan bangsa Indonesia.

Herman HN sebagai Wali Kota Bandar Lampung pada tanggal 15 September 2013 telah dilantik berdasarkan SK Mendagri Nomor 131.18-616 tahun 2010 tentang pemberhentian dan pengangkatan Wali Kota Bandar Lampung, dan SK 132.18-617 tahun 2010 tentang pemberhentian dan pengangkatan wakil Wali Kota Bandar Lampung.

Dalam pemerintahan, pengaruh kepemimpinan seorang Wali Kota mempunyai nilai yang sangat urgent, karena dengan kepemimpinan yang dimiliki seseorang itulah akan ditentukan seberhasil apakah proses pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Berbagai macam gaya atau tipe yang ditunjukkan masing-masing orang dalam menjalankan kepemimpinan pemerintahan tentulah tidak sama tergantung karakter masing-masing pemimpin dan juga kondisi masyarakat yang dipimpinnya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu masa depan yang lebih baik. Dalam rangka menetapkan tujuan pembangunan Kota Bandar Lampung, diperlukan visi yang mengarahkan pandangan ke depan mengenai cita-cita kota yang disepakati bersama dan sebagai pedoman seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan kota, baik pemerintah kota, swasta, dan masyarakat (seluruhstakeholders) dalam memantapkan peran masing-masing dalam membangun Kota Bandar Lampung.


(23)

4

Untuk menyelaraskan seluruh aspirasi, langkah strategik, energi masyarakat untuk pembangunan, dan identitas masyarakat untuk bergerak ke arah yang lebih maju, baik secara komparatif ataupun secara kompetitif, maka ditetapkanlah Visi Pemerintah Kota Bandar Lampung 2010-2015 adalah “Terwujudnya Kota Bandar Lampung yang Aman, Nyaman, Sejahtera, Maju, dan Modern”. Dan untuk mewujudkan visi tersebut adapun program pokok Wali Kota adalah pendidikan gratis dan kesehatan gratis di Kota Bandar Lampung.

Selama Wali Kota Bandar Lampung menjalankan roda pemerintahan di Kota Tapis Berseri, banyak pihak menilai bahwa era kepemimpinan Herman H.N. berhasil membawa Kota Bandar Lampung ini ke arah perubahan yang lebih baik. Sebagaimana dikutip dari sumber media massa Radar Lampung Online, sebagai berikut :

RADARLAMPUNG, 31 Desember 2013 – Menurut Dian, warga Wayhalim, Bandar Lampung, kinerja Herman H.N. melalui program-programnya cukup memuaskan. Senada Jono, warga Kalianda, mengatakan, program pendidikan gratis untuk anak kurang mampu yang diterapkan di Bandar Lampung sangat baik dan tepat sasaran. Apresiasi lain diutarakan Romi, warga Pesisir Barat. “program di bidang kesehatan dengan menerapkan biaya gratis di rumah sakit swasta kepada warga kurang mampu di Bandar Lampung sangatlah bermanfaat. Bahkan, Bandar Lampung menjadi daerah satu-satunya di Indonesia yang memberikan biaya pengobatan gratis di rumah sakit swasta” tuturnya. (www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/66085-herman-hn-panen-pujian, diakses tanggal 15 Februari 2014, pukul 19:30 WIB)

Berdasarkan sumber media masa tersebut kedua program utama yang dilakukan oleh Wali Kota Bandar Lampung yakni pendidikan gratis dan


(24)

kesehatan gratis. Untuk lebih jelasnya, peneliti memaparkan program-program tersebut sebagai berikut :

1. Pendidikan gratis

Adanya program yang memperhatikan pendidikan bagi orang miskin, yakni program sekolah gratis melalui bina lingkungan (biling). Melalui kegiatan bina lingkungan, di setiap sekolah terdapat kuota 30 persen anak yang biayanya digratiskan baik di sekolah negeri maupun swasta. Pada tahun 2012 diberikan kepada 30.000 murid, meningkat menjadi 40.000 murid tidak mampu pada 2013. Herman HN terus meningkatkan bantuan agar anak kurang mampu bisa tetap sekolah dengan baik.

Tidak hanya pendidikan formal, Herman H.N. juga menyentuh pendidikan nonformal dengan pemberian bantuan kepada 70 pondok pesantren di Kota Bandar Lampung. Bantuan selalu naik, 2011 bantuannya hanya Rp.20.000.000,- per pondok menjadi Rp.25.000.000,-per pondok. Sekarang bantuannya Rp.30.000.000,- Rp.25.000.000,-per pondok. Semua ini dilakukan Herman HN untuk mendorong pondok agar terus mencetak kader berakhlak baik.

Terkait hal ini, tiga SMP di Bandar Lampung menerima 100% siswa miskin pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun pelajaran 2013-2014 melalui program Bina Lingkungan. Ketiga sekolah tersebut yakni SMPN 6, SMPN 15, dan SMPN 30 Bandar Lampung. Pemerintah Bandar Lampung menaikkan kuota Bina Lingkungan menjadi 50% dari sebelumnya 30%. Adapun kuota Bina Lingkungan di SMP sebanyak


(25)

6

4.650 siswa, sedangkan jumlah siswa yang harus diterima mencapai 4.861 siswa.

2. Kesehatan gratis

Pemerintah Kota Bandar Lampung menganggarkan program berobat gratis bagi masyarakat belum mampu sebesar Rp.28.000.000.000,- di tahun 2013, meningkat sangat signifikan dibandingkan pada tahun 2012 Rp.20.000.000.000,- dan 2010 hanya sebesar Rp.650.000.000,- Pemkot menggratiskan masyarakatnya berobat di 12 rumah sakit, puskesmas rawat inap, puskesmas, dan puskesmas pembantu.

Apresiasi pertama disampaikan karena program berobat gratis ini menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat akan kesehatan dan di Indonesia hanya Kota Bandar Lampung yang mampu menelurkan kebijakan program berobat gratis yang berlaku di 12 Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta dan untuk segala jenis penyakit.

Perbaikan program dibidang kesehatan akan terus dilakukan dengan menitikberatkan pada tiga hal utama, yakni penyediaan tenaga kesehatan yang cukup, terlatih dan terampil; penyedia sarana dan prasarana yang memadai dan perbaikan sistem layanan kesehatan. Khususnya dalam hal pelayanan kesehatan di Kota Bandar Lampung baik untuk peserta program JAMKESMAS, JAMKESTA, JAMKESDA maupun JAMPERSAL agar terjadi peningkatan kualitas hidup sehat bagi masyarakat Kota Bandar Lampung serta perlunya sosialisasi tentang


(26)

bentuk, jenis dan cakupan layanan yang dapat diterima oleh masyarakat peserta masing-masing program tersebut.

