RISET KHUSUS VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT

  PEDOM AN PEN GU M PU LAN DAT A RESERV OI R (T I K U S) DI LAPAN GAN RI SET K H U SU S

  

V EK T OR DAN RESERV OI R PEN Y AK I T Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I. 2015 ISBN 978-602-373-012-4 Pedoman Pengumpulan Data Reserrvoir (tikus) di Lapangan Ukuran 210 x 297 mm, 122 hal Cetakan Pertama: 2015 Hak Cipta dilindungi Undang Undang Diterbitkan oleh: Lembaga Penerbit Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Anggota IKAPI No. 468/DKXI/2013 Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Telp: 021 4261008 ext. 223; Fax. 021 4243933 Email: Didistribusikan oleh: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Copyright @ 2015 pada Lembaga Penerbit Balitbangkes, Jakarta Sanksi Pelanggaran Undang Undang Hak Cipta 2002

  1. Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

  2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, menedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dipidana paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak RP. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

TIM PENYUSUN

  

Pengarah:

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Penanggung jawab:

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

  

Tim Teknis Reservoir:

  Dr. Ristiyanto, M.Kes Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE

  DR. Vivi Lisdawati, M. Si, A.pt Arief Mulyono, S.Si, M.Sc Farida Dwi Handayani, S.Si, MS. drh. Tika Fiona Sari, M.Sc drh. Dimas Bagus Wicaksono Putro drh. Ayu Pradipta Pratiwi drh.Aryo Ardanto

  Arum Sih Joharina, S.Si Esti Rahardianingtyas, S.Si

  Bernadus Yuliadi Muhidin, SKM

  Ika Martiningsih, S.Pd Siska Indriyani

  Nurhidayati Aprilia Safitri

  Restu Khoirul S

  

Kontributor:

  drh. Anang S. Achmadi, M.Sc Dr. drh. Joko Pamungkas, M.Sc

  M. H Sinaga, S. Si

KATA PENGANTAR

  Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikhus Vektora) merupakan bagian dari Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) dengan tujuan untuk pemutakhiran data dasar vektor dan reservoir penyakit sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, baik yang baru ataupun muncul kembali, di Indonesia. Langkah utama penelitian adalah pengumpulan data dan spesimen di lapangan secara teliti, akurat, valid dan reliabel, serta pengelolaan spesimen koleksi dengan standar baku.

  Pengumpulan spesimen vektor dan reservoir penyakit merupakan representasi dari jenis vektor dan reservoir penyakit yang terdapat di wilayah Indonesia. Diharapkan data spesimen hasil riset dapat berguna untuk pemutakhiran kajian taksonomi, zoogeografi, evolusi dan filogenetik, serta ekologi dan genetiknya. Selain itu dapat pula digunakan untuk memahami biologi serangga vektor dan hewan reservoir penyakit yang bermanfaat dalam pencegahan penularan penyakit bersumber binatang (zoonosis). Oleh karena itu diperlukan buku pedoman kerja untuk memberikan gambaran tentang teknik pelaksanaan pengumpulan data dan spesimen vektor dan reservoir penyakit di lapangan.

  Dalam rangka pelaksanaan Rikhus Vektora, maka telah disusun buku pedoman teknis untuk koleksi data dan spesimen vektor dan reservoir di lapangan. Pedoman ini dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh para tenaga pengumpul data agar memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

  Buku pedoman bertujuan agar pengumpulan data serta spesimen vektor dan reservoir penyakit dilakukan secara baik dan benar sesuai standar baku sehingga dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan dapat dipertanggungjawwabkan secara ilmiah.

  

DAFTAR ISI

  

  

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rangkuman kegiatan pengumpulan data tikus ................................................ 33

Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data tikus …….……… 33

Tabel 3. Pengelompokan paket pengiriman Rikhus Reservoir Tikus ………….……....102

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Kelengkapan perangkat GPS................................................................................. 14 Gambar 2. Bagian : GPS ......................................................................................................... 14 Gambar 3: Jenis baterai. ......................................................................................................... 15 Gambar 4: Bagian penutup baterai. ......................................................................................... 15 Gambar 5: Bagian penutup baterai. ......................................................................................... 15 Gambar 6: Pengoperasian GPS. ............................................................................................. 16 Gambar 7: Pengaturan GPS. ................................................................................................... 16 Gambar 8: Pengoperasian pengaturan GPS. .......................................................................... 17 Gambar 9: Deteksi sinyal satelit. ............................................................................................. 18 Gambar 10: Menyimpan koordinat dan dokumentasi foto pada GPS......................................... 19 Gambar 11: Form TK.02. ........................................................................................................... 22 Gambar 12: Tampilan software basecamp. ............................................................................... 23 Gambar 13: Tampilan menu receive from device. ..................................................................... 23 Gambar 14: Tampilan select device montera. ........................................................................... 24 Gambar 15: Tampilan titik koordinat GPS di basecamp............................................................. 24 Gambar 16: Tampilan export data di basecamp. ....................................................................... 24 Gambar 17: Tampilan penyimpanan data GPS. ........................................................................ 25 Gambar 19. Bagan penataan nampan di meja pada laboratorium lapangan ............................. 59 Gambar 20. Cara menutup syringe yang telah digunakan ............ Error! Bookmark not defined.

  

   Gambar 38. Kantong plastik hitam, plastik biohazard, dan sharp safety container .............. Error! Bookmark not defined.

