BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Syariah - Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunankan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbankan Syariah

  Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama- sama. sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. (Otoritas Jasa Keuangan)

  Sistem perbankan syariah pada dewasa ini menawarkan solusi keuangan yang sangat bisa dinikmati oleh masyarakat. Dimana tidak adanya penggunaan bunga yang mempunyai sifat spekulatif tentu saja mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat. Sistem bagi hasil itu sendiri merupakan solusi yang ditawarkan oleh system perbankan syariah guna memperoleh keuntungan yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Di dalam aktivitasnya itu sendiri. para pegiat perbankan syariah baik itu individu maupun institusi benar-benar menawarkan konsep makro serta mikro ekonomi syariah yang anti spekulatif dan sangat manusiawi.

  Pada saat ini. perbankan syariah sedang banyak dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti makin menjamurnya institusi perbankan yang menawarkan konsep islami di dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Lembaga- menerapkan ekonomi syariah menawarkan berbagai macam produk yang sangat menarik dan tentunya anti-riba dan spekulatif. Oleh karena itu. seharusnya Pemerintah Indonesia harus benar-benar menggiatkan ekonomi syariah secara luas di pelosok tanah air guna menghindari krisis ekonomi akibat penggunaan bunga di dalam aktivitas ekonomiya.

2.2 Perbankan Syariah di Indonesia

2.2.1 Pengertian Perbankan Syariah

  Menurut undang-undang RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. mencakup kelembagaan. kegiatan usaha. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian Bank. Bank Syariah. Bank Umum Syariah. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan dan Unit Usaha Syariah sebagai berikut :  Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

   Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

   Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya

   Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam l alu lintas pembayaran.

   Unit Usaha Syariah. yang selanjutnya disebut UUS. adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

2.2.2 Karakteristik Perbankan Syariah

  Direktorat Perbankan Syariah BI menguraikan ada tujuh karakteristik utama yang menjadi prinsip perbankan syariah di Indonesia. Hal ini tentu saja dapat menjadi landasan utama bagi para nasabah maupun calon nasabah yang akan terlibat di dalam aktivitas perekonomian berbasiskan syariah islam. Ketujuh karakteristik ini adalah sebagai berikut:

  1. Universal.

  Memandang bahwa Bank Syariah berlaku untuk setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun agama.

  2. Adil.

  Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya dan melarang adanya unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-untungan). gharar. (ketidakjelasan).haram.serta riba.

  3. Transparan.

  Dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat.

  4. Seimbang. Mengembangkan sektor keuangan melalui aktivitas perbankan syariah yang mencakup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro. Kecil. dan Menengah).

  5. Maslahat. Bermanfaat dan membawa kabaikan bagi seluruh aspek kehidupan.

  6. Variatif. Produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah.tabungan umum.giro. deposito. pembiayaan yang berbasis bagi hasil. jual beli dan sewa. sampai kepada produk jasa custodian.jasa transfer. dan jasa pembayaran (debet card.syariah charge).

  7. Fasilitas. Penerimaan dan penyaluran zakat. infak.sedekah.wakaf. dana kebajikan (qard). memiliki fasilitas ATM. mobile banking. internet

  banking. dan interkoneksi antar bank syariah.

  2.2.3 Proposisi Nilai Perbankan Syariah Indonesia

  Berdasarkan analisis BI. bahwa bank-bank syariah di Indonesia memberikan produk-produk layanan sesuai kebutuhan nasabah yang umumnya dibagi ke dalam 3 segmentasi berikut:

  a. Segmen Korporasi/institusi. yaitu beberapa bank syariah yang fokus melayani segmen ini sudah menyediakan beberapa produ-produk terkini sebagaimana produk korporasi di perbankan konvensional seperti cash management. eletronic payroll. pembayaran pajak. collecting dan memberikan pembiayaan dengan margin khusus.

  b. Segmen Retail Produktif (SMEs). segmen ini merupakan segmen favorit bank syariah. Berbagai produk pembiayaan untuk usaha kecil menengah ini terdapat hampir di semua bank-bank syariah.

  c. Segmen Retail Konsumtif: peningkatan variasi dan kualitas layanan produk- produk konsumer di perbankan syariah seperti tabungan. deposito. transfer. wealth management. e-money. e-channel melalui internet banking. mobile banking. sms banking. gadai. KPR.

  KKB. multiguna dan lain-lain semakin berkembang.

