BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Budaya Kerja Pengusaha Butik Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Wanita identik dengan berbelanja. Wanita masa kini menjadikan kegiatan berbelanja bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbelanja telah menjadi sebuah hobby bagi sebagian kaum hawa. Munculnya berbagai macam pusat-pusat perbelanjaan menjadi bukti nyata bahwa berbelanja telah menjadi sebuah gaya hidup baru bagi masyarakat modern. Salah satu barang yang sering dijadikan objek berbelanja oleh kaum hawa adalah pakaian. Bagi sebagian kaum hawa, pakaian merupakan hal wajib yang harus di perhatikan dengan baik. Banyak perempuan yang berbelanja pakaian bukan karena untuk memenuhi kebutuhan sandangnya, melainkan untuk memenuhi kebutuhan akan gaya hidupnya. Pada saat ini, pakaian telah menjadi indentitas bagi sebagian kelompok masyarakat, yang menunjukan kedudukan

   seseorang di dalam strata sosial masyarakat. Contohnya adalah kalangan sosialita .

  Mereka menunjukan identitas dirinya sebagai sosialita melalui barang dan pakaian yang mereka kenakan. Mereka biasanya memakai barang-barang yang mahal dengan merek-merek tertentu. Kalangan sosialita selain selalu mengenakan pakaian dari rancangan desainer ternama, Mereka juga gemar berbelanja di butik-butik ternama seperti Versace, Dior, Fendi, Givenchy, Channel, dan Louis Vuitton.

  Banyaknya peminat mode akan pakaian, menjadi salah satu faktor munculnya berbagai macam tren pakaian terkini dengan mode dan gaya yang selalu berubah-ubah setiap musimnya. Menurut Sutrisno (Skripsi 2013: 1), mode merupakan istilah yang umum digunakan untuk gaya berbusana populer dan mengacu pada penampilan serta perilaku seseorang yang sedang trend pada saatnya. Mode busana mempunyai sifat atau penampilan yang sangat kuat pengaruhnya, sehingga dapat menarik minat banyak orang. Mode selalu berputar dari masa ke masa menyesuaikan dengan selera masyarakat.

  Tingginya minat akan mode pakaian terkini menyebabkan banyak bermunculan desainer-desainer muda yang berbakat. Tergolong masih muda tetapi mereka mampu menarik perhatian dunia dengan karya-karyanya, seperti : Alexander Wang, Mary Katrantzou dan Tex Saverio. Selain itu ada juga desainer lama yang namanya semakin melambung berkat karya-karyanya seperti Diane Von Furstenberg, Karl Lagerfeld, Marc Jacobs, Stella Mccartney dan Vera Wang. Hasil karya mereka tidak di jual sembarang.

  Pada umumnya barang-barang yang mereka buat di jual pada butik mereka ataupun butik-butik lainnya. Harga produk yang mereka jual tidaklah murah karena di desain khusus oleh mereka dan di produksi tidak secara masal. Biasanya kisaran harga barang yang dibuat oleh para desainer ditujukan untuk kalangan menengah ke atas.

  Meskipun di bandrol dengan harga yang tinggi, tetap saja karya mereka selalu diminati dan dinanti-nanti oleh masyarakat luas.

  Luasnya peminat mode membuka peluang usaha dalam bisnis dan industri mode pakaian terkini. Hal tersebut dapat dilihat dengan makin banyak pusat perbelanjaan yang menyediakan bermacam-macam jenis busana terbaru, butik-butik pakaian dan rumah mode yang biasanya menawarkan pakaian impor karya desainer-

   desainer ternama kelas dunia.

  Butik menjadi tempat berbelanja favorit bagi sebagian kalangan di dunia karena hasil-hasil karya para desainer tersebut dapat kita jumpai di sana. Ada banyak ragam butik yang terdapat di Indonesia terutama di Kota Medan. Sering kali kita jumpai sebuah toko pakaian biasa yang memasang tulisan ‘butik’ pada toko mereka padahal toko tersebut bukanlah termasuk butik. Banyak orang yang memasang tulisan ‘butik’ untuk menarik minat pembeli.

  Butik tentu berbeda dengan toko pakaian biasa. Butik merupakan toko pakaian yang menjual barang-barang yang eklusif. Barang yang dijual biasanya hanya tersedia beberapa pasang saja bahkan ada butik yang menjual hanya satu pasang baju. Hal inilah yang menjadi ciri khas sebuah butik. Interior butik pada umumnya terkesan mewah dan eklusif berbeda dengan toko pakaian biasa, distro maupun outlet. Perbedaan tersebut dapat dilihat baik dari bentuk toko/interior ruangan maupun barang-barang yang dijual.

  Pada toko pakaian biasa, pada umumnya menjual baju secara grosir. Barang yang dijual biasanya memiliki banyak stok karena diproduksi di pabrik konveksi dengan skala besar. Satu pakaian bisa memiliki stok hampir selusin dan tersedia dengan berbagai ukuran, mulai dari ukuran S sampai XL dengan kualitas yang berbeda-beda. Toko pakaian biasa sering kali kita jumpai berbentuk ruko maupun kios yang terletak di pasar-pasar lokal maupun pusat perbelanjaan. Harga yang terdapat pada toko pakaian biasa pada umumnya cukup terjangkau untuk segala kalangan.