  Gambar 39. Contoh penanganan limbah benda tajam ................. Error! Bookmark not defined. Gambar 40. Pengepakan spesimen serum dengan cold chain ..... Error! Bookmark not defined. Gambar 41. Pengepakan spesimen ginjal, ektoparasit, FTA card, dan punch jaringan........ Error! Bookmark not defined.

  Gambar 42. Alamat tujuan pengiriman spesimen ..................................................................... 83

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. . Form Ekositem................................................... Error! Bookmark not defined.09 Lampiran 2. Form Koordinat GPS Perangkap ....................... Error! Bookmark not defined.10 Lampiran 3. Form Lokasi Penangkapan tikus ........................ Error! Bookmark not defined.11 Lampiran 4. Form Koleksi Tikus ............................................ Error! Bookmark not defined.12 Lampiran 5. Form Pengiriman Spesimen............................... Error! Bookmark not defined.14 Lampiran 6. Form Check list Kegiatan ................................... Error! Bookmark not defined.15 Lampiran 7. Form Check list Alat dan Bahan ......................... Error! Bookmark not defined.16 Lampiran 8. Form Berita cara Serah Terima Limbah ............. Error! Bookmark not defined.17 Lampiran 9. Form Berita Acara Pemusnahan Limbah ........... Error! Bookmark not defined.18 Lampiran 10. Berita Acara Serah Terima Spesimen ................ Error! Bookmark not defined.19 Lampiran 11. Form Spesimen ................................................. Error! Bookmark not defined.20

BAB I. PENDAHULUAN Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) merupakan salah satu

  riset nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan dengan tanggung jawab pelaksana oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbangkes di Salatiga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP).

  Rikhus Vektora adalah suatu kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran vektor dan reservoir penyakit, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar dengan menggunakan hasil observasi bionomik, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium.

  1. Latar belakang:

  a. Ancaman risiko penyakit tular vektor dan reservoir secara global dan nasional sangat tinggi; b. Data bio-diversitas fauna di Indonesia yang kompleks akibat kondisi bio-geografis

  (pertemuan wilayah Oriental dan Australia) belum terbaharukan dengan baik;

  c. Data penelitian terkait vektor dan reservoir penyakit belum terwakili secara nasional;

  d. Data model penanggulangan secara lokal spesifik belum lengkap Rikhus Vektora dilaksanakan di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Indonesia secara berkesinambungan yang dirancang untuk dilaksanakan selama tiga tahun, mulai tahun 2015 sampai dengan 2017.

  2. Tujuan Umum riset khusus vektor dan reservoir penyakit adalah: melakukan pemuktahiran data vektor dan reservoir penyakit secara nasional sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (baik jenis penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia

  3. Tujuan khusus riset adalah:

  a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan reservoir penyakit;

  b. Memperoleh peta sebaran vektor dan reservoir penyakit;

  c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan yang berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan kelelawar; d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan reservoir baru/belum terlaporkan; e. Mengembangkan spesimen koleksi referensi vektor dan reservoir penyakit; f. Memperoleh data sekunder penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis ekosistem

  4. Manfaat riset adalah :

  a. Bagi para pemangku kebijakan, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang diperoleh sebagai dasar perencanaan dan evaluasi program pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (zoonosis) di Indonesia;

  b. Bagi masyarakat, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang diperoleh sebagai dasar pemahaman tentang vektor dan reservoir penyakit serta meningkatkan peran sertanya pada kegiatan penanggulangan/pengendalian di lingkungan;

  c. Bagi kalangan ilmiah, dapat memanfaatkan dan menggunakan data koleksi spesimen (sampel tersimpan maupun informasi biodiversitas terbaharukan), sebagai dasar penelitian dan pengembangan berbagai produk inovasi (misal: kit diagnostik, vaksin dan obat) terkait penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir (penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia.

  5. Prinsip Rikhus Vektora:

  a. Merupakan survei bertaraf nasional

  b. Menggunakan unit pengumpulan data berupa ekosistem per provinsi

  c. Mencakup data spesies dan patogen untuk penyakit tular vektor dan reservoir (baik yang lama maupun yang baru ditemukan), peta sebaran serta model dan metode penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis ekosistem lokal

  1

  d. Besar sampel mencakup data primer (penangkapan nyamuk , penangkapan tikus dan

  2

  kelelawar ; sebagian sampel dijadikan spesimen koleksi referensi/awetan) dan data sekunder (endemisitas penyakit di lokasi riset berikut data pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, baik program nasional maupun metode pengendalian lokal)

  6. Pengumpulan Data Pengumpulan data vektor (nyamuk), reservoir (tikus dan kelelawar) serta data sekunder pada Rikhus Vektora 2015 – 2017 bertujuan untuk melengkapi data primer terkait penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir di Indonesia. Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data di lapangan, sehingga pada akhirnya mewakili tingkat provinsi secara nasional, mencakup ekosistem hutan, non- hutan dan pantai yang dekat pemukiman serta jauh dari pemukiman penduduk.

  Data reservoir (tikus) dikumpulkan meliputi: (a) data spesies dan habitat tikus; (b) peta sebaran, potensi reservoir penyakit (tikus) baru/belum terlaporkan beserta jenis patogen; (c) sampel tersimpan; serta (d) data sekunder penanggulangan penyakit tular reservoir (tikus). Data reservoir yang akan dikumpulkan ini sangat penting karena merupakan pemuktahiran data yang sahih untuk dikaitkan dengan data penanggulangan penyakit tular reservoir (tikus) di masyarakat yang akan diperoleh dengan metode observasional diskriptif menggunakan rancangan studi potong lintang (cross sectional study).

