BAB I - Convention Center and Recreation Center: The Glorious History Of Medan

BAB I Perjalanan Menuju Kegemilangan

  “Kalau kau ingin menungguku untuk menyerah, maka kau akan menungguku selamanya”. Itulah kata motivasi dari seorang tokoh komik yang saya gemari sejak di bangku SMP yang dikarang oleh Masashi Kishimoto, Naruto. Selalu menjadi penyemangat untuk senantiasa berjuang dan berusaha demi meraih kegemilangan. Bahwa perjuangan dalam hidup ini adalah sampai akhir hayat, dan tak berbatas waktu. Tak ada jatuh tempo. Suatu kegemilangan, kesuksesan dan kejayaan yang diperoleh adalah hasil dari jalan perjuangan yang terus menerus, tiada henti apalagi mundur di awal peperangan.

1.1. Takkan Mundur Dari Langkah Awal

  Seperti halnya perjuangan kali ini yang sedang saya hadapi, perjuangan untuk sebuah kegemilangan, mendapatkan gelar sarjana teknik. Walaupun ini merupakan awal dari perjuangan skripsi, namun ini adalah akhir dari serangkaian tugas akhir jalur profesi arsitek yang saya jalani di kampus arsitektur USU ini. Untuk memenuhi standar kelengkapan menuju sarjana, kami diwajibkan untuk mengambil mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 ini dan mata kuliah skripsi yang secara langsung berkaitan. Mata kuliah Studio Perancangan 6 dengan bobot 8 sks ini, selain syarat wajib untuk kelulusan/ wisuda sarjana strata 1, juga merupakan studio perancangan yang sudah merupakan bagian dari 13 kompetensi arsitek pada pendidikan profesi arsitek.

  Sudah dua 2 tahun kurikulum baru ini dikenalkan pada kami, jalur profesi arsitek dan non profesi arsitek, dan baru terealisasi sejak setahun yang lalu ketika kami menginjak semester 7. Ya, kami adalah angkatan pertama yang mendapat pembaharuan kurikulum ini. Masih banyak terjadi kerancuan dalam penyusunan kurikulum ini, dan seiring dengan berjalannya waktu tentu akan terus terjadi penyempurnaan-penyempurnaan.

  Dan seperti halnya kali ini, jika dilihat dari apa yang sudah terjadi, semestinya mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 (SPA 6) dan skripsi harus diambil secara bersamaan, karena dua mata kuliah ini adalah matakuliah yang saling berkaitan. Dimana skripsi ini merupakan hasil pendeskripsian proses SPA 6 dalam bentuk cerita, “true story telling”, menggambarkan dan menjelaskan semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa di dalam Studio PA 6 baik berupa kegiatan studio, survei lapangan, studi banding, pencarian literatur dan data, konsep hingga hasil dari rancangan dijelaskan dalam cerita di skripsi ini.

  Namun yang saya alami pada saat ini adalah saya mengambil skripsi setelah usai menjalankan proses Studio PA 6. Saya mengambil skripsi di semester selanjutnya(sekarang) karena masih ada matakuliah yang ingin saya perbaiki dan hal ini sudah saya konsultasikan kepada dosen pembimbing akademik dan dosen koordinator SPA 6, mereka dahulu membolehkan, dan sekarang saya dengar dari Pak Bauni untuk mahasiswa angkatan selanjutnya harus mengambil SPA 6 sekaligus dengan matakuliah skripsi. Memang dalam menyusun skripsi ini akan agak membuat saya kesulitan karena dibutuhkan memori yang kuat atas apa yang telah saya jalani pada studio semester lalu, dan ini merupakan salah satu kelemahan saya yang mempunyai golongan darah O, yang notabenenya cenderung memiliki daya ingat yang lemah. Namun hal ini tidak akan membuat semangat juang saya luntur. Berbekal jurnal studio mingguan studio PA 6 saya akan terus berjuang hingga akhir dan tidak akan menyerah.

