BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Studi Deskriptif Nasyid Pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Di Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Islam berasal dari bahasa Arab, yang artinya “memelihara dalam keadaan selamat dan sentosa”, atau berarti juga menyerahkan diri, tunduk patuh dan taat kepada Allah SWT (Razak, 1971:56). Agama Islam merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia dan merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di da sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa

  

  penduduk. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan nama muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”, atau lebih lengkapnya adalah

  

muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa

  Allah menurun kan firman-Nya kepada manusia melaluli para Nabi dan Rasul utusannya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah

   Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.

  Murodi (1977:113), menjelaskan bahwa Islam yang sudah berkembang di

  

  kawasan Timur Tengah, telah masuk ke Indonesia pada abad ke-1 Hijriah (pada abad ke -7 Masehi). Selanjutnya, agama Islam secara resmi masuk ke Sumatera, yaitu wilayah Aceh pada abad ke-7 hijriah (pertengahan abad ke-12 Masehi). Hal

  1 2 http://id.wikipedia.org/wiki/islam 3 Ibid.,

Kalender Hijriah disebut juga dengan kalender Islam yang digunakan umat dalam menentukan

tanggal atau bulan menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari. Dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiw ini terbukti dengan datangya seorang mubaligh yang bernama Abdul Arief, pada tahun 1151 masehi ke wilayah itu, untuk menyebarkan agama Islam.

  Kesenian adalah satu di antara hal yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan tertentu. Kesenian erat kaitannya dengan budaya karena kedua hal tersebut saling berdampingan satu sama lain. Tanpa kebudayaan, kesenian tidak berjalan dengan lancar. Begitu juga tanpa kesenian, kebudayaan tidak akan menjadi lengkap. Oleh karena itu, setiap hal yang muncul di dalam wacana kebudayaan senantiasa erat kaitannya dengan kesenian.

  Perkembangan agama pun tidak lepas dari perkembangan kesenian dan kebudayaan. Tanpa kebudayaan, agama tidak akan bisa menyebar dan menjadi panutan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, kesenian juga merupakan salah satu faktor pendukung yang memiliki peranan untuk bisa menyebarluaskan suatu agama dan kepercayaan. Misalnya saja, kesenian yang hidup dalam suasana budaya agama tertentu akan senantiasa berkembang searah dengan perkembangan agama.

  Dari berbagai macam kesenian yang berkembang di Islam, diantaranya yaitu nasyid. Nasyid merupakan salah satu jenis musik yang berasal dari tradisi Islam yang syair lagunya mengandung kata-kata, nasehat-nasehat, do’a, kisah para nabi, serta pujian-pujian kepada Allah SWT dan Rasulnya (Muhammad SAW).

  Istilah Nasyid berasal dari bahasa Arab, “ansyada-yunsyidu”, artinya bersenandung. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang

  

  berisi syair-syair keagamaan . Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian 4 nasyid itu sendiri.

  Diambil dari tulisan Novi Hardian dalam multiply.com

  Di versi yang lain mengatakan bahwa nasyid atau anasyid (jamak di dalam bahasa Arab) artinya bacaan atau lantunan. Ansyadahu asy syira artinya dia membacakan syairnya kepada seseorang. Munsyid artinya orang yang membacakan dan melantunkan syairnya kepada seseorang. Pembacaan syair merupakan aktivitas yang telah lama sekali dilakukan manusia. Sebelum Nabi Muhammad SAW (sekitar abad ke-6 M) di utus bangsa Arab telah hidup dengan

   tradisi syair.

  Pada awalnya nasyid hanya dibawakan dengan musik yang sederhana sekali, bahkan ada yang tanpa musik sama sekali. Namun pada saat sekarang ini nasyid terus berkembang baik dari penyajiannya maupun alat-alat musiknya. Untuk alirannya sendiri, nasyid terus berkembang seiring dengan perkembangan warna musik di tempat dimana nasyid itu berada. Sehingga, warna aliran dalam nasyid saat ini berbagai macam. Mulai dari yang murni “acappella” (tanpa iringan musik) hingga “Full Insrument” (diiringi dengan banyak alat musik). Namun, ada berapa komunitas yang tidak memilih untuk menggunakan alat musik modern, dikarenakan banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali Perkusi.

