BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja - Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan Kerja

2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja

  Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja(Suma’mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja didefinisikan berkuranganya energi dan motivasi yang dapat berpengaruh pada kemampuan fisik, mental ataupun keduanya(Tarwaka, 2004). efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisiktubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).

  Secara rincinya kelelahan kerja didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan atau berkurangnya kemampuan atau ketidakmampuan untuk merespon suatu situasi karena sebelumnya melakukan aktivitas secara berlebihan , baik mental, emosional maupun fisik (Tarwaka, 2004).

  Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor- faktor yang berbeda seperti : a.

  Lelah otot : dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan b. Lelah visual : lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu obyek (layar monitor) akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata akan bisa menimbulkan gejala yang sama.

  c.

  Lelah mental : kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh fisik, melainkan lewat kerja mental. Lelah mental ini seringkali disebut juga dengan lelah otak.

  d.

  Lelah monotonis : kelelahan monotonis disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan.

  Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi

2.1.2 Jenis Kelelahan

  Secara umum, kelelahan dapat dibedakan dalam beberapa macam,yaitu : 1. Berdasarkan proses dalam otot

  Terdapat 2 jenis kelelahan, yaitu : a. Kelelahan fisiologis

  Kelelahan fisiologis atau kelelahan otot yaitu kelelahan pada susunan saraf pusat atau perifer (otot yang sedang bekerja).Kelelahan ini disebabkan oleh otot atau fisik karena beban yang berat yang dapat menimbulkan rasa nyeri atau tremor pada otot (Suma’mur, 2013).

  Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan.Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkuranganya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.Rangsangan ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian otot seseorang. Kelelahan pada otot yang sedang bekerja atau perifer dibuktikan oleh Etienne Grandjean dengan melakukan percobaan pada katakyang dibius dan diberikan beban.Otot katak yang diberikan beban tersebut dirancang secara elektrik sehingga menjadi kontraksi dan berubah menjadi kerja fisik yaitu mengangkat beban tersebut. Setelah beberapa detik beraktivitas akan tampak tanda-tanda berupa seperti berkuranganya kemampuan otot untuk mengangkat beban, kontraksi dan reaksi menjadi lebih lambat dan jarak antara rangsangan dan mulainya kontraksi menjadi lebih panjang.

  b.

  Kelelahan umum atau psikis Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis (Suma’mur, 2013).Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang) dan rasa malas bekerja atau circardian fatique (Nurmianto, 2004).

  Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental , status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean dalam Tarwaka, 2004). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata dalam tarwaka, 2004).

2. Berdasarkan waktu terjadinya

  Terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu kerjanya, yaitu : a.

  Kelelahan Akut Kelelahan akut terjadi terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

  b.

  Kelelahan Kronis Kelelahan kronis biasanya terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi pada sebelum memulai suatu pekerjaan. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat kelelahan kronis dapat dicirikan seperti:

  1) Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi kurang toleran atau anti sosial terhadap orang lain;

  2) Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan;

3) Depresi yang berat (Wignjosoebroto, 2000).

2.1.3 Faktor yang Menyebabkan Kelelahan

  Penyebab kelelahan kerja secara garis besar disebabkan oleh beban kerja baik berupa beban kerja faktor eksternal berupa tugas (task) itu sendiri, organisasi (waktu kerja, istirahat, kerja gilir, kerja malam, dan sebagainya), sedangkan beban kerja faktor internal yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri berupa faktor somatis (umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor psikis (motivasi, kepuasan kerja, keinginan).

  a.

  Kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja seperti suhu dan kebisingan, getaran dan pencahayaan.

  b.

  Kelelahan psikologis, yaitu kelelahan yang disebabkan antara lain oeh faktor psikologis, monotoni pekerjaan (kebosanan sebagai gejala subjektif yang disebabkan oleh pekerjaan), bekerja karena terpaksa dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk.

  Secara fisiologi penyebab kelelahan ada dua macam, yaitu : a. Kelelahan sentral

  Kelelahan sentral adalah aktivitas motor neuron tidak mencukupi atau motor neuron mengalami impaired excitability.

  b.