1.2. Persiapan ‘Perbekalan’

  Saya akan mulai mencoba untuk mengingat awal dari perkuliahan SPA 6 ini. Pada saat itu, pertemuan minggu pertama untuk pembekalan setelah tertunda beberapa hari. Kami dikumpulkan di ruangan galeri M. Hasan kampus arsitektur USU, dan dijelaskan tentang KAK(Kerangka Acuan Kerja) proyek studio PA 6 oleh dosen koordinator, Pak Bauni. Setelah mendengarkan penjelasan dari beliau, kami disuruh untuk membentuk kelompok masing-masing 6 sampai 7 orang, dan saya ditakdirkan untuk berkelompok dengan Candra, Tegar, Andrias serta 2 orang stambuk 2009 Mirza dan Agung. Kemudian kami ditawarkan untuk memilih kasus proyek sepaket dengan dosen pembimbing dan arsitek pembimbing profesional/konsultan ahli. Atas berbagai pertimbangan, akhirnya kami memilih kasus Proyek B, Urban Landmark dengan fungsi sebagai pusat konvensi, rekreasi dan jembatan, dengan dosen pembimbingnya Pak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, dosen yang menurut saya adalah dosen yang berdedikasi tinggi di kampus ini, yang tahun itu mendapat penghargaan dosen terbaik di jurusan arsitektur, beliau juga menjabat sebagai sekretaris jurusan dan dosen pembimbing akademik saya, serta konsultan ahlinya Bang(demikian kami menyapanya karena beliau adalah termasuk salah seorang alumnus kami) Ramadhoni Dwipayana ST. IAI, arsitek yang pernah termasuk sebagai daftar 100 arsitek ternama di Indonesia versi salah satu majalah arsitektur. Ternyata yang memilih kasus proyek B ada 3 kelompok, sebagai solusinya kami melakukan undian. Saya diutus oleh kelompok kami untuk mencabut undian dan alhamdulillah seperti mendapatkan durian runtuh, kelompok kami yang akhirnya mendapatkan yang kami harapkan, kasus proyek B dengan dosen favorit kami dan arsitek yang ilmu desainnya sangat ingin kami serap semuanya. Seperti akhiran film India, kami sekelompok merasakan kelas pun berakhir dengan happy ending dan bersiap untuk pertemuan pertama dengan dosen dan konsultan ahli pada minggu berikutnya.

  Hari yang ditunggu pun tiba, pertemuan pertama dengan dosen pembimbing dan konsultan ahli. Sekitar pukul 11 menjelang siang, Ramadhoni, S.T., IAI, bang Doni, begitu kami biasa memanggilnya, pun datang ke studio. Sedikit perkenalan masing-masing dari kami dan akhirnya dia pun langsung memulainya dengan menjelaskan bagaimana keadaan profesi arsitek di kota Medan dan membandingkannya dengan arsitek di kota lain. Setelah itu dia meminta kami untuk memperlihatkan portofolio tugas studio atau pun proyek selainnya jika ada. Dia ingin melihat kemampuan perancangan masing-masing kami. Dia pun mencoba menilai, kemampuan mendesain kami masih belum sepenuhnya mengacu pada perancangan yang komprehensif, masih berkutat pada teori klasik Vitruvius; estetika, kekokohan dan fungsi. Padahal masih banyak lagi aspek yang perlu diperhatikan sebagai acuan keberhasilan suatu karya arsitektural. Permasalahan komprehensif dalam perancangan arsitektural bangunan atau lingkungan binaan seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, prilaku dan psikologi manusia, dan sebagainya sering kali terabaikan. Dia pun menjelaskan bahwa pada studio PA 6 kali ini kami akan dilatih dan dibimbing agar bisa merespon permasalahan bangunan dan lingkungan binaan tersebut dalam eksistensinya sebagai wadah kehidupan sosial budaya manusia.

  45 menit berlalu dan Pak Rudolf pun datang. Seperti biasanya, dia memberikan kami stimulus untuk terus bersemangat dalam mengerjakan tugas- tugas studio walaupun terkadang terlihat sulit. Dia pun menyuguhi kami presentasi sangat menarik dari gadget miliknya berformat komik berisikan kumpulan proyek-proyek arsitektural, YES IS MORE dari Taschen. Kami antusias mendengarkan penjabaran dari mereka berdua, mereka memiliki sense desain yang tinggi. Setelah menjelaskan strategi untuk studio kali ini, mereka pun menyarankan untuk pertemuan selanjutnya agar kami melakukan survei lapangan dan mencari studi banding proyek sejenis sesuai arahan KAK. Dari sinilah perjalanan perjuangan ini bermula, dan saya sudah siap dan bersemangat untuk menghadapinya.

