BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran 2.1.1 Pengertian getaran - Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Getaran
2.1.1 Pengertian getaran
Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear(atas – bawah),majumundur,kanan- kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap
suatu titik.Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan
antar bagian mesin atau putaran mesin. Sumber pemaparan biasanya berasal dari
peralatan kerja, mesin kendaraan(forklift), mesin gergaji, mesin bor, gerinda dan
lain-lain. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan dan
dapat memapari tubuh

mesin yang bergetar

tenaga kerja. Getaran ini akan menjalar pada bagian

tubuh yang terpapar, sehingga bagian tubuh yang terpapar getaran dapat ikut
bergetar. Menurut T Matoba (1982) lamanya waktu pemajanan perhari dapat
meningkatkan keparahan gejala yang diderita pekerja akibat terpapar getaran.
2.1.2 Baku Tingkat Getaran Getaran
BerdasarkanKeputusan


Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

No.49/KEP/1996Baku tingkat getaran adalah batas maksimal tingkat getaran
yang

diperbolehkan,

sehingga

tidak

menimbulkan


gangguan

terhadap

kenyamanan dan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan
Frekuensi
Nilai Tingkat Getaran, dalam micron (10-6 meter )
(Hz)

Tidak

Mengganggu

Tidak Nyaman

Menyakitkan


Mengganggu
4

500-1000

>1000

5

350-1000

>1000

6,3

275-1000

>1000


8

160-500

>500

10

120-300

>300

12,5

90-220

>220

16


60-120

>120

20

40-85

>85

25

30-50

>50

31,5

20-30


>30

40

15-20

>20

50

12-15

>15

Universitas Sumatera Utara

63

9-12


>12

2.1.3 Parameter Getaran
Pada getaran ada 4 parameter utama,yaitu:frekuensi, akselerasi atau
percepatan(accelaration),kecepatan(velocity), dan simpangan(displacement).
a. Frekuensi adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan perdetik.
b. Simpangan (displacement) diukur dalam satuan m(meter).
c. Kecepatan(velocity) adalah laju perubahan displacement dalam satuan waktu.
Satuan kecepatan adalah(m/detik).
d. Akselarasi

(percepatan

adalah

laju

perubahan

velocity


dalam

satuan

waktu.Satuan akselarasi adalah ( m/det2).
Parameter yang menyebabkan gangguan kesehatan tubuh akibat terpapar
getaran adalah sebagai berikut:
a. lamanya waktu pemaparan
Bila tubuh tenaga kerja terpapar oleh getaran dalam waktu lama, maka
gangguan kesehatan yang ditimbulkan akan semakin parah.
b. Frekuensi getaran, satuannya hertz(Hz).
Efek

vibrasiterhadap

tubuh

akan berbeda pada frekuensi yang


berbeda.Umumnya frekuensi yang sering dijumpai ditempat kerja adalah 1 Hz5000 atau 10.000 Hz.
c. Amplitudo getaran

Universitas Sumatera Utara

Diukur dalam kecepatan (m/det) atau percepatan(m/det2).
2.1.4 Getaran mekanis
Proses industrialisasi dan modernisasi teknologi selalu disertai mesin mesin atau – alat mekanis lain yang dijalankan dengan suatu motor. Sebagian
dari kekuatan mekanis ini disalurkan kepada tubuh pekerja atau lainnya,maka
perlu diketahui lebih lanjut tentang efek buruk dan batas – batas getaran yang
aman bagi tenaga kerja. Sebab – sebab dari gejala akibat getaran adalah:
a. Efek mekanis kepada jaringan.
b. Rangsangan reseptor syaraf di dalam jaringan.
2.1.5 Jenis – Jenis Getaran
Ada 2 jenis getaran yang dapat memapari tenaga kerja di tempat kerja
yaitu:
a. Hand Arm Vibration
Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan
getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan digunakan di
perusahaan. Selama pekerjaan dengan


alat manual demikian sifatnya hanya

sekali atau kadang – kadang saja atau jarang, sedangkan getarannya tidak
seberapa, peralatan seperti

itu dapat dikatakan tidak akan mendatangkan

gangguan kesehatan atau kecelakaan.
Hand Arm Vibration atau getaran
vibrasi segmental. Getaran jenis