Kedua indikator diatas adalah program pokok yang dilakukan Herman HN sebagai Wali Kota Bandar Lampung. Namun sejumlah warga Kota Bandar Lampung dari berbagai kalangan menyampaikan kritikan tentang program pendidikan gratis di Kota Bandar Lampung, sebagaimana yang dikutip dari sumber media massa Kompas online, sebagai berikut:

Gencarnya program pendidikan gratis dan wajib belajar 9 tahun rupanya hanya menjadi jargon dan iklan pencitraan Walikota Bandar Lampung Herman HN yang kini tengah mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Lampung 2013 – 2018. Hal ini disampaikan Ketua LSM InfoSOS INDONESIA Kota Bandar Lampung M. Jhoni di sekretariatnya Jum’at (12/09/2013).

Pasalnya menurut Bung Joni kami (LSM InfoSOS INDOENSIA Kota Bandar Lampung) telah melayangkan surat kepada Walikota Bandar Lampung melalui Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung yang tembusannya juga disampaikan kepada Walikota sendiri, Ketua DPRD Kota Bandar Lampung Cq. Ketua Komisi D dan beberapa media masa local mengenai adanya keluhan para Orang Tua/ Wali Murid dibeberapa SD Negeri di Kota Bandar Lampung atas ulah para guru – guru SD tersebut yang melakukan pungutan melalui kegiatan – kegiatan praktek dan tambahan jam belajar atau LES diluar jam belajar resmi.

Dalam laporan surat LSM InfoSOS INDONESIA Kota Bandar Lampung Nomor : 031/InfoSOS-BALAM/IX/2013 Tanggal 02 September 2013 Kepada Wali Kota Bandar Lampung tentang Informasi dan Klarifikasi Mahalnya Biaya LES SDN 03 Perumnas Way Kandis, Bandar Lampung. (http://regional.kompasiana.com/2013/09/13/pendidikan-gratis-cuma-iklan-walikota-bandar-lampung-592332.html, diakses tanggal 11 Maret 2014, pukul 17:00 WIB)

Menarik untuk dikaji lebih jauh karakter kepemimpinan Herman HN dengan adanya dukungan dan kritikan atas program Pemerintah Kota Bandar Lampung tersebut. Melihat pentingnya peran dari seorang pemimpin, maka


(27)

8

seorang pemimpin harus mengembangkan gaya kepemimpinannya agar dapat memimpin bawahannya dengan baik. Maka berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Gaya Kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung 2012-2014 di bidang pendidikan dan kesehatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur.

D. Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana dirumuskan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Kegunaan Teoritis

Dapat digunakan untuk memperkuat teori kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini.


(28)

Diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan atau wawasan ilmu pemerintahan, khususnya tentang gaya kepemimpinan.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menggambarkan kepada pembaca mengenai bagaimana gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung. Serta diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswa maupun umum untuk mengetahui mengenai karakter yang dilihat dari sifat-sifat yang ada, khususnya informan dalam penelitian ini untuk menambah ilmu pengetahuan.


(29)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pemimpin dan Kepemimpinan

1. Pemimpin

Pemimpin/leader mempunyai macam-macam pengertian dari para ahli. Berikut ini terdapat beberapa definisi tentang pemimpin yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya :

Menurut Hasibuan (2011:157), pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.

Menurut Kartono (2010:18), pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Menurut Henry Pratt Fairchild (dalam Kartono 2010:23) pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial


(30)

dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui kekuasaan dan posisi.

Sebagaimana diungkapkan Sedarmayanti (2009-119) bahwa pemimpin

(leader)adalah :

a. Seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan.

b. Seseorang yang menjalankan kepemimpinan sedangkan pimpinan

(manager) adalah seseorang yang menjalankan manajemen. Orang yang sama harus menjalankan dua hal secara efektif: manajemen dan kepemimpinan.

c. Orang yang melakukan atau menjalankan kepemimpinan.

d. Kata “pemimpin” mencerminkan kedudukan seseorang atau kelompok orang pada hierarki tertentu dalam organisasi, yang mempunyai bawahan, karena kedudukan yang bersangkutan memdapatkan atau mempunyai kekuasaan formal, dan tanggung jawab.

Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Kepemimpinan

Menurut Rivai (2004:2) kepemimpinan (leadership) adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat prses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(31)

12

Kartono (2008:5-8) berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan salah relasi dan pengaruh antara pemimpin dengan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis anatara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan. Sebagaimana diungkapkan Sedarmayanti (2009:120) bahwa kepemimpin(leadership), adalah :

a. Proses dalam mempengaruhi orang lain agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan seorang pemimpin.

b. Hubungan interaksi antar pengikut dengan pimpinan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Proses mempengaruhi aktivitas/perilaku kelompok yang diorganisasikan kea rah pencapaian tujuan.

d. Proses member arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif dan menyebabkan adanya kesediaan untuk melakukan aktivitas/perilaku yang diingiknkan untuk pencapaian sasaran.

e. Proses mempengaruhi kegiatan individu/kelompok dalam usaha mencapai tujuan pada situasi tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi tmbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi.


(32)

B. Konsep Kepemimpinan Pemerintahan

Secara umum dapat dimaknai bahwa kepemimpinan pemerintahan adalah kepemimpinan dalam pemerintahan atau secara operasional dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan pemerintahan adalah penerapan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan dibidang pemerintahan. Pamudji (2009:52) berpendapat dalam hubungannya dengan kepemimpinan pemerintahan Indonesia terdapat pada setiap tingkat pemerintahan, Nasional/Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota, kecamatan dan juga tingkat pemerintahan kelurahan/desa. Lebih lanjut jika pengertian ini dikaitkan dengan pemerintahan daerah maka kepemimpinan pemerintahan daerah adalah penerapan dasar-dasar kepemimpinan pada umumnya dalam sistem pemerintahan di daerah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Melengkapi pendapat diatas Kaloh (2009:2) menjelaskan bahwa berdasarkan sistem pemerintahan Indonesia maka pemimpin pemerintahan adalah mereka yang dikategorikan sebagai pemimpin pada ketiga cabang pemerintahan yaitu eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Dari sisi lain pemimpin pemerintahan dapat dibedakan menjadi pemimpin politik yang tersusun secara hirarkis mulai dari presiden yang dibantu para menteri, gubernur, bupati/Wali Kota dan kepala desa/lurah dan pemimpin yang menduduki jabatan struktural yaitu mereka yang menduduki jabatan secara berjenjang yang tersusun dari eselon I, II, III, IV. Para pejabat politik dan pejabat struktural digolongkan sebagai pemimpin pemerintahan karena mereka adalah aktor pemerintahan yang melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan guna mewujudkan kehidupan


