MANAJEMEN DANA BANK SYARIAH. docx
MANAJEMEN DANA BANK SYARIAH
A. Pengertian Manajemen Dana Bank Syariah
Manajemen dana bank sebagai suatu proses pengelolaan penghimpunan dana-dana
dari masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank
dan masyarakat serta pemupukannya secara optimal melalui pergerakan semua sumber daya
yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas
ketentuan peraturan yang berlaku.
Manajemen dana bank Syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga dana
bank Syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas
funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan
tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas.1
Gambar Siklus dan Distribusi Dana di Bank Syariah
BAGI HASIL
Masyarakat
Pemilik Dana
Proses Penghimpunan
Dana
BANK
SYARIAH
Proses Penyaluran
Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
BAGI HASIL
Konsep Penghimpun Dana : Wadiah dan Mudharabah
Konsep Penyaluaran Dana :
-
Bagi Hasil (Mudharabah &
-
Musyarakah)
Jual
Beli
-
Istishna’ & Salam)
Ujroh (Ijarah &
(Murabahah,
Muntahiya Bittamblik)
1 Muhamad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP-AMP YKPN, 2002.
1
Ijarah
B. Fungsi Manajemen Dana Bank Syariah
Dalam menjalankan operasinya bank Syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai penerimaan amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang dipercaya
oleh pemegang rekening investasi/deposan atau dasar prinsip bagi hasil dengan
kebijakan investasi bank.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik dana (Shahibul maal)
sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana.
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah.
4. Sebagai pengelola fungsi social.
C. Tujuan Manajemen Dana Bank Syariah
Manajemen dana bank Syariah mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Memperoleh profit yang optimal.
b. Menyediakan akhir cair dan kas yang memadai.
c. Penyimpan cadangan.
d. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas bagi
seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.
e. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.2
D. Permasalahan-Permasalahan Manajemen dana Bank Syariah
Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank Syariah
pada khususnya adalah :
1. Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relative murah.
2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk memperoleh
pendapatan yang optimal.
3. Berapa besarnya dividen yang dibayarkan yang dapat memuaskan pemilik/pendiri dan
laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan bank Syariah.
Dari permasalahan yang ada di atas, maka manajemen dana mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
Memperoleh profit yang optimal.
Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai.
Menyimpan cadangan.
Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas bagi
seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.
5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.
Bank Syariah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai lembaga
keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu bank Syariah harus mengelola dana
yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Kekayaan bank Syariah dalam bentuk :
2 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 112.
2
a. Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu pembiayaan untuk debitur
serta penempatan dana di bank atau investasi lain yang menghasilkan pendapatan.
b. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan inventaris (harga tetap).
2. Modal bank Syariah, berasal dari :
a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah,
infaq/shadaqah.
b. Simpanan/hutang dari pihak lain.
3. Pendapatan usaha keuangan bank Syariah berupa bagi hasil dari pembiayaan yang
diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank Syariah di bank.
4. Biaya yang harus dipikul oleh bank Syariah yaitu biaya operasi, biaya gaji,
manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.
Untuk mengatasi hal tersebut pihak bank Syariah dapat melakukan kegiatan manajemen
sebagai berikut :
1. Rencana Keuangan (Budgeting)
2. Batasan dan Pengukuran atas :
a. Struktur Modal
b. Pemeliharaan Likuiditas
c. Pengawasan Efisiensi
d. Rentabilitas
e. Aktiva Produktif (Pembiayaan)3
E. Sumber-Sumber Dana Bank Syariah
Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan masalah bank yang paling utama.
Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa (tidak dapat berfungsi sama
sekali). Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai
atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau
dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal
dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu akan ditarik
kembali, baik sekaligus atau berangsur-angsur.
Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari para pemilik bank itu
sendiri, ditambah cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam
kembali pada bank, hanya sebesar 7-8% dari total aktiva bank. Bahkan di Indonesia rata-rata
jumlah modal dan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank belum pernah melebihi 4% dari
total aktiva. Ini berarti bahwa sebagaian besar modal kerja bank berasal dari masyarakat,
lembaga keuangan lain dan pinjaman likuiditas dari bank Sentral.
Dengan demikian, sumber dana bank Syariah terdiri dari :
3 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 111.
