sejarah perkembangan institusi kurikulum pendidika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Lembaga Pendidikan
Merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses pendidikan
karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya pendidikan. Dan pada
zaman
sekarang
ini
tampaknya
tidaklah
disebut
pendidikan
jika
tidak
ada
lembaganya.Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi
kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengankonsep
islam.
Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang
lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.Keluarga,
masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan islam yang
mutlak diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena
lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang
sangat berharga, yang manalembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber
daya manusiayang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan
lembaga pendidikan islam tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian lembaga pendidikan islam?
2. Bagaimana sejarah perkembangan lembaga pendidikan islam?
3. apa saja macam-macam lembaga pendidikan islam diindonesia?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan lembaga pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui macam-macam lembaga pendidikan islam diindonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kosakata lembaga mempunyai empat arti, yaitu :
Asal mula (yang akan terjadi sesuatu), Bentuk (rupa, wujud) yang asli, acuan, Ikatan,Badan
(organisasi) yang bermaksud melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu
usaha.Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberibentuk pada
yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau
melakukan sesuatu usaha. 1
Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembaga pendidikan dengan orang atau
badan yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Rumusan definisi
yang dikemukakan Amir Daiem ini memberikan penekanan pada sikap tanggung jawab
seseorang terhadap peserta didik, sehingga dalam realisasinya merupakan suatu keharusan yang
wajar bukan merupakan keterpaksaan.
Lembaga pendidikan Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang permanen, maupun yang berubahubah dan mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam
naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri. (Muhaimin, 1993:
286)2
Adapun lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat diartikan suatuwadah atau
tempat berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari definisi diatasdapat disimpulkan bahwa
lembaga pendidikan itu mengandung pengertian kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga
pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta
penananggung jawab pendidikan itu sendiri.3
1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9, hlm. 277
2Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 149.
3 Ibid hlm 277
2
2.2.
Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis,
tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat
pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah alIslamiyah, Nazumuha, Falsafatuha, Ahmad Shalabi menyebutkan tempat-tempat pendidikan
tersebut adalah Kuttab, al-Qushur, Hawamit al-Waroqiin, Mandzil al-Ulama’, al-Badiyah, dan alMadrasah.
Ia membagi institusi-institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok sebelum madrasah dan sesuda madrasah, dengan demikian madrasah dianggap
tonggak baru dalam pendidikan Islam. Sementara Abuddin Nata mengungkapkan lembaga
pendidikan sebelum madrasah adalah Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits,
Majlis al-Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumahrumah Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah
1. Rumah
Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-asas Pendidikan Islam (1988) dalam Syamsul
Nizar mengemukakan bahwa lahirnya pendidikan Islam di tandai dengan munculnya lembagalembaga pendidikan Islam. Ketika wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.,
maka untuk menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mengambil rumah Al
Arqam bin Ibn Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai
tempat. Tumbuh kembang lembaga ini berjalan selama 13 tahun.
Berdasarkan keterangan inilah bahwa rumah dikategorikan sebagai lembaga pendidikan
Islam yang pertama. Sistem pendidikan di lembaga ini berbentuk halaqoh dan belum memiliki
kurikulum dan silabus seperti dikenal sekarang ini, sistem dan materi yang akan disampaikan
diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Kuttab dan Maktab
Menurut catatan sejarah, sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab, khususnya
Makkah telah mengenal adanya pendidikan rendah, yaitu kuttab. Kuttab/maktab berasal dari kata
dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab/maktab berarti tempat
3
menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. Kebanyakan para ahli
sejarah pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan
membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran al-Qur’an dan pengetahuan agama
dasar. Namun Abdullah Fajar membedakannya, dia mengatakan bahwa maktab adalah istilah
untuk zaman klasik, sedangkan kuttab adalah untuk zaman modern.
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ini sebenarnya mengenal dua macam
/tempat pendidikan, yaitu; Rumah Arqam bin Ibn Arqam dan Kuttab. Dimasa Nabi Muhammad
SAW., oleh karena peminat untuk belajar agama Islam semakin banyak, termasuklah golongan
anak-anak yang gemar mendatangi masjid, maka dikhawatirkan anak-anak itu akan mengotori
masjid, maka timbullah lembaga pendidikan di samping masjid yang bernama kuttab. Lembaga
ini berfungsi sebagai media utama dalam pelaksasnaan pembelajaran membaca dan menulis alQur’an
sampai
kepada
era
Khulafaurrasyidin.
Sedangkan
materi-materi
dan
metode pembelajarannya diserahkan kepada para guru yang mengajar. Sebenarnya kuttab ini
sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab pra Islam, namun tidak begitu populer.
3. Lembaga Kesufian
Asma Hasan Fahmi menambahkan lembaga-lembaga kesufian sebagai lembaga
pendidikan Islam pra Madrasah, yaitu:
a. Ribath.
Al-Ribath secara harfiah berarti ikatan yang mudah dibuka. Sedangkan dalam arti yang
umum, al-Ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan dan pengajaran bagi calon
sufi. Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan
duniawi dan mengonsentrasikan diri untuk semata-mata beribadah.
b. Az- Zawiyah.
Az-Zawiyah secara harfiyah berarti sayap atau samping. sedangkan dalam arti yang
umum, az-zawiyah adalah tempat yang berada dibagian pinggir masjid yang digunakan untuk
melakukan bimbingan wirid, dan dzikir untuk mendapatkan kupasan spiritual. Dengan demikian,
az-zawiyah dan al-ribath fungsinya sama, namun dari segi organisasinya al-ribath lebih khusus
dari pada az-zawiyah.