lengan tangan, sering disebut juga

ini dapat

memapari tubuh pekerja karena

adanya perambatan getaran dari mesin atau peralatan kerja yang bergetar ke


Universitas Sumatera Utara

tangan pekerja. Bagian tubuh yang terpapar adalah lengan dan tangan.
Biasanya

getaran

jenis

ini

dapat

menyebabkan

Hand

Arm

Vibration

Syndrome(HAVS) pada frekuensi 5 Hz-1500 Hz,dan sering juga terjadi pada
frekuensi 125 – 300 Hz. Peralatan yang

dapat menimbulkan terjadinya Hand

Arm Vibrationyaitu:mesin gergaji, mesin bor atau martil pneumatik dan lain –
lain.
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran
tangan – lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin
atau alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal,kelainan yang disebabkan
getara tangan – lengan keadaannya memburuk sekali, sehingga kapasitas kerja
sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus berhenti dari pekerjaannya. Dari
sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding
dengan hilangnya perasaan tangan dan tangan yang
sebagai mestinya. Hal ini terutama benar bagi

tidak dapat digunakan

tenaga kerja yang bekerja

dengan tangan kanan dan memerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan
alat kecil yang berputar.Otot – otot menjadi lemah biasanya abduktor jari
kelingking,otot – otot interossea (antar tulang) dan fleksor dari jari-jari.
Parameter besarnya resiko bahaya getaran mekanis berfrekuensi rendah
adalah tenaga yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekuensi
30 Hz.

Maka

terdapat

kesulitan,

oleh

karena

untuk

pencegahan

dan

perlindungan terhadap fenomin Raynaud disyaratkan peredam dengan frekuensi
yang rendah, sedangkan untuk mencegah efek buruk kepada

persendian dan

Universitas Sumatera Utara

tulang dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi.Maka dari sudut energi getaran(E
= a2w2), dapat ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo.Tetapi peralatan
sering

memberikan suatu amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil

kerja tetap pada kondisi yang sebaik-baiknya.
Nilai Ambang Batas getaran mekanis untuk pemaparan tangan –lengan
dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 meter/detik 2
atau 0,40 gravitasi (SNI 16-7063-2004). Dalam hal intensitas getaran mekanis
tangan – lengan melebihi NAB-nya, dapat dilakukan upaya pengendalian dengan
mengurangi waktu pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan getaran
mekanis pada lengan tangan.
Alat untuk mengukur percepatan getaran mekanis pada tangan-lengan
yang dikarenakan oleh pekerjaan yang menggunakan mesin atau peralatan yang
bergetar adalah akselerometer atau transducer yaitu sensor untuk mengukur
percepatan yang disebabkan oleh getaran. Bekerjanya alat pengukur adalah
merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik. Kemudian energi
listrik dalam bentuk arus menggerakan jarum skala atau alat digital dan dengan
demikian perubahan angka yang ditunjukkan jarum dapat langsung dibaca.
Sebelum

digunakan

akseleramator

harus

dikalibrasi.

Frekuensi

yang

alat

tersebut peka untuk mengukurnya adalah 5 -1500 Hz.Akseleramator dipasang
pada pegangan tangan atau alat. Pengukuran percepatan dilakukan pada 2 atau 3
sumbu koordinat. Arah percepatan getaran mekanis tangan – lengan diukur
dengan menggunakan 1 dari 2 sistem koordinat yaitu sistem biodinamis dan

Universitas Sumatera Utara

basisentris. Sistem basisentris menunjukkan arah percepatan pada pegangan alat
atau mesin, sedangkan sistem biodinamis menunjukkan arah percepatan pada
tangan.
b.Whole Body Vibration
Getaran seluruh tubuh dapat terjadi bila seluruh tubuh dirambati oleh
getaran. Getaran akan merambat tubuh pada posisi duduk di kursi, saat berdiri
atau pada posisi terlentang di lantai/ tempat yang bergetar. Pada umumnya
getaran seluruh tubuh mempunyai frekuensi 1-80 Hz.
Pajanan

