Medan Convention And Exhibition Center (Ekspresionisme Dalam Arsitektur)

(1)

CENTER

(EKSPRESIONISME DALAM ARSITEKTUR)

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 – TUGAS AKHIR

SEMESTER B 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

FELIX RONALD ANDREW HUTABARAT

050406031

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2 0 10


(2)

CENTER

(EKSPRESIONISME DALAM ARSITEKTUR)

Oleh

FELIX RONALD ANDREW HUTABARAT

050406031

Medan, 18 Juni 2010

Disetujui oleh,

Pembimbing I

_______________________

Ir. H. Nurlisa Ginting. Msc NIP.

19620109 198701 1 005

Pembimbing II

_______________________

Ir. H. Novrial .M.Eng NIP. 19660303 199303 1 002

Ketua Departemen Arsitektur

_______________________

Ir. Dwi Lindarto H., MT.

NIP. 19630716 199802 1 001


(3)

(SHP2A)

Nama

: FELIX RONALD ANDREW HUTABARAT

NIM

: 050406031

Judul Proyek Akhir : Medan Convention and Exhibition Center

Tema Proyek Akhir : Ekspresionisme dalam Arsitektur

Rekapitulasi Nilai

:

Nilai akhir

A

B+

B

C+

C

D

E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu

Pengumpulan

Laporan

Paraf

Pembimbing

I

Paraf

Pembimbing

II

Koordinator

TGA - 490

1 LULUS

LANGSUNG

2 LULUS

MELENGKAPI

3 PERBAIKAN

TANPA SIDANG

4 PERBAIKAN

DENGAN

SIDANG

5

TIDAK

LULUS

Medan, Juni 2009

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto H.,MT

NIP.

19630716 199802 1 001

Koordinator TGA - 490

Ir. Dwi Lindarto H.,MT

NIP.

19630716 199802 1 001


(4)

i KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur, saya panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari orang tua saya yang tercinta (Alm).Bapak Ir. Eddy Hutabarat dan Ibu Riste Simanjuntak, Bang Rico, Kak Cica & Bang Bastian, Bang Nixon, Riana Nova, Revinanda, Nikita Shah, Kover Magazine serta keluarga besar saya.

Terima kasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :

Ibu Ir. Hj. Nurlisa Ginting Msc. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

Bapak Ir. H. Novrial M.Eng. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

Bapak Ir. Vinky N Rahman .MT, Ibu Ir. Dwira N Aulia M.Sc, P.hd serta Ibu Wahyuni

Zahra .ST,Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2009/2010.

 Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.

 Teman – Teman angkatan 2005; Faisom, Gentha, Bowo, Azhar, Butet, Fika, Rudi, Dika, Ica, Irfan, Fahry, Topik, Dila,dll., teman – teman 1 Kelompok Sidang; M.Ghenta (semangat), Rima Realita, Taufik (laptop yang menyediakan sarana hiburan), Faisal Somarta (yang kamarnya “rapi”), Novi, Indra, Widya dan Zhilli, Abang – Kakak; 2002, 2003, 2004, Adik – Adik; 2007, 2008, 2009.

Kepada Bang Adi dan Mio 2223 SC yang telah raip dikampus terima kasih.

Akhir Kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juli 2010

FELIX R.A HUTABARAT


(5)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ...ii

Daftar Tabel ...vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan... 2

1.3. Masalah Perancangan ... 2

1.4. Metode Pendekatan ... 3

1.5. Lingkup dan Batasan Proyek ... 3

1.6. Kerangka Berfikir... 4

1.7. Sistematika Pembahasan ... 5

BAB II. DESKRIPSI PROYEK...6

2.1. Terminologi Judul... 6

2.2. Pengguna Bangunan ... 7

2.3. Program Kegiatan ... 8

2.3.1 Kegiatan Adsministratif ... 8

2.3.2 Kegiatan Pameran dan Pertemuan ... 9

2.3.3 Kegiatan Komersial... 10

2.3.4 Kegiatan Servis ... 10

2.4. Segmen Market... 11

2.5. Kebutuhan Ruang ... 11

2.5.1 Fasilitas Administrasi ... 11

2.5.2 Fasilitas Pameran dan Pertemuan ... 12

2.5.3 Fasiltas Komersial... 12

2.5.4 Plaza ... 13

2.5.5 Fasilitas Servis ... 13

2.6. Tinjauan Lokasi ... 14

2.6.1 Tinjauan Pemilihan Kota Medan ... 14

2.6.2 Kriteria Pemlihan Lokasi ... 15

2.6.3 Analisa Pemilihan Lokasi ... 16

2.7. Studi Banding Proyek Sejenis... 19

2.7.1 Tokyo International Forum ... 20

2.7.2 San Diego Convention Center ... 23

2.7.3 Jakarta Convention Center ... 26

2.7.4 Kuala Lumpur Convention Center……….28

2.8 Kesimpulan Studi Banding Proyek Sejenis ... 31

BAB III. ELABORASI TEMA ... 33

3.1. Alasan Pemilihan Tema ... 33 Universitas Sumatera Utara


(6)

iii

3.2. Tinjauan Umum ... 34

3.2.1 Pengertian Ekspresionis ... 34

3.2.2 Perkembangan Aliran Ekspresionsme... 35

3.2.3 Ekspresionisme secara umum... 36

3.3 Interpretasi Tema ... 39

3.4 Studi Banding Tema Sejenis... 40

3.4.1 Einsten Tower ... 41

3.4.2 Guggenheim Museum Bilbao... 42

3.4.3 Conjunctive Points Theater Complex ... 42

BAB.IV. ANALISA ... 43

4.1 Analisa Eksisting ... 43

4.1.1 Analisa Lokasi ... 44

4.1.2 Kondisi Eksisting Lahan... 45

4.1.3 Tata Guna Lahan ... 46

4.1.4 Sarana dan Prasarana... 48

4.1.5 Skyline... 49

4.2 Analisa Fungsional ... 50

4.2.1 Ruang Pameran ... 51

4.2.2 Ruang Pertemuan... 52

4.2.3 Fasilitas Komersial... 55

4.3 Analisa Kegiatan ... 60

4.3.1 Pengelompokan Kegiatan... 62

4.3.2 Pola Kegiatan... 63

4.3.3 Kapasitas Ruang... 63

4.4 Program Ruang ... 66

4.5 Analisa Tapak... 69

4.5.1 Analisa Sirkulasi... 69

4.5.2 Analisa Pencapaian ... 70

4.5.3 Analisa View... 71

4.5.4 Analisa Kebisingan ... 73

4.5.5 Analisa Matahari ... 74

4.5.6 Analisa Vegetasi ... 75

BAB V. KONSEP ... 77

5.1 Konsep Perancangan Tapak ... 77

5.1.1 Konsep Entrance ... 77

5.1.2 Zoning ... 77

5.1.3 Sirkulasi Kendaraan... 78

5.1.4 Sirkulasi Pejalan Kaki ... 78

5.15 Open Space ... 79

5. 2 Konsep Ruang Dalam... 79

5.2.1 Zoning dan Sirkulasi ... 79

5.2.2 Konsep Zoning ... 79


(7)

iv

BAB VI. LAMPIRAN ... 80

6.1 Gambar Perancangan... 80

6.1.1 Ground Plan... 80

6.1.2 Denah Lantai 2 ... 81

6.1.3 Denah Basement ... 82

6.1.4 Site Plan ... 83

6.1.5 Tampak Depan & Potongan ... 84

6.1.6 Tampak Samping & Potongan... 85

6.1.7 Rencana Pondasi ... 86

6.1.8 Rencana Pembalokan lantai 2... 87

6.1.9 Rencana Pembalokan Basement ... 88

6.1.10 Rencana Atap ... 89

6.1.11 Rencana Elektrical & Ac ... 90

6.1.12 Rencana Kebakaran & Sanitasi... 91

6.1.13 Detail... 92

6.1.14 Detail & Interior ... 93

6.1.15 Perspektif... 94

6.2 Maket... 95

6.3 Ilustrasi 3 Dimensi ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan ... 14

Tabel 2.2 Penilaian Alternatif Lokasi... 18

Tabel 3.1 Karakteristik Ekspresionisme Melalui Karya... 37

Tabel 4.1 Pengelompokan Kegiatan... 60

Tabel 4.2 Kapasitas Gedung Konvensi di Medan... 65

Tabel 4.3 Program Ruang... 66

Tabel 4.4 Analisa Pencapaian Terhadap Inti Kota ... 72


(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir... 4

Gambar 2.1 Peta Pembagian Wilayah Medan... 15

Gambar 2.2 Peta Alternatif Lokasi ... 16

Gambar 2.3 Peta Alternatif Lokasi ... 17

Gambar 2.4 Tokyo International Forum ... 18

Gambar 2.5 Interior Tokyo International Forum... 19

Gambar 2.6 Glass Hall... 21

Gambar 2.7 Block Cluster ... 22

Gambar 2.8 San Diego Convention Center ... 23

Gambar 2.9 San Diego Convention Center ... 24

Gambar 2.10 San Diego Convention Center ... 25

Gambar 2.11 Denah Jakarta Convention Center ... 26

Gambar 2.12 Interior JCC ... 27

Gambar 2.13 Layout Ruang Pameran JCC ... 27

Gambar 2.14 Suasana Pameran JCC ... 28

Gambar 3.1 Einstein Tower ... 39

Gambar 3.2 Guggenheim Museum... 40

Gambar 3.3 Guggenheim Museum... 41

Gambar 3.4 Conjunctive Points Theater Complex ... 41

Gambar 3.5 Maket Conjunctive Points Theater Complex... 42

Gambar 3.6 Potongan Conjunctive Points Theater Complex ... 42

Gambar 3.7 Denah Conjunctive Points Theater Complex... 42

Gambra 4.1 Analisa Lokasi ... 43

Gambar 4.2 Peta Kondisi Eksisting Lahan ... 44

Gambar 4.3 Batas-Batas Lahan ... 45

Gambar 4.4 Peta Tata Guna Lahan Radius 600m ... 46

Gambar 4.5 Sarana dan Prasarana Sekitar Lokasi ... 47

Gambar 4.6 Potongan Skyline A... 48

Gambar 4.7 Potongan Skyline B... 49

Gambar 4.8 Layout Pameran Dagang ... 50

Gambar 4.9 Layout Pameran Dagang Dengan Menggunakan Dinding Panel... 51

Gambar 4.10 Sistem Pencahayaan Menggunakan Pencahayaan Tidak Langsung dan Spotlight .... 51

Gambar 4.11 Pameran Seni Dengan Layout Barang Pamer Yang Menggunakan Dinding Panel dan Meja Display 52 Gambar 4.12 Sistem Pencahayaan Menggunakan Pencahayaan Tidak Langsung dan Spotlight .... 52

Gambar 4.13 Bursa Tenaga Kerja ... 53

Gambar 4.14 Dinding Partisi Sebagai Pemisah Ruang... 53

Gambar 4.15 Ukuran dan Contoh Panggung ... 54

Gambar 4.16 Ruang Ganti ... 55

Gambar 4.17 Pola Theater dan Pola Inverted Classroom... 56

Gambar 4.18 Pola Perpendicular dan Pola Classroom ... 56 Universitas Sumatera Utara