4
c.
Khananqah.
Khanaqah merupakan suatu lembaga pengajaran berasrama bagi kaum sufi yang muncul
pertama kali di Iran (Persia) pada akhir abad ke-10 bersamaan dengan adanya formalisasi
aktivitas sufistik.
4. Masjid dan Jami’
Kata masjid berasal dari bahasa arab “ sajada” artinya tempat sujud. Dalam pengertian lebih
luas masjid berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah dan tempat berenung dan
menatap masa depan. Dari perenungan terhadap penciptaan Allah tersebut masjid berkembang
menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Proses yang mengantar masjid sebagai pusat pengetahuan adalah karena di masjid tempat
awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar ,hukum-hukun
dan tujuan-tujuannya.
Masjid dan Jami’ adalah dua tipe lembaga pendidikan Islam yang sangat dekat dengan
aktivitas pengajaran agama Islam. Kedua term ini pada dasarnya memiliki fungsi yang sama
yaitu sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam. Kemunculan masjid sebagai lembaga
pendidikan dalam Islam telah dimulai sejak masa Rasulullah SAW., dan masa Khulafaurrasyidin.
Sedangkan Jami’ muncul kemudian dan banyak didirikan oleh para penguasa dinasti khususnya
dinasti Abbasiyah.
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang
beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid yang pertama kali dibangun Nabi
adalah Masjid At- Taqwa di Quba. Pembanguna Masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan
mensejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi,
diantaranya:(a) sebagai tempat beribadah, (b) tempat kaum muslimin beri’tikaf, menempah
bathin sehingga selalu terpelihara. (c) sebagai pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah
kehidupan kaum muslimin, (d) sebagai tempat kegiatan sosial politik, (e) sebagai tempat
bermusyawarah, (f) tempat mengadili perkara, (g) tempat pembinaan dan pengembangan kaderkader pimpinan umat (h) tempat menghimpun dana, menyimpan dan membagikannya (i) tempat
menyampaikan penerangan agama dan informasi-informasi lainnya dan (j) masjid dijadikan
sebagai pusat dan lembaga pendidikan islam.
5
5. Masjid Khan
Perkembangan lebih lanjut dari mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah
munculnya mesjid-mesjid yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bagi pelajar, dan mesjid ini
lazimnya disebut dengan Mesjid Khan. Masjid khan ini secara finansial didukung oleh badan
wakaf dan penghasilannya dimanfaatkan untuk kepentingan sosial.Perkembangan khan ini sangat
berkaitan erat dengan kepedulian umat Islam masa itu terhadap para penuntut ilmu, khususnya
mereka yang berasal dan luar daerah.
Dengan demikian, pendidikan Islam dan masjid merupakan suatu kesatuan yang
integral, dimana masjid menjadi pusat dan urat nadi kegiatan keislaman yang meliputi
kegiatan keagamaan, politik, kebudayaan, ekonomi, dan yudikatif. Mulai sejak masa
Rasulullah SAW., dengan masjid Quba dan Nabawi hingga masjid Baghdad pada masa
dinasti Abbasiyah, masjid selalu menjadi alternatif utama dalam penyelenggaraan pendidikan
Islam.Dari Masjid, kemudian berkembang menjadi Masjid Khan sebagai Transformasi
Tradisi. Mesjid
Khan adalah
sebagai tempat
pemondokan
bagi
pencari
ilmu
di
lingkungan halaqah masjid dari berbagai wilayah Islam.
6. Shuffah
Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk
aktifitas pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan
mereka yang tergolong miskin. Rasulullah membangun ruangan di sebelah utara masjid Madinah
dan masjid Al-Haram yang disebut “Al-Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang
telah mempelajari ilmu. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al-qur’an secara
benar dan hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW.
7. Rumah Kediaman Ulama’
Tipe lembaga pendidikan ini termasuk kategori yang paling tua, bahkan yang lebih
dahulu keberadaannya sebelum halaqah di masjid Rasulullah SAW.,dan para sahabat menjadikan
rumahnya sebagai markas gerakan pendidikan yang terfokus pada aktivitas pengajaran aqidah
dan pesan-pesan Allah SWT., dalam al-Quran untuk disampaikan kepada masyarakat. Rumah
para ulama’ terkenal yang menjadi tempat kegiatan belajar dan mengajar adalah rumah Ibnu
Sinah, Al-Ghazali, rumah Ali Ibnu Muhammad, rumah Al-Fashihih, rumah Ya’kub Ibnu Killis,
6
rumah Wazir Khalifah Al-Aziz billah Al-Fatimi, Rumah Abu Muhammad Ibnu Hattim Al Razi Al
Hafiz dan rumah Abi Sulaiman Al Sajastani.
Rumah-rumah para ulama’ di atas dijadikan sebagai tempat pusat pembelajaran pada
waktu itu dengan pertimbangan bahwa (a) rumah sebenarnya dapat digunakan untuk
membicarakan hal-hal yang bersifat khusus (b) Situasi guru yang mengajar agak terbatas,
misalnya terlalu sibuk, lelah, umur suda tua dan lain-lain (c) Anggapan bahwa mendatangi guru
untuk belajar lebih baik dari pada guru mendatang muridnya untuk mengajar.
8. Toko-toko Buku
Pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, lembaga pendidikan Islam dalam
bentuk toko-toko buku telah bermunculan di pusat-pusat kota,
selain sebagai
agen
komersialisasi berbagai buku ilmiah, juga menjadi pusat pembelajaran umat Islam melalui
metode diskusi mengenai isi buku yang dicari atau ditawarkan. Kemudian lembaga-lembaga
pendidikan ini menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah kekuasaan Islam saat itu.
