BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN 4.1. ASPEK LINGKUNGAN - DOCRPIJM_6bd61006a5_BAB IVBab 4. ASPEK EKONOMI, LINGKUNGAN DAN SOSIAL_OK.pdf

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1. ASPEK LINGKUNGAN

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

  Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :

  “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan- Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan kesanggupan Pengelolaan danPemantauanLingkungan Hidup (SPPLH)

  ” 2.

   UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

  “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang

  ” 3.

   Peraturan Presiden No.5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

  “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  4. Permen LHNo. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

  Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk penyiapan alternative penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan atau UKL danUPL.

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotadalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  1. Pemerintah Pusat a.

  Menetapkan kebijakan nasional.

  b.

  Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c.

  Menetapkan dan melaksan akan kebijakan mengenai KLHS.

  d.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  e.

  Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

  f.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  g.

  Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h.

  Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup. i.

  Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j.

  Menetapkan standar pelayanan minimal.

  2. Pemerintah Provinsi a.

  Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b.

  Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d.

  Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  e.

  Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

  f.

  Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g.

  Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  3. Pemerintah Kabupaten

  a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Menurut UUNo.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar danterintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan didalam RPIJM karena: 1.

  RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan karena RPIJM berada

  pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatifter hadap lingkungan hidup. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi sangat diperlukan untuk mentransfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

  Tahapan Pelaksanaan KLHS

  Selanjutnya tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM persektor dengan mempertimbangkan isu- isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan an/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

  Untuk lebih jelasnya tentang Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotawaringin Barat

  No. Kriteria Penapisan Penilaian Uraian Pertimbangan Kesimpulan: (Signifikan/ TidakSignifikan) 1.

  Perubahan Iklim Terjadi beberapa tahun terakhir akibat pengaruh perubahan iklim Australia, tapi masih pada batas aman

  Tidak signifikan 2.

  Kerusakan,kemeros otan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

  Kerusakan hutan bakau di psesir patai yang berakibat pada kemerosotan habitat plasma nutfah. Namun sejauh ini masih dalam batas aman

  Tidak signifikan

  3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir,longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

  Kabakaran lahan sering terjadi sebagai akibat kekeringan dan kebiasaan membakar untuk pakan ternak, sebagai akibat perubahan iklim, dan kebiasaan membakar, tapi masih terpantau

  Tidak signifikan Penurunan mutu Adannya ekploitasi batu kapur Tidak signifikan

  4. dan kelimpahan untuk industri dan bahan sumber daya alam tabang galian C lainnya di beberapa tempat yang berakibat pada penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, namun sejauh ini masih dalam batas aman Alih fungsi lahan hutan/semak

  5. belukar menjadi hunian di pinggir kota dan alih fungsi Peningkatan alih lahan hunian menjadi fungsi kawasan perdagangan pada jalur jalan Tidak signifikan hutan dan/atau utama pusat Kabupaten lahan,

  Kotawaringin Barat. Sejauh ini masih aman namun perlu diantisiasi

  6. Pesatnya pertumbuhan Peningkatan penduduk migran perdesaan jumlah penduduk ke Kabupaten Kotawaringin miskin atau Barat dengan keterampilan terancamnya yang terbatas mengakibatkan

  Tidak signifikan keberlanjutan peningatan jumlah penduduk penghidupan miskin perkotaan dan sekelompok terbantuknya kampung kumuh masyarakat dan Sqoter setlemen pada beberapa kawasan di Kabupaten Kotawaringin Barat Terjadi pencemaran sumber

  7. air permukaan dan sumur Peningkatan risiko dangkal dalam Kabupaten terhadap

  Kotawaringin Barat oleh kesehatan dan Tidak signifikan bakteri Ecoly dan polusi udara keselamatan akibat aktifitas Industri tapi manusia belum sampai pada tingkat yang mengkwatirkan

  Rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan diatas maka Satgas RPIJM didukung Badan lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut: a) Identifikasi Masyarakatdan Pemangku Kepentingan Lainnya

  Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepenting adalah : Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan

  • dalam pelaksanaan KLHS;
  • No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

  Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU

  • rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

  Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,

  • akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

  Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan

Tabel 4.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya Masyarakat dan Pemangku Lembaga Kepentingan

  a.Bupati/Walikota Pembuat keputusan b.DPRD

  Penyusun kebijakan, rencana Dinas PU-Cipta Karya, BPLHD dan/atau program a.Dinas PU-Cipta Karya

  Instansi b.BPLHD a.Perguruan tinggi ataulembaga penelitian lainnya b.Asosiasi profesi c.Forum-forum pembangunan

  Masyarakat yang memilik Informasi berkelanjutan dan lingkungan hidup dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/kelompok) d.LSM/Pemerhati Lingkungan hidup e.Perorangan/tokoh f.kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA a.LembagaAdat

  b. Asosiasi Pengusaha

  c. Tokoh masyarakat Masyarakat terkena Dampak

  d. Organisasi masyarakat e.Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani dll)

  b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

  • aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut; pembahasan focus terhadap isu signifikan; dan membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

  Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi

Tabel 4.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang CiptaKarya Lingkungan Hidup Permukiman

  Sumber mata air permukaan yang Isu 1: kecukupan air baku untuk air terbatas perlu diantisipasi dengan minum sumber alternatif berupa mendayagunakan aliran air permukaan pada musim hujan, sumber air tanah dalam dan/atau penyulingan air asin. Sumber pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak

  Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh berfungsi maksimal mungkin terjadi infrastruktur yang tidak berfungsi pada instalasi pengolahan limbah maksimal rumah sakit, industri kerajinan rumah tangga atau pada industri besar.

  Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Kawasan kumuh Penurunan kualitas akibat menyebabkan penurunan kualitas permukiman kumuh antara lain lingkungan pada daerah sempadan sungai/

  Ekonomi

  Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan Kerusakan lingkungan sebagai kerusakan lingkungan Pencemaran dampak kemiskinan masyarakat air mengurangi kesejahteraan perkotaan dapat dilihat pada masyarakat kampung kumuh perkotaan.

  Sosial

  Isu 5: Pencemaran menyebabkan Pencemaran lingkungan di berkembangnya wabah penyakit Kabupaten Kotawaringin Barat terjadi di sekitar tempat

  Menyebabkan penyakit ispa akibat

  • pembuangan sampah (transfer pembakaran sampah secara terbuka

  Menyebabkan penyakit diare depo atau TPA), juga di kawasan

  • sekitar pasar dan di kawasan indutri pengolahan serta pada kawasan kumuh.

  c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 4.4. Identifikasi KRP Komponen kebijakan, rencana/ No.

  Kegiatan program 1.

  Pemb.infrastruktur permukiman Pengembangan Permukiman kumuh

  Pemb. RSH

  2. Penataan Bangunandan Akses gedung & Lingkungan Lingkungan

  Revit Kawasan 3. SPAM kaw.Kumuh

  Pengembangan Air Minum SPAm kaw. PPI 4. Peningk.Infrastruktur Air limbah

  Pengembangan Penyehatan setempat Lingkungan Permukiman

  Pemb.Drainase Kota KHLS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH. Penjelasan perbendaan antara KHLS dan AMDAL di sajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  Rujukan Peraturan Perundangan

  UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS

  UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKLUPL Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatanWajib AMDAL

  Pengertian Umum

  Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

  Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atauprogram.

  Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

  Kewajiban pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

  Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL Pemerintah/swasta)

  Keterkaitan studi lingkungan dengan:

  Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPIM Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

  Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan Mekanisme pelaksanaan pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; perumusan alternatif

  Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagaipenyusun AMDAL Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur,

  Deskripsi Kajian Lingkungan Analisis Mengenai Dampak Hidup Strategis (KLHS) Lingkungan (Amdal)

  penyempurnaan atau Bupati/Walikota sesuai kebijakan, rencana, kewenangannya dan dibantu dan/atau program; dan olehTim Teknis. rekomendasi perbaikan Komisi penilai AMDAL untuk pengambilan menyampaikan rekomendasi keputusan kebijakan berupa kelayakan atau rencana, dan/atau ketidaklayakan lingkungan kepada program yang Menteri, gubernur, dan mengintegrasikan bupati/walikota sesuai dengan prinsip pembangunan kewenangannya. berkelanjutan.

  Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan i. Kerangkaacuan;

   Isu Strategis terkait ii. Andal; Pembangunan

  Muatan Berkelanjutan Kajian iii. RKL-RPL.

  Studi Kerangka acuan menjadi dasar pengaruh

  Lingkungan penyusunan Andal dan RKL - RPL. rencana/program dengan isu- isu Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang strategis terkait

  Deskripsi Kajian Lingkungan Analisis Mengenai Dampak Hidup Strategis (KLHS) Lingkungan (Amdal)

  pembangunan wilayah dan/atau rencana tata berkelanjutan. ruang kawasan.

  Alternatif rekomendasi untuk rencana/program

  Dasar bagi kebijakan, Keputusan Menteri, gubernur dan rencana, dan/atau bupati/walikota sesuai Output program pembangunan kewenangan tentang kelayakan dalam suatu wilayah. atau ketidaklayakan lingkungan. Rekomendasi KLHS

   Dasar pertimbangan penetapan digunakan sebagai alat kelayakan atau ketidak layakan untuk melakukan lingkungan perbaikan kebijakan, dan jenis izin  Jumlah rencana, dan/atau perlindungan hidup yang program pembangunan diwajibkan yang melampaui daya  Persyaratan dan kewajiban Outcome dukung dan daya pemrakarsa sesuai yang tamping lingkungan. tercantum dalam RKLRPL. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak

  Deskripsi Kajian Lingkungan Analisis Mengenai Dampak Hidup Strategis (KLHS) Lingkungan (Amdal) diperbolehkanlagi.

   Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa,

  Penilai  Kegiatan Komisi AMDAL, Tim Teknis dan secretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD  Jasa penilaian KA, AMDAL dan Pendanaan APBD Kabupaten/Kota

  RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. pembinaan dan

   Dana pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota Masyarakat adalah salah Masyarakatyangdilibatkanadalah: satu komponen dalam i. Yangterkenadampak;

  Partisipasi kabupaten/kota yang ii. Pemerhati lingkungan hidup; Masyarakat dapat mengakses dan/atau dokumen iii. Yang terpengaruh atas segala pelaksanaanKLHS bentuk keputusan dalam

  

Deskripsi Kajian Lingkungan Analisis Mengenai Dampak

Hidup Strategis (KLHS) Lingkungan (Amdal)

  proses AMDAL Atribut

  Hulu siklus pengambilan Akhir skilus pengambilan Lainnya keputusan keputusan :Posisi Pendekatan Cenderung proaktif Cenderung bersifat reaktif

  Evaluasi implikasi Fokus lingkungan dan Identifikasi, prakiraan dan evaluasi analisis pembangunan dampak lingkungan berkelanjutan Peringatan dini atas

  Dampak adanya dampak Amat terbatas kumulatif komulatif

  Memelihara Titikberat keseimbangan alam, Mengendalikan dan telaahan pembangunan meminimalkan dampak negative

  Berkelanjutan Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya

  Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk Kedalaman Sempit, dalam dan rinci

  Mengarahkan visi dan kerangka umum Deskripsi Proses multi pihak, Proses di deskripsikan dengan

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  proses tumpang tindih komponen, KRP Merupakan proses interatkif dan kontinu jelas, mempunyai awal dan Akhir

  Fokus pengendali andampak

  Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan

  Menangani gejala kerusakan lingkungan Institusi Penilai

  Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

  Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

  Sumber:: Hasil analisa

4.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan MenteriPekerjaan Umum No.10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidupdan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  