(9)

vi

Gambar 4.19 Pola Central Conference Tables... 57

Gambar 4.20 Pola Square and Inclined Groupings (U-Shape) ... 57

Gambar 4.21 Ukuran Standar Manusia Ketika Duduk... 57

Gambar 4.22 Layout Display dan Window Display... 58

Gambar 2.23 Layout Perabot Cafe dan Restauran ... 58

Gambar 4.24 Pola Kegiatan Pengunjung ... 60

Gambar 4.25 Pola Kegiatan Penyelenggara dan Peserta Pameran ... 61

Gambar 4.26 Pola Kegiatan Pengelola... 62

Gambar 4.27 Pola Kegiatan Servis... 64

Gambar 4.28 Analisa Sirkulasi... 66

Gambar 4.29 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki... 67

Gambar 4.30 Analisa Pencapaian ... 68

Gambar 4.31 Analisa Penempatan Entrance ... 70

Gambar 4.32 Analisa View ke Luar ... 71

Gambar 4.33 Analisa View ke Dalam ... 72

Gambar 4.34 Analisa Kebisingan ... 73

Gambar 4.35 Analisa Matahari ... 74

Gambar 4.36 Analisa Vegetasi ... 75

Gambar 5.1 Konsep Entrance ... 77

Gambar 5.2 Zoning ... 77

Gambar 5.3 Sirkulasi Kendaraan... 78

Gambar 5.4 Sirkulasi Pejalan Kaki ... 78

Gambar 5.5 Open Space ... 79

Gambar 6.1 Ground Plan ... 80

Gambar 6.2 Denah Lantai 2... 81

Gambar 6.3 Denah Basement ... 82

Gambar 6.4 Site Plan... 83

Gambar 6.5 Tampak Depan, Belakang & Potongan ... 84

Gambar 6.6 Tampak Samping & Potongan ... 85

Gambar 6.7 Rencana Pondasi... 86

Gambar 6.10 Rencana Pembalokan Lantai 2... 87

Gambar 6.11 Rencana Pembalokan Basement ... 88

Gambar 6.12 Rencana Atap ... 89

Gambar 6.13 Rencana Electrical dan AC ... 90

Gambar 6.14 Rencana Kebakaran dan Sanitasi ... 91

Gambar 6.15 Detail ... 92

Gambar 6.16 Detail & Perspektif Interior ... 93

Gambar 6.17 Maket ... 94

Gambar 6.18 Ilustrasi 3 Dimensi... 95


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kota Medan merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia, dan selanjutnya Indonesia merupakan bagian dari sistem dunia. Seberapapun besarnya peranan Kota Medan di dalam wilayah itu perlu diketahui sebagai dasar untuk menyiapkan tujuan dan sasaran pengembangan daerah serta langkah-langkah untuk mencapainya.

Berkembangnya wilayah-wilayah kerjasama ekonomi di berbagai belahan dunia, termasuk ASEAN diperkirakan akan menumbuhkan iklim persaingan antar wilayah. Wilayah Provinsi Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan secara khusus yang merupakan bagian dari NKRI sangatlah perlu untuk memperhatikan aspek strategis dari adanya kerjasama ekonomi tersebut dalam upaya menumbuhkan daya saing wilayah.

Kota Medan Tumbuh pada masa Kolonial Belanda pada akhir abad kesembilan belas, pada masa itu perdagangan di kota Medan sangat kuat. Dengan dibuatnya lapangan Esplanade pada masa itu (sekarang lapangan Merdeka) pembangunan kota Medan sudah mulai nampak, sehingga kota Medan berkembang menjadi kota perdagangan. Kemudian dibangunlah bagunan-bangunan yang dirancang oleh arsitek-arsitek terkenal pada masa itu. Kota medan merupakan salah satu contoh kota yang tumbuh karena adanya kekuatan perdagangan.

Ada 3 (tiga) isu internasional yang dapat menjadi entry point bagi Kota Medan untuk ikut berperan di dalamnya dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang dimilikinya. Pertama adalah kerjasama ekonomi regional Indonesia – Malaysia – Thailand Growth Triangle (IMT– GT), kedua adalah kerjasama perdagangan internasional dalam skala AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, dan ketiga adalah kerjasama dalam skala APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) tahun 2020 yang melibatkan negara-negara di benua Asia dan Amerika yang berada di sepanjang pantai Samudera Pasifik. Selain itu Kota Medan memiliki letak geografis yang cukup strategis karena lokasinya berdekatan dengan wilayah kerjasama ekonomi regional IMT-GT (Malaysia-Indonesia-Thailand).

Kota Medan merupakan pusat pemerintahan, industri, perdagangan, bahkan sebagai pusat bisnis di Sumatera Utara. Sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik, Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Utara memiliki tingkat pertumbuhan sekitar 2.33 % per tahun dan pertumbuhan ekonomi sekitar 14.7 % pertahun. Tentu semua ini berpengaruh terhadap

perkembangan sektor perdagangan, industri, hiburan, dan pendidikan.


(11)

2 Dari kecenderungan di atas, Kota Medan memiliki potensi yang kuat untuk menyelenggarakan konvensi dan eksibisi yang berskala nasional bahkan berskala internasional karena kota Medan merupakan salah satu kota yang tergabung dalam kerjasama-kerjasama ekonomi yang telah disebutkan diatas. Meskipun begitu Kota Medan memiliki keterbatasan untuk meningkatkan pembangunan bangunan-bangunan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan untuk masyarakat Kota Medan maupun kegiatan yang berskala internasional seperti pertemuan dalam negeri maupun luar negeri, eksibisi, pengadaan perayaan hari besar agama dan kebangsaan, pernikahan, pertunjukan musik, dan lain-lain.

Dengan direncanakannya pembangunan Medan Convention and Exhibition Center yang berskala internasional, maka akan memberikan kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan sarana kebutuhan masyarakat serta kinerja perekonomian kita dengan negara lain. Pembangunan Medan Convention and Exhibition Center ini akan sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Medan dan sekitarnya akan adanya bangunan yang serbaguna. Dan karena bangunan ini bertaraf internasional, maka akan sangat terbuka dalam memenuhi kebutuhan akan bangunan untuk kegiatan yang berskala internasional. Dengan demikian, hal ini juga akan menambah kepercayaan internasional untuk datang ke Kota Medan, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap peningkatan investasi ke Sumatera Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun Maksud dan Tujuan yang akan dicapai pada proyek ini yaitu :

Menciptakan sebuah fasilitas sebagai sarana untuk kegiatan-kegiatan pertemuan, pameran, perayaan hari besar,dll. Untuk meningkatkan potensi Medan khususnya dan Provinsi Sumatera Utara umumya sebagai kota bisnis sehingga dapat meningkatkan kerjasama dengan negara lain.

Memberikan suatu citra kota baru terhadap Kota Medan dengan adanya bangunan Medan Convention and Center yang menarik sehingga dapat mempublikasikan Kota Medan terhadap dunia Internasional.

Menciptakan suatu lapangan kerja baru bagi masyarakat Kota Medan.

1.3 MASALAH PERANCANGAN

Beberapa masalah yang dihadapi dalam perancangan Medan Convention and Exhibition Center ini adalah :

Kurang terintegrasinya fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan konvensi dan eksibisi seperti penginapan, tranportasi, dan juga pusat hiburan dan perbelanjaan.

Efisiensi parkir pada lahan yang terbatas dan padat sirkulasi kendaraan. Lahan parkir yang tersedia harus memenuhi kebutuhan.


(12)

3 Penampilan & lighting yang ditampilkan harus menarik sehingga bangunan Medan

Convention Center ini dapat menjadi landmark di Kota Medan sebagai sebuah kota Metropolitan dan kota bisnis yang berskala nasional maupun internasional.

1.4 METODE PENDEKATAN

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Medan Convention and Exhibition Center dilakukan berbagai pendekatan desain :

A. Studi Literatur

Mempelajari pemahaman mengenai pengertian dan teknis perncangan dan mencari contoh-contoh kasus sejenis.

Melakukan pencarian data yang bersifat teoritis, seperti standar dan karakteristik kasus perancangan untuk kemudian dipakai sebagai acuan dalam perancangan.

B. Studi Lapangan

Melakukan analisis terhadap kondisi dan potensi tapak. Melakukan analisis terhadap kondisi lingkungan sekitar tapak.

C. Studi Banding

Membuat analisis terhadap hasil studi banding denga cara mempelajari karakteristik dari masing-masing fasilitas segai bahan perbandingan untuk proses perancangan.

1.5 LINGKUP DAN BATASAN PROYEK

Batasan-batasan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah Convention Center.

Batasan- batasan dalam merencanakan Convention and Exhibition Center adalah :

 Fasilitas – fasilitas kegiatan bisnis yang akan direncanakan lebih spesifik adalah

kegiatan konvensi dan eksibisi.

 Dalam perencanaan mengambil suatu tema pengembangan konsep desain yang akan

memberikan penampilan fisik bangunan yang unik dan menarik, sehingga dapat menjadi sebuah landmark Kota Medan, yaitu dengan memakai tema Ekspresionisme, dimana lebih menekankan emosi sebagai pertimbangan yang dominan dalam merancang suatu arsitektur.


(13)

4

1.6 KERANGKA BERFIKIR

 

 Analisa kondisi tapak  Analisa fungsional

Judul : Medan Convention and Exhibition Center Tema : Ekspresionsme dalam Arsitektur

 Kota Medan memiliki potensi yang kuat untuk menyelenggarakan konvensi dan eksibisi yang berskala nasional bahkan berskala internasional

 Memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Medan dan sekitarnya akan adanya bangunan yang serbaguna

Judul sebagai karya ekspresi  Mendapatkan bentukan yang unik

dan mempengaruhi secara

emosional terhadap pengunjungnya.

 Kurang terintegrasinya fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan konvensi dan eksibisi seperti penginapan, tranportasi, dan juga pusat hiburan dan perbelanjaan.

 Efisiensi parkir pada lahan yang terbatas dan padat sirkulasi kendaraan. Lahan parkir yang tersedia harus memenuhi kebutuhan.

 Kajian tema  Studi banding  Fasilitas

 Studi literatur  Studi lapangan  Studi banding

 Data eksisting site

 Kondisi sekitar site

 Konsep dasar  Konsep tapak 

Konsep bangunan  Konsep utilitas

 Memberikan suatu citra kota baru

terhadap Kota Medan dengan adanya bangunan Medan Convention dan Exhibition Center yang menarik sehingga dapat mempublikasikan Kota Medan terhadap dunia Internasional.

 Menciptakan suatu lapangan kerja baru

bagi masyarakat Kota Medan.

 Menciptakan sebuah fasilitas

sebagai sarana untuk kegiatan-kegiatan pertemuan, pameran, perayaan hari besar,dll. Untuk meningkatkan potensi Medan khususnya dan Provinsi Sumatera Utara umumya sebagai kota bisnis sehingga dapat meningkatkan kerjasama dengan negara lain.

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir Sumber : Hasil Olah Data Primer


(14)

5

1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Membahas latar belakang pemilihan judul, maksud dan tujuan, masalah perancangan, metodologi pendekatan, lingkup dan batasan proyek, kerangka berfikir, dan sistematika laporan.

Bab II. Deskripsi Proyek

Berisikan tentang pembahasan mengenai terminologi judul, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

Bab III. Interpretasi dan Elaborasi Tema

Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab IV. Analisa

Menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, dan penerapan tema, serta kesimpulan.

Bab V. Konsep Perancangan

Menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.

Bab VI. Lampiran

Merupakan hasil keluaran berupa Gambar Hasil Perancangan Arsitektur dan Dokumentasi Maket.


