Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 BAB. V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA TANGERANG
5.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANGERANG
Dalam Sistem Perkotaan Nasional, Kota Tangerang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana yang dikemukakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008. Penetapan Kota Tangerang sebagai PKN ini sudah tertuang di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang serta Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten Tahun 2010-2030.
Beberapa faktor yang mendasari penetapan Kota Tangerang sebagai PKN tersebut adalah: a.
Kota Tangerang sebagai bagian dari Kawasan Megapolitan Jabodetabek; b. Kota Tangerang sebagai pintu gerbang provinsi dari segi transportasi udara; c. Kota Tangerang sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional karena adanya Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta; dan d.
Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan, perdagangan dan jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan. Rencana struktur ruang wilayah Kota Tangerang meliputi: a. sistem pusat pelayanan; b. sistem jaringan transportasi; c. sistem jaringan energi dan kelistrikan; d. sistem jaringan telekomunikasi; e. sistem jaringan sumber daya air; dan f. sistem infrastruktur perkotaan. Rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan dalam peta Rencana Struktur Ruang Kota Tangerang sebagaimana terlihat pada gambar 5.1.
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 Gambar. 5.1. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA TANGERANG
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
A. SISTEM PUSAT PELAYANAN
Rencana sistem pusat pelayanan dimaksudkan untuk memperjelas hirarki kota sesuai dengan struktur kota yang ditetapkan sehingga diperoleh suatu sistem pemanfaatan ruang yang optimal untuk setiap bagian kota. Dalam realitanya, pengembangan sistem pusat pelayanan akan mempermudah masyarakat kota untuk mendapatkan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan.
Pembagian sistem pusat pelayanan dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai berikut : Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan, perdagangan dan jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan.
Penetapan Kota Tangerang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam Rencana Sistem Perkotaan Nasional Jangkauan pelayanan secara fungsional Aksesibilitas antar kawasan dan antar wilayah Kelengkapan dan pemusatan sarana dan prasarana Efisiensi pemanfaatan lahan Dalam pengembangan ke depannya, Sistem Pusat Pelayanan Kota Tangerang 20 tahun depan, dimana direncanakan 4 Pusat Pelayanan Kota (PPK), 3 Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), dan 6 Pusat Lingkungan (PL). Pusat pelayanan kota meliputi: a.
PPK I sebagai Pusat Kota Baru memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional ditetapkan di Kecamatan Tangerang; b. PPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah tinggi ditetapkan di Kecamatan Cibodas; c.
PPK III memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan menegah rendah ditetapkan di Kecamatan Pinang; dan d.
PPK IV memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah rendah ditetapkan di Kecamatan Cipondoh.
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
PPK dikembangkan dengan konsep “green heart” yaitu jantung kota yang hijau. Konsep green heart ini diharapkan akan menjadi citra baru bagi Kota Tangerang, yang benar-benar menanamkan konsep
back to nature. Program green heart adalah sebuah upaya dalam mewujudkan kota yang hijau dan
rindang, penuh pepohonan serta sehat yang merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kota Tangerang dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Kota hijau, merupakan konsep pembangunan yang pro-lingkungan dimana di dalam perwujudannya, dibutuhkan kepedulian dari seluruh lapisan masyarakat.
Subpusat Pelayana Kota meliputi: a.
SPPK I memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan menegah, perumahan kepadatan tinggi, industri konveksi/tekstil skala kecil dan rumah tangga ditetapkan di Kecamatan Ciledug; b. SPPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan menengah tinggi, dan industri terpadu berwawasan lingkungan ditetapkan di Kecamatan Periuk; dan c.
SPPK III memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan Bandar Udara Internasional Soekarno
- – Hatta, industri kecil dan menengah yang ramah lingkungan, dan perumahan kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan Benda.
Pusat lingkungan meliputi:
a. PL I ditetapkan di Kelurahan Kreo Kecamatan Larangan; b.
PL II ditetapkan di Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah; c. PL III ditetapkan di Kelurahan Batuceper Kecamatan Batuceper; d.
PL IV ditetapkan di Kelurahan Neglasari Kecamatan Neglasari;
e. PL V ditetapkan di Kelurahan Cimone Kecamatan Karawaci; dan f.