Mengutip pendapat al-Yaqubi, Hitty menjelaskan bahwa pada masa itu, sekitar tahun 891
M terdapat pusat pertokoan yang berjejer lebih dari seratus toko buku dalam satu jalan. Beberapa
toko buku itu merupakan stan (kamar) yang lebih kecil ukurannya dari surau, tetapi terdapat
juga kamar yang lebih besar yang berfungsi sebagai pusat penelitian hasil karya seni dan
menjadi taman wacana bagi pengembara ilmu yang datang dari berbagai wilayah
Islam.Tokobuku selain sebagai tempat menjual buku juga digunakan sebagai pusat diskusi
tentang berbagai karya sastra oleh para cendekiawan dan pujangga.
9. Perpustakaan
Salah satu ciri penting pada masa Dinasti Abbasiyah adalah tumbuh dan berkembangnya
dengan pesat perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan yang sifatnya umum didirikan oleh
pemerintah, maupun perpustakaan yang sifatnya khusus didirikan oleh para ulama atau para
sarjana. Bait Al Hikmah adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid dan
berkembang pesat pada masa Al-Ma’mun, merupakan salah satu contoh dari perpustakaan dunia
Islam yang lengkap, yang berisi ilmu agama dan bahasa arab.
7
Di dalamnya terdapat bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang berkembang pada
masa itu serta berbagai buku terjemahan dari bahasa yunani, Persia, India, Qibti dan
Aramy. Perpustakaan dikatakan sebagai lembaga pendidikan karena sebagaimana diketahui,
bahwa pada masa itu, buku-buku sangat mahal harganya, ditulis dengan tangan, sehingga hanya
orang-orang kaya saja yang bisa memiliki secara pribadi. Oleh karena itu, bagi masyarakat
umum pencinta ilmu, tentu memanfaatkan perpustakaan ini sebagai sarana memperoleh ilmu
pengetahuan, dan untuk selanjunya di kembangkan.
10. Majlis
Lembaga pendidikan Islam dalam bentuk majlis sastra mulai populer berkembang
secara formal sejak masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, tetapi keberadaannya telah dimulai
sejak masa Khulafaur Rasyidin. Di lembaga ini, umat Islam belajar tentang berbagai syair,
baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia yang berhubungan dengan agama Islam dan
kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat secara menyeluruh. Pada masa Abbasiyah, selalu
diadakan perdebatan dan diskusi tentang keahlian bersyair diantara sastrawan dari berbagai
disiplin ilmu, termasuk juga perlombaan di antara para seniman dan pujangga, khususnya dalam
bidang kaligrafi Alquran dan arsitektur. Lembaga pendidikan ini menjadi salah satu corong
pemerintah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang seni dan budaya umat
Islam sehingga mampu menghasilkan karya seni dan budaya yang menakjubkan saat itu
Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan Islam mengalami zaman
keemasan majelis berarti sesi dimana aktifitas pengajaran atau diskusi berlangsung seiring
dengan perkembangan pengetahuan dalam Islam. Majelis digunakan untuk kegiatan transfer
keilmuan dari berbagai ilmu, sehingga majelis banyak ragamnya. Setidaknya ada 7 macam
majelis yang dapat diketahui yaitu :
1.
Majelis al-Hadits
Majelis ini biasanya diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dalam bidang hadits.
Ulama tersebut membentuk majlis untuk mengajarkan ilmunya kepada murid-murid.
2.
Majelis At-Tadris
8
Majelis ini biasanya menunjukkan kepada majelis selain dari pada hadits, seperti majelis
fiqih. Majelis nahwu, atau majelis kalam.
3.
Majelis al-Munazharoh
Majelis ini dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan mengenai suatu
masalah oleh para ulama’. Menurut Ahmad Syalabi khalifah Muawiyah sering mengundang para
ulama’ untuk berdiskusi di istananya, demikian juga dengan khalifah al-Ma’mun dan dinasti
Abbasiah. Di luar istana majlis ini ada yang dilaksanakan secara kontinu dan spontanitas, bahkan
ada yang berupa kontes terbuka dikalangan ulama’. Untuk model ini biasanya hanya dipakai
untuk mencari populeritas ulama’ saja.
4.
Majelis al Muzakaroh
Majelis ini merupakan inovasi dari murid-murid yang belajar hadis. Majelis ini
diselenggarakan sebagai sarana untuk berkumpul dan saling mengingat dan mengulangi
pelajaran yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru.
5.
Majelis al-Adab
Majelis ini adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi, silsilah dan
laporan sejarah bagi orang orang terkenal.
6.
Majelis al-Fatwa dan Majlis al-Nazar
Majelis ini merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu masalah di
bidang hukum kemudian difatwakan. Disebut pula majelis al-Nazar karena karakteristik Majelis
ini adalah majlis tempat perdebatan diantara ulama fiqih/hukum islam.
2.3.
Macam-Macam Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia
9
Dilihat dari jenisnya pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
2. Lembaga pendidikan formal
3. Lembaga pendidikan nonformal
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antar kelompok
orang yang mempunyai pola–pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum
ada di lingkungannya. Didalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah Usrah dan Nasb. Orang
tua meupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya, dikatakan pendidik pertama,
karena ditempat inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum ia
menerima pendidikan yang lain.4
Kemudian pada usia sekolah anak mempunyai lingkungan yang baru, yaitu lingkungan
sekolah. Fase ini disebut fase sosialisasi, ia mulai kenal dengan teman-teman, guru-guru dan
lain-lain. Daya intelektual mulai berkembang dan sifat ingin tahu semakin menonjol, ingin
meniru sesuatu yang dianggap baik sampai akhirnya memasuki masa remaja yang ditandai
dengan anak ingin berdiri sendiri dan lepas dari orang dewasa. Pada saat ini timbul perhatian
pada lawan jenis ia mulai bimbang terhadap nilai-nilai lama dan berusaha mencari nilai-nilai
baru.
