Medan Convention Center (Architechture Metafora)

(1)

MEDAN CONVENTION CENTER

(ARSITEKTUR METAFORA)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2010 / 2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh

ANNISA THOYYIBAH

060406035

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

MEDAN CONVENTION CENTER

( ARSITEKTUR METAFORA )

Oleh :

ANNISA THOYYIBAH 06 0406 035

Medan, 22 Desember 2010

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 1963 0716199802 1001 Devin Defriza, ST. MT

Pembimbing I

Firman Eddy, ST. MT Pembimbing II


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Annisa Thoyyibah

NIM : 06 0406 035

Judul Proyek Tugas Akhir : Medan Convention Center

Tema : Arsitektur Metafora

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing

I

Paraf Pembimbing

II

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang 4. Perbaikan

Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, 21 Desember 2010

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP: 1963 0716199802 1001

Koordinator TGA-490,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP: 1963 0716199802 1001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah menjadi sumber kekuatan selama berlangsungnya pengerjaan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini mengambil judul: Medan Convention Center. Tugas akhir ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing tugas akhir bapak Devin Defriza, ST. MT dan kepada bapak

Firman Eddy, ST. MT sebagai pembimbing tugas akhir, atas kesediaannya

membimbing, motivasi, pengarahan, dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada:

1. Allah SWT, zat yang paling mulia, yang selalu membuka pintu rahmat dan pertolongan-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini.

2. Orang tua saya yang tercinta, Bapak Drs. H. Isman R. Nasution dan Ibu Hj. Anita Tanjung atas segala doa, dukungan, kesabaran, dan segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Ibrahim Alwie Damanik, ST atas segala dukungannya.

4. Adik-adik tersayang, Dini Fitria Annur dan Aldino G. Nasution yang selalu memberikan motivasi tiada henti.

5. Adik-adik, dr. Ahmad Ridho Damanik, Abdul Rasyid Damanik, dan Balqis Nurmauli Damanik.

6. Muharreza S. Pane dan Isfandiari Anantha yang membantu saya

dalam proses pengerjaan tugas akhir.

7. Teman - teman stambuk 2006, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, terutama kepada M. Taufik


(5)

8. Semua teman – teman Studio Tugas Akhir Semester A TA 2010 / 2011, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

9. Ir. M. Nawawiy Lubis, selaku dosen pembimbing dan penguji.

10. Ir. Vinky N. Rahman, MT, dosen tekbang yang membantu saya

dalam menyelesaikan struktur bangunan saya.

Kiranya Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuankhususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, 22 Desember 2010 Hormat saya,

Annisa Thoyyibah NIM 060406035


(6)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A ).. ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

Bab I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang ... 1

I2. Maksud dan Tujuan Proyek ... 1

I.3. Perumusan Masalah dan Batasan Proyek ... 2

I.4. Metode Pendekatan ... 2

I.5. Asumsi-asumsi ... 3

I.6. Kerangka Berpikir ... 4

I.7. Sistematika Laporan ... 5

Bab II. Deskripsi Proyek II.1. Terminologi Judul ... 6

II.2. Tinjauan Proyek ... 7

II.2.1. Deskripsi Proyek ... 7

II.2.2. Lokasi... 8

II.2.2.a. Tinjauan Pemilihan Kota Medan ... 8

II.2.2.b. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 8

II.3. Tinjauan Fungsi………..20

2.3.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan………20

II.3.1.1. Segmen Pengguna……….20

II.3.1.2.Kegiatan……….21

II.3.2. Deskripsi Perilaku………22

II.3.3. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang………...23


(7)

Bab III. Elaborasi Tema

III.1. Pengertian Tema.………...43

III.2. Interpretasi Tema………...44

III.2. Keterkaitan Tema dengan Judul………..49

III.3. Studi Banding Tema Sejenis………...50

Bab IV. Analisa IV.1. Analisa Eksisting ... 56

IV.1.1. Analisa Lokasi ... 56

IV.1.2. Kondisi Eksisting Lahan ... 57

IV.1.3. Tata Guna Lahan ... 58

IV.1.4. Bulk ... 60

IV.1.5. Sarana dan Prasarana ... 62

IV.1.6. Skyline ... 63

IV.1.7. Eksisting Bangunan Sekitar Site ... 64

IV.2. Analisa Potensi dan Kondisi Site ... 65

IV.2.1. Analisa Sirkulasi ... 65

IV.2.2. Analisa Pencapaian ... 67

IV.2.3. Analisa View ... 71

IV.2.4. Analisa Vegetasi dan Matahari ... 73

IV.2.5. Analisa Kebisingan ... 74

IV.3. Analisa Bangunan ... 76

IV.3.1. Sirkulasi dan Penzoningan ... 76

IV.3.2. Analisa Teknologi ... 76

IV.3.3. Analisa Utilitas Bangunan ... 78

Bab V. Konsep Perancangan V.1. Konsep Perancangan Tapak ... 88

V.2. Konsep Entrance ... 89

V.3. Konsep Vegetasi ... 90


(8)

Bab VI. Hasil Perancangan

VI.1. Site Plan ... 92

VI.2. Ground Plan ... 93

VI.3. Denah Lantai 1 ... 94

VI.4. Denah Lantai 2 ... 95

VI.5. Tampak ... 96

VI.6. Tampak dan Potongan ... 97

VI.7. Rencana Pondasi, Pembalokan, dan Atap ... 98

VI.8. Rencana Utilitas ... 101

VI.9. Rencana Proteksi Kebakaran ... 105

VI.10. Detail Struktur ... 107

VI.11. Persfektif ... 109

VI.12. Foto Maket ... 111


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Batas-batas site Jl. Balai Kota ... 11

Gambar 2.2. Batas-batas site Jl. Adam Malik ... 14

Gambar 2.3. Batas-batas site Jl. Jawa ... 15

Gambar 2.4. Tokyo International Forum ... 33

Gambar 2.5. Interior Tokyo International Forum ... 34

Gambar 2.6. Glass Hall ... 35

Gambar 2.7. Denah Jakarta Convention Center (JCC) ... 37

Gambar 2.8. Interior JCC ... 37

Gambar 2.9. Layout Ruang Pameran JCC ... 38

Gambar 2.10. Suasana Pameran JCC ... 39

Gambar 2.11. Tiara Convention Center ... 39

Gambar 2.12. Interior Tiara Convention Center ... 40

Gambar 2.13. Denah Balai Raya ... 40

Gambar 3.1. Kawasan Museum of Fruit ... 50

Gambar 3.2. Site Plan Museum of Fruit ... 51

Gambar 3.3. Sifat buah dan bibit ditampilkan kepada Museum of Fruit ... 51

Gambar 3.4. Bentuk bibit yang disebar pada penataan massa ... 52

Gambar 3.5. Denah-denah Museum of Fruit ... 52

Gambar 3.6. Bangunan Opera Sydney ... 53

Gambar 3.7. Denah Opera Sydney ... 54

Gambar 3.8. Detail Atap Opera Sydney ... 54

Gambar 3.9. Fasad dan Denah Chapel Notre Dame Du Haut... 55


(10)

Gambar 4.2. Analisa Kondisi Sekitar Site ... 57

Gambar 4.3. Peta tata guna lahan ... 58

Gambar 4.4. Massa Bangunan Potensial Sekitar Site ... 59

Gambar 4.5. Peruntukan Lahan berdasarkan Fungsinya ... 60

Gambar 4.6. Analisa Batas Site ... 61

Gambar 4.7. Analisa Sarana dan Prasarana pada Site ... 62

Gambar 4.8. Analisa Skyline ... 63

Gambar 4.9. Skyline ... 63

Gambar 4.10. Analisa Bangunan Eksisting Sekitar Site ... 64

Gambar 4.11. Analisa Sirkulasi Sekitar Site ... 65

Gambar 4.12. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 66

Gambar 4.13. Analisa Pencapaian ke Site ... 67

Gambar 4.14. Penempatan Entrance ... 69

Gambar 4.15. Analisa View ke Luar Site ... 71

Gambar 4.16. Analisa View ke dalam Site ... 72

Gambar 4.17. Konsep View Vertikal ... 72

Gambar 4.18. Analisa Vegetasi dan Matahari ... 73

Gambar 4.19. Analisa Kebisingan ... 74

Gambar 4.20. Penanganan Kebisingan ... 75

Gambar 4.21. Sistem Akustik ... 83

Gambar 5.1. Site Plan ... 88

Gambar 5.2. Konsep Entrance pada Site ... 89

Gambar 5.3. Konsep Vegetasi ... 90

Gambar 5.4. Ulat ... 91


(11)

Gambar 5.6. Bentukan Massa Akhir ... 91

Gambar 6.1. Site Plan ... 92

Gambar 6.2. Ground Plan ... 93

Gambar 6.3. Denah Lantai 1 ... 94

Gambar 6.4. Denah Lantai 2 ... 95

Gambar 6.5. Tampak ... 96

Gambar 6.6. Tampak dan Potongan ... 97

Gambar 6.7.1 Rencana Pondasi ... 98

Gambar 6.7.2. Rencana Pembalokan ... 99

Gambar 6.7.3. Rencana Atap ... 100

Gambar 6.8.1 Rencana Elektrikal Lantai 1 ... 101

Gambar 6.8.2 Rencana Elektrikal Lantai 2 ... 102

Gambar 6.8.3 Rencana Sanitasi Lantai 1 ... 103

Gambar 6.8.4 Rencana Sanitasi Lantai 2 ... 104

Gambar 6.9.1 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 1 ... 105

Gambar 6.9.2 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 2 ... 106

Gambar 6.10.1 Detail Struktur ... 107

Gambar 6.10.2 Detail Struktur ... 108

Gambar 6.11.1 Persfektif Eksterior ... 109

Gambar 6.11.2Persfektif Interior... 110


(12)