3
a. Modal inti (core capital)
Modal ini merupakan dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para pemegang
saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :
Modal yang disetor oleh pemegang saham
Cadangan-cadangan
Laba ditahan
b. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja
sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri
pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini dalam kedudukannya sebagai
mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa :
a. Rekening investasi umum
b. Rekening investasi khusus
c. Rekening tabungan Mudharabah
c. Dana Titipan (wadiah/non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya
berupa giro atau tabungan. Menurut Zainul Arifin, dana titipan wadiah ini
dikembangkan dalam bentuk rekening giro wadiah dan rekening tabungan wadiah.
F. Penggunaan Dana Bank
Setelah dana pihak (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan fungsi
intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.
Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya
sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Alokasi dana ini
mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkar risiko yang rendah.
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap
aman.
Alokasi penggunaan dana bank Syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting dari aktiva bank, yaitu :
1. Earning Assests (aktiva yang menghasilkan)
4
Asset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Asset ini disalurkan
dalam bentuk investasi yang terdiri dari :
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)
Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah)
Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’i)
Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Iqtina, & IMBT)
Surat-surat berharga Syariah dan investasi lainnya
2. Non Earning Assets (aktiva yang tidak menghasilkan)4
Seperti aktiva dalam bentuk tunai, pinjaman (Qard), penanaman dana dalam aktiva
tetap dan inventaris .
G. Pendekatan Alokasi Dana Bank
Cara penempatan alokasi dana oleh suatu bank dengan mempertimbangkan sumber dana
yang diperolehnya terdiri atas dua pendekatan yang masih banyak dipergunakan atau
dipilih oleh eksekutif bank, yaitu :
a. Pool of fund approach ialah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan halhal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu dan tingkat harga
perolehannya.
b. Asset allocation approach ialah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan
mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai
dengan sifat, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.5
Secara skematis sumber dan penggunaan dana berdasarkan pusat pengumpulan dana
(pool of fund approach digambarkan pada skema berikut :
Sumber Dana
Penggunaan Dana
PRIMARY
RESERVE
WADIAH
SECONDARY
RESERVE
QARD
MUSYARAKAH
MUDHARABAH
DANA POOL
MURABAHAH
SALAM
ISTISHNA
IJARAH
4 Zainul
Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Alvabeta bekerja sama dengan Tazkia
MUSYARAKAH
AKTIVA
Institut, 2002), hlm. 53-59
MUDHARABAH
MUTLAQAH
5 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 54.
5
MUDHARABAH
MUQAYYADAH
SPECIAL
INVESTMENT
Secara khusus, sumber-sumber penerimaan dana dapat dialokasikan pada sisi-sisi
pembiayaan. Secara skematis diagram sumber dan penggunaan dana berdasarkan
pendekatan Alokasi aktiva (Asset Allocation Approach) dapat digambarkan sebagai
berikut :
Sumber Dana
Penggunaan Dana
PRIMARY RESERVE
WADIAH
SECONDARY RESERVE
QARD
MUDHARABAH
MUTLAQAH
MURABAHAH
MUDHARABAH
MUQAYYADAH
IJARAH
IMBT
SALAM
MUDHARABAH
ISTISHNA
6
MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
AKTIVA TETAP
Dari bagan diatas dapat diterangkan bahwa:
a) Wadiah adalah titipan dari nasabah kepada pihak bank dimana pihak bank
bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembalikan kapan saja penyimpan
menghendakinya.
b) MudharabahMutlaqoh adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal memberikan
penuh kepada pengelola untuk menggunakan modal tersebut dalam usaha yang
dianggapnya baik dan menguntungkan.
c) MudharabahMuqayadah adalah pemilik modal menyerahkan modal kepada nasabah dan
menentukan syarat serta pembatasan kepada pengelola dalam menggunakan modal
tersebut.
d) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan
6 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 127-128.
6
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
bersama.7
e) Primary Reserve adalah sumber utama bagi likuiditas bank terutama untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya penarikan nasabah bank, baik berupa penarikan dan masyarakat
yang disimpan pada bank tersebut maupun kredit.
f) Secondary Reserve adalah cadangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas yang bersifat jangka pendek seperti penarikan simpanan oleh nasabah deposan
dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan.
g) Qard adalah pinjaman kebajikan tanpa imbalan biasanya untuk pembelian barang-barang
fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan
jumlahnya).
h) Murabahah adalah akad penyediaan barang berdasarkan system jual beli, dimana bank
memberikan kebutuhan nasabah (barang) dan menjual kembali kepada nasabah ditambah
dengan keuntungan yang disepakati bersama.
i) Salam adalah akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera (pada
saat akad disepakati) sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka
waktu yang disepakati.
j) Ijarah adalah pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang
disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan kepemilikan. 8
k) Aktiva Tetap adalah pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana dibank atau
investasi lain yang menghasilkan pendapatan.