  Harga yang dipatok masih bisa di tawar lebih murah daripada harga yang tertera. Toko pakaian memiliki perbedaan dengan outlet dan distro.

  Outlet merupakan toko atau tempat penjualan yang hanya menjual barang- barang yg merupakan satu produk tertentu. Contohnya outlet The Executive yang hanya menjual pakaian, dress dan produk lainnya yang sejenis dengan pakaian. Contoh outlet yang sering kita jumpai di pusat-pusat perbelanjaan seperti : GAP, Zara, Victoria Secret, dll. Outlet tersebut pada umumnya dapat kita jumpai di mall-mall besar seperti mall Sun Plaza dan Center Point di Medan.

  Distro merupakan sejenis toko yang yang menjual barang-barang khusus untuk anak muda seperti kaos, tas, sepatu maupun barang lainnya dengan ciri khas tertentu. Barang-barang di distro pada umumnya adalah barang titipan yang merupakan hasil produk lokal dengan mengusung konsep tertentu seperti konsep musik, budaya dan petualangan. Berbeda dengan pengertian distro dan outlet, Butik memiliki pengertian yang lebih khusus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Butik adalah toko pakaian eksklusif yg menjual pakaian modern, yg sesuai dengan mode mutakhir, dengan segala kelengkapannya (terutama untuk wanita).

  Sebuah butik biasanya menyediakan barang istimewa, baik itu pakaian, atau desain khusus, maka harga yang ditawarkan untuk para pelanggan pun jadi lebih mahal, bahkan harganya bisa sampai sepuluh kali lipat pada produk yang sejenis.

  Oleh karena itu, butik identik dengan para kaum hawa yang “berada”. Inti dari butik adalah menyediakan produk-produk yang sangat spesial dan terbatas. Para pelanggan akan merasa kecewa jika gaun yang mereka beli ternyata banyak dijumpai ditempat lain. barang-barang di butik harus dibuat secara limited edition, agar pelanggan selalu merasa percaya diri memakai produk yang mereka beli. Selain wajib menyediakan produk yang terbaik, daya tarik butik juga tidak terlepas dari kreatifitas interior yang

   diciptakan.

  Ada beragam butik yang terdapat di kota Medan. Di setiap sudut jalan dapat kita jumpai berbagai macam butik dengan kualitas dan harga yang berbeda-beda.

  Butik-butik tersebut memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Ada butik yang khusus menjual pakaian khusus wanita, pria dan anak-anak bahkan ada juga butik yang menjual pakaian boneka dan pakaian untuk binatang peliharaan. Barang-barang yang terdapat di butik berasal dari berbagai kota dan Negara.

  Ada beberapa butik yang menjual hasil karya rancangan pemilik butik dan ada juga butik yang khusus menjual barang-barang impor. Harga jual di butik pun beragam tergantung mode dan bahan pakaian. Semakin rumit dan semakin sedikit jumlahnya maka akan semakin mahal harganya. Harga baju yang hanya tersedia satu pasang berbeda dengan harga baju yang ada sampai tiga pasang. Semakin eklusif barangnya maka semakin mahal harganya. Hal ini merupakan salah satu daya tarik

  Di balik kesuksesan sebuah butik, ada “tangan-tangan dingin” para pengusaha butik yang selalu berusaha untuk mempertahankan kepuasan konsumen di dalam berbelanja. Para pengusaha butik pada umumnya adalah kaum wanita. Hal ini dikarenakan kaum wanita pada umumnya adalah orang-orang yang sangat menyukai fashion.

  Mode gaya pakaian wanita lebih banyak daripada mode pakaian pria mulai dari Baju, blazer dan celana. Wanita selain memakai celana juga bisa memakai rok maupun blazer. Ada banyak pilihan busana yang dapat dipilih oleh wanita berbeda dengan pria yang hanya sedikit pilihannya. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa lebih banyak butik untuk wanita daripada pria.

  Setiap butik yang sukses tentu dipengaruhi oleh budaya kerja sang pengusaha. Banyak butik yang tidak bisa bertahan menghadapi persaingan pasar, karena budaya kerja yang diterapkan dan dijalankan oleh pegawai maupun pengusaha tidak berjalan dengan baik. Besarnya pengaruh budaya kerja di dalam kemajuan suatu butik membuat pengusaha butik seharusnya membuat budaya kerja yang seimbang, tidak hanya baik untuk kemajuan butik tetapi juga baik untuk kemajuan para pegawai.

  Budaya kerja yang bersifat positif dapat meningkatkan produktifitas kerja, sebaliknya yang bersifat negatif akan menghambat perkembangan butik. Pengusaha butik yang baik harus bisa menjalankan dan menerapkan budaya kerja yang baik. Melihat kondisi demikian, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai budaya kerja pengusaha butik yang nantinya akan menjadi rumusan yakni butik Red Carpet dan Vj Boutique. Peneliti tertarik memilih dua butik tersebut karena lokasi butik yang cukup strategis dan berdekatan dengan butik lainnya. Butik yang penulis teliti pada umumnya menjual baju-baju khusus untuk wanita mulai dari remaja hingga dewasa.