  Berdasarkan hal tersebut di atas maka sangat perlu disusun Pedoman dengan tujuan membantu tenaga pengumpul data memahami: a. Mekanisme pengambilan sampel tikus sesuai Pedoman Operasional Baku (POB) /

  Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;

  b. Mekanisme identifikasi sampel tikus sesuai Pedoman Operasional Baku (POB) /

  Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;

  c. Mekanisme pengambilan spesimen serum, ginjal, paru (RNA later), punch telinga, serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah tikus sesuai Pedoman Operasional Baku (POB) / Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan; d. Cara-cara penyimpanan spesimen serum, ginjal, paru (RNA later), punch telinga, serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah tikus sesuai Pedoman

  Operasional Baku (POB) / Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan; e. Cara-cara pengemasan sampel dan spesimen tikus sesuai POB yang telah ditetapkan; f. Cara-cara pengiriman sampel dan spesimen tikus sesuai POB yang telah ditetapkan.

  Jenis sampel dan spesimen untuk data tikus pada Rikhus Vektora 2015-2018

  berupa: serum, ginjal, paru (RNA letter), ektoparasit, punch telinga, serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah tikus.

  Identifikasi sampel dan pemeriksaan spesimen dilaksanakan di laboratorium lapangan di daerah, yaitu sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk dijadikan laboratorium lapangan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), desa atau wilayah dusun setempat.

  Pemeriksaan pada tahun 2015-2017 yang langsung dilaksanakan di laboratorium lapangan adalah identifikasi spesimen tikus. Pemeriksaan di laboratorium B2P2VRP, Badan Litbangkes, pada tahun berjalan adalah pemeriksaan leptospirosis dan

  

Hantavirus. Sementara untuk pemeriksaan analisis lanjut akan dilaksanakan pada tahun

selanjutnya setelah pelaksanaan riset di suatu provinsi selesai dilaksanakan.

  Secara lebih rinci, metode koleksi dan jenis pemeriksaan laboratorium untuk sampel tikus yang dilakukan di laboratorium lapangan meliputi: a. Koleksi tikus menurut CDC (1995)

  1

  ;

  b. Identifikasi spesies tikus secara morfologis;

  c. Pembuatan spesimen tikus untuk koleksi referensi reservoir penyakit

BAB II. PENGORGANISASIAN LAPANGAN Kegiatan riset khusus vektor dan reservoir penyakit memerlukan pengorganisasian

  lapangan pada saat melakukan survei di lapangan. Pengorganisasian perlu dilakukan agar pelaksanaan kegiatan mulai survei pendahuluan, koordinasi, perijinan dan pengumpulan data dapat terlaksana dengan baik dan dapat diperoleh data sesuai dengan yang diharapkan.

  Setiap anggota tim perlu memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Kompetensi tersebut antara lain kemampuan bekerjasama dalam kelompok, saling memahami dan menghargai tugas pokok masing-masing dalam tim.

  Pengorganisasian dalam riset khusus vektor dan reservoir penyakit disusun berdasarkan objek disurvei, yaitu tim vektor, tim reservoir dan tim data sekunder.

A. Tim survei

  Tim survei terdiri atas:

  1. Koordinator Provinsi Koordinator provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan di provinsi setempat.

  2. Koordinator Lapangan Provinsi Koordinator lapangan provinsi adalah Kepala Balai/Loka Litbangkes.

  3. Penanggung Jawab Operasional Kabupaten Penanggung jawab operasional (PJO) Kabupaten adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota yang menangani bidang pencegahan dan pengendalian penyakit.

B. Tim koleksi data reservoir

1. Tim koleksi data reservoir terdiri dari :

  a. Koordinator teknis : 1 orang senior mamalogis/B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes

  b. Satu (1) orang staf teknis dari B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes

  c. Satu (1) orang staf teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes setempat

  d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1 Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII Kesehatan Hewan dan memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)

  e. Enam (6) orang terdiri dari 5 tenaga lokal penangkap tikus dan kelelawar, dan 1 orang dari puskesmas.

2. Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota adalah sebagai berikut :

  a. Koordinator teknis Tugas koordinator teknis adalah mengkoordinir seluruh anggota tim dalam melakukan koleksi tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, handling spesimen dari lapangan ke B2P2VRP, serta berkoordinasi dengan PJO untuk pemusnahan limbah. Koordinator teknis dipilih dari tenaga mamalogis yang berasal dari Balai/Loka Litbangkes maupun tenaga independen yang telah berpengalaman dan menguasai survei tikus dan kelelawar. Koordinator teknis juga diharapkan telah berpengalaman di dalam penanganan sampel dan spesimen serta analisis habitat.

  b. Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes bertugas untuk mendukung

  tugas koordinator teknis dalam pelaksanaan survei tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen dan analisis habitat. Tenaga teknis adalah seseorang

  yang telah menguasai survei tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen dan manajemen rantai dingin.

  c. Tenaga teknis dari Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten/Kota Tugas dari tenaga teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes

  Kabupaten/Kota adalah membantu tim reservoir dalam melakukan seluruh kegiatan teknis di lapangan dan sebagai tenaga daerah yang membantu perijinan dan pendekatan ke masyarakat di lokasi studi.