  Sejak jaman Rasulullah SAW (Sekitar abad ke 6 Masehi) nasyid telah ada. Biasanya tentara-tentara Islam melantunkan nasyid sebelum berangkat perang,

  

  yang bertujuan untuk meningkatkan semangat perang para mujjahid . Selain itu, Syair Thola’al badru ‘alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah

5 Lihat blog Education United (2008). tentang, Pengertian Nasyid dalam situs http://ricoleadvocal-

  6 melativoice.blogspot.com

Mujjahid adalah orang-orang yang berjuang menegakan agama Islam atau menjaga Islam tetap tegak,

dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan par

  

  kami) yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qasidah , adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Kemudian nasyid pun mulai berkembang sesuai dengan kondisi dunia, terbukti dengan perkembangan nasyid di Timur Tengah yang lebih bermakana tentang jihad dan perlawanan terhadap imperialisme Israel pada saat itu.

  Di Indonesia sendiri nasyid mulai merambah sekitar tahun 80-an yang dimulai oleh aktivis-aktivis Islam yang berada di kampus-kampus. Aliran nasyid yang dilantunkan pada umumnya adalah lagu-lagu yang berbahasa Arab, dan terus berkembang dengan munculnya munsyid-munsyid kreatif yang membuat nasyid memiliki warna musik yang beragam. Sampai saat tulisan ini dibuat, tema lagu yang dikandung dalam nasyid di Indonesia tidak hanya berisi tentang jihad, tetapi banyak juga yang bertema walimahan, cinta kepada makhluk, keimanan dan banyak lagi.

  Namun, kini nasyid telah dikembangkan sebagai media dakwah yang diharapkan dapat diterima oleh masyarakat umum. Dan hal ini juga selalu dilakukan oleh pemuda muslim yang belajar di Pondok Pesantren. Oleh karena itu di sebagian pesantren-pesantren di Indonesia ini memasukan nasyid sebagai pendidikan luar sekolah, atau yang disebut program ekstrakurikuler sekolah.

  Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan merupakan institusi pendidikan Islam yang mengajarkan pendidikan umum, pendidikan agama Islam, dan akhlak. Para pelajar yang menuntut ilmu disebut santri bagi laki-laki dan 7 santriwati bagi perempuan. Materi ajaran yang campuran antara pendidikan ilmu Qasidah merupakan istilah yang sama dengan nasyid, yaitu musik yang berasaskan Islam. formal dan ilmu agama Islam ini para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah seperti yang. untuk tingkat(Sekolah Menengah Pertama) dikenal dengan nama (Sekolah Menengah Atas) dengan nama terletak pada sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak. Oleh karana itu pesantren Raudhatul Hasanah ini disebut juga dengan istilah pondok

  

pesantren modern , Karena telah memasukan pelajaran-pelajaran umum sesuai

  dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Namun tetap menekankan nilai- nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.

   Nasyid merupakan salah satu program ekstrakurikuler yang terdapat di

  pondok pesantren Raudatul Hasanah. Yang tujuannya ialah mendidik siswa agar bisa mempertunjukan musik nasyid dengan baik, yang dapat menghibur dan mengandung dakwah islam, dengan menampilkan lagu-lagu dengan syair-syair yang bertemakan dakwah Islam. Serta diiringi dengan alat-alat musik yang merupakan cirri khas kebudayaan Islam.Para santri yang mendiami pondok pesantren tersebut menampilkan lagu-lagu yang islami, dengan mengambil lagu- lagu religus Islam yang komersial. Seperti lagu-lagu yang diciptakan oleh musisi- musisi terkenal saat ini, diantaranya seperti; Raihan, Opick, Snada, Maher Zain, Yusuf Islam, dan lain-lain.

