Convention Center and Recreation Center: The Glorious History Of Medan

(1)

CONVENTION CENTER AND RECREATION CENTER: THE

GLORIOUS HISTORY OF MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH: FERDIANSYAH

100406078

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015 PERNYATAAN


(2)

“ CONVENTION CENTER AND RECREATION CENTER: THE

GLORIOUS HISTORY OF MEDAN “

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

Penulis,

(Ferdiansyah)

Judul Skripsi : Convention Center and Recreation Center: The Glorious History Of Medan

Nama Mahasiswa : Ferdiansyah Nomor Pokok : 100406078 Departemen : Arsitektur


(3)

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Ir. Rudolf Sitorus, MLA.)

Koordinator Skripsi,

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc.,

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT

Tanggal Lulus: 21 Januari 2015 Telah diuji pada


(4)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Rudolf Sitorus, MLA.


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

PROLOG “A River Runs Through It” ... 1

1. Kebutuhan Akan Tempat Untuk Mewadahi Berbagai Event Dan MICE ... 2

2. Pentingnya Sarana Rekreasi Alami Kota ... 2

3. Revitalisasi Kawasan Muka Sungai Sebagai Langkah Kongkrit Pelestarian Sungai Deli Guna Menambah Ruang Terbuka Publik Dan Sebagai Identitas Kota ... 3

BAB I Perjalanan Menuju Kegemilangan ... 7

1.1.Takkan Mundur Dari Langkah Awal ... 7

1.2.Persiapam ‘Perbekalan’... 8

1.3.The Journey Begins ... 11

1.4.Penduduk Setempat, Para Penunjuk Perjalanan ... 15

BAB II Manusia, Aktivitas dan Ruang ... 19

2.1.Kebutuhan Ruang dan Program Kegiatan ... 19

2.2.Pola Kegiatan ... 22

2.3.Program Ruang ... 24


(6)

BAB IV Massa Merefleksikan Sejarah ... 29

4.1.Transformasi Massa ... 29

4.2.Konsep Tapak ... 31

4.3.Elemen Ornamen Refleksi Sejarah Dan Solusi Penghawaan Dan Pencahayaan Alami ... 35

BAB V Menikmati Jalan Cerita... 37

5.1.Rancangan Konseptual ... 37

5.2.Konsep Struktur ... 43

5.2.1. Makna Dan Perlambangan Struktur ... 47

5.2.2. Tambahan ... 49

BAB VI Berkah Utilitas ... 50

6.1. Sanitasi ... 50

6.2. Elektrikal ... 51

6.3. Sistem Pengkondisian Udara ... 51

6.4. Sistem Penanganan Kebakaran ... 52

6.5. Sistem keamanan... 53

BAB VII Kaleidoskop Perancangan: Alur Berkelok Menuju Muara ... 54

EPILOG “A Never Ending Story” ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. - Lokasi tapak dan pembagiannya. ... 11

Gambar 1.2. - View ke luar site ... 12

Gambar 1.3. - Visualisasi 3D tata guna lahan ... 13

Gambar 1.4. - Analisa vegetasi dan signage ... 14

Gambar 1.5. - Analisa sirkulasi ... 14

Gambar 1.6. - Maket tata guna lahan ... 18

Gambar 3.1. - Kapal yang berlayar di sungai Deli pada masa dahulu ... 25

Gambar 3.2. - Tembakau Deli yang sudah dipaketkan dan siap untuk dipasarkan baik dalam negeri maupun luar negeri ... 26

Gambar 4.1. - Naval architecture. ... 30

Gambar 4.2. - The form logic ... 31

Gambar 4.3. - Zooning tapak ... 33

Gambar 4.4. - Site Plan ... 34

Gambar 4.5. - Dinding ventilasi/ rooster sebagai penghawaan alami dan juga pencahayaan pada koridor dan lobby ... 36

Gambar 4.6. - Ventilasi horisontal ... 36

Gambar 4.7. - Ventilasi vertikal ... 36

Gambar 4.8. - Pola dinding rooster pada bangunan merupakan transformasi dari kumpulan Tembakau Deli ... 36

Gambar 5.1. - Denah Skematik ... 37

Gambar 5.2. – Groundplan ... 41

Gambar 5.3. - Denah lantai 2 ... 42

Gambar 5.4. – Pembalokan ... 43

Gambar 5.5. - Rangka selubung massa bagian depan ... 43

Gambar 5.6. - Kolom, Core dan Pondasi ... 44

Gambar 5.7. - Honeycomb beam ... 44

Gambar 5.8. - Rangka atap bentang lebar ... 44

Gambar 5.9. - Potongan tipikal struktur ... 46

Gambar 5.10. - Aksonometri struktur ... 46


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Jadwal Penyusunan Skripsi ... 4 Tabel Kebutuhan Ruang dan Program Kegiatan ... 63 Tabel Program Ruang ... 65


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilhah, segala puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Shalawat beserta salam juga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.

Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi yang ingin saya kemukakan adalah “ Convention Center and Recreation Center: The Glorious History Of Medan “. Saya telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun saya menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab itu skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan jenjang pendidikan ini. Nabi Muhammad yang selalu menjadi suri tauladan yang baik.

2. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Drs. Musamri dan Ibu Rumiati,S.Pd. yang senantiasa memberikan perhatian, dukungan, kesabaran, doa dan segala pengorbanannya selama ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir.Rudolf Sitorus, MLA., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, saran dan arahan kepada penulis saat penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ars. Doni Dwipayana, S.T., IAI., selaku arsitek pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan, saran dan motivasi serta meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des. selaku koordinator studio PA-6 dan Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. selaku koordinator skripsi serta kak Amilia R. Akbar dan Kak Dara selaku asisten studio PA-6.

7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Arsitektur USU.

8. Kakak dan adik tersayang, Nur Apriani dan Rahmayunita, serta keluarga besar yang selalu menyemangati dan memberikan dukungan.

9. Adzro’i, Iman, Bang Adnan, Bang Yogi, Aris, Kak Dea, dan Yuni, selaku sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.


(10)

10.Bang Riski, Bang Taufik, Mas Larno, Bang Helmy, Ust. Agus, Bang Bambang, Bang Mia, guru kehidupan yang telah memberikan banyak ilmu, motivasi dan arahan untuk menjalani hidup ini dengan lebih baik dan diridhoi.

11.Adik-adik yang senyumnya selalu dirindukan setiap pekannya, Rino, Juanda, Rasyid, Rizki, Hadi, Haikal dan Hakim yang juga turut membantu dalam pengerjaan maket PA 6. Semoga Istiqomah di jalan-Nya.

12.Ikhwatifillah yang senantiasa berjuang bersama di jalan-Nya yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang juga turut membantu dan memberikan dukungan, semangat dan doa. Semoga Allah mengumpulkan kita di surga-Nya kelak.

13.Teman seperjuangan di kelompok B, Candra Nadeak, Agung, Mirza, Tegar, dan Andrias, yang telah membantu memberi masukan dan saran kepada penulis.

14.Teman-teman begadang di studio dan ‘Villa Abjo’, Gema, Iyan, Doni, Abjo, Fikar, Agung, Aldo, Utuy, Yuyu, dan teman seangkatan 2010 yang telah membantu dan menemani selama menempuh pendidikan di Arsitektur USU.

15.Abang dan kakak senior dan adik-adik junior stambuk 2013 yang sudah banyak membantu penulis.

16.Pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu karena keterbatasan penulis namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.

Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015


(11)

ABSTRAK

Sejarah kejayaan kota Medan merupakan aset berharga bagi asal mula perkembangan kota Medan. Kini Medan telah menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kota Medan menjadi semakin ramai, dikarenakan sering diadakan event berskala Nasional maupun Internasional. Terpilihnya kota Medan sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exibition), menyebabkan kebutuhan akan gedung konvensi semakin meningkat. Dan perkembangan fisik kota juga yang berkembang pesat. Tumbuhnya hotel, dan pusat perbelanjaan modern yang mewarnai sudut kota Medan, menjadikannya salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Namun, sarana rekreasi dikota hanya pusat perbelanjaan seperti mall dan plaza dengan bangunan tingginya, minim tempat rekreasi alami. Padahal kota ini memiliki potensi alami, sungai Deli. Namun kondisi sungai Deli kini sangat memprihatinkan. Perlu adanya upaya untuk merevitalisasi kawasan muka sungai Deli dan menjadikannya sarana rekreasi alami.

Proyek ini mengambil tema “Sejarah Kejayaan Kota Medan”, untuk mengingat kembali sejarah yang menjadikan kota Medan menjadi berjaya hingga menjadi maju pada saat ini dan menjadikannya konsep yang mendasari

perancangan proyek ini.

Perancangan tepian dan revitalisasi sungai Deli ini adalah salah satu upaya kongkrit untuk menjadikan sungai Deli menjadi sungai yang bersih dan indah untuk dinikmati serta menjadi identitas kota Medan. Proyek perancangan dengan fungsi sebagai bangunan konvensi dan wisata yang akan secara tidak langsung menjadi landmark baru kota Medan.

Kata kunci:konvensi, pusat rekreasi, tepian sungai, sejarah kejayaan, revitalisasi, sungai Deli.


(12)

ABSTRACT

The glorious history of Medan is a valuable asset to the origin of the development of the city. Now, Medan has become one of the largest cities in Indonesia. In recent years, Medan is becoming increasingly crowded, due to often held national and international events. Elected as MICE(Meeting, Incentive, Conference, and Exibition) city, causing the needs of convention center increased. And also the physical development of the city is growing rapidly. The growth of the hotel industry and modern shopping centers is fulfilling the city, making it one of the main tourist destinations in Indonesia. However, recreational facilities is only on shopping center such as malls and high building plazas, Lacking places for nature based recreation. Though the city has one natural potential, Deli river. However, the condition of the river Deli is now in very worse condition. There needs to be a real effort to revitalize the river front area of Deli river and making it a nature based recreation.

This project is taking the theme of "The Glorious History of Medan", to recall the history that have made Medan into a glory and growing rapidly till now and making it as the basic concept of this design project.

The river front design and revitalization of Deli river is one of the

concrete efforts to make the Deli river into a clean and beautiful to enjoy and also making it the identity of the city of Medan. This design project, which function as convention center and recreation center will indirectly be an urban landmark of Medan.

Keywords: convention, recreation center, riverfront, glorious history, revitalization, deli’s river.


(13)

PROLOG

“A River Runs Through It”

Kawasan muka sungai merupakan suatu daerah atau area yang berbatasan langsung letaknya dengan tepian sungai. Fungsi utama kawasan muka sungai ini idealnya adalah sebagai fungsi ekologis dan diharapkan mampu melindungi sumber daya air sungai. Pada daerah berkembang, dimana terjadinya peningkatan pembangunan fasilitas fisik kota serta terjadi “keterbatasan” lahan, mengakibatkan pemanfaatan ruang kota mengalami permasalahan dalam pengendaliannya. Apalagi pada kawasan tepian sungai yang memang sering “tidak” terawasi, menjadi salah satu masalah tersendiri yang dihadapai oleh kota yang memiliki daerah aliran sungai.