PL VI ditetapkan di Kelurahan Jatake Kecamatan Jatiuwung. Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat pelayanan Kota Tangerang dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.2.
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 Tabel 5.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA TANGERANG PUSAT PELAYANAN / SUB SKALA No. FUNGSI PUSAT PELAYANAN / PELAYANAN UNIT LINGKUNGAN
A. PUSAT KOTA
1. PUSAT KOTA BARU Pusat pemerintahan Kota Regional & Kota Tangerang Pusat Perdagangan dan Jasa Perkantoran Permukiman
2. PUSAT KOTA LIPPO Perkantoran Regional & Kota
KARAWACI UTARA
Pusat perdagangan dan jasa Permukiman
3. PUSAT KOTA ALAM SUTRA Perkantoran Regional & Kota Pusat perdagangan dan jasa Permukiman
4. PUSAT KOTA CIPONDOH Perkantoran Regional & Kota Pusat perdagangan dan jasa Permukiman
B. SUB PUSAT KOTA
1. CILEDUG Perdagangan dan Jasa Kota dan Lokal Permukiman
2. PERIUK Perdagangan dan jasa Kota dan Lokal Permukiman Industri Non Polutan
3. BENDA Perdagangan dan Jasa Regional & Kota Permukiman Pergudangan dan Industri ringan non polutan
C. PUSAT LINGKUNGAN
1. KARAWACI Permukiman Kota dan Lokal Perdagangan dan Jasa
Industri eksisting
Regional
2. BATUCEPER Permukiman Kota dan Lokal Perdagangan dan jasa
Industri non polutan
Regional
3. NEGLASARI Perdagangan dan jasa Kota dan lokal Permukiman Industri ringan non polutan dan
pergudangan
4. LARANGAN Permukiman Kota dan lokal Perdagangan dan jasa Wisata Belanja Cipadu Regional
5 KARANG TENGAH Permukiman Kota dan Lokal Perdagangan dan jasa Pusat Tanaman Hias Regional
6 JATIUWUNG Industri Non Polutan Regional
Sumber : Hasil Rencana, 2010 Perdagangan dan jasa Kota dan lokal Permukiman
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-6
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 Gambar 5.2 PETA RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-7
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
B. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI
Transportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi maupun sosial. Oleh karenanya kegiatan tersebut perlu diarahkan pada terwujudnya sistem jaringan transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, aman, lancar, nyaman, efisien dan selamat dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola distribusi. Dalam rangka mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang yang efektif dan efisien memang secara ideal seluruh program dapat dilaksanakan secara simultan namun hal tersebut sudah barang tentu sangat sulit untuk diwujudkan mengingat berbagai keterbatasan baik dari segi waktu maupun penganggaran, oleh karena itu guna mewujudkan kegiatan transportasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka rencana dalam mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut: a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan perkeretaapian; dan c. simpul transportasi udara. Rencana sistem jaringan transportasi Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci dalam peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi dapat dilihat pada Gambar
C. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
Rencana Pengembangan sistem jaringan transportasi darat meliputi:
a. sistem jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan c. jaringan pelayanan angkutan jalan.
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-8
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 Gambar 5.3 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI KOTA TANGERANG
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-9
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 1) Sistem Jaringan Jalan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah ditetapkan mengenai sistem, fungsi dan status jalan di wilayah perkotaan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan fungsi jalan yang dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, baik dalam sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sedangkan menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan nasional terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional. Jalan provinsi terdiri atas jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. Di dalam RTRW Kota Tangerang tidak semua fungsi jalan ditetapkan hanya pada tingkatan jalan arteri dan jalan kolektor, dengan perincian :
1. Jalan Arteri Primer adalah jalan nasional dalam sistem jaringan jalan primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat- pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor Primer adalah jalan provinsi dalam sistem jaringan jalan primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat provinsi, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat- pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-10
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
- –Jalan Daan Mogot –Jalan Merdeka–Jalan Gatot Subroto– Batas Kota dengan Kabupaten Tangerang;
- –Jalan Merpati–Jalan Garuda; 9.
- –Jalan HOS. Cokroaminoto–Batas Kota dengan DKI
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-11 3. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
4. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota, yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Atas dasar pengertian-pengertian tersebut di atas dan rencana sistem pusat pelayanan kota, maka direncanakan pengembangan jalan sebagai berikut : a. jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan Batas Kota dengan DKI Jakarta
b. jaringan jalan arteri sekunder meliputi: 1.