  Para santri biasanya memainkan lagu-lagu religi yang telah mereka 8 sepakati bersama. Tergantung dari lagu yang menurut mereka enak dan layak

  

Ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar di luar pelajaran biasa yang dilakukan di sekolah dan luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, dan minat serta melengkapi upaya pembinaan siswa seutuhnya. (Sehertian, 1987:83) untuk ditampilkan, juga enak di dengar dengan mengandung lirik-lirik yang mengandung unsur dakwah Islam, sehingga dapat menambah kecintaan mereka kepada Allah dan Rasulnya.

  Nasyid itu sendiri telah banyak menampilkan pertunjukan-pertunjukan musiknya di berbagai acara, baik di dalam maupun di luar lokasi pesantren itu sendiri. dilakukan ketika memperingati hari-hari besar Islam, seperti Idul Adha, Maulid Nabi, Nujulul Qur’an, Isra’ Miraz dan lain-lain. Kemudian nasyid raudhah juga tampil pada acara-acara pelantikan, penyambutan tamu-tamu penting, dan acara-acara yang diselenggarakan oleh santri dan santriwati itu sendiri. Dan kemudian nasyid pesantren juga turut serta dalam berbagai ajang perlombaan nasyid yang di selenggarakan di dalam dan di luar pesantren. Bahkan nasyid raudhah itu sendiri sering memperoleh prestasi yang gemilang di berbagai perlombaan baik dari tinggkat lokal hingga nasional, seperti halnya pada POSPENAS tahun 2007 di Kalimantan Timur dan tahun 2010 di Jawa Timur meraih juara I di tingkat Nasional.

  Nasyid di pondok pesantren ini terdiri dari beberapa pemain yang membentuk suatu grup, Terdiri dari 10 sampai 14 orang. Alat music yang digunakan yaitu sejumlah rebana, kencer/kerincing, tamborin, dan di campur dengan alat music modern seperti gitar, gitar bass, drum, keyboard, vocal. Dan terkadang mereka juga menambah/memasukan alat-alat musik yang lain sesuai dengan kesepakatan bersama dalam suatu grup.

  Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah ini, yaitu meliputi sejarah masuk dan berkembangnya nasyid di pasantren dan mengidentifikasi musiknya. Dengan itu penulis mengambil judul “Studi Deskriptif Nasyid pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah di Medan”.

1.2 Pokok Permasalahan

  Berdasarkan uraian pada latar belakang yang tertera diatas maka penulis menemukan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini, diantaranya adalah: 1.

  Bagaimana Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya yang disajikan oleh santri Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.

2. Bagaimanakah aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.

  3. Apakah fungsi Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, Di dalam penulisan ini terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang ingin di capai, disesuaikan dengan latar belakang serta pokok permasalahan yang sudah ada. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan Nasyid tersebut.

2. Untuk mengetahui seluruh aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

  3. Untuk mengetahui fungsi

  Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.

  Sebagai bahan pengetahuan tentang keberadaan dan proses Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan Nasyid tersebut di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.

  2. Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara 3. Untuk menambah wawasan dan menambah referensi di kampus tentang Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya .

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

  Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris (Mely, 1990:21). Maka dari itu penulis memberikan pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul tulisan ini.

  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

  Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

  Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1) penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur- ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji hipotesis.

  Kata Nasyid berasal dari bahasa Arab, ansyada-yunsyidu, artinya “bersenandung”. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri. Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau

  anasyid (jamak) itu sendiri adalah lantunan atau bacaan, sementara istilah

   nyanyian dalam bahasa Arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid.

  Pondok menurut Dhofier (1983:18) ialah rumah atau tempat tinggal 9 sederhana yang terbuat dari bamboo. Disamping itu kata pondok mungkin berasal

  Lih. Tulisan Novi Hardian dalam situs: multiply.com dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti “Hotel atau Asrama”. Dengan kata lain Pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari asalnya, dan merupakan tempat tinggal kyai bersama santrinya, dengan demikian para santri dapat mengikuti pelajaran yang diberikan kyai dengan baik dan pondok juga dapat dijadikan tempat training atau latihan bagi santri agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat.