(33)

14

masyarakat yang tertib dan maju serta mendapatkan pelayanan yang adil dan merata. Para pemimpin pemerintahan ini harus memiliki sifat dan perilaku yang bersedia berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara serta masyarakat pada umumnya, siap mengorbankan diri demi membela martabat, kehormatan dan kejayaan bangsa dan negaranya serta jauh dari sifat mementingkan diri sendiri, boros, serakah, tidak dapat mengendalikan diri, dan sombong.

Dalam kaitan ini seorang pemimpin pemerintahan dituntut juga untuk mengikuti perkembangan paradigma pemerintahan, sebagaimana dipahami bahwa dewasa ini telah terjadi perkembangan paradigma dalam pemerintahan yakni bergesernya sistem pemerintahan yang digerakkan oleh Visi dan Misi, memusatkan perhatian pada keluaran (output) yang efisien bukan kepada masukan (kenaikan anggaran setiap tahun) yang mengarah kepada maksimalisasi masukan dibanding maksimalisasi keluaran. Pemerintah hendaknya berprilaku seperti dunia usaha dalam hal pelayanan masyarakat. Dimana masyarakat dipandang sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. Selain pemerintah lebih tepat berorientasi pada mekanisme kerja partisipatif dari pada mekanisme kerja hirarkis (Osborne dan Gaebler, 2008)

Berdasarkan beberapa pendapat menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin pemerintahan merupakan figur yang menentukan keefektifan dalam mencapai tujuan organisasi pemerintahan. Dengan kata lain pencapaian tujuan organisasi pemerintahan ditentukan oleh kemampuan,


(34)

kompetensi dan kapabilitas pemimpin pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

C. Ciri-ciri dan Indikator-indikator Kepemimpinan

Menurut Davis yang dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2003: 290-291), ada 10 ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam pemerintahan antara lain sebagai berikut :

1. Kecerdasan(Intelligence)

Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat bebrbeda.

2. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan Sosial yang luas (Social maturity and Breadht)

Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.

3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi

Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.

4. Sikap-sikap hubungan manusiawi

Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahannya.

5. Memiliki Pengaruh Yang Kuat

Seorang pemimpin harus memiliki pengaruh yang kuat untuk menggerakkan orang lain atau bawahan agar berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela.

6. Memiliki Pola Hubungan Yang Baik

Seorang pemimpin sukses mampu menciptakan pola hubungan agar individu, dengan menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yang dikehendaki bersama.


(35)

16

7. Memiliki Sifat-Sifat Tertentu

Seorang Pemimpin sukses memiliki sifat-sifat khusus seperti kepribadian baik, kemampuan tinggi dan kemampuan tinggi dan kemauan keras, sehingga mampu menggarakkan bawahannya.

8. Memiliki Kedudukan atau Jabatan

Seorang pemimpin selalu memiliki kedudukan atau jabatan dalam organisasi, baik di pemerintahan maupun di masyarakat karena kepemimpinan merupakan serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dari kedudukan jabatan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.

9. Mampu Berinteraksi

Seorang pemimpin yang baik akan selalu berinteraksi secara baik dengan sesama pemimpin, bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya, dalam situasi dan kondisi apa pun, buruk maupun menyenangkan.

10. Mampu Memberdayakan

Seorang pemimpin yang sukses biasanya mampu memberdayakan bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada bawahannya dan mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi pula.

Disamping itu untuk melihat gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat dilihat melalui indikator. Menurut Siagian (2002: 121), indikator-indikator yang dapat dilihat adalah sebagai berikut :

a. Iklim saling mempercayai

Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang diharap-harapkan adalah suatu hubungan yang dapat menumbuhkan iklim/suasana saling mempercayai. Keadaan seperti ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di pihak pemimpin memperlakukan bawahannya


(36)

sebagai manusia yang bertanggungjawab dan di pihak lain bawahan dengan sikap mau menerima kepemimpinan atasannya.

b. Penghargaan terhadap ide bawahan

Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang pemimpin dalam sebuah lembaga atau instansi akan dapat memberikan nuansa tersendiri bagi para bawahannya. Seorang bawahan akan selalu menciptakan ide- ide yang positif demi pencapaian tujuan organisasi pada lembaga atau instansi dia bekerja.

c. Memperhitungkan perasaan para bawahan

Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia merupakan visi manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku seorang pemimpin.

d. Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan

Hubungan antara individu dan kelompok akan menciptakan harapan-harapan bagi perilaku individu. Dari harapan-harapan-harapan-harapan ini akan menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus memerankan sebagai pemimpin sementara yang lainnya memainkan peranan sebagai bawahan. Dalam hubungan tugas keseharian seorang pemimpin harus memperhatikan pada kenyamanan kerja bagi para bawahannya.


(37)

18

e. Perhatian pada kesejahteraan bawahan

Seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinan pada dasarnya akan selalu berkaitan dengan dua hal penting yaitu hubungan dengan bawahan dan hubungan yang berkaitan dengan tugas. Perhatian adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak dengan menggunakan cara yang sopan dan mendukung, memperlihatkan perhatian segi kesejahteraan mereka. Misalkan berbuat baik terhadap bawahan, berkonsultasi dengan bawahan atau pada bawahan dan memperhatikan dengan cara memperjuangkan kepentingan bawahan. Konsiderasi sebagai perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan seringkali ditandai dengan perilaku pemimpin yang cenderung memperjuangkan kepentingan bawahan, memperhatikan kesejahteraan diantaranya dengan cara memberikan gaji tepat pada waktunya, memberikan tunjangan, serta memberikan fasilitas yang sebaik mungkin bagi para bawahannya.

f. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya.

Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memang harus senantiasa memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, dengan demikian hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan tercapai.