  d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1 Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII Kesehatan Hewan dan memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)

  Tugas dan tanggung jawabnya adalah bertugas secara penuh dalam koleksi tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, manajemen rantai dingin, dan identifikasi. Tenaga pengumpul data adalah tenaga yang direkrut dari mahasiswa tingkat akhir atau baru lulus berasal dari bidang ilmu Biologi, Kedokteran Hewan, Kesehatan Lingkungan. Tenaga pengumpul data dapat juga berasal dari bidang ilmu lain yang memiliki kemampuan di bidang mamalogi.

e. Lima (5) orang tenaga penangkap tikus dan kelelawar

  Tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu pemasangan perangkap dan pemanenan tikus maupun kelelawar.

f. Satu (1) orang tenaga Puskesmas

  Tugas dan tanggung jawabnya adalah membawa dan menitipkan sampel dari lapangan ke fasilitas kesehatan yang memiliki lemari pendingin serta membantu pemasangan perangkap dan pemanenan tikus maupun kelelawar.

BAB III. PENENTUAN LOKASI PENGUMPULAN DATA Penentuan lokasi pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam Rikhus Vektora. Keberhasilan penentuan lokasi untuk survei nyamuk, tikus dan kelelawar akan

  sangat mempengaruhi hasil pengumpulan data secara keseluruhan. Pemahaman definisi operasional ekologi, ekosistem dan habitat, definisi operasional dan kriteria dari hutan, non hutan serta pantai dengan baik mendukung dalam menentukan habitat ekosistem terpilih yang mempunyai kemelimpahan nyamuk, tikus dan kelelawar, baik jenis maupun jumlahnya.

A. Tujuan

B. Definisi Operasional Ekologi, Ekosistem dan Habitat

  17,18

  pantai berdasar data Land System of Indonesia and New Guinea yang dikeluarkan oleh RePPProT (The Regional Physical Planning Programme for Transmigration) Badan Informasi Geospasial.

  4. Pantai merupakan tepi laut (shore) yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh laut masih dirasakan.

  18 .

  3. Habitat merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup

  2. Ekosistem merupakan unit fungsional dasar dalam ekologi (satuan sistem ekologi) yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya

  Selain faktor bio-ekologis yang mendukung keberadaan nyamuk, tikus dan kelelawar, faktor aksesibilitas, keberadaan penyakit tular vektor dan reservoir di kawasan tersebut, keamanan dan resiko lain yang dapat muncul di luar kepentingan riset menjadi pertimbangan penting dalam menentukan lokasi pengumpulan data.

  16,17

  1. Ekologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal-balik antara makhluk hidup (organisme dan sesamanya) dengan lingkungan

  3. Untuk dapat mengetahui cara penentuan titik pengumpulan data

  2. Untuk dapat memahami definisi operasional dan kriteria ekosistem hutan, non-hutan dan pantai yang dipergunakan dalam rikhus vektora

  1. Untuk dapat memahami definisi operasional ekologi, ekosistem dan habitat

  b. Tujuan Khusus

  Untuk dapat memahami definisi operasional lokasi, kriteria dan cara penentuan titik pengumpulan data di lapangan

  a. Tujuan Umum

6 Definisi pantai dimaksud dalam Rikhus Vektora adalah batas

  eb74fe29b6fb49d0a6831498b0121c99).

  5. Hutan merupakan: (1) suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati didominasi pepohonan, persekutuan alam lingkungan satu dengan

  19

  lainnya tidak dapat dipisahkan ; (2) Luas lebih dari 0,5 hektar dengan pepohonan tinggi lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, atau pohon dapat mencapai ambang batas ini di lapangan. Tidak termasuk lahan yang sebagian besar digunakan

  20 untuk pertanian atau pemukiman .

C. Kriteria Lokasi Pengambilan Sampel

  Lokasi pengambilan sampel atau sampling area, dalam riset khusus vektor dan reservoir penyakit, diharapkan dapat mewakili beberapa ekosistem dengan beberapa tipe habitat nyamuk, tikus dan kelelawar di daerah studi. Pemilihan lokasi diharapkan juga dapat mewakili endemisitas penyakit tular vektor dan reservoir. Kawasan yang mewakili tiga kelompok ekosistem adalah:

  1. Ekosistem hutan Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di daratan. Hutan merupakan tempat tinggal bagi tumbuhan dan juga hewan. Di wilayah ekosistem hutan, beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya membuat pemukiman di pinggir atau di sekitar hutan. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia, ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Hutan jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

  2. Ekosistem non-hutan Ekosistem non-hutan merupakan kelompok ekosistem di antara hutan dan pantai/pesisir. Ekosistem ini dapat berupa perkebunan, pekarangan rumah/ pemukiman, sawah, ladang, belukar, maupun kebun monokultur, dsb. Di wilayah ekosistem non- hutan, beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya membuat pemukiman di pinggir atau di sekitar ekosistem non-hutan, misalnya petani kebun. Mereka rata-rata membuat perkampungan terletak di sekitar kebun tempat mereka mencari nafkah. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia, ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan non-hutan jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria non-hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

  3. Ekosistem pantai/pesisir Ekosistem pantai atau pesisir merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut dan daratan.Ekosistem ini memiliki dua macam komponen, yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan komponen selain makhluk hidup lainnya. Salah satu contoh ekosistem ini adalah hutan bakau (mangrove) dengan berbagai macam hewan yang hidup di dalamnya.