  Kelelahan perifer Penyebab kelelahan perifer/tepi adalah terdapatnya kelelahan transmisi neuromascular dan otot mengalami hambatan kontraksi (Setyawati,1994).

  Menurut Tarwaka (2004), penyebab kelelahan ada beberapa macam diantaranya, aktivitas kerja fisik, aktivitas kerja mental, stasiun kerja tidak ergonomis, sikap paksa, kerja statis, kerja bersifat monotoni, lingkungan kerja ekstrim, psikologis, kebutuhan kalori kurang, waktu kerja-istirhat tidak tepat.

  Faktor-faktor penyebab kelelahan diilustrasikan dalam gambar Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran (Requperation) seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Bagan teoritis kombinasi berbagai efek yang dapat menimbulkankelelahan dan pemulihan untuk

  

menyeimbangkannya (Tarwaka, 2004)

  Selain itu, beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi kelelahan kerja, seperti yang dilansir dari beberapa sumber, antara lain pekerjaan yang berlebihan, kekurangan sumber daya manusia yang kompeten mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dengan jumlah karyawan yang lebih banyak dan batas waktu yang diberikan singkat sehingga kekurangan waktu.

2.1.4 Mekanisme Terjadinya Kelelahan

  Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu dan keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.

  Secara lebih jelas terdapat tiga tahap terjadinya kelelahan fisik yaitu : Pertama, oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan karbon dioksida

  (CO2), saerolactic, phosphati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

  Kedua, karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glukogin. Setiap 1 cm3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 % dari sejumlah glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentarsi glikogen dalam hati tinggal 0,7 %.

  Ketiga, dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 lt/ menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H2O dan CO2 agar dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau

  Kelelahan psikologis timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.

  Ada suatu konsep yang menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu

  cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh 2 sistem antagonistik yaitu sistem

  penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa.Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak (Sutaklaksana, 1979).

  Semua aktivitas tubuh manusia diatur dan dikendalikan oleh sistem susunan syaraf.Demikian juga terjadinya kelelahan diatur secara sentral oleh otak.Menurut S uma’mur (2013) terjadinya kelelahan adalah karena tidak adanya keserasian dan keseimbangan antara sistem aktivitas dan sistem inhibisi yang terdapat di susunan syaraf pusat.

  Menurut Anoraga (1992), jika dalam jangka waktu yang panjang menjadi terganggu, dan orang tersebut menjadi cepat lelah.

2.1.5 Gejala-gejala Kelelahan Kerja

  Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain( Budiono dkk, 2000) : a. perasaan lesu, ngantuk dan pusing b. kurang mampu berkonsentrasi c. berkurangnya tingkat kewaspadaan d. persepsi yang buruk dan lambat e. berkurangnya gairah untuk bekerja f. menurunnya kinerja jasmani dan rohani

  Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektifitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja ( Budiono dkk, 2000).

  Beberapa penyebab kelelahan pada kurir adalah tidak terpenuhinya status gizi pada pagi hari disebabkan tidak mengkonsumsi sarapan.Kondisi tidak melakukan sarapan pagi akan mengalami defisiensi energi sehingga dapat menyebabkan terjadinya kurang konsentrasi dalam bekerja dan produktivitas kerja menurun.

  Suma’mur (2013) membuat suatu daftar gejala yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasakan berat pada berbaring, merasa susah berpikir, lelah bicara, gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak memfokuskan perhatian pada sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan diri, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan, sakit kepala, kekauan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernafasan tertekan, merasa haus, suara serak, merasa pening, spasme kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat. Gejala-gejala tersebut menunjukan pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan gambaran fisik akibat keadaan umum.