Tabel Perbandingan Antara Manajemen Dana dengan Metode Fool of Fund Approach dan
Asset Allocation Approach
Fool of Fund Approach
Asset Allocation Approach
Kelebihan
Kelebihan
o Perhitungan biaya relative sederhana.
o Pengelolaannya todak kompleks.
o Mengalihkan penekanan likuiditas kepada
profitabilitas.
o Jumlah rata-rata
cadangan
likuiditas
mengalami penurunan sehingga alokasi
dana dapat dialihkan lebih banyak pada
penyaluran pembiayaan dan penanaman
7 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari'ah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 49.
8 Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), hlm.
102.
7
modal pada surat-surat berharga yang
memiliki keuntungan lebih tinggi.
Kelemahan
o Tidak
diberikan
dasar
Kelemahan
untuk o Keputusan mengenai jumlah likuiditas
memperkirakan standar likuiditas.
o Tidak terdapat pertimbangan terhadap
dilakukan
berdasarkan
perkiraan
atau
perputaran simpanan.
perubahan giro, tabungan, deposito, dan o Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang
sumber lainnya.
menyebabkan keuntungan berkurang.
o Mengabaikan likuiditas yang berasal dari o Portofolio kredit dianggap sama sekali
portofolio
kredit/pembiayaan
melalui
tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap
pembayaran cicilan terus menerus.
sebagai sumber likuiditas yang potensial.
o Memperkecil peranan cadangan sekunder o Keputusan mengenai manajemen aktiva
sebagai sumber likuiditas.
o Mengabaikan
kenyataan
pasiva dibuat secara independen.
mengenai
kemampuan bank untuk memperoleh laba
dari operasinya.
o Mengabaikan peran interaksi aktiva dan
pasiva dalam penyediaan likuiditas secara
musiman.
H. Sumber dan Alokasi Pendapatan
Dan yang telah diperoleh bank akan dialokasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Dari pendapatan tersebut didistribusikan kepada para nasabah penyimpan. Dalam hal ini
perlu dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank Syariah.
1. Sumber Pendapatan Bank Syariah
Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank Syariah, maka hasil
penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan bank. Sumber pendapatan
bank Syariah dapat diperoleh dari :
a. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.
b. Keuntungan atas kontrak jual-beli (al Ba’i).
c. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina.
d. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
2. Pembagian Keuntungan (Profit Distribution)
Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan dari kontrak pembiayaan, setelah dikurangi
dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi atau didistribusikan antara pihak bank
dengan penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung, dan para pemegang
saham sesuai dengan nisbah bagi-hasil yang diperjanjikan.
8
Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi-hasil antara bank dengan para
nasabah tersebut, bank akan mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Tahap pertama : bank menetapkan jumlah relative masing-masing dana simpanan
yang berhak atas bagi-hasil usaha bank menurut tipenya, dengan cara membagi
setiap tipe dana-dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang ada pada bank
dikalikan 100%.
b. Tahap kedua : bank menetapkan jumlah pendapatan bagi-hasil bagi masingmasing tipe dengan cara mengkalikan persentasi (jumlah relative) dari masingmasing dana simpanan pada huruf a dengan jumlah pendapatan bank.
c. Tahap ketiga : bank menetapkan porsi bagi-hasil untuk masing-masing tipe dana
simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.
d. Tahap keempat : bank harus menghitung jumlah relative biaya operasional
terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai dengan
porsi dana dari masing-masing tipe simpanan.
e. Tahap kelima : bank mendistribusikan bagi-hasil untuk setiap pemegang rekening
menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah simpanannya.9
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhamad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : Rajawali Pers. Cet. 1.
2. Arifin, Zainul. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Alvabeta
bekerja sama dengan Tazkia Institut.
3. Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
4. Ascarya. 2008. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
5. Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
6. Adiwarman A Karim. 2008. Bank Islam : Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta: PT
Grafindo Persada.