Sungai Deli, salah satu dari delapan sungai yang melintasi kota medan, merupakan jalur transportasi perdagangan barang dan jasa yang penting, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor) pada masa Kerajaan Deli, Di awal abad ke-14, dengan tembakau yang merupakan komoditas ekspor utama kota Medan yang kualitasnya terkenal hingga benua Eropa. Dilihat dari sejarahnya, dahulu sungai ini indah dan bersih, sehingga dalam beberapa literatur pantun menyebutkan keindahannya. Airnya yang segar dan juga dahulu kapal-kapal pun bisa melewati sungai ini. Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Namun kini kondisi sungai ini sangat buruk, baik itu kondisi air sungainya yang kotor, bau dan dipenuhi sampah yang mencemari dari hulu hingga hilir, sudah tidak bisa dilewati kapal karena adanya pendangkalan atau sendimentasi, serta tepian sungai yang dimanfaatkan tanpa memikirkan kepentingan pelestarian lingkungan, melainkan hanya untuk fungsi-fungsi hunian, komersil, dsb (yang sudah tentu ilegal), yang seharusnya area ini bebas dari struktur fisik bangunan. Hal inilah yang menyebabkan kecendrungan penurunan kualitas visual dan kualitas ekologis lingkungan kawasan kota Medan. Kenyataan ini diperburuk lagi


(14)

dengan kecenderungan masyarakat yang menjadikan sungai sebagai daerah belakang, yang berfungsi sebagai sasaran akhir berbagai sistem pembuangan.

Namun, kesan kumuh, tidak tertata dan area yang terlantar pada tepian sungai tersebut sepertinya sudah dianggap hal yang lumrah dan biasa. Berbagai upaya mengembalikan fungsi sungai sebagai daerah konservasi, dan memperbaiki kondisi fisiknya sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Program kali bersih belum menampakkan prospek yang menjanjikan. Kondisi di lapangan yang memang sudah cukup parah nampaknya tidak akan dapat diperbaiki hanya melalui program yang bersifat sektoral. Penggunaan dan pembangunan yang tidak terkendali di daerah sempadan sungai merupakan kondisi nyata di lapangan yang mengindikasikan kompleksitas permasalahn yang harus diatasi. Sehingga ini perlu dijadikan perhatian khusus bukan hanya bagi pemerintah namun juga kita semua.

Kebutuhan Akan Tempat Untuk Mewadahi Berbagai Event Dan MICE Sering berkembangnya zaman dan kemajuan masyarakat, kota Medan yang merupakan kota terbesar di Indonesia di luar pulau Jawa, dan merupakan pintu gerbang Indonesia bagian barat. Dalam beberapa tahun terakhir kota Medan juga semakin ramai, dikarenakan seringya di adakan event berskala Nasional maupun Internasional. Perkembangan fisik kota juga yang berkembang pesat. tumbuhnya hotel, dan pusat perbelanjaan modern mewarnai sudut sidut kota Medan. Kini Medan telah menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia, meskipun memang masih jauh di belakang Bali dan Jakarta. Terpilihnya kota Medan sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exibition). MICE adalah kegiatan Convention, perjalanaan intensif dan pameran dalam industri pariwisata. Secara teknis, MICE ( Meeting, Incentive, Conference(Convention), dan Exhibition ) digolongkan ke dalam industri pariwisata

Perlunya Sarana Rekreasi Alami Kota

Kota Medan yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak jiwa.html, diakses tgl 26 Sept.2014). Dengan jumlah penduduk yang padat seperti itu, fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan public space yang sudah ada masih


(15)

sangat minim. Ditambah lagi lahan yang sempit yang terus berkurang dikarenakan pembangunan-pembangunan fisik kota.

Sarana rekreasi dikota hanya pusat perbelanjaan seperti mall dan plaza dengan bangunan tingginya, maka tidak heran masyarakat kota Medan kebanyakan pergi berlibur keluar kota bahkan keluar negeri untuk melihat indahnya pemandangan alamnya. Bagaimana dengan kota Medan? Ya, satu-satunya unsur alam yang potensial adalah sungai terbesarnya yang sekarang dikenal sebagai parit raksasa yaitu sungai Deli. Jika sungai ini dijadikan sebagai objek wisata kota Medan bukan tidak mungkin kota medan akan ramai pengunjung dari berbagai daerah, luar kota maupun turis dari luar negeri.

Dengan keadaan sungai Deli seperti saat ini jangankan masyarakat sekitar, pengunjung dari luar kota pun enggan dan tidak tertarik bahkan merasa jijik melihat sungai ini yang dipenuhi dengan sampah-sampah dan pemukiman kumuh yang berada disepanjang pinggiran sungai.

Revitalisasi Kawasan Muka Sungai Sebagai Langkah Kongkrit Pelestarian Sungai Deli Guna Menambah Ruang Terbuka Publik Dan Sebagai Identitas Kota

Berangkat dari data dan permasalahan yang ada tersebut, perencana berfikir perlunya upaya-upaya kongkrit yang mampu menjembatani berbagai kepentingan dalam pemanfaatan kawasan muka sungai yakni dengan perancangan tepian dan revitalisasi sungai Deli dan menjadikan sungai Deli menjadi sungai yang bersih dan indah untuk dinikmati serta menjadi identitas kota Medan. Perancangan kawasan tepian sungai ini juga adalah bentuk "intervensi” fisik dalam upaya pemanfaatan ruang kota guna memperhatikan kepentingan tuntutan pengembangan (fungsi ruang), kelestarian lingkungan serta kepentingan hajat hidup masyarakat di sekitar kawasan. Proyek perancangan dengan fungsi sebagai bangunan konvensi dan wisata yang akan secara tidak langsung menjadi landmark

baru kota Medan. Dan jika dilihat dari sejarahnya, perencana melihat ada dua faktor yang paling mempengaruhi kota Medan yang menjadikannya berjaya pada masa lalu sehingga berkembang pesat dan maju hingga saat ini, yakni peranan sungai Deli sebagai jalur transportasi perdaganan dan juga hasil perkebunan tembakaunya yang menjadikan Medan dikenal hingga benua Eropa. Dua ikon


(16)

inilah yang akan diangkat sebagai representasi sejarah kejayaan kota Medan dalam proyek perancangan ini. Agar bangunan ini dikenal bukan karena kemegahannya namun ketika melihatnya, yang teringat adalah sejarah kejayaan dan budaya kota Medan.

Revitalisasi kawasan muka sungai Deli ini juga merupakan upaya untuk menciptakan ruang terbuka hijau dan public space, yakni menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati dengan meningkatkan vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan tersebut agar mampu meningkatkan index of happiness

masyarakat kota Medan yang memang sangat membutuhkan tempat berkumpul, rekreasi dan mengekspresikan diri. Keberadaan sungai pun tidak hanya sebagai unsur alami, namun juga bagaimana memanfaatkan unsur alami tersebut sebagai potensi yang bisa menciptakan adanya interaksi antara manusia dan sungai sehingga perlahan bisa mengubah mindset masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan dan keindahan sungai ini seperti sediakala yang pada saat ini masih kurang. Tidak hanya itu, revitalisasi ini pun diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dengan menyediakan fasilitas atau area publik untuk berdagang masyarakat sekitar agar mampu menjadi solusi bagi kehidupan mereka agar lebih sejahtera.

TABEL JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI Semester A-2014/2015

Minggu Tgl Kegiatan

penyusunan skripsi Jlh jam Sidang Catatan

I Penulisan draf

skripsi 1 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 19/10 5 5 5 5

II Penulisan draf

skripsi 2 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan :

5 5 5


(17)

26/10 5

III Penulisan draf

skripsi 3 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 02/11 5 5 5 5

IV Penulisan draf

skripsi 4 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 09/11 5 5 5 5

V Penulisan draf

skripsi 5 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 16/11 5 5 5 5

VI Penulisan draf

skripsi 6 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 23/16 5 5 5 5

VII Penulisan draf

skripsi 7 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 30/11 5 5 5 5

VIII Penulisan draf

skripsi 8 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 07/12 5 5 5 5

IX skripsi 9 Sesuai Penulisan draf skenario indv.

5

PRIVIEW (sidang kemajuan)


(18)

min. 1000 kata Dimasukkan :

14/12

5 Tentatif

5

11-12-2014

5

X Penulisan draf

skripsi 10 Sesuai skenario indv. min. 1000 kata

Dimasukkan : 21/12 5 5 5 5

X1 Penulisan draf

skripsi 11 Sesuai skenario indv. min. 2000 kata

Dimasukkan : 05/01 5 5 5 5

XII Persiapan Sidang

Skripsi 10 10 XIII Sidang Skripsi 12/01/201 5


(19)

ABSTRAK

Sejarah kejayaan kota Medan merupakan aset berharga bagi asal mula perkembangan kota Medan. Kini Medan telah menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kota Medan menjadi semakin ramai, dikarenakan sering diadakan event berskala Nasional maupun Internasional. Terpilihnya kota Medan sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exibition), menyebabkan kebutuhan akan gedung konvensi semakin meningkat. Dan perkembangan fisik kota juga yang berkembang pesat. Tumbuhnya hotel, dan pusat perbelanjaan modern yang mewarnai sudut kota Medan, menjadikannya salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Namun, sarana rekreasi dikota hanya pusat perbelanjaan seperti mall dan plaza dengan bangunan tingginya, minim tempat rekreasi alami. Padahal kota ini memiliki potensi alami, sungai Deli. Namun kondisi sungai Deli kini sangat memprihatinkan. Perlu adanya upaya untuk merevitalisasi kawasan muka sungai Deli dan menjadikannya sarana rekreasi alami.

Proyek ini mengambil tema “Sejarah Kejayaan Kota Medan”, untuk mengingat kembali sejarah yang menjadikan kota Medan menjadi berjaya hingga menjadi maju pada saat ini dan menjadikannya konsep yang mendasari

perancangan proyek ini.

Perancangan tepian dan revitalisasi sungai Deli ini adalah salah satu upaya kongkrit untuk menjadikan sungai Deli menjadi sungai yang bersih dan indah untuk dinikmati serta menjadi identitas kota Medan. Proyek perancangan dengan fungsi sebagai bangunan konvensi dan wisata yang akan secara tidak langsung menjadi landmark baru kota Medan.

Kata kunci:konvensi, pusat rekreasi, tepian sungai, sejarah kejayaan, revitalisasi, sungai Deli.


(20)

ABSTRACT

The glorious history of Medan is a valuable asset to the origin of the development of the city. Now, Medan has become one of the largest cities in Indonesia. In recent years, Medan is becoming increasingly crowded, due to often held national and international events. Elected as MICE(Meeting, Incentive, Conference, and Exibition) city, causing the needs of convention center increased. And also the physical development of the city is growing rapidly. The growth of the hotel industry and modern shopping centers is fulfilling the city, making it one of the main tourist destinations in Indonesia. However, recreational facilities is only on shopping center such as malls and high building plazas, Lacking places for nature based recreation. Though the city has one natural potential, Deli river. However, the condition of the river Deli is now in very worse condition. There needs to be a real effort to revitalize the river front area of Deli river and making it a nature based recreation.

This project is taking the theme of "The Glorious History of Medan", to recall the history that have made Medan into a glory and growing rapidly till now and making it as the basic concept of this design project.

The river front design and revitalization of Deli river is one of the

concrete efforts to make the Deli river into a clean and beautiful to enjoy and also making it the identity of the city of Medan. This design project, which function as convention center and recreation center will indirectly be an urban landmark of Medan.

Keywords: convention, recreation center, riverfront, glorious history, revitalization, deli’s river.


(21)

BAB I

Perjalanan Menuju Kegemilangan

“Kalau kau ingin menungguku untuk menyerah, maka kau akan menungguku selamanya”. Itulah kata motivasi dari seorang tokoh komik yang saya gemari sejak di bangku SMP yang dikarang oleh Masashi Kishimoto, Naruto. Selalu menjadi penyemangat untuk senantiasa berjuang dan berusaha demi meraih kegemilangan. Bahwa perjuangan dalam hidup ini adalah sampai akhir hayat, dan tak berbatas waktu. Tak ada jatuh tempo. Suatu kegemilangan, kesuksesan dan kejayaan yang diperoleh adalah hasil dari jalan perjuangan yang terus menerus, tiada henti apalagi mundur di awal peperangan.