Jalan Benteng Betawi; 2. Jalan Imam Bonjol;ruas Jalan Oto Iskandardinata –Jalan KS. Tubun; 3. Jalan M. Toha; 4. Jalan Prabu Kiansantang; 5. Jalan Prabu Siliwangi; 6. Jalan Pajajaran;mruas Jalan Teuku Umar –Jalan Proklamasi; 7. Jalan Bouraq (Lio Baru);
8. Jalan Pembangunan 3; ruas Jalan Juanda
Jalan Halim Perdanakusuma; ruas Jalan Husein Sastranegara –Jalan AMD; dan 10.
Jalan Raden Saleh;
c. jaringan jalan kolektor primer meliputi: 1. ruas Jalan KH. Hasyim Ashari
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
Jakarta; dan 2. ruas Jalan Raden Fatah –Jalan Jombang Raya–Batas Kota dengan Kota
Tangerang;
d. jaringan jalan kolektor sekunder dapat dilihat pada Tabel 5.2;
e. jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar pusat- pusat permukiman; f. jaringan jalan lingkungan sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar persil dalam wilayah kota, kecuali yang dikategorikan sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal; g. jaringan jalan tol meliputi: 1. ruas Jalan Tol Jakarta –Tangerang; 2. Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo ruas Batas Kota dengan Provinsi DKI Jakarta –Bandar
Udara Internasional Soekarno Hatta;
Rencana Jalan Tol JORR II ruas Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta Batuceper
- – 3.
- –Kunciran–Serpong; dan
4. Rencana Jalan Tol JORR II ruas Teluknaga
- –Batuceper; dan
h. jaringan jalan lokal sekunder dan lingkungan sekunder akan diatur lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang yang terdiri dari rencana detail tata ruang dan rencana tata ruang kawasan strategis.
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-12
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
28
21
22
23
24
25
26
27
29
19
30
31
32
33
34
35
36
37
20
18
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-13
7
Tabel 3.2 RENCANA PENGEMBANGAN JALAN KOLEKTOR SEKUNDERNO NAMA JALAN
1
2
3
4
5
6
8
17
9
10
11
12
13
14
15
16
38 Jl. Adam Malik Jl. Wahid Hasyim Jl. dr. Cipto Mangunkusomo Jl. Pondok Kacang Jl. Lingkar Selatan Jl. Muchtar Raya Jl. Swadaya (Perumahan Larangan Indah) Jl. Puri Beta Utara (Perumahan Puri Beta) Jl. Bazoka Raya Jl. Raden Saleh Jl. Tembus Kr. Tengah - Larangan Jl. Graha Raya Jl. KH. Mas Mansyur Jl. Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Gempol Raya Jl. Kyai Maja Jl. Alam Sutra (Perumahan Alam Sutra) Jl. HR. Rasuna Said Jl. Frontage Tol JORR II Jl. H. Mansur Jl. KH. Ahmad Dahlan Jl. Ki Hajar Dewantara Jl. Tembus Polsek Cipondoh-Pikun Jl. Maulana Hasanudin Jl. Sisi Barat Maulana Hasanudin Jl. Tembus Komplek Garuda - Poris Indah Jl. Poris Jaya Jl. Poris Indah Jl. Panglima Polim Jl. Permata Raya ( Perumahan Taman Royal) Jl. KH. Agus Salim Jl. Sisi Utara Rel Kereta Jl. Frontage Tol JORR II Jl. Wijaya Kusuma (Perumahan Banjar Wijaya) Jl. Taman Golf Boulevard (Perumahan Modernland) Jl. Modern Golf Boulevard (Perumahan Modernland) Jl. Hartono Boulevard (Perumahan Modernland) Jl. Honoris Raya (Perumahan Modernland) Jl. Kampung Kelapa Jl. Tembus Modernland - Frontage
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
- –Batas Kota dengan Kota Tangerang; 2.
- –Bandara (STA 11); b.
- –Tangerang (Frontage Tol); c.
- –Jalan Raden Fatah–Jalan Puri Kartika–Jalan Graha Raya; i.