1.3. The Journey Begins

  Hari berikutnya setelah pertemuan pertama dengan dosen dan konsultan ahli, saya dan teman-teman satu kelompok langsung melakukan survei lapangan untuk mendapatkan data eksisting dan mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan tapak dan sekitarnya. Kami, yang diketuai oleh seorang yang keras kepala bersuku Batak Pakpak bernama Candra, mengatur strategi dan pembagian tugas sebelum memulai perjalanan ini. Bentuk tapak terpecah oleh aliran sungai Deli, sehingga kami membaginya bagian ini menjadi 3 bagian; bagian Utara, Timur, dan Selatan. Bermodalkan kamera dan software GPS di smartphone, kami memulai perjalanan.

  Setelah 30 menit perjalanan dari kampus, Universitas Sumatera Utara, kami pun tiba di lokasi tapak bagian utara yang berada di belakang Kantor Pajak-

  Utara Timur Selatan Gambar 1.1. Lokasi tapak dan pembagiannya.

  Kota Medan, akses dari jalan Palang Merah masuk melalui jalan Suka Mulya. Daerah yang merupakan kawasan padat penduduk dan bangunan-bangunan dengan segala permasalahannya. Mobil, angkot, betor (becak motor) dan sepeda motor lalu lalang memenuhi jalan Palang Merah dua arah dibatasi median jalan yang masing-masing jalan hanya selebar 6 sampai 8 meter ini. Kemacetan memang masalah yang lumrah untuk kawasan komersil tengah kota di Medan.

  Apalagi kalau sudah masuk jam makan siang, pulang kantor (maghrib) dan pagi hari. Jalan akses masuk melalui jalan Suka Mulya ini tergolong kecil karena hanya selebar 8 meter untuk dua arah. Ruko-ruko memenuhi bagian timur jalan sedangkan bagian barat adalah kantor pajak 6 lantai dan sebuah gedung apartemen berlantai 15. Ada beberapa rumah warga di tapak ini dan kantor pajak lama yang sudah dialihfingsikan. Kemudian kami mencoba menyusuri tapak yang dipenuhi semak belukar ini. Dari sini kami bisa melihat gedung Kantor Pajak di arah utara, Hotel Danau Toba di arah barat laut dan terdapat vihara kecil di arah barat.

  Menurut Peraturan Daerah dan RTRW, menyatakan bahwa kawasan sekitar tapak merupakan pusat pelayanan kota. Sehingga daerah sekitar lokasi tapak merupakan kawasan komersial dengan berbagai kegiatan seperti perdagangan, bisnis, pusat kegiatan jasa, perkantoran swasta maupun pemerintah, dan lain-lain.

Gambar 1.2. View ke luar site Kemudian kami meneruskan perjalanan menuju bagian selatan tapak.

  Bagian ini diakses dari Jalan Badur yang terhubung dengan Jalan Imam Bonjol,

  bagian ini sekarang merupakan kawasan pemukiman, namun hanya sedikit warga yang tinggal di sana, ini terlihat ketika kami melakukan survei kebayakan dari banguan yang ada di tapak ini sudah tidak di gunakan lagi. Daerah ini merupakan daerah terendah dari daerah sekitarnya. Setelah mengambil gambar, kami pun melanjutkan perjalanan kembali menuju bagian timur tapak.

  Bagian timur berada di Jalan Mangkubumi Kampung Kubur dan sekarang di tempati masyarakat yang kebanyakan beretnis Tamil. Menurut narasumber yang kami jumpai, bagian Utara ini juga sudah pernah dilakukan penggusuran di bagian tepi sungai oleh pemeritah namun sekarang masih saja ada yang tetap tinggal di sana.

  Tapak yang tidak biasa ini, dengan sungai dan berbagai permasalahannya yang mengalir mengelilingi tapak yang belum pernah kami dapati di tugas-tugas studio sebelumnya, menjadi suatu tantangan tersendiri bagi saya pribadi untuk proyek studio kali ini.

Gambar 1.3. Visualisasi 3D tata guna lahanGambar 1.4. Analisa vegetasi dan signageGambar 1.5. Analisa sirkulasi

1.4. Penduduk Setempat, Para Penunjuk Perjalanan

  Selama perjalanan survei lapangan, kami bertemu beberapa warga yang tinggal di sekitar tapak. Walaupun awalnya canggung, namun mereka ramah dan mau terbuka bercerita tentang kondisi terdahulu kawasan tapak dan menjawab berbagai pertanyaan dari kami. Kami sangat terbantu atas informasi-informasi yang mereka berikan.