Hal-hal yang seharusnya dilakukan orang tua kepada anaknya:
Memberikan kebebasan yang terbatas dalam arti, memberikan tuntunan,
bimbingan, nasehat, dan pengenndalian.
Mengadakan komunikasi secara timbal balik.
Memberikan kesempaatan mereka untuk berpendapat.
Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dala penyelesaian dalam suatu
pekerjaan.
Jangan terlalu memanjakan atau mengekang mereka
Memberikan perhatian, pendidikan, kedisiplinan dan akhlatul karimah serta
pendidikan untuk hidup mandiri.
2. Lembaga Pendidikan Formal
4 Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag Pengantar Pendidikan Islam hlm 141
10
Menurut Abu Ahmadi Nur Uhbiyati, lembaga pendidikan formal adalah
pendidikan yang diadakan ditempat tertentu,teratur,sistematis,mempunyai perpanjangan
dan dalam kurun waktu tertentu berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan
tinggi
dan
dilaksanakan
berdasarkan
aturan
resmi
yang
telah
ditetapkan.lemaga pendidikan islam diindonesia adalah :5
a. Raudathul Atfal.
Raudathul Atfal ini terdiri dari 3 tingkatan yakni: Tingkat A (anak umur 3-4 tahun),
tingkat B (anak umur 4-5 tahun), dan tingkat C (anak umur 5-6 tahun)
b. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah
serta menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar yang
sekurang-kurangnya 30 % disamping mata pelajaran lain
c.
d.
e.
f.
Madrasah Tsanhawiyah (MTS)
Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat
Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau yanhg sederajat
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI),
Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis
milik yayasan atau organisasi keislaman.
Sejarah Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia bermula pada awal tahun 1945
ketika Masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pada
april 1945 Masyumi menyelenggarakan pertemuan di Jakarta yang dihadiri oleh organisasiorganisasi Islam, kalangan intelektual dan ulama serta unsur pemerintah (shumubu). Tokoh-tokoh
yang hadir yaitu KH. Abdul Wahab, KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahid Hasyim, KH. Mas Mansur,
K.H.A. halim, KH. Imam Zarkasyi, Mr. Moh. Roem. Rapat tersebut berhasil mewujudkan
rencana mendirikan Sekolah Tinggi Islam dibawah pimpinan Moh. Hatta. STI dibuka secara
resmi pada tanggal 8 juli1945 di Jakarta.
Adapun tujuan didirikannya STI adalah untuk memberikan pelajaran dan pendidikan
tinggi tentang ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu kamasyarakatan, agar menjadi penyiar dan
memberikan pengaruh Islam di Indonesia.Lama masa studi di lembaga ini direncanakan
berlangsung selama 2 tahun sampai mencapai gelar sarjana mudan, ditambah 2 tahun lagi untuk
5 Ibid hlm 142-143
11
memperoleh sarjana. Kurikulumnya mencontoh dari Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar
di kairo.
3. Lembaga Pendidikan Nonformal
Lembaga Pendidikan Nonformaladalah lembaga penndidikan yang teratur namun tidak
mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Abu ahmadi mendefinisikan lembaga nonformal
kepada semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja,tertib,dan terencana
diluar kegiatan lembaga sekolah.6
Lembaga pendidikan islam yang tergolong dalam segala jenis ini adalah: 1). mesjid,
mushallah, langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan
resmi, 3). Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa,
6).Kursus-kursus keislaman, 7). Badan pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan,
9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)
Dalam pendidikan masa kini ada istilah home schooling. Masalahnya aakah pendidikan
seperti ini termasuk kedalam kategori pendidikan informal,atau formal bahkan bias juga
nonformal. Jika dikatakan formal, tetapi pendidikan ini berlangsung dirumah bukan berlangsung
ditemat-tempat resmi seperti sekolah, dan yang lainnya. Jika diikatakanh nonformal, tapi
pendidikan ini mempunyai surat izin dari dinas pendidikan. Sangat membiingungkan pengertian
home schooling ini karena tidak termasuk kedalam kategori lembaga-lembaga yang ada.7
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya
pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Lembaga
pendidikan islam itu adalah suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam.
6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9, hlm. 283
7Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag, Op cit hal 143
12
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan
dan tafsirnya yang khas.
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis,
tingkatan dan tafsirnya yang khas. Diantaranya yaitu Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis,
Majlis al-Hadits, Majlis al-Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan,
Ribath, Rumah-rumah Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan.
Pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:Lembaga pendidikan
informal (keluarga),Lembaga pendidikan formal (Raudathul Atfal),Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanhawiyah (MTS), Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat,
Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas
Islam (SMAI) atau yanhg
sederajat,Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI), Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis
milik yayasan atau organisasi keislaman, Lembaga pendidikan nonformal 1). mesjid, mushallah,
langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi, 3).
Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa, 6).Kursuskursus keislaman, 7). Badan pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan,
9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).
3.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag ,Pengantar Pendidikan Islam,Yogyakarta: Bahari Press, 2012
Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010
13
Drs.Hasan Basri ,M.Ag ,dan Drs.Beni Ahmad Saebani ,M.Si. Ilmu Pendidikan Islam (jilid
ii), Bandung, CV Pustaka Setia,2010.