  Menurut Mujamil Qamar (2005:2) ia menyimpulkan bahwa “pesantren” didefenisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Maka pesantren kilat atau pesantren ramadhan yang diadakan di sekolah-sekolah umum misalnya tidak termasuk dalam pengertian ini.

  Terdapat pula beberapa defenisi lain mengenai pesantren yang dikemukakan oleh para ahli, seperti defenisi yang diberikan oleh Mastuhu.

  “Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari”.

  Defenisi lain yang diberikan oleh Sudjoko Prasodjo, “Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikan, di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.

  Ar-Raudhatul hasanah diambil dari bahasa arab yang ,artinya “taman

surga yang indah”, merupakan nama pondok pesantren yang telah disepakati oleh para pendiri pesantren tersebut. Dan dicetuskan pada tahun 1982, yaitu ketika

   pesantren itu berdiri.

1.4.2 Teori

  Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34).

  Dengan ini maka penulis akan menggunakan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian, diantaranya sebagai berikut: Pertama, dalam menganalisi aspek musikologis, penulis menggunakan teori Weighted Scale yang dikemukakan oleh William P. Malm (1977:8) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval yang dipakai, (6) pola-pola kadensa, (7) formula melodi, (8) kontur.

  Kedua, untuk melihat perkembangan yang terjadi dalam nasyid sebagai suatu kebudayaan, penulis menggunakan teori perubahan oleh Kingsley David; ia 10 berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bgian dari perubahan-perubahan

  Lihat di situs www.raudhah.ac.id kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup bagian kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan mencakup bagian kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan itu mencakup segenap cara berfikir, tingkah laku yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pirikan atau ide secara simbolis. Salah satu faktor yang mendorong jalanya proses perubahan adalah kontak dengan kebudayaan lain (baca Shin Nagawa, dalam bukunya “music dan Kosmos : Sebuah Pengantar Etnomusikologi 2000).

  Ketiga, Menurut Koentjaraningrat (1996 : 142) semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai dinamika sosial. Beberapa konsep tersebut antara lain adalah: (1) proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi, (2) Evolusi kebudayaan dan difusi, (3) Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi: akulturasi dan asimilasi; dan, (4) proses pembaruan atau inovasi atau penemuan baru.

  Untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dan fungsi musik tersebut penulis mengacu kepada teori penggunaan dan fungsi musik. Teori ini seperti yang dikemukakan oleh Merriam, (1964:219-222) mengatakan secara implisit bahwa penggunaan (uses) dilakukan dalam konteks upacara, yang dapat dilihat saat itu juga, sedangkan fungsi (function) mempunyai dampak yang lebih jauh dan dalam. Merriam menawarkan ada sepuluh fungsi musik antara lain : (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi hiburan (4) fungsi perlambangan, (5) fungsi reaksi jasmani, (6) fungsi komunikasi, (7) fungsi kesinambungan kebudayaan, (8) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (9) fungsi pengesahan Untuk menganalisis hubungan musik dengan teksnya, penulis menggunakan teori dari Alan P Merriam. Penulis mengacu pada teorinya yang mengatakan salah satu sumber pokok yang dapat kita pakai untuk memperdalam pengertian perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah pada teks nyanyian. Teks merupakan bahasa, bukan musik. Tetapi teks merupakan bagian integral dari musik. Bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Unsur teks yang akan dianalisis adalah makna denotatif (sebenarnya), konotatif (kiasan), dan gaya bahasanya.

  Untuk melihat hubungan antara teks dengan melodi, penulis menggunakan teori Malm, (1977:8) mengatakan apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel (suku kata), gaya ini disebut silabis, sebaliknya bila suatu silabel dinyanyikan dengan nada-nada yang berjumlah banyak disebut melismatis.