  Pada saat survei bagian utara tapak, kami bertemu dengan ibu-ibu rumah tangga yang sedang berkumpul menghabiskan sore mereka di kedai gorengan. Berawal dari salah seoarng teman kami, Andrias yang sedang bercanda dengan Tegar dan terlontar kata “gusur” sambil tertawa ringan, terdengarlah oleh salah seorang ibu yang berada di kedai tersebut. Beliau menghampiri kami dan bertanya siapa serta apa maksud dan tujuan kami dengan mimik wajah khawatir dan penuh tanda tanya. Kami pun memperkenalkan diri dan mengungkapkan maksud dan tujuan kami. Tak lama kemudian, setelah mulai menerima maksud kedatangan kami, ia mulai bercerita tentang kondisi tapak tersebut. Ia bercerita bahwa dulunya disini merupakan pemukiman warga dan telah di gusur yang katanya alasan mereka di gusur karena akan adanya sebuah proyek milik keponakan Mantan Presiden Soeharto. Namun tidak tahu kenapa proyek ini tidak terlaksana hingga sekarang, sehingga masyarakat tidak banyak yang mau menempati daerah tersebut. Itulah kenapa tadi ia menghampiri kami karena sensitif dengar kata “gusur” tersebut. Dan kami memohon maaf atas kecerobohan teman kami itu. Dan kami bertanya bagaimana peningkatan ketinggian air sungai jika terjadi hujan, dia menjawab bahwa permukaan air sungai akan naik hingga 1 meter dari ketinggian normal, namun pernah ketika banjir parah 2011 lalu, ketinggian air sungai naik hingga 3 meter. Setelah informasi yang kami dapati cukup, kami pun berterimakasih dan beranjak melanjutkan perjalanan survei ke lokasi selanjutnya.

  Kemudian dari tapak bagian utara tadi, kami melanjutkan perjalanan menuju tapak bagian selatan. Daerah ini diakses dari jalan Imam Bonjol, kemudian masuk melalui jalan Badur. Ini merupakan kawasan padat bangunan, dari sisi yang kami lihat kebanyakan warga di sini cenderung labih tertutup, ini terlihat dari keadaan bangunan yang sepertinya kebanyakan pemiliknya adalah beretnis Tionghoa. Di tapak bagian ini juga banyak rumah warga yang tidak di berpenghuni. Tak ada yang bisa kami mintai informasinya disini. Saya mengira rumah-rumah disini di tinggalkan karena sering terkena banjir, kemungkinan karena bagian tapak ini merupakan tapak terendah dari permukaan sungai.

  Kami melanjutkan ke bagian timur, secara tidak sengaja kami bertemu seseorang yang beretnis Tamil yang tinggal di daerah tapak yang diakses dari Jalan Mangkubumi yang disebut Kampung Kubur bernama Apoy. Pria yang berusia sekitar 40-an tahun ini sangat ramah, malah menawari menjadi narasumber setelah kami memperkenalkan diri dan mengungkapkan maksud dan tujuan kami. Memang daerah ini sebagian besar merupakan permukiman masyarakat beretnis Tamil. Mungkin karena jarang sekali orang luar yang masuk ke perkampungan ini jadi ketika kami berada disini mereka sangat memperhatikan kami sehingga membuat kami merasa sedikit canggung. Saya melihat warga di sekitar tapak ini banyak yang berkumpul-kumpul bercerita di beberapa tempat. Dengan ditemani bang Apoy kami dibawa melihat makam tua yang menurut Beliau adalah makam seorang saudara dekat sang Sultan Deli. Di daerah ini juga ada beberapa tempat sembahyang umat Hindu dimana masyarakat sekitar kebanyakan adalah beragama Hindu.

  Kampung Kubur ini sebenarnya sudah di direlokasi oleh Pemerintah karena sudah banyak rumah warga yang melewati sempadan sungai, beberapa bekas rumah juga terlihat sudah rata dengan tanah dan ditinggalkan oleh penghuninya dan beberapa juga terlihat dibangun kembali dengan bangunan semi permanent namun tidak sedikit rumah yang masih berdiri dengan megahnya.