14
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Lembaga Pendidikan
Merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses pendidikan
karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya pendidikan. Dan pada
zaman
sekarang
ini
tampaknya
tidaklah
disebut
pendidikan
jika
tidak
ada
lembaganya.Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi
kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengankonsep
islam.
Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang
lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.Keluarga,
masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan islam yang
mutlak diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena
lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang
sangat berharga, yang manalembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber
daya manusiayang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan
lembaga pendidikan islam tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian lembaga pendidikan islam?
2. Bagaimana sejarah perkembangan lembaga pendidikan islam?
3. apa saja macam-macam lembaga pendidikan islam diindonesia?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan lembaga pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui macam-macam lembaga pendidikan islam diindonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kosakata lembaga mempunyai empat arti, yaitu :
Asal mula (yang akan terjadi sesuatu), Bentuk (rupa, wujud) yang asli, acuan, Ikatan,Badan
(organisasi) yang bermaksud melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu
usaha.Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberibentuk pada
yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau
melakukan sesuatu usaha. 1
Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembaga pendidikan dengan orang atau
badan yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Rumusan definisi
yang dikemukakan Amir Daiem ini memberikan penekanan pada sikap tanggung jawab
seseorang terhadap peserta didik, sehingga dalam realisasinya merupakan suatu keharusan yang
wajar bukan merupakan keterpaksaan.
Lembaga pendidikan Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang permanen, maupun yang berubahubah dan mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam
naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri. (Muhaimin, 1993:
286)2
Adapun lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat diartikan suatuwadah atau
tempat berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari definisi diatasdapat disimpulkan bahwa
lembaga pendidikan itu mengandung pengertian kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga
pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta
penananggung jawab pendidikan itu sendiri.3
1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9, hlm. 277
2Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 149.
3 Ibid hlm 277
2
2.2.
Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis,
tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat
pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah alIslamiyah, Nazumuha, Falsafatuha, Ahmad Shalabi menyebutkan tempat-tempat pendidikan
tersebut adalah Kuttab, al-Qushur, Hawamit al-Waroqiin, Mandzil al-Ulama’, al-Badiyah, dan alMadrasah.
Ia membagi institusi-institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok sebelum madrasah dan sesuda madrasah, dengan demikian madrasah dianggap
tonggak baru dalam pendidikan Islam. Sementara Abuddin Nata mengungkapkan lembaga
pendidikan sebelum madrasah adalah Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits,
Majlis al-Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumahrumah Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah
1. Rumah
Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-asas Pendidikan Islam (1988) dalam Syamsul
Nizar mengemukakan bahwa lahirnya pendidikan Islam di tandai dengan munculnya lembagalembaga pendidikan Islam. Ketika wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.,
maka untuk menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mengambil rumah Al
Arqam bin Ibn Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai
tempat. Tumbuh kembang lembaga ini berjalan selama 13 tahun.
Berdasarkan keterangan inilah bahwa rumah dikategorikan sebagai lembaga pendidikan
Islam yang pertama. Sistem pendidikan di lembaga ini berbentuk halaqoh dan belum memiliki
kurikulum dan silabus seperti dikenal sekarang ini, sistem dan materi yang akan disampaikan
diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Kuttab dan Maktab
Menurut catatan sejarah, sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab, khususnya
Makkah telah mengenal adanya pendidikan rendah, yaitu kuttab. Kuttab/maktab berasal dari kata
dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab/maktab berarti tempat
3
menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. Kebanyakan para ahli
sejarah pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan
membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran al-Qur’an dan pengetahuan agama
dasar. Namun Abdullah Fajar membedakannya, dia mengatakan bahwa maktab adalah istilah
untuk zaman klasik, sedangkan kuttab adalah untuk zaman modern.
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ini sebenarnya mengenal dua macam
/tempat pendidikan, yaitu; Rumah Arqam bin Ibn Arqam dan Kuttab. Dimasa Nabi Muhammad
SAW., oleh karena peminat untuk belajar agama Islam semakin banyak, termasuklah golongan
anak-anak yang gemar mendatangi masjid, maka dikhawatirkan anak-anak itu akan mengotori
masjid, maka timbullah lembaga pendidikan di samping masjid yang bernama kuttab. Lembaga
ini berfungsi sebagai media utama dalam pelaksasnaan pembelajaran membaca dan menulis alQur’an
sampai
kepada
era
Khulafaurrasyidin.
Sedangkan
materi-materi
dan
metode pembelajarannya diserahkan kepada para guru yang mengajar. Sebenarnya kuttab ini
sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab pra Islam, namun tidak begitu populer.
3. Lembaga Kesufian
Asma Hasan Fahmi menambahkan lembaga-lembaga kesufian sebagai lembaga
pendidikan Islam pra Madrasah, yaitu:
a. Ribath.
Al-Ribath secara harfiah berarti ikatan yang mudah dibuka. Sedangkan dalam arti yang
umum, al-Ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan dan pengajaran bagi calon
sufi. Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan
duniawi dan mengonsentrasikan diri untuk semata-mata beribadah.
b. Az- Zawiyah.
Az-Zawiyah secara harfiyah berarti sayap atau samping. sedangkan dalam arti yang
umum, az-zawiyah adalah tempat yang berada dibagian pinggir masjid yang digunakan untuk
melakukan bimbingan wirid, dan dzikir untuk mendapatkan kupasan spiritual. Dengan demikian,
az-zawiyah dan al-ribath fungsinya sama, namun dari segi organisasinya al-ribath lebih khusus
dari pada az-zawiyah.
4
c.