(38)

g. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan profesional

Pemimpin dalam berhubungan dengan bawahan yang diandalkan oleh bawahan adalah sikap dari pemimpin yang mengakui status yang disandang bawahan secara tepat dan professional. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional yang melekat pada seorang pemimpin menyangkut sejauh mana para bawahan dapat menerima dan mengakui kekuasaannya dalam menjalankan kepemimpinan.

D. Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan

1. Gaya Kepemimpinan

Menurut Sedarmayanti (2009:131) berpendapat bahwa gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran tercapai atau gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan seorang pemimpin.

Menurut Hasibuan (2011:162), gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu posisi kunci dimana seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi, mengarahkan, dan menunjukan kemampuannya


(39)

20

agar semua tujuan perusahaan bisa tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Menurut Thoha (2003:303) Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, yang tampak dan yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan kepemimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan sifat, sikap, yang sering diterapkan pemimpin ketika mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.

Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah perilaku yang dilakukan bawahan ditunjukan oleh seorang pemimpin di dalam memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap bawahannya dengan rasa mempercayai bawahan juga memuat bagaimana cara pemimpin bekerja sama dengan bawahannya dalam mengambil keputusan, pembagian tugas dan wewenang, bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dan bagaimana hubungan yang tercipta diantara pemimpin dan bawahannya tersebut.

2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Menurut Rivai (2004:122) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :


(40)

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator. Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang harus dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.

Ciri-ciri Kepemimpinan Otoriter :

a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan; b. Keputusan dibuat oleh pimpinan;

c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan;

d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan; e. Pengawasan terhadap sikap tingkah laku, perbuatan atau kegiatan

para bawahannya dilakukan secara ketat;

f. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat;

g. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan. (Sutarto 2006: 73)

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

Ciri-ciri Kepemimpinan Demokratis sebagai berikut : a. Wewenang pemimpin tidak mutlak;

b. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan; c. Kebijaksanaan dibuat bersama pimpinan dan bawahan;

d. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan;

e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;

f. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat;

g. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dan pada instruksi;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan. (Sutarto 2006: 75-76)


(41)

22

3. Gaya Kepemimpinan Bebas(Laissez-Faire)

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan.

Ciri-ciri Kepemimpinan Bebas(Laissez-Faire)sebagai berikut : a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan; b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan;

c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan;

d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan; e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan,

atau kegiatan yang dilakukan para bawahan;

f. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok; g. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan kelompok;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul orang perorangan. (Sutarto 2006: 77-78)

Selain itu ada beberapa macam gaya kepemimpinan lainnya. Menurut Robbins (2008: 90) terdapat tiga macam model gaya kepemimpinan, yaitu transaksional, transformasional, dan laissez faire. Ketiga gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu :

1. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang membimbing atau memotivasi para pengikut mereka pada arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka.

Indikator-indikator dari model kepemimpinan ini adalah:

a. Penghargaan Bersyarat: menjalankan pertukaran kontraktual antara penghargaan dan usaha, menjanjikan penghargaan untuk kinerja yang bagus, dan mengakui pencapaian yang diperoleh.


(42)

b. Manajemen Dengan Pengecualian (aktif): mengamati dan mencari penyimpangan dari aturan-aturan dan standar, serta melakukan tindakan perbaikan.

c. Manajemen Dengan Pengecualian (pasif): dilakukan hanya jika standar tidak tercapai.

d. Lassez faire: melepaskan tanggung jawab dan menghindari pengambilan keputusan.

2. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang menginspirasikan para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan memengaruhi yang luar biasa. Kepemimpinan ini lebih unggul dari pada kepemimpinan transaksional dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang melampaui apa yang bisa dicapai kalau hanya pendekatan transaksional yang diterapkan. Tetapi apabila seorang pemimpin transaksional yang baik tetapi tidak memiliki sifat-sifat transformasional, maka seorang pemimpin itu adalah pemimpin yang biasa-biasa saja. Indikator-indikator dari model kepemimpinan ini adalah:

a. Pengaruh yang Ideal: memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, serta mendapatkan respek dan kepercayaan.

b. Motivasi yang Inspirasional: mengomonikasikan ekspektasi yang tinggi, menggunakan simbol-simbol untuk berfokus pada upaya, dan menyatakan tujuan-tujuan penting secara sederhana.


(43)

24

c. Stimulasi Intelektual: meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah yang cermat.

d. Pertimbangan yang Bersifat Individual: memberikan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing karyawan secara individual, serta melatih dan memberikan saran.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez faire

Kepemimpinan laissez faire dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara perorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil.

Laissez faire adalah model yang paling pasif dan karena itu merupakan perikaku pemimpin yang paling tidak efektif. Para pemimpin yang menggunakan ini jarang dianggap efektif.

Indikator-indikator dari model kepemimpinan ini adalah: a. Tidak ada Ikatan: melakukan pekerjaan dengan semaunya

b. Memberikan reaksi apabila ada masalah: ikut campur jika adanya masalah di dalam perusahaan.

c. Tidak Disiplin: selalu terlambat dalam menyelesaikan pekerjaan. d. Tidak Bertanggung Jawab artinya menunda-nunda pekerjaan, sering

mengabaikan pekerjaan.

Dari berbagai macam gaya kepemimpinan yang telah diuraikan diatas, sebenarnya tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik. Meskipun terdapat beberapa gaya kepemimpinan seperti disebut di atas, tetapi tidak ada gaya


(44)

yang efektif yang dapat diterapkan pada semua situasi. Setiap situasi yang berbeda menuntut cara pelaksanaan kepemimpinan yang berbeda pula. Oleh karena itu, seorang pemimpin seharusnya memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri kepemimpinan yang baik.

E. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat

Persepsi adalah proses dimana seseorang memperoleh informasi dari lingkungan sekitar. Persepsi merupakan suatu hal yang aktif. Persepsi memerlukan pertemuan nyata dengan suatu benda dan juga membutuhkan proses kognisi serta afeksi. Persepsi membantu individu untuk menggambarkan dan menjelaskan apa yang dilakukan oleh individu. Persepsi merupakan pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi dan memori. Terkait dengan kondisi bermasyarakat, persepsi adalah proses penilaian seseorang/sekelompok orang terhadap objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk objek tersebut. (Halim, 2005:46)

Dari penjelasan tersebut maka persepsi masyarakat dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses kognisi atau pengenalan dan afeksi atau aktifitas evaluasi emosional (ketertarikan) masyarakat terhadap suatu objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan


(45)

26

informasi dan menafsirkan pesan tersebut dengan menggunakan media pendengaran, penglihatan, peraba dan sebagainya.