D A F T A R T A B E L

Tabel 2.1. RUTRK Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan ... 9

Tabel 2.2. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 11

Tabel 2.3. Alternatif Lokasi ... 17

Tabel 2.4. Penilaian Alternatif Lokasi ... 18

Tabel 2.5. Analisa Kegiatan ... 30

Tabel 2.6. Karakterik Ruang ... 32

Tabel 2.7. Harga Sewa Tiara Convention Room ... 41

Tabel 2.8. Harga Sewa Meeting Room ... 42

Tabel 4.1.Kondisi Eksisting Sekitar Site ... 57

Tabel 4.2. Bangunan Eksisting Sekitar Site ... 64

Tabel 4.3. Keadaan Jalan Eksisting Sekitar Site ... 65

Tabel 4.4. Keterangan Analisa Sirkulasi Sekitar Site ... 66

Tabel 4.5. Keterangan Analisa Pencapaian ke Site ... 67

Tabel 4.6. Analisa Pencapaian Terhadap Inti Kota ... 68

Tabel 4.7. Jenis Angkutan Kota yang Melewati Site ... 69

Tabel 4.8. Keterangan Penempatan Entrance ... 70

Tabel 4.9. Keterangan Analisa View ke Luar Site ... 71

Tabel 4.10. Keterangan Vegetasi Sekitar Site ... 73

Tabel 4.11. Keterangan Analisa Kebisingan ... 74

Tabel 4.12. Deskripsi Penanganan Kebisingan ... 75

Tabel 4.13. Analisa Pondasi ... 77

Tabel 4.14. Sistem Distribusi Udara ... 81

Tabel 4.15. Pencahayaan ... 82


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Medan, sebagai salah satu kota terbesar ketiga di Indonesia, yang saat ini sedang berkembang, menjadikannya sebagai kota dengan segudang kegiatan, mulai dari yang bertaraf lokal hingga internasional. Meningkatnya kegiatan di kota Medan saat ini tidak didukung oleh penyediaan fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan tersebut, sehingga mendorong di butuhkannya sebuah sarana yang dapat menampung kegiatan-kegiatan yang bersifat konvensi tersebut.

Berangkat dari hal tersebutlah judul Medan Convention Center ini diangkat. Medan Convention Center ini sendiri bertujuan untuk menciptakan suatu wadah bagi kegiatan convention dan aktifitas lainnya yang didukung dengan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya di kota Medan. Konsep dari bangunan ini sendiri pun nantinya, akan dilakukan eksplorasi desain untuk memperoleh memperoleh alternatif-alternatif desain yang terbaik sehingga menjadikan Medan Convention Center ini dapat menampung kegiatan pertemuan dan konvensi bertaraf internasional dan menjadi salah satu landmark di kota Medan.

Diharapkan nantinya bangunan Medan Convention Center ini nantinya akan dapat memfasilitasi kegiatan yang bersifat perayaan dan berkumpul di kota Medan. Berkaitan dengan pelaku sektor ekonomi, bangunan ini nantinya menjadi sarana bersosialisasi antar pelaku bisnis untuk bertukar informasi atau mengambil kebijakan melalui konvensi.

Medan Convention Center merupakan tempat diadakannya berbagai acara. Di Medan sendiri terdapat jenis proyek yang sama dengan Medan Convention Center, seperti Tiara Convention Center, Griya Dome Convention Center dan lain-lain yang tingkat okupansinya meningkat.

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek Medan Convention Centre ini adalah:

Menciptakan sebuah fasilitas sebagai sarana untuk kegiatan-kegiatan pertemuan, pameran, perayaan hari besar,dll. Untuk meningkatkan potensi Medan khususnya


(14)

dan Provinsi Sumatera Utara umumya sebagai kota bisnis sehingga dapat meningkatkan kerjasama dengan negara lain.

I.3. PERUMUSAN MASALAH

Masalah yang timbul dalam perancangan proyek antara lain:

Bagaimana menerapkan tema dalam perencanaan dan perancangan kasus.

Bagaimana menyediakan ruang-ruang yang sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang ada dan dapat memberikan kenyamanan.

Pengaturan sirkulasi dan kenyamanan manusia dalam menikmati pertunjukan ataupun acara yang diadakan.

Penampilan & lighting yang ditampilkan harus menarik sehingga bangunan Medan Convention Center ini merupakan salah satu khasanah yang dicari orang yang menjadi trend di Kota Medan sebagai sebuah kota Metropolitan dan kota bisnis yang berskala nasional maupun internasional.

I.4. LINGKUP BAHASAN

Batasan-batasan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah Convention Center.

Lingkup pembahasan yang akan digunakan adalah:

• Merencanakan suatu fasilitas yang terintegrasi yang dapat mewadahi fasilitas-fasilitas kegiatan pertemuan dan perayaan berskala internasional di Kota Medan.

Batasan- batasan dalam merencanakan Convention Center adalah :

Fasilitas – fasilitas kegiatan pertemuan maupun bisnis yang akan direncanakan lebih spesifik adalah kegiatan konvensi.

• Dalam perencanaan mengambil suatu tema pengembangan konsep desain yang akan memberikan penampilan fisik bangunan yang unik dan menarik, sehingga dapat menjadi salah satu landmark Kota Medan, yaitu dengan memakai tema Metafora, dimana lebih menekankan emosi sebagai pertimbangan yang dominan dalam merancang suatu arsitektur.


(15)

I.5. ASUMSI-ASUMSI

Proyek pada judul ini bersifat fiktif, maka asumsi-asumsi yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan dan proses perancangan antara lain:

• Kepemilikan bangunan disumsikan sebagai milik pribadi ataupun instansi

• Kegiatan penyewaan gedung konvensi di Medan dalam kurun waktu lima tahun terakhir semakin meningkat.

• Lokasi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan memenuhi persyaratan fungsi bangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan.


(16)

1.6. KERANGKA BERPIKIR

Tujuan dan Manfaat

1. Merencanakan suatu wadah yang menyediakan fasilitas perayaan ataupun selebrasi baik formal maupun informal.

Latar Belakang

1. Kegiatan konvensi di masyarakat semakin meningkat

2. Kebutuhan lifestyle yang begitu condong ke arah kepraktisan

Judul :

Medan Convention Center Tema Perancangan : Arsitektur Ekspresionisme

Perumusan Masalah

• Bagaimana mendapatkan konsep bangunan yang menarik serta mampu menggambarkan fungsi bangunan.

• Bagaimana menyatukan fasilitas konvensi dalam suatu wadah yang membuat para penggunanya merasa betah dan tertarik.

• Masalah komunikasi dengan bangunan sehingga mudah dimengerti dan familiar oleh masyarakat awam serta mendukung penghayatannya pada aktifitas dalam bangunan.

Data Perencanaan

− Data Tapak − Studi

Literatur St di

Analisa Tapak (Analisa Fisik)

View, sirkulasi, orientasi, dll.

Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)

Pengguna, alur kegiatan, dll

Programming

Program ruang dalam dan

Konsep Perancangan

Konsep ruang luar, ruang dalam,

Desain P


(17)

1.7. SISTEMATIKA LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, perumusan masalah dan batasan , pendekatan, asumsi-asumsi , kerangka berpikir , dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang deskripsi proyek, tinjauan lokasi proyek, serta studi banding proyek sejenis, tinjauan Umum, pengertian secara umum, secara khusus, serta faktor pendukung proyek secara umum.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian, interpretasi, dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sejenis.

BAB IV ANALISIS

Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi tapak perancangan, masalah, potensi, prospek dan kondisi lingkungan, pemakai dan aktivitasnya. Juga berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, dan hubungan antar ruang.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang konsep gubahan massa, konsep struktur, serta penzoningan baik luar maupun dalam.

BAB VI GAMBAR PERANCANGAN

Berisi gambar hasil perancangan berupa foto maket maupun gambar kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek.


(18)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. TERMINOLOGI JUDUL

Judul proyek ini adalah MEDAN CONVENTION CENTER. Berikut merupakan penjelasan dari judul tersebut.

Medan adalah salah satu nama kota terbesar ke-3 di Indonesia yang

merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang berada di Pulau Sumatera. Pengertian Convention :

o Pertemuan sekelompok orang yang secara bersama-sama bertukar pikiran, pengalaman dan informasi melalui pembicaraan terbuka, saling siap untuk mendengar dan didengar serta mempelajari, mendiskusikan kemudian menyimpulkan topik-topik yang dibahas dalam pertemuan dimaksud. Kelompok ini bisa terdiri dari 10 orang atau lebih.

o Kongres, konferensi, atau konvensi merupakan suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (negarawan,usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.1

Pengertian Center :

o Centre is place for a particular activity. 2

o Pusat, sentral, bagian yang paling penting dari sebuah kegiatan atau organisasi.

(Menempatkan untuk fasilitas tertentu).

o Tempat aktivitas utama, dari kepentingan khusus yang

dikonsentrasikan.

o Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktifitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi.

Berdasarkan pengertian diatas, maka Medan Convention Center adalah suatu bangunan atau kelompok bangunan yang merupakan pusat kegiatan masyarakat kota, nasional maupun internasional, dimana dapat berupa suatu pertemuan, kongres,

1

Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 108/HM.703/MPPT-91

2


(19)

forum, pameran dan acara-acara public ceremony seperti perayaan hari besar agama, pernikahan, konser musik,dll. Dengan tujuan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas.