Khananqah.
Khanaqah merupakan suatu lembaga pengajaran berasrama bagi kaum sufi yang muncul
pertama kali di Iran (Persia) pada akhir abad ke-10 bersamaan dengan adanya formalisasi
aktivitas sufistik.
4. Masjid dan Jami’
Kata masjid berasal dari bahasa arab “ sajada” artinya tempat sujud. Dalam pengertian lebih
luas masjid berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah dan tempat berenung dan
menatap masa depan. Dari perenungan terhadap penciptaan Allah tersebut masjid berkembang
menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Proses yang mengantar masjid sebagai pusat pengetahuan adalah karena di masjid tempat
awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar ,hukum-hukun
dan tujuan-tujuannya.
Masjid dan Jami’ adalah dua tipe lembaga pendidikan Islam yang sangat dekat dengan
aktivitas pengajaran agama Islam. Kedua term ini pada dasarnya memiliki fungsi yang sama
yaitu sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam. Kemunculan masjid sebagai lembaga
pendidikan dalam Islam telah dimulai sejak masa Rasulullah SAW., dan masa Khulafaurrasyidin.
Sedangkan Jami’ muncul kemudian dan banyak didirikan oleh para penguasa dinasti khususnya
dinasti Abbasiyah.
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang
beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid yang pertama kali dibangun Nabi
adalah Masjid At- Taqwa di Quba. Pembanguna Masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan
mensejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi,
diantaranya:(a) sebagai tempat beribadah, (b) tempat kaum muslimin beri’tikaf, menempah
bathin sehingga selalu terpelihara. (c) sebagai pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah
kehidupan kaum muslimin, (d) sebagai tempat kegiatan sosial politik, (e) sebagai tempat
bermusyawarah, (f) tempat mengadili perkara, (g) tempat pembinaan dan pengembangan kaderkader pimpinan umat (h) tempat menghimpun dana, menyimpan dan membagikannya (i) tempat
menyampaikan penerangan agama dan informasi-informasi lainnya dan (j) masjid dijadikan
sebagai pusat dan lembaga pendidikan islam.
5
5. Masjid Khan
Perkembangan lebih lanjut dari mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah
munculnya mesjid-mesjid yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bagi pelajar, dan mesjid ini
lazimnya disebut dengan Mesjid Khan. Masjid khan ini secara finansial didukung oleh badan
wakaf dan penghasilannya dimanfaatkan untuk kepentingan sosial.Perkembangan khan ini sangat
berkaitan erat dengan kepedulian umat Islam masa itu terhadap para penuntut ilmu, khususnya
mereka yang berasal dan luar daerah.
Dengan demikian, pendidikan Islam dan masjid merupakan suatu kesatuan yang
integral, dimana masjid menjadi pusat dan urat nadi kegiatan keislaman yang meliputi
kegiatan keagamaan, politik, kebudayaan, ekonomi, dan yudikatif. Mulai sejak masa
Rasulullah SAW., dengan masjid Quba dan Nabawi hingga masjid Baghdad pada masa
dinasti Abbasiyah, masjid selalu menjadi alternatif utama dalam penyelenggaraan pendidikan
Islam.Dari Masjid, kemudian berkembang menjadi Masjid Khan sebagai Transformasi
Tradisi. Mesjid
Khan adalah
sebagai tempat
pemondokan
bagi
pencari
ilmu
di
lingkungan halaqah masjid dari berbagai wilayah Islam.
6. Shuffah
Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk
aktifitas pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan
mereka yang tergolong miskin. Rasulullah membangun ruangan di sebelah utara masjid Madinah
dan masjid Al-Haram yang disebut “Al-Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang
telah mempelajari ilmu. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al-qur’an secara
benar dan hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW.
7. Rumah Kediaman Ulama’
Tipe lembaga pendidikan ini termasuk kategori yang paling tua, bahkan yang lebih
dahulu keberadaannya sebelum halaqah di masjid Rasulullah SAW.,dan para sahabat menjadikan
rumahnya sebagai markas gerakan pendidikan yang terfokus pada aktivitas pengajaran aqidah
dan pesan-pesan Allah SWT., dalam al-Quran untuk disampaikan kepada masyarakat. Rumah
para ulama’ terkenal yang menjadi tempat kegiatan belajar dan mengajar adalah rumah Ibnu
Sinah, Al-Ghazali, rumah Ali Ibnu Muhammad, rumah Al-Fashihih, rumah Ya’kub Ibnu Killis,
6
rumah Wazir Khalifah Al-Aziz billah Al-Fatimi, Rumah Abu Muhammad Ibnu Hattim Al Razi Al
Hafiz dan rumah Abi Sulaiman Al Sajastani.
Rumah-rumah para ulama’ di atas dijadikan sebagai tempat pusat pembelajaran pada
waktu itu dengan pertimbangan bahwa (a) rumah sebenarnya dapat digunakan untuk
membicarakan hal-hal yang bersifat khusus (b) Situasi guru yang mengajar agak terbatas,
misalnya terlalu sibuk, lelah, umur suda tua dan lain-lain (c) Anggapan bahwa mendatangi guru
untuk belajar lebih baik dari pada guru mendatang muridnya untuk mengajar.
8. Toko-toko Buku
Pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, lembaga pendidikan Islam dalam
bentuk toko-toko buku telah bermunculan di pusat-pusat kota,
selain sebagai
agen
komersialisasi berbagai buku ilmiah, juga menjadi pusat pembelajaran umat Islam melalui
metode diskusi mengenai isi buku yang dicari atau ditawarkan. Kemudian lembaga-lembaga
pendidikan ini menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah kekuasaan Islam saat itu.