  Penulis memilih butik Red Carpet Karena butik ini merupakan salah satu butik yang banyak pelanggannya. Selain itu, butik ini memiliki ukuran yang cukup luas dengan desain interior yang cukup menarik dengan karpet merah yang melapisi lantai butik. Keunikan inilah yang membuat butik ini berbeda dengan butik lainnya. Vj Boutique merupakan butik baru yang terdapat di Sun Plaza Medan. Interior ruangan yang modern dengan ukuran yang tidak begitu luas membuat butik ini banyak menarik minat pelanggan. Penulis memilih butik ini Karena ingin mengetahui bagaimana strategi yang digunakan pengusaha butik di dalam memajukan usaha bisnisnya. Penulis berharap dua butik tersebut dapat mewakili butik lainnya yang ada di Sun Plaza Medan.

1.1 Tinjauan Pustaka

  Kebudayaan merupakan seperangkat sistem pengetahuan atau sistem gagasan yang berfungsi menjadi blue print bagi sikap dan perilaku manusia sebagai anggota atau warga dari kesatuan sosialnya, tumbuh, berkembang dan berubah sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. (Sairin, dkk,. 2002: 1-2). Budaya merupakan kegiatan manusia yang sistematis diturunkan dari generasi kegenerasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan mendukung. (wibowo, 2007: 15). Refleksi budaya dan kerja dalam organisasi dikenal sebagai budaya kerja (Ismail 2004:12).

  Menurut Hartanto ( 2009: 171-172), Budaya kerja adalah perwujudan dari kehidupan yang di jumpai di tempat kerja. Secara lebih spesifik, budaya kerja adalah suatu sistem makna yang terkait dengan kerja, pekerjaan, dan interaksi kerja, yang disepakati bersama dan digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Budaya kerja tercermin dari : 1.

  Kebiasaan orang berinteraksi dan berkomunikasi di lingkungan perusahaan 2. Hubungan vertikal yang berlaku di tempat kerja 3. Semangat pekerja pada waktu menghadapi tugas dan pekerjaannya 4. Orientasi waktu pada waktu orang menjalani kehidupan kerja 5. Tata nilai dan norma yang dijadikan pegangan oleh pekerja pada waktu mereka bekerja dan berinteraksi dengan sesame rekan kerjanya Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja itu berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya (supriyadi dan guno, 2006:1). Menurut Dewabrata dan Ma’mun (seperti di kutip Nugroho, 2011:18) Budaya kerja dapat diartikan sebagai sistem atau pola nilai-nilai kepercayaan-kepercayaan, asumsi-asumsi, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan seseorang atau suatu kelompok orang yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara kerja yang dipengaruhi budaya masyarakat setempat dan budaya kerja tempat mereka bekerja. Pengertian budaya kerja menurut Gering suatu kelompok dan tercermin dalam sikap, prilaku, cita-cita, pendapat dan pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Puspita 2008: 3).

  Masyarakat dengan berbagai macam profesi pekerjaan tentunya memiliki budaya kerja yang berbeda-beda. Menurut Dewi (Skripsi 2011: 10), hal itu terjadi dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang tercermin oleh setiap orang dalam organisasi berbeda. Hal tersebut berarti berbeda profesi tentu berbeda juga budaya kerja yang mereka miliki. Budaya kerja yang di miliki oleh setiap orang sangat di pengaruhi oleh sikap dan cara berfikirnya.

  Fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumber daya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara kerja di linkungan masing-masing. Dengan adanya suatu dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar atau sesuai ekpektasi pelanggan(organisasi), efektif atau produktif dan efisien. Tujuan

  

  fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya manusia seut0.uhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif dan

   efisien serta menggembirakan.

4 Fundamental adalah bersifat dasar atau pokok

  Menurut Fernandez (seperti dikutip Darmawan, 2008: 322), budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktifitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Menurut Brow dan Dennis(seperti dikutip nugroho, 2011:18), menyatakan bahwa budaya kerja mempengaruhi organisasi dalam berbagai cara artinya dengan peningkatan terhadap budaya kerja, maka akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. pengertian budaya kerja menurut Gering Supriadi dan Tri Guno adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap, menjadi prilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Puspita, 2008: 3).

  Menurut Hasibuan (2003 : 68 –90) terdapat beberapa hal yang perlu diketahui yang dapat digunakan sebagai indikator penilaian kinerja (performance appraisal) dengan seorang karyawan yakni antara lain : a.

  Pengetahuan seorang karyawan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

  b.

  Apakah karyawan mampu membuat perencanaan dan jadwal pekerjaannya.

  c.

  Sejauhmana tingkat produktivitas karyawan.

  d.

  Pengetahuan teknis karyawan dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya karena berkaitan dengan mutu pekerjaan dan kecepatan menyelesaikan.

  e.

  Seberapa jauh karyawan tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan pekerjaannya. g.

  Kemampuan berkomunikasi baik sesama rekan maupun dengan atasannya.

  h.

  Kemampuan bekerjasama dengan karyawan maupun orang lain, karena dalam hal ini sangat berperan dalam menentukan kinerjanya. i.