(15)

6

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Terminologi Judul

Pengertian judul ”Medan Convention and Exhibition Center”

Medan adalah salah satu nama kota terbesar ke-3 di Indonesia yang merupakan

ibukota provinsi Sumatera Utara yang berada di Pulau Sumatera.

Pengertian Convention :

o Pertemuan sekelompok orang yang secara bersama-sama bertukar pikiran,

pengalaman dan informasi melalui pembicaraan terbuka, saling siap untuk mendengar dan didengar serta mempelajari, mendiskusikan kemudian menyimpulkan topik-topik yang dibahas dalam pertemuan dimaksud. Kelompok ini bisa terdiri dari 10 orang atau lebih.

o Kongres, konferensi, atau konvensi merupakan suatu kegiatan berupa

pertemuan sekelompok orang (negarawan,usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan

kepentingan bersama.1

Pengertian Exhibition

o Merupakan salah satu cara atau media penyebaran informasi, perkenalan

sekaligus pemasaran suatu produk, baik bentuk gagasan maupun barang.

o Suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada

hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya

dengan pariwisata.2

Pengertian Center :

o Centre is place for a particular activity. 3 (Menempatkan untuk fasilitas tertentu).

o Pusat, sentral, bagian yang paling penting dari sebuah kegiatan atau organisasi.

o Tempat aktivitas utama, dari kepentingan khusus yang dikonsentrasikan.

o Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktifitas atau fungsi terkumpul atau

terkonsentrasi.

Berdasarkan pengertian diatas, maka Medan Convention and Exhibition Center adalah suatu bangunan atau atau kelompok bangunan yang merupakan pusat aktifitas bisnis, pusat kegiatan masyarakat kota, nasional maupun internasional, dimana dapat berupa suatu pertemuan, kongres, forum, pameran dan acara-acara public ceremony seperti perayaan hari besar agama, pernikahan, konser musik,dll. Dengan tujuan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas.

  Convention and Exhibition Center merupakan bangunan komersial dengan fungsi

utama sebuah ruang serbaguna yang sifat pemakaiannya insidental, artinya kegiatan yang

1

Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 108/HM.703/MPPT-91

2

Keputusan Menparpostel RI nomor KM.108/HM.703/MPPT-91, bab 1 pasal 1c

3


(16)

7 dapat diwadahi tidak secara rutin diselenggarakan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan berbagai jenis kegiatan, seperti pameran, pertemuan-pertemuan berskala besar seperti konferensi dan pertemuan berskala kecil seperti seminar, workshop, dan rapat perusahaan sebagai fokus utama. Selain itu, bangunan ini dapat dipergunakan untuk resepsi pernikahan, acara wisuda, kegiatan pertunjukan seperti konser musik dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Fungsi utama dilengkapi dengan fasilitas penunjang yang bersifat komersial, seperti ruang pertemuan, retail-retail dan cafe yang berfungsi mendukung keseluruhan fasilitas agar dapat menghidupkan aktifitas ketika ruang serbaguna tidak disewakan.

  Kegiatan pameran yang akan ditampung adalah kegiatan public show yang

memamerkan display yang menjadi objek utama dan biasanya para exhibitor berhak atau

mengharapkan mendapatkan keuntungan dari penyelenggaraan kegiatan. Kegiatan pertemuan

atau conference yang akan ditampung adalah kegiatan komunikasi dalam tingkat perorangan

(personal level), yang memberikan kesempatan kepada individu untuk bertukar gagasan dan

pandangan.

2.2. PENGGUNA BANGUNAN

Pengguna bangunan dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Pihak penyewa tempat

Merupakan pihak-pihak yang menyewa tempat untuk menyelenggarakan suatu kegiatan, yaitu pelaksana dan peserta kegiatan.

2. Pengunjung

Merupakan pihak-pihak yang menghadiri kegiatan, tanpa harus menyewa tempat, mereka adalah pengunjung pameran, peserta workshop atau seminar, atau acara-acara yang bersifat umum. Golongan ini pun termasuk pengunjung fasilitas-fasilitas komersial.

3. Pemakai fasilitas komersial

Merupakan pihak-pihak yang menyewa fasilitas-fasilitas komersial untuk publik, seperti retail (jasa travel, jasa kurir, pengelola money changer, jasa sewa) dan pengelola cafe dan bar.

2.3. PROGRAM KEGIATAN

Secara umum, bangunan ini dikelompokkan menjadi empat jenis kegiatan, antara lain :

2.3.1Kegiatan Administratif

Kegiatan ini berkaitan dengan kebutuhan lingkup pelayanan penunjang yang cukup luas bagi penyelenggaraan kegiatan pameran dan pertemuan. Lingkup kegiatan administratif berkaitan dengan pengelolaan seluruh kegiatan dalam bangunan ini, juga sebagai pusat segala informasi bagi pengunjung. Waktu aktifitas terjadi pada saat jam kantor, yaitu pukul 08.00 - 17.00.


(17)

8

2.3.2 Kegiatan Pameran dan Pertemuan

Mengadakan berbagai jenis kegiatan pameran dan pertemuan yang merupakan inti kegiatan dari bangunan ini. Kegiatan yang dapat diakomodasi yaitu :

Kegiatan pameran, antara lain :

 Pameran dagang, seperti furniture expo, pameran komputer, pameran buku,

pameran otomotif.

 Pameran seni, seperti pameran lukisan, pameran foto.

 Pameran jasa, seperti pameran pendidikan, bursa tenaga kerja.

Terdapat dua jenis kegiatan pameran, yaitu :

Pameran terbatas

Pameran yang khusus diperuntukkan peserta pertemuan dan diadakan pada saat istirahat dan pulang pertemuan.

Pameran sepanjang hari.

Pameran ini bisa berkaitan maupun tidak dengan pertemuan yang sedang dilaksanakan. Pengunjungnya tidak hanya terdiri dari peserta pertemuan, tetapi juga masyarakat umum. Durasi kegiatan pameran ini setiap harinya lebih lama, yaitu antara pukul 08.00 - 22.00.

 

Berbagai bentuk pertemuan yang dapat ditampung antara lain :

Kongres yang merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap permasalahan yang diajukan. Ruangan harus mampu menampung peserta dalam jumlah yang besar apalagi ini bertaraf internasional. Untuk penyusunan kursinya, biasanya disusun seperti kursi-kursi teater.

Konvensi yang berskala kecil hingga besar, tingkat nasional maupun internasional. Konvensi biasanya diakhiri dengan sebuah pameran, misalnya konvensi yang membahas produk kerajinan tangan nusantara atau daerah tujuan wisata di Indonesia. Koferensi yang berupa kegiatan pertemuan dimana pembicaraan yang terjadi secara

timbal balik antara peserta dengan jumlah peserta yang banyak terutama yang berminat dengan permasalahan yang dikemukakan. Biasanya yang menjadi masalah dalam pembicaraan biasanya masalah organisasi, adanya informasi-informasi terbaru dan lain sebagainya. Biasanya meja diatur menurut pola lingkaran, setengah lingkaran, atau bahkan persegi. Kalau kegiatan koferensi menghabiskan waktu lebih dari satu hari, maka akan membutuhkan tempat yang relatif dekat dengan penginapan.

Seminar, merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas masalah serta membagi pengalaman antar peserta.


(18)

9 Workshop, merupakan kegiatan untuk membahas suatu masalah secara bersama-sama antar kelompok peserta dan melatih satu sama lain sehingga setiap peserta akan mendapat pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai hal-hal yang baru. Misalnya workshop seni lukis, workshop desain, workshop fotografi, dan lain-lain.

Simposium, merupakan kegiatan untuk diskusi untuk membahas suatu persoalan dari berbagai sudut pandang dengan melakukan interaksi tanya jawab dari seorang ahli dalam bidangnya dengan peserta yang terlibat. Diskusi ini kadangkala meminta pendapat dari seorang ahli terlebih dahulu sebelum dilempar kepada peserta, melalui diskusi ini akan didapat perbandingan pandangan paham serta titik-titik pokok dari suatu masalah. Misalnya simposium tentang kesehatan yang dihadiri oleh pakar kesehatan atau dokter-dokter se-Indonesia.

Forum, merupakan kegiatan diskusi yang menyanggah sebuah pendapat, dimana pesertanya dari bidang yang berlainan. Disini para peserta bebas untuk berpartisipasi, misalnya forum yang membahas tentang bahaya NAPZA, AIDS.

Panel yang berupa tanya jawab oleh dua atau lebih kelompok peserta, misalnya panel yang dihadiri oleh himpunan mahasiswa se-kota Bandung.

Kuliah umum, misalnya kuliah umum tentang profesi kerja bagi mahasiswa.

Pada umumnya, kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis pertemuan berdasarkan lama waktu pelaksanaannya (Lawson,1981), yaitu:

 Pertemuan setengah hari (pukul 08.00 - 12.00)

 Pertemuan seharí penuh (pukul 08.00 - 17.00)

 Pertemuan beberapa hari (setiap hari pada pukul 08.00 - 17.00)

Kegiatan ini umumnya disertai beberapa kali istirahat atau hanya satu kali istirahat pada waktu makan siang. Pada saat istirahat, peserta dapat berdiskusi dengan sesama peserta ataupun makan di ruang makan atau cafe. Waktu - waktu istirahat tersebut antara lain :

 Istirahat I pada pukul 10.00

 Istirahat II pada pukul 12.00

 Istirahat III pada pukul 14.00

Di samping kegiatan pameran dan pertemuan, terdapat kegiatan lain yang dapat diselenggarakan dalam fasilitas ini yang biasanya diadakan pada hari libur atau pada malam hari di luar aktifitas pertemuan, antara lain :

 Resepsi pernikahan dengan berbagai konsep penyelenggaraan.

 Acara wisuda mahasiswa.

 Konser musik, dan lain-lain.


(19)

10

2.3.3 Kegiatan Komersial

Kegiatan komersial berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal jasa maupun hiburan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menunjang fungsi utama sekaligus membantu pembiayaan fasilitas ini, serta menghidupkan aktifitas apabila tidak ada penyewaan gedung serbaguna. Jadwal kegiatan komersial ini ada beberapa jenis, yaitu:

 Buka setengah hari, misalnya jasa travel dan sewa, seperti agen biro perjalanan, money

changer, perusahaan sewa alat-alat pernikahan.

 Buka 12 jam, misalnya retail, cafe.

 Buka 24 jam, misalnya bussiness center.

2.3.4 Kegiatan Servis

Kegiatan ini berkaitan dengan pengelolaan, perawatan dan pengamanan terhadap keseluruhan fasilitas. Kegiatan ini merupakan servis untuk segala kegiatan dengan jadwal kerja yang dapat disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, dapat berlangsung selama 24 jam. Untuk kegiatan keamanan berlangsung selama 24 jam.

2.4 Segmen Maarket4

1. International Organization / Organisasi Internasional

Merupakan kegiatan konvensi yang dihadiri oleh para peserta yang sebagian besar atau keseluruhannya merupakan anggota dari organisasi yang bernaung di bawah organsasi internasional, seperti : PBB (UNESCO, UNICEF, ILO), OPEC, dan lain-lain.

2. Association Convention / Rapat Asosiasi

Pertemuan yang biasanya diselenggarakan oleh suatu asosiasi profesi baik tingkat nasional, regional, maupun internasional, seperti :

- Pertemuan dari Ikatan Dokter Indonesia se-Indonesia

- Pertemuan dari Ikatan Ahli Penyakit Dalam se-Asia Pasifik

- Pertemuan dari Asosiasi LNG se-dunia

3. Incentive Programme

Pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan besar. Para peserta adalah karyawan khusus atau dealer khusus dari perusahaan tersebut, yang bisa meningkatkan produktifitas perusahaan.