1.1. Takkan Mundur Dari Langkah Awal

Seperti halnya perjuangan kali ini yang sedang saya hadapi, perjuangan untuk sebuah kegemilangan, mendapatkan gelar sarjana teknik. Walaupun ini merupakan awal dari perjuangan skripsi, namun ini adalah akhir dari serangkaian tugas akhir jalur profesi arsitek yang saya jalani di kampus arsitektur USU ini. Untuk memenuhi standar kelengkapan menuju sarjana, kami diwajibkan untuk mengambil mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 ini dan mata kuliah skripsi yang secara langsung berkaitan. Mata kuliah Studio Perancangan 6 dengan bobot 8 sks ini, selain syarat wajib untuk kelulusan/ wisuda sarjana strata 1, juga merupakan studio perancangan yang sudah merupakan bagian dari 13 kompetensi arsitek pada pendidikan profesi arsitek.

Sudah dua 2 tahun kurikulum baru ini dikenalkan pada kami, jalur profesi arsitek dan non profesi arsitek, dan baru terealisasi sejak setahun yang lalu ketika kami menginjak semester 7. Ya, kami adalah angkatan pertama yang mendapat pembaharuan kurikulum ini. Masih banyak terjadi kerancuan dalam penyusunan kurikulum ini, dan seiring dengan berjalannya waktu tentu akan terus terjadi penyempurnaan-penyempurnaan.

Dan seperti halnya kali ini, jika dilihat dari apa yang sudah terjadi, semestinya mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 (SPA 6) dan skripsi harus diambil secara bersamaan, karena dua mata kuliah ini adalah matakuliah


(22)

yang saling berkaitan. Dimana skripsi ini merupakan hasil pendeskripsian proses SPA 6 dalam bentuk cerita, “true story telling”, menggambarkan dan menjelaskan semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa di dalam Studio PA 6 baik berupa kegiatan studio, survei lapangan, studi banding, pencarian literatur dan data, konsep hingga hasil dari rancangan dijelaskan dalam cerita di skripsi ini. Namun yang saya alami pada saat ini adalah saya mengambil skripsi setelah usai menjalankan proses Studio PA 6. Saya mengambil skripsi di semester selanjutnya(sekarang) karena masih ada matakuliah yang ingin saya perbaiki dan hal ini sudah saya konsultasikan kepada dosen pembimbing akademik dan dosen koordinator SPA 6, mereka dahulu membolehkan, dan sekarang saya dengar dari Pak Bauni untuk mahasiswa angkatan selanjutnya harus mengambil SPA 6 sekaligus dengan matakuliah skripsi. Memang dalam menyusun skripsi ini akan agak membuat saya kesulitan karena dibutuhkan memori yang kuat atas apa yang telah saya jalani pada studio semester lalu, dan ini merupakan salah satu kelemahan saya yang mempunyai golongan darah O, yang notabenenya cenderung memiliki daya ingat yang lemah. Namun hal ini tidak akan membuat semangat juang saya luntur. Berbekal jurnal studio mingguan studio PA 6 saya akan terus berjuang hingga akhir dan tidak akan menyerah.

1.2. Persiapan ‘Perbekalan’

Saya akan mulai mencoba untuk mengingat awal dari perkuliahan SPA 6 ini. Pada saat itu, pertemuan minggu pertama untuk pembekalan setelah tertunda beberapa hari. Kami dikumpulkan di ruangan galeri M. Hasan kampus arsitektur USU, dan dijelaskan tentang KAK(Kerangka Acuan Kerja) proyek studio PA 6 oleh dosen koordinator, Pak Bauni. Setelah mendengarkan penjelasan dari beliau, kami disuruh untuk membentuk kelompok masing-masing 6 sampai 7 orang, dan saya ditakdirkan untuk berkelompok dengan Candra, Tegar, Andrias serta 2 orang stambuk 2009 Mirza dan Agung. Kemudian kami ditawarkan untuk memilih kasus proyek sepaket dengan dosen pembimbing dan arsitek pembimbing profesional/konsultan ahli. Atas berbagai pertimbangan, akhirnya kami memilih kasus Proyek B, Urban Landmark dengan fungsi sebagai pusat konvensi, rekreasi dan jembatan, dengan dosen pembimbingnya Pak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, dosen


(23)

yang menurut saya adalah dosen yang berdedikasi tinggi di kampus ini, yang tahun itu mendapat penghargaan dosen terbaik di jurusan arsitektur, beliau juga menjabat sebagai sekretaris jurusan dan dosen pembimbing akademik saya, serta konsultan ahlinya Bang(demikian kami menyapanya karena beliau adalah termasuk salah seorang alumnus kami) Ramadhoni Dwipayana ST. IAI, arsitek yang pernah termasuk sebagai daftar 100 arsitek ternama di Indonesia versi salah satu majalah arsitektur. Ternyata yang memilih kasus proyek B ada 3 kelompok, sebagai solusinya kami melakukan undian. Saya diutus oleh kelompok kami untuk mencabut undian dan alhamdulillah seperti mendapatkan durian runtuh, kelompok kami yang akhirnya mendapatkan yang kami harapkan, kasus proyek B dengan dosen favorit kami dan arsitek yang ilmu desainnya sangat ingin kami serap semuanya. Seperti akhiran film India, kami sekelompok merasakan kelas pun berakhir dengan happy ending dan bersiap untuk pertemuan pertama dengan dosen dan konsultan ahli pada minggu berikutnya.

Hari yang ditunggu pun tiba, pertemuan pertama dengan dosen pembimbing dan konsultan ahli. Sekitar pukul 11 menjelang siang, Ramadhoni, S.T., IAI, bang Doni, begitu kami biasa memanggilnya, pun datang ke studio. Sedikit perkenalan masing-masing dari kami dan akhirnya dia pun langsung memulainya dengan menjelaskan bagaimana keadaan profesi arsitek di kota Medan dan membandingkannya dengan arsitek di kota lain. Setelah itu dia meminta kami untuk memperlihatkan portofolio tugas studio atau pun proyek selainnya jika ada. Dia ingin melihat kemampuan perancangan masing-masing kami. Dia pun mencoba menilai, kemampuan mendesain kami masih belum sepenuhnya mengacu pada perancangan yang komprehensif, masih berkutat pada teori klasik Vitruvius; estetika, kekokohan dan fungsi. Padahal masih banyak lagi aspek yang perlu diperhatikan sebagai acuan keberhasilan suatu karya arsitektural. Permasalahan komprehensif dalam perancangan arsitektural bangunan atau lingkungan binaan seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, prilaku dan psikologi manusia, dan sebagainya sering kali terabaikan. Dia pun menjelaskan bahwa pada studio PA 6 kali ini kami akan dilatih dan dibimbing agar bisa merespon permasalahan bangunan dan lingkungan binaan tersebut dalam eksistensinya sebagai wadah kehidupan sosial budaya manusia.


(24)

45 menit berlalu dan Pak Rudolf pun datang. Seperti biasanya, dia memberikan kami stimulus untuk terus bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas studio walaupun terkadang terlihat sulit. Dia pun menyuguhi kami presentasi sangat menarik dari gadget miliknya berformat komik berisikan kumpulan proyek-proyek arsitektural, YES IS MORE dari Taschen. Kami antusias mendengarkan penjabaran dari mereka berdua, mereka memiliki sense desain yang tinggi. Setelah menjelaskan strategi untuk studio kali ini, mereka pun menyarankan untuk pertemuan selanjutnya agar kami melakukan survei lapangan dan mencari studi banding proyek sejenis sesuai arahan KAK. Dari sinilah perjalanan perjuangan ini bermula, dan saya sudah siap dan bersemangat untuk menghadapinya.


(25)

Utara

Timur

Selatan

Gambar 1.1. Lokasi tapak dan pembagiannya. 1.3. The Journey Begins

Hari berikutnya setelah pertemuan pertama dengan dosen dan konsultan ahli, saya dan teman-teman satu kelompok langsung melakukan survei lapangan untuk mendapatkan data eksisting dan mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan tapak dan sekitarnya. Kami, yang diketuai oleh seorang yang keras kepala bersuku Batak Pakpak bernama Candra, mengatur strategi dan pembagian tugas sebelum memulai perjalanan ini. Bentuk tapak terpecah oleh aliran sungai Deli, sehingga kami membaginya bagian ini menjadi 3 bagian; bagian Utara, Timur, dan Selatan. Bermodalkan kamera dan software GPS di smartphone, kami memulai perjalanan.

Setelah 30 menit perjalanan dari kampus, Universitas Sumatera Utara, kami pun tiba di lokasi tapak bagian utara yang berada di belakang Kantor

Pajak-Kota Medan, akses dari jalan Palang Merah masuk melalui jalan Suka Mulya. Daerah yang merupakan kawasan padat penduduk dan bangunan-bangunan dengan segala permasalahannya. Mobil, angkot, betor (becak motor) dan sepeda motor lalu lalang memenuhi jalan Palang Merah dua arah dibatasi median jalan yang masing-masing jalan hanya selebar 6 sampai 8 meter ini. Kemacetan memang masalah yang lumrah untuk kawasan komersil tengah kota di Medan.


(26)

Apalagi kalau sudah masuk jam makan siang, pulang kantor (maghrib) dan pagi hari. Jalan akses masuk melalui jalan Suka Mulya ini tergolong kecil karena hanya selebar 8 meter untuk dua arah. Ruko-ruko memenuhi bagian timur jalan sedangkan bagian barat adalah kantor pajak 6 lantai dan sebuah gedung apartemen berlantai 15. Ada beberapa rumah warga di tapak ini dan kantor pajak lama yang sudah dialihfingsikan. Kemudian kami mencoba menyusuri tapak yang dipenuhi semak belukar ini. Dari sini kami bisa melihat gedung Kantor Pajak di arah utara, Hotel Danau Toba di arah barat laut dan terdapat vihara kecil di arah barat.

Menurut Peraturan Daerah dan RTRW, menyatakan bahwa kawasan sekitar tapak merupakan pusat pelayanan kota. Sehingga daerah sekitar lokasi tapak merupakan kawasan komersial dengan berbagai kegiatan seperti perdagangan, bisnis, pusat kegiatan jasa, perkantoran swasta maupun pemerintah, dan lain-lain.

Kemudian kami meneruskan perjalanan menuju bagian selatan tapak. Bagian ini diakses dari Jalan Badur yang terhubung dengan Jalan Imam Bonjol, bagian ini sekarang merupakan kawasan pemukiman, namun hanya sedikit warga yang tinggal di sana, ini terlihat ketika kami melakukan survei kebayakan dari banguan yang ada di tapak ini sudah tidak di gunakan lagi. Daerah ini merupakan


(27)

daerah terendah dari daerah sekitarnya. Setelah mengambil gambar, kami pun melanjutkan perjalanan kembali menuju bagian timur tapak.

Bagian timur berada di Jalan Mangkubumi Kampung Kubur dan sekarang di tempati masyarakat yang kebanyakan beretnis Tamil. Menurut narasumber yang kami jumpai, bagian Utara ini juga sudah pernah dilakukan penggusuran di bagian tepi sungai oleh pemeritah namun sekarang masih saja ada yang tetap tinggal di sana.

Tapak yang tidak biasa ini, dengan sungai dan berbagai permasalahannya yang mengalir mengelilingi tapak yang belum pernah kami dapati di tugas-tugas studio sebelumnya, menjadi suatu tantangan tersendiri bagi saya pribadi untuk proyek studio kali ini.