  Kehadiran dalam rapat yang disertai dengan kemampuan menyampaikan gagasan kepada orang lain, karena dalam hal ini mempunyai nilai tersendiri dalam menilai kinerja seorang karyawan. j.

  Kemampuan untuk mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. k.

  Kepemimpinan menjadi faktor yang harus dinilai dalam kinerja terutama bagi karyawan yang berbakat “memimpin” sekaligus memobilitasi dan mebudaya kerja teman – temannya untuk bekerja lebih baik Kerja sebagai refleksi seseorang untuk mencari dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Bekerja sebagai bentuk aktualisasi diri. Dalam Teori Budaya

  Organisasi Jahsen H. Sinamo menyebut Ethos sebagai “roh keberhasilan” etos merupakan komponen budaya, etos adalah kekuatan pendorong atau penggerak, sehingga manusia siap untuk bekerja keras (Tahliziduhu, 2005: 204). Budaya kerja yang di miliki oleh setiap pengusaha turut mempengaruhi strategi yang mereka gunakan. Setiap pengusaha tentunya memiliki strategi di dalam menghadapi persaingan pasar.

  Menurut Mutia (Skripsi, 2009: 1), Secara umum konsep dan teori strategi bisnis berasal dari pengembangan strategi militer. Pemikiran Sun Tzu, Alexander the Great, Karl von Clausewitz, Napolen, Stonewall Jackson, dan Douuglas MacArthur, merupakan ide-ide dan rencana-rencana yang ingin di capai perusahaan terhadap pesaing-pesaingnya. Sedangkan menurut Rangkuti (1997: 3), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama yang dikemukakan oleh Chandler (seperti di kutip Syafitri, 2013: 130), menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

  Salah satu definisi strategi menurut Glueck dan Jauch(1998: 12) mengatakan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Ohmae (dalam Grant, 1995: 10) mengatakan bahwa strategi bisnis dalam suatu kata adalah mengenai keungulan kompetitif/bersaing. Satu- satunya tujuan dari perencanaan strategis adalah untuk memungkinkan perusahaan memperoleh seefisien mungkin keunggula yang dapat dipertahankan atas saingan mereka.

  Menurut Hidayat (Skripsi, 2007: 11), Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategi adalah memungkinkan perusahaan memperoleh, seefisien mungkin, keunggulan yang dapat mempertahankan atas saingain mereka. Untuk mempertahankan eksistensi sebuah bisnis atau perusahaan di tengah-tengah ketatnya persaingan pasar, maka sebuah strategi sangat di perlukan. Ade Guawan (Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, No. 01, Oktober 2001: 25) menyebutkan Perusahaan

  • Persaingan Merek Persaingan ini merupakan bentuk persaingan langsung yang banyak terjadi dimana suatu perusahaan menganggap pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa serupa.
  • Persaingan Industri Bentuk persaingan ini menganggap bahwa para pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk yang sama. Misalnya, perusahaan pakaian yan menggangap dirinya bersaing dengan semua perusahaan pakaian.
  • Persaingan Jenis dan Bentuk Produk Bentuk persaingan ini merupakan bentuk persaingan di mana suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang memberikan jasa yang sama. Contohnya adalah sebuah seorang pemilik Butik yang menganggap bahwa pesaingnya bukan hanya butik lainnya saja tetapi juga departemen store, Mall yang menjual pakaian dan distro.
  • Persaingan Generik Persaingan Generik terjadi apabila suatu perusahaan menganggap bahwa para pesaingannya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan uang konsumen yang sama. Misalnya adalah pengusaha butik yang menganggap dirinya bersaing dengan pengusaha makanan.
  • Persaingan Geografi Persaingan dapat terjadi dalam ruang lingkup global, multinasional, nasional, regional atau metropolitan. Biasanya para pesaing tidak selalu tepat pada daerah
geografi yang lebih luas lagi. Strategi yang berhasil pada dasarnya memiliki empat unsur utama (Grant, 1995: 8), yaitu: 1.

  Strategi tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang jelas dan dalam jangka waktu yang panjang

  2. Strategi didasarkan pada pemahaman yang mendalam terhadap lingkungan eksternal.

  3. Strategi didasarkan pada pemahaman yang mendalam mengenai kemampuan internal organisasi maupun indivindu.

  4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, koordinasi serta pemanfaatan yang efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi

  Spredley (1997: 10) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang di peroleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Dengan banyaknya persaingan antar pengusaha butik di Sun Plaza, maka para pengusaha di dalam mempertahankan eksistensi butiknya pasti memiliki strategi di dalam menghadapi ketatnya persaingan pasar. Salah satu strategi yang sering digunakan oleh para pengusaha butik di dalam memasarkan barangnya yaitu melalui promosi. Beberapa bentuk promosi yang biasa dilakukan diantaranya (Suhardi, et.al., 2007: 196) :

  • Publisitas : biasa dikenal dengan iklan bebas seperti mensponsori kegiatan olahraga, musik ataupun membangun sarana-sarana umum masyarakat
  • Promosi penjualan : biasanya dengan memberikan diskon khusus, sampel gratis, beli satu dapat dua, dll.
  • Hiasan toko : usaha membuat para calon pembeli tertarik dengan melihat indahnya interior tokok, tulisan yang menarik, kebersihan, suasana yang sejuk, hiasan atau gambar, musik yang kesemuanya ditunjukan untuk menghilangkan kebosanan para pengunjung.
  • Iklan : merupakan bagian dari promosi yang harus menarik perhatian, menimbulkan ketertarikan, menimbulkan minat, mendorong calon pembeli untuk secepatnya melakukan proses pembelian.