4. Company Event / Coorperate

Pertemuan yang umumnya berupa rapat oleh anggota direksi, seminar bagi sales, pertemuan antar sales, atau rapat divisi.

5. Trade Fair / Exhibition / Pameran

Pameran yang dapat diselenggarakan secara nasional seperti Jakarta Fair, regional seperti Asean Fair, dan yang bersifat Internasional seperti Osaka Fair, Hanoover Fair, dan Leipzig International Fair.

4


(20)

11

2.5 KEBUTUHAN RUANG 2.5.1 Fasilitas Administrasi

Fasilitas ini berfungsi sebagai ruang kerja pengelola dan pusat informasi pengunjung, terdiri dari :

1. Grand lobby yang berfungsi sebagai pusat informasi, juga dapat dipergunakan untuk pameran temporer.

2. Kantor pengelola yang bersifat open layout dengan penggunaan dinding sekat sebagai

pemisah ruang kerja dan dilengkapi dengan lobby sebagai ruang istirahat karyawan,

juga sebagai ruang penerima tamu.

3. Ruang rapat.

4. Toilet dan pantry.

2.5.2 Fasilitas Pameran dan Pertemuan

Fasilitas ini berfungsi sebagai ruang serba guna yaitu untuk pertemuan, pameran, resepsi pernikahan, dan pertunjukan. Ruangan dapat dibagi-bagi menjadi ruang-ruang lebih kecil untuk meningkatkan fleksibilitas. Material langit-langit dan dinding berdaya serap suara yang baik untuk menunjang akustik ruang. Ruang pertemuan memiliki dinding sekat yang bersifat fleksibel yang dapat disesuaikan dengan jenis dan kapasitas pertemuan yang diadakan. Ruang ini memiliki perlengkapan standar seperti meja, kursi, infokus, layar, papan tulis dan lain-lain yang disusun sesuai dengan kebutuhan.

Fasilitas ini memerlukan ruang pendukung berupa :

- Ruang penyelenggara acara / panitia

- Pantry persiapan untuk mempersiapkan makanan

- Gudang yang berfungsi untuk menyimpan meja, kursi, peralatan hall seperti lampu,

signage, display item, audiovisual aid equipment, extra stand, dan lain-lain.

- Ruang kontrol untuk mengontrol pencahayaan dan tata suara ruang

- Ruang untuk menyimpan partisi

- Panggung dan Ruang Persiapan (Green Area)

- Ruang penyimpanan peralatan panggung

- Ruang tunggu VIP

- Ruang Pers

2.5.3 Fasilitas Komersial

Fasilitas ini disediakan untuk menjaga agar aktifitas dalam bangunan tetap berlangsung karena fasilitas pameran dan pertemuan hanya digunakan pada waktu – waktu tertentu saja.

Fasilitas ini direncanakan tidak hanya melayani kebutuhan intern bangunan saja tapi terbuka

untuk umum. Fasilitas ini terdiri dari retail-retail jasa pelayanan, cafe dan bar.


(21)

12

2.5.4 Plaza

  Plaza merupakan ruang terbuka sebagai ruang transisi dari jalan raya menuju

bangunan utama. Fasilitas ini yang dapat dipergunakan sebagai tempat diselenggarakannya

pertemuan atau pameran dengan konsep outdoor dengan tetap memperhatikan kenyamanan

pengunjung. Jenis pertemuan yang dapat diselenggarakan di tempat ini adalah pertemuan yang memiliki karakteristik informal, tidak bermasalah dengan pencahayaan dan penghawaan alami serta tidak membutuhkan ruang kedap suara. Penyelenggaran pertemuan hanya dengan penggunaan panggung dan pengaturan letak kursi. Jenis pameran yang diselenggarakan

secara outdoor adalah pameran yang tidak memiliki masalah dengan pengaruh udara luar,

misalnya pameran produk yang tahan dengan cuaca panas, angin, debu dan lain-lain.

2.5.5 Fasilitas Servis

Fasilitas servis berfungsi sebagai pendukung bangunan utama dan menjadi sangat penting pada saat sebuah kegiatan akan diselenggarakan, yaitu pada waktu persiapan, waktu penyelenggaraan, dan waktu penutupan. Pada saat akan diselenggarakan sebuah kegiatan, fasilitas ini sangat mungkin akan dipergunakan selama 24 jam. Ruang-ruang yang termasuk kedalam fasilitas servis antara lain area loading dock, dapur dan ruang-ruang utilitas pada setiap lantai.

2.6 TINJAUAN LOKASI

2.6.1 Tinjauan Pemilihan Kota Medan

Pemilihan lokasi kota Medan untuk Medan Convention and Exhibition Center:

 Medan merupakan kota menuju metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan

ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya pusat kegiatan di Sumatera Utara.

 Kota Medan memiliki letak geografis yang cukup strategis karena lokasinya berdekatan

dengan wilayah kerjasama ekonomi regional IMT-GT (Malaysia-Indonesia-Thailand), AFTA (Asean Free Trade Area), APEC (Asia Pacific Economic Cooperation).

 Adanya fasilitas bandara bertaraf internasional sehingga menyebabkan sering

dikunjungi wisatawan mancanegara.

 Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan.

 Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.

 

2.6.2 Kriteria Pemilihan Lokasi

Sebagai sebuah bangunan publik untuk semua lapisan masyarakat, hal pertama yang harus dilakukan ialah memilih lokasi yang mendukung keberadaan Medan Convention Center beserta fasilitas pendukungnya tersebut, yaitu :

 Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan.


(22)

13

 Dapat dicapai dengan mudah dari berbagai tempat diseputaran kota Medan, dan

transportasi menuju ke lokasi lancar.

 Dekat dengan kawasan urban dan kawasan wisata kota sebagai acuan untuk sasaran

pengunjung yang diperkirakan akan menjadi penunjang utama untuk bangunan ini.

 Tidak berada pada kawasan perindustrian

A. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Dalam pemilihan lokasi untuk Medan Convention Center perlu pula diperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan ( RUTRK ).

Penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dikelompokkan ke dalam 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu :

Tabel 2.1 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan

WPP Cakupan Kecamatan Pusat Pengembangan

Sasaran Peruntukkan

A 1. Kec. Medan Belawan 2. Kec. Medan Marelan 3. Kec. Medan Labuhan

Belawan Pelabuhan, industri, pemukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan

B Kec. Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, pemukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, dan sarana pendidikan

C 1. Kec. Medan Timur 2. Kec. Medan perjuangan 3. Kec. Medan Tembung 4. Kec. Medan Area 5. Kec. Medan Denai 6. Kec. Medan Amplas

Aksara Pemukiman, perdagangan, dan rekreasi, pembangunan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan

D 1. Kec. Medan Johor 2. Kec. Medan Kota 3. Kec. Medan Baru 4. Kec. Medan Maimoon 5. Kec. Medan Polonia

Inti Kota Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan pemukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan

E 1. Kec. Medan Barat 2. Kec. Medan Petisah 3. Kec. Medan Sunggal 4. Kec. Medan Selayang 5. Kec. Medan Tuntungan

Sei Sikambing Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan

B. Pencapaian

Untuk sebuah gedung bersifat publik yang diharapkan akan ramai dikunjungi orang, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

 Mudah diakses dari tempat-tempat penting diluar site ( bahkan akan lebih baik dapat

dicapai dengan berjalan kaki ), seperti terminal, bandara, pelabuhan, bank, dan sarana


(23)

14 public lainnya. Karena mengingat bangunan memiliki skala pelayanan internasional sehingga harus diupayakan berada di jalur transportasi utama.

 Transportasi menuju dan keluar site mudah didapat.

 Tidak di kawasan macet, karena dapat semakin menambah kekacauan pada lalu lintas.

2.6.3 Analisa Pemilihan Lokasi

         

Berdasarkan beberapa kriteria di atas maka lokasi yang dipilih untuk Medan Convention and Exhibitoin Center adalah JL.Imam Bonjol dan JL Avrost , karena lokasi-lokasi tersebut memiliki beberapa potensi yaitu:

 Berada di pusat kota

 Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site

 Berada pada kawasan pendidikan,komersil dan pariwisata.

 Memiliki akses pejalan kaki yang baik

WPP D

Pusat Bisnis(CBD), pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan

WPP E Perumahan, perkantoran, konservasi, la

WPP A

Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman

WPP B

Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan

WPP C

Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,re kreasi, dan perdagangan

Gambar 2.1 Peta Pembagian Wilayah Medan Sumber : Hasil Olah Data Primer


(24)

15

Alternatif A

Lokasi : Jl. Imam Bonjol (persimpangan dengan Jalan Palang Merah) Luas Lahan : 2 Ha

Batas- batas:

Utara : Rumah tua yang dipreservasi

Timur : Bank Universal

Selatan : Hotel Danau Toba

Barat : Bank Mandiri dan perkantoran

Posisi terhadap Struktur Ruang Kota :

 Berada pada kecamatan Medan Baru

 Berdasarkan WPP C dengan fungsi Inti Kota, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat

Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman. Rumah tua yang dipreservasi

Komplek perumahan Bank Indonesia

Kantor

Ex Bank Universal

Hotel Danau Toba Bank Sumut

Gambar 2.2 Peta Alternatif Lokasi Sumber : Hasil Olah Data Primer

Gambar 2.2 Peta alternative lokasi Sumber : Hasil Olah Data Primer


(25)

16

Alternatif B

Jl. Avrost (ex Airpot Internasional Polonia dan restaurant avia samudra) Luas Lahan : 5,4 Ha

Batas- batas :

Utara : Jalan Avrost

Timur : Kantor Pemerintahan

Selatan : jalan Boulevard

Barat : Jalan Boulevard Utama

Utara: Jalan Avrost Timur : Kantor Pemerintahan

Selatan: Jalan Boulevard

Barat: Jalan Boulevard Utama Gambar 2.3 Peta Alternative Lokasi

Sumber : Hasil Olah Data Primer


(26)

17 Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

 Berada pada kecamatan Medan Polonia

 Berdasarkan WPP D dengan fungsi kawasan pemukiman, pendidikan,rekreasi, dan

perdagangan serta komersil.

Tabel 2.2 Penilaian Alternatif Lokasi

Kriteria Lokasi

Luas lahan

Alternatif A 2 Ha (2)

Alternatif B 5,4 Ha (3) Tingkatan jalan Jalan arteri primer (3) Jalan arteri primer (3)

Pencapaian ke lokasi

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. (3)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. (3)

Jangkauan terhadap struktur kota

Berada di pusat kota dan merupakan daerah pengembangan CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman. (3)

Berada di pusat kota dan merupakan daerah pengembangan CBD, Pusat Pemerintahan,Hutan Kota, Pusat Pendidikan,pemukiman, rekreasi,dan perdagangan. (3)

Fungsi pendukung sekitar lokasi

Pertokoan, kantor, plaza, hotel, gedung pemerintahan, sarana pariwisata lainnya. (3)

Pertokoan, kantor, plaza, hotel, pemerintahan, pendidikan, sarana pariwisata lainnya. (2)

Fungsi eksisting Perkantoran dan pemukiman penduduk (2)

Lahan kosong (3)

Kontur Relatif datar (3) Relatif datar (3)

Pengenalan entrance

 Baik

 Berada di persimpangan jalan (2)

 Baik

 Berada di persimpangan jalan (2) Aksesbilitas

 Kendaraan pribadi  Kendaraan umum  Pejalan kaki

Baik (2) Baik sekali (3) Baik (2)

Baik sekali (3) Baik sekali (3) Baik (2) Kesesuaian dengan RUTRK Medan Sesuai (3) Sesuai (3)

Jumlah nilai 26 30

Peringkat 2 1

Maka berdasarkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Medan Convention and Exhibition Center adalah alternatif lokasi B yang terletak di Jalan

Avrost.