  Kedua teori ini penulis gunakan untuk menganalisis melodi musik nasyid.

  Dalam hal transkripsi terhadap nasyid, penulis berpedoman kepada teori Nettl, (1964:98) yang memberikan dua pendekatan yaitu : 1.

  Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar.

  2. Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut di atas kertas, dan kita mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut. Dalam hal notasi musik, penulis mengacu kepada tulisan Charles Seeger, (1971:24-34), yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut :

  Pertama adalah notasi preskriptif, yaitu notasi untuk seorang penyaji

  (bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat diwujudkan oleh pemain musik.

  Kedua adalah notasi deskriptif, yaitu suatu laporan yang disertai notasi

  secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Transkripsi ini digunakan untuk analisis. Untuk pendekatan analisis, penulis menggunakan dan membuat transkripsi yang deskriptif.

  Untuk mendukung pembahasan dari segi musikologis tersebut diperlukan suatu transkripsi. Menurut Nettl, (1964:99) bahwa pengertian transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi sumber visual. Dalam membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif.

  Selanjutnya, Nettl, (1964:148-150) menyarankan bahwa untuk mendeskripsikan ritem sebaiknya dimulai dengan membentuk harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks masing-masing nada. Selanjutnya pola ritem yang sering diulang, sebaiknya dicatat.

  Merriam membagi penggunaan musik kedalam 5 (lima) kategori, yaitu: 1) Hubungan musik dengan kebudayaan material, 2) Hubungan musik dengan kelembagaan sosial, 3) Hubungan musik dengan manusia dan alam, 4) Hubungan musik dengan nilai-nilai estetika, 5) hubungan musik dengan bahasa. Penggunaan (uses) musik berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan (folkways) memainkan musik tersebut, baik sebagai aktifitas yang berdiri sendiri atau dalam aktifitas yang lain.

1.5 Metode Penelitian

  Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti pertunjukan Musik Nasyid ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong, (1990:3) yang mengatakan:

  “

  Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.

  Penelitian dilakukan mengacu pada pengetahuan tentang musik nasyid di pondok pesantren Raudatul Hasanah yang menjadi studi kasus penelitian ini.

  Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa tahapan penelitian; (1) melihat tulsan-tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian. (2) mengumpulkan data- data di lapangan yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. (3) penelitian di laboratium, yaitu menganalisis data yang diperoleh di lapangan.

1.5.1 Studi Kepustakaan

  Maksud dari studi kepustakaan ialah studi yang dilakukan untuk memperoleh data berupa tulisan-tulisan yang berasal dari buku-buku, jurnal, majalah, skripsi-skripsi sarjana yang berbubungan dengan objek penelitian. Di sini penulis akan membaca dan mencari istilah-istilah penting yang berkaitan dengan tulisan tersebut, dan mengambil data-data yang sesuai untuk melengkapi tulisan. Diantaranya yaitu buku yang di tulis oleh Oemar Amin Housin denga judul Kultur Islam : Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasional. Buku ini menjelaskan tentang kebudayaan- kebudayaan Islam yang berpengaruh terhadap dunia internasional, baik berupa ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu perbintangan dan matematika, arsitektur, seni sastra, seni ukiran dan tenun, dan seni musik, yang di produksi oleh umat Islam,

  H. Abuddin Nata dengan judul, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan pendidikan islam di Indonesia yaitu dari awal masuknya Islam di Indonesia dan ketika itu lembaga-lembaga pendidikan islam yang didirikan masih sederhana hingga munculnya lembaga-lembaga pendidikan islam modrn, baik berupa pesantren dan kampus-kampus Islam.

  Mujamil Qomar dengan judul, Manajemen Pendidikan Islam. Buku ini membahas tentang hal-hal seputar karakter, prinsip, dan mekanisme manajemen pendidikan Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (Setingkat dengan Sekolah Dasar) hingga perguruan tinggi dan pesantren.