Medan Convention Center merupakan bangunan komersial dengan fungsi utama sebuah ruang serbaguna yang sifat pemakaiannya insidental, artinya kegiatan yang dapat diwadahi tidak secara rutin diselenggarakan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan berbagai jenis kegiatan, seperti pameran, pertemuan-pertemuan berskala besar seperti konferensi dan pertemuan-pertemuan berskala kecil seperti seminar, workshop, dan rapat perusahaan sebagai fokus utama. Selain itu, bangunan ini dapat dipergunakan untuk resepsi pernikahan, acara wisuda, kegiatan pertunjukan seperti konser musik dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Fungsi utama dilengkapi dengan fasilitas penunjang yang bersifat komersial, seperti ruang pertemuan, retail-retail dan cafe yang berfungsi mendukung keseluruhan fasilitas agar dapat menghidupkan aktifitas ketika ruang serbaguna tidak disewakan.

Kegiatan pertemuan atau conference yang akan ditampung adalah kegiatan komunikasi dalam tingkat perorangan (personal level), yang memberikan kesempatan kepada individu untuk bertukar gagasan dan pandangan.

II.2. TINJAUAN PROYEK

Tinjauan Proyek meliputi deskripsi proyek , lokasi proyek , kegiatan pemakai dan pengunjung ,dan studi banding.

II.2.1. Deskripsi Proyek

Pada proyek ini berjudul Medan Convention Center, yang merupakan Proyek dengan fungsi sebagai pusat perayaan atau selebrasi maupun pertemuan formal maupun informal.

Berdasarkan pengertian diatas, maka Medan Convention Center adalah suatu bangunan atau kelompok bangunan yang merupakan pusat aktifitas selebrasi dengan tujuan untuk melayani masyarakat


(20)

II.2.2. Lokasi

a. Tinjauan Pemilihan Kota Medan

Pemilihan lokasi kota Medan untuk Medan performing arts center:

• Medan merupakan kota menuju metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya pusat kegiatan di Sumatera Utara.

• Adanya fasilitas bandara taraf internasional sehingga menyebabkan seiringnys dikunjungi wisatawan mancanegara.

• Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan.

• Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.

b. Kriteria Pemilihan Lokasi

Sebagai sebuah bangunan publik, entertainment untuk lapisan masyarakat menengah ke atas, hal pertama yang harus dilakukan ialah memilih lokasi yang mendukung keberadaan Medan Convention center beserta fasilitas pendukungnya tersebut, yaitu :

• Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan.

• Berada tidak jauh dari pusat kota.

• Dapat dicapai dengan mudah dari berbagai tempat diseputaran kota Medan, dan transportasi menuju ke lokasi lancar.

• Lokasi dekat dengan fasilitas pendukung seperti rumah sakit, pusat pendidikan, maupun fasilitas akomodasi.

• Memiliki arus lalu lintas dan tingkat kebisingan yang rendah.

• Tidak berada pada kawasan perindustrian. .


(21)

Berdasarkan RUTRK, Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan disesuaikan menjadi 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan ( WPP ) , yaitu :

Tabel 2.1. RUTRK Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

W P P

Kecamatan Pusat

Pengembangan

Peruntukkan Wilayah

Program Kegiatan Pembangunan

A M. Belawan M. Marelan M. Labuhan

Belawan Pelabuhan,industri,

permukiman , rekreasi maritime.

Jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan dan permukiman.

B M. Deli Tanjung Mulia Perkantoran,

perdagangan,

rekreasi indoor, permukiman.

Jalan baru, jaringan air minum,pembuangan

sampah, sarana pendidikan .

C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas

Aksara Permukiman,

perdagangan , rekreasi.

Sambungan air minum,Septic tank, jalan baru, rumah permann, sarana pendidikan dan kesehatan.

D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M. Polonia

Pusat Kota CBD, pusat

pemerintahan, hutan kota, pusat pendidikan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman. Perumahan permanent,penanganan sampah, sarana pendidikan.

E M. Barat M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan

Sei Sikambing Permukiman, perkantoran, perdagangan,

konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.


(22)

WPP D

Pusat Bisnis(CBD), pusat

i h

WPP E

Perumahan, perkantoran, konservasi,

l lf

WPP A

Merupakan Kawasan Pelabuhan,

WPP B

Merupakan kawasan perkantoran

WPP C

Merupakan kawasan pemukiman

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN

Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan lokasi mengingat fungsi bangunan yang dirancang merupakan bangunan fasilitas hiburan yang bersifat publik dan berskala kota.

Berikut ini table 2.2 kriteria pemilihan lokasi :

No. Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap struktur kota Berada di kawasan sub urban yang merupakan daerah pengembangan perdagangan dan rekreasi.

Berada di dekat jalan besar.

2. Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru

kota, baik angkutan umum maupun pribadi.

3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan

fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan atau di sekitar pemukiman yang belum ada fasilitas


(23)

hiburannya.

4. Peraturan Tanah milik pemerintah atau pribadi.

Nilai lahan cukup tinggi untuk daerah komersil.

Untuk pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan rekreasi , WPP D atau WPP E

KDB bangunan 60% KLB bangunan 4-6 lantai

Alternatif 1

Lokasi : Jl. Balai Kota (Deli Plaza) Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan


(24)

Batas-batas site :

• Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Balai Kota / Jl. Putri Hijau serta area perkantoran

• Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Guru Patimpus

• Sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Tembakau Deli

• Sebelah barat berbatasan dengan sungai Deli

Jalan-jalan utama di sekitar site :

Di sekitar kawasan Deli Plaza terdapat beberapa jalan-jalan utama yang menghubungkan kawasan ini dengan daerah yang lain, diantaranya :

- Jl. Raden Saleh

Jalan ini menghubungkan kawasan ini dengan kecamatan Medan Petisah - Jl. Balai kota

Jalan ini menghubungkan kawasan ini dengan kecamatan Medan Baru - Jl. Putri Hijau

Jalan ini menghubungkan kawasan ini dengan kecamatan Medan Deli - Jl. Guru Patimpus

Jalan ini menghubungkan kawasan ini dengan kecamatan Medan Petisah - Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebar Jalan

Jl. Raden Saleh : 12 m

Jl. Balai kota : 20 m

Jl. Putri Hijau : 16 m

Jl. Guru Patimpus : 18 m

Jl. Perintis Kemerdekaan : 16 m

Peraturan Daerah

Setiap daerah mempunyai peraturan masing-masing yang harus ditaati

bersama, termasuk tentang segala hal yang berhubungan dengan bangunan. Peraturan-peraturan tersebut antara lain adalah:

 Land Use (RDTRK) = Rencana Detail Tata Ruang Kota. Yaitu peruntukan dan syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.


(25)

 GSB = Garis Sepadan Bangunan. Mengatur jarak batas bangunan dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2 x lebar jalan) + 1.

GSB pada site:

- GSB sebelah utara (Jl. Guru Patimpus): (1/2x 18m) + 1 = 10m

- GSB sebelah Timur (Jl. Putri Hijau): (1/2x 20m) + 1 = 11m

- GSB sebelah Barat (Sungai Deli): ± 15 + 2 = 17M

- GSB sebelah Selatan (Jl. Tembakau Deli): (1/2x 6m) + 1 = 4m

 BC = Building Coverage (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan, dan pemberian kenikmatan.

Jadi, KDB pada site Deli Plaza ialah 6.2 ha x 60% = 3.72 ha

 FAR = Floor Area Ratio (Koefisien Lantai Bangunan). Yaitu perbandingan luas tapak dan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat.

Alternatif 2

• Lokasi Site : Jl. H. Adam Malik

• Eksisting Site : Lahan kosong dan pemukiman penduduk

• Kecamatan : Medan Barat

• Luas Lahan : ± 42.000 m2

• Lebar Jalan :

- Jl. H. Adam Malik : 20 m

- Jl. Sei Deli : 6 m


(26)

• GSB : - Jl. H. Adam Malik : 11 m

- Jl. Sei Deli : 4 m

- Jl. Bangun : 3.5 m

• KDB : 60 %

Alternatif 3

• Lokasi Site : Jl. Jawa

• Eksisting Site : Lahan kosong dan pemukiman penduduk

• Kecamatan : Medan Perjuangan

• Luas Lahan : ± 48.000 m2

• Lebar Jalan :


(27)

- Jl. Madura : 8 m

- Jl. Timor : 8 m

- Jl. Bali : 8 m

• GSB :

- Jl. Jawa : 11 m

- Jl. Madura : 5 m

- Jl. Timor : 5 m

- Jl. Bali : 5 m


(28)

Alternatif Lokasi

Kriteria Jl. Balai Kota Jl. H. Adam Malik Jl. Jawa

Luas lahan ± 6,5 Ha ±4,2 Ha ±4,8 Ha

Tingkatan jalan Arteri primer (satu arah dan dua arah dengan median jalan)

Arteri primer (dua arah tanpa median jalan)

Arteri primer

Pencapaian ke lokasi

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, berdekatan dengan stasiun kereta api.

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, berdekatan dengan stasiun kereta api.

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi. Dekat dengan stasiun Kereta api Jangkauan terhadap struktur kota Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan Permukiman, perdagangan, rekreasi Fungsi pendukung di sekitar lokasi

Pemukiman, rumah sakit, mesjid, sekolah, perkantoran, bangunan komersil. Pemukiman, rumah sakit, mesjid, sekolah, perkantoran, bangunan komersil. Pemukiman, rumah sakit, mesjid, sekolah,


(29)

perkantoran, bangunan komersil. Fungsi eksisting Deli Super Block Lahan kosong dan

pemukiman penduduk Lahan kosong dan pemukiman penduduk Kontur pengenalan entrance Relatif datar, dikelilingi jalan arteri primer, sekunder, dan jalan lingkungan di 3 sisi, dan berbatasan langsung dengan Sungai Deli Relatif datar, dikelilingi jalan arteri primer, sekunder, dan jalan lingkungan di 4 sisinya. Pada salah satu sisi juga berbatasan dengan Sungai Deli tetapi tidak secara langsung

Relatif datar, dikelilingi jalan arteri primer, sekunder, dan jalan

lingkungan di 4 sisinya.