2.1.6 Pengukuran Kelelahan Kerja

  Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Menurut Grandjean yang dikutip oleh Tarwaka et.al. (2004), mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:

  1) Kualitas dan Kuantitas kerja yang di lakukan

  Pada metode ini, kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus dipertimbangkan seperti, target poduksi, faktor sosial dan perilaku psikologis.Sedangkan kualitas ouput (kerusakan dan penolakan produk) atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor. Uji psikomotor (Psychomotor test)

  Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksankan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan proses faal syaraf dan otot. Dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.Alat ukut waktu reaksi yang telah dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, yang alatnya dikenal sebagai Reaction Timer. 3)

  Uji hilangnya kelipan (flicker-fusio test)

  Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan, disamping itu untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

  4) Uji beban kerja mental secara Fisiologis/Biomekanis

  Seseorang tenaga kerja dapat dianggap fit untuk sesuatu pekerjaan tertentu, bila orang itu dapat melakukan pekerjaan tersebut secara terus menerus tanpa merasa lelah dan mempunyai kapasitas cadangan bila harus menghadapi beban menyelesaikan pekerjaannya. Tes kesegaran jasmani diperlukan untuk memilih tenaga kerja yang diperlukan pada pekerjaan tertentu, untuk menilai tingkat kesegaran jasmani sebelum kerja, saat pemeriksaan kesehatan berkalah dalam meniliai pengaruh pekerjaan dan penilaian kembali setelah mengalami penyakit atau cidera.Salah satu tes untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani adalah tes bangku Harvard (Harvard Step Test) yang saat ini telah mengalami modifikasi.

  5) Pengukuran Kelelahan secara Subjektif A.

  Subejctive Self Rating Test

  

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)

  Jepang merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik.

  Skor yang diberikan pada masing-masing frekuensi yaitu tidak pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4. Kemudian berdasarkan skala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) ditentukan nilai akhir dari frekuensi kejadian terhadap gejala kelelahan yaitu:

   Tingkat kelelahan 1 = 30-52 (Rendah)

  • - Tingkat kelelahan 2 = 53-75 (Sedang)
  • - Tingkat kelelahan 3 = 76-98 (Tinggi)
  • - Tingkat kelelahan 4 = 99-120 (Sangat tinggi) B.

  Nordic Body Map Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal.Penilaiannya sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan.Dalam aplikasinya, metode ini menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body map) yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang sangat singkat sekitar 5 menit.Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit, dari mulai tingkat kelelahan ringan sampai dengan berat.

2.1.7 Upaya untuk Mengatasi Kelelahan Kerja

  Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelelahan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat kompleks dan saling mengkait antara faktor yang satu dengan yang lain. Yang terpenting adalah bagaimana menangani setiap kelelahan yang muncul agar tidak kronis.

  Menurut Russeng (2009)yang mengutip pendapat Levy (1990) penanggulangan kelelahan kerja secara umum pada tenaga kerja dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : a.

  Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.

  b.

  Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.

  c.

  Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.

  d.

  Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.

  e.

  Beban kerja berat tidak berlangsung lama.

  f.

  Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya.

  g.

  Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan secara baik.

  h.

  Cuti dan libur diselenggarakan dengan sebaik-baiknya.

2.2 Gizi

  2.2.1 Pengertian Gizi

  Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat makanan ; dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah nutrion yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau diartikan sebagai ilmu gizi. Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme mengunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

  Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya. Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraam maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas.

  Kekurangan gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk pada tubuh, seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi dan bereaksi lamban dan lain- lain. Dalam keadaan demikian sulit tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal (Wisnoe, 2005).

  2.2.2 Manfaat zat makanan

  Secara umum ada 3 kegunaan makanan bagi tubuh (triguna makanan), yakni : a. sumber tenaga

  Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar.Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan.Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat tersebut dinamakan zat pembakar.

  b. sumber zat pembangun diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti se-sel rusak.Dalam fungsi ini ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun.

  c. sumber zat pengatur Protein, mineral, air dan vitamin diperkukan untuk mengatur proses tubuh.

  Protein mengatur keseimbangan air dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang masuk kedalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lainnya yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan pencernaan, jaringan dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa atau ekskresi dan lain-lain proses tubuh. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air dan vitamin ini disebut dengan zat pengatur (Almatsier, 2009).

2.2.3 Sarapan

  Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dalam sistem penunjang.Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier, 2009). kebiasaan makan yang dilakukan pada pagi hari sebelum memulai aktivitas. Di Indonesia, kebiasaan makan sehari-hari meliputi makan pagi, siang dan malam.