  Menurut penuturannya, dahulunya sungai Deli ini sanagat bersih dan sedikit lebih besar dari sekarang, masih jelas teringat masa kanak-kanaknya dihabiskan dengan bermain di sungai Deli, juga dulunya masyarakat menggunakannya untuk kebutuhan sehari hari seperti, mandi, menyuci dan sebagainya. Air sungai dulunya sangat jernih bahkan kadang-kadang ikan terlihat berenang melawan derasnya arus Sungai Deli, masih menurut Beliau dahulu ikan di Sungi Deli ini besar-besar dan banyak jenisnya serta bisa dikonsumsi tidak seperti sekarang ikan disini kebanyakan ikan sapu-sapu yang tidak bisa dikonsumsi dan tidak ada harganya. Sepertinya Beliau sangat mengimpikan keadaan sungai Deli bersih, jernih seperti masa lalu. Beliau juga sangat kecewa terhadap masyarakat sekitar dan Pemerintah, banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap keadaan Sungai Deli, banyak masyarakat yang membuang sampah rumah tangganya ke sungai dan pemerintah sepertinya juga tidak mau ambil pusing dengan keadaan sungai, kurang tegasnya Pemerintah terhadap pembangunan di garis sempadan sungai juga sangat berdampak terhadap sungai, Beliau menunjuk beberapa rumah yang sudah berada di bibir sungai dan jumlahnya semakin banyak. Tidak terasa lama seakan terbawa suasana mendengar cerita bang Apoy waktu sudah semakin malam dan kami harus mengakhiri wawancara dengan narasumber.

  Kegiatan studio berlanjut pada pertemuan kedua dosen dengan pembimbing dan konsultan ahli. Setelah menunjukkan hasil survey yang kami lakukan kemudian mereka menyarankan agar sesegera mungkin memikirkan tema dan konsep perancangan yang akan diterapkan juga lengkap dengan bentukan massa serta juga menyiapkan program ruang untuk Convention dan Rekreasi yang akan kami rancang. Setelah selesai asistensi kami langsung menyelesaikan maket kawasan, dikarenakan kami membutuhkan data dalam radius 500 meter dari tapak maka kami harus melakukan survei lapangan dan pengambilan data tentang tata guna lahan dan data ketinggian bangunan disekitar tapak.

  Pengerjaan maket kami kerjakan sekelompok, dengan menggunakan prinsip semurah dan semudah mungkin dengan hasil maksimal. Untuk bahan - bahan maket sendiri kami menggunakan bahan sol sepatu warna warni untuk menjelaskan tata guna bangunan, styrofoam kami gunakan untuk based dari maket dan sticker biru Kami gunakan untuk bahan dasar menggambarkan sungai serta serbuk busa Kami gunakan untuk menggambarkan tumbuhan dan pohon, dan bingkai kayu sebagai based atau dasar dudukan maket, semua bahan yang Kami gunakan diperoleh dari toko Midori atau lebih dikenal Tocin di Sumber Padang Bulan kecuali bingkai kayu, Kami menggunakan sisa bekas maket yang sudah tidak di gunakan lagi yang ada di Kampus, total lama pengerjaan yang Kami lakukan sekitar 5 hari sambil beberapa dari Kami mengerjakan progran ruang dan kebutuhan ruang.

  Asistensi berikutnya Kami mempersentasikan maket kawasan dan kebutuhan ruang yang sudah Kami buat. Pada saat persentasi maket ternyata ada bebrapa bangunan baru yang belum Kami buat, hal ini dikarenakan Kami memakai data dari tahun 2007. Melihat dari bentuk kebutuhan ruang dan laporan yang terlalu biasa, bang Ramadhoni menanyakan Kami untuk membuat laporan berbentuk komik. Dosen pembimbing juga meminta untuk data kontur dan kedalaman sungai di tapak untuk mempermudah perancangan nantinya.

Gambar 1.6. Maket tata guna lahan

  Lokasi tapak yang merupakan lokasi yang memiliki pusat ekonomi disetiap perbatasannya, jika kondisi sungai Deli sangat baik dan terawat, bebas dari sampah-sampah dan pemukiman kumuh yang liar ini dijadikan tempat rekreasi sungai kota, bukan tidak mungkin kota Medan akan menjadi kota terkenal dengan sebuah bangunan ikonik yang menyediakan ruang terbuka publik dengan sungai yang indah sebagai hiasannya dan akan menarik banyak wisatawan untuk melihat indahnya Kota Medan. Keadaan sungai yang sangat memprihatinkan yang disebabkan ketidakpedulian berbagai pihak memang sudah sepatutnya menjadi perhatian yang lebih untuk kita semua. Impian kita bersama, mengembalikan keindahannya seperti sediakala. Karena martabat sungai adalah martabat kota juga.