vibrasi

pada

seluruh

tubuh

atau

peralatan

mesinindustri/konstruksi,pertanian,

umumnya

disebabkan

transportasi,

dapat

oleh
dibagi

menjadi:
a. Vibrasi frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat(bus,truk,kereta
api).
b.Vibrasi

frekuensi

tinggi,

misalnya

berat(forklift,traktor,traktor roda

gigi,derek,

mesin
skop

industri,alat-alat
elektrik,

motor

gandeng,bulldozer), peralatan transportasi udara/laut(helikopter, kapal laut).
c.Syok,

peralatan

transportasi

darat

yang

berjalan di jalanan yang tidak

rata/berlubang.
Menurut BS (1987) dan ISO(1985) , digunakan

standar nilai ambang

batas pajanan vibrasi pada seluruh tubuh yang ditransmisikan dari permukaan
penyokong benda padat ke tubuh manusia dengan rentang frekuensi 1-80 Hz.
Bila vibrasi terjadi pada lebih dari satu sumbu/arah secara serentak, dampaknya

Universitas Sumatera Utara

akan lebih besar maka resultan akselerasinya merupakan hasil penjumlahan
vektor ketiga sumbu gerak(ax,ay,az).
Dari eksperimen yang dilakukan, diperoleh fakta efek getaran seluruh
tubuh dapat terjadi pada frekeuensi di bawah 20 Hz dan pada frekuensi 100
Hz, tergantung pada faktor amplitudo,akselerasi, durasi dan arah (vertical atau
lateral) dari getaran. Sumber yang menyebabkan terjadinya getaran seluruh
tubuh adalah kendaraan bermotor seperti forklift,traktor, high dum truck atau
berada di sekitar mesin yang bergetar dan lain-lain.

2.1.6 Efek getaran terhadap kesehatan
a. Getaran lengan dan tangan (Hand Arm Vibration)
Tenaga kerja normal yaitu yang tidak mengalami

gangguan getaran

pada tangannya memperlihatkan sedikit saja penurunan suhu kulit tangan tepat
sesudah bekerja mengalami getaran dan suhu kulit tangannya akan naik 1- 2
derajat sesudah terpapar getaran selama 5 menit.
Bila tenaga kerja terpapar oleh

getaran lengan tangan,efek dalam

jangka waktu pendek yang akan timbul adalah kelelahan dan ketidaknyamanan
saat bekerja serta turunnya produktivitas kerja. Pemaparan dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan terjadinya carpal tunnelsyndrome(CTS).
Gejala yang

timbul akibat hand arm vibration syndrome adalah: mati

rasa yang sifatnya sementara pada ujung jari tetapi tidak mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

aktivitas kerja. Selanjutnya ujung

jari memutih, ada rasa sakit

jika aliran

darah kembali normal.
Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran
yang menyebabkan fenomin Raynaud.Frekuensi sekitar 30-40 Hz adalah penyebab
terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35
Hz. Frekuensi diatas 160 Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan
gejala iritasi saraf.
Vibrasi dapat menyebabkan perubahan

dalam tendon,otot, tulang dan

sendi, dan dapat mempengaruhi sistem saraf. Secara kolektif, efek

vibrasi

tangan lengan dikenal denganhand arm vibration syndrome(HAVS).
Tenaga kerja yang mengalami HAVS akan mengalami:
a. Serangan pemutihan(blancing) satu jari atau lebih bila juga terpapar dingin.
b. Rangsangan nyeri seperti disengat (tingling) dan kehilangan rasa di jari.
c. Kehilangan rasa rabaan lembut.
d. Sensasi nyeri dan dingin diantara serangan jari menjadi putih(white finger).
e. Kehilangan kekuatan menggemgam.
f. Struktur tulang membentuk kista di jari dan pergelangan tangan.
Perkembangan dari HAVS bersifat bertahan dan keparahan semakin lama
semakin meningkat. HAVS mungkin menjadi dapat

diamati secara klinis

setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Pada pemaparanhand armvibration,
maka aliran darah(efek vaskular) akan terkena dan menyebabkan kehilangan
sensasi raba

(efek neurologis)

pada jari.