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-14 NO NAMA JALAN 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
Jl. Gajah Tunggal Jl. Caplang Jl. Tembus Caplang - Mutiara Pluit Jl. Duta Indah Residen Jl. Doyong Jl. Purati Jl. Vila Tangerang Raya (Perumahan Vila Tangerang Regensi) Jl. Mutiara Pluit Utama (Perumahan Mutiara Pluit) Jl. Taman Elang Jl. Kota Bumi
Pengembangan dan optimalisasi jaringan jalan terdiri atas:
1. Pengembangan Jalan Strategis Nasional meliputi ruas Jalan Jendral Sudirman –Jalan M.H.
Thamrin
Pembangunan jalan meliputi: a.
Jalan Ciledug
Jalan Sepanjang Sisi kanan kiri Tol Jakarta
Jalan Sepanjang Sisi Kanan Kiri Sungai Cisadane (Promenade); d.
Jalan Sisi Utara Rel Kereta Api; e. Jalan Sisi Selatan Mookervart; f. Jalan Cadas Kedaung; g.
Jalan Tembus Jalan Prabu Kiansantang –Jalan Pajajaran; dan h. Jalan Lingkar Selatan terdiri dari ruas Jalan Adam Malik –Jalan Taman Asri Lama–
Jalan Cipto Mangunkusumo
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
3. pengembangan rencana simpang tidak sebidang meliputi:
a. simpang Jalan Jenderal Sudirman
- –Jalan Pembangunan 3; b.
simpang Jalan Jendral Sudirman – rel kereta api c. simpang Benda; d. simpang Jalan Gatot Subroto
- –Jalan Gajah Tunggal; e.
simpang Jalan Gatot Subroto –Jalan Siliwangi; f. simpang Jalan Gatot Subroto –Jalan Telesonik; g. simpang Jalan Ciledug –Bandara (STA 11) dengan Jalan Daan Mogot; dan h. simpang Jalan Ciledug –Bandara (STA 11) dengan Jalan Benteng Betawi dan rel kereta api;
4. optimalisasi simpang tidak sebidang eksisting meliputi: a. simpang Cikokol;
b. simpang Ciledug;
c. simpang Jalan Jendral Sudirman
- –Jalan Hasyim Ashari; dan d.
simpang Jalan Gatot Subroto –Jalan Taman Cibodas.
5. pembangunan jembatan meliputi: a. jembatan yang menghubungkan Kedaung dengan Sepatan (eretan); b. jembatan yang menghubungkan Jalan M.H. Thamrin dengan Jalan Imam Bonjol; c. jembatan yang menghubungkan Jalan Pembangunan 3 dengan Cadas; dan d. jembatan yang menghubungkan Jalan K.S. Tubun dengan Jalan Lio Baru; 6. penataan perempatan dan persimpangan jalan dalam wilayah kota; 7. sistem jaringan jalan didesain dan dapat difungsikan sebagai jalur angkutan umum massal; dan
8. persilangan dengan jalur kereta api diarahkan menjadi persilangan tidak sebidang.
B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud meliputi terminal angkutan penumpang dan terminal angkutan barang. Rencana pengembangan terminal angkutan penumpang di Kota Tangerang meliputi:
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-15
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
1. Terminal Tipe A meliputi Terminal Poris Plawad dengan konsep pengembangan sebagai terminal terpadu dan Terminal Jatiuwung;
2. Terminal Tipe B yaitu pembangunan terminal antar kota di perbatasan. Pembangunan terminal perbatasan dilakukan sebagai upaya membatasi angkutan umum khususnya bus antar kota antar propinsi masuk ke dalam kota. Terminal perbatasan yang akan direncanakan terdiri dari meliputi:
a. Terminal Ciledug atau Larangan;
b. Terminal Imam Bonjol di Kecamatan Cibodas; dan c. Terminal Cadas atau Periuk . Pengembangan terminal di wilayah Ciledug dan sekitarnya sudah sangat mendesak. Hal ini dikarenakan Ciledug dan sekitarnya merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta pemukiman yang padat, oleh karenanya Ciledug merupakan pusat bangkitan dan tarikan lalu lintas yang tinggi yang berdampak pada tingginya tingkat mobilitas di wilayah tersebut dan hal tersebut tidak dibarengi penyediaan kapasitas jalan yang memadai sehingga seringkali terjadi kemacetan lalu lintas. Kondisi Ciledug yang merupakan salah satu titik rawan kemacetan lalu lintas semakin diperparah dengan kesemrawutan lalu lintas yang disebabkan oleh angkutan umum yang mangkal/parkir di tiap sudut bagian wilayah Ciledug. Hal tersebut dikarenakan terminal Lembang yang ada sudah tidak berfungsi lagi mengingat lokasi tersebut untuk saat ini telah difungsikan sebagai pasar tradisional. Dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah Ciledug yang kian hari bertambah parah maka Pemerintah Kota telah melakukan penanganan dengan membangun underpass persimpangan Ciledug, dimana diharapkan dengan adanya simpang susun akan mereduksi titik konflik arus lalu lintas sehingga kelancaran lalu lintas dapat terwujud. Namun demikian persoalan kemacetan lalu lintas tidak hanya disebabkan oleh konflik lalu lintas di persimpangan Ciledug saja tetapi hal yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai terminal bayangan dari angkutan umum yang beroperasi di wilayah Ciledug sehingga sangat mempengaruhi sekali terhadap tingkat kelancaran lalu lintas.
