Keyword: The policy imlementation of children appropriate city

STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KOTA LAYAK ANAK (KLA) DI KOTA PEKANBARU

Mustiqowati Ummul Fithriyyah

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim mustiqoumulfitria@gmail.com

Abstrak. KLA dimaksudkan sebagai usaha nyata untuk pembangunan kabupaten dan kota. Perkembangan perawatan anak pada dasarnya adalah suatu kondisi untuk penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak anak. KLA di Pekanbaru telah diluncurkan melalui pembentukan Task Force, namun tetap saja ada perubahan yang berarti. Secara umum bisa dikatakan bahwa isu pergerakan pemerintah kota Pekanbaru dan gerakan perlindungan anak belum dilakukan secara optimal. Perubahan tersebut diperkirakan tidak akan signifikan. Penelitian ini untuk mengetahui "kenapa bukan kebijakan yang optimal?" Kendala di KLA di Pekanbaru adalah sebagai berikut: (1) Program KLA belum populer di tingkat SKPD di Pekanbaru dan secara kelembagaan SKPD masih bersifat egosektoral sehingga sulit untuk mengintegrasikan isu Anak dalam penyusunan program pendidikan, dan persiapan RAD-KLA, (2) penerapan kapasitas kelembagaan yang tidak memadai. (3) Tidak adanya anggaran berdasarkan kebutuhan anak dalam anggaran, (4) Tidak untuk menjalin kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat sendiri, termasuk anak-anak, dalam mewujudkan Pekanbaru ke Kota Anak-anak yang memenuhi syarat sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara PPPA RI. 12 tahun 2011

Kata kunci: Kebijakan imlementasi anak kota yang sesuai

Abstract. The policy imlementation of children appropriate city known as (KLA) is intended as a real effort to unite children rights issues into the planning and construction of district / city. Children care development is basically a condition for the respect, protection and fulfillment of children's rights. The policy imlementation of children appropriate city known as (KLA) in Pekanbaru has been launched through the establishment of the Task Force, but yet there appears to be a significant change. In general it can be said that the issue of Children has not been a priority in policy and budgeting in Pekanbaru city government and child protection movement has not been done optimally. The changes are not expected to be significant. This research is to know "why The policy imlementation of children appropriate city known as (KLA) in Pekanbaru is not optimal?” Obstacles in The policy imlementation of children appropriate city known as (KLA) in Pekanbaru are as follows: (1) Program KLA