Menurunnya

aliran

darah dapat

Universitas Sumatera Utara

mengakibatkanwhite finger dalam lingkungan dingin. Keparahan dari sindrom
hand arm vibration tergantung dari beberapa faktor seperti karakteristik dari
pemaparan vibrasi, pelaksanaan kerja, riwayat perorangan, dan kebiasaan.
Sindrom getaran tangan lengan juga dikenal dengan fenomena raynaud
akibat kerja.

Fenomena raynaud

disebabkan

oleh kondisi aliran darah ke

ekstremitas terganggu.Faktor lingkungan kerja berperan dalam terjadinya fenomena
tersebut, dimana hal ini biasanya berarti terjadinya konstriksi saluran darah di
tangan yang mengarah ke gejala seperti nyeri, nyeri seperti disengat, serta
pemucatan jari dan ibu jari.
b.Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration)
Suma’mur (1996) menyatakan bahwa efek dari paparan whole body
vibrationberbeda – beda tergantung pada tingkatan akselerasi,frekuensi, dan cara
pemaparannya keseluruh tubuh. Secara umum,whole body vibration dapat
menyebabkan nyeri, penglihatan

kabur dan gemetaran (shakeness) kerusakan

organ bagian dalam serta nyeri tulang belakang.
Ada beberapa efek getaran seluruh tubuh terhadap kesehatan,seperti:
a. Getaran seluruh tubuh dapat menyebabkan kelelahan, sulit tidur, sakit kepala
dan “gemetar” secara singkat setelah atau selama pemaparan. Gejala yang sama
terhadap kesehatan tersebut kebanyakan orang setelah mengalami perjalanan
panjang dengan mobil atau kapal. Setelah seharian

mengalami pemaparan

dalam hitungan tahun, getaran seluruh tubuh dapat mempengaruhi tubuh bagian
dalam dan hasilnya pada kerusakan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

b. Orang – orang dibawah usia 20 tahun khususnya rentan terhadap pengaruhpengaruh getaran.Efek – efek getaran yang merugikan dipertinggi dengan adanya
disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan syaraf perifer.
c. Efek vibrasi dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini didapatkan
sebesar–besarnya pada frekuensi alami yang menyebabkan resonansi.Leher dan
kepala, pinggul dan perineum, serta kesatuan otot – otot dan tulang terdiri dari
jaringan lemah dengan bagian keras bersama, dan beresonansi baik terhadap 10
Hz. Pharynx beresonansi terhadap 13-15 Hz.Getaran – getaran kuat menyebabkan
perasaan sakit yang luar biasa.
d. Sistim peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran – getaran dengan
intensitas tinggi. Tekanan darah,denyut jantung, pemakaian oksigen dan volume
perdenyut berubah sedikit pada intensitas 0,6 g tetapi berubah banyak pada
1,2 g dengan frekuensi 6-10 Hz. Dari semua alat badan, mata paling banyak
dipengaruhi oleh getaran mekanis . Pada frekuensi sampai dengan 4 Hz, mata
masih dapat mengikuti getaran – getaran antara kepala dan sasaran, sedangkan
untuk frekuensi selanjutnya, tidak dapat lagi mata mengikutinya. Pada frekuensi
tinggi, Penglihatan juga terganggu, manakala amplitudo lebih besar dari jarak
dua kali retina. Pengaruh getaran dibawah 16 Hz kepada cochlea belum
diketahui secara pasti dan masih dalam penelitian.
e. Saat seluruh pekerjaan terpapar, sensitifitas setiap individu beraneka macam
terhadap orang per orang.
2.2 Pengendalian Paparan Getaran

Universitas Sumatera Utara

Mengenal dan memahami berbagai aspek penyakit akibat kerja sebagai
salah satu aspek

resiko akibat pekerjaan atau lingkungan kerja, merupakan

langkah awal guna meminimalisasi akibat yang tidak dikehendaki. Sikap
menunggu atau

membiarkan seorang pekerja menderita penyakit akibat kerja,

jelas merupakan tindakan yang sangat merugikan (Budiono,2003).
Habsari (2003) Pengendalian yang perlu dilakukan untuk mengurangi paparan
getaran mekanis dengan cara pengendalian teknis seperti:
a. Memelihara mesin angkutan kota dengan baik, selalu mengganti bagian
bagian mesin yang rusak dan pemberian pelumas yang teratur.
b. Perlu juga diperhatikan