(28)

Gambar 1.4. Analisa vegetasi dan signage


(29)

1.4. Penduduk Setempat, Para Penunjuk Perjalanan

Selama perjalanan survei lapangan, kami bertemu beberapa warga yang tinggal di sekitar tapak. Walaupun awalnya canggung, namun mereka ramah dan mau terbuka bercerita tentang kondisi terdahulu kawasan tapak dan menjawab berbagai pertanyaan dari kami. Kami sangat terbantu atas informasi-informasi yang mereka berikan.

Pada saat survei bagian utara tapak, kami bertemu dengan ibu-ibu rumah tangga yang sedang berkumpul menghabiskan sore mereka di kedai gorengan. Berawal dari salah seoarng teman kami, Andrias yang sedang bercanda dengan Tegar dan terlontar kata “gusur” sambil tertawa ringan, terdengarlah oleh salah seorang ibu yang berada di kedai tersebut. Beliau menghampiri kami dan bertanya siapa serta apa maksud dan tujuan kami dengan mimik wajah khawatir dan penuh tanda tanya. Kami pun memperkenalkan diri dan mengungkapkan maksud dan tujuan kami. Tak lama kemudian, setelah mulai menerima maksud kedatangan kami, ia mulai bercerita tentang kondisi tapak tersebut. Ia bercerita bahwa dulunya disini merupakan pemukiman warga dan telah di gusur yang katanya alasan mereka di gusur karena akan adanya sebuah proyek milik keponakan Mantan Presiden Soeharto. Namun tidak tahu kenapa proyek ini tidak terlaksana hingga sekarang, sehingga masyarakat tidak banyak yang mau menempati daerah tersebut. Itulah kenapa tadi ia menghampiri kami karena sensitif dengar kata “gusur” tersebut. Dan kami memohon maaf atas kecerobohan teman kami itu. Dan kami bertanya bagaimana peningkatan ketinggian air sungai jika terjadi hujan, dia menjawab bahwa permukaan air sungai akan naik hingga 1 meter dari ketinggian normal, namun pernah ketika banjir parah 2011 lalu, ketinggian air sungai naik hingga 3 meter. Setelah informasi yang kami dapati cukup, kami pun berterimakasih dan beranjak melanjutkan perjalanan survei ke lokasi selanjutnya.

Kemudian dari tapak bagian utara tadi, kami melanjutkan perjalanan menuju tapak bagian selatan. Daerah ini diakses dari jalan Imam Bonjol, kemudian masuk melalui jalan Badur. Ini merupakan kawasan padat bangunan, dari sisi yang kami lihat kebanyakan warga di sini cenderung labih tertutup, ini terlihat dari keadaan bangunan yang sepertinya kebanyakan pemiliknya adalah beretnis Tionghoa. Di tapak bagian ini juga banyak rumah warga yang tidak di


(30)

berpenghuni. Tak ada yang bisa kami mintai informasinya disini. Saya mengira rumah-rumah disini di tinggalkan karena sering terkena banjir, kemungkinan karena bagian tapak ini merupakan tapak terendah dari permukaan sungai.

Kami melanjutkan ke bagian timur, secara tidak sengaja kami bertemu seseorang yang beretnis Tamil yang tinggal di daerah tapak yang diakses dari Jalan Mangkubumi yang disebut Kampung Kubur bernama Apoy. Pria yang berusia sekitar 40-an tahun ini sangat ramah, malah menawari menjadi narasumber setelah kami memperkenalkan diri dan mengungkapkan maksud dan tujuan kami. Memang daerah ini sebagian besar merupakan permukiman masyarakat beretnis Tamil. Mungkin karena jarang sekali orang luar yang masuk ke perkampungan ini jadi ketika kami berada disini mereka sangat memperhatikan kami sehingga membuat kami merasa sedikit canggung. Saya melihat warga di sekitar tapak ini banyak yang berkumpul-kumpul bercerita di beberapa tempat. Dengan ditemani bang Apoy kami dibawa melihat makam tua yang menurut Beliau adalah makam seorang saudara dekat sang Sultan Deli. Di daerah ini juga ada beberapa tempat sembahyang umat Hindu dimana masyarakat sekitar kebanyakan adalah beragama Hindu.

Kampung Kubur ini sebenarnya sudah di direlokasi oleh Pemerintah karena sudah banyak rumah warga yang melewati sempadan sungai, beberapa bekas rumah juga terlihat sudah rata dengan tanah dan ditinggalkan oleh penghuninya dan beberapa juga terlihat dibangun kembali dengan bangunan semi permanent namun tidak sedikit rumah yang masih berdiri dengan megahnya.

Menurut penuturannya, dahulunya sungai Deli ini sanagat bersih dan sedikit lebih besar dari sekarang, masih jelas teringat masa kanak-kanaknya dihabiskan dengan bermain di sungai Deli, juga dulunya masyarakat menggunakannya untuk kebutuhan sehari hari seperti, mandi, menyuci dan sebagainya. Air sungai dulunya sangat jernih bahkan kadang-kadang ikan terlihat berenang melawan derasnya arus Sungai Deli, masih menurut Beliau dahulu ikan di Sungi Deli ini besar-besar dan banyak jenisnya serta bisa dikonsumsi tidak seperti sekarang ikan disini kebanyakan ikan sapu-sapu yang tidak bisa dikonsumsi dan tidak ada harganya. Sepertinya Beliau sangat mengimpikan keadaan sungai Deli bersih, jernih seperti masa lalu. Beliau juga sangat kecewa


(31)

terhadap masyarakat sekitar dan Pemerintah, banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap keadaan Sungai Deli, banyak masyarakat yang membuang sampah rumah tangganya ke sungai dan pemerintah sepertinya juga tidak mau ambil pusing dengan keadaan sungai, kurang tegasnya Pemerintah terhadap pembangunan di garis sempadan sungai juga sangat berdampak terhadap sungai, Beliau menunjuk beberapa rumah yang sudah berada di bibir sungai dan jumlahnya semakin banyak. Tidak terasa lama seakan terbawa suasana mendengar cerita bang Apoy waktu sudah semakin malam dan kami harus mengakhiri wawancara dengan narasumber.

Kegiatan studio berlanjut pada pertemuan kedua dosen dengan pembimbing dan konsultan ahli. Setelah menunjukkan hasil survey yang kami lakukan kemudian mereka menyarankan agar sesegera mungkin memikirkan tema dan konsep perancangan yang akan diterapkan juga lengkap dengan bentukan massa serta juga menyiapkan program ruang untuk Convention dan Rekreasi yang akan kami rancang. Setelah selesai asistensi kami langsung menyelesaikan maket kawasan, dikarenakan kami membutuhkan data dalam radius 500 meter dari tapak maka kami harus melakukan survei lapangan dan pengambilan data tentang tata guna lahan dan data ketinggian bangunan disekitar tapak.

Pengerjaan maket kami kerjakan sekelompok, dengan menggunakan prinsip semurah dan semudah mungkin dengan hasil maksimal. Untuk bahan - bahan maket sendiri kami menggunakan bahan sol sepatu warna warni untuk menjelaskan tata guna bangunan, styrofoam kami gunakan untuk based dari maket dan sticker biru Kami gunakan untuk bahan dasar menggambarkan sungai serta serbuk busa Kami gunakan untuk menggambarkan tumbuhan dan pohon, dan bingkai kayu sebagai based atau dasar dudukan maket, semua bahan yang Kami gunakan diperoleh dari toko Midori atau lebih dikenal Tocin di Sumber Padang Bulan kecuali bingkai kayu, Kami menggunakan sisa bekas maket yang sudah tidak di gunakan lagi yang ada di Kampus, total lama pengerjaan yang Kami lakukan sekitar 5 hari sambil beberapa dari Kami mengerjakan progran ruang dan kebutuhan ruang.

Asistensi berikutnya Kami mempersentasikan maket kawasan dan kebutuhan ruang yang sudah Kami buat. Pada saat persentasi maket ternyata ada


(32)

Gambar 1.6. Maket tata guna lahan

bebrapa bangunan baru yang belum Kami buat, hal ini dikarenakan Kami memakai data dari tahun 2007. Melihat dari bentuk kebutuhan ruang dan laporan yang terlalu biasa, bang Ramadhoni menanyakan Kami untuk membuat laporan berbentuk komik. Dosen pembimbing juga meminta untuk data kontur dan kedalaman sungai di tapak untuk mempermudah perancangan nantinya.

Lokasi tapak yang merupakan lokasi yang memiliki pusat ekonomi disetiap perbatasannya, jika kondisi sungai Deli sangat baik dan terawat, bebas dari sampah-sampah dan pemukiman kumuh yang liar ini dijadikan tempat rekreasi sungai kota, bukan tidak mungkin kota Medan akan menjadi kota terkenal dengan sebuah bangunan ikonik yang menyediakan ruang terbuka publik dengan sungai yang indah sebagai hiasannya dan akan menarik banyak wisatawan untuk melihat indahnya Kota Medan. Keadaan sungai yang sangat memprihatinkan yang disebabkan ketidakpedulian berbagai pihak memang sudah sepatutnya menjadi perhatian yang lebih untuk kita semua. Impian kita bersama, mengembalikan keindahannya seperti sediakala. Karena martabat sungai adalah martabat kota juga.


(33)

BAB II

Manusia, Aktifitas dan Ruang

Setelah mendapatkan data dan menganalisisnya, hal yang kami lakukan selanjutnya adalah merancang program ruang. hal yang pertama yang kami lakukan adalah mengidentifikasi kegiatan yang akan dilakukan dalam gedung konvensi, kemudian menganalisis masing-masing kegiatannya. Setelah itu akan muncul kebutuhan-kebutuhan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut, dalam bentuk jenis-jenis ruang pada gedung konvensi. Kemudian setiap jenis ruang yang ada diidentifikasi persyaratannya, bentuknya, kapasitasnya, perabotnya, hingga dapat dihitung berapa luas yang dibutuhkan.

2.1. Kebutuhan Ruang dan Program Kegiatan

Konvensi merupakan tempat untuk menampung pertemuan sekelompok orang, seperti:

• kegiatan konfrensi yang dilakukan oleh sekelompok orang seperti kelompok industri, pelaku bisnis, dan staf pemerintahan

• kegiatan seminar lokakarya dan penataran

• resepsi yaitu acara yang bersifat informal seperti acara silaturahmi, ulang tahun, dan pernikahan

• kongres merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan beberapa masalah, merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap suatu permasalahan

• workshop merupakan kegiatan pertemuan dimana kegiatan ini membahas sesuatu dan memberi pelatihan secara bersama-sama antar kelompok peserta, sehingga para peserta mendapatkan ilmu, wawasan dan keahlian seperti workshop desain dan fotografi

• kuliah umum

• panel yang yang berupa tanya jawab oleh dua atau lebih kelompok peserta

• forum, merupakan kegiatan diskusi dua arah dimana pesertanya dari bidang yang berlainan


(34)

Ruang konvensi dirancang untuk mengakomodasi penonton dalam jumlah besar. Dengan demikian, mereka cenderung memiliki rentang ruangan yang luas untuk mengakomodasi tempat duduk, sightline, dan persyaratan akustik yang baik. Panggung/ podium lantai dan peralatan pencahayaan khusus sering diperlukan juga.