  Jarak dan waktu antara makan malam dan bangun pagi sekitar 8 jam.Selama waktu tidur, metabolisme tubuh tetap berlangsung, sehingga pada pagi hari perut sudah kosong.Kebutuhan energi diambil dari cadangan lemak tubuh. Rendahnya kadar lemak dalam darah dapat menimbulkan rasa lemas, malas dan dan berkeringat dingin (Muhilal, 1998).

  Sarapan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelumberaktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanankudapan. Dalam menyusun menu sarapan perlu diperhatikan kelengkapangizi yang dikandungnya.Sarapan pagimerupakan suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik. Sarapan sehat selaknya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap.Sarapan pagi akan menyumbangkangizi sekitar 25%, apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbang 500 kalori. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan, 2003).

  Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009).

  Kebiasaan sarapan dikategorikan sering bila frekuensi sarapan dalam seminggu ≥ 4 kali dan jarang bila frekuensi sarapan dalam seminggu ≤ 4 kali (Wiyono, 2008).

2.2.4 Asupan Energi Berdasarkan Status Gizi

  Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh sebagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

  Menurut Almatsier (2009) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh organisme di pihak lain.Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen-komponen sebagai berikut : a.

  Angka Metabolisme Basal/AMB (kebutuhan sedang istirahat) b. Aktivitas Fisik c. Pengaruh Dinamik Khusus Makanan/SDA

  Ketiga komponen ini berbeda untuk tiap orang menurut umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, tingkat kesehatan dan faktor lain. Guna menaksir nilai AMB cukup digunakan indeks berat badan sebagai peubah yang berpengaruh.

  Banyak percobaan yang menunjukkan bahwa peubah ukuran tubuh dan tinggi badan tidak memberikan perbedaan yang nyata.Guna menaksir kebutuhan energi seorang pekerja, aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya pekerjaan yang dilakukan yaitu ringan, sedang dan berat.

2.2.5 Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi Tubuh

  Konsumsi makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial.Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat- zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan.

  Akibat gizi kurang pada proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses seperti pertumbuhan tidak optimal, produksi tenaga kurang untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas, pertahanan tubuh menurun, terganggunya fungsi otak dan perilaku yang tidak tenang. (Almatsier, 2009)

2.3 Konsumsi Sarapan terhadap Kelelahan Kerja

  Menurut Khomsan (2003) ada 2 manfaat yang diperoleh jika seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain :

  1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.

  2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.

2.4 Kerangka Konsep

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dikembangkan kerangka konsep sebagai berikut : Pekerja Kurir

  Sarapan (+) Sarapan (-) Kelelahan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep penelitian

  Keterangan Gambar : Pekerja kurir dengan pola kerja menyortir, mengangkat, dan mengantarkan barang menggunakan sepeda motor tidak semuanya memiliki kebiasaan sarapan pagi. Berdasarkan teori kepustakaan, dengan tidak sarapan dapat membuat energi menurun dan lebih cepat menimbulkan kelelahan. Konsep penelitian diatas untuk melihat perbedaan kelelahan yang dialami pekerja kurir yang sarapan dengan tidak sarapan.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Berbagai ukuran geostatik memang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Luas wilayah lautnya mencapai 5,8 km - Analisis Faktor-Faktor Yangmempengaruhi Pendapatan Serta Perseps

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Rancang Bangun Mesin Pendingin Ruangan Dengan Menggunakan Energi Surya Dan Campuran Air, Garam,Dan Es Sebagai Media Pendingin

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Audit - Pengaruh Profitabilitas, Capital Adequacy Ratio, Dan Leverage Terhadap Opini Audit Going-Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Histologi Kelenjar Tiroid - Konfirmasi Diagnostik Sitologi Imprint, Potong Beku dan Histopatologi pada Lesi Tiroid di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012

0 0 39

Konfirmasi Diagnostik Sitologi Imprint, Potong Beku dan Histopatologi pada Lesi Tiroid di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012

0 1 15

Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan

0 0 12

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi - Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan

0 0 19

Gambar 2.1 Diagram Hubungan keemapat disiplin ilmu

0 1 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik - Perubahan Warna Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Kunyit

0 1 10

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 0 49