kondisi angkutan kota seperti ban harus dipompa

dengan baik.
c. Menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga
dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota.
d. Sedangkan bentukpenyediaan Alat PelindungDiri berupa modifikasi bentuk
tempat

duduk

supir

yang

berfungsi

juga

untuk

mengurangi

paparan

getarandirasa sangat dibutuhkan akan tetapi untuk memenuhinya memerlukan
biaya yang sangat besar karena harusmendesain ulang bentuk tempat duduk
dan menggunakan peredam berupa bantalan yang tebal.
e. Membuat kartu pemeriksaan atau laporan rutin tentang kondisi angkutankota
tiap bulan sehingga dapat dipakai untuk pemeliharaan angkutan kota secara
berkala. Hal tersebut dapat dihindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Universitas Sumatera Utara

serta meningkatkan produktivitas kerja sehingga pekerja dapat melakukan
aktivitasnya dalam keadaan selamat dan sehat.
2.3 Saraf
2.3.1 Pengertian Saraf
Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan
sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan antar bagian
sistem saraf dengan lainnya. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel saraf meski
istilah ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak
membentuk saraf.
Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa
sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal
dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar. Sinyal tersebut
seringkali disebut impuls saraf.
2.3.2 Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem yang terdiri dari otak, sumsum tulang
belakang, dan jaringan kompleks neuron. Sistem ini bertanggungjawab untuk
mengirim, menerima, dan menafsirkan informasi dari semua bagian tubuh.
Sistem saraf memonitor dan mengkoordinasikan fungsi organ internal dan
merespon perubahan dalam lingkungan eksternal. Sistem ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
Sistem saraf perifer adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari
sel-sel yang membawa informasi ke (sel saraf sensorik) dan dari (sel saraf

Universitas Sumatera Utara

motorik) ke sistem saraf pusat. Sel-sel sistem saraf sensorik mengirim
informasi ke sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan
eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik membawa informasi dari sistem saraf
pusat ke organ, otot, dan kelenjar. Saraf perifer meliputi 12 saraf kranial, saraf
tulang belakang, dan saraf otonom yang mengatur otot jantung, otot-otot di
dinding pembuluh darah, dan kelenjar.
Sistem saraf pusat adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang. Sistem ini adalah salah satu dari dua bagian
utama sistem saraf, yang lainnya adalah sistem saraf perifer yang berada diluar
otak dan sumsum tulang belakang.
2.4Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf kranial dan spinal yang menghubungkan
otak dan medula spinalis ke jaringan tepi. Medula spinalis terdiri dari 31
pasang saraf spinal yang mengandung campuran serabut-serabut sensorik dan
motorik. Dalam saraf tepi, serabut disusun dalam berkas terpisah yang dikenal
dengan fascikel. Kurang dari setengah saraf dilapisi oleh lapisan myelin.
Serabut-serabut yang tak bermyelin berjalan sepanjang permukaan sel-sel
schwann.

Tiap

sel

schwann

dikelilingi

jaringan

serabut-serabut

kolagen

retikuler, yaitu endoneurium.
Sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem
saraf otonomik. Saraf-saraf tersebut mengandung serabut saraf aferen dan
eferen. Pada umumnya serabut eferen terlibat dalam fungsi motorik, seperti

Universitas Sumatera Utara

kontraksi

otot

atau

sekresi

kelenjar

sedangkan

serabut

aferen

biasanya

menghantarkan rangsang sensorik dari kulit, selaput lendir dan struktur yang
lebih dalam (Groot,1997).
Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf tepi yang selanjutnya akan
dihantarkan oleh sistem saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke sistem
saraf pusat. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk
kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi
menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf
yang membawa jawaban atau respon adalah sistem saraf motorik. Jawaban
yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter)
dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban
volunter melibatkan sistem saraf somatik sedangkan yang involunter melibatkan
sistem saraf otonom. Efektor dari sistem saraf somatik adalah otot rangka
sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot
jantung dan kelenjar sebasea (Ganong, 2003).
2.5 Gangguan Neurologis Akibat Kerja
Agen – agen yang menyebabkan gangguan neurologis akibat kerja dapat
mengenai sistem saraf perifer. Salah satu gangguan neurologis akibat kerja
adalah Neuropati perifer yang salah satu penyebabnya adalah getaran.Paparan
jangka panjang atau menengah yang tidak terkendali terhadap getaran dapat
mengakibatkan gangguan saraf perifer.