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran yang akan melandasi penelitian ini. Persepsi masyarakat, sebagaimana yang telah disebutkan dalam tinjauan pustaka, merupakan pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi dan memori. Terkait dengan kondisi bermasyarakat, persepsi adalah proses penilaian seseorang/sekelompok orang terhadap objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk objek tersebut.

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, maka hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan organisasi menjadi renggang (lemah). Keadaan ini menimbulkan situasi dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaian sasaran-sasarannya.


(46)

Pada dasarnya seorang pemimpin mempunyai gaya atau style dalam memimpin, hal ini akan banyak perbengaruh terhadap keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan cara atau norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada tiga gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya kepemimpinanlazzies faire.


(47)

28

Gaya Kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung Persepsi Masyarakat

Kecamatan Tanjung Karang Timur

Indikator-indikator gaya kepemimpinan :

• Gaya Kepemimpinan Otoriter

a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan; b. Keputusan dibuat oleh pimpinan;

c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan;

d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan;

e. Pengawasan terhadap sikap tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat;

f. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat;

g. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

• Gaya Kepemimpinan Demokratis a. Wewenang pemimpin tidak mutlak;

b. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;

c. Kebijaksanaan dibuat bersama pimpinan dan bawahan;

d. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan;

e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar; f. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk

menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat; g. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih

bersifat permintaan dan pada instruksi;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.

• Gaya Kepemimpinan Bebas

a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan;

b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan; c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para

bawahan;

d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan;

e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan;

f. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok;

g. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan kelompok;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul orang perorangan

Wali Kota Bandar Lampung


(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran(Mixed Method), yaitu metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam tahap pengumpulan data), dan kajian model campuran memadukan dua pendekatan dalam semua tahapan proses penelitian (Sugiyono, 2013:404).Mixed Methodjuga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian. Strategi metode campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah urutan analisis kuantitatif dan kualitatif, tujuan strategi ini adalah untuk mengidentifikasikan komponen konsep (subkonsep) melalui analisis data kuantitatif dan kemudian mengumpulkan data kualitatif guna memperluas informasi yang tersedia (Sugiyono, 2013:405). Intinya adalah untuk menyatukan data kuantitatif dan data kualitatif agar memperoleh analisis yang lebih lengkap.

Metode kuantitatif digunakan untuk mencari informasi yang terukur mengenai gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang


(49)

30

pendidikan dan kesehatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur.

Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur.

B. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan menganalisis data berdasarkan kesimpulan teori yang sudah berlaku umum untuk mengamati suatu fenomena agar tidak terjadi tumpang tindih atas perhatian dan pemahaman atas permasalahan yang menjadi subjek penelitian. Oleh karena itu sehubungan dengan masalah yang dikemukakan dalam penelitian, maka untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang dipergunakan penulis :

1. Gaya Kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung

Gaya Kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan.

2. Persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur

Persepsi masyarakat adalah pendapat yang dikeluarkan oleh masyarakat terkait suatu persoalan tertentu, dalam proses melihat, mendengar, berfikir, dan bertindak dari masyarakat. Dalam hal ini persepsi tentang


(50)

gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penentuan suatu kontruk atau konsep sehingga menjadi variabel-variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan kontruk sehingga memungkinkan peneliti lain untuk melakukan pengulangan pengukuran dengan cara yang sama atau mencoba untuk mengembangkan pengukuran konstruk yang lebih baik (Azwar, 2010: 74). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu, Gaya Kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan keseahatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tunjung Karang Timur. Indikator-indikatornya adalah :

• Gaya Kepemimpinan Otoriter

a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan; b. Keputusan dibuat oleh pimpinan;

c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan;

d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan;

e. Pengawasan terhadap sikap tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat;

f. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat;


(51)

32

g. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

• Gaya Kepemimpinan Demokratis a. Wewenang pemimpin tidak mutlak;

b. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan; c. Kebijaksanaan dibuat bersama pimpinan dan bawahan;

d. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan;

e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;

f. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat;

g. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dan pada instruksi;

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.

• Gaya Kepemimpinan Bebas

a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan; b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan;

c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan;

d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan;

e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan;


(52)

f. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok; g. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan kelompok; h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul orang perorangan.

D. Populasi

Populasi penelitian ini yaitu seluruh masyarakat di Kecamatan Tanjung Karang Timur yang berjumlah sebanyak 34.218 jiwa.

E. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel digunakan bila peneliti tidak memungkinkan meneliti keseluruhan populasi dan karena adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu (Sugiyono, 2013: 91), maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampel dari populasi menggunakan rumus dari Taro Yamane, yaitu sebagai berikut:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d ² = Presisi yang ditetapkan

Sehingga, diketahui bahwa total populasi seluruh mahasiswa sebesar N = …. orang dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar ( d² ) = 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh sebesar:


(53)

34

n = N N. d + 1=

34218

(34218). (0.1) + 1=

34218

343.18= 99.706 = 100

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebesar 100 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur di Kota Bandar Lampung. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahSimple Random Samplingyaitu teknik pengambilan sampel secara acak yang memberikan kesempatan sama kepada setiap masyarakat untuk dijadikan sampel yang representasif.

Perolehan sampel dari rumusan diatas adalah 100 sampel, dari sampel tersebut ditentukan jumlah sampel masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Tanjung Karang Timur, untuk menentukan jumlah sampel masing-masing kelurahan, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Proposional Sampling, teknik pengambilan sampel ini berguna untuk memperoleh sampel yang mempunyai karakteristik dalam populasi. Untuk mendapatkan sampel dengan teknik

Startified Proposional Samplingdigunakan dengan cara sebagai berikut :

Sampel 1 = Populasi 1

Total Populasi× Total Sampel

Dengan menggunakan rumusan diatas, maka perhitungan komposisi jumlah sampel adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Kota Baru =13529


(54)

2. Kelurahan Tanjung Agung = 3385

34218× 100 = 9.8 = 10 orang

3. Kelurahan Kebon Jeruk = 5784

34218× 100 = 16.9 = 17 orang

4. Kelurahan Sawah Lama = 4304

34218× 100 = 12.5 = 13 orang

5. Kelurahan Sawah Brebes = 7126

34218× 100 = 20.8 = 20 orang

F. Metode Penarikan Sampel

Penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Penarikan sample pada penelitian ini dilakukan pada masyarakat dari lima kelurahan diatas dengan didasarkan atas beberapa kriteria tertentu, yaitu:

1. Masyarakat yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki

2. Masyarakat yang telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), yang artinya telah berusia diatas 17 tahun.