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-16
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
Sebagai informasi angkutan umum yang beroperasi di wilayah Ciledug terdiri dari ± 14 trayek dengan jumlah kendaraan ± 1.750 unit. Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di wilayah Ciledug dan sekitarnya harus dilaksanakan secara komprehensif. Hal yang sangat perlu dipertimbangkan adalah dengan mengembangkan Terminal angkutan penumpang umum di wilayah Ciledug yang difungsikan sebagai berikut: a.
Adanya terminal Ciledug akan berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu lintas dimana angkutan umum yang beroperasi di wilayah tersebut memiliki orientasi asal dan tujuan sebagai titik transfer penumpang sehingga dengan lokasi terminal yang representatif dapat menghilangkan terminal bayangan dan pada akhirnya dapat berkonstribusi terhadap kelancaran lalu lintas di wilayah Ciledug.
b. Berdasarkan informasi yang ada, oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta akan
dikembangkan Koridor Bus way Blok M
- – Ciledug maka dengan adanya pengembangan terminal Ciledug dapat digunakan sebagai terminal asal/tujuan bus
way, dimana dengan masuknya bus way ke wilayah Ciledug secara signifikan
dapat berkonstribusi pada peningkatan kelancaran lalu lintas mengingat munculnya harapan adanya peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Supaya keberadaan terminal nantinya dapat beroperasi secara optimal, maka pengembangan terminal dilengkapi dengan penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park
and ride untuk berpindah angkutan di terminal. 3. terminal Tipe C meliputi terminal eksisting yaitu
Terminal Cimone dan Terminal Cibodas serta pengembangan terminal baru dalam kota. Rencana terminal penumpang Tipe C akan dijelaskan lebih rinci dalam rencana detail tata ruang. Selain mengembangkan terminal angkutan penumpang, akan direncanakan pembangunan terminal angkutan barang yang berlokasi di Kecamatan Jatiuwung, karena kecamatan ini merupakan wilayah dengan dominasi kegiatan industri. Secara umum permasalahan yang dihadapi leh angkutan barang adalah belum tersedianya terminal angkutan barang dan jaringan lintas yang representatif dimana pilihan jalur untuk lalu lintas angkutan barang pada jaringan jalan kota terbatas.
Adapun konsep dasar pengembangan program pengembangan jaringan lintas dan terminal angkutan barang adalah sebagai berikut: Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-17
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
a. Dalam mengembangkan jaringan lintas angkutan barang sumber daya yang dibutuhkan adalah adanya sistem jaringan jalan yang menghubungkan langsung ke pusat-pusat kegiatan pembangkit dan penarik distribusi barang (industri, pergudangan, bandara) b. Berdasarkan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada sesuai dokumen RTRW Kota
Tangerang menunjukkan sistem jaringan jalan yang terbentuk sangat menunjang konsep tersebut, dimana secara makro adanya pola jalan circular yang memungkinkan pengembangan jaringan lintas angkutan barang melalui ruang-ruang kegiatan distribusi barang dan kondisi demikian akan sangat mengeliminir lalu lintas angkutan barang yang selama ini menjadi salah satu komponen utama yang berkonstribusi pada kurang lancarnya arus lalu lintas di pusat-pusat kota.