Mengutip pendapat al-Yaqubi, Hitty menjelaskan bahwa pada masa itu, sekitar tahun 891
M terdapat pusat pertokoan yang berjejer lebih dari seratus toko buku dalam satu jalan. Beberapa
toko buku itu merupakan stan (kamar) yang lebih kecil ukurannya dari surau, tetapi terdapat
juga kamar yang lebih besar yang berfungsi sebagai pusat penelitian hasil karya seni dan
menjadi taman wacana bagi pengembara ilmu yang datang dari berbagai wilayah
Islam.Tokobuku selain sebagai tempat menjual buku juga digunakan sebagai pusat diskusi
tentang berbagai karya sastra oleh para cendekiawan dan pujangga.
9. Perpustakaan
Salah satu ciri penting pada masa Dinasti Abbasiyah adalah tumbuh dan berkembangnya
dengan pesat perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan yang sifatnya umum didirikan oleh
pemerintah, maupun perpustakaan yang sifatnya khusus didirikan oleh para ulama atau para
sarjana. Bait Al Hikmah adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid dan
berkembang pesat pada masa Al-Ma’mun, merupakan salah satu contoh dari perpustakaan dunia
Islam yang lengkap, yang berisi ilmu agama dan bahasa arab.
7
Di dalamnya terdapat bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang berkembang pada
masa itu serta berbagai buku terjemahan dari bahasa yunani, Persia, India, Qibti dan
Aramy. Perpustakaan dikatakan sebagai lembaga pendidikan karena sebagaimana diketahui,
bahwa pada masa itu, buku-buku sangat mahal harganya, ditulis dengan tangan, sehingga hanya
orang-orang kaya saja yang bisa memiliki secara pribadi. Oleh karena itu, bagi masyarakat
umum pencinta ilmu, tentu memanfaatkan perpustakaan ini sebagai sarana memperoleh ilmu
pengetahuan, dan untuk selanjunya di kembangkan.
10. Majlis
Lembaga pendidikan Islam dalam bentuk majlis sastra mulai populer berkembang
secara formal sejak masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, tetapi keberadaannya telah dimulai
sejak masa Khulafaur Rasyidin. Di lembaga ini, umat Islam belajar tentang berbagai syair,
baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia yang berhubungan dengan agama Islam dan
kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat secara menyeluruh. Pada masa Abbasiyah, selalu
diadakan perdebatan dan diskusi tentang keahlian bersyair diantara sastrawan dari berbagai
disiplin ilmu, termasuk juga perlombaan di antara para seniman dan pujangga, khususnya dalam
bidang kaligrafi Alquran dan arsitektur. Lembaga pendidikan ini menjadi salah satu corong
pemerintah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang seni dan budaya umat
Islam sehingga mampu menghasilkan karya seni dan budaya yang menakjubkan saat itu
Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan Islam mengalami zaman
keemasan majelis berarti sesi dimana aktifitas pengajaran atau diskusi berlangsung seiring
dengan perkembangan pengetahuan dalam Islam. Majelis digunakan untuk kegiatan transfer
keilmuan dari berbagai ilmu, sehingga majelis banyak ragamnya. Setidaknya ada 7 macam
majelis yang dapat diketahui yaitu :
1.
Majelis al-Hadits
Majelis ini biasanya diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dalam bidang hadits.
Ulama tersebut membentuk majlis untuk mengajarkan ilmunya kepada murid-murid.
2.
Majelis At-Tadris
8
Majelis ini biasanya menunjukkan kepada majelis selain dari pada hadits, seperti majelis
fiqih. Majelis nahwu, atau majelis kalam.
3.
Majelis al-Munazharoh
Majelis ini dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan mengenai suatu
masalah oleh para ulama’. Menurut Ahmad Syalabi khalifah Muawiyah sering mengundang para
ulama’ untuk berdiskusi di istananya, demikian juga dengan khalifah al-Ma’mun dan dinasti
Abbasiah. Di luar istana majlis ini ada yang dilaksanakan secara kontinu dan spontanitas, bahkan
ada yang berupa kontes terbuka dikalangan ulama’. Untuk model ini biasanya hanya dipakai
untuk mencari populeritas ulama’ saja.
4.
Majelis al Muzakaroh
Majelis ini merupakan inovasi dari murid-murid yang belajar hadis. Majelis ini
diselenggarakan sebagai sarana untuk berkumpul dan saling mengingat dan mengulangi
pelajaran yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru.
5.
Majelis al-Adab
Majelis ini adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi, silsilah dan
laporan sejarah bagi orang orang terkenal.
6.
Majelis al-Fatwa dan Majlis al-Nazar
Majelis ini merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu masalah di
bidang hukum kemudian difatwakan. Disebut pula majelis al-Nazar karena karakteristik Majelis
ini adalah majlis tempat perdebatan diantara ulama fiqih/hukum islam.
2.3.
Macam-Macam Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia
9
Dilihat dari jenisnya pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
2. Lembaga pendidikan formal
3. Lembaga pendidikan nonformal
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antar kelompok
orang yang mempunyai pola–pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum
ada di lingkungannya. Didalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah Usrah dan Nasb. Orang
tua meupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya, dikatakan pendidik pertama,
karena ditempat inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum ia
menerima pendidikan yang lain.4
Kemudian pada usia sekolah anak mempunyai lingkungan yang baru, yaitu lingkungan
sekolah. Fase ini disebut fase sosialisasi, ia mulai kenal dengan teman-teman, guru-guru dan
lain-lain. Daya intelektual mulai berkembang dan sifat ingin tahu semakin menonjol, ingin
meniru sesuatu yang dianggap baik sampai akhirnya memasuki masa remaja yang ditandai
dengan anak ingin berdiri sendiri dan lepas dari orang dewasa. Pada saat ini timbul perhatian
pada lawan jenis ia mulai bimbang terhadap nilai-nilai lama dan berusaha mencari nilai-nilai
baru.