(27)

18

2.7 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS 2.7.1 Tokyo International Forum

Selesai dibangun : 1997

Lokasi : 5-1 Marunouchi 3-chome, Chiyoda-ku, Tokyo, 100-0005, Jepang.

Klien : Tokyo Metropolitan Government

Arsitek : Rafael Viňoly (dibantu Charles Bloomberg)

Ahli struktur : Structural Design Group Co. Ltd.

Luas lahan : 21.000 m2

Luas bangunan : 7.360 m2

Luas lantai total : 40.400 m2

Panjang bangunan : 208 m

Lebar bangunan : 31,7 m

Tinggi bangunan : 57,5 m

Berat konstruksi baja : 6.600 ton

Tokyo International Forum berlokasi di tengah kota. Di sudut dua blok, yaitu pusat hiburan dan komersial Ginza serta pusat bisnis Marunoichi. Lahan ini sebelumnya ditempati

oleh bangunan Tokyo City Hall. Jadi, bangunan ini difungsikan sebagai wadah yang mampu

mengakomodasikan aktivitas, baik bisnis maupun hiburan. Bangunan ini telah menjadi ikon baru di Jepang, simbol dari keajaiban perekonomian Jepang.

Bangunan ini dibangun dilatarbelakangi oleh kompetisi internasional pada tahun 1989 yang diadakan oleh Union Internationale der Architectes (UIA) dalam rangka kepentingan politik untuk memfasilitasi pertukaran informasi kebudayaan dan internasional dalam konteks urban

center. Rafael Viňoly, seorang arsitek dari New York memenangkan kompetisi ini. Konsep awal

dari bangunan ini memakai analogi kapal di tengah ombak yang berguncang. Ombak yang berguncang dia analogikan sebagai Jepang yang sering terguncang oleh gempa. Pemakaian model kapal ini dianggap mampu menahan getaran gempa layaknya sebuah kapal yang mampu menahan gelombang yang kuat.

Gambar 2.4 Tokyo International Forum Sumber : Internet


(28)

19 Skalanya yang besar menggambarkan kebesaran kota Tokyo yang pembangunannya tidak luput dari kepentingan perluasan kebudayaan. Karena skalanya yang besar, Tokyo International Forum (TIF) mampu menampung 5000 orang di dalam ruang konferensinya.

TIF yang dikelilingi oleh jalur subway memudahkan akses masuk ke dalam bangunan yang meraih Commercial DuPont Benedictus Award pada tahun 1997 ini menjadi mudah.

Selain ruang konferensi, TIF dilengkapi dengan fasilitas:

 2 teater (salah satunya terbesar di dunia)

 Lebih dari 6000 m2 area pameran

 Restoran

 Perpustakaan

 Ruang multimedia

 Cafe

 Galeri kesenian

 Multimedia teater

Gambar 2.5 Interior Tokyo International Forum Sumber : Internet


(29)

20 Tokyo International Forum mempunyai beberapa elemen yang menarik, di antaranya adalah:

Glass Hall

Glass hall yang sangat besar didukung oleh sistem baja tempa inovatif berbentuk lengkung yang telah melalui proses kompresi dan didukung dengan penggunaan elemen kabel baja (penahan gaya tarik) yang membentang sepanjang 225 m. Kabel baja itu digunakan sebagai pengikat dua mega kolom yang terletak di ujung-ujung sumbu memanjang dari Glass Wall yang berfungsi menopang balok utama yang mempersatukan semua rangka baja yang melengkung. Selain itu didukung pula dengan penggunaan Virendel yang berfungsi sebagai jembatan penghubung elemen bracing antara dua sisi Glass Wall.

Block Cluster

Block Cluster yang disusun oleh empat buah volume yang hampir kubikus dengan komposisi Square dari yang terkecil terletak di Utara dan terbesar di Selatan.

Hal yang paling menajubkan dari TIF adalah penggunaan kacayang mencapai 80% dari seluruh fasade bangunan, terutama pada Glass Hall yang luas kacanya mencapai 20.000 m2 disusun atas panel – panel Laminated Heat-strengthened Glass setebal 17,5 mm yang merupakan produksi dari Asahi Glass of Japan ditopang oleh spider joint pada tiap empat panel kaca yang dirangkaikan pada rangka baja lengkung. Tinggi Glass Hall ini mencapai 60 m.

Gambar 2.6 Glass Hall Sumber : Internet


(30)

21 Pengunaan Laminated Glass ini atas dasar pertimbangan akan keamanan yang tinggi terhadap getaran.

2.7.2 San Diego Convention Center

Lokasi : San Diego, California, Amerika Serikat Pemilik : Port of San Diego

Arsitek : Arthur Erickson Architect

San Diego Convention Center berlokasi di tepi San Diego Bay sehingga didesain dengan karakter arsitektur waterfront.

Bangunan dengan luas total

1.705.000.000 kaki persegi ini terdiri dari 250.000 kaki persegi exhibition hall pada lantai dasar, 100.000 kaki persegi meeting rooms pada mezzanine dan lantai atasnya yang terdiri dari 35 ruang konvensi dengan luas antara 1.000-40.000 kaki persegi, dan parkir bawah tanah berkapasitas 2.000 mobil.

Gambar 2.7 Block Cluster Sumber : Internet

Gambar 2.8 San Diego Convention Center


(31)

22 Dalam merancang bangunan ini sang arsitek membedakan kegiatan pemakaian bangunan menjadi dua yaitu pemakaian yang ‘aktif’ seperti tempat kedatangan, reception, dan sirkulasi, pada daerah yang menghadap kota, dan pemakaian ‘pasif’ seperti meeting rooms, lounges, dan landscapes terraces, pada bagian yang menghadap pelabuhan.

Tantangan dalam merancang lahan waterfront seluas 11,2 acre ini adalah memenuhi

kebutuhan bangunan yang massif tanpa memotong akses ke teluk dan kesadaran akan kedekatannya dengan teluk. Setiap usaha dilakukan untuk membuat bangunan serendah mungkin dengan sistem distribusi akomodasi yang bertingkat-tingkat. Akibatnya, bangunan panjang dengan vault-vault kaca ini seperti bertumpuk-tumpuk, kenudian pada satu sisi merendah kearah jalan dan ke arah teluk pada sisi lain. Vault-vault tersebut dipegang oleh struktur beton berbentuk sirip bersudut lancip, yang sebelumnya direncanakan berupa tiang pancang baja untuk lebih memberi kesan kelautan, namun diubah karena alasan dana dan ketahanan terhadap kebakaran.

Vault-vault tersebut diakhiri dengan lempeng beton persegi dengan jendela bundar yang memegang medali merah cerah di bagian tengahnya, yang merupakan salah satu aksen warna primer yang menghidupkan bangunan dengan panjang 1.100 kaki. Vault pertama pada sisi yang menghadap kota menutupi lobby dengan pintu-pintu masuk menerus yang memanjang sepanjang bangunan sejajar Harbour Drive. Jembatan untuk pedestrian yang menghubungkan bangunan dengan taman yang diusulkan dan perpanjangan sistem angkutan kota di seberang jalan.

Vault di atas daerah sirkulasi dan daerah pre-function memberikan penerangan dan

pemandangan yang bagus ke arah kota dan teluk, memberikan kelegaan bagi peserta konvensi yang hampir seharian duduk.

Gambar 2.9 San Diego Convention Center Sumber : Internet


(32)

23 Ruang-ruang ini dihubungkan oleh galeri berkubah yang besar, yang pada eksterior bangunan ditandai dengan seperempat vault miring, yang disebut ‘bubbles’. Bukaan pada galeri pada sisi teluk adalah suatu atrium yang dramatis dengan eskalator dan lingkaran dan busur beton besar yang membentuk dua dinding dan melingkari sisi teluk membentuk amphiteater.

Penggunaan kaca pada bangunan ini untuk memberikan kesan ringan, sehingga dapat

menghindarkan adanya bangunan raksasa yang tidak menarik sepanjang waterfront. Elemen

lain yang menarik adalah atap tenda (tensile roof) yang disinari di malam hari. Atap fiber berlapis Teflon ini merupakan penutup ruang terbuka yang digunakan untuk pameran khusus, konser, dan perjamuan, berkapasitas 6.000 tempat duduk. Atap miring layer yang dipegang oleh jaringan kabel pada ketinggian 30 hingga 90 kaki di atas dek ini mampu meneruskan 15% cahaya dengan beban panas minimum. Vault kaca berterali pada dua sisi ruang, yang diisi dengan bougenvillea, melindungi dek terhadap angin lepas pantai.

Bangunan yang dibangun oleh San Diego Unified Port District dan dikelola oleh kota ini seluruhnya terbuka untuk umum. Pengunjung yang tidak berkepentingan dalam suatu konvensi atau eksibisi yang sedang berlangsung pun dapat menikmati seluruh ruang publik yang ada.

2.7.3 Jakarta Convention Center (JCC)

JCC merupakan Pusat Konvensi di ibukota yang sering dijadikan tempat diselenggarakannya kegiatan-kegiatan berskala nasional maupun internasional, seperti konferensi PBB, pertemuan negara-negara APEC, pertemuan negaranegara GNB. Selain itu sering dijadikan tempat diselenggarakannya acara penganugerahan, pementasan seni, konser musik, dan berbagai pameran.

Beberapa fasilitas yang dimiliki JCC antara lain :

Gambar 2.10 San Diego Convention Center Sumber : Internet


(33)

24

Plennary Hall dengan kapasitas 5000 kursi

Assembly Hall seluas 3.921 m2 yang dapat dibagi menjadi tiga ruang-ruang kecil

 Dua Exhibition Halls (Hall A seluas 3.060 m2, Hall B seluas 5.850 m2) dengan kapasitas

8000 orang.

13 Flexible Meeting Rooms dengan ukuran yang berbeda-beda

Main Lobby seluas 5.500m2 yang bersifat multifungsi.

Jakarta Convention Center terdiri atas beberapa hall besar dengan kapasitas yang

cukup besar. Plenary Hall yang berbentuk lingkaran, dapat memuat sampai dengan 5000 tempat duduk, merupakan hall utama. Konsep ruang yang fleksibel, memungkinkan fungsi Plenary Hall untuk diubah sesuai dengan kebutuhan, baik untuk kegiatan konvensi maupun pameran. Selain itu terdapat Assembly Hall dengan luas ruang 3.921m2 dapat dibagai menjadi tiga ruangan yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu terdapat dua ruang pameran besar, yaitu Exhibition Hall A dan Exhibition Hall B, dengan luas total 9.585m2, beberapa ruang pertemuan sedang maupun kecil, dan lobby utama dengan luas 5.500m2, yang dapat digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu sesuai dengan kebutuhan acara.