Penilaian Alternatif Lokasi

Kriteria Jl. Balai Kota Jl. H. Adam Malik Jl. Jawa

Jarak dari convention center yang sudah ada

++ ++ ++

Luas Lahan ++ +++ +++

Kontur ++ (berbatasan

langsung dengan sungai)

+++ +++

Kondisi Jalan +++ ++ (pada sebelah

utara, Jl. Adam Malik tidak memiliki median


(30)

jalan)

Tingkat kenyamanan +++ +++ ++

Aksesibilitas: - Kenderaan pribadi - Kenderaan Umum - Pejalan kaki

+++ +++ +++

+++ +++

+ (area pejalan kaki pada site sangat minim)

+++ + ++

Fasilitas pendukung : - Penginapan / hotel - Rumah ibadah - Rumah sakit - Pusat perbelanjaan - Pemukiman - Sarana dan prasarana (radius 500m) +++ ++ ++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ +++ +++ Kesesuaian dengan RUTRK Medan +++ +++ ++

JUMLAH 39+ 40+ 37+

Dari penilaian di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa perolehan nilai yang sangat seimbang disebabkan karena kedua tapak berada pada kecamatan yang sama yaitu Kecamatan Medan Barat. Tetapi dengan hasil akhir diatas, maka dipilihlah

Jl. H. Adam Malik sebagai tapak karena dianggap lebih layak.

Mungkin satu hal penting yang dapat dicermati, jika lokasi yang dipilih adalah Jl. Balai Kota, dengan sendirinya mengakhiri keberadaan Deli Super Block yang seyogyanya sangat berperan penting bagi pertumbuhan kota ke depannya.


(31)

Posisi Site Terhadap Kota Medan

Batas-batas site

Batas Utara : JL. H. Adam Malik Batas Timur : JL. Sei Deli & Sungai Deli Batas Selatan : JL. Bangun

Batas Barat : JL. H. Adam Malik

Batas-batas site

Batas Utara : JL. Guru Patimpus Batas Timur : JL. Balai Kota Batas Selatan : JL. Tembakau Deli Batas Barat : Sungai Deli

Batas-batas site

Batas Utara : JL. Madura Batas Timur : JL. Timor Batas Selatan : JL. Bali Batas Barat : JL. Jawa


(32)

II.3. TINJAUAN FUNGSI

II.3.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pengguna/ pelaku kegiatan pada kasus Medan international exhibition center ini dapat di kelompokkan antra lain :

- Pengunjung, terbagi atas dua bagian yaitu pengunjung yang bersifat khusus dan bersifat umum

• pengunjung bersifat umum yaitu pengunjung yang datang untuk bersifat rekreasi, tertarik menikmati pameran untuk memuaskan rasa keingin tahuannya, Kegiatannya melihat-lihat objek yang dipamerkan dan jika cocok akan membeli objek yang dipilih

• pengunjung bersifat khusus yaitu pengunjung baik domestik maupun manca negara yang mempunyai tujuan bisnis biasanya para pengusaha

- penyelenggara/penyewa yaitu orang yang mengorganisir pelaksanaan kegiatan.

- Pengelola yaitu pihak yang mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas yang di butuhkan penyelenggara

- materi dari pameran itu sendiri yaitu produk ataupun peralatan yang ditampilkan

1. Wedding ceremony

II.3.1.1 Segmen Pengguna

2. Trade fair/ exhibition/ pameran

Pameran yang diselenggarakan secara regional, nasional, dan internasional 3. Rapat asosiasi

Merupakan kegiatan rapat yang diselenggarakan oleh suatu asosiasi, seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia), IAI (Ikatan Arsitektur Indonesia)

4. Company event

Merupakan pertemuan yang dilakukan oleh perusahaan besar yang pesertanya merupakan karyawan dari perusahaan tersebut, seperti kegiatan pertemuan perusahaan Honda Motor Indonesia.

5. Program insentif

Merupkan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan perusahaan besar, pesertanya merupakan karyawan khusus atau dealer khusus dari perusahaan tersebut, yang bisa meningkatkan provit perusahaan


(33)

Merupkan kegitan yang pesertanya merupakan anggota dari organisasi internasional seperti WWF, OPEC, UNESCO

7. Konser

Merupakan kegiatan pertunjukan yang di selenggarakan oleh suatu event organiser berskala nasional hingga internasional

Adapun kegiatan di Medan exhibition center adalah

II.3.1.2 Kegiatan

A. Konvensi

Merupakan kegiatan pertemuan sekelompok orang, seperti:

- kegiatan konfrensi yang dilakukan oleh sekelompok orang seperti kelompok industri, pelaku bisnis, dan staf pemerintahan

- kegiatan seminar lokakarya dan penataran

- resepsi yaitu acara yang bersifat informal seperti acara silaturahmi, ulang tahun, dan pernikahan

- kongres merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan beberapa masalah, merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap suatu permasalahan

- workshop merupakan kegiatan pertemuan dimana kegiatan ini membahas sesuatu dan memberi pelatihan secara bersama-sama antar kelompok peserta, sehingga para peserta mendapatkan ilmu, wawasan dan keahlian seperti workshop desain dan fotografi

- kuliah umum

- panel yang yang berupa tanya jawab oleh dua atau lebih kelompok peserta

- forum, merupakan kegiatan diskusi dua arah dimana pesertanya dari bidang yang berlainan


(34)

B. Pameran

Exhibition center mempunyai kegiatan dalam hal melakukan suatu pergelaran pameran yang mana memamerkan beberapa bentuk objek contohnya :

- Pameran dagang, seperti furniture expo, pameran komputer, pameran buku, pameran otomotif.

- Pameran seni, seperti pameran lukisan, pameran foto.

- Pameran jasa, seperti pameran pendidikan, bursa tenaga kerja. Pada umumnya pameran terdiri dari beberapa bagian yaitu :

- pameran konvensi yaitu pameran yang digelar bersamaan dengan kegiatan konfrensi dalam waktu dan tempat yang sama.

- pameran umum yaitu pameran yang diselenggarakan terbuka untuk umum

- pameran khusus yaitu pameran yang memamerkan satu jenis produk

- pameran tunggal pameran yang diadakan oleh satu orang ataupun satu perusahaan kepada calon konsumen

Berdasarkan skala pelaksanaannya pameran dibagi atas :

- pameran skala internasional

- pameran skala nasional

- pameran skala regional

- pameran skala lokal

C. Pergelaran

Yaitu kegiatan berupa persembahan yang bersifat menghibur seperti pergelaran seni, drama, konser, dll

D. Kegiatan kelompok penunjang

Yaitu kelompok kegiatan yang mendukung keberlangsungan kegiatan seperti kegiatan pengelolaan, sistem manejemen/teknis bangunan, dan kegiatan lainnya yang berfungsi menghidupkan mobilitas manusia di dalam bangunan.

II.3.2 Deskripsi perilaku

Berdasarkan sifat aktifitas yang dilakukan, prilaku dari pengguna Medan internasional exhibitionm center terbagi atas 2 yaitu :

- Bersifat stastis

Perilaku pengguna bangunan lebih bersifat menetap pada satu tempat. Kebiasaan ini merupakan kegiatan yang bersifat rutinitas maupun sementara dengan intensitas waktu yang lama sebagai contoh pengelola.


(35)

- Bersifat dinamis

Pengguna bangunan cenderung bergerak dan berpindah-pindah dari satu tempat- ketenpat yang lain seperti pengunjung pameran

II.3.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Persyaratan ruang dan kriteria yang harus diprhatikan dalam merencanakan dan merancang sebuah exhibition center adalah fleksibilitas ruang pameran, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan terhadap objek yang di pamerkan, serta sirkulasi, baik sirkulasi dari pengunjung maupun sirkulasi dari kegiatan pergudangan.

Fleksibelitas ruang

Fleksibilitas ruang meksudnya kemampuan suatu ruang untuk dapat menyesuaikan diri terhadap aktivitas yang berlangsung didalamnya.kefleksibilitasan ruang ini berpengaruh terhadap potensi ruang dapat menampung item dan stan pameran.

Fleksibelnya suatu ruang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : - Pembagian ruang

Pembagian ruang yang tepat dapat membantu seberapa banyak ruangan dapat menampung kegiatan pameran. Penggunaan dinding geser pada bangunan eksebisi merupakan slah satu cara yang dapat dilakukan agar ruang pameran dapat fleksibel menampung kegiatan pameran sehingga dapat menampung kegiatan pameran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

- Pemilihan stuktur bangunan

Pemilihan struktur bangunan yang tepat dapat mempengaruhi seberapa fleksibelnya suatu bangunan. untuk kasus bangunan exibisi yang penggunaan ruangannya berbentang lebar membutuhkan suatu pemilihan struktur bentang lebar yang sesuai untuk sebuah gedung exibisi.

- Ketinggian ruang

ketinggian ruang ditentukan oleh jenis produk yang di pamerkan dan bentuk stan pameran. Dengan ruang yang tinggi kita dapat memberikan space pada

produk-produk yan memiliki ketinggian yang cukup dan menjadikan ruang lebih fleksibel dengan menerapkan desain stan yang bertingkat.