9 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 129.
9
10
A. Pengertian Manajemen Dana Bank Syariah
Manajemen dana bank sebagai suatu proses pengelolaan penghimpunan dana-dana
dari masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank
dan masyarakat serta pemupukannya secara optimal melalui pergerakan semua sumber daya
yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas
ketentuan peraturan yang berlaku.
Manajemen dana bank Syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga dana
bank Syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas
funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan
tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas.1
Gambar Siklus dan Distribusi Dana di Bank Syariah
BAGI HASIL
Masyarakat
Pemilik Dana
Proses Penghimpunan
Dana
BANK
SYARIAH
Proses Penyaluran
Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
BAGI HASIL
Konsep Penghimpun Dana : Wadiah dan Mudharabah
Konsep Penyaluaran Dana :
-
Bagi Hasil (Mudharabah &
-
Musyarakah)
Jual
Beli
-
Istishna’ & Salam)
Ujroh (Ijarah &
(Murabahah,
Muntahiya Bittamblik)
1 Muhamad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP-AMP YKPN, 2002.
1
Ijarah
B. Fungsi Manajemen Dana Bank Syariah
Dalam menjalankan operasinya bank Syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai penerimaan amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang dipercaya
oleh pemegang rekening investasi/deposan atau dasar prinsip bagi hasil dengan
kebijakan investasi bank.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik dana (Shahibul maal)
sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana.
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah.
4. Sebagai pengelola fungsi social.
C. Tujuan Manajemen Dana Bank Syariah
Manajemen dana bank Syariah mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Memperoleh profit yang optimal.
b. Menyediakan akhir cair dan kas yang memadai.
c. Penyimpan cadangan.
d. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas bagi
seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.
e. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.2
D. Permasalahan-Permasalahan Manajemen dana Bank Syariah
Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank Syariah
pada khususnya adalah :
1. Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relative murah.
2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk memperoleh
pendapatan yang optimal.
3. Berapa besarnya dividen yang dibayarkan yang dapat memuaskan pemilik/pendiri dan
laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan bank Syariah.
Dari permasalahan yang ada di atas, maka manajemen dana mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
Memperoleh profit yang optimal.
Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai.
Menyimpan cadangan.
Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas bagi
seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.
5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.
Bank Syariah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai lembaga
keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu bank Syariah harus mengelola dana
yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Kekayaan bank Syariah dalam bentuk :
2 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 112.
2
a. Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu pembiayaan untuk debitur
serta penempatan dana di bank atau investasi lain yang menghasilkan pendapatan.
b. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan inventaris (harga tetap).
2. Modal bank Syariah, berasal dari :
a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah,
infaq/shadaqah.
b. Simpanan/hutang dari pihak lain.
3. Pendapatan usaha keuangan bank Syariah berupa bagi hasil dari pembiayaan yang
diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank Syariah di bank.
4. Biaya yang harus dipikul oleh bank Syariah yaitu biaya operasi, biaya gaji,
manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.
Untuk mengatasi hal tersebut pihak bank Syariah dapat melakukan kegiatan manajemen
sebagai berikut :
1. Rencana Keuangan (Budgeting)
2. Batasan dan Pengukuran atas :
a. Struktur Modal
b. Pemeliharaan Likuiditas
c. Pengawasan Efisiensi
d. Rentabilitas
e. Aktiva Produktif (Pembiayaan)3
E. Sumber-Sumber Dana Bank Syariah
Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan masalah bank yang paling utama.
Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa (tidak dapat berfungsi sama
sekali). Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai
atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau
dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal
dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu akan ditarik
kembali, baik sekaligus atau berangsur-angsur.
Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari para pemilik bank itu
sendiri, ditambah cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam
kembali pada bank, hanya sebesar 7-8% dari total aktiva bank. Bahkan di Indonesia rata-rata
jumlah modal dan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank belum pernah melebihi 4% dari
total aktiva. Ini berarti bahwa sebagaian besar modal kerja bank berasal dari masyarakat,
lembaga keuangan lain dan pinjaman likuiditas dari bank Sentral.
Dengan demikian, sumber dana bank Syariah terdiri dari :
3 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 111.