(55)

36

G. Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian ini meliputi :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian, yaitu dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan para informan mengenai Gaya Kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur.

2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku atau literature yang berkaitan dengan masalah penelitian, dokumen atau arsip tentang Herman HN yang berisi tentang gaya kepemimpinannya di bidang pendidikan dan kesehatan.

H. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan :

1. Wawancara, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui percakapan langsung dengan para informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dengan menggunakan pedoman wawancara. Peneliti bertanya langsung kepada informan yang dipilih, yaitu pihak-pihak yang berkompeten yang dianggap mampu memberikan gambaran dan informasi yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini (Sugiyono, 2013:140).

Proses wawancara ini dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara sebagai alat bantu penulis dalam menyajikan data. Narasumber


(56)

dalam penelitian ini adalah Staf/Pegawai Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dan Staf/Pegawai Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

2. Kuesioner/Angket

Merupakan metode pengambilan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Metode angket dipergunakan untuk mendapatkan data dan menggali data tentang sesuatu yang berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan.

3. Observasi, melalui observasi peneliti dapat mengenal berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat.

(Bungin, 2010: 65) Kegiatan observasi tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terlihat, tetapi juga terhadap yang terdengar. Apa yang terlihat, terdengar atau terasakan semuanya dapat dijadikan objek dari kegiatan observasi.

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. (Sarwono, 2006: 224)


(57)

38

I. Teknik Pengukuran Persepsi

Untuk menentukan skala penilaian persepsi adalah dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (2013: 137) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi dari individu atau kelompok tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini disebut variabel penelitian yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Jawaban dari setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yag dapat berupa kata-kata, antara lain: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju, selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Instrumen penelitian yang menggunakan Skala Likert dapat dibuat dalam bentuk centang (checklist) ataupun pilihan ganda. Data yang diperoleh dari Skala Likert merupakan data kualitatif yang dikuantitatifkan. Namun untuk menghindari jawaban yang ragu-ragu maka dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan 4 penilaian persepsi masyarakat Tanjung Karang Timur dalam meniliai gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung yaitu: SS = Sangat Setuju

S = Setuju TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skor tertinggi di tiap pertanyaannya adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, maka:


(58)

Skor tertinggi = 4 Skor terendah = 1

Sehingga range untuk hasil penelitian :

Range =Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah nilai

Range =4 1

4 = 0,75

Berikut skala pengukuran nilai :

1. 1–1,75 = Sangat Tidak Setuju 2. 1,75–2,5 = Tidak Setuju

3. 2,5–3,25 = Setuju

4. 3,25–4,0 = Sangat Setuju

J. Teknik Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dua macam triangulasi data :

a. Triangulasi sumber

Yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tringulasi sumber dengan cara mencari sumber lain sebagai pembanding data yang di peroleh dari narasumber.


(59)

40

b. Triangulasi metode

Yaitu terdapat dua strategi, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik dan pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Salah satu teknik keabsahan data adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Hal ini merupakan salah satu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data (Moleong, 2005: 178). Pemeriksaan dan pengecekan dilakukan peneliti pada penelitian ini adalah melalui sumber lain yaitu dengan cara membandingkan data hasil kuesioner dan hasil wawancara.

K. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Menurut Sugiyono (2013: 335) teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyelesaikan dengan melalui beberapa tahapan pengolahan data, yaitu sebagai berikut:


(60)

1. Pertama penulis mengadakan penelitian dengan menyebar angket kepada responden yaitu masyarakat di Kecamatan Tanjung Karang Timur.

Setelah data terkumpul peneliti mengelompokan berdasarkan daftar pertanyaan yang ada di angket. Kemudian mengolahnya serta menganalisis sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Dengan cara menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan rumus :

P = f

N× 100% P : Persentase f. : Frekuensi data

N : Jumlah sampel yang diolah

2. Kedua, penulis mengumpulkan data dengan cara mewawancarai informan yang telah ditentukan, kemudian menganalisis hasil wawancara.

3. Kemudian menginterpretasikan hasil analisis baik dari angket maupun wawancara, sehingga dapat mengetahui persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur tentang gaya kepemimpinan Wali Kota Bandar Lampung di bidang pendidikan dan kesehatan.

4. Data yang telah dikumpulkan agar mudah dianalisis dan disimpulkan maka penulis menggunakan analisis yang menghasilkan deskriptif analisis. 5. Proses analisis data menggunakan pola berfikir induktif yaitu proses pengolahan data dari hal-hal yang khusus dan diperoleh dari responden kemudian ditarik kesimpulan secara umum.


(61)

42

IV. GAMBARAN UMUM

A. Profil Wali Kota Bandar Lampung

Drs. H. Herman HN, MM dilahirkan dari keluarga sederhana pada tanggal 17 Mei 1956 di Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Anak dari H. Hasanusi dan Hj. Ratu Pesayan ini, menikah dengan Hj. Eva Dwiana dan dianugerahi 4 orang anak (Rahmat Hidayat (Alm), Nur Wahyuni (Almh) Rahmawati Herdian dan Aisyah Zaina Putri).

Jenjang pendidikan formal dimulai di kampung halamannya di SDN 1 Pagar Dewa Tulang Bawang. Dengan Semangat yang besar untuk merubah nasib agar lebih baik, Herman kecil hijrah bersama keluarga ke Bandar Lampung dan melanjutkan pendidikan SMPN 1 Tanjung Karang dan SMAN 1 Tanjung Karang. Jenjang perguruan Tinggi baik S1 maupun S2 ia tempuh dengan penuh keprihatinan dan kesabaran, karena selain disibukkan oleh pekerjaan sebagai PNS, ia juga harus memikul tanggung jawab memenuhi kebutuhan rumah tangga, dimana pada saat itu kondisi rumah tangga Herman HN cukup memprihatinkan.

Sebagai PNS, sebagai abdi negara, karirnya sangat panjang dan berliku. Pahit manis sebagai birokrat sudah ia lalui semua. Terhitung mulai dari tahun 1977


(62)

sampai dengan tahun 2010, berbagai posisi yang sangat penting pernah dijabatnya, diantaranya sebagai kepala biro keuangan, kepala badan penanaman Modal serta Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung.