1.3 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai acuan pengambilan data dalam penelitian. Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1.

  Strategi apa saja yang digunakan pengusaha butik di dalam menghadapi persaingan pasar ?

2. Bagaimana budaya kerja yang terapkan oleh pengusaha butik?

1.4 Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan fokus penelitian di Sun Plaza Medan di jalan KH. Zainul Arifin N edan. Pemilihan lokasi ini didasarkan belum banyak penelitian antropologi yang dilakukan di lokasi ini. Secara teknis lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti, hal ini juga menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi tersebut.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

  Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk menggungkapkan dan mengetahui budaya kerja yang dimiliki oleh pengusaha butik di Sun Plaza Medan.

  Adapun manfaat akademis yang hendak diberikan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menambah wawasan keilmuwan mengenai strategi pengusaha butik di dalam mempertahankan eksistensi butiknya, serta untuk mengetahui apa saja budaya kerja yang diterapkan oleh pengusaha butik. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pembaca sebagai informasi dalam bidang pendidikan, selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi kritik dan saran bagi Para pengusaha butik di Sun Plaza Medan agar selanjutnya dapat berkembang ke arah yang lebih baik lagi.

1.6 Metode Penelitian

  Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menggambarkan bagaimana budaya kerja yang dijalankan oleh pengusaha butik yang mayoritas adalah perempuan. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji tentang strategi yang digunakan pengusaha butik didalam mempertahankan eksistensi butiknya di tengah maraknya persaingan pasar. Penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam pada objek penelitian. dengan mengumpulkan dan menyusun data dari hasil observasi dan wawancara antara peneliti dan informan. Berusaha mendapatkan data atau informasi selengkap mungkin sesuai masalah yang diteliti yakni mengenai budaya kerja pengusaha butik.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

  Data dalam penelitian dikumpulkan dengan mempergunakan teknik observasi partisipasi dan wawancara mendalam.

1.6.2 Observasi Partisipasi

  Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh dibelakang meja tetapi harus terjun ke lapangan, ke tetangga, ke organisasi, ke komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, prilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam

  Pengamatan awal dilakukan dengan melihat bagaimana aktivitas pengusaha butik berserta pegawainya, seperti saat melayani pelanggan, saat melakukan pengecekan barang di butik, saat mengawasi para pegawai, serta aktivitas lainnya yang dilakukan ketika berada di butik.

1.6.2.1 Wawancara Mendalam

  Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan metode seperti ini, keterlibatan peneliti atau penulis dengan subyek yang diteliti, dalam pola kedekatan, termasuk lewat wawancara mendalam (indept interview), akan lebih mempermudah peneliti mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Sebab metode indept interview, bertujuan untuk menemukan dan mengetahui kebudayaan informan yang diteliti (Spradley, 1997:114)

1.6.2.2 Informan

  Teknik penentuan purposive sampling yang digunakan di dalam memilih informan kunci. Pemilihan informan pangkal dan informan kunci lebih menekankan pada data apa yang hendak dicari. Pemilihan informan pangkal yaitu informan yang mengetahui perkembangan butik di pusat perbelanjaan tersebut, seperti para pelanggan butik atau masyarakat yang suka berbelanja di butik dan pegawai butik tersebut. Informan kunci adalah seseorang yang secara lengkap dan mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian. informan kunci disini adalah pengusaha sekaligus pemilik butik.

1.7 Analisis Data

  Data-data dari penelitian yang berupa rekaman wawancara dan observasi, setiap hari dipindahkan atau ditranskripkan dalam bentuk field note (catatan lapangan). Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan mendalam yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang subjek, aktivitas, ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut (Idrus, 2009). Setelah itu data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan tema.

  Selain itu juga peneliti akan menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data kepustakaan dapat

1.8 Pengalaman Penelitian

  Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan survei lapangan pada butik- butik yang terdapat di Sun Plaza Medan. Di dalam melakukan survei, penulis sempat merasakan putus asa karena banyak pengusaha sekaligus pemilik butik yang menolak menjadi informan penulis dikarenakan berbagai alasan. Ada ketidak percayaan dan rasa enggan di dalam diri sebagian pengusaha butik untuk dijadikan informan. Beruntungnya dari beberapa butik yang penulis datangi bersama beberapa teman, ada dua pengusaha butik yang berbaik hati mau menjadi informan penulis yaitu cece Venti pemilik Butik Red Carpet dan cece Jenny pemilik butik VJ Boutique.