c. Selain dari pengembangan jaringan lintas maka guna mengoptimalkan distribusi barang perlu diwujudkan adanya terminal angkutan barang yang memiliki jaringan pelayanan yang terintegrasi dengan sistem kepelabuhan sehingga kecepatan, kepastian dan biaya distribusi barang menjadi lebih efisien.
d. Dengan terbentuknya sistem jaringan lintas dan terminalisasi angkutan barang
diharapkan lebih menjamin kelancaran distribusi barang sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi kota Tangerang untuk berkompetisi dalam menarik investor .
C. Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pada hakekatnya pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan merupakan perubahan yang mendasar pola pelayanan angkutan penumpang umum terutama angkutan AKAP dan Bus Kota yang beroperasi di wilayah Kota Tangerang. Adapun konsep dasar pengembangan program ini adalah sebagai berikut:
- – a. Dengan terbangunnya jaringan jalan STA 11 yang menghubungkan Tol Jakarta Merak Benteng Betawi – Tol Prof Sedyatmo ataupun terbangunnya jaringan jalan STA 15 yang dikenal sebagai JORR 2 yang menghubungkan BSD
- – Tol Jakarta Merak – Bandara Soekarno Hatta merupakan sumber daya dalam mengembangkan sistem primer jaringan pelayanan angkutan penumpang umum dimana Bus AKAP dan Bus Kota yang menghubungkan Kota Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-18
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-19 Tangerang dengan daerah lain diarahkan pada jaringan jalan dimaksud menuju ke Terminal Poris Plawad.
b. Konsep tersebut akan berdampak mengurangi kepadatan lalu lintas yang melintas di pusat kota yakni Jalan Jendral Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin.
c. Selain dari itu konsep tersebut dapat secara signifikan mengoptimalkan fungsi Terminal Poris Plawad sebagai central terminating akibat adanya perubahan pola pergerakan angkutan, dimana akan menghilangkan transfer penumpang di sepanjang ruas Jalan Jendral Sudirman dan Jalan MH. Thamrin sehingga para penumpang secara sistem diarahkan melakukan pindah moda angkutan di Terminal Poris Plawad.
Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan meliputi:
a. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota yang diarahkan sebagai moda angkutan umum pada jalan-jalan utama yang memiliki nilai strategis; dan
b. sistem angkutan massal berbasis jalan yang terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK.
Pengembangan potensi sistem angkutan umum massal (SAUM) di wilayah Kota Tangerang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut bahwa konsep sistem angkutan umum massal (SAUM) adalah mengedepankan passenger traffic daripada vehicle
traffic yakni:
a. Melayani tingginya tingkat mobilitas masyarakat dengan penyediaan jumlah angkutan umum terbatas namun sesuai kebutuhan, adanya angkutan umum massal dapat memberikan pilihan bagi pelaku perjalanan yang selama ini dalam melakukan mobilitasnya dengan menggunakan kendaraan pribadi diharapkan beralih ke angkutan umum massal sebagai sarana angkut alternatif, terlaksananya kedua kondisi tersebut
diatas, diharapkan dapat berkonstribusi terhadap penurunan kepadatan lalu lintas di koridor- koridor utama wilayah Kota Tangerang.
Adanya perubahan kebijakan transportasi umum di wilayah DKI Jakarta yang difokuskan pada pengembangan angkutan massal, maka berdampak pula terhadap pola mobilitas masyarakat
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
daerah penyangga termasuk Kota Tangerang mengingat sebagian besar pola pergerakan masyarakat daerah penyangga merupakan pelaku perjalanan komuter. Oleh karena itu Sistem Angkutan Umum Massal Kota Tangerang dapat memberikan peluang kemudahan berupa transportasi umum yang andal, dimana selain dapat menghubungkan kawasan permukiman di wilayah Kota Tangerang dengan pusat-pusat kegiatan lainnya secara aman, nyaman, tepat waktu dan teratur juga dapat terintegrasi dengan pelayanan angkutan massal di wilayah lainnya seperti Trans Jakarta. Pengembangan angkutan massal diharapkan selain dapat meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum, juga diharapkan dapat menekan biaya transportasi karena tarif yang dikenakan angkutan massal lebih rendah dibanding dengan angkutan non massal. Pengembangan potensi angkutan umum massal dengan sistem bus prioritas sangat memungkinkan dikembangkan di Kota Tangerang terutama di Koridor Jalan Daan Mogot
- – Jalan Sudirman – Jalan MH. Thamrin.
Pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota meliputi:
a. Koridor Cadas
- –Terminal Poris Plawad;
b. Koridor Jatiuwung
- –Terminal Poris Plawad;
c. Koridor Karawaci
- –Terminal Poris Plawad;
d. Koridor Ciledug
- –Terminal Poris Plawad;
e. Koridor Bandara Internasional Soekarno Hatta
–Tangerang; dan
f. Koridor yang menghubungkan antara koridor dalam kota.
Namun demikian agar pengembangan sistem bus prioritas ini dapat dilaksanakan secara optimal, maka pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK meliputi:
a. Koridor Kalideres-Tangerang;
b. Koridor Blok M-Ciledug; dan Koridor Tangerang-Harmoni melalui Jalan Frontage Tol Jakarta- Tangerang.
c.
Pengembangan sistem angkutan umum massal JABODETABEK dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Pengembangan koridor dari Jakarta - Tangerang akan sangat mendudukkan wilayah Tangerang semakin
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-20
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 strategis mengingat masyarakat Tangerang dapat diberikan kemudahan mencapai seluruh wilayah DKI Jakarta.
b. Keberadaan sistem angkutan umum massal JABODETABEK memberikan daya tarik tersendiri pada sebagian penumpang komuter untuk melakukan transfer kendaraan umum yang pada akhirnya dapat mewujudkan sinergi antara sistem busway dengan trayek angkutan Kota Tangerang yang berorientasi di Terminal Poris Plawad sebagai trayek pengumpan jalur Busway (Feeder Busway) sehingga diharapkan penggunaan Terminal Poris Plawad sebagai central terminating menjadi lebih optimal.
c. Sistem Pengembangan angkutan massal ke Kota Tangerang yang menyatu dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK akan menjadi lebih efisien mengingat bahwa penumpang dari Tangerang ke Jakarta atau sebaliknya dilakukan hanya sekali perjalanan.
SISTEM JARINGAN PERKERETAPIAN
Sistem jaringan jalur kereta api sebagai salah satu moda transportasi tidak dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain. Transportasi sistem jaringan jalur kereta api, dibanding dengan transportasi jalan, mempunyai keunggulan tersendiri. Sistem jaringan jalur kereta api mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan memakai ruang secara lebih efisien. Karena itu, moda ini perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antar wilayah dan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kota Tangerang dilalui jalur kereta api Tangerang (Pasar Anyar) – Jakarta (Duri) sejauh 6,80 km. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi jaringan jalan. Arahan pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi pengembangan jalur kereta api dalam skala regional, pengembangan jalur kereta api untuk keperluan penyelenggaraan kereta api bagi, serta pengembangan jalur kereta api baru. Sistem jaringan perkeretapian meliputi:
jaringan jalur kereta api; dan a.
b. prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api.
Jaringan jalur kereta api meliputi: Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-21
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
a. peningkatan jalur kereta api jalur ganda Tangerang
- – Jakarta;
b. pengembangan jaringan jalur kereta api Tangerang
- – Jakarta;
c. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta
- – Jakarta;
d. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta
- – Serpong; dan
e. pengembangan prasarana dan sarana baru jaringan kereta api intra kota yang menghubungkan antar pusat pelayanan.
Prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api meliputi:
a. pengembangan stasiun kereta api eksisting meliputi Stasiun Tangerang, Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Batuceper dan Stasiun Poris; dan b. pembangunan stasiun baru pada rencana pengembangan jalur kereta api di Kelurahan Panunggangan Barat dan di pusat-pusat pelayanan.