No. JenisKegiatan Skala/Besaran

  A. Persampahan:

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg >10ha system Control landfill/sanitary landfill: >100.000ton

  b. TPA didaerah pasang surut:

  • luas landfill, atau semua kapasitas/besara
  • KapasitasTotal

  c. Pembangunan transfer station n

  • Kapasitas

  > 500ton/hari

  d. PembangunanInstalasi PengolahanSampah terpadu:

  • Kapasitas

  >500ton/hari

  e. Pengolahandengan insinerator:

  • Kapasitas

  Semua kapasitas

  f. CompostingPlant:

  • Kapasitas

  g. Transportasi sampahdengankeretaapi: >500ton/hari

  • Kapasitas

  >500ton/hari

  B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

  a. Kotametropolitan, luas >25ha

  b. Kota besar, luas >50ha

  c. Kota sedang dan kecil, luas > 100ha

  d. keperluan settlement transmigrasi >2000ha

  

No. JenisKegiatan Skala/Besaran

C. Air Limbah Domestik a.

  Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas >2ha

  Luas, atau Kapasitasnya penunjang : - >11m3/hari

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya: >3ha

  • Luas,atau

  >2,4ton/hari

  • Kapasitasnya

  c. Pembangunansistem perpipaanairlimbah: >500ha

  • Luaslayanan, atau

  >16.000m3/hari

  • Debitairlimbah

D. AirLimbahDomestik

  a.Pembangunan

  IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

  Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) dipermukiman

  a. Kotabesar/metropolitan,panjang: >5km

  b. Kotasedang,panjang: >10km

E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

  a. Pembangunan jaringan distribusi

  • Luas layanan >500ha

  b. Pembangunanjaringantrasmisi

  • panjang

  >10km Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel berikut :

Tabel 4.7. Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  

a. i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system

Persampahan

  controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

  • Luas kawasan,atau<10Ha
  • Kapasitas total<10.000ton ii. TPA daerah pasang surut
  • Luas landfill,atau< 5Ha
  • Kapasitas total<5.000 ton iii. PembangunanTransfer Station • Kapasitas< 1.000ton/hari iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan SampahTerpadu
  • Kapasitas< 500ton v. PembangunanIncenerator
  • Kapasitas< 500ton/hari vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos • Kapasitas> 50s.d. <100 ton/ha

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  

b. Limbah i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

Air Domestik/ (IPLT) termasuk fasilitas penunjang Permukiman

  • Luas <2ha
  • Atau kapasitas<11m3/hari ii. Pembanguna nInstalasiPengolahanAir Limbah(IPAL)
  • Luas <3ha
  • Atau bahan organik<2,4 ton/hari iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah

  (sewerage/off- site sanitation system) diperkotaan/permukiman

  • Luas <500ha
  • Atau debit airlimbah<16.000m3/hari

  c. i. Pembangunan saluran primer dan sekunder Drainase Permukaan

  • Panjang <5km

  perkotaan

  ii. Pembangunan kolam retensi/polder diarea/kawasan pemukiman

  • Luas kolam retensi/polder (1–5) ha

  d. i. Pembangunan jaringan distribusi: Air Minum

  • luas layanan:100ha s.d. <500ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
  • Metropolitan/besar,Panjang:5 s.d <10km

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d .M10km
  • Pedesaan,Panjang: - iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
  • Sungai danau: 50 lpss.d. <250 lps
  • Mat aair : 2,5lpss.d. <250 lps iv. Pembangunan Instalas iPengolahan air lengkap
  • Debit : >50 lpss.d. <100 lps v. Pengambilan air tanah dalam(debit) untuk kebutuhan:
  • Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara

  SPAM:2,5 lps- <50 lps

  • Kegiatan lain dengan tujuan komersil:1,0lps-

  <50lps e.