(36)

Tujuan dari perancangan pencahayaan adalah memberikan suatu lingkungan suasana lingkungan yang menyenangkan dan nyaman terhadap visual, Cahaya yang baik dapat membuat atmospehere dan mood suatu ruangan menjadi lebih efektif . Banyak pameran yang menjadi kurang menarik akibat pencahayaan yang tidak didesain sejalan dengan desain dari pameran. Menurut sumbernya cahaya dibagi atas dua bagian yaitu pencahayaanalami dan pencahayaan buatan. Cahaya buatan merupakan cahaya yang bersumber ari alam yaitu matahari, sedangkan buatan berasal dari penerangan buatan seperti lampu yang digunakan pada ruangan-ruangan dalam kondisi tertentu.

Penggunaan efek pencahayaan akan menjadi penerima yang baik dengan pengunaan peralatan spesial seperti lampu sorot (spot light) atau peralatan optical lainnya.

- Sirkulasi

Exhibition mesti memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk melihat dan memberikan kenikmatan, stimulasi, dan pengetahuan Perencanaan dan sistem sirkulasi pameran ditekankan pada pola pengaturan pencapaian, sirkulasi pengunjung dan servis bangunan.

A. Analisa kegiatan

Kelompok kegitan Pemakai Kegiatan Kebutuhan ruang

Pameran Pengunjung Mencari informasi R. informasi

Mengikuti pameran R. pameran Bertransaksi R.transaksi Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Peserta Menerima produk Loading dock

Memamerkan produk

R. pameran

Menyimpan barang R. sewa Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Ganti pakaian R. ganti

Perancang Merancang stan

pameran


(37)

Memasang dan membongkar stan

R. pameran

Menyimpan barang Gudang Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Penyelanggara Memberi informasi R. informasi Oprasional Kantor exibisi Mencatat barang

masuk dan keluar

Kantor penerimaan barang

Menyimpan barang Gudang Menyediakan

perlengkapan pameran

Loading dock

Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Wartawan Mencari informasi R. informasi Meliput kegiatan R. pameran

Wawancara R. pers

Istirahat Kantin/toilet

Teknisi Mengontrol

pencahayaan

R. kontrol

Mengontrol suara R. kontrol Menyimpan barang Gudang Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Teater Pengunjung Mencari informasi R. informasi

Membeli tiket R. tiket

Mengikuti acara R. teater /podium penonton

Istirahat Toilet /restauran


(38)

Penyelenggara Memberi informasi R. informasi Oprasional Kantor teater Mencatat barang

masuk dan keluar

Kantor penerimaan barang

Menyimpan barang Gudang Menyediakan

perlengkapan panggung

Loading dock

Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Peserta Menunggu

pergelaran

R.tunggu

Melakukan pergelaran

Panggung teater

Menyimpan barang Gudang

Berias R. hias

Ganti pakaian R. ganti

Istirahat Restauran / toilet

Ibadah Mushola

Wartawan Mencari informasi R. informasi Meliput kegiatan Teater

Wawancara R. pers

Istirahat Restauran / toilet

Teknisi Mengontrol

pencahayaan

R. kontrol

Mengontrol suara R. kontrol Menyimpan barang Gudang Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Perancang Merancang

panggung

R. kerja


(39)

membongkar panggung

Menyimpan barang Gudang Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Konvensi Pembicara Menunggu jadwal R. tunggu

Berpidato R. konfrensi

Wawancara R. pers

Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Peserta Mencari informasi R. informasi

Menunggu jadwal Lobby Mengikuti kegiatan R. konvensi Istirahat Restauran / toilet

Ibadah Mushola

Penyelenggara Memberi informasi R.informasi Menyediakan

peralatan

R. konvensi

Oprasional R. penyelenggara

Wawancara R. pers

Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Wartawan Mencari informasi R. informasi Meliput kegiatan R. konvensi

Wawancara R. pers

Istirahat Restauran / toilet

Ibadah Mushola

Teknisi Mengontrol sistem

perlengkapan

R. kontrol

Menyimpan barang Gudang Istirahat Kantin / toilet


(40)

Ibadah Mushola

Perjamuan /pertunjukan

Pengunjung Mencari informasi R. informasi

Mengikuti kegiatan R. konvensi (r. Resepsi) Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Penyelenggara Memberi informasi R. informasi

Oprasional R. penyelenggara

Menyediakan perlengkapan

R. konvensi

Menyimpan barang Gudang Istirahat Kantin / toiet

Ibadah Mushola

Peserta Menunggu

kegiatan

R. persiapan

Mengganti pakaian R. ganti

Berhias R. hias

Istirahat Restauran / toilet

Ibadah Mushola

Wartawan Meliput kegiatan R. pergelaran

Wawancara R. pers

Istirahat Restauran / toilet

Ibadah Mushola

Teknisi Mengatur sistem

peralatan

R. kontrol

Menyimpan barang R. kontrol Istirahat Kantin / toilet

Badah Mushola

Perkantoran Penyewa Informasi R. informasi


(41)

Rapat R. rapat

Istirahat Restauran / toilet Menyimpan barang Gudang

Dapur Koki Menerima dan

menyimpan bahan

Gudang

Menyediakan menu makanan

Dapur

Mengganti pakaian R. ganti

Istirahat R. istirahat / toilet

Pelayan Menerima dan

menyimpan bahan

Loading dock

Mencuci peralatan R. cuci Menyiapkan

pesanan

Dapur

Ganti pakaian R. ganti

Istirahat R. karyawan / toilet

Ibadah Mushola

Pengelola Direksi Bekerja R. kerja

Menerima tamu R. tamu

Rapat R. rapat

Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Staff Bekerja R. kerja

Menerima tamu R. tamu Menyimpan arsip Gudang arsip Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Service Teknisi m/e Merawat sistem

m/e

R. ultilitas

Menjalankan oprasional bangunan


(42)

Menyimpan alat Gudang Ganti pakaian R. ganti Istirahat Kantin / toilet

Ibadah Mushola

Karyawan Merawat bangunan Setiap ruangan Menyimpan alat Gudang / janitor Ganti pakaian R. ganti

Istirahat Kantin / r.

Karyawan / toilet

Ibadah Mushola

Pergudangan Kepala

pergudangan

Mencatat barang masuk dan keluar

Loading dock , gudang, r. Kerja Ganti pakaian R. ganti

Istirahat R. karyawan /

kantin / toilet

Ibadah Mushola

Karyawan Mengangkat dan

menjaga barang masuk dan keluar

Loading dock / gudang

Ganti baju R. ganti

Istirahat R. karyawan /

kantin / toilet

Ibadah Mushola

B. Karakteristik ruang

Ruang Karakteristik

kegiatan

Suasana Kriteria ruang yang

ingin dicapai

Entrance Aksses masuk

dalam site

Ramai, bising, dipengaruhi iklim

Pemisahan yang jelas antara akses masuk pengunjung dan servis, jelas,


(43)

menarik

Parkir Mencari tempat Bising, ramai,

banyak asap, panas

Mudah diakses, sirkulasi jelas, pemisahan antara parkir servis dan pengunjung Entrance bangunan Masuk ke dalam

bangunan

Ramai, non formal Nyaman, mudah diakses, sirkulasi jelas, pemisahan antara service dan pengunjung Lobby, fasilitas umum Menunggu, bersoasialisasi, mencari informasi

Non formal, ramai Muda h dicapai, sirkulasi jelas, nyaman

Pameran Kegiatan pameran

digunakan jika ada kegiatan, pengguna cendrung

bergrerak/dinamis

Non formal, ramai, bising Sirkulasi jelas, fleksibel dan menarik, kenyamanan, pencahayaan yang baik, keamanan Konfrensi dan rapat

Digunakan jika ada kegiatan, kegiatan konfrensi, kegiatan bersifat menetapkegiatan bersifat perjamuan, pertunjukan

Formal, ramai Akustik ruang, fleksibel, kenyamanan, sirkulasi yang baik

resatauran Makan, minum,

dapat dikunjungi oleh umum

Non formal, ramai, pergerakan dinamis

Orientasi, sirkulasi yang jelas,

nyaman, menarik, fleksibel


(44)

administrasi, digunakan setiap hari

sirkulasi yang jelas

pengelola Kegiatan

administrasi, digunakan setiap hari, pengatur kegiatan pada bangunan

Formal, tenang Nyaman,

pengolahan ruang

pergudangan Kegiatan

penyimpanan barnag, bongkar muat barang

Semi privat, bising, ramai

Keamanan, sirkulasi,

pengolahan ruang

ultilitas Kegiatan

oprasional pada bangunan, perawatan

Prifat, bising Keamanan, sirkulasi, dan paengolahan ruang

teater Digunakan jika ada

acara, kegiatan pertunjukan, cenderung menetap

Non formal, ramai, bising

Nyaman, menarik, keamanan,

sirkulasi jelas, penataan suara dan cahaya


(45)

II.3.4. Studi Banding Proyek Sejenis

Proyek Sejenis

Tokyo International Forum

Selesai dibangun : 1997

Lokasi : 5-1 Marunouchi 3-chome, Chiyoda-ku, Tokyo, 100-0005, Jepang.

Klien : Tokyo Metropolitan Government

Arsitek : Rafael Viňoly (dibantu Charles Bloomberg) Ahli struktur : Structural Design Group Co. Ltd.

Luas lahan : 21.000 m2

Luas bangunan : 7.360 m2 Luas lantai total : 40.400 m2 Panjang bangunan : 208 m Lebar bangunan : 31,7 m Tinggi bangunan : 57,5 m Berat konstruksi baja : 6.600 ton

Tokyo International Forum berlokasi di tengah kota. Di sudut dua blok, yaitu pusat hiburan dan komersial Ginza serta pusat bisnis Marunoichi. Lahan ini sebelumnya ditempati oleh bangunan Tokyo City Hall. Jadi, bangunan ini difungsikan sebagai wadah yang mampu mengakomodasikan aktivitas, baik bisnis maupun hiburan. Bangunan ini telah menjadi ikon baru di Jepang, simbol dari keajaiban perekonomian Jepang.