  Apabila tidak memungkinkan melakukan pengumpulan data di salah satu ekosistem, maka dapat digantikan oleh ekosistem lain yang mewakili keberadaan penyakit tular vektor/reservoir. Seperti hanya ekosistem hutan dan non-hutan, di wilayah ekosistem pantai penduduk di wilayah tersebut membuat pemukiman di pinggir atau di sekitar pantai. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia, ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan pantai jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria pantai jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

D. Cara Penentuan Titik Sampel

  Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dilakukan berdasarkan stratifikasi geografis dan ekosistem. Pengambilan sampel dilakukan di titik terpilih yang mewakili 3 tipe ekosistem (hutan, non-hutan dan pantai), baik yang jauh maupun dekat dengan pemukiman. Di setiap kabupaten terpilih, pengambilan sampel akan dilakukan di 6 titik, yaitu :

  1. Hutan dekat dengan pemukiman (HDP)

  2. Hutan jauh dari pemukiman (HJP)

  3. Non-hutan dekat dengan pemukiman (NHDP)

  4. Non-hutan jauh dari pemukiman (NHJP)

  5. Pantai dekat dengan pemukiman (PDP)

  6. Pantai jauh dari pemukiman (PJP) Selain dasar stratifikasi geografis dan ekosistem, dasar penentuan titik tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Wilayah (provinsi/kabupaten) tersebut memiliki informasi yang cukup atau memiliki dugaan kuat sebagai sumber penularan penyakit bersumber vektor dan reservoir

  2. Memiliki kondisi lingkungan yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk, seperti adanya rawa, kolam ikan tidak digunakan lagi, lagun dan sebagainya.

  3. Lokasi relatif mudah diakses dan terdapat cukup fasilitas yang dibutuhkan

  4. Lokasi harus dapat dikunjungi dan tidak memiliki risiko tinggi di luar kepentingan riset (bencana, keamanan, dsb)

BAB IV. PROSEDUR PENGGUNAAN GPS

  

(Global Positioning System)

Tujuan Pembelajaran Umum:

  Peserta memahami pengoperasionalan dan penggunaan GPS

  Tujuan Pembelajaran Khusus:

  1. Peserta dapat mengoperasikan GPS dengan benar

  2. Peserta dapat mengambil titik koordinat dengan benar

  3. Peserta dapat mengambil foto dan video dengan benar

  4. Peserta dapat mentransfer data dari GPS dengan benar GPS (Global Positioning System) merupakan alat survei yang dapat digunakan dalam berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Pada riset khusus vektora ini dilakukan pemetaan persebaran vektor dan reservoir daerah penelitian. Pengambilan koordinat dilakukan pada habitat sampel vektor dan reservoir diambil. GPS yang digunakan adalah Garmin Monterra. GPS Monterra merupakan bagian dari pengembangan GPS Montana dan Sistem Operasi perangkat mobile Android. Monterra dapat digunakan sebagai GPS navigator maupun sebagai GPS survei lapangan untuk plot waypoint maupun tracking. Memiliki desain kokoh dan tahan cuaca (weather sealed) serta didukung fitur beragam membuat GPS ini sangat cocok untuk untuk kegiatan lapangan di negara tropis seperti Indonesia. Fitur Garmin Monterra antara lain Penggabungan Pemetaan 3D, kamera digital 8 megapixel autofocus, sistem baterai ganda

  

state-of-the-art, kompas elektronik built-in 3-axis accelerometer dan dengan gyro, sensor UV

built-in, Wi-Fi, Bluetooth dan NFC, Memuat peta dan jutaan geocaches, Radio dan lain-lain.

  Seluruh fitur dikemas dalam sistem operasi android versi 4.0.4 yang universal untuk digunakan oleh pemula maupun surveior berpengalaman. Berdasarkan penilaian tersebut, GPS ini sangat tepat digunakan untuk rikhus vektora. Metode dalam pemetaan ini adalah metode Stop and Go, pengambilan koordinat dilakukan dengan cara pengambil koordinat berhenti sejenak di lokasi survei kemudian menunggu GPS mendapatkan sinyal stabil. Koordinat dapat disimpan di GPS ataupun ditulis dalam form GPS. Setelah pencatatan koordinat selesai kemudian dilanjutkan untuk lokasi berikutnya. Semoga pedoman singkat ini bermanfaat bagi kita semua

  PENJELASAN UMUM

  1. Kelengkapan1 Unit GPS Monterra Gambar 1 Kelengkapan perangkat GPS

  2. Bagian – Bagian GPS Tampilan Bagian Depan: Tampilan Bagian Belakang:

  Gambar 2. Bagian : GPS

  3. Baterai GPS Garmin Monterra memiliki sistem baterai ganda state-of-the-art. GPS ini dapat menggunakan baterai rechargable lithium-ion atau menggunakan baterai AA.

  rechargable lithium-ion Baterai Baterai Alkaline

  Gambar 3: Jenis baterai.

  a. Cara memasang baterai rechargable lithium-ion: 1) Putar ring berlawanan arah jarum jam, dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup (Gambar 5).