SIMPUL TRANSPORTASI UDARA
Simpul transportasi udara lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar kawasan, sehingga arahan pengembangan bandar udara di Kota Tangerang meliputi: a. mendukung pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta yang ditetapkan sebagai bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer; dan b. penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar kawasan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta didasarkan pada batas kawasan kebisingan dan KKOP yang telah ditetapkan. Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Kota Tangerang dan sekitarnya dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno- Hatta, maka yang diperlukan adalah rencana pembangunan jalan bebas hambatan dan jaringan jalur kereta api untuk meningkatkan aksesibilitas ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
SISTEM JARINGAN ENERGI DAN KELISTRIKAN
Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan diarahkan agar terjamin keandalan dan kesinambungan penyediaannya. Sistem jaringan energi terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan b. jaringan tenaga listrik.
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-22
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
- – 10 tahun mendatang, dengan didasarkan pada kebutuhan sebagai berikut:
- – 5 jiwa
- – 1200 watt untuk rumah tangga
- jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dari Station PLN di
Kembangan Jakarta Barat ke Kecamatan Karang Tengah – Kecamatan Ciledug –Kecamatan Pinang dan PLTU 3- Banten ke Kecamatan Priuk – Kecamatan Neglasari – Kecamatan Batuceper – Kecamatan Cipondoh – Kecamatan Pinang – Kecamatan Tangerang – Kecamatan Cibodas – Kecamatan Jatiueung;
- Gardu Induk di Kelurahan Batujaya Kecamatan Batuceper, Gardu Induk di Kelurahan Cikokol
Kecamatan Tangerang, Gardu Induk di Kelurahan Gandasari Kecamatan Jatiuwung, dan Gardu Induk di Kelurahan Periuk Jaya Kecamatan Periuk, pengadaan gardu distribusi di seluruh wilayah kota; dan pengembangan jaringan transmisi bawah tanah.
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-23 Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas:
a. Pengembangan Rencana Wilayah Jaringan Distribusi Tangerang sesuai dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional; b. pengembangan pelayanan energi gas untuk transportasi melalui pengadaan Stasiun Pengadaan Bahan Bakar Gas (SPBBG) pada jalan- jalan arteri dan kolektor; c. pengembangan energi alternatif bagi masyarakat dengan pendistribusian gas melalui perpipaan; dan d. penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi diatur lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi.
Penetapan rencana pelayanan kebutuhan prasarana listrik di masa mendatang perlu memperhatikan ketentuan penetapan jaringan kabel harus mengikuti koridor jalan utama maupun lingkungan, dan perkiraan kebutuhan listrik 5
Diasumsikan tiap keluarga terdiri dari 4
Standar kebutuhan listrik antara 450
Standar kebutuhan kegiatan sosial dan ekonomi 250% dari kebutuhan rumah tangga Daya listrik untuk industri besarnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pengembangan jaringan tenaga listrik dilakukan melalui:
a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi:
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-24
b. pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan permukiman dan peningkatan
kualitas penerangan jalan umum pada jalan protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktifitas
masyarakat;c. penyediaan energi listrik alternatif yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan tenaga surya,
angin, dan sumber lainnya terutama untuk bangunan-bangunan dengan kebutuhan energi listrik yang
besar; dand. penyediaan dan pemanfaatan jaringan tenaga listrik diatur lebih lanjut oleh penyelenggara kelistrikan.
Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan wilayah Kota Tangerang digambarkan dalam peta Rencana Jaringan Transmisi dan Distribusi Jaringan Listrik Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 Gambar 3.4 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN KELISTRIKAN KOTA TANGERANG
Bab. V | RPI2JM KOTA TANGERANG 5-25
M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin terselenggaranya telekomunikasi melalui jaringan yang diselenggarakannya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib membangun
dan atau menyediakan jaringan telekomunikasi;b. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun jaringan telekomunikasi wajib memenuhi
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;c. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun dan atau menyediakan jaringan telekomunikasi,
wajib mengikuti ketentuan teknis dalam Rencana Dasar Teknis;d. Ketentuan mengenai Rencana Dasar Teknis ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas:
a. pengembangan komunikasi sistem kabel, seluler dan satelit;
b. arahan pengembangan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, sebagai kebutuhan informasi tersebar di seluruh kecamatan; c. pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah untuk menjaga dan meningkatkan kualitas ruang kota; d. pembangunan, penataan dan pengendalian menara telekomunikasi dengan sistem penggunaan menara bersama telekomunikasi (BTS) untuk mendukung efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang yang diatur lebih lanjut dengan peraturan Walikota; dan