  Di bulan Oktober Pertama kalinya penulis datang ke Butik Red Carpet untuk melakukan wawancara. Pada saat itu, butik tersebut terlihat begitu ramai dengan pelanggan. Ada rasa sungkan untuk mendatangi butik tersebut. Ahkirnya selama beberapa saat, penulis mengamati aktivitas sang pengusaha butik dari luar. Setelah beberapa menit mengamati, sepupu saya menyarankan agar saya masuk saja dan bertanya apakah pengusaha tersebut punya waktu untuk diwawancarai. Merasa sedikit segan, saya pun melangkahkan kaki memasuki butik tersebut. Saya melihat cece Venti sedang sibuk-sibuknya. Melihat saya yang muncul tiba-tiba, cece langsung berkata bahwa saat itu dia sedang sibuk dan lebih baik saya datang lagi nanti.

  Di bulan November sekitar pukul 14.00 WIB penulis tiba di Sun Plaza Medan. Sebelum memasuki lokasi penelitian yang pertama yaitu Butik Red Carpet, terlebih dahulu saya melihat kondisi butik dari luar apakah kondisi di butik sedang sibuk atau

  Ketika melihat situasi butik yang tidak begitu ramai, saya langsung memasuki butik dan bertanya kepada salah satu pegawai butik. Saat itu adalah jam makan siang bagi para pegawai butik. mereka mengatakan bahwa cece Venti sedang berada di luar negeri. Saya bertanya kapan cece akan pulang dan sedikit bertanya-tanya dan mengali informasi tentang butik tersebut. Pegawai tersebut terlihat sedikit ragu-ragu memberikan informasi kepada saya. Hal tersebut terlihat dari caranya yang takut-takut di dalam berbicara. Dia mengatakan bahwa baru bekerja setahun dan tidak terlalu mengetahui seluk-beluk butik tersebut. Setelah mendapatkan beberapa informasi, saya pun berpamitan.

  Di sekitar lantai dua di sekitar Butik Red Carpet, terdapat beberapa butik lainnya yang berjejer di lantai dua dekat parkiran. Saya pun melihat-lihat beberapa butik dan memasuki salah satu butik yang cukup menarik yaitu VJ Boutique. Pegawai yang bekerja terlihat sedang duduk santai sambil menunggu pelanggan. Sebelumnya, saya memperkenalkan diri dan memperlihatkan surat lapangan izin penelitian di Butik Red Carpet kepada pegawai di VJ Boutique.

  Saya menjelaskan maksud dan tujuan saya untuk meyakinkan mereka bahwa tujuan saya adalah untuk meneliti. Untungnya mereka mengerti dan menyambut saya dengan hangat. Saya pun bertanya-tanya tentang butik tersebut kepada mereka. Jawaban yang mereka berikan sangat terbuka tanpa ada sungkan. Beberapa orang dari mereka terlihat mengantuk. Mereka mengatakan bahwa pada saat itu mereka sedang mengantuk dan sedikit bosan karena butik sedang sepi.

  Selagi berbincang-bincang, ada beberapa pengunjung butik yang masuk dan melihat-lihat barang di dalam butik. Saya duduk diam mengamati pegawai dan pengunjung butik. Ketika butik tiba-tiba ramai, saya pun merasa harus berpamitan. Tiba-tiba saja, ada seorang wanita cantik dengan paras oriental masuk dan langsung berdiri di meja kasir depan butik. Salah seorang pegawai mengatakan bahwa orang tersebut adalah pemilik butik.

  Pemilik butik tersebut diam dan hanya menatap saya. Merasa aneh, saya pun langsung mendatangi beliau dan mengatakan tujuan saya berada disana sambil memberikan surat pengatar penelitian ke Butik Red Carpet, sebagai bukti bahwa saya betul-betul ingin meneliti. Saya mengatakan bahwa jika beliau mengizinkan saya meneliti di Butik beliau, maka saya akan membuat surat pengantar penelitian yang baru. Beliau mengatakan bahwa tidak perlu dan cukup surat pengantar tersebut saja yang akan dia pegang. Beliau menyambut saya dengan sedikit kecurigaan. Saya pun bertanya-tanya sedikit tentang butik tersebut dan langsung berpamitan pulang.

  Pada tanggal 6 Februari 2015 saya pun datang lagi. Butik pertama yang saya kunjungi adalah VJ Boutique. Pegawai yang bekerja mengatakan bahwa cece Jenny

  

  sedang berbelanja sebentar di supermarket terdekat yang berada mall tersebut. Saya berpamitan dan berkata akan datang lagi nanti. Setelah itu, butik kedua yang saya datangi adalah Butik Red Carpet. Sebelum memasuki butik, saya meminta teman saya untuk melihat kondisi dari luar butik. mereka mengatakan bahwa kondisi butik sedang sepi, saya pun langsung memasuki butik tersebut. Saya melihat Cece Venti dan langsung menyapanya. Cece menyambut saya dengan hangat dan baik. Ketika melihat cece sedang melakukan sesuatu, saya mengatakan bahwa wawancara ini bersifat santai. Saya bisa mewawancarai cece sambil bekerja. Wawancara ini saya lakukan dengan mengunakan smartphone sebagai alat perekam pembicaraan.

  Saya pun mewawancari cece sembari cece membereskan make up dan melayani beberapa pelanggan. Wawancara yang saya lakukan dengan menggunakan pedoman wawancara(interview guide) dan berkembang menjadi beberapa pertanyaan lagi, karena kondisi wawancara yang nyaman dan santai. Cece menjawab pertanyaan saya dengan lugas dan menjelaskan tentang butiknya yang sebelumnya tidak saya ketahui.