Kemudian pada tahun 2010 Herman HN dipercaya oleh masyarakat banyak untuk memimpin Kota Bandar Lampung sebagai Wali Kota. Selama tiga tahun ia dan jajaran memimpin Kota Bandar Lampung sudah banyak kesuksesan dan keberhasilan yang telah diraih.

B. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung

1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian Daerah Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara pulau Sumatra dan pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan Kota sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata.

Secara Geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5o20’ sampai dengan 5o30’lintang selatan dan 105o28’ sampai dengan 105o37’ bujur timur. Ibu Kota Propinsi Lampung ini berada di teluk Lampung yang terletak di ujung selatan pulau Sumatra, dan Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 13 Kecamatan dan 98


(63)

44

Kelurahan, akan tetapi dari 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan tersebut telah dimekarkan menjadi 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan.

Secara administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung

3. Sebelah barat dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang cermin Kabupaten Pesawaran

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

Kecamatan Bandar Lampung terdiri dari :

1. Tanjung Karang Pusat 11. Sukarame 2. Tanjung Karang Timur 12. Sukabumi 3. Tanjung Karang Barat 13. Tanjung Senang 4. Teluk Betung Selatan 14. Labuhan Ratu 5. Teluk Betung Utara 15. Bumi Waras 6. Teluk Betung Barat 16. Enggal 7. Teluk Betung Timur 17. Langkapura

8. Raja Basa 18. Panjang

9. Kedaton 19. Kedamaian

10. Kemiling 20. Way Halim

Akan tetapi pada 2012 Pemerintah mengeluarkan Perda No. 4 Tahun 2012 tentang perataan pembentukan Kecamatan dan Kelurahan dan Kecamatan Tanjung Karang Timur merupakan salah satu dari perataan pembentukan Kecamatan dan Kelurahan tersebut.


(64)

C. Gambaran Kecamatan Tanjung Karang Timur

1. Sejarah Singkat Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kecamatan Tanjung Karang Timur berdiri sejak tahun 1956 dimana Kecamatan ini berdiri dari pemecahan Kecamatan Kota yang di masa itu merupakan bagian dari Wilayah Kota Tanjung Karang-Teluk Betung. Pada masa itu Kecamatan Kota terbagi 2 (dua) Wilayah Kecamatan Teluk Betung dan Kecamatan Tanjung karang, kemudian Kecamatan Tanjung Karang, kemudian Kecamatan Tanjung Karang terbagi 2 (dua) Wilayah Kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Tanjung Karang Barat.

Selanjutnya dengan Undang Nomor 25 tahun 1999 dan Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang terlampir dalam prinsip Undang-Undang tentang pemerintah Daerah Nomor 32 Tahun 2004, Kecamatan Tanjung Karang Timur menjadi bagian dari wilayah Kota Bandar Lampung.

.

Ibu Kota Kecamatan terletak di Kelurahan Kota Baru dan secara administrasi dibagi menjadi 5 (lima) Kelurahan, yaitu Kota Baru, Tanjung Agung, Kebon Jeruk, Sawah Lama dan Sawah Brebes. Sejak tahun 2012 keluar Perda No 04 Tahun 2012 tentang perataan pembentukan Kelurahan dan Kecamatan dan tentang Perda No 12 Tahun 2012 tentang perubahan atas peraturan perda Kota Bandar Lampung.


(65)

46

2. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kecamatan Tanjung Karang Timur terletak di bagian Timur Wilayah Hukum Pemerintahan Kota Bandar Lampung dengan luas 2.131 Ha, yang meliputi 5 (lima) Kelurahan, jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Tanjung Karang Timur ini sebanyak 39.065 jiwa. Pada umumnya keadaan alam Kecamatan Tanjung Karang Timur berbentuk daratan dan 2,56% berbukit dan beriklim sedang terdiri dari musing kemarau dan musim hujan dengan suhu bekisar ± 22 derajat Celcius sampai ± 31 derajat Celcius dan secara administrasi berbatasan dengan: sebelah Utara berbatasan dengan KecamatanWay Halim, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedamaian dan Kecamatan Enggal, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kedamaian, sebelah Barat berbatasan Kecamatan Enggal.

3. Penduduk

Kecamatan Tanjung Karang Timur mempunyai jumlah penduduk 39.065 jiwa, secara rinci data kependudukan dapat dilihata sebagai berikut: (1) Kelurahan Kota Baru 13.321 jiwa, (2) Kelurahan Tanjung Agung 6.835 jiwa, (3) Kelurahan Sawah Lama 8.159, (4) Kelurahan Sawah Brebes 5.946 jiwa, (5) Kelurahan Kebon Jeruk 4.804 jiwa.


(66)

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Tanjung Karang Timur

No. Kelurahan Jumlah KK

Jumlah Penduduk (jiwa)

L P (L+P)

1. Kota Baru 2.608 6.304 7.017 13.321 2. Tanjung Agung 789 3.164 3.671 6.835 3. Kebon Jeruk 1.618 4.504 3.655 8.159 4. Sawah Lama 1.208 2.862 3.084 5.946 5. Sawah Brebes 1.300 2.388 2.416 4.804

Jumlah 19.222 19.843 39.065

Sumber: Laporan Kependudukan Kecamatan Tanjung Karang Timur Februari 2014

4. Pendidikan

Data pendidikan yang disajikan tergolong menjadi 3 jenjang/tingkat Pendidikan yaitu, (a) Formal (b) Paud (c) Non Formal dengan rincian sebagai berikut : jumlah sekolah umum di Kecamatan Tanjung Karang Timur sebanyak 141 sekolah, yang terdiri dari (A), Formal SD Negeri 26, SD swasta 2, MI Negari 4, MI swasta 4, SMP Negari 6, SMP swasta 8, MTs Negeri tidak ada, MTs swasta 3, SMA Negeri 2, SMA swasta 7, SMK Negeri 1, SMK swasta 5, Akademik /Peguruan Tinggi 2, (B) Paud : TK Negeri 1, TK swasta 23, kober 9, play grup 4, TPQ 3, (C) : Paket–B 1,-C1, KF/BH 21, Kursus 8. (Sumber: Ka. UPT Pendidikan Kecamatan Tanjung Karang Timur 2008)


(67)

48

5. Visi dan Misi dari Kecamatan Tanjung Karang Timur

Visi dan Misi Kecamatan Tanjung Karang Timur prinsipnya mengikuti Visi dan Misi Pemerintah Kota Bandar Lampung, yaitu :

a. Visi

Terwujudnya masyarakat Kota Bandar Lampung yang sejahtera, adil, aman dan demokratis, maju dan modern dengan dukungan pelayanan publik yang baik.

b. Misi

1. Mengembangkan Bandar Lampung sebagai pusat jasa dan perdagangan, berbasis ekonomi kerakyatan.

2. Mengembangkan kualitas pendidikan, penguasaaan IPTEK dan nilai ketaqwaan.

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat.

4. Meningkatkan pelayanan publik dan kinerja yang bersih, profesional, berorientasi kewirausahaan dan bertata kelola yang baik.

5. Meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan.

6. Tugas pokok dan fungsi Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kecamatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pelayanan umum, pemberdayaan


(68)

masyarakat, Ketentraman dan ketertiban masyarakat dalam Kecamatan. Adapun fungsi dari Kecamatan adalah sebagai berikut:

a. Pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. Pengoordinasian upaya penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum;

c. Pengoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d. Pengoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Pengoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;

f. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan;

g. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan / atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan kelurahan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Walikota. .

D. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung

Kantor Dinas Pendidikan dan perpustakaan Kota Bandar Lampung yang dahulu disebut dengan kantor departemen pendidikan dan kebudayaan Tanjung Karang Teluk Betung yaitu pada tahun 1976. Dalam struktur organisasi pada saat itu sesuai dengan surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 0173/01/1983 tanggal !4 Maret


(1)

j.

d. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat;

c. Bidang Bina SDM dan Pemberdayaan Masyarakat; d. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan;

e. Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; f. Bidang Bina Farmasi dan Alat Kesehatan;

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); dan h. Kelompok Jabatan Fungsional.


(2)

100

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Menurut persepsi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Timur menilai bahwa Herman HN dalam menjalankan kepemimpinannya di Kota Bandar Lampung menerapkan dua gaya kepemimpinan, yakni gaya kepemimpinan otoriter dan gaya kepemimpinan demokratis. Namun intensitas penerapan gaya kepemimpinannya masing-masing berbeda karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

2. Gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan seperti ini digunakan Wali Kota Bandar Lampung pada saat mengambil keputusan dan membuat kebijakan tanpa melibatkan para bawahan, melakukan pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat dan menginstruksikan bawahan untuk menjalankan perintah serta menyelesaikan tugas-tugas yang belum terselesaikan dengan menggunakan gaya kepemimpinan seperti ini dipandang berhasil dan pengaruh pemimpin sangat kuat didalamnya.


(3)

mufakat dan Wali Kota Bandar Lampung selalu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sesuai dengan kemampuan para bawahan.

Namun dua gaya kepemimpinan yang diterapkan Wali Kota Bandar Lampung masing-masing memiliki kelemahan, pada gaya kepemimpinan demokratis, di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para bawahannya, maka mereka memiliki banyak sekali pendapat yang berbeda, sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggota forum dengan sehingga proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak serta sulitnya pencapaian kesepakatan. Sedangkan gaya kepemimpinan otoriter, dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian dan uraian diatas dengan segala keterbatasan pengetahuan penulis mencoba untuk memberikan saran, yaitu :


(4)

102

1. Wali Kota Bandar Lampung hendaknya memahami dan mampu menerapkan gaya kepemimpinan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi di lapangan, agar hubungan antara pimpinan dengan bawahannya tetap terjalin dengan baik, sehingga bawahan merasa diperhatikan oleh pimpinannya di dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Wali Kota Bandar Lampung harus dapat lebih tegas dalam mengambil sebuah keputusan dan memilki kepercayaan diri dalam mengambil dan memecahkan suatu masalah agar tidak terjadi konflik antar bawahan yang memiliki perbedaan pendapat sehingga proses pengambilan keputusan tidak memakan waktu yang lebih banyak untuk mencapai kesepakatan.

3. Para bawahan dan pemimpin hendaknya lebih saling terbuka dan saling memberikan masukan dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang kurang sesuai atau tidak disukai selama proses kepemimpinan guna menciptakan suasana yang menyenangkan.


(5)

Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Kaloh, J. 2009.Kepemimpinan Kepala Daerah. Sinar Grafika. Jakarta

Kartono, Kartini. 2008.Pemimpin dan Kepemimpinan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Pamudji, S. 2009. Kepemimpinan Pemerintahan Di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta

Pasolog, Harbani. 2008.Kepemimpinan Birokrasi. Alfabeta. Bandung.

Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, Stephen. P. 2008. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.


(6)

Sanusi, Achmad. 2009. Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan. Prospect. Bandung.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu. Yogayakarta.

Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik. Reformasi Birokrasi, Dan Kepemimpinan Masa Depan. PT Refika Aditama. Bandung.

Siagian, Sondang. P. 2002. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta. Bandung.

Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

T.Hani, Handoko dan Reksohadiprojo. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perusahaan. Edisi Kedua. BPFE UGM. Yogyakarta.

Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen. Edisi 12. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Website :

www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/66085-herman-hn-panen-pujian (15 Februari 2014)

http://regional.kompasiana.com/2013/09/13/pendidikan-gratis-cuma-iklanwalikota-bandar-lampung-592332.html (11 Maret 2014)


Dokumen yang terkait

KEBERADAN INDUSTRI TEMPE TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SAWAH BREBES KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2009

1 13 68

PENGARUH PERHATIAN IBU “SINGLE PARENT” YANG BEKERJA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN KOTABARU KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG

0 6 19

PENGARUH PERHATIAN IBU “SINGLE PARENT” YANG BEKERJA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN KOTABARU KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG

0 5 19

DESKRIPSI PENDUDUK BERMUKIM DI BANTARAN SUNGAI WAY AWI KELURAHAN KELAPA TIGA KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

1 43 52

SOSIALISASI PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KELUARGA (Studi Kasus di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung )

0 8 15

PENGARUH SERTIFIKASI, MOTIVASI, DAN PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PADA GURU SMP NEGERI KECAMATAN ENGGAL DAN KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 8 73

GAYA KEPEMIMPINAN WALI KOTA BANDAR LAMPUNG 2012-2014 DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

5 16 60

Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013

4 42 55

SOUND TOPOGRAPHY POLA KEBISINGAN SUARA DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG

1 16 84

PEMANFAATAN TANAH GADAI UNTUK USAHA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Pada Masyarakat Kota Baru Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 103