Plenary Hall dirancang sangat fleksibel, dengan kapasitas sampai dengan 5000 orang, mulai Keterangan :

Ruang Pameran Ruang Pertemuan

Gambar 2.11 Denah Jakarta Convention Center Sumber : Internet


(34)

25 dari kegitan konferensi yang bersifat formal, sampai dengan konser musik yang hingar bingar. Dilengkapi dengan peralatan audio video yang canggih termasuk 64 kamera video, dan sistem penerjemah yang dapat mengakomodasi sampai dengan 8 bahasa. Assembly Hall dapat menampung 2500 orang untuk pertemuan dengan tempat duduk, dan 4500 orang untuk acara dengan berdiri. Ruangnya yang fleksibel memungkinkan berbagai kegiatan untuk dilakukan. Mulai dari gala dinner, ruang kelas, fashion show, launching produk, sampai malam penganugerahan.

Ruang pameran utama terdiri dari dua bagian, A dan B. Kedua ruangan dihubungkan dengan koridor sehingga memungkinkan kedua ruangan untuk dipakai secara bersama-sama. Selain itu terdapat 13 ruang-ruang pertemuan sedang dan kecil, dengan kapasitas mulai dari 20 orang sampai dengan 1000 orang.

Secara umum, penataan ruang-ruang utama tersebut diletakkan menyebar dengan orientasi utama pada lobby utama. Sirkulasi pengunjung dari lobby utama kemudian dipecah ke ruang-ruang sesuai dengan keperluannya. Hal ini memberi keuntungan jika salah satu ruang saja yang terpakai, pintu masuk tetap melalui lobby utama., sehingga sirkulasi menjadi lebih efisien. Jakarta Convention Center juga mempunyai drop off yang cukup panjang. Hal ini untuk mengakomodasi banyaknya pengunjung yang datang yang mencapai

ribuan orang, dan kondisi tapak yang berada di daerah perkotaan yang padat.

2.7.4 KUALA LUMPUR CONVENTION CENTER (KLCC)

Gambar 2.13 Layout Ruang Pameran JCC Sumber : Internet


(35)

26

KLCC merupakan pusat Konvensi di ibukota Malaysia yang sering sering dijadikan tempat diselenggarakannya kegiatan-kegiatan berskala nasional maupun internasional, seperti konferensi PBB, pertemuan negara-negara APEC, pertemuan negaranegara GNB. Selain itu sering dijadikan tempat diselenggarakannya acara penganugerahan, pementasan seni, konser musik, dan berbagai pameran.

Beberapa fasilitas yang dimiliki KLCC antara lain :

 Grand Ballroom seluas 2.389m dengan kapasitas 2000 kursi

 Exhibition Hall dengan kapasitas 3500 orang dengan ukuran 2.502m2 dan 2.332m2

 Conference Hall dengan kapasitas 1800orang dan terbagi tiga ruang-ruang kecil. Yang

dapat menampung 500,770,510 orang.

 Plenary Hall yang dapat menampung 3000 orang dengan 2000 orang dilantai dasar dan

1000 di balkon.

 Banquet Hall yang merupakan ruang yang di desain untuk menggunakan teknologi

pertemuan dengan kapasitas 740 orang dan 550 untuk kursi.

 Plenary Theatre dengan Auditorium Venue dapat meanmpung 500 orang diperuntukkan

untuk konvensi yang kecil.

Gambar 2.15Suasana Ruang Exhibiton Hall KLCC Sumber : Internet


(36)

27 Gambar 2.16 Suasana Grand Ballroom KLCC

Sumber : Internet


(37)

28

Gambar 2.17 Plenary Theatre Sumber : Internet

Secara umum pada KLCC mempunyai kelebihan pada fasilitas teknologi dan ruang yang cukup lengkap dengan adanya Plenary theatre. Dari segi kapasitas juga cukup memadai dengan pembagian ruang-ruang sesuai dengan kapasitas penyewa. KLCC juga terletak pada pusat kota Kuala Lumpur dekat dengan Petronas Tower dan KL tower sangat strategis karena banyak fasilitas pendukung seperti Hotel-Hotel dan Fasilitas Komersil lainnya.

2.8 Kesimpulan Studi Banding Proyek Sejenis

Fasilitas convention dan exhibition center merupakan fasilitas yang dapat menjadi ikon

dari suatu daerah, baik skala kota maupun negara. Fasilitas ini memegang peranan penting

dalam memacu roda perekonomian dari suatu negara.

Secara ruang, bangunan ini dalam skala kota harus dapat merespon tempat dia berdiri. Isu yang paling jelas dari beberapa studi kasus di atas adalah respon terhadap kebutuhan ruang publik. Ruang publik merupakan isu yang sangat penting dalam konteks urban. Hal ini juga direspon oleh desain Tokyo International Forum. Dengan keterbatasan lahan yang ada, Tokyo International Forum masih mempunyai ruang terbuka di antara dua massa bangunan utama yang digunakan sebagai ruang publik, ditanami beberapa pohon agar memberi sedikit keteduhan. Pemilihan material yang digunakan juga sangat modern. Pemilihan material-material kaca dan baja sesuai dengan tuntutan struktur yang besar, tetapi tetap terkesan ringan.

Pada San Diego Convention Center, sekali lagi dijumpai konsep pemanfaatan ruang untuk kepentingan umum, namun dengan penyelesaian yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi lahan yang berada di dekat pantai.

Secara organisasi ruang, Jakarta Convention Center, dengan beberapa ruang utama yang cukup banyak, mampu ditata dengan baik. Sirkulasi manusia dan kendaraan dapat dirancang seefisien mungkin. Dari tiap ruang menggunakan prinsip fleksibilitas, fleksibilitas Universitas Sumatera Utara


(38)

29 dalam hal luas ruang maupun fungsi yang dapat digunakan di dalamnya. Pada ruang-ruang pameran utama dapat dibagi-bagi menjadi ruang-ruang yang lebih kecil sesuai dengan jenis pameran yang diadakan. Dan pada Plenary Hall yang berbentuk lingkaran dapat digunakan baik untuk konvensi maupun pameran. Pada lantai dasar sangat open lay-out sehingga dapat diatur peruntukannya sesuai dengan acara yang berlangsung. Dengan kapasitas yang cukup besar, Plenary Hall Jakarta Convention Center dapat digunakan untuk konser musik yang membutuhkan fleksibilitas yang tinggi dengan konsentrasi orang yang sangat banyak. Fasilitas convention hall, selain dapat berfungsi dengan baik, harus mampu menciptakan ruang publik bagi masyarakat kota. Fasilitas sesuai dengan fungsinya akan membutuhkan luas yang cukup lebar, dan dengan skalanya yang cukup besar, bisa saja menggangu pemandangan kota jika tidak didesain dengan baik. Pemilihan material sangat berpengaruh dalam menimbulkan kesan ‘damai’ dengan konteks urban.

Pada Kuala Lumpur Convention Center sarana dan prasarana sudah lengkap dengan fasilitas yang memadai dan juga pembagian ruang-ruang yang di sewakan berbagai macam jenis untuk berbagai kegiatan baik pameran,konser,kinvensi dan acara hiburan lainnya.

Dari segi desain bangunan, fasilitas ini sudah jelas membutuhkan bentang yang lebar, dan bahkan bebas kolom. Sirkulasi pengunjung juga harus diatur, penempatan fungsi yang ada di dalamnya harus ditempatkan sesuai dengan alur yang diinginkan, antara area publik dan private harus dipisahkan dengan jelas, terutama untuk fasilitas konvensi yang membutuhkan konsentrasi dan orientasi ke dalam.

Pada umumnya, tempat pameran dan pertemuan berada pada lokasi yang ditunjang oleh fasilitas lain yang berhubungan dengan penyelengaraan kegiatan pameran dan pertemuan seperti hotel, museum, sarana olahraga, pusat perbelanjaan, gedung pemerintahan,fasilitas pendidikan, dan lain-lain.


(39)

30

BAB III ELABORASI TEMA

3.1 Alasan Pemilihan Tema

Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentuk dan estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberi kesan dan daya tarik, disamping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam bangunan tersebut.

Pengambilan tema Ekspresionisme dalam Arsitektur pada Medan Convention and Exhibition Center adalah untuk menampilkan bentuk bangunan yang dapat mengkomunikasikan perasaan dan emosi yang tercipta pada fungsi tersebut sehingga bentukan bangunan dapat lebih bervariasi dan memiliki daya tarik yang kuat.

3.2 Tinjauan Umum

3.2.1 Pengertian Ekspresionis

Ekspresionis berasal dari kata ekspresi. bebrapa pengertian ekspresi :

 Maksud reaksi dari interpretasi terhadap suatu objek

 Hasil perpaduan / kombinasi dari unsur, garis, bidang tekstur dan warna dari

bentuk-bentuk arsitektur yang menghasilkan suatu pengungkapan maksud dan tujuan bangunan secara meyeluruh.

 Pernyataan atau pengungkapan perasaan

Beberapa pengertian Ekspresionisme :

 Melukiskan dasar-dasar emosi paling dalam dari diri seorang seniman, sedih, marah,

takut, dsb

 Aliran yang dominan di Eropa Utara sekitar tahun 1905-1925. Dalam arsitektur,

merupakan kelanjutan dari Art Nouveau dan berlanjut setelah perang dunia kedua sebagai Brutalisme. Bangunan tidak harus fungsional tetapi menciptakan sensasi dari bentuk-bentuk abstrak.

 Aliran dalam seni pada awal abad 20 yang menekankan pada ekspresi subjektif dari

pembuatannya

 Aliran yang menyatakan perasaannya melalui gubahannya, rasa benci, rasa cinta

 Suatu gaya sekitar Perang dunia I yang sangat pribadi, dan sering dieksekusi dengan

kegairahan yang kejam


(40)

31

3.2.2 Perkembangan Aliran Ekspresionisme A. Tinjauan Umum

Perkembangan arsitektur pada awal abad 20 sangat dipengaruhi oleh keadaan dan suasan politik pada saat itu. Di Eropa terjadi suatu keadaan yang bertentangan dengan kenyataan pada saat itu. Kemandekan ekonomi yang hanya menguntungkan orang-orang kaya, rezim politik yang berkuasa dengan otoriter, suasana yang hancur-hancuran akibat perang mengakibatkan kemelaratan dan kemiskinan rakyat. Namun hal ini semua tertutupi oleh

bangunan-bangunan baroque yang megah. karya-karya sastra yang gemilang lukisan-lukisan

dan sclupture yang sama sekali tidak mengisyaratkan kebobrokan keadaan pada saat itu.

Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya reaksi dari kalangan seniman. Mereka dengan tegas menyatakan perang terhadap seni dari masa lalu: Medieval, Classical, Gothic, Art Nouveau, Romanticism, Impresionist. Berbagai penemuan baru dan inovasi teknologi pada saat itu turut mendorong munculnya usaha-usaha untuk menggantikan seni masa lalu dengan pencarian terhadap paradigma seni yang baru yang berdasarkan pada tingkah laku dan perubahan zaman.

Pendiri Deutsche Werkbund pada tahun 1907 oleh arsitek Jerman, Hermann Muthesius, memberikan kontribusi yang penting bagi konsep baru dalam desain industri, yang sebenarnya berupaya meningkatkan kualitas fabrikasi industri Jerman dengan memadukan Seni dan Industri.

Seiring dengan semangat Werkbund ini, muncul aliran-aliran baru yang berperan penting dalam usaha mendefenisikan Arsitektur Baru yang melengkapi pendekatan yang didefenisikan oleh Walter Gropius dan Bruno Taut.