Universitas Sumatera Utara

Salah satu gangguan neurologis adalah cedera saraf tepi. Cedera saraf
tepi biasanya sebagai akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, laserasi oleh
benda tajam, penetrasi trauma, trauma peregangan, fraktur dan luka tembak.
Cedera saraf sebagian besar terjadi pada ekstremitas atas dan sebagian besar
mengenai saraf ulnar, radial, dan digital.
Kerusakan saraf akibat trauma tergantung pada jenis, letak serta
besarnya cedera pada saraf yang bersangkutan. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya cedera saraf tepi, namun tiga penyebab paling sering
yang menimbulkan cedera adalah luka terbuka, traksi, patah tulang, serta
cedera sendi.
Studi pada 938 pasien di turki dengan cedera saraf dan distribusi cedera
saraf menunjukkan bahwa cedera saraf tepi sebesar 1165, cedera Pleksusus
Brakhialis sebesar 76, dan cedera Pleksus lumbalis sebesar 7. Cedera saraf
yang paling sering adalah cedera saraf ulnar pada ekstremitas atas dan cedera
saraf iskhiadikus pada ekstremitas bawah (Eser dkk, 2009).
2.6Neuropati Perifer
2.6.1 Pengertian Neuropati Perifer
Neuropati

periferdidefinisikan

sebagai

kerusakan

dari

sistem

saraf

perifer,jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang
belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan sebaliknya.
Kerusakan sistem

saraf perifer akan mengganggu koneksi yangvital tersebut.

Insiden neuropati perifer pada penduduk Amerika diperkirakan diatas 20 juta.

Universitas Sumatera Utara

Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada
orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8 – 9 % penderita yang berobat
ke fasilitas kesehatan di

Amerika memiliki neuropati perifer baik sebagai

diagnosis primer maupun sekunder.
Neuropati perifer dapat diturunkan (herediter) ataupun didapat(acquired).
Penyebab

dari

neuropati

periferyang didapat termasuk didalamnya cedera

fisik(trauma) pada saraf.
2.6.2 Jenis – jenis Neuropati Perifer
a. Pembagian menurut berat ringannya:
1.Ringan

: Jika hanya ada keluhan sensorik subjektif saja.

2.Sedang: Jika ada keluhan sensorik, motorik dan penurunan refleks.
3.Berat

: Jika ada keluhan sensorik,motorik, refleks dan atrofi otot

b. Pembagian menurut jumlah saraf yang terlibat:
1.Mononeuropati
Gangguan pada satu saraf perifer, dapat terjadi karena adanya gangguan
kompressi, lipatan atau tarikan dari jaringan sekitarnya terhadap individu saraf
tepi yang bersangkutan, terutama jika ia melalui aluran yang sempit. Penyebab
dari neuropati perifer untuk jenis mononeuropati adalah getaran. Contoh
mononeuropati yang paling sering terjadi adalah sindrom terowongan karpal.
2.Polineuropati
Yaitu gangguan beberapa saraf tepi yang simetris dan serentak pada waktu
bersamaan dan biasanya predominan daerah distal.

Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Gejala Neuropati Perifer
a. Gangguan Sensorik
Keterlibatan serabut saraf sensorik menyebabkan rasa kaku ,dingin,pedas,
gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan
diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada kaki.Perasaan
– perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan dan kaki.
b. Gangguan Motorik
Kelemahan bersifat lower motor neuron.Mula – mula gejala awal pasien
kesulitan untuk memutar pintu kunci, membuka kancing baju, memutar tutup
botol dan gerakan tangkas lainnya.
2.6.4 Nyeri Neuropati
Nyeri didefinisikan oleh Internasional Association for Study of Pain
(IASP),

adalah

suatu

pengalaman

sensorik

dan

emosional

yang

tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Nyeri terdiri atas dua komponen
utama yaitu komponen sensorik (fisik) dan komponen emosional (psikogenik).
Nyeri bisa bervariasi berdasarkan: waktu dan lamanya berlangsung (transien,
intermitten, persisten), intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tajam, tumpul,
dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal, atau difus). Disamping
itu, nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang
digambarkan sebagai penderitaan.
Nyeri neuropati dapat bersifat idiopatik atau juga dapat muncul dari
lokasi yang tertentu atau umum pada jejas saraf. Nyeri neuropatidapat