  Wawancara berjalan dengan santai, Sekali-kali cece Venti berkaca sambil membereskan make up dan mengenakan high heelsnya. Setelah merasa mendapatkan data yang cukup, saya pun meminta izin untuk mengambil foto butik. Sebelumnya cece bertanya untuk apa saya memfoto butiknya, lalu saya menjelaskan bahwa hal tersebut berguna sebagai dokumentasi di dalam penelitian. Cece pun setuju jika saya ingin mendokumentasikan butiknya dalam bentuk foto. Ketika selesai, saya pun berpamitan.

  Ketika hendak menuju VJ Boutique yang terletak berdekatan dengan Butik Red Carpet, di tengah jalan saya bertemu dengan Cece Jeny pemilik VJ Boutique.

  Cece Jenny terlihat keluar dari butiknya dan ingin pergi lagi. Saya pun menyapa beliau dan mengatakan bahwa ingin mewawancarai beliau setelah urusan beliau siap.

  Beliau menyambut saya dengan ramah dan mengajak saya langsung masuk ke butiknya.

  Di dalam butik, saya melihat beberapa pasang baju yang digantung dengan tulisan ‘sale’ di atasnya. Di sudut ruangan, beberapa pegawai terlihat sedang

  

  merapikan barang-barang serta melakukan steam brush pada pakaian yang baru masuk. Pertemuan kali ini berbeda dengan pertemuan yang pertama. Pertemuan pertama, beliau terlihat ragu-ragu menjawab pertanyaan saya tetapi di pertemuan kedua, cece Jenny terlihat lebih rileks berbeda dengan waktu pertama kali bertemu.

  Cece menjawab pertanyaan saya tanpa keraguan dan terbuka dengan setiap pertanyaan yang saya berikan. Saya melihat cece memakai baju bewarna putih yang mirip dengan salah satu baju yang dijual di butiknya. Ketika hendak pulang, saya meminta izin cece untuk mendokumentasikan butik tersebut dalam bentuk foto.

  Selesai mendokumentasikan butik tersebut, saya melihat cece Jenny merapikan letak tas yang terdapat di depan display butik.

  Pada tanggal 26 Maret 2015 penulis datang lagi ke Sun Plaza untuk melengkapi data-data yang belum lengkap. Sebelum menuju lokasi, penulis terlebih dahulu mengamati beberapa butik yang terdapat disana. Setelah selesai, penulis langsung menuju Vj Boutique. Terlihat hanya ada dua penjaga yang terdapat disana.

  Saat itu butik tampak sepi dan tidak terlihat sosok cece Jenny disana. Begitu memasuki butik, pegawai yang berjaga langsung menyapa dengan ramah. Awalnya mereka tidak mengenal saya, tetapi setelah beberapa saat mereka sadar bahwa sebelumnya saya pernah datang beberapa kali untuk mewawancarai mereka.

  Mereka menyambut saya berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Saya pun bergegas masuk butik dan meletakan tas, buku dan hp saya di bangku butik. Saya pun bertanya sedikit-dikit sembari melihat-lihat beberapa pakaian yang tergantung dan tertata rapi. Saya bertanya kapan cece akan datang. Mereka mengatakan bahwa biasanya cece Jenny datang pada saat siang ataupun sore hari. Mereka berkata bahwa saya bisa menanyakan beberapa pertanyaan kepada mereka.

  Salah satu dari pegawai tersebut melihat buku catatan yang saya letakan di bangku dan merasa tertarik untuk melihatnya. Saya pun langsung memberikan buku tersebut kepadanya. Dia melihat catatan saya sembari bertanya dengan antusias seperti apakah dunia kuliah itu. Saya memberikan sedikit gambaran bagaimana kehidupan di perkuliahan. Dipertemuan kali ini saya berusaha menciptakan raport yang baik dengan mereka.

  Kali ini mereka terlihat lebih santai dan menganggap saya sebagai temannya. Hal ini terlihat dari jawaban pertanyaan yang mereka berikan. Selain itu, mereka juga terkadang bertanya tentang suatu hal kepada saya. Wawancara tersebut berjalan dengan penuh antusias. Salah seorang dari mereka bertanya apakah saya mempunyai account facebook.

  Wawancara dengan mereka saya awali dengan beberapa pertanyaan tanpa menggunakan interview guide. Hal ini dikarenakan wawancara dengan mereka berjalan dengan santai dan lancar. Saya menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan seputar butik mereka. Pertanyaan tersebut berlanjut menjadi beberapa pertanyaan lagi. Kadang kala mereka menjadi bercerita mengenai suka duka menjadi pegawai di butik. Kita duduk bersama-sama di bangku butik tanpa ada sekat-sekat antara informan dan pewawancara. Ketika sedang berbincang-bincang, ada pengunjung yang masuk ke butik. Saya meminta mereka untuk melayani pembeli sembari memperhatikan cara mereka melayani pembeli. Ketika selesai mereka langsung merapikan kembali susunan pakaian yang digantung.