  Kemudian buku ini menguraikan tentang; manajemen komponen-komponen dasar pendidikan Islam, termasuk

  • personalia, kesiswaan, kurikulum, keuangan, serta sarana da prasarana.
  • layanan, mutu, struktur, konflik, hingga komunikasi.

  Manajemen komponen penyempurnaan pendidikan Islam, termasuk ,

  • peningkatan produktivitas.

  Kepempinan pendidika Islam, pengambilan keputusan, dan

  Selain itu penulis juga mengambil bahan-bahan lain, yaitu berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul yang bersangkutan.

1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan

  1.5.2.1 observasi Dalam pengumpulan data di lapangan penulisan meilhat langsung kejadian-kejadian di lapangan yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh santri dan santriwati di dalam pesantren dan juga melihat pertunjukan nasyid tersebut. Baik disaat mereka latihan maupun di saat berlangsungya pertunjukan nasyid tersebut yang dilakukan oleh para santri. Kemudian penulis juga akan melihat bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan di dalam pesantren tersebut. 1.5.2.2. wawancara

  Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi

secara lisan dari para informan. Dalam melakukan wawancara tersebut,

  penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang berjudul “Observasi dan Wawancara” dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur (wawancara tidak terpimpin), wawancara terstruktur (wawancara terpimpin), wawancara bebas terpimpin dan wawancara pribadi dan kelompok.

  Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan kunci yaitu seorang yang biasa di panggil Kang Ade’ oleh para santri dan ia merupakan pelatih atau instruktur nasyid di pondok pesantren tersebut. Namun selain hal itu penulis juga melakukan wawancara dengan informan-informan lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. diantaranya ialah para santri selaku pemain nasyid dan para pengasuh pesantren itu sendiri yang membimbing dan mendukung kegiatan nasyid tersebut.

  1.5.2.3 Rekaman Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument pendukung diantaranya yaitu berupa Handycam merk Sony tipe DCR-

  SX20. Melalui alat-alat tersebut penulis akan mengambil data-data yang diperlukan baik berupa audio (rekaman suara), visual (gambar), dan audio visual (rekaman video) sebagai bukti penelitan yang kemudian dianalisis di laboratorium.

1.5.3 Kerja Laboratorium

  Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Pada tahap kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari hasil penelitian di lapangan di olah, diseleksi, disaring untuk dijadikan data dalam penulisan skripsi ini. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini merupakan data-data yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan.

  Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat oleh Koentjaraningrat, (1981:328), setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan dan laboratorium, tahap berikutnya yang dilakukan adalah tahap analisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.

  Analisis hasil penelitian yang digunakan untuk mengerjakan penelitian ini ialah analisis kualitatif dan yang menjadi teknik penyajian dalam bentuk tulisan ialah deskriptif. Dengan menggunakan teknik analisis ini, hasil penelitian akan dijelaskan dan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh. Analisis kualitatif yang digunakan oleh penulis selanjutnya dipakai untuk membahas komponen pendukung pertunjukan nasyid oleh para santri pondok pesantren Ar- Raudhatul Hasanah Medan.

  Dan juga penulisan akan menyusun kembali data-data yang merupakan hasil penelitian sehingga dapat tersusun dengan baik.

1.6 Lokasi Penelitian

  Penulis menentukan objek dan lokasi penelitian yang tidak jauh dari kediaman peniliti, yang berada di Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Simpang Selayang Medan, Jl. Letjend. Djamin Ginting Km. 11 / Jl. Setia Budi Simpang Selayang 20135 Medan - Sumatera Utara - Indonesia . Sedangkan kediaman peneliti sendiri berada di Pandang Bulan Medan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan penelitian jika jarak lokasi dengan peneliti dekat. Sehingga penulis dapat sesering mungkin melakukan observasi dilapangan, sehingga memperoleh data yang lebih akurat dan juga dapat mengumpulkan data- data sebanyak-banyaknya yang kiranya untuk dikumpulkan dan kemudian disusun kembali.