(46)

Bangunan ini dibangun dilatarbelakangi oleh kompetisi internasional pada tahun 1989 yang diadakan oleh Union Internationale der Architectes (UIA) dalam rangka kepentingan politik untuk memfasilitasi pertukaran informasi kebudayaan dan

internasional dalam konteks urban center. Rafael Viňoly, seorang arsitek dari New

York memenangkan kompetisi ini. Konsep awal dari bangunan ini memakai analogi kapal di tengah ombak yang berguncang. Ombak yang berguncang dia analogikan sebagai Jepang yang sering terguncang oleh gempa. Pemakaian model kapal ini dianggap mampu menahan getaran gempa layaknya sebuah kapal yang mampu menahan gelombang yang kuat.

Skalanya yang besar menggambarkan kebesaran kota Tokyo yang pembangunannya tidak luput dari kepentingan perluasan kebudayaan. Karena skalanya yang besar, Tokyo International Forum (TIF) mampu menampung 5000 orang di dalam ruang konferensinya.

TIF yang dikelilingi oleh jalur subway memudahkan akses masuk ke dalam bangunan yang meraih Commercial DuPont Benedictus Award pada tahun 1997 ini menjadi mudah.

Selain ruang konferensi, TIF dilengkapi dengan fasilitas:

• 2 teater (salah satunya terbesar di dunia)

• Lebih dari 6000 m2 area pameran

Gambar 2.5 Interior Tokyo International Forum


(47)

• Restoran

• Perpustakaan

• Ruang multimedia

• Cafe

• Galeri kesenian

• Multimedia teater

Tokyo International Forum mempunyai beberapa elemen yang menarik, diantaranya adalah:

Glass Hall

Glass hall yang sangat besar didukung oleh sistem baja tempa inovatif berbentuk lengkung yang telah melalui proses kompresi dan didukung dengan penggunaan elemen kabel baja (penahan gaya tarik) yang membentang sepanjang 225 m. Kabel baja itu digunakan sebagai pengikat dua mega kolom yang terletak di ujung-ujung sumbu memanjang dari Glass Wall yang berfungsi menopang balok utama yang mempersatukan semua rangka baja yang melengkung. Selain itu didukung pula dengan penggunaan Virendel yang berfungsi sebagai jembatan penghubung elemen bracing antara dua sisi Glass Wall.

Gambar 2.6 Glass Hall


(48)

Block Cluster

Block Cluster yang disusun oleh empat buah volume yang hampir kubikus dengan komposisi Square dari yang terkecil terletak di Utara dan terbesar di Selatan.

Hal yang paling menajubkan dari TIF adalah penggunaan kaca yang mencapai 80% dari seluruh fasade bangunan, terutama pada Glass Hall yang luas kacanya mencapai 20.000 m2 disusun atas panel – panel Laminated Heat-strengthened Glass setebal 17,5 mm yang merupakan produksi dari Asahi Glass of Japan ditopang oleh spider joint pada tiap empat panel kaca yang dirangkaikan pada rangka baja lengkung. Tinggi Glass Hall ini mencapai 60 m. Pengunaan Laminated Glass ini atas dasar pertimbangan akan keamanan yang tinggi terhadap getaran.

Jakarta Convention Center (JCC)

JCC merupakan Pusat Konvensi di ibukota yang sering dijadikan tempat diselenggarakannya kegiatan-kegiatan berskala nasional maupun internasional, seperti konferensi PBB, pertemuan negara-negara APEC, pertemuan Negara-negara GNB. Selain itu sering dijadikan tempat diselenggarakannya acara penganugerahan, pementasan seni, konser musik, dan berbagai pameran.

Beberapa fasilitas yang dimiliki JCC antara lain :

Plennary Hall dengan kapasitas 5000 kursi.

Assembly Hall seluas 3.921 m2 yang dapat dibagi menjadi tiga ruang-ruang kecil.

Dua Exhibition Halls (Hall A seluas 3.060 m2, Hall B seluas 5.850 m2).

13 Flexible Meeting Rooms dengan ukuran yang berbeda-beda.


(49)

Gambar. 2.7. Denah Jakarta Convention Center (JCC)

Jakarta Convention Center terdiri atas beberapa hall besar dengan kapasitas yang cukup besar. Plenary Hall yang berbentuk lingkaran, dapat memuat sampai dengan 5000 tempat duduk, merupakan hall utama. Konsep ruang yang fleksibel, memungkinkan fungsi Plenary Hall untuk diubah sesuai dengan kebutuhan, baik untuk kegiatan konvensi maupun pameran. Selain itu terdapat Assembly Hall dengan luas ruang 3.921m2 dapat dibagai menjadi tiga ruangan yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu terdapat dua ruang pameran besar, yaitu Exhibition Hall A dan Exhibition Hall B, dengan luas total 9.585m2, beberapa ruang pertemuan sedang maupun kecil, dan lobby utama dengan luas 5.500m2, yang dapat digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu sesuai dengan kebutuhan acara.

Keterangan :

Ruang Pameran Ruang Pertemuan

Gambar 2.8 Interior JCC


(50)

Plenary Hall dirancang sangat fleksibel, dengan kapasitas sampai dengan 5000 orang, mulai dari kegitan konferensi yang bersifat formal, sampai dengan konser musik yang hingar bingar. Dilengkapi dengan peralatan audio video yang canggih termasuk 64 kamera video, dan sistem penerjemah yang dapat mengakomodasi sampai dengan 8 bahasa. Assembly Hall dapat menampung 2500 orang untuk pertemuan dengan tempat duduk, dan 4500 orang untuk acara dengan berdiri. Ruangnya yang fleksibel memungkinkan berbagai kegiatan untuk dilakukan. Mulai dari gala dinner, ruang kelas, fashion show, launching produk, sampai malam penganugerahan.

Ruang pameran utama terdiri dari dua bagian, A dan B. Kedua ruangan dihubungkan dengan koridor sehingga memungkinkan kedua ruangan untuk dipakai secara bersama-sama. Selain itu terdapat 13 ruang-ruang pertemuan sedang dan kecil, dengan kapasitas mulai dari 20 orang sampai dengan 1000 orang.

Secara umum, penataan ruang-ruang utama tersebut diletakkan menyebar dengan orientasi utama pada lobby utama. Sirkulasi pengunjung dari lobby utama kemudian dipecah ke ruang-ruang sesuai dengan keperluannya. Hal ini memberi keuntungan jika salah satu ruang saja yang terpakai, pintu masuk tetap melalui lobby utama., sehingga sirkulasi menjadi lebih efisien. Jakarta Convention Center juga mempunyai drop off yang cukup panjang. Hal ini untuk mengakomodasi banyaknya pengunjung yang datang yang mencapai ribuan orang, dan kondisi tapak yang berada di daerah perkotaan yang padat.

Gambar 2.9 Layout Ruang Pameran JCC


(51)

Tiara Convention Center

Convention ini merupakan salah satu tempat yang paling sering dipergunakan oleh masyarakat kota Medan untuk mengadakan pertemuan, seminar, rapat, resepsi, konser musik, pameran, dan lain-lain. Tiara Convention merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh Hotel Tiara Medan.

Convention ini bertingkat tiga dengan full AC yang memiliki enam ruang pertemuan dan ballroom bebas kolom dilengkapi dengan fasilitas yang modern dan up-to-date katering untuk konvensi, konferensi, pameran, seminar dan pernikahan. Convention ini memiliki daya tamping mulai 15 orang sampai 1500 orang.

Gambar. 2.11. Tiara Convention Center Gambar 2.10 Suasana Pameran JCC


(52)

Gambar. 2.12. Interior Tiara Convention Center

Tiara Convention Center terdiri dari 5 ruangan utama, yaitu :

1. Balai Raya, merupakan ruang utama tempat berlangsungnya kegiatan antara

lain : pertemuan, resepsi, pertunjukan musik, pameran, dan lain-lain. Pada ruangan ini perletakan kursinya tidak permanen, sehingga bisa disesuaikan menurut keperluan konsumen. Ukuran ruang balai raya, 48 m x 28 m x 27 m.

Gambar. 2.13. Denah Balai Raya

2. Balai Citra, sering digunakan sebagai banquet hall, ukuran ruang 17 m x 23

m.

3. Balai Wara, ukuran ruang 9 m x 18 m.

4. Balai Duta, ukuran ruang 9,6 m x 9 m.


(53)

Paket perayaan pernikahan Rp. 95.000 / nett / paket

Minimal pemesanan 400 orang, dapatkan :

• Ruangan pengantin yang elegan

• Sebotol anggur bersoda non alcohol dan kue

• Jalan red carpet dengan ukiran es

• Mencicipi makanan untuk 10 orang

• Parkir mobil gratis untuk 10 orang Paket Residential Meeting

Dapatkan :

• Menginap di kamar superior

• Sarapan pagi

• Makan siang

• Makan malam

• 2x coffee break

• Fasilitas rapat

• Tambah Rp. 215. 000 untuk satu orang Harga sewa Convention Room

Termasuk dengan : Note pad, pulpen, whiteboard & marker, OHP, slide projector, screen, flipchart, Mini Garden, Laser Pointer dan permen.


(54)

Paket Meeting

Convention Center ini merupakan fasilitas dari hotel Tiara. Adapun fasilitas yang terdapat di hotel ini yaitu :

• Drugstore

• Beauty salon

• Business center

• Fitness dan swimming pool


(55)

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1. PENGERTIAN TEMA

Tema yang dipilih untuk kasus proyek ini adalah Arsitektur Metafora, terdiri dari dua kata yaitu Arsitektur dan Metafora. Berikut beberapa pengertiannya :

Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.3

Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni.