  Mereka menunjukan kepada saya kartu member Vj Boutique. Saya bertanya apakah boleh jika saya memfoto kartunya dan mereka mempersilahkannya. Saya hanya memfoto bagian depan kartu tetapi mereka berkata bahwa bagian belakang juga tidak masalah jika ingin di foto. Sembari memfoto kartu, saya melihat beberapa pajangan etnis seperti patung kucing emas. Saya bertanya lagi apakah boleh saya foto dan mereka mempersilahkannya. Mereka mengatakan bahwa saya tidak perlu segan

  Ketika saya menanyakan jumlah member di butik, mereka mengatakan bahwa tidak dapat menyebutkan jumlah yang pasti karena tidak pernah menghitung jumlah member. Mereka menunjukan kepada saya binder tebal yang penuh dengan biodata membernya. Saya melihat sekilas dan tidak berani untuk melihat lebih jauh karena itu merupakan bagian dari privasi mereka. ketika melihat ada lagi beberapa pengunjung yang masuk, saya meminta mereka untuk melayani pembeli sembari mengamati sistem tranksaksi yang terdapat disana. Ada ibu muda bersama dengan suami dan anaknya yang masih kecil. Ada seorang anak gadis yang mengambil baju pesanannya dan ada juga beberapa anak gadis masuk dan yang bertanya tentang keberadaan pemilik butik. Salah seorang pegawai mengeluarkan pakaian dari tas hitam besar di bawah tumpukan baju. ketika beberapa pembeli mulai keluar dan butik tidak begitu ramai, saya bertanya kepada salah seorang pegawai tentang barang dari tas hitam tersebut. Pegawai tersebut mengatakan bahwa barang tersebut adalah stok pakaian dan baju yang merupakan barang yang lagi tren saat ini.

  Ada seorang ibu dengan anak perempuan remaja dan lelaki memasuki butik dan bertanya kepada salah seorang pegawai apakah cece Jenny sudah datang atau belum. Pegawai mengatakan bahwa cece Jenny belum datang. Ibu tersebut pun menunggu cece Jenny sambil melihat barang-barang yang ada di butik. Melihat kondisi butik yang mulai ramai, saya pun berpamitan dan mengatakan bahwa akan datang lagi besok.

  Setelah selesai di Vj Boutique, saya pun bergegas menuju butik Red Carpet. Saya meminta teman saya untuk melihat keadaan butik, apakah ramai atau tidak setelah itu saya pun bergegas masuk. Cece Venti terlihat sedang duduk di depan komputernya. Saya pun langsung menyapa dan bertanya apakah cece sibuk atau tidak. Saya berkata bahwa ada data-data yang kurang yang harus saya tanyakan lagi kepadanya. Cece tersenyum ramah sambil mempersilahkan saya untuk mewawancarainya. Dia bertanya apa yang ingin saya tanyakan dan saya pun memperlihatkan catatan yang berisikan pertanyaan yang sudah saya buat sebelumnya.

  Saya pun menanyakan beberapa pertanyaan berdasarkan interview guide. Cece Venti yang menjadi informan penulis menjawab pertanyaan dengan santai dan perlahan. Sembari bertanya cece meminta saya untuk mencatatnya. Hal ini dikarenakan cece melihat saya tidak mencatat saat itu. Saya mengatakan bahwa wawancara tersebut saya rekam dan akan saya olah di rumah. Saya tidak bisa mencatat karna terlalu cepat. Cece tersenyum bijaksana sembari bertanya adakah yang ingin saya tanya lagi. Senyum keramahan terpancar diwajah cece Venti. Saya merasa seperti mewawancarai saudara sendiri. Saya pun meminta izin ingin memfoto cece tetapi cece menolaknya karena merasa saat itu sedang tidak cantik. Ketika melihat pegawainya sedang beristirahat, saya meminta izin cece untuk memfoto aktivitas mereka. Cece meminta pegawainya untuk berdiri rapi agar saya foto. Saat itu pegawai yang bekerja hanya tiga orang. Satu orang sedang off bekerja. Saya hanya memfoto dua pegawai saja. Ketika merasa data yang saya inginkan sudah cukup, saya pun berpamitan pulang.

Dokumen yang terkait

LAMPIRAN 1 Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Skala Grandparenting Style Pengolahan I Reliability Statistics

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Kesejahteraan Psikologis pada Wanita Dewasa Madya ditinjau dari Grandparenting Style

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi - Analisis Investasi Ekonomi Sektor Unggulan Kota Medan

0 20 17

Analisis Pengaruh Cost To Income Ratio (CIR), Debt To Equity Ratio (DER), Size Bank, Return On Asset (ROA), Earnings Per Share (EPS), Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan - Analisis Pengaruh Cost To Income Ratio (CIR), Debt To Equity Ratio (DER), Size Bank, Return On Asset (ROA), Earnings Per Share (EPS), Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Ha

1 1 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Cost To Income Ratio (CIR), Debt To Equity Ratio (DER), Size Bank, Return On Asset (ROA), Earnings Per Share (EPS), Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbank

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kertas - Pemanfaatan Serat Lidah Mertua (Agave Angustifolia Haw) dan Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas

1 6 19

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Butik 2.1.1 Asal-usul butik - Budaya Kerja Pengusaha Butik Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan

0 0 15