Untuk memenuhi kebutuhan para peserta konvensi areal pusat konvensi ini dilengkapi dengan teater, auditorium, areal pekan raya, stadion, gedung pameran. Bagi perancang penyelenggaraan konvensi (convention planner), persyaratan kebutuhan, peralatan serta kelengkapan lokasi maupun tempat diselenggarakannya suatu konvensi sesungguhnya meliputi ruang lingkup yang sangat luas. Tidak saja dalam wujud fisik bangunan pusat konvensi, balai sidang atau hotel besar yang komprehensif seperti disebutkan di atas, melainkan juga meliputi hal-hal yang lebih luas lagi, terutama perangkat keras berupa perlengkapan sekretariat, peralatan persidangan, perangkat dan dekorasi ruang sidang, sistem suara dan lampu, perlengakapan presentasi pembicara, proyektor dan layar, audio-visual dan sebagainya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan suatu konvensi modern. Juga sangat penting adanya perangkat lunak atau sumber daya manusia jasa pelayanan yang profesional dalam bidangnya masing-masing.

Kami juga harus mengetahui sifat (jenis) persidangan konvensi )lokal, daerah, nasional, regional, internasional), ukuran keci-besarnya konvensi menurut jumlah yang hadir, siapa-siapa yang akan menyelenggarakan konvensi (partai politik, organisasi sosial, instansi pemerintah, asosiasi profesi, perserikatan buruh, organisasi sosial, instansi perusahaan atau korporasi, independen, dan sebagainya).

Kami mencari referensi untuk bangunan utama dengan survey literatur maupun survey lapangan. Untuk survey literatur kami menjadikan ”Conference, convention, and exhibition hall,” karangan Fred Lawson sebagai rujukan serta buku Data arsitek karangan Neufert. Sedangkan survey lapangan kami mensurvey Tiara convention center.

Dari survey yang kami lakukan, kami menemukan beberapa ruangan inti pada gedung ini dimana pada ruangan-ruangan ini terdapat beberapa ruangan yang mengakomodir beberapa kegiatan dan pengguna di dalamnya. Ruangan-ruangan


(35)

tersebut yakni ruang konvensi, perkantoran administrasi, pengelola, dapur dan servis.

Pada ruang konvensi, terdapat beberapa sub-ruang. Ruang konvensi ini digunakan untuk kegiatan utama. Sebelum menuju ke dalam ruang konvensi terdapat lobby sebagai ruang tunggu para peserta. Kemudian ada ruang tunggu, yang digunakan oleh pembicara ataupun bintang tamu sebelum menuju ke panggung. Ada ruang informasi untuk peserta dan penyelenggara yang ingin mencari informasi. Kemudian ada ruang konferensi yang digunakan pembicara untuk berpidato. Ruang penyelenggara untuk operasional penyelenggara. Kemudian ada mushola sebagai tempat ibadah, kantin dan juga toilet sebagai area servis pengguna. Lalu ada ruang kontrol untuk mengontrol sistem perlengkapan yang digunakan oleh teknisi, biasanya ruang kontrol sound, lightning, dan proyektor. Gudang untuk tempat penyimpanan barang.

Pada ruangan yang berfungsi sebagai perkantoran dan administrasi terdapat beberapa sub-ruang yakni informasi, ruang direksi, sekretaris, rapat, administrasi, kantin, toilet dan gudang.

Kemudian pada ruangan pengelola. Disana terdapat ruang kerja direksi beserta staf-staf nya. Ada ruang rapat yang befungsi sebagai tempat rapat para pengelola. Ruang tamu untuk menerima tamu. Gudang sebagai ruangan untuk penyimpanan arsip dan berkas-berkas kesekretarian gedung. Serta juga ada kantin, toilet dan mushola.

Terdapat ruangan yang berfungsi sebagai dapur untuk keperluan penyediaan konsumsi atau katering pada gedung ini. disana terdapat ruang loading dock untuk menerima dan menyimpan bahan makanan. Dapur yang berfungsi sebgai tempat menyediakan menu makanan bagi koki dan para pelayan untuk menyiapkan pesanan. Disini juga terdapat ruang cuci untuk mencuci peralatan dapur. Dan juga gudang untuk menerima dan menyimpan barang. Dan terdapat ruang istirahat dan toilet bagi para karyawan dapur.

Untuk mengakomodir sistem utilitas mekanikal dan elektrikal terdapat ruangan elektrikal untuk merawat sistem mekanikal elektrikal. Disini ada ruang kerja karyawan ME untuk menjalankan operasional bangunan. Kemudian terdapat ruang ganti untuk tempatmengganti pakaian karyawan. Serta juga terdapat toilet.


(36)

Di ruang karyawan terdapat ruang karyawan yang bertugas merawat bangunan. Ada juga ruan ganti, ruang karyawan dan mushola. Serta terdapat gudang untuk menyimpan alat. Ruangan untuk mengontrol sistem utilitas yang lain adalah ruang AHU, ruang Chiller, ruang panel, ruang pompa, ruang workshop dan ruang reparasi.

Karena pada fungsi bangunan ada ruangan sebagai tempat pameran atau eksibisi, kami mencari referensi pada buku fred lawson. Disana ada ruang eksibisi sebagai tempat pameran. Gudang untuk menyimpan barang dan juga toilet.

Dari uraian di atas, maka dapat dijabarkan kegiatan-kegiatan oleh pelaku atau penggunanya. Setelah itu akan dapat dijabarkan kebutuhan-kebutuhan untuk memfasilitasi kegiatan tersebut, dalam bentuk jenis-jenis ruang. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat penjabarannya pada tabel di halaman lampiran.

2.2. Pola Kegiatan

Setelah mendapatkan kebutuhan ruang yang diperlukan untuk gedung konvensi, berikut dijabarkan bagan pola kegiatan pengguna yang ada pada bangunan ini.

Pola kegiatan pengunjung Rekreasi


(37)

Pola kegiatan penyelenggara dan peserta pameran

Pola kegiatan pengelola


(38)

2.3. Program Ruang

Langkah selanjutnya adalah membuat program yang kemudian akan menjadi acuan pembuatan rancangan. Kami menjadikan buku Fred Lawson dan buku data arsitek karangan Neufert sebagai rujukan. Dari hasil analisis untuk mengidentifikasi jenis ruang, hubungan dan organisasi ruang, pengguna, sifat ruang-ruang diatas, maka dapat diambil kesimpulan pemrograman ruang yang disajikan dalam bentuk tabel pada halaman lampiran


(39)

BAB III

Sejarah Kejayaan Sebagai Identitas Kota

Salah satu yang mampu mencirikan atau dijadikan identitas suatu tempat adalah dengan adanya simbol. Inilah yang disebut dengan city branding. Karena belum adanya identitas diri yang ‘mendunia’ dari kota Medan itulah, maka hal itu perlu menjadi perhatian khusus. Maka dibutuhkan simbol yang berkaitan dengan kota Medan dan merupakan sesuatu yang memang berasal dari Medan untuk menjadikannya identitas. Saya mengambil ide dari sejarah kejayaan kota Medan. Karena sejarah kawasan sangat penting untuk dikenang. Hal inilah yang akan coba dipertahankan. Hal yang membuat nama kota Medan dikenal dan terkenal, yakni peran Sungai Deli dan hasil Perkebunan kota Medan. Adapun yang berkaitan dengan sungai Deli, yakni kapal ukuran sedang yang berlayar melewatinya serta Tembakau Deli yang menjadi komoditas ekspor hasil perkebunan utama kota Medan.

Sungai Deli cukup memiliki nilai historis yang tinggi. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa keberadaan sungai Deli memiliki peranan yang sangat penting bagi asal mula maupun awal kemajuan dan perkembangan kota Medan. Dan jika dilihat dari sejarahnya, dahulu sungai ini indah dan bersih, sehingga dalam beberapa literatur pantun menyebutkan keindahannya. Airnya yang segar dan juga dahulu kapal-kapal pun bisa melewati sungai ini. Sungai yang merupakan salah

Gambar 3.1. Kapal yang berlayar di sungai Deli pada masa dahulu Sumber: https://www. estalasehijau.blogspot.com/sungai-deli-jaman-dulu.html


(40)

satu dari delapan sungai yang melintasi kota Medan ini merupakan jalur transportasi perdagangan barang dan jasa yang sangat penting, baik perdagangan

domestik maupun luar negeri (ekspor-impor) pada masa Kerajaan Deli, Di awal abad ke-14, dengan tembakau yang merupakan komoditas ekspor utama kota Medan yang kualitasnya terkenal hingga benua Eropa. Tembakau yang memiliki kualitas tinggi dan sangat baik untuk pembungkus cerutu.

S

ungai ini juga pada zaman dahulu menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di

Minimnya tempat rekreasi dan wisata alami kota Medan seharusnya menjadi concern utama bagi pemerintahan kota Medan. Sarana rekreasi dikota hanya pusat perbelanjaan seperti mall dan plaza dengan bangunan tingginya, maka tidak heran masyarakat kota Medan kebanyakan pergi berlibur keluar kota bahkan keluar negeri untuk melihat indahnya pemandangan alamnya. Bagaimana dengan kota Medan? Ya, satu-satunya unsur alam yang potensial adalah sungai terbesarnya yang sekarang dikenal sebagai parit raksasa yaitu sungai Deli. Jika sungai ini dijadikan sebagai objek wisata kota Medan bukan tidak mungkin kota medan akan ramai pengunjung dari berbagai daerah, luar kota maupun turis dari luar negeri.

Dengan keadaan sungai Deli seperti saat ini jangankan masyarakat sekitar, pengunjung dari luar kota pun enggan dan tidak tertarik bahkan merasa jijik melihat sungai ini yang dipenuhi dengan sampah-sampah dan pemukiman kumuh yang berada disepanjang pinggiran sungai.

Gambar 3.2. Tembakau Deli yang sudah dipaketkan dan siap untuk dipasarkan baik dalam negeri maupun luar negeri

Sumber:

http://www.medanmagazine.com/ekspor-tembakau-deli-sumut-melonjak/


(41)

Jika dikelola secara serius, sungai Deli mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan index of happiness masyarakat kota Medan sebagai bentuk pariwisata alam yang potensial dan sebagai ruang terbuka publik atau menciptakan nodes yang dapat menjadi pusat-pusat berkumpul dan berkreasi para penduduk maupun para pengunjung seperti sungai

bangunan utama Gedung

Pertemuan dan Pertunjukan (Convention Center) sebagai pusat konvensi dan ekshibisi di kota Medan yang bertujuan untuk tempat berkegiatan masyarakat atau pengunjung yang memerlukan fasilitas serta kapasitas ruangan yang lebih besar agar semua pengunjung dapat menikmati segala kegiatan yang dilakukan dalam gedung (Indoor) selain akan menjadi bangunan ikonikatau identirtas kota, juga proyek ini diharapkan mampu menyediakan tempa yang digunakan untuk para wisatawan yang datang untuk menikmati fasilitas penunjang seperti foodcourt, area wisata, area terbuka hijau dan lain-lain.

Perancangan kawasan yang dilakukan adalah menciptakan area baru yaitu area rekreasi atau pariwisata. Selain itu akan dilakukan penataan zona kawasan yang lebih baik. Sehingga area terbuka maupun kegiatan tidak saling menggangu. Area rekreasi atau pariwisata tepi sungai Deli yang akan direvitalisasi ini juga berguna untuk menarik para pengunjung sehingga dapat menghidupkan kembali citra sungai Deli yang indah, bersih dan segar, yang sudah mulai pudar termakan zaman. Pembagian kawasan tersebut antara lain sebagai berikut:

Pada area tapak ini akan disediakan tempat untuk piknik keluarga tepi sungai sebagai sarana untuk menikmati keindahan sungai Deli. Mereka bisa datang dengan membawa bekal atau pun membeli pada restauran dan stand-stand

makanan dan menikmatinya di area piknik ini. Tentu akan sangat menyenangkan bisa berkumpul dengan keluarga pada masa liburan atau akhir pekan, menikmati hidangan yang telah disiapkan dengan disuguhkan pemandangan Sungai Deli yang bersih dan indah.

Kemudian juga pada area tapak akan sediakan amphitheatre sebagai tempat yang bukan hanya untuk menampilkan kesenian budaya yang ada di kota Medan yang sudah mulai luntur termakan zaman, tapi juga sebagai tempat untuk


(42)

menyalurkan kreatifitas terutama pemuda kota Medan dalam bentuk pentas seni

outdoor, baik itu pagelaran musik, seni tari, dan sebagainya.

Tak hanya itu, untuk menunjang sektor perekonomian masyarakat sekitar, disini juga akan dirancang tempat penjualan souvenir dan oleh-oleh khas medan, baik itu makanan, cenderamata, kaos dsb.

Dengan demikian, proyek revitalisasi kawasan muka sungai Deli ini adalah upaya untuk menciptakan ruang terbuka hijau dan public space, yakni menghidupkan kembali kawasan muka sungai yang cenderung mati dengan meningkatkan vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan tersebut agar mampu meningkatkan index of happiness masyarakat kota Medan yang memang sangat membutuhkan tempat berkumpul, rekreasi dan mengekspresikan diri. Keberadaan sungai pun tidak hanya sebagai unsur alami, namun juga bagaimana memanfaatkan unsur alami tersebut sebagai potensi yang bisa menciptakan adanya interaksi antara manusia dan sungai sehingga perlahan bisa mengubah

mindset masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan dan keindahan sungai ini seperti sediakala yang pada saat ini masih kurang.

Proyek ini juga tentunya akan membantu kota Medan untuk memasarkan dirinya. Setidaknya, ada sesuatu yang dituju oleh para wisatawan untuk berkunjung ke kota Medan. Dan juga upaya untuk perlahan memindahkan ‘spotlight’ daerah tujuan wisatawan ke Medan dari yang biasanya tertuju pada Bandung, Bali, Yogyakarta. Sehingga kedepannya bangunan simbolisme historis ini mampu memiliki nilai jual yang tinggi dan menjadi identitas kota Medan. Bisa dibayangkan nantiya ketika para wisatawan domestik maupun luar negeri ke kota Medan, mereka bisa mendapatkan souvenir berbentuk bangunan konvensi ini, oleh-oleh sebagai ciri khas dari kota Medan. Identias diri yang ‘mendunia’.


(43)

BAB IV

Massa Merefleksikan Sejarah

4.1. Transformasi Massa

Karena tujuan bangunan ini adalah sebagai bangunan ikonik atau

landmark kota, maka bentukan massa haruslah memiliki estetika dan daya tarik tersendiri ketika melihatnya. Bentukan harus unik, menarik dan mampu merefleksikan tema yang sedang di usung oleh perancang. Karena fungsi dari bangunan utama ini sebagai konvensi dimana memerlukan ruangan yang luas tanpa ada kolom-kolom penyangga di bagian tengah ruangan, maka bangunan ini menggunakan struktur atap bentang lebar.

Dari tema yang saya angkat, yakni “The Glorious History of Medan”,

saya mengambil bentukan massa bangunan utama dari hal yang membuat Medan berjaya pada massa dahulu, yakni transformasi kapal yang sedang berlabuh. Kapal tersebut merupakan kapal layar ukuran sedang yang berlayar di sungai Deli dahulu yang membawa hasil perkebunan tembakau dari Medan ke pelabuhan Belawan untuk di ekspor ke luar negeri. Karena pada sejarahnya, asal mula kota Medan dan mulai berkembangnya adalah dikarenakan adanya pelabuhan yang menjadi transit kapal-kapal tersebut dari pelabuhan Belawan yang terletak pada pertemuan sungai Deli dan Sungai Babura disekitar kawasan Putri Hijau.

Awalnya ada beberapa alternatif tema dan bentukan massa yang saya ajukan kepada dosen asistensi dan dosen konsultan ahli. Saya memutar otak dalam menggubahan massa yang terinspirasi dari kapal ukuran sedang ini. Namun pada saat sidang preview pertama, bentukan massa yang saya presentasikan yang sudah saya buat mendapat kritikan yang ‘pedas’ dan dipermasalahkan oleh para dosen penguji. Gubahan massa saya kurang mencirikan sebuah kapal. Mereka berpendapat, seharusnya kapal itu memiliki lengkungan pada bagian depannya. Memang pada saat sidang pertama massa yang saya hasilkan ‘kotak’ dan terlihat seperti kapal hanya jika dilihat dari samping sementara seharusnya jika bentukan massa adalah hasil dari metafora, dilihat dari manapun bangunan harus mampu merepresentasikan sebuah kapal, bukan berarti persis mirip.


(44)

Saya kembali memutar otak untuk menggubah massa. Suatu ketika di studio, ketika saya merasa sudah buntu bagaimana mentransformasikan bentuk kapal ini karena tak kunjung menemukan bentukan yang sesuai, telepon genggam saya berbunyi tanda ada sms yang masuk yang isinya”Ferdian, ini kak Amila. Coba Ferdian baca naval architecture. Udah pernah? Semoga bermanfaat dan bisa memeperkuat konsep desain serta membantu dalam mendesain”. Kak Amila, seorang asisten dosen pada matakuliah Studio PA6 ini dengan jilbab syar’inya dan juga merupakan salah seorang alumnus arsitektur USU angkatan 2005. Belakangan saya ketahui dia mendapatkan nomor handphone saya dari Candra. Cantik dan soleha memang tapi sayangnya sudah ada yang ‘punya’, “hiks.. hiks..”(cuma bercanda “hehehe”). Dia pun menambahkan bahwa itu adalah tentang struktur kapal, dan cobalah berangkat dari situ.

Masukkan dari kak Ami mengembalikan semangat saya dan sangat membantu saya dalam mengeksplorasi bentukan setelah membaca referensi dari

naval architecture. Saya jadi mengetahui bagaimana struktur rangka kapal dan saya mencoba mengaplikasikannya pada gubahan massa bangunan. Dari naval architecture ini juga lah yang akan mendasari konsep struktur bentangan lebar bangunan utama nantinya. Dengan sedikit otak-atik bentukan, akhirnya saya menemukan ide yakni dengan membagi dua komponen utama kapal yang tampak,

Gambar 4.1.Naval architecture. (kiri) struktur kapal, (kanan) visualisasi 3 dimensi struktur kapal


(45)

yaitu badan kapal dan layarnya dengan tetap mempertahankan bentuk identiknya. Pada bagian badan kapal, bentukan tertransformasi dengan menekan kebawah

bagian ekor kapal sehingga jika dilihat dari samping akan terlihat melengkung dari bagian depan kapal sampai bagian belakang kapal. Sedangkan pada bagian layar kapal saya mencoba untuk memutar dari vertikal menjadi horizontal. Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan menggabungkan kedua bentukan tersebut sehingga bagian badan kapal dan layar kapal akan terlihat

saling-silang.

4.2. Konsep Tapak

Lahan pada site dengan luas sekitar 3 hektar ini akan diisi dengan sebuah bangunan konvensi center dan galeri, area piknik, area retail atau toko souvenir, ruang terbuka hijau berupa sebuah play park sebagai titik simpul atau node,

sebuah amphitheatre dan riverwalk sebagai jalur akses dan ruang terbuka publik di sekitar tepian sungai.

Entrance utama site ditempatkan pada bagian selatan, yakni melalui jalan Badur. Dipilih melalui jalan ini karena selain untuk menghindari kemacetan karena jalan ini tidak terlalu ramai dilalui kendaraan, juga karena jika melalui jalan ini view-nya lebih bagus daripada melalui jalan lain yang cenderung ramai dan padat penduduk. Dari site entrance ini kita bisa mendapati drop off dan

entrance bangunan utama. Pada bangunan utama ini terdapat juga galeri dimana Gambar 4.2.The form logic. Gubahan massa bangunan adalah hasil dari transformasi


(46)

disana menyediakan tempat dokumentasi-dokumentasi sejarah kota Medan. Dari sini para pengunjung bisa melihat dan mempelajari sejarah yang terdapat di kota Medan. Sehingga ini bisa menjadi wisata edukasi bagi para pengunjung.

Area parkir semuanya(kecuali parkir bus dan parkir untuk area retail dan toko souvenir) ditempatkan pada Basemen. Karena menurut bang Doni jika ada parkir di luar bangunan, maka hal tersebut rawan menimbulkan kemacetan dikarenakan orang-orang lebih cenderung untuk memilih parkir di area yang tampak (luar) daripada harus memilih jauh-jauh parkir ke basement. Basement akan dibuat sebanyak 3 lantai dengan kapasitas untuk sekitar 390 mobil dan 400 sepeda motor. Jalan keluar pada bangunan utama dan site adalah menuju jalan Suka Mulia.

Site bisa diakses dengan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat, dengan bus serta dengan berjalan kaki. Parkir bus berada pada area belakang bangunan setelah melalui drop off. Sedangkan untuk kendaraan pribadi setelah melalui drop off, akan terus menuju parkir di basement yang jalan masuknya berada pada sisi sebelah barat bangunan. Dan untuk pejalan kaki, pada sekitar tepian jalan disediakan pedestrian, dan bisa mengakses masuk bangunan melalui entrance site untuk pedestrian yang berada pada muka bangunan di seberang sungai. Jalur pejalan kaki pada area site yang diteduhi oleh pohon-pohon rindang cenderung terhubung satu sama lain guna memudahkan akses di dalam site.Selain itu pejalan kaki juga bisa langsung mengakses masuk melalui playpark

yang juga berfungsi sebagai node atau titik simpul yang berada pada jalan Badur. Dari Node ini kita bisa mengakses ke bangunan utama, amphitheatre serta retail/toko souvenir. Selain itu, terdapat juga jalur riverwalk yang berada di sepanjang pinggir sungai. Selain sebagai ruang publik, jalur ini bisa digunakan oleh warga sekitar dan pengunjung yang menghubungkan antara jalan Badur, jalan Suka Mulia dan jalan Mengkubumi.

Amphitheatre diletakkan pada pinggir sungai di area tengah site yang menjorok. Hal ini agar view yang didapat lebih indah. Bisa dibayangkan ketika sedang menikmati pertunjukkan pada amphitheatre kita juga sembari disuguhkan keindahan sungai Deli. Amphitheatre ini adalah sebagai tempat yang bukan hanya untuk menampilkan kesenian budaya yang ada di kota Medan yang sudah mulai


(47)

luntur termakan zaman, tapi juga sebagai tempat untuk menyalurkan kreatifitas terutama pemuda kota Medan dalam bentuk pentas seni outdoor, baik itu pagelaran musik, seni tari, dan sebagainya. Jika dilihat, bentuk amphitheatre ini merupakan transformasi dari daun tembakau Deli.

Selanjutnya, Area piknik keluarga ditempatkan di area tepi sungai yang berseberangan sungai dengan amphitheatre dan bangunan utama. View dari sini juga tak kalah menariknya. Area piknik tepi sungai ini disediakan juga sebagai sarana untuk menikmati keindahan sungai Deli. Mereka bisa datang dengan membawa bekal atau pun membeli pada restauran dan stand-stand makanan dan menikmatinya di area piknik ini. Tentu akan sangat menyenangkan bisa berkumpul dengan keluarga pada masa liburan atau akhir pekan, menikmati hidangan yang telah disiapkan dengan disuguhkan pemandangan Sungai Deli yang bersih dan indah.

Dan yang terakhir adalah area retail dan toko souvenir. Area ini bisa di akses melalui jalan Mangkubumi dan juga disediakan lahan parkir tersendiri agar tidak perlu jauh-jauh untuk parkir di basement bangunan utama. Area ini adalah sebagai sarana masyarakat sekitar untuk menunjang perekonomiannya. Disini disediakan tempat untuk berjualan souvenir khas Medan, pernak-pernik, cenderamata, kaos dsb.


(48)

(49)

4.3. Elemen Ornamen Refleksi Sejarah Dan Solusi Penghawaan Alami

Salah satu permasalahan pada bangunan yang beriklim tropis adalah cuaca panas dan kelembaban yang tinggi, apalagi jika sudah memasuki musim panas. Sirkulasi udara yang baik sangat diperlukan pada sebuah bangunan. Dengan keberadaan ventilasi, udara segar dapat masuk ke dalam bangunan dan menggantikan udara yang lembab. Apabila kualitas udara dan pencahayaan dalam ruangan baik, maka pertumbuhan bakteri yang gemar hidup di tempat lembab pun dapat terhambat.

Masih bercerita pada kapal sebagai refleksi salah satu sejarah kejayaan kota Medan, layar pada kapal merupakan elemen yang sangat penting. Sifat dari layar kapal adalah menangkap angin dan menahannya sehingga kapal dapat melaju berlayar. Dari sifat ini, saya mencoba untuk mengaplikasikannya pada bangunan konvensi ini, yakni dengan cara menahan dan memasukkan angin pada sisi bangunan serta mengalirkannya ke dalam bangunan.

Adapun solusi dalam permasalahan tersebut adalah dengan pemanfaatan sirkulasi udara vertikal dan horisontal. Sirkulasi horisontal yaitu dengan pemanfaatan tekanan udara menggunakan rooster yang secara fungsional merupakan elemen sirkulasi udara, partisi bangunan yang memiliki karakter khusus berupa lubang/hollow sebagai ventilasi atau penghawaan alami pada bangunan. Tak hanya itu, rooster ini juga membentuk aksen bermotif tembakau Deli, supaya fasade bangunan lebih manis. Bayangan sinar matahari yang menembus lubang-lubang dari susunan roster akan membentuk kesan tersendiri dari bangunan tersebut. Pada bangunan-bangunan kolonial, rooster juga sering dijumpai sebagai solusi pernghawaan alami dan elemen dekoratif. Dan sirkulasi vertikal adalah dengan pemanfaatan lapisan udara melalui penggunaan void pada bangunan.

Hal ini dimanfaatkan untuk memaksimalkan pergantian udara pada koridor-koridor, lobby utama dan lobby konvensi. Sehingga bangunan ini memiliki nilai plus tersendiri yakni lebih “go green” dan tentunya bisa meminimalisir biaya.


(50)

Gambar 4.6. Ventilasi horisontal. Bagian sisi kanan bangunan ditanami pohon yang cukup rindang. (menggunakan prinsip dasar udara yang mengalir dari daerah bertekanan tinggi/ dingin ke daerah bertekanan rendah/ panas).

Gambar 4.5. Dinding ventilasi/ rooster sebagai penghawaan alami dan juga pencahayaan pada koridor dan lobby

Gambar 4.7. Ventilasi vertikal. Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan udara, baik dalam maupun di luar yang memiliki perbedaan berat jenis.

Gambar 4.8. Pola dinding rooster pada bangunan merupakan transformasi dari kumpulan Tembakau Deli.


(51)

BAB V

Menikmati Jalan Cerita

5.1. Rancangan Konseptual

Salah satu sisi artistik konvensi ini akan bisa dinikmati sepenuhnya pada malam hari. Jika kita memandangnya dari luar bangunan, maka bangunan konvensi ini akan tampak bersinar jika lampu didalamnya dinyalakan. Efek bayangan rooster akan muncul pada permukaan tanah sekitar konvensi. Belum lagi jika kita berada didalamnya pada saat langit cerah, sepenuhnya kita bisa memandang langit yang indah dengan pendar sinar bulannya.

Selanjutnya pada tatanan ruang bangunan pusat konvensi. Gedung ini terdiri dari 5 lantai bangunan dengan dua lantai untuk mewadahi kegiatan utama dan pendukung serta 3 lantai basement untuk parkir mobil dan kendaraan roda dua.


(52)

Ada dua site entrance pada bangunan ini, entrance utama yang terletak pada bagian depan bangunan dan entrance yang lain berada pada bagian belakang bangunan. Pintu entrance utama pada bagian depan lantai 1 bangunan ini dengan lantai bangunan yang naik 1 meter dan dengan tangga menambah kesan welcome

kepada pengunjung. Di teras ini juga terdapat dua ramp untuk pengunjung diabilitas. Kemudian pada lobby utama yang luas dan dengan adanya void

memperlihatkan kemegahan dari bangunan ini. Pada lobby ini juga terdapat ruang tunggu yang di bagian kiri dan kanannya. Terdapat 2 lift pada bagian di lobby utama ini sebagai akses vertikal bangunan yang menghubungkan dari lantai basement paling bawah hingga lantai 2 bangunan. Dan disini juga terdapat eskalator naik dan turun serta tangga dengan lebar 5 meter untuk menuju ke lantai 2 dimana ruang konvensi berada. Pada lobby utama ini kita juga akan menjumpai ruang resepsionis dan informasi yang bersebelahan dengan ruang penitipan barang. Kemudian siteentrance pendukung sebagai akses untuk keluar dan masuk yang menghubungkan bangunan dengan area luar bangunan (playpark). Dari site entrance ini kita bisa langsung mengakses ruang galeri, dan mushola.

Setelah melewati ruang informasi dan ruang penitipan barang, kita akan menemukan ruang pendukung, yakni ruang pameran dan dua ruang konferensi yang terletak pada satu zoa kawasan. Saya sengaja menempatkan lobby pameran dan dua konferensi ini menjadi satu tempat agar tidak terlalu memakan tempat. Ruang konferensi ini digunakan untuk acara pertemuan atau pun rapat dengan luas 120 meter persegi ruangan ini mampu menampung hingga 60 orang. Dengan memanfaatkan bentang kolom 8 meter, bagian kiri atau kanan masing-masing ruang konferensi ini adalah untuk ruang persiapan makanan dsb. Kemudian ruang pameran dengan luas 640 meter persegi, cukup untuk mewadahi kegiatan pameran dengan daya tampung 425 orang pengunjung. Ruang pameran ini berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan pertunjukan atau memamerkan suatu barang dan jasa dengan tujuan mempromosikan dan memberikan informasi tentang produk tersebut, sehingga orang lain menjadi tertarik dan menggunakannya. Sarana bagi pengusaha untuk mempromosikan barang hasil produksi kepada konsumen. Sarana informasi akurat yang mudah diakses oleh konsumen mengenai


(53)

suatu obyek yang sedang dipamerkan. Sarana untuk menambah fasilitas hiburan bagi masyarakat.

Kemudian pada lantai satu ini juga terdapat sebuah ruang galeri. Galeri ini berfungsi bukan hanya dijadikan sebagai ruang pamer karya seni namun juga sebagai wadah yang serupa dengan sebuah museum, menjadi tempat berlabuh barang-barang tua sebagai saksi sejarah asal mula dan perkembangan kota Medan, sehingga bisa sebagai sarana wisata edukasi. Dan konsep ruang yang fleksibel, membuat karya seni menjadi primadona di dalamnya, menarik antusiasme pengunjung dan penikmat seni untuk mengikuti alur galeri sampai seluruh ruang terjamahi. Sehingga isu sequence otomatis menjadi salah satu poin penting dalam perancangan ruangan galeri ini. Disini terdapat gudang dan juga ruangan untuk tempat penyimpanan barang-barang. Galeri ini juga bisa di akses langsung melalui

site entrance yang berada pada bagian belakang bangunan.

Ruang pengelola dan kantor terdapat pada bagian timur bangunan setelah melewati ruang pameran dan konferensi. Segala jenis urusan administrasi, penyewaan tempat, pengelolaan terdapat pada ruangan ini. Disini terdapat ruang direksi, ruang sekretaris, ruang security, ruang personalia, ruang marketing, ruang asisten manager, ruang pegawai dan administrasi dan ruang rapat.

Mushola terletak pada sudut belakang bagian barat bangunan. Mushola ini juga bisa di akses dari konvensi yang terletak pada lantai 2 dengan tangga yang berada pada koridor sebelah barat bangunan dan juga dari siteentrance belakang. Mushola dengan luas 140 meter persegi ini mampu menampung 110 orang. Terdapat dua pintu masuk untuk ke ruang sholat yakni untuk masuk pria dan wanita. Sehingga antara pria dan wanita sudah terhijab mulai dari pintu masuk. Pada mushola ini disediakan area wudhu dan toilet pria dan wanita serta tempat untuk meletakkan sepatu. pada dinding mushola dihiasi dengan loster sehingga sirkulasi udara bisa keluar masuk tanpa menggunakan AC hanya kipas angin sehingga lebih ekonomis dan ramah lingkungan namun tetap tidak mengurangi kekhusyukan jemaah yang sholat.

Dapur untuk mempersiapkan katering makanan untuk pengguna gedung terletak pada bagian utara dekat siteentrance belakang. Disini terdapat pantry dan


(54)

Kemudian, pada bagian barat bangunan setelah melewati ruang penitipan barang, kita bisa jumpai gudang tempat menyimpan peralatan dan keperluan bangunan. Bersebelahan dengan gudang terdapat lift barang dengan sebuah lobby serta ada juga akses untuk ke tangga kebakaran karena fungsi disini adalah sebagai salah satu core bangunan. Sedangkan toilet terdapat pada sudut depan bagian barat bangunan. Toilet ini diperuntukkan untuk pengunjung dan karyawan.

Kita masuk ke lantai dua. Untuk sampai disini kita bisa menggunakan tangga, lift dan eskalator pada lobby utama lantai 1. Disini kita langsung menemukan lobby untuk ruang konvensi, lobby luas tanpa AC yang mampu menampung 3000 orang. Dan dengan luas sekitar 7200 meter persegi, ruang konvensi ini cukup untuk menampung 3000 orang pengunjung. Terdapat 3 pintu keluar-masuk pada bagian selatan dan 2 lagi pada bagian barat dan timur yang masing-masing satu. Hal ini agar menghindari desakkan pengunjung baik masuk maupun keluar dari ruang konvensi. Ruangan ini ada sekat berbentuk tirai pada bagian pada tengah ruangan, hal ini berfungsi agar ruangan ini bisa juga digunakan untuk keperluan yang memerlukan kapasitas sedang sekitar 1500 orang. Ruangan kontrol lampu dan ruang proyektor diletekkan pada bagian selatan di dekat pintu masuk, sedangkan ruang kontrol sound diletakkan pada bagian barat ruang konvensi bagian depan. Dan terdapat juga gudang untuk peralatan dan barang-barang konvensi seperti kursi, meja, dsb, dengan luas sekitar 100 meter persegi pada bagian timur. Untuk guest stars, terdapat ruang tunggu VIP, lobby VIP dan lift VIP yang menghubungkan tempat parkir langsung dengan ruang konvensi. Kita tidak perlu khawatir jika JKT48 konser di gedung ini karena konvensi ini memiliki panggung dengan luas 300 meter persegi yang cukup untuk menampung hingga 50 orang, dan 4 ruang ganti pada backstage dengan luas masing-masing 12 meter persegi serta toilet. Disini jugak menyediakan lift mobil. Jadi, jika ada pameran mobil konvensi ini pun bisa digunakan. Dari backstage

juga bisa langsung menuju koridor barat dan timur. Lift makanan dan sampah terletak dibagian belakang dan terhubung langsung dengan koridor, jadi persiapan makanan tidak akan mengganggu kegiatan pada ruang konvensi. Pada koridor barat terdapat tangga akses vertikal menuju lantai 1.


(55)

Selanjutnya, terdapat 2 pintu keluar pada lantai dua ini. Pintu ini khusus diperuntukkan bagi pengunjung konvensi sebagai antisipasi membludaknya orang yang keluar dari ruangan konvensi. Dan dengan adanya pintu dan tangga keluar ini secara tidak langsung menambah estetika bentuk fasad bangunan.


(56)

(57)

5.2. Konsep Struktur

Sistem super-struktur pada perancangan gedung pusat konvensi ini meliputi struktur atap, struktur rangka bangunan serta material dan konstruksi bangunan.

Sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur rangka kaku (rigid frame) dengan penataan kolom dan balok dengan sistem grid. Kolom-kolom pada bangunan ini berukuran 80 cm x 80 cm dikarenakan jarak atau bentang antar kolom rata-rata adalah 8 m dengan perhitungan kolom sama dengan sepersepuluh bentang. Sedangkan pada sisi terluar dimana kolom sebagai tumpuan atau penyangga dari rangka baja atap adalah 160 cm x 80 cm. Sedangkan pada balok, material yang digunakan untuk mengikat antar kolom adalah baja ukuran 60 cm kali 90 cm. Baja yang digunakan untuk balok ini adalah baja profil I. Sedangkan pada konstruksi massa bangunan yang diambil dari konstruksi struktur kapal yakni pada bagian depan bangunan merupakan material baja fabrikasi.

Sistem sub-struktur pada perancangan gedung pusat konvensi terdiri dari sistem struktur pondasi dan konstruksi pondasi. Sistem pondasi bangunan yang berfungsi sebagai penerus beban ke tanah. Gedung pusat konvensi ini merupakan bangunan yang memiliki beban mati dan beban hidup yang cukup besar sehingga memiliki sistem struktur pondasi yang terdiri dari sistem struktur pondasi basement dan sistem struktur tiang pancang. Pada bangunan yang tidak terdapat

Gambar 5.4. Pembalokan Gambar 5.5. Rangka selubung massa bagian depan


(58)

pondasi basement digunakan pondasi tiang pancang. Seluruh parkir pada bangunan konvensi dan pengunjung rekresi terdapat pada basement. Basement yang terletak pada bawah permukaan tanah memerlukan dinding pondasi continue untuk menahan tanah di sekitar bangunan dan menopang dinding eksterior dan kolom struktur di atasnya.

Untuk mengatasi problem konfigurasi dan mempertimbangkan kekakuan bangunan untuk menahan gaya lateral, seperti tiupan angin atau goncangan akibat gempa bumi dengan menggunakan sistem core (inti bangunan) sekaligus sebagai tempat

sirkulasi vertikal bangunan konvensi dengan menampatkan 2 buah core tepi sampai setinggi atap massa bangunan konvensi.

Sistem Stuktur atap pada gedung pusat konvensi ini mengunakan atap zincalum dengan konstruksi baja I dan reng baja profil C. Rangka atap menggunakan balok kastella. Balok kastella (castellated beam) adalah balok yang dipakai untuk konstruksi atap bentang lebar, yang berupa 2 profil baja yang disatukan menjadi 1 untuk mendapatkan tinggi profil yang sesuai. Balok kastella disebut juga honey comb beam, karena bentuk lubang segi enamnya yang menyerupai sarang lebah (honey comb). Profil tersebut dilubangi untuk memperkecil berat sendiri profil dan agar sambungan las nya dapat lebih efektif dan efisien.

Gambar 5.6. Kolom, Core dan Pondasi


(59)

Pada daerah yang membutuhkan cahaya alami untuk masuk ke dalam bangunan dengan tanpa memasukkan panas ke dalam bangunan selain menggunakan rooster, adalah dengan menggunakan material transparan yaitu Kaca Fibre Reinforced Concrete (GFRC) dan Fibre Glass Reinforced Polyester (GFRP). Kaca Fibre Reinforced Concrete (GFRC) dan Fibre Glass Reinforced Polyester (GFRP) dipilih sebagai bahan cladding yang ideal, karena kaca ini memungkinkan untuk plastisitas yang kuat dari desain bangunan. Untuk bahan dan konstruksi plafond, penggunaan material plafond berdasarkan pada jenis ruangan yaitu ruangan normal, ruangan lembab atau panas dan ruangan akustik. Untuk ruangan normal yang tidak membutuhkan akustika mempermudah dalam pemasangan dan ketahanan bahan, maka bahan dan konstruksi plafond menggunakan GRC board. Ruang lembab dan panas atau ruangan yang memiliki suhu yang tinggi seperti ruangan pantry, toilet, ruang ganti menggunakan material kalsiboard dan untuk ruangan akustik seperti ruangan rapat digunakan material berpori. Untuk bahan konstruksi pintu-jendela, berdasarkan karakter ruang yang dilingkupi. Material pintu dan jendela terdiri dari dua yaitu material kaca dan aluminium dan material kayu dan kaca dengan finishing cat atau vernish. Sedangkan pintu jendela alumunium dan kaca memiliki kusen yang terbuat dari rangka alumunium dan rangka baja hollow. Untuk material daun pintu dan jendela dapat digunakan kombinasi rangka allumunium dan kaca.

Metal deck diaplikasikan sebagai pelat lantai beton komposit. Pemilihan Dan juga dibandingkan denga dan kayu, antara lain:

1. kebutuhan volume beton akan berkurang, karena bentuk profil metaldeck, dengan ketebalan pelat lantai beton yang sama, volume beton yang dibutuhkan akan lebih sedikit (terpotong volume cekungan profil metal deck).

2. kebutuhan volume besi tulangan akan berkurang, karena metal deck juga berfungsi sebagai tulangan, sehingga hanya dibutuhkan satu lapis besi tulangan.


(60)

3. instalasi yang mudah dan cepat, sehingga total durasi proyek lebih singkat, proses pelaksanaan lebih cepat dan tidak perlu dibongkar lagiseperti bekisting konvensional multipleks dan kayu.

4. Berat sendiri pelat lebih ringan, karena kebutuhan volume beton yanglebih sedikit untuk tebal pelat lantai yang sama.

5. Mudah dalam transportasi dan ringan, karena dapat diproduksi sesuaipermintaan ukuran dan untuk satu lembar metal deck hanya 32 kg, dapatdsiangkat oleh satu orang.

6. Total biaya yang lebih ekonomis, karena volume beton lebih sedikit,pembesian tulangan hanya perlu satu lapis.


(61)

5.2.1. Makna Dan Perlambangan Struktur

Medan tak lepas dari suku Melayu Deli yang merupakan suku yang mendiami kota ini sejak kerajaan Deli berdiri. Pada sistem struktur ini, terdapat beberapa perlambangan yang diambil dari adat rumah Melayu. Orang yang berasal dari luar daerah Melayu, ketika melihat tiang, hanya memahaminya


(62)

sebagai alat kekuatan, penopang atau pengganjal. Sedangkan orang Melayu (yang mempunyai dasar atau ground yaitu adat-resam budaya Melayu), pada waktu melihat tiang tidak hanya memahaminya sebagai alat keuatan (penopang atau pengganjal), namun akan menterjemahkannya sebagai lambang (simbol) dari kerjasama, kegotong-royongan.

Dikatakan: tiang melambangkan kekuatan, kerjasama dan kegotong-royongan.

Artinya juga terdapat hubungan antara fungsi utama tiang sebagai alat penopang atau pengganjal dengan pengertian kerjasama atau kegotong-royongan, yaitu sama-sama melambangkan kekuatan.

Tiang-tiang atau kolom ini bermotif kayu berbentuk empat-persegi yang pada rumah melayu yang dalam adat melayu melambangkan sifat manusia yang tak sempurna.

Pada rumah adat melayu, dikenal 2 jenis tiang yaitu: tiang utama dan tiang sokong atau tongkat. Tiang utama adalah tiang yang menyokong kerangka bangunan, mulai dari bawah sampai ke atas (atap). Sedangkan tiang sokong, biasanya hanya menyokong atau menopang lantai saja. Pada bangunan konvensi ini terdapat beberapa tiang utama yang dan juga beberapa tiang sokong, terdapat pada tiang yang menyangga lobby dan ruangan konvensi yang terdapat pada lantai dua, karena pada ruangan konvensi harus menggunakan bentang lebar agar tidak ada kolom pada tengah ruangan. Maka disitulah tiang sokong berada. Makna perlambangan: mengingatkan kita akan kekuatan serta kemampuan untuk menegakkan suatu yang kita yakini, seperti agama, adat istiadat, dsb.

Sarang lebah (honey-comb) mengandung filosofi yang sangat mendalam. Kita bisa mengambil penlajaran dari sarang lebah ini. Sarang itu ibarat rumah. Rumah artinya tempat tinggal, tempat bernaung, tempat berlindung. Kita berharap semoga gedung ini bisa jadi rumah buat semua warga Medan. Maka, jadikanlah bangunan ini rumah yang nyaman bagi kita semua. Hal lain yang mengagumkan tentang lebah madu ini adalah kerjasama di antara mereka dalam membangun kantung-kantung madu ini. Dan mereka ini menghasilkan madu yang sangat berguna buat manusia. jadilah sesuatu yang bermanfaat, bagi diri sendiri dan lingkungan.


(63)

Atap adalah ibarat “payung” yang meneduhi atau melindungi bangunan. Payung dalam keluarga Melayu juga mempunyai makna yang melambangkan kedudukan. Ada yang melambangkannya sebagai kehebatan nenek moyang kita sebagai pelaut yang tangguh. Dan ketika mereka tidak lagi menjadi pelaut, maka kenangan tersebut tetap diabadikan dalam bentuk atap rumah. Perahu ini juga diibaratkan sebagai perjalanan hidup manusia sebagai perahu.

5.2.2. Tambahan

Untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan atau kontrak diperlukan estimasi biaya, yakni penghitungan kebutuhan biaya yang diperlukan.

Diasumsikan bahwa biaya satuan gedung konvensi adalah Rp. 3.750.000 per meter persegi, dan untuk basement adalah sebesar Rp. 5.500.000 per meter persegi. Maka biaya total (biaya konseptual) untuk gedung konvensi ini untuk dua lantai adalah sebesar 20.000 m2 x Rp. 3.750.000/m2 = Rp. 75.000.000.000,- (akurasinya -30% hingga +50%) dan untuk 3 lantai basement adalah 30.000 m2 x Rp. 5.500.000/m2 = Rp. 165.000.000.000,- (akurasinya -30% hingga +50%). Jadi total untuk gedung utama ini adalah Rp. 75.000.000.000,- + Rp. 165.000.000.000,- = Rp. 240.000.000.000,-

Kemudian estimasi biaya pembelian tanah seharga Rp. 6 juta permeter dengan luasan 4,5 Ha adalah Rp. 270.000.000.000,-

Jadi perkiraan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah selaku owner pada proyek ini adalah sebesar Rp. 510.000.000.000,-


(1)

71 Universitas Sumatera Utara


(2)

72 Universitas Sumatera Utara


(3)

73 Universitas Sumatera Utara


(4)

74 Universitas Sumatera Utara


(5)

75 Universitas Sumatera Utara


(6)

76 Universitas Sumatera Utara