  2.2.4 Pemetaan Konsumen berdasarkan Orientasi Bank

  Hasil riset pengembangan pasar yang dilakukan oleh Bank Indonesia bersama tahun 2007 bersama MarkPlus.co yang menghasilkan pemetaan segmentasi konsumen bank syariah berdasarkan orientasi bank dibagi berdasarkan segmen dibawah ini: a. Syariah Loyalis atau Segmen Pokoknya Syariah yang dalam kondisi apapun akan menggunakan bank syariah.

  b. Follower. segmen ikut-ikutan yang akan menggunakan bank syariah jika banyak orang menggunakannya c. Functional benefit. yaitu segmen nasabah yang akan menggunakan bank syariah. ataupun bank konvensional tergantung fungsi atau keuntungan.

  d. Obligatory. segmen terpaksa menggunakan jasa perbankan syariah karena karena sesuatu hal misalnya menerima gaji atau pembayaran transaksi harus melalui bank syariah.

  e. Essentially conventional. segmen pokoknya konvensional yang dalam kondisi apapun hanya menggunakan bank konvensional.

2.3 Konsep Dasar Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

2.3.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah

  Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Muhammad (dalam Octaviana Anggraeni, 2011 : 34).

  Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Peraturan Bank Indonesia Indonesia Nomor : 8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Anita (2009 : 24)

2.3.2 Kegiatan Usaha BPRS

  Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Bank Perkreditan Rakyat Syariah mempunyai kegiatan usaha adalah sebagai berikut : a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

  1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad

  wadi’ah atau Akad lain

  yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; dan

  2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

  1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;

  2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah. salam. atau

  istishna’;

  3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;

  4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya

  bittamlik ; dan

  5. Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

  c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad

  wadi’ah atau

  Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

  d. memindahkan uang. baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah. Bank Umum Konvensional. dan UUS; dan

  e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

2.4 Konsep Efisiensi

  Konsep efisiensi berasal dari konsep mikro ekonomi. yaitu teori konsumen dan teori produsen. Sudut pandang teori konsumen mencoba untuk memaksimalkan kegunaan atau kepuasan individu. sedangkan sudut pandang teori produsen mencoba untuk Diana Yumanita (dalam Vini Sapta Dini Eka Putri Noor, 2013 : 31).

  Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan jumlah output yang lebih besar. Permono dan Darmawan dikutip Priyonggo (dalam Vini Sapta Dini Eka Putri Noor ,2013 : 31).

2.5 Konsep Pengukuran Efisiensi

  Penghitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh Farell (1957) berdasarkan paper dari Tim Coelli (1996) yang menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk produksinya.

  Farell mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu:

  

technical efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan

  untuk menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah ditentukan. dan allocative efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input dalam proporsi yang optimal. di mana masing-masing produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut dikombinasikan lalu menghasilkan total economic efficiency.

  Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di mana analisisnya berkenaan dengan ruang input. yang berfokus pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan pengukuran berorientasi input (input-oriented

  measures ).

  Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan, 2013 : 23) menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale efficiency). efisiensi cakupan (scope efficiency). efisiensi teknik (technical efficiency). dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to

  

scale ). sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu

  beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan. sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi.

  Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input

2.6 Pengukuran Efisiensi

  Menurut Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan, 2013: 24) ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan. yaitu:

  1. Pendekatan Rasio Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang seminimal mungkin. Efficiency = Output / Input .................................................................. (2.9) Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan banyak output yang akan dihitung. karena jika diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas. Silkman dikutip oleh Ario dikutip Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan 2013: 25)

  2. Pendekatan Regresi Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsi regresi adalah sebagai berikut: Y=f (X1. X2. X3. X4............Xn)......................................................... (2.10) Dimana:

  Y = Output

  Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada output hasil estimasi.

  3. Pendekatan Frontier Menurut Silkman dikutip Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief

  Setiawan, 2013 : 26). pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya. sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan menggunakan metode Stochastic Frontier

  

Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan

  pendekatan frontier non parametrik dapat diukur dengan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

2.7 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi

  Menurut Hadad et al (dalam Sufian, 2006 : 38). terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode parametrik

  

Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu :

  1. Pendekatan Aset ( The asset Approach) Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini. output didefinisikan ke dalam bentuk aset.

  2. Pendekatan Produksi (The Production Approach) Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja. pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainya.

  3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga kerja dan modal fisik didefinisikan sebagai input.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey, dikutip Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan 2013 : 27) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun menggunakan pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya.

2.8 Penelitian Terdahulu

  Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah banyak dilakukan pada bank-bank asing maupun bank-bank swasta nasional baik domestik maupun luar negeri:

  1. Rakhmat Purwanto (2011) Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank

  Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010) .

  Penelitian ini menggunakan total kredit/ pembiayaan dan laba operasional sebagai ouput serta total simpanan. asset. dan biaya tenaga kerja sebagai input.

  Hasil analisis menggunakan metode DEA menunjukan bahwa selama periode 2006-2010 BUK dan BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83.29 persen untuk BUK dan 89.3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakan independent menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi

  sample t-test antara BUK dan BUS selama periode tahun 2006-2010.

  2. Rezqi Syahri Rakhmadi (2010) Penelitian ini berjudul Analisis Efisiensi dan Produktivitas Bank

  Syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment

  

Analysis (DEA) periode 2007-2009. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu laba rugi dan neraca sebagai variabel input dan ouput.

  Hasil penelitian ini ditemukan bahwa Perbankan Syariah di Indonesia mengalami peningkatan produktivitas. dimana peningkatan produktivitas tersebut disebabkan oleh faktor tekhnologi. Selain itu penelitian ini juga menemukan adanya korelasi negative antara aset dengan efisiensi dimana semakin besar aset maka mengakibatkan berkurangnya efisiensi. Serta juga ditemukan adanya korelasi positif antara input dengan ouput dimana semakin bertambah input juga akan meningkatkan ouput.

  3. Shafitranata (2011) Penelitian yang ia lakukan berjudul Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biaya operasional. biaya tenaga kerja. dan jasa bank sebagai variable input dan total simpanan dan deposito sebagai variabel ouput.

  Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi tahunan Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah Mandiri. dan Bank Mega Syariah sudah mencapai ketetapan efisiensi suatu bank kecuali Bank Mega Syariah yang memiliki rata-rata tahunan kurang dari tetapan suatu efisiensi.

  4. Vini Sapta Eka Dini Putri Noor (2013) Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank

  Syariah dan Bank Konvensional dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah simpanan. jumlah aktiva tetap. dan jumlah beban operasional lainnya sebagai input. Sedangkan variabel ouputnya adalah jumlah pembiayaan/kredit.

  Hasilnya menunjukkan bahwa pada periode 2008-2011. perhitungan efisiensi menggunakan asumsi Variable Return to Scale (VRS) memberikan hasil perhitungan efisiensi secara rata-rata pada BUS sebesar 84.73. Sedangkan pada BUK sebesar 75.55 sehingga dapat disimpulkan kinerja efisiensi Bank Syariah lebih baik daripada Bank Konvensional.

  5. Arief Setiawan (2013) Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank

  Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan metode Data

  

Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah simpanan. aset. dan biaya tenaga kerja sebagai variabel input.

  Sedangkan variabel ouputnya adalah pembiayaan dan pendapatan.

  Hasil penelitian ini adalah bahwa Rata-rata pencapaian efisiensi periode 2008-2012 dengan rata-rata efisiensi bank konvensional sebesar 88,74 persen dan bank syariah sebesar 92,56 persen.

2.9 Kerangka Konseptual

  

Pengukuran Efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

dengan pendekatan intermediasi

  Tingkat Efisiensi BPR Konvensional Tahun 2011 - 2013

  Tingkat Efisiensi BPRS Tahun 2011 - 2013

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

  Aset Dana Pihak Ketiga

  Pembiayaan atau Kredit Pendapatan

  Data Keuangan BPR Syariah dan BPR Konvensional Tahun 2011 - 2013

  Laporan Tahunan Bank Indonesia Statistik Perbankan Syariah dan Statistik

  Perbankan Indonesia Biaya Tenaga Kerja

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Iklan di Televisi dan Keputusan Membeli

0 0 7

Iklan di Televisi dan Keputusan Membeli

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) 2.1.1. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) - Analisis Peran Serta Petugas Puskesmas Tentang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2014

1 1 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Peran Serta Petugas Puskesmas Tentang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2014

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Puskesmas - Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari – Desember 2013 Di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

1 1 36

Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari – Desember 2013 Di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

1 0 14

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Tujuan Kriptografi - Implementasi Kombinasi Tiny Encryption Algorithm (TEA) Dan Algoritma Least Significant Bit(LSB)Untuk Keamanan File Text

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Mandi 2.1.1 Definisi Sabun Mandi - Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere padat secara gravimetri

0 0 14

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Ginjal Manusia 2.1.1. Anatomi ginjal - Karakteristik Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2013

0 1 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang - Bangkitan Perjalanan pada Perumahan Nasional (PERUMNAS) Helvetia

0 1 16