4

Arsitektur adalah

yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yait hingga ke level mikro yait merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.5

Metafora

Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk

menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Metafora berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang terdiri dari 2 buah kata yaitu “metha” yang berarti: setelah, melewati dan pherein yang berarti : membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan.6

Arsitektur metafora adalah perancangan bangunan yang menggunakan perumpamaan atau kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya.7

3

Encyclopaedia Britannica,

4

Vitruvius, De Arhcitectura

5

id.wikipedia.org/wiki

6

http://sukmahadi.blogspot.com/2009/07/metafora-dan-arsitektur.html

7


(56)

Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan..8

Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal.9

Menurut aristotle metafora adalah memberi nama pada sesuatu yang menjadi milik sesuatu yang lain; pemindahan dari genus menjadi spesies, atau dari spesies menjadi genus, atau dari spesies menjadi spesies atau pada dasar analogi... bahwa dari analogi terdapat empat istilah yang sangat berhubungan, yaitu yang kedua (B) menuju yang pertama (A) sebagaimana yang keempat (D) menuju yang ketiga (C), untuk itu kemudian secara metafora meletakkan D sebagai pengganti B dan B sebagai pengganti D. Aristotle juga mengatakan, ”Metafora memberi gaya, kejernihan, daya tarik dan berbeda dari yang lain: dan ini bukanlah hal yang penggunaannya bisa diajarkan oleh satu orang ke orang yang lain”.10

Jadi arsitektur metafora adalah

keteknikan bangunan bangunan yang menggunakan perumpamaan atau kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya.

III.2. INTERPRETASI TEMA

Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.

Pendekatan metafora dalam mendisain biasanya dilakukan dengan analogi. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang kita akan menggunakan analogi dari sebuah benda untuk diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk arsitektur. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. Metode ini dilakukan dengan mengambil

8

Anthony C. Antoniades, 1990, Phoetic of Architecture

9

James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese, ‘Introduction of Architecture’

10


(57)

suatu makna tertentu yang akan ‘dibawa’ oleh suatu bentuk arsitektur. Seringkali kemudian, bentuk arsitektural yang muncul melambangkan makna yang dikenakan padanya tersebut.

Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya –karya arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya cenderung mempunyai langgam Postmodern.

Ada tiga kategori dari metafora:

Intangible Metaphor (metafora abstrak)

Yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya). Rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan, misalnya: sosial, budaya, kondisi manusia. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan budaya didalamnya.

Tangible Metaphors (metafora konkrit)

Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material. Rancangan arsitektur yang mengacu kepada benda-benda nyata dan dapat dirasakan secara visual. Rancangan yang menggunakan metafora ini adalah Stasiun TGV karya Calatrava yang menerjemahkan bentuk burung terbang kedalam bangunan.

Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya)

Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar. Rancangan arsitektur yang memiliki metafora abstrak dan konkrit didalamnya. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah EX Plaza Indonesia karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi gaya kinetik mobil, kolom-kolom penyangganya sebagai ban mobil.


(58)

Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip Metafora, pada umumnya dipakai jika :

1. mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain.

2. mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.

3. mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).

Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut :

1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain.

2. Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.

3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.

4. Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.

Metafora atau kiasan pada dasarnya mirip dengan konsep analogi dalam arsitektur, yaitu menghubungkan di antara benda-benda. Tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata yang biasanya terdapat dalam metode analogi bentuk. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata senada dengan “bagaikan” atau “seperti” untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar. Charles Moore, dalam suatu pembahasan tentang hal menarik hatinya, mengemukakan bahwa ia ingin agar bangunan-bangunan menyerupai batu alam. Metafora itu dikembangkannya dalam suatu scenario singkat:

Di Pulau St. Simon, Georgia, Kondominium-kondominium dekat pantai melakukan sesuatu untuk menanggapi citra (bagai batu alam ) ini. Dalam hal ini terjadi dialog antara konteks lingkungan dengan bangunan yang dibangun. Rupanya ini adalah sebuah perkebunan Georgia tua, tapi sangat besar, di bagian dalam maupun luarnya terdiri dari sekumpulan tembok yang berwarna cerah dan meriah yang sangat


(59)

dekoratif dalam sebuah ruang interior. Batu alam adalah metafora konseptual yang mengemukakan bagaimana bangunan dapat mempunyai dua citra sekaligus. Bila dipandang dari luar, bangunan tersebut memiliki citra yang mungkin senada dengan alam sekitar. Ia dapat mempunyai citra yang berlainan di dalam bangunan. Bagaikan suatu lingkungan yang menghibur, eaterikal, dan dramatis yang cocok untuk daerah peristirahatan.

Contoh-contoh lain tentang metafora meliputi daftar provokatif definisi-definisi dan penjelasan-penjelasan tentang berbagai aspek arsitektur. Definisinya tentang arsitektur sendiri adalah suatu perumpamaan. Arsitektur bagaikan Kristal. Metafora-metafora lain yang dibahas di bukunya, In Praise of Architecture meliputi, “Obelisk adalah sebuah teka-teki”, “sumber adalah suatu suara”, “Kamar adalah suatu dunia”, “Pintu adalah suatu undangan”, “Deretan kolom adalah sebuah paduan suara”, “Rumah adalah suatu mimpi.” Hal ini dibuktikan oleh beberapa arsitek dalam merancang karyanya. Sebut saja Mario Botta, Daniel Libeskind, dan Jean Nouvel. Kalau dalam negeri kita mengenal M. Ridwan Kamil dan Adi Purnomo yang pernah menggunakan metafora dalam perancangan karya arsitekturnya.

Mario Botta dalam karyanya The Botta Berg Oase, Arosa-Switzerland menunjukkan metafora tentang tubuh dan semesta. Bangunan ini adalah sebuah spa center yang terletak di sebuah kawasan pegunungan di Switzerland. Di sekelilingnya adalah hutan pinus dan cemara. Ia membuat sedemikian rupa bangunannya sehingga terlihat seakan-akan menyatu dengan hutan pinus dan cemara di sekitarnya. Permainan material kaca dan baja, lalu diramu seperti “daun” menjadi bahasa metaforis untuk menjawab dari satu sisi manusia “costumer service”. Di tempat itu manusia seakan-akan diberi kesempatan untuk mengenali tubuhnya sendiri, menikmati teknologi dan menikmati alam pegunungan yang indah.

Pada kasus lainnya dapat kita lihat pada Jewish Museum di Berlin yang dirancang oleh Daniel Libeskind. Dalam perancangannya sang arsitek menekankan filosofi “Yang terpenting dari segala hal adalah bagaimana kau mendapatkan pengalaman dari ruang itu sendiri. Ini membuat orang untuk memunculkan segala macam intepretasi.” Libeskind menginginkan pengunjung mendapatkan pengalaman baru saat memasuki museum layaknya sebuah petualangan. Perjalanan di dalam museum dikiaskan menjadi sebuah petualangan yang mengesankan. Semua itu


(60)

ditransformasikan ke dalam konfigurasi ruangan yang berbentuk zig-zag. Ini dimaksudkan agar pengunjung tersesat dan mengalami sensai petualangan yang sama ketika bangsa Yahudi diusir dan kehilangan arah tujuan saat terjadinya peristiwa Holocaust oleh Nazi Jerman. Inovasi si Arsitek yang mendesain sirkulasi denah yang extra-ordinary mengakibatkan museum ini kehilangan tipologinya dari segi sirkulasi. Pengunjung yang datang tidak akan dapat merasakan suasana layaknya museum saat berada di dalam ruangan, akan tetapi pengunjung akan mendapatkan nuansa pengalaman baru dengan keunikan museum tersebut.

Contoh lain pada perancangan Metafora dalam arsitektur adalah New Louvre Museum di Abu Dabhi yang dirancang oleh Jean Nouvel. Ia melakukan pendekatan metafora yang mengibaratkan museum seperti ruang di dalam hutan. Secara eksterior museum ini tidak terlihat seperti hutan, akan tetapi bila masuk ke dalamnya ruang yang tercipta di dalamnya sangat puitis. Skylight yang dirancang memasukkan sinar matahari alami menembus ruangan dan memberikan kesan seperti di dalam hutan. Ini memberikan terobosan baru dalam perancangan museum. Dimana bila sebelumnya, penekanan museum lebih ditekankan pada aspek sirkulasi ataupun penataan barang yang akan di-display, Jean Nouvel membuat sebuah terobosan baru dengan menciptakan ruang yang metaforis dan puitis agar tercipta suasana yang “khusyuk” dalam menikmati kunjungan di dalam museum.

Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah digunakan M.Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah “Rumoh Aceh as a ascape hill”. Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami.

Di dalamnya juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan pintu masuk yang “menekan” perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut yang amat dalam. Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data-data tentang Tsunami. Ruangan ini terletak di bawah reflecting pool dari public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini. Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung seakan-akan berada benar-benar di dasar laut. Dengan penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya temaram dari atas yaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis


(61)

pada ruang ini. Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang menampilkan nama-nama korban Tsunami yang ditulis pada dinding yang berebntuk silinder yang menjulang ke atas. Pada puncaknya terdapat kaligrafi Allah yang berpendar dan ini ditujukan untuk menambah kesan sakral. Ini bermakna bahwa akhir perjalanan manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang dapat menghindar dari kematian.

Melalui metafora, terutama ketika dicapai dengan teknik penggantian konsep, seseorang bias mengaplikasikan pengetahuan dan interpretasi yang dimengarti untuk kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang.11

11

Antoniade, 1992

Yang ,elihat dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan pengkritisi. Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora diterapkan ke dalam bangunan dan apakah metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan metafora yang dilihat oleh pengguna

Melalui metafora, terutama ketika dia dicapai dengan teknik penggantian konsep, seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan dan interpretasi yang telah dimengerti untuk kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang (Antoniades, 1992). Yang melihat dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan pengkritisi. Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora diterapkan ke dalam bangunan dan apakah metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan metafora yang dilihat oleh pengguna. Metafora yang baik adalah yang tidak bias ditemukan oleh pengguna atau kritikus. Dalam hal ini metafora merupakan ‘rahasia kecil’ pencipta (Antoniades, 1992).