  2) Cari kontak logam baterai lithium – ion. 3) Masukkan baterai ke dalam kompartemen. 4) Tekan baterai ke tempatnya. 5) Tutup kembali penutup baterai (ring) dan putar searah jarum jam.

  o o

  6) Catatan baterai rechargeble lithium dapat di-charge pada kisaran suhu 0 C-50 C.

  A B Gambar 4: Bagian penutup baterai.

  b. Cara memasang baterai AA: 1) Putar ring berlawanan arah jarum jam dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup (Gambar 6).

  2) Pasang tiga baterai AA perhatikan arah baterai yang ditunjukkan pada gambar di belakang alat, dan jangan sampai terbalik.

  Gambar 5: Bagian penutup baterai.

  3. Langkah Pengoperasian Setelah selesai memasang baterai maka kita dapat mengoperasikan GPS. Langkah mengoperasikan GPS Garmin Monterra adalah sebagai berikut:

  g. Sentuh icon untuk mengatur sistem.

  Gambar 7: Pengaturan GPS.

  Gambar 6: Pengoperasian GPS.

  2) Distance and speed : metric 3) Elevation : meters 4) Depth : meters 5) Temperatur : celcius 6) Pressure : millimeters (Hg) 7) Vertical speed : meters (m/sc)

  1) Ubah bagian unit GPS dibawah ini:

  b. Pilih icon setting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7) c. Pilih icon unit.

  a. Nyalakan GPS dengan menekan tombol power pada bagian samping kanan atas (lihat gambar 7).

  

4. Langkah pengaturan pada GPS (Langkah ini HARUS dilakukan pertama kali

sebelum GPS dioperasikan dan hanya dilakukan SATU KALI saja dalam penggunaan GPS)

  Sentuh icon untuk kembali ke layar awal.

  a. Tekan tombol power.

  f.

  Sentuh icon untuk kembali kehalaman sebelumnya.

  e.

  Memperbesar atau memperkecil tampilan dengan menggunakan kedua jari tangan.

  d.

  c. Gerakkan jari di layar sentuh untuk menggeser atau menutup tampilan.

  b. Tunggu beberapa saat sampai GPS stabil.

8) Klik tombol 1x (satu kali) untuk kembali ke menu setting.

  d. Pilih position format.

  1) Ubah positin format : hddd0mm’ss.s’’ 2) Map Datum : WGS 84

  e. Pilih position format f. Kembali ke menu utama.

  g. Pilih icon satelit.

  5. Langkah kalibrasi GPS

  Kalibrasi GPS dilakukan setiap pergantian ekosistem agar koordinat yang diambil lebih akurat.

  a. Pilih icon setting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 8) Gambar 8: Pengoperasian pengaturan GPS.

  b. Pilih Heading.

  c. Pada menu Compass Mode pilih on untuk mengaktifkan menu heading.

  d. Pilih Calibrate compass, kemudian klik. start.

  e. Gerakkan GPS sesuai dengan gerakkan di layar GPS.

  f. GPS akan memberikan respon apakah kalibrasi berhasil atau tidak. Jika tidak anda perlu mengulangi putaran dengan sedikit lebih pelan lagi.

  A. TEKNIS PENGAMBILAN TITIK KOORDINAT

  1. Pemasangan perangkap di Ekosistem Dekat Pemukiman Pengambilan titik koordinat hanya dilakukan sekali untuk setiap dua perangkap yang dipasang didalam rumah sedangkan untuk perangkap yang dipasang diluar rumah atau lingkungan maka titiik koordinat diambil di setiap perangkap tikus.

  2. Pemasangan perangkap di Ekosistem Jauh Pemukiman Pengambilan titik koordinat dilakukan pada semua perangkap yang dipasang

  3. Jika dilakukan pemindahan perangkap karena sesuatu hal: misal umpan dikerubuti semut maka dilakukan pengambilan koordinat lagi dan jaraknya lebih dari sepuluh (10) meter.

  4. Jumlah titik koordinat lebih banyak dari jumlah perangkap, KARENA ada proses pemindahan perangkap.

  5. Titik koordinat lama TIDAK DIHAPUS, KARENA menggambarkan persebaran perangkap

  B. LANGKAH MENENTUKAN TITIK KOORDINAT DI LOKASI PERANGKAP TIKUS (Sebelum penentuan titik koordinat, pastikan langkah pengaturan setting seperti butir A.5 sudah dilakukan)

  1. Hidupkan GPS, tunggu sampai terdeteksi minimal 5 satelit dalam kondisi stabil. Semakin banyak satelit terdeteksi maka semakin tinggi tingkat akurasi lokasi pegambilan koordinat.

  Gambar 9: Deteksi sinyal satelit.

  2. GPS dinyalakan pada saat akan berangkat ke lokasi pemasangan perangkap tikus.

  GPS dimatikan setelah pengambilan koordinat selesai.

  3. Ambil koordinat tempat pemasangan perangkap tikus dengan cara sentuh icon mark waypoint pada GPS.

  4. Pilih menu edit:

  • Ganti nama pada GPS dengan nomor perangkap tikus (contoh 001) dan pada

  note diisi kode lokasi ekosistem (contoh: 16041001, arti kode: 16 = Provinsi, 04 = Kabupaten, 1 = Ekosistem, 02 = Kode no urut perangkap tikus).

  a. Simbol Waypoint dibedakan berdasarkan kode ekosistem/site (contoh: HDP, HJP, NHDP dll).