   Pembangunan Gedung

  i. Pembangunan bangunan gedungdi atas/bawah tanah: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000m2 s.d. 10.000m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel,

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000m2 3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2

  4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum :

  1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000m2 s.d. 10.000m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2s.d. 10.000m2

  3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayana numum : 5000m2 s.d. 10.000m2 4) Fungsik husus, seperti reactor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yan gtidak dipersyaratkan untuk Amdal mak awajib dilengkapi UKLdanUPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

  1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan :5000m2 s.d.10.000m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000m2

  3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2

  4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

  i. Kawasan Permukiman Sederhana Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

f. Pengembanga n kawasan permukiman baru

  • Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
  • Luas kawasan:< 10ha ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan social ekonomi local pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
  • Jumlah hunian: < 500unitrumah;
  • Luas kawasan:< 10ha iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ lingkungan Siap Bangun)
  • Jumlah hunian: < 500unitrumah;
  • Luas kawasan:< 10ha g.

   Peningkatan Kualitas Permukiman

  i. Penanganan kawasan kumuh diperkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need )pelayanan infrastruktur, tanpa pemindaha npenduduk;

  • Luaskawasan:< 10ha ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  • Luaskawasan:< 10ha iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi local (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
  • Luas kawasan:< 10ha h.

   Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

  i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban

  renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan

  dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

  • Luas kawasan:< 5ha

  Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masihdi bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL- UPL tetapi wajibdi lengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

  Namun sampai saat ini belum terdata lengkap dokumen-dokumen terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kotawaringin Barat.

4.2. Aspek Sosial

  Aspek social terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saatini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali.

  Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

  1. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:  Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

   Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

  2. UUNo.2/2012 tentang Pengadaan UU No.2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:  Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

   Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

   Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

  4. Peraturan Presiden No.15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

   Pasal 1 : Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

  5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

   Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

  1. Pemerintah Pusat:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  b. Menjamin tersedianyapendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategisnasional ataupunbersifatlintasprovinsi.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkatpusat.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  2. Pemerintah Provinsi:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan ditingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

4.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  • Kemiskinan Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Kotawaringin Barat No. Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasal ahan Bentuk Penangan an yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

  1. Menye bar pada di Kab.

  • Mata Pencaharian Secara umum: nelayan, pedagang,sera butan
  • Kondisl ingkungan:
  • Tidak terawat, kumuh
  • Kondisi hunian umum: rumah tidak layak huni
  • Status kepemilikan

  Kotaw aringin Barat

  Jml Penduduk: 365.348 (thn 2012)

  Terjadi wabah penyakit akibat perilaku Hidup tidak sehat

  Lanjutan peningkatan infrastruktur dan sosialisasi tentang PHBS

  • Program/ Kegiatan PPIP, P2KP, BLST, raskin,
hunian milik sendiri, dan bersama

  Sumber : BPS Kab.Kota Waringin Barat 2012

  Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumahtanggadikategorikanmiskin, yaitu:

  1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.

  2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan.

  3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

  4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.

  5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

  6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.

  7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.

  8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.

  9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

  10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

  11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.

  12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 500 m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000,- per bulan.

  13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/ tidak tamat SD/hanya SD.

  14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ nonkredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

  • Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsive gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM)Mandiri Perkotaan,

  Pengarusutamaan Gender

  Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),

  Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah(PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan(PPIP),

  RuralInfrastructureSupport (RIS)to PNPM, Sanitasi Berbasis

  Masyarakat(SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran dimasa dating di daerah.

  Namun belum terdata dengan lengkap aspek pengarusutamaan Gender di Kabupaten Kotawaringin Barat.

4.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

  Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkinterkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan

  Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi diatas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

  Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan. Di Kabupaten Kotawaringin Barat, belum terdata kegiatan pembangunan Cipta Karya yang menyangkut pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi serta permukiman kembali.

4.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

  Penanganan aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotawaringin Barat sudah terlihat, terasa dan terukur sejak pembangunannya pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti pembangunan jalan lingkungan, pembangunan SPAM, perluasan jaringan perpipaan dan sebagainya, namun data mengenai identifikasi pembangunan ini belum terdata secara lengkap.