Begitulah metafora dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebuah bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan imaji tidak mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa metafora menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi.


(62)

Gambar.3.1 Kawasan Museum of Fruit

III.3. KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL

Medan Convention Center ini merupakan suatu bangunan yang merupakan pusat

kegiatan masyarakat kota, nasional maupun internasional, dimana dapat berupa suatu pertemuan, kongres, forum, pameran dan acara-acara public ceremony seperti perayaan hari besar agama, pernikahan, konser musik,dll. Dengan tujuan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas.

Tema metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Medan Convention

Center ini untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang,

mampu memberi kesan dan citra tersendiri, serta mampu menggugah persepsi dan imajinasi orang yang melihatnya. Selain agar mampu menampilkan bentuk semenarik mungkin sehingga dapat memberikan nilai estetika tersendiri terhadap kawasan sekitar.

III.4. Studi Banding Tema A. Museum of Fruit

Salah satu perancang yang menggunakan metafora sebagai konsep rancangannya adalah Itsuko Hazegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyanya yaitu Museum of Fruit yang berlokasi di Jepang tepatnya di kota Yamanshi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan material baja dan ka

Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, Museum of Fruit berada pada salah satu daerah gempa bumi

yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.

Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang berbentuk pipa. Dimensi typical adalah 40 meter dengan bentang 20 meter


(63)

Gambar.3.2 Site Plan Museum of Fruit

Gambar.3.3 Sifat-sifat buah dan bibit ditampilkan kepada Museum of Fruit

Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu: Fruit Plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan.

Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora dan bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum


(64)

buah-Gambar.3.4 Bentuk bibit yang disebar pada penataan massa bangunan

buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.

Bangunan ini menggunakan tema metafora dengan kategori combine metaphor. Bangunan Museum of Fruit menggunakan konsep penyebaran bibit dalam menerapkan idenya sekaligus juga menerapkan bentuk fisik dari tumbuhan dan buah-buahan. Bagaimana cara menerapkannya akan dijelaskan

pada subbab selanjutnya. Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat-sifat

dan bentuk dari bibit dan buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dari kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah landscape purba yang tersembunyi dalam jiwa manusia. buah-buahan tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam2 di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village”.


(65)

Gambar.3.6 Bangunan Sidney Opera Sydney

B. Sydney Opera House

Sydney Opera House berdiri di atas tanah seluas 2,2 Ha dan luas bangunan 1,8 Ha

dengan bentang bangunan 185 m x 120

m dan ketinggian atap mencapai 67 meter di atas permukaan laut.

Atap terbuat dari 2194 bagian beton precast yang masing-masing seberat 15,5 ton.

Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney

Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur

ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang terkembang. Dan ada pula yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar.

Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan pelabuhan di kawasan Benellong Point diatas teluk Sydney yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.

Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur cangkang ( shell system ) selaras dan seolah – olah seperti echo dari pelengkung jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hal ini dinding tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan lingkungan,


(66)

Gambar.3.8 Detail atap Sidney Opera

yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang sangat luas terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.

Sydney Opera House memiliki lebih dari 1000 ruang yang diantaranya adalah:

• Concert Hall, merupakan ruang utama terbesar dengan kapasitas 2679 orang

• Opera Theatre, teridir dari 1547 kursi

• Drama theatre, dengan kapasitas 544 orang

• Playhouse, Studio, reception Hall, Foyer, digunakan untuk seminar, kuliah, dengan kapasitas 398 orang

• Lima auditorium, lima studio, empat restaurant, enam bar theatre, 60 ruang ganti perpustakaan, kantor administrasi dan ruang utilitas.

Atap pada merupakan bentuk metafora dengan menerapkan system shell free form. Dimana bentuk shell yang ada tidak mengikuti pola geometri tetapi terikat secara structural yang dalam hal ini bentuk geometri tetap ada tetapi bukan merupakan factor utama.

Dalam konteks Sydney Opera House, terdapat 3 unit terpisah, semua beratap rumah siput unit yang besar bertumpuk dengan arah mencuat berlawanan mengarah ke air dan lainnya ke darat. Unit opera terbesar disediakan 2700 tempat duduk, unit sedikit lebih kecil berdampingan sejajar 1500 tempat duduk dan yang kecil agak terpisah didepan digunakan untuk restoran dan fasilitas pendukung lainnya.


(67)

Gambar.3.9 Fasad dan denah Chapel Notre Dame-Du-Haut-Ronchamp

C. Chapel Notre-Dame-Du-Haut-Ronchamp

Arsitektur Kapel Ronchamp ini cukup kontroversial, lepas dari bentukan biasa gereja dan kapel yang pernah ada, secara keseluruhan dapat diinterpretasikan sebagai tangkupan telapak tangan, kapal, merpati, bahkan topi Italia bahkan tampak seperti ibu dan anak.

Dinding – dinding kapel tidak ada yang lurus dan tegak seperti lazimnya bangunan pada umumnya tetapi semuanya merupakan komposisi dari dinding meliuk – liuk berdenah kurva. Diantara lengkungan tersebut ada tiga yang membentuk belahan silinder, digunakan untuk kapel lebih kecil, dindingnya menerus menjulang keatas membentuk menara.

Dinding sebelah barat melengkung seperti huruf J, ujung utara sangat tebal lebih dari 2 meter makin ke selatan selain makin tinggi mencuat ke atas juga semakin berkurang tebalnya. Dinding sangat tebal ini diberi jendela besar kecil disusun bebas dengan komposisi seperti pada lukisan abstrak total karya pelukis De stijl dari Belanda. Pada sisi selatan terdapat semacam teras dimana dibuat semacam altar, tempat khotbah menghadap ke halaman untuk misa terbuka.


(68)

BAB IV

ANALISA

IV.1. ANALISA EKSISTING

IV.1.1. Analisa Lokasi (Posisi Site Terhadap Kota-Kawasan Lingkungan)

Lokasi proyek terletak di Kota Medan yang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara daerah pusat WPP I Sumatera. Berada pada daerah pengembangan pusat kota yang terletak di Kecamatan Medan Barat dengan pusat pengembangannya daerah Sei Sikambing Medan. Letak geografis kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara dan 98o35’-98o44’ bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut. Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3oC-24.4oC dan suhu maksimum antara 30.7oC-33.2oC. Lokasi berada di persimpangan Jalan H. Adam Malik yang merupakan Jalan Arteri Primer Kota, serta diapit dua jalan lain yaitu Jalan Sei Deli dan Jalan Bangun. Jalur pada kedua jalan tersebut memiliki dua jalur.


(69)

IV.1.2. Kondisi Eksisting Lahan

Gambar 56 analisa kondisi sekitar site

A. Universitas dan Perkantoran

B. Rumah Penduduk C. Perkantoran D. Rumah Penduduk

Tabel 4.1 kondisi eksisting sekitar site

Lokasi Tapak : Jln. H Adam Malik, Kecamatan Medan Barat, Kotamadya Medan, Sumatera Utara , Indonesia.

• Luas Lahan : + 4,2 Ha (+42.000 m2)

• Kontur : Datar

• KDB : 60 %

• KLB : 3-5 lantai

• Batas Tapak :

• Utara : Jl. H. Adam Malik

• Timur : Jl. Sei Deli

• Selatan : Jl. Bangun

• Barat : Jl. H. Adam Malik

• GSB:

• Jln. H. Adam Malik : 11 meter

• Jln. Sei Deli : 4 meter

• Jln. Bangun : 4 meter

A

C

D


(70)

IV.1.3. Tata Guna Lahan Peruntukan lahan.

Di dalam RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan), lokasi yang berada di daerah persimpangan Jalan H. Adam Malik, Kecamatan Medan Barat, masuk kedalam WPP D (Wilayah Pengembangan Pembangunan D) dengan Sei Sikambing sebagai pusat pengembangan. Sebagai kawasan pusat kota, lokasi ini sangat potensial untuk dibangunnya bangunan yang bersifat rekreatif dan hiburan.

Peta tata Guna Lahan dalam radius 500 meter :

Fasilitas Umum (Sekolah, Rumah Sakit) Komersial (Ruko dan Rukan)

Kantor

Pemukiman

Komersial (Restoran, Toko)

Gambar 57 peta tata guna lahan


(1)

VI.10. Detail Struktur


(2)

Gambar 6.10.2. Detail Struktur


(3)

(4)

(5)

VI.12. Foto maket


(6)

DAFTAR PUSTAKA

• D.K..Chink, Francis, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, Jakarta

De Chiara, John, Joseph & Callender, (1973), Times Saver Standard For

Building Type, Mc Graw Hill Book Company, New York.

Neufert, Ernst, (1997), Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi, PT. Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst, (1997), Data Arsitek Jilid II Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi, PT. Erlangga, Jakarta.

• Medan Dalam Angka, 2006

Laporan Tugas Akhir : Gedung Pertunjukan Seni di Medan, Fakultas Teknik, Arsitektur USU, Medan 2005.

Laporan Tugas Akhir : Galeri Seni Kontemporer di Medan, Fakultas Teknik, Arsitektur USU, Medan 2006.

• Oxford Advanced Learner’s dictionary.

• WJS Poerwadarminta, (1976), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Akustik Lingkungan, Jakarta: Erlangga.

Quentin Picard, (2002) Architect Hand book, United Kingdom: Blackwell Science Ltd.

Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: