Sejarah dan Penyebab Flu Babi

SEJARAH DAN PENYEBAB FLU BABI
Oleh Diniya, S.Pd
Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Abstrak: Influenza babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A. virus influensa (jenis A, B, C) adalah RNA virus yang dilapisi dengan suatu
genome yang terbagi-bagi. Ini berarti kode genetik virus RNA bukan rantai yang tunggal tetapi
virus influensa memiliki delapan RNA segmen yang berbeda. Tulisan ini menggambarkan sejarah
penyakit, penyebab, patogenesis, gejala klinis, pengobatan, dan pengendalian.
Kata kunci: flu babi, swine flu.

Latar Belakang
Swine influensa atau influensa babi
adalah penyakit saluran pernafasan akut
pada babi yang disebabkan oleh virus
influensa tipe A. Penyakit ini pertama
kali dikenal sejak tahun 1918, pada saat
itu dunia sedang terdapat wabah penyakit
influensa secara pandemik pada manusia
yang menelan korban sekitar 21 juta
orang meninggal dunia. Kasus tersebut

terjadi pada akhir musim panas. Pada
tahun yang sama dilaporkan terjadi
wabah penyakit epizootik pada babi di
Amerika tengah bagian utara yang
mempunyai kesamaan gejala klinis dan
patologi yang sama dengan influensa
pada manusia. Karena kejadian ini
muncul bersamaan dengan kejadian
penyakit epidemik pada manusia, maka
penyakit ini disebut flu pada babi
(Syafriati, 2009)
Selain di negara Amerika Serikat,
wabah influensa babi dilaporkan terjadi
di berbagai negara Canada, Amerika
Selatan, Asia, dan Afrika pada permulaan
tahun 1968. Sementara itu, di Eropa

influensa babi diketahui pada tahun
1950-an, melanda negara Cekoslovakia,
Inggris, dan Jerman Barat. Setelah itu,

virus menghilang untuk sementara waktu
sampai muncul kembali wabah tahun
1976 di bagian italia, yang kemudian
menyebar ke Belgia dan bagian selatan
Prancis pada tahun 1979. Sejak itu
dengan cepat penyakit menyebar ke
negara Eropa yang lain (Syafriati, 2009).
Virus Swine flu pertama kali diisolasi
di Amerika Serikat pada tahun 1930. Dari
hasil studi, seseorang yang telah terkena
infeksi virus swine flu berkaitan erat
dengna riwayat kontak dengan babi. Dari
kasus flu babi yang pertama kali di
Meksiko, maka pada tahun 2009 para
peneliti mengidentifikasikan strain H1N1
yang ditemukan pada orang-orang yang
terkena flu babi. Virus ini memiliki 2
antigen permukaan yaitu Hemaglutinin
(H) dan Neuraminidase (N) (Davis,
2010). Pada tanggal 15 dan 17 April

2009, Novel swine-origin influenza A
(H1N1) virus (S-OIV) yang didapat dari 2
tempat pasien di Amerika Serikat
1

ternyata memiliki strain virus yang sama
dengan yang ditemukan di Meksiko
(Anonimous, 2009).

dapat mengandung 8 segmen RNA
flu babi dan manusia. Jumlah RNA di
satu sel dapat menjadi 16; empat babi
dan empat RNA segmen influensa
manusia bisa disatukan ke dalam satu
partikel. Kedua, babi memiliki risiko
tinggi sebagai host untuk tipe flu
yang baru karena sel pernafasan babi
bisa dengan mudah terinfeksi oleh flu
burung, manusia, dan virus flu
mammalia lainnya (Davis, 2010)


Masuknya influensa babi di Indonesia
arus
diwaspadai
terutama
telah
merebaknya kasusavian influensa (AI)
pada unggas yang disebabkan oleh H5N1
sejak bulan Agustus tahun 2003, yang
didahului
dengan
dilaporkannya
influensa pada itik di Indonesia. Virus AI
yang menyerang kelompok unggas
disebabkan sub tipe lain, yang berbeda
dengan penyebab kematian pada babi,
tetapi masih dalam tipe influensa A yang
sama (Syafriati, 2009). Pada tulisan ini
digambarkan penyakit influensa yang
menyerang

babi
secara
umum
berdasarkan kumpulan tulisan-tulisan
mengenai influensa babi.

Landasan Teori
2.1 Penyebaran Ke Manusia
Banyak
peneliti
sekarang
menyatakan bahwa dua rangkaian
yang utama tentang influensa babi
dan juga avian atau influensa burung
yang menjadi suatu penyebab utama
untuk penyakit influensa pada
manusia. Pertama, virus influensa
(jenis A, B, C) adalah RNA virus
yang dilapisi dengan suatu genome
yang terbagi-bagi. Ini berarti kode

genetik virus RNA bukan rantai yang
tunggal tetapi virus influensa
memiliki delapan RNA segmen yang
berbeda. Influensa manusia atau
burung dapat menginfeksi sel saluran
pernafasan babi pada saat yang
bersamaan sebagai influenza babi.
Beberapa dari replikasi strand RNA
influenza manusia dapat dengan
mudah
menjadi
swine
flu.
Contohnya, satu sel segmen RNA

.
2.2 Epidemiologi
Penyebaran virus influensa dari
babi ke babi dapat melalui kontak
moncong babi, melalui udara atau

droplet. Faktor cuaca dan stres akan
mempercepat penularan. Virus tidak
akan tahan lama di udara terbuka.
Penyakit bisa saja bertahan lama pada
babi
breeder
atau
babi
anakan.Kekebalan maternal dapat
terlihat sampai 4 bulan tetapi
mungkin tidak dapat mencegah
infeksi, kekebalan tersebut dapat
menghalangi timbulnya kekebalan
aktif (Syafriati, 2009).
2.3 Penyebab

2

Penyebab
penyakit

saluran
pernafasan pada babi adalah virus
influensa tipe A yang termasuk Famili
Orthomyxoviridae. Virus ini erat
kaitannya dengan penyebab swine
influenza, equine influenza dan avian
influenza (fowl plaque). Virus
influensa tidak dapat tahan lebih dari 2
minggu di luar sel hidup kecuali pada
kondisi dingin. Virus sangat sensitif
terhadap panas, detergen, kekeringan
dan desinfektan. Sangat sensitif
terhadap
pengenceran
tinggi
desinfektan
mutakhir
yang
mengandung oxidising agents dan
surfactants seperti Virkon (Antec)

(Syafriati, 2009).
2.4 Patogenesis
Pada penyakit influensa babi
klasik, virus masuk melalui saluran
pernafasan atas kemungkinan lewat
udara. Virus menempel pada trachea
dan bronchi dan berkembang secara
cepat yaitu dari 2 jam dalam sel
epithel bronchial hingga 24 jam pos
infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi
virus dan menimbulkan eksudat pada
bronchiol. Infeksi dengan cepat
menghilang pada hari ke 9. Lesi
akibat infeksi sekunder dapat terjadi
pada paru-paru karena aliran eksudat
yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini
akan hilang secara cepat tanpa
meninggalkan adanya kerusakan.
Kontradiksi ini berbeda dengan lesi
pneumonia enzootica babi yang dapat

bertahan lama. Pneumonia sekunder
biasanya karena serbuan Pasteurella
multocida, terjadi pada beberapa
kasus dan merupakan penyebab
kematian (Syafriati, 2009).
2.5 Gejala Klinis
Pada kejadian wabah penyakit,
masa inkubasi sering berkisar antara

1-2 hari.
Penyakit ini menyebar
sangat cepat hampir 100% babi yang
rentan terkena, dan ditandai dengan
apatis, sangat lemah, enggan bergerak
atau bangun karena gangguan
kekakuan otot , dan nyeri otot, eritema
pada kulit, anoreksia, demam sampai
41,8oC. Batuk sangat sering terjadi
apabila penyakit cukup hebat,
dibarengi dengan muntah eksudat

lendir,
bersin,
dispnu
diikuti
kemerahan pada mata dan terlihat
adanya cairan mata. Biasanya sembuh
secara tiba-tiba pada hari ke 5-7
setelah gejala klinis (Syafriati, 2009).
.
2.6 Diagnosis
Diagnosis sementara terhadap
penyakit influensa babi didasarkan
pada gejala klinis dan perubahan
patologi. Diagnosis laboratorium
dapat berdasarkan isolasi virus pada
alantois telur ayam berembrio dan
dilihat hemaglutinasi pada cairan
alantois. Spesimen yang paling baik
untuk isolasi virus pada influensa
babi adalah cairan hidung yang
diambil sedini mungkin atau organ
paru yang diperoleh dari bedah
bangkai dan tonsil. Mendiagnosis
influensa babi dengan metoda
imunohistokimia sudah dilaporkan
dengan
menggunakan
antibody
poliklonal kemudian menggunakan
antibodi
monoklonal.
Kualitas
pengujian
dengan
antibodi
monoklonal tersebut lebih konsisten,
karena latar belakang pewarnaan
yang rendah dan tidak terbatasnya
penyediaan antibibodi. Pada kasus
penyakit influensa babi yang khronis,
diagnosis dapat dilakukan secara
serologi dengan memperlihatkan
peningkatan antibodi pada serum
ganda (paired sera) yang diambil
dengan selang waktu 3-4 minggu.

3

Untuk memeriksa antibodi terhadap
virus influensa dapat digunakan uji
haemagglutination inhibition (HI)
(Syafriati, 2009).
Immunodifusi single radial dan
virus netralisasi. Kenaikan titer 4x
lipatnya sudah dianggap adanya
infeksi. Pada uji serologis digunakan
kedua antigen H1N1 dan H3N2 Pada
suatu
percobaan,
strain
H1N1(A/Swine/England/195852/92)
yang diisolasi dari babi pada saat
terjadi
kasus
wabah,
dicoba
disuntikkan pada babi SPF umur 6
minggu, hasil menunjukkan bahwa
diantara 1 dan 4 hari setelah inokulasi
terlihat adanya pireksia, batuk, bersin,
anoreksia. Sero konversi dapat
dideteksi 7 hari setelah infeksi. Virus
dapat diisolasi dari swab hidung dan
jaringan sampai 4 hari setelah infeksi
tetapi tidak dari feses. Virus hanya
dapat diisolasi dari serum yang
diambil pada hari pertama setelah
infeksi.
Perubahan
patologi
pneumonia intersisial dapat dilihat
sampai 21 hari setelah infeksi, lesi
bronchi dan bronchus sampai 7 hari
setelah infeksi dan limfoglandula
mengalami
hemoragik.
Bahwa
sampel untuk isolasi virus dapat
berasal dari swab hidung/ tonsil,
trachea dan paru-paru yang diambil
2-5 hari dari sejak munculnya gejala
klinis. Semua sampel disimpan dalam
media transpor. Selain isolasi virus,
diagnosis juga dapat dilakukan
dengan mendeteksi antigen dengan
uji fluorescent antibody technique
(FAT) pada sampel paru-paru, tetapi
mempunyai kekurangan oleh karena
lesi akibat virus sangat menyebar
sehingga lesi dapat mendapatkan
hasil sampel yang negatif dan sampel
harus benar-benar segar dengan
sedikit perubahan otolisis serta FA

slide tidak dapat disimpan lama,
warna
akan
pudar
sehingga
ditawarkan metode deteksi swine
influenza virus (SIV) pada jaringan
yang difiksasi dengan metode
imunohistokimia yang menggunakan
antibodi
monoclonal
(Syafriati,
2009).
.
2.7 Pengendalian
Tidak ada pengobatan yang
spesifik untuk penyakit influensa.
Hanya saja pengobatan dengan
antibiotika seperti dengan penisilin,
sulfadimidin atau mungkin antibiotik
yang
berspektrum
luas
dapat
menghadang infeksi bakteri dalam
mencegah
infeksi
sekunder.
Pengamanan yang sangat penting
adalah tidak membuat stres hewan,
seperti dengan membuat bersih
lingkungan yang bebas dari debu dan
menjaga hewan jangan sampai
berdesakan, memperbaiki sistem
kandang seperti alas yang baik,
memberikan air minum yang banyak
dan bersih. Usaha pengendalian
dalam mengantisipasi datangnya
penyakit, terutama pada sekumpulan
atau kelompok ternak sangat sulit,
karena sekali penyakit datang, sangat
sedikit sekali yang dapat dikerjakan.
Penyakit dengan sangat cepat
menulari babi yang lain. Hewan yang
sembuh biasanya hanya dapat tahan
atau kebal sampai 3 bulan.
RWEYEMAMU, 1970 melaporkan
bahwa vaksin inaktif yang berasal
dari unggas dengan menggunakan
adjuvan sudah mulai digunakan,
namun oleh karena adanya perbedaan
antigenic maka harus dipikirkan
kemungkinan penggunaan vaksin lain
yang mengandung strain virus yang
didapat
dari
daerah
terkena.
Pencegahan penyakit influensa babi

4

yang telah dicoba dengan perlakuan
vaksinasi (Syafriati, 2009).
Penyembuhan dilakukan secara
simptomatis dan pengobatan dengan
antimikrobial
untuk
mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Babi
harus dipelihara dalam keadaan
sanitasi yang baik, kondisi kandang
yang memadai dan eradikasi cacing
askaris dan cacing paru-paru.
Desinfektan dapat digunakan untuk
melindungi hewan dari serangan kutu
(Syafriati, 2009).
Penutup
Virus flu babi adalah penyakit yang
dapat menular ke manusia yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A
sub tipe H1N1, H1N2, dan H3N2. Virus
ini memiliki masa inkubasi yang cepat
sehingga memiliki tingkat kematian yang

tinggi. Penyembuhan dilakukan secara
simptomatis.
Daftar Pustaka
Anonimous. 2009. Emergence of a Novel
Swine-Origin Influenza A (H1N1)
Virus in Humans. WWW NEJM.org
[serial online]. http://www.nejm.org/
doi/full
/10.1056/NEJMoa0903810
[diakses 4 Oktober 2011]
Davis, Charles. 2010. Swine Flu [serial
online].
http://tropej.oxfordjournals.org/
content /56/ 1/ 1.full 4 okt 2010
[diakses 4 Oktober 2011]

Syafriati, Tetry. 2009. Mengenal Penyakit
Influensa Babi. Bogor :Lokakarya
Nasional Penyakit Zoonosis.

5

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2