3
a. Modal inti (core capital)
Modal ini merupakan dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para pemegang
saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :
Modal yang disetor oleh pemegang saham
Cadangan-cadangan
Laba ditahan
b. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja
sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri
pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini dalam kedudukannya sebagai
mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa :
a. Rekening investasi umum
b. Rekening investasi khusus
c. Rekening tabungan Mudharabah
c. Dana Titipan (wadiah/non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya
berupa giro atau tabungan. Menurut Zainul Arifin, dana titipan wadiah ini
dikembangkan dalam bentuk rekening giro wadiah dan rekening tabungan wadiah.
F. Penggunaan Dana Bank
Setelah dana pihak (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan fungsi
intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.
Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya
sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Alokasi dana ini
mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkar risiko yang rendah.
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap
aman.
Alokasi penggunaan dana bank Syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting dari aktiva bank, yaitu :
1. Earning Assests (aktiva yang menghasilkan)
4
Asset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Asset ini disalurkan
dalam bentuk investasi yang terdiri dari :
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)
Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah)
Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’i)
Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Iqtina, & IMBT)
Surat-surat berharga Syariah dan investasi lainnya
2. Non Earning Assets (aktiva yang tidak menghasilkan)4
Seperti aktiva dalam bentuk tunai, pinjaman (Qard), penanaman dana dalam aktiva
tetap dan inventaris .
G. Pendekatan Alokasi Dana Bank
Cara penempatan alokasi dana oleh suatu bank dengan mempertimbangkan sumber dana
yang diperolehnya terdiri atas dua pendekatan yang masih banyak dipergunakan atau
dipilih oleh eksekutif bank, yaitu :
a. Pool of fund approach ialah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan halhal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu dan tingkat harga
perolehannya.
b. Asset allocation approach ialah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan
mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai
dengan sifat, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.5
Secara skematis sumber dan penggunaan dana berdasarkan pusat pengumpulan dana
(pool of fund approach digambarkan pada skema berikut :
Sumber Dana
Penggunaan Dana
PRIMARY
RESERVE
WADIAH
SECONDARY
RESERVE
QARD
MUSYARAKAH
MUDHARABAH
DANA POOL
MURABAHAH
SALAM
ISTISHNA
IJARAH
4 Zainul
Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Alvabeta bekerja sama dengan Tazkia
MUSYARAKAH
AKTIVA
Institut, 2002), hlm. 53-59
MUDHARABAH
MUTLAQAH
5 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 54.
5
MUDHARABAH
MUQAYYADAH
SPECIAL
INVESTMENT
Secara khusus, sumber-sumber penerimaan dana dapat dialokasikan pada sisi-sisi
pembiayaan. Secara skematis diagram sumber dan penggunaan dana berdasarkan
pendekatan Alokasi aktiva (Asset Allocation Approach) dapat digambarkan sebagai
berikut :
Sumber Dana
Penggunaan Dana
PRIMARY RESERVE
WADIAH
SECONDARY RESERVE
QARD
MUDHARABAH
MUTLAQAH
MURABAHAH
MUDHARABAH
MUQAYYADAH
IJARAH
IMBT
SALAM
MUDHARABAH
ISTISHNA
6
MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
AKTIVA TETAP
Dari bagan diatas dapat diterangkan bahwa:
a) Wadiah adalah titipan dari nasabah kepada pihak bank dimana pihak bank
bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembalikan kapan saja penyimpan
menghendakinya.
b) MudharabahMutlaqoh adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal memberikan
penuh kepada pengelola untuk menggunakan modal tersebut dalam usaha yang
dianggapnya baik dan menguntungkan.
c) MudharabahMuqayadah adalah pemilik modal menyerahkan modal kepada nasabah dan
menentukan syarat serta pembatasan kepada pengelola dalam menggunakan modal
tersebut.
d) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan
6 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 127-128.
6
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
bersama.7
e) Primary Reserve adalah sumber utama bagi likuiditas bank terutama untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya penarikan nasabah bank, baik berupa penarikan dan masyarakat
yang disimpan pada bank tersebut maupun kredit.
f) Secondary Reserve adalah cadangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas yang bersifat jangka pendek seperti penarikan simpanan oleh nasabah deposan
dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan.
g) Qard adalah pinjaman kebajikan tanpa imbalan biasanya untuk pembelian barang-barang
fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan
jumlahnya).
h) Murabahah adalah akad penyediaan barang berdasarkan system jual beli, dimana bank
memberikan kebutuhan nasabah (barang) dan menjual kembali kepada nasabah ditambah
dengan keuntungan yang disepakati bersama.
i) Salam adalah akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera (pada
saat akad disepakati) sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka
waktu yang disepakati.
j) Ijarah adalah pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang
disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan kepemilikan. 8
k) Aktiva Tetap adalah pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana dibank atau
investasi lain yang menghasilkan pendapatan.