Hal-hal yang seharusnya dilakukan orang tua kepada anaknya:
Memberikan kebebasan yang terbatas dalam arti, memberikan tuntunan,
bimbingan, nasehat, dan pengenndalian.
Mengadakan komunikasi secara timbal balik.
Memberikan kesempaatan mereka untuk berpendapat.
Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dala penyelesaian dalam suatu
pekerjaan.
Jangan terlalu memanjakan atau mengekang mereka
Memberikan perhatian, pendidikan, kedisiplinan dan akhlatul karimah serta
pendidikan untuk hidup mandiri.
2. Lembaga Pendidikan Formal
4 Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag Pengantar Pendidikan Islam hlm 141
10
Menurut Abu Ahmadi Nur Uhbiyati, lembaga pendidikan formal adalah
pendidikan yang diadakan ditempat tertentu,teratur,sistematis,mempunyai perpanjangan
dan dalam kurun waktu tertentu berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan
tinggi
dan
dilaksanakan
berdasarkan
aturan
resmi
yang
telah
ditetapkan.lemaga pendidikan islam diindonesia adalah :5
a. Raudathul Atfal.
Raudathul Atfal ini terdiri dari 3 tingkatan yakni: Tingkat A (anak umur 3-4 tahun),
tingkat B (anak umur 4-5 tahun), dan tingkat C (anak umur 5-6 tahun)
b. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah
serta menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar yang
sekurang-kurangnya 30 % disamping mata pelajaran lain
c.
d.
e.
f.
Madrasah Tsanhawiyah (MTS)
Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat
Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau yanhg sederajat
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI),
Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis
milik yayasan atau organisasi keislaman.
Sejarah Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia bermula pada awal tahun 1945
ketika Masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pada
april 1945 Masyumi menyelenggarakan pertemuan di Jakarta yang dihadiri oleh organisasiorganisasi Islam, kalangan intelektual dan ulama serta unsur pemerintah (shumubu). Tokoh-tokoh
yang hadir yaitu KH. Abdul Wahab, KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahid Hasyim, KH. Mas Mansur,
K.H.A. halim, KH. Imam Zarkasyi, Mr. Moh. Roem. Rapat tersebut berhasil mewujudkan
rencana mendirikan Sekolah Tinggi Islam dibawah pimpinan Moh. Hatta. STI dibuka secara
resmi pada tanggal 8 juli1945 di Jakarta.
Adapun tujuan didirikannya STI adalah untuk memberikan pelajaran dan pendidikan
tinggi tentang ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu kamasyarakatan, agar menjadi penyiar dan
memberikan pengaruh Islam di Indonesia.Lama masa studi di lembaga ini direncanakan
berlangsung selama 2 tahun sampai mencapai gelar sarjana mudan, ditambah 2 tahun lagi untuk
5 Ibid hlm 142-143
11
memperoleh sarjana. Kurikulumnya mencontoh dari Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar
di kairo.
3. Lembaga Pendidikan Nonformal
Lembaga Pendidikan Nonformaladalah lembaga penndidikan yang teratur namun tidak
mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Abu ahmadi mendefinisikan lembaga nonformal
kepada semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja,tertib,dan terencana
diluar kegiatan lembaga sekolah.6
Lembaga pendidikan islam yang tergolong dalam segala jenis ini adalah: 1). mesjid,
mushallah, langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan
resmi, 3). Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa,
6).Kursus-kursus keislaman, 7). Badan pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan,
9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)
Dalam pendidikan masa kini ada istilah home schooling. Masalahnya aakah pendidikan
seperti ini termasuk kedalam kategori pendidikan informal,atau formal bahkan bias juga
nonformal. Jika dikatakan formal, tetapi pendidikan ini berlangsung dirumah bukan berlangsung
ditemat-tempat resmi seperti sekolah, dan yang lainnya. Jika diikatakanh nonformal, tapi
pendidikan ini mempunyai surat izin dari dinas pendidikan. Sangat membiingungkan pengertian
home schooling ini karena tidak termasuk kedalam kategori lembaga-lembaga yang ada.7
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya
pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Lembaga
pendidikan islam itu adalah suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam.
6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9, hlm. 283
7Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag, Op cit hal 143
12
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan
dan tafsirnya yang khas.
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis,
tingkatan dan tafsirnya yang khas. Diantaranya yaitu Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis,
Majlis al-Hadits, Majlis al-Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan,
Ribath, Rumah-rumah Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan.
Pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:Lembaga pendidikan
informal (keluarga),Lembaga pendidikan formal (Raudathul Atfal),Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanhawiyah (MTS), Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat,
Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas
Islam (SMAI) atau yanhg
sederajat,Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI), Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis
milik yayasan atau organisasi keislaman, Lembaga pendidikan nonformal 1). mesjid, mushallah,
langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi, 3).
Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa, 6).Kursuskursus keislaman, 7). Badan pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan,
9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).
3.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag ,Pengantar Pendidikan Islam,Yogyakarta: Bahari Press, 2012
Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010
13
Drs.Hasan Basri ,M.Ag ,dan Drs.Beni Ahmad Saebani ,M.Si. Ilmu Pendidikan Islam (jilid
ii), Bandung, CV Pustaka Setia,2010.
14