  Simbol untuk kode ekosistem sebagai berikut: HDP (Hutan Dekat Pemukiman) HJP (Hutan Jauh Pemukiman)

  NHDP (NonHutan Dekat Pemukiman) NHJP (Non Hutan Jauh Pemukiman) PDP (Pantai Dekat Pemukiman) PJP (Pantai Jauh Pemukiman)

  Gambar 10: Proses mark waypoint b. Nama yang ada di GPS dengan nomro perangkap tikus ( contoh : HDP-001/(D01/L00), arti kode:

  • HDP = Hutan Dekat Pemukiman (kode ini menyesuaikan site misalnya HDP, HJP,

  NHDP, dll),

  • 001 = Perangkap nomor 001 yang tertulis di pita pada perangkap
  • D 01 = di dalam rumah nomor stiker 01,
  • L 00 = Luar rumah atau lingkungan,

  c. Pilih menu edit :

  • Pada note diisi kode lokasi ekosistem
  • Contoh: 33163-P/N, arti kode : 33 = Provinsi, 16 = Kabupaten, 3 = Ekosisstem, P = Positif tertangkap tikus / ada tikus, N = Negatif tikus / tidak ada tikus

  5. Ambil foto perangkap tikus dengan cara menyentuh icon gambar foto

  7. Kemudian pilih DONE.

  8. Pengambilan foto diharuskan tidak hanya lewat mark waypoint saja. Namun, juga melalui menu Camera pada GPS dengan Icon a. Untuk mengambil gambar pilih menu camera pada aplikasi

  b. Pilih Icon

  c. Kemudian pilih icon untuk mulai mengambil gambar

  9. Setelah titik koordinat diambil kemudian dilakukan pengambilan video pada lokasi pemasangan perangkap tikus. Langkah pengambilan video adalah sebagai berikut: a. Pilih menu camera pada aplikasi b. Pilih icon.

  c. Kemudian pilih icon untuk memulai merekam.

  d. Jika sudah selesai maka pilih icon.

  Keterangan: Disetiap ekosistem hanya diambil satu video saja.

  Gambar 11: Menyimpan koordinat dan dokumentasi foto pada GPS.

6. Sebelum titik koordinat disimpan pada GPS, JANGAN LUPA mencatat nomor perangkap, titik koordinat dan nilai elevasi (ketinggian) pada form TK.02 GPS.

  Catatan: 1.

  Pengambilan foto dilakukan di setiap rumah dipasangi perangkap

  2. Pengambilan foto perangkap di luar rumah dilakukan per habitat berdasar jenis vegetasi tempat pemasangan perangkap

  3. Pengambilan foto dilakukan dalam kondisi GPS menangkap setidaknya 5 satelit untuk mendapatkan akurasi letak pengambilan foto (geo tagging)

  10. Setelah hasil penangkapan selesai diidentikasi, kemudian pada form TK.02 diisi kode spesimen pada kolom KODE SPESIMEN, contoh 33161T005. Keterangan 33161 merupakan keterangan tempat pengambilan sampel yang terdiri dari kode Provinsi, kode Kabupaten, dan kode ekosistem, untuk T005 merupakan nomor urut spesimen. Contoh pengisian form sebagai berikut :

  

Keterangan: N/S: (North (utara)/South (selatan); D: Degere (derajat); M: Minutes (Menit); S:

Second (detik); m: meter.

  Gambar 12: Form TK.02.

KETERANGAN TAMBAHAN

  1. Apabila ingin mencari waypoint yang sudah dibuat maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut: a. Pilih waypoint manager.

b. Pilih icon untuk mencari nama waypoint.

  c. Pilih all kemudian pilih type symbol untuk mencari symbol yang akan digunakan untuk waypoint.

  d. Pilih icon search near untuk lokasi atau titik koordinat yang ada pada peta.

  e. Pilih titik koordinat yang ada pada daftar.

  2. Cara memperbaiki informasi (edit) waypoint

  a. Pilih waypoint manager b. Pilih titik waypoint yang akan diperbaiki.

  c. Perbaiki informasi dengan menekan informasi yang diperbaiki.

  d. Tekan DONE.

  3. Langkah untuk menghapus waypoint a. Pilih waypoint manager.

  b. Pilih dan tekan waypoint sampai muncul icon.

  c. Tekan icon untuk hapus data.

C. Langkah untuk mentransfer data dari GPS ke basecamp

  Setelah survei di satu ekosistem selesai selanjutnya tim melakukan transfer data dari GPS ke software basecamp.

  1. Download software basecamp terbaru disini:

  2. Extract hasil download dan lakukan install program.

  3. Setelah basecamp diinstall, aktifkan GPS kemudian sambungkan ke komputer menggunakan kabel data yang terdapat pada GPS.

  4. Mengaktifkan program basecamp.

  5. Pilih menu transfer, pilih receive from device.

  Gambar 13: Tampilan software basecamp.

  Gambar 14: Tampilan menu receive from device. Kotak dialog Select Device aktif, Klik nama devices yang akan di download kemudian klik OK. Data GPS akan terekam secara otomatis..

  Gambar 15: Tampilan select device montera.

  6. Kemudian akan muncul tampilan seperti ini, pilih titik koordinat yang akan di download.

  Gambar 16: Tampilan titik koordinat GPS di basecamp.

  7. Pilih File > Export > Export

  selection Gambar 17: Tampilan export data di basecamp.