Aliran-aliran tersebut diantarnya:

Cubisme, yang berkembang di Prancis pada tahun 1907

Merupakan gerakan artistik sebagai reaksi terhadap penggunaan seni bargambar oleh kaum borjuis yang mengandung maksud - maksud politik. Aliran ini meningkatkan penggunaan bentuk - bentuk abstrak yang bermaksud memurnikan seni, yang berpengaruh terhadap sclupture, seni graphis, lukisan dan arsitektur

Futurism, berkembang di Italia pada tahun 1909

Merupakan gerakan dalam sastra yang mempengaruhi kelukisan, sclupture dan arsitektur. Manifesto futuris ini secara puitis berusaha menggebrak dan melepaskan diri dari konsep-konsep statis kuno demi dinamisme yang modern

Ekspresionisme, berkembang di Jerman pada tahun 1914

Merupakan usaha penarikan diri ke minat artistik yang bersifat emosional dan sangat pribadi. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap keadaan Jerman yang hancur-hancuran akibat perang. Merupakan gerakan dalam seni lukis, seni musik, sastra dan arsitektur.

B. Sejarah


(41)

32 Bruno Taut , pencetus teori Eksprsionisme berpendapat bahwa masyarakat yang baru hanya akan dapat dicapai melalui kebangkitan kembali arsitektur dan seni bangunan yang menawarkan sintesis kebudayaan dari setiap ilmu yang terlibat didalamnya.

Visi Taut tentang reunifikasi seni dan arsitektur ini dilatar belakangi oleh Deutscher Werkbund pada tahun 1907 yang dibawah komando pendirinya Herman Muthesius, berupaya untuk mendekatkan seni di Jerman dengan industri yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas desain dan fabrikasi Jerman.

Visi Taut ini diwujudkan melalui sebuah kelompok yang disebut Arbeitsratfur Kunst (or soviet for art). Ide-ide kelompok ini diwujudkan melalui sebuah jaringan surat menyurat diantara anggota-anggotanya yang disebut Dieglaserne Kette atau Glass Chain. Diantaranya termasuk Bruno taut, Walter Gpropius dan Han Scharoun.

Arsitek lainnya seperti Hans Poelzig melalui Grosse Schauspielhaus di Berlin, 1919, dan Erich Mendelsohn melalui Einstein Tower di Postdam 1917-1921 secara tepat mewujudkan ide ini ke prakteknya.

Arsitektur ekspresionis mencapai puncaknya pada tahun 1918-1921, yaitu pada masa Jerman mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah yang merupakan akibat dari kekalahan Jerman pada perang dunia I. Pada saat itu nyaris tidak ada bangunan baru sehingga para arsitek hanya bebas menciptakan dan memabangun dalam alam khayal.

Arsitektur ekspresionis dipengaruhi oleh isu-isu pokok yaitu biomorphic, geomorphic, yang terpenting yaitu makhluk (the creatur), seperti yang terlihat pada karya Erich Mendelsohn (Einsten Tower), Gua (the Cave), seperti yang terlihat pada karya Poelzig (Grass Schauspielhaus) dan Kristal (the crystal) yang terlihat pada karya Bruno taut (Glass Pavilion).

Aliran ini perlahan mulai menghilang akibat gempuran-gempuran dari ide-ide lain yang lebih dekat dengan realita kehidupan modern. Puncak kekalahan ekspresionisme terjadi pada tahun 1928, pada Congres Internationaus d’ Architecture Moderne (CIAM) di La Sarraz, Switzerland. Salah seorang arsitek Ekspresionis Hugo Haring yang konsern terhadap bentuk non-normative mengalami kekalahan dari Le Corbusier yang pada saat itu memproklamasikan arsitektur yang fungsinal dan bentuk-bentuk murni geometris sebagai dasar dari arsitektur modern.

3.2.3 Ekspresionisme secara umum

Seni dimana emosi merupakan pertimbangan yang dominan diklasifikasikan kedalam ekspresionisme. Ekspresionisme memandang sesuatu kepada dunia yang mengungkapkan emosi dan pernyataan-pernyataan secara psikologi dari pada memandang dunia sebagai refleksi dari warna.


(42)

33 Para ekspresionis sadar sepenuhnya terhadap dunia nyata, tetapi menolak ide klasik yang menganggap seni sebagai imitasi dari alam, mereka menggali kedalam alam pikiran, spirit dan imajinasi.

Para ekspresionis sadar sepenuhnya terhadap dunia nyata, tetapi menolak ide klasik yang menganggap seni sebagai imitasi dari alam, mereka menggali kedalam alam pikiran, spirit dan imajinasi.

Ekspresionis, melukiskan perasaan yang paling dalam, emosi, sedih, marah dan sebagianya. Ekspresi merupakan cabang dari Analogi Linguistik yang pada dasarnya adalah satu cara untuk menjelaskan bagaimana ungkapan-ungkapan dapat dicapai dengan membatasi komponen-komponen pada elemen-elemen yang bermanfaat, yang kemudian dapat diperhalus atau diperindah sesuai dengan kepantasan tuntutan.

Arsitek-arsitek yang menganut aliran ekspresionis diantaranya adalah Bruno Taut, Eric Mendelsohn, Walter Gropius, Mies Van der Rohe, Hans Poelzig dan lain-lain. Contoh bangunan ekspresionis adalah Erich Mendelsohn’s Einstein Tower, The Amsterdam School dan lain-lain.

Ekspresionisme dalam desain arsitektur adalah :

 Aliran yang lebih menekankan sisi spiritual dan emosi daripada aspek fungsional

bangunan. Bangunan dipandang sebagai wadah pengungkapan pikiran arsitek.

 Menempatkan emosi sebagai pertimbangan yang dominan dalam merancang suatu

arsitektur.

Ciri-ciri ekspresionisme berdasarkan buku “Ruang dalam Arsitektur” oleh Cornelis van De Ven adalah sebagai berikut :

Irasional, merupakan pembelokan dari fisafata objetif dan konsep-konsep statis mengenai ruanganyang lebihmengarah ke subjektifitas.

Emosional, dimana emosi ebih diutamakan daripada nalar.

Antopometrik, merupakan proyeksi simbol-simbol organisme ke dalam masa asitektural. Bangunan dianggap sebagai makhluk yang hidup yang menghasikan bentuk-bentuk organik dengan garis melengkung dan kurva-kurva.

Kristalin, merupakan perwujudan artistik kristal yang angular. Wujud-wujud angular tersebut merupakan pembagian secara sadar atas geometri sederhana dari kubus, prisma, dan sebgainya.

Utopian, diakibatkan oleh tendensi yang pada saat itu merupakan keputusasaan akibat perang. Banyak bangunan yang tidak dapat diwujudkan sehingga para arsitek membangun dalam alam khayalnya.

Monumental, menempatkan bagian utama dari komposisi arsitektural yang terdiri dari sebuah masa yang sentral, dominan, dan menjulang.


(43)

34 Tabel 3.1 Karateristik Ekspresionisme Melalui Karya

Masa Arsitek Karya Ciri-ciri

Mchael de Klerk

EigenHaard haousing , 1913-1920, Amsterdam

Menciptakan mbentuk-bentuk kurva dengan menggunakan bata untuk menciptakan sudut-sudut yang dibulatkan

Bruno Taut Glass Pavilion,

1914 Cologne, Jerman

Penggunaan bahan kaca. Atapnya berupa kubah persegi yang terbuat dari kaca sehingga befungsi untuk memasukkan cahaya kedalam ruangan. Dinding terbuat dari glass block, denah berbentuk bulat

Erich

Mendelsohn

Einstein Tower, 1917-1921,

Postdam

Menonjolkan efek platis dari beton untuk menciptakan bentuk sclupture yang berbentuk mahkluk yang berotot dalam posisi yang siap menerkam. Atap kubah dipuncak diasosiakan sebagai kepala dan bukaan jendela ditarik kedalam diasosiasikan sebagai mata. Bangunan ini juga menggunakan susdut-sudut yang dibulatkan.

Ekspresionis Awal

Hans Poelzig Grosse

Schauspielhaus, 1919, Berlin

Menonjolkan interior dalam bertujuan membawa orang kealam mimpi. Berusaha menggambarkan gua tempat hidupnya Zarathystranya Nietzche yang dipercaya tempat lahirnya agama dan seni.

Foyernya berbentuk sirkulasi mengelilingi kolam. Puncaknya raungan teater yang langit-langitnya penuh dengan barisan stalagnit-stalagnit ayng tebal yang dicat merah menggantung


(44)

35 dengan ratusan lampu warna-warni yang disembunyikan disuatu kedalman, memberi kesan berkilau Walter Gropius Monumen buat pekerja yang tewas, 1921

Monumen ini terbuat dari beton yang dibentuk bergerigi

Fritz Hoger Chilehaus, 1923,

Hanburg

Dibangun di site yang berbentuk segitiga dipusat kota Hanburg. Atap pada salah satu sudut dilancipkan keatas seolah-olah menggambarkan bubungan kapal, menyimpulkan Hanburg sebagai kota pelabuhan

Ekspresionis Akhir

Hugo Haring Cow Shed on the

Garkau farm, 1924-1925,

Lubeck, Jerman

Penggunaaan atap dan sudut yang dibulatkan. Dinding bata yanghorizontal kontras dengan papan-papan vertikal pada loteng jerami dan gudang di cat hijau pada akhir 1930-an

Hans Scharoun

Berlin

philharmonic, 1956-1963

Berbentuk seperti gelombang dengna dinding bertekstur berwarna kuning dan ujng atapnya yang dilancipkan

Jorn Utzon Sydney Opera

haouse, 1956-1973, Sydney

Menggunakan efek plastis dari beton. Mengibaratkan kapal yang sedang berlabuh

Awal

kebangkitan Ekspresionisme

Eero Saarinen TWA JFK Airport,

1956-1962, AS

Menggunakan efek plastis dari beton untuk menggambarkan burung raksasa yang siap terbang. Dengan ruang – ruang yang mengalir yang diibaratkan sebagai urat nadi dari burung tersebut


(45)

36

3.3 Interpretasi Tema

Konsep dasar yang ingin diterapkan pada perancangan Medan Convention and Exhibition Center ini adalah bagaimana menerapkan ekspresi aktifitas para pengunjung Medan Convention and Exhibition Center yang dinamis, aktif, kreatif, intelek dan penuh semangat kedalam bentuk dan karakter bangunan yang dirancang. Sehingga bentuk yang tercipta memiliki karakter yang dinamis dan intelek yang dapat dirasakan oleh masyarakat ketika melihatnya.

3.4 Studi Banding Tema Sejenis

3.4.1 Einstein Tower by Eric Mendehlson

EERO SAARINEN, TWA BUILDING, NEW

3.4.2 Guggenheim Museum Bilbao, Bilbao, Spain (Frank O. Gehry)

Bangunan ini dirancang oleh Eric Medelson, sebagai Arsiteknya. Sang Arsitek mengekspresikan bangunan rancangannya dari raut muka. Menonjolkan efek platis dari beton untuk menciptakan bentuk sclupture yang berbentuk mahkluk yang berotot dalam posisi yang siap menerkam. Atap kubah dipuncak diasosiakan sebagai kepala dan bukaan jendela ditarik kedalam diasosiasikan sebagai mata. Bangunan ini juga menggunakan susdut-sudut yang dibulatkan.

