BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Hubungan Acne Vulgaris Dengan Konsep Diri Pada Remaja Putri Di Smk Panca Budi Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang dewasa. Terjadi pula perubahan sikap dan sifat yang menonjol terutama terhadap teman sebaya, lawan jenis, terhadap permainan anggota keluarga. Secara biologis seorang remaja memasuki masa pubertas, menunjukkan perubahan- perubahan khusus bagi anak-anak yang mengalami perkembangan fisik. Yang perlu dipahami adalah perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam masa remaja (adolesensi) yang menyebabkan remaja sanggup melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan (Hurlock, 2007).

  Salah satu ciri remaja adalah memperhatikan tampangnya, bagi seorang remaja kebaikan atau kejelekan penampilan merupakan hal yang penting. Remaja selalu membandingkan dirinya dengan gambar-gambar reklame dan dalam film- film. Seorang anak remaja yang merasa bahwa penampilannya kurang baik di antara anak-anak lainnya mengundurkan diri dari kegiatan-kegiatan bersama anak-anak lainnya dan mengembangkan sikap-sikap negatif, senantiasa cemas mengenai pendapat orang lain mengenai dirinya sehingga merasa malu dan rendah diri (Rini J, 2007).

  Pada masa remaja, sikap individu mengalami berbagai perubahan baik timbulnya acne vulgaris. Individu yang mengalami masalah acne vulgaris seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan harga diri, keyakinan terhadap diri sendiri, pergaulan sosial, kemurungan, dan kegusaran. Masalah acne

  vulgaris sering terjadi pada bagian muka, belakang badan dan dada. Masalah ini

  memberikan kesan psikologis yang buruk pada remaja, terutama remaja dalam masa persekolahan. Pada tahap ini, faktor image remaja dan aktivitas pergaulan sosial sangat penting. Walaupun masalah ini dianggap ringan dan boleh diobati sendiri tetapi jika tidak dirawat akan mengakibatkan kesan fisik dan emosi yang buruk (Willis, S. Sofyan, DR,M.Pd.2005).

  Keluhan yang sering dialami oleh kebanyakan orang khususnya remaja putri pada wajahnya adalah acne vulgaris. Acne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang meresahkan. Kondisi peradangan abnormal pada kulit yang terjadi menahun (kronik) akibat penyumbatan kelenjar minyak dan produksi kelenjar minyak yang berlebihan mengakibatkan acne vulgaris. Ketakutan bahwa kulit yang memiliki acne vulgaris akan dinilai orang lain memiliki pengaruh terhadap kehidupan fisik dan sosial seseorang (Lubis, 2007). Menurut Kligmann dalam Efendi Z (2007), acne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang paling banyak diderita oleh manusia, tidak ada satupun orang di dunia ini melewati masa hidupnya tanpa sebuah acne vulgaris dikulitnya. Ada beberapa faktor pemicu acne vulgaris. Pertama, acne vulgaris bisa disebabkan kelebihan hormon. Faktor kedua, acne vulgaris disebabkan bakteri yang menempel pada kulit wajah. Ketiga, berkaitan dengan ras. Keempat, faktor makanan. Kelima, bisa juga disebabkan stress.

  Dalam beberapa penelitian disebutkan, anak perempuan yang menderita depresi dan kecemasan beresiko 68% memiliki acne vulgaris. Sumber lain juga menyatakan, sebanyak 80-100% terjadi dalam usia remaja 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. Berdasarkan penelitian Goodman (1999), acne

  

vulgaris dialami pada usia 16-17 tahun, dimana wanita berkisar 83-85 % dan pria

  berkisar 65-80%. Dari survey di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus

  

acne vulgaris . Sedangkan di Indonesia, catatan Kelompok Studi Dermatologi

  Kosmetik Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita pada tahun 2008 dan 80% pada tahun 2009. Dari kasus di tahun 2009, kebanyakan penderitanya adalah remaja dan dewasa usia antara 11-25 tahun (Efendi, 2007).

  Remaja putri tampak kurang menyukai perubahan fisik ketika beranjak remaja, khususnya mengenai acne vulgaris. Acne vulgaris ini dapat menyebabkan remaja putri seringkali merasa malu dan menutup diri terhadap lingkungan. Berbeda dengan remaja putra yang cenderung menerima apa adanya yang mereka alami seiring pubertas. Dengan munculnya acne vulgaris pada masa remaja, maka kesadaran akan pentingnya penampilan diri dalam kehidupan sosial yang pada akhirnya dapat mempengaruhi konsep diri remaja putri (Al-Hoqail, I.A.,2008).

  Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Ali, 2006). Menurut Keliat (2002) konsep diri terdiri dari lima komponenyaitu: Citra diri (body image), ideal diri, harga diri, penampilan peran, identitas personal. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri.

  Semua perempuan pada dasarnya menginginkan kulit muka yang bersih, begitu pun remaja di mana masa membentuk diri dalam segala segi dengan sebaik- baiknya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Deni Giri Hermawan pada tanggal 6 februari 2012 terhadap murid perempuan kelas X SMK Negeri 1 Indramayu yang berjumlah 269 orang, ternyata 145 orang atau (54 %) di antaranya menderita jerawat dan hasil wawancara terhadap 10 siswi yang berjerawat, 7 siswi mengatakan tidak menginginkan adanya jerawat yang mereka alami saat melewati masa pubertas sehingga membuat mereka kurang percaya diri untuk tampil di depan umum, ada yang merasa takut dan rendah diri karena wajahnya tidak cantik akibat tumbuhnya jerawat bahkan lima diantaranya merasa terganggu karena perubahan bentuk wajah mereka membuat mereka tidak bisa menarik perhatian orang lain untuk melihatkan bakat yang dimilikinya.

  Komponen konsep diri remaja yang mempunyai jerawat sering terganggu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Deni Giri Hermawan tersebut terhadap (10%) 15 murid perempuan yang berjerawat di SMK Negeri 1 Indramayu terdapat 12 murid perempuan mengalami gangguan konsep diri. Hal tersebut dapat dilihat pada murid perempuan di SMK Negeri 1 Indramayu yang mempunyai jerawat, mereka merasa ada yang berubah terutama pada citra dirinya karena ketidak nyamanan disekitar wajah dan tidak sama seperti teman sebayanya yang tidak mempunyai jerawat serta mengakibatkan harga dirinya

  Citra tubuh menunjukkan gambaran diri yang dimiliki setiap orang, penyakit atau gangguan kulit dapat merusak konsep dirinya, mengadaptasi perilaku yang diakibatkan timbulnya jerawat dapat mempengaruhi identitasnya dan menghalangi perannya didalam masyarakat atau lingkungan sekolah. Dilihat dari cara pergaulannya, mereka merasa kurang percaya diri, malu, kurang kontak mata saat diajak bicara, berusaha selalu memalingkan muka sertakurang semangat dalam melakukan aktifitas. Tetapi tidak semua remaja yang berjerawat dapat mengalami gangguan konsep diri. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan informasi yang didapat dari media, baik cetak maupunelektronik (Farozin, 2004).

  Dalam Journal of Paediatrics and Child Health peneliti menemukan acne

  vulgaris terkait dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi serta depresi pada

  remaja yang berusia antara 12-18 tahun, seperti dikutip dari Livestrong, sedangkan studi lain menemukan remaja yang mengunjungi dokter kulit untuk mengatasi masalah jerawat memiliki kesulitan emosional dan sosial yang setingkat dengan pasien epilepsi atau diabetes. Serta ada pula bukti lain yang menunjukkan ketika gejala masalah mental atau emosional parah, maka remaja ini mengalihkannya dengan mengonsumsi makanan junk food sehingga membuat acne vulgaris bertambah parah (Bararah, 2012).

  Melihat fenomena di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan

  acne vulgaris dengan konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun

  Ajaran 2014”

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Apakah ada hubungan acne vulgaris dengan konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014”

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Untuk mengetahui apakah ada “Hubungan acne vulgaris dengan konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014”.

  1.3.2 Tujuan Khusus 1.

  Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan gambaran diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

  2. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan ideal diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

  3. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan harga diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

  4. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan peran remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

  5. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan identitas diri putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

  Untuk peneliti sendiri penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang acne vulgaris dan konsep diri pada masa remaja.

  2. Bagi Remaja Putri

  Sebagai bekal pengetahuan bagi remaja dalam menghadapi masa pubertas serta mengetahui perubahan yang terjadi sehingga remaja dapat menerima serta mengerti hal-hal yang mungkin terjadi selama tumbuhnya acne vulgaris.

  3. Bagi Institusi Pendidikan

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan acne vulgaris dan konsep diri pada remaja putri.