  8. Apabila muncul warning maka klik OK.

  9. Pilih folder penyimpanan > Pilih

  format penyimpanan dalam

  bentuk *.gdb > kemudian beri nama file yang akan disimpan >

  Save.

  Gambar 18: Tampilan penyimpanan data GPS. Penamaan file dilakukan dengan cara menuliskan kode propinsi_kode kabupaten_kode ekosistem_jenis survei. Contoh penamaan file adalah 33116R . Pengertian dari kode tersebut adalah 33=kode provinsi , 11=kode kabupaten, 6=kode ekosistem Pantai Jauh Pemukiman, R=Reservoir 10. Setelah file dipindahkan dari GPS ke komputer lalu dikirim ke email dengan format subyek: kode provinsi_kode kabupaten_kode ekosistem_jenis survei. Contoh penamaan file adalah 33116R . Pengertian dari kode tersebut adalah 33 = Kode Provinsi, 11 = Kode Kabupaten, 6 = Kode Ekosistem Pantai Jauh Pemukiman, R = Reservoir 11. Pengiriman email ini dilakukan setiap satu ekosistem yang sudah selesai.

BAB V. PENGUMPULAN DATA RESERVOIR (tikus) Tujuan Pembelajaran Umum: Peserta memahami pengorganisasian lapangan dan pengumpulan data reservoir Tujuan Pembelajaran Khusus:

  1. Peserta dapat menerapkan pengorganisasian lapangan dengan benar

  2. Peserta dapat menerapkan alur pengambilan data dengan benar Pengumpulan data dilaksanakan selama ± 30 hari dengan rincian: 5 hari pengumpulan data pada tiap ekosistem. Jadwal pengumpulan data pada masing masing ekosistem terbagi menjadi koleksi pengumpulan data tikus pada hari 1 sampai 3 diteruskan pengumpulan data kelelawar pada hari 3 – 4 dan diteruskan penyelesaian administrasi serta persiapan pindah lokasi.

  Pengorganisasian tim menjadi sangat penting dalam memanajemen semua kegiatan pengumpulan data yang dilaksanakan selama 30 hari di 6 titik terpilih pada ekosistem hutan, non hutan dan pantai.

A. ALUR PENGUMPULAN DATA

  Gambar 19. Alur pengumpulan data reservoir

B. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

  Pengumpulan data (puldat) oleh tim dilaksanakan selama ± 30 hari dengan rincian: 5 hari puldat pada tiap ekosistem. Pengumpulan data diutamakan mulai pada ekosistem hutan dekat pemukiman (5 hari), kemudian berturut-turut dilanjutkan pada ekosistem hutan jauh pemukiman, non-hutan dekat pemukiman, non-hutan jauh pemukiman, pantai dekat pemukiman, dan pantai jauh pemukiman. Rincian kegiatan pada masing-masing ekosistem dijelaskan sebagai berikut:

  Hari ke-1

  a. Koordinasi Lapangan dengan perangkat desa untuk administrasi lapangan, survei lokasi, penentuan tenaga lokal, laboratorium lapangan sesuai kriteria dan pembekuan gel pack di lokasi setempat.

  b. Ketua tim melakukan koordinasi dan pembekalan teknis kepada tenaga lokal

  c. Persiapan alat dan bahan survei tikus (persiapan: umpan, perangkap, label perangkap, label rumah, GPS dan formulir) d. Pukul 15.00 (waktu setempat) ketua tim dan 1 orang anggota bersama seluruh tenaga lokal melakukan pemasangan perangkap tikus sesuai Prosedur Penangkapan Tikus (Form

  TK.01)

  e. Dua orang anggota tim lain melakukan pengambilan titik koordinat pemasangan perangkap sesuai Prosedur Penggunaan GPS (Form TK.02) f. Dua orang anggota tim lainnya melakukan pengambilan/pengukuran data lingkungan sesuai

  Prosedur Pengambilan Parameter Lingkungan (Form T.03)

  Hari ke-2

  1. Pengambilan tikus

  a. Pukul 06.00-08.00 (waktu setempat) dua orang anggota tim dibantu seluruh tenaga lokal mengambil tikus yang tertangkap sesuai Prosedur Penangkapan Tikus dan membawa ke laboratorium lapangan. Perangkap negatif (tidak berisi tikus) yang dipasang di pemukiman, harus dipindah ke ruangan lain.

  b. Anggota tim lainnya mempersiapkan laboratorium lapangan sesuai Prosedur Persiapan Laboratorium Lapangan.

  2. Pemrosesan tikus di laboratorium lapangan

  a. Satu orang anggota tim mempersiapkan pelabelan tikus (Label Lapangan: lampiran)

  b. Dua orang anggota tim melakukan anestesi dan pengambilan serum tikus yang sudah dilabel sesuai SOP Prosedur Anastesi dan Prosedur Pengambilan Serum dan diisikan di Form T.04 serta Form TK.11 yang sudah dilengkapi data dari Form TK.01 dan T.03.

  c. Satu orang anggota tim melakukan koleksi ektoparasit sesuai Prosedur Pengambilan Koleksi Ektoparasit (Form T.04 bagian koleksi spesimen I) dan (Form TK.11)

  d. Dua orang anggota tim melakukan identifikasi tikus sesuai Prosedur Identifikasi Tikus, Form T.04 bagian koleksi spesimen I) dan (Form TK.11) serta pengambilan foto Prosedur Dokumentasi, Form T.04 bagian Koleksi spesimen I.