Bangunan ini merupakan perpaduan berbagai bentuk yang luar biasa. Bangunannya sendiri merupakan kombinasi bentuk-bentuk yang luar biasa. Dengan pemakaian batu gamping yang tampil kontras dengan lengkungan yang dilapisi titanium. Dinding kaca memenuhi kebutuhan akan cahaya dan transparansi

Gambar 3.1 Einstein Tower Sumber : Internet

Gambar 3.2 Guggenheim Museum Sumber : Internet


(46)

37

3.4.3 Conjunctive Points Theater Complex, Culver City, California. (Eric Owen Moss)

Conjuntive Pounts Theater Complex adalah pengembangan fungsi bangunan mix-used yang menggabungkan seni dan teknologi melalui penciptaan unik dan inovatif dari sebuah pusat seni teater. Menetapkan latar belakang dari kantor yang intelektual , ruang retail dan restoran, hasilnya akan banyak tempat untuk komersial dan ekspresi dari karya seni. Proyek ini juga akan memberikan banyak area untuk fungsi publik, termasuk teater di ruang terbuka, plaza yang menghadap Selatan, dan taman.

Panel-panel titanium setebal setengah millimeter yang melapisi permukaan bangunan dijamin ketahanannya hingga 100 tahun. Desain Gehry menciptakan struktur yang spektakuler dan tampak jelas yang tampil sebagai patung (sculpture) raksasa dengan kota Bilbao sebagai latar belakangnya.

Gambar 3.3 Guggenheim Museum Sumber : Internet

Gambar 3.4 Conjunctive Points Theater Complex Sumber : Internet


(47)

38 Untuk meminimalkan tapak, bangunan ini disusun ke dalam sebuah blok 100’ x 100’ , terletak di sepanjang garis Utara dari tapak untuk memaksimalkan ekpos di sebelah Selatan. Volume suara yang akan disesuaikan untuk mengakomodasi tiga jenis teater dalam kelompok ruang. Ke arah Timur, bentuk bangunan 'bengkok' vertikal untuk menampung volume tinggi, 750 tempat duduk, teater dan mengambil keuntungan dari pemandangan kota. Ke arah Barat, bentuk bangunan membelit 90 derajat, disesuaikan ke arah sudut akses utama kendaraan, dan tercelup ke dalam tapak untuk mengakomodasi dua tingkat, teater dengan tempat duduk dan kapasitas 1650 penonton. Rotasi memungkinkan untuk membuat volume yang lebih lebar dan

memberikan ruang sebuah sculpture akustik yang natural. Menekan teater ke dalam tapak

membuat sebuah lekukan yang menjadi sebuah amphiteater terbuka. Dengan meletakkan panggung diantara dua teater, berbagai konfigurasi ruang adalah bisa dlakukan. Akhirnya, ketiga teater multi fungsi terletak langsung diatas ruang di lengkungan yang terletak di sebelah Barat dari ujung bangunan ini.

Pusat dari bangunan, yang mempertahankan keaslian bagian 100' x 100 ', yang diduduki oleh lima blok kaca di lantai bawah dan ruang kantor diatasnya. Ramp eksterior menghubungkan beberapa lantai dengan blok kaca yang akhirnya menghubungkan ruang teater yang merupakan bagian akhir bangunan. Sistem sekunder dari sirkulasi khusus teater ini terletak di dua daerah atrium kaca yang besar, memungkinkan teater patrons untuk melihat dan dilihat dari berbagai vantages. Ketiga lift inti terletak di bagian tengah bangunan untuk menghubungkan parkir garasi ke tingkat utama plaza, dan tingkat utama plaza ke kantor yang berada di atas. Pintu masuk utama yang terletak di bagian garis Selatan yang berdekatan dengan plaza publik yang besar.

Gambar 3.5 Maket Conjunctive Points Theater Complex Sumber : Internet

Gambar 3.6 Potongan Conjunctive Points Theater Complex Sumber : Internet


(48)

39 Sistem struktur utama bangunan merupakan rangkaian bingkai ortogonal beton yang meluas dari sistem yang mendukung garasi bawah tanah. Sistem sekunder bingkai pipa baja bengkok membungkus ortogonal struktur ini, dan mendukung artikulasi permukaan exterior bangunan. Dengan ritme dan frekuensi frame ini dimaksudkan untuk memperkuat konsekuensi dari penyesuaian dari bentuk bangunan untuk mengakomodasi tiga unsur teater. Tiga blok inti beton dan beton cruciform frame diposisikan untuk mendukung bagian menara teater paling timur melengkapi diagram struktural.

Gambar 3.7 Denah Conjunctive Points Theater Complex Sumber : Internet


(49)

40

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa Eksisting 4.1.1 Analisa Lokasi

Medan Polonia

Lokasi proyek Medan Convention and Exhibition Center, terletak di Kota Medan yang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara. Berada pada Kecamatan Medan Polonia yang merupakan bagian WPP D yang merupakan kawasan komersil yang mewadahi kegiatan komersil khususnya dalam bidang perdagangan. Letak geografis kota Medan berada pada

Sumatera Utara

Medan

Gambar 4.1 Analisa Lokasi Sumber : Hasil Olah Data Primer


(50)

41

2o27’-2o47’ Lintang Utara dan 98o35’-98o44’ Bujur Timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas

permukaan laut. Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara

23.3oC-24.4oC dan suhu maksimum antara 30.7oC-33.2oC. Lokasi berada di persimpangan

Jalan Mustang yang merupakan Jalan Arteri Primer Kota dengan Jalan Perhubungan Udara, serta diapit dua jalan lain yaitu Jalan Boulevard Utama dan Jalan Fly Over. Jalur pada kedua jalan tersebut memiliki hanya satu jalur yang memungkinkan sirkulasi yang lancar dan menghindari kemacetan.

4.1.2 Kondisi Eksisting Lahan

Lokasi : Jl. Avrost

Kecamatan : Medan Polonia

Luas Lahan : ± 50.400 m2

Kontur : Datar

Luas Bangunan : ± 35.503m2

GSB : - Jl. Avrost 20 m

- Jl. Boulevard Utama 20 m - Jl. Boulevard 10 m

Tapak berada pada JL.Avrost Medan Polonia.

Gambar 4.2 Peta Kondisi Eksisting Lahan Sumber : Hasil Olah Data Primer


(51)

42

KDB : 60% x 110.700 m2 = 66.420 m2

KLB : 4 - 6 Lantai

Batas – batas :

A

C

D

B

A

C

Gambar 4.3 Peta Kondisi Eksisting Lahan Sumber : Hasil Olah Data Primer


(52)

43 Keterangan :

Gambar A : batas sebelah Utara, berbatasan dengan Jalan Avrost dan kawasan tanah kosong.

Gambar B : batas sebelah Barat, berbatasan dengan Jalan Boulevard Utama. Gambar C : batas sebelah Timur, berbatasan dengan Kantor pemerintahan Gambar D : batas sebelah selatan dengan Jalan Boulevard

4.1.3 Tata Guna Lahan Peruntukan Lahan

Di dalam RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan), lokasi yang berada di daerah CBD, Kecamatan Medan Polonia, masuk kedalam WPP D (Wilayah Pengembangan Pembangunan D) dengan ex airpot sebagai pusat pemukiman, perdagangan, dan rekreasi, pembangunan pusat pemerintahan, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Sebagai kawasan pusat komersil dan pendidikan, lokasi ini sangat potensial untuk dibangunnya bangunan yang bersifat komersil dan hiburan.

Gambar 4.4 Batas-batas Lahan Sumber : Hasil Olah Data Primer

Gambar 4.5 Peta Tata Guna Lahan Radius 600 meter Sumber : Hasil Olah Data Primer

B

D


(1)

4.5.4 Analisa Matahari

Area yang pada bengunan akan terkena sinar matahari pagi yang cukup panas, tapi tidak menyengat. Dan diberi pepohonan dan tanaman untuk meminimalisir panas dan cahaya.

Area yang bersifat netral, karena tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung

Area yang pada bangunan akan terkena sinar matahari sore hari yang terik dan panas, dan memberikan dampak terhadap tapak dan bangunan sehingga di beri banyak pepohonan dan tanaman.

Area yang bersifat netral, karena tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung

Tanggapan:

Gambar 4.34 Analisa Matahari Sumber : Hasil Olah Data Primer


(2)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP PERANCANGAN TAPAK

5.1.1 KONSEP ENTRANCE

 

Entrance utama dibuat dari jalan Avrost mengingat kemudahan pencapain oleh kendaraan pada jalan ini. Selain itu pada jalan ini sangat memungkinkan untuk dijadikan entrance utama karena dengan kelebaran jalan yang cukup maksimal dan dua arah. hal tersebut dapat memudah kan bagi pejalan kaki maupun kendaraan.

Pada Jalan Boulevard dibuat jalan keluar utama karena merupakan jalan yang memiliki kepadatan sedang.

Gambar 5.1 Konsep Entrance Sumber : Hasil Olah Data Primer

Pada jalan Boulevard utama merupakan akses utama keluar dari basement


(3)

5.1.2 ZONING

Keterangan :

Parkir pengunjung dekat dengan area komersil dan juga area public.

Parkir pengelola berada pada belakang bangunan kaarena memiliki akses yang berbeda dengan pengunjung.

Zona public orientasinya mengarah kepada bangunan.

Zona pedestrian.

Berada di sekeliling bangunan dengan jalur pejalan kaki dengan vegetasi agar akses ke dalam bangunan lebih mudah.


(4)

5.1.3 SIRKULASI KENDARAAN

Keterangan :

Jalur masuk kebasement

Jalur keluar basement

 

Parkir

pengunjung

 

Parkir pengelola

Gambar 5.3 Konsep Sirkulasi Kendaraan Sumber : Hasil Olah Data Primer


(5)

5.1.4 SIRKULASI PEJALAN KAKI

Pintu masuk pengelola

Pintu masuk utama menuju lobby. Pintu masuk Exhibition hall

Gambar 5.4 Sirkulasi Pejalan Kaki Sumber : Hasil Olah Data Primer

Untuk kenyamanan para pejalan kaki maka direncanakan adanya pedestrian disepanjang ruas jalan. Disepanjang pedestrian tersebut juga direncanakan ada vegetasi berupa bunga dan tanaman perdu. Hal ini juga memberikan nilai estetika tersendiri terhadap kawasan disekitar site.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Clasen, Wolfgang. Exhibition, Exhibit Industrial and Trade Fairs. London: Architectural Press. Ching, Francis D.K.1985. Architecture : Form, Space and Order, Jakarta, Erlangga.

De Chiara, Joseph and John Hancock Callender. 1973. Time-Saver Standards for Building Types. USA : Mc Graw-Hill.

Frank, Klaus. 1961. Exhibitions. New York : Frederick A Praeger Inc. Publisher.

Gartner, William C. 1996. Tourism Development : Principles, Processes, and Policies. USA : International Thomson Publishing Company.

Lawson, Fred. 1981. Conference, Convention, And Exhibition Facilities : A Handbook of Planning, Design and Management. London : ArchitecturalPress.

Medan Dalam Angka (2006), BPS Kodya Medan.

Neufert, Ernst. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta : Erlangga. ( Alih Bahasa oleh Sjamsu Amril )

Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1. Jakarta : Erlangga. ( Alih Bahasa oleh Sunarto Tjahjadi )

Neufert, Ernst and Peter. 2000. Neufert Architects’ Data Third Edition. UK : Blackwell Publishing.

Rattenbury, Arnold. 1971. Exhibition Design : theory and practice. London : Studio Vista Limited.

http://www.baliconvention.com http://www.kompas.com http://www.jcc.co.id

http://www.media-facades.com http://www.pikiran-rakyat.com