Tabel Perbandingan Antara Manajemen Dana dengan Metode Fool of Fund Approach dan
Asset Allocation Approach
Fool of Fund Approach
Asset Allocation Approach
Kelebihan
Kelebihan
o Perhitungan biaya relative sederhana.
o Pengelolaannya todak kompleks.
o Mengalihkan penekanan likuiditas kepada
profitabilitas.
o Jumlah rata-rata
cadangan
likuiditas
mengalami penurunan sehingga alokasi
dana dapat dialihkan lebih banyak pada
penyaluran pembiayaan dan penanaman
7 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari'ah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 49.
8 Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), hlm.
102.
7
modal pada surat-surat berharga yang
memiliki keuntungan lebih tinggi.
Kelemahan
o Tidak
diberikan
dasar
Kelemahan
untuk o Keputusan mengenai jumlah likuiditas
memperkirakan standar likuiditas.
o Tidak terdapat pertimbangan terhadap
dilakukan
berdasarkan
perkiraan
atau
perputaran simpanan.
perubahan giro, tabungan, deposito, dan o Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang
sumber lainnya.
menyebabkan keuntungan berkurang.
o Mengabaikan likuiditas yang berasal dari o Portofolio kredit dianggap sama sekali
portofolio
kredit/pembiayaan
melalui
tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap
pembayaran cicilan terus menerus.
sebagai sumber likuiditas yang potensial.
o Memperkecil peranan cadangan sekunder o Keputusan mengenai manajemen aktiva
sebagai sumber likuiditas.
o Mengabaikan
kenyataan
pasiva dibuat secara independen.
mengenai
kemampuan bank untuk memperoleh laba
dari operasinya.
o Mengabaikan peran interaksi aktiva dan
pasiva dalam penyediaan likuiditas secara
musiman.
H. Sumber dan Alokasi Pendapatan
Dan yang telah diperoleh bank akan dialokasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Dari pendapatan tersebut didistribusikan kepada para nasabah penyimpan. Dalam hal ini
perlu dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank Syariah.
1. Sumber Pendapatan Bank Syariah
Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank Syariah, maka hasil
penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan bank. Sumber pendapatan
bank Syariah dapat diperoleh dari :
a. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.
b. Keuntungan atas kontrak jual-beli (al Ba’i).
c. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina.
d. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
2. Pembagian Keuntungan (Profit Distribution)
Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan dari kontrak pembiayaan, setelah dikurangi
dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi atau didistribusikan antara pihak bank
dengan penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung, dan para pemegang
saham sesuai dengan nisbah bagi-hasil yang diperjanjikan.
8
Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi-hasil antara bank dengan para
nasabah tersebut, bank akan mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Tahap pertama : bank menetapkan jumlah relative masing-masing dana simpanan
yang berhak atas bagi-hasil usaha bank menurut tipenya, dengan cara membagi
setiap tipe dana-dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang ada pada bank
dikalikan 100%.
b. Tahap kedua : bank menetapkan jumlah pendapatan bagi-hasil bagi masingmasing tipe dengan cara mengkalikan persentasi (jumlah relative) dari masingmasing dana simpanan pada huruf a dengan jumlah pendapatan bank.
c. Tahap ketiga : bank menetapkan porsi bagi-hasil untuk masing-masing tipe dana
simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.
d. Tahap keempat : bank harus menghitung jumlah relative biaya operasional
terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai dengan
porsi dana dari masing-masing tipe simpanan.
e. Tahap kelima : bank mendistribusikan bagi-hasil untuk setiap pemegang rekening
menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah simpanannya.9
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhamad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : Rajawali Pers. Cet. 1.
2. Arifin, Zainul. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Alvabeta
bekerja sama dengan Tazkia Institut.
3. Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
4. Ascarya. 2008. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
5. Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
6. Adiwarman A Karim. 2008. Bank Islam : Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta: PT
Grafindo Persada.
9 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 129.
9
10