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan disetesia, ketidaknyamanan, dan sensasi yang berbeda dari sensasi
nyeri biasa. Jenis nyeri disetesia ini kadang dideskripsikan sebagai sensasi
terbakar, kesemutan, rasa kebal/tak dapat merasakan apapun, sensasi seperti
ditekan, diperas, dan gatal-gatal dan sering dinyatakan sebagai sensasi yang
sangat tidak enak atau bahkan tidak tertahankan.
Nyeri neuropati dapat bersifat konstan dan menetap. Selain nyeri yang
terus menerus, juga dapat terjadi nyeri yang tumpang tindih, hilang-muncul
(intemiten), nyeri seperti syok, yang seringkali dicirikan dengan sensasi nyeri
yang tajam, seperti tersengat listrik/elektrik, mengejutkan, seperti disobek/robek,
atau kejang. Pasien dengan nyeri neuropati juga dapat menunjukkan hilangnya
sensasi, nyeri yang dipicu, disfungsi simpatis atau motorik, dan abnormalitas
refleks. Pasien dengan nyeri yang dipicu kembali (evoked pain) menunjukkan
perubahan ambang batas nyeri dan mungkin mengalami hiperalgesia, allodinia,
hiperestesia (yaitu peningkatan sensitivitas terhadap stimulasi), dan hiperpatia
(misalnya sindroma nyeri yang sangat, ditandai dengan peningkatan reaksi,
seringkali eksplosif, terhadap stimulus).
2.7 Kerangka Konsep
LAMA KERJA

NEUROPATI PERIFER

MASA KERJA

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.8 Definisi Operasional
2.8.1 Lama kerja
Lama

kerja

adalah

lamanya

seseorang

bekerja

secara

baik

pada

umumnya 6 – 8 jamsehari.Sisanya(16-18 jam)dipergunakan untuk kehidupan
dalam keluarga dan masyarakat,istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang
waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi
yang

tinggi,

bahkan

kecenderungan

biasanya

timbulnya

terlihat

kelelahan,

penurunan

penyakit

produktivitas

dan

serta

kecelakaan.Dalam

seminggu,seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40 – 50 jam.
Lebih dari itu, terlihat kecenderungan tumbuhnya hal – hal yang negatif. Makin
lama kerja seseorang, makin besar kemungkinan terjadinya hal – hal yang tak
diingini(Suma’mur, 1996).
2.8.2 Masa kerja
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja
di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.
Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya
masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja.
Menurut M.A. Tulus (1992:121)

Masa kerja dikategorikan menjadi 3

(tiga) :
1. Masa kerja baru

: < 6 tahun

Universitas Sumatera Utara

2. Masa kerja sedang

: 6-10 tahun

3. Masa kerja lama

: > 10 tahun

Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin sering terpapar
getaran dan paparan getaran yang dialami oleh pekerja akan berakumulasi
setiap harinya yang akan berdampak buruk terhadap kesehatannya.
2.8.3Neuropati Perifer
Neuropati perifer didefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf
perifer, jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum
tulang belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan
sebaliknya.
Gejala yang umum ditimbulkan oleh neuropati perifer seperti rasa kaku
,dingin,pedas, gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum,rasa terbakar,
rasa berjalan diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada
kaki.Perasaan – perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan
dan kaki.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik - Perubahan Warna Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Kunyit

0 1 10

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 0 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja - Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 0 10

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 2 16

1. Dapur Rumah Responden - Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

1 2 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Definisi Diare - Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

0 4 48

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

0 0 9

HUBUNGAN KEPADATAN LALAT, PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PAYA PASIR KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2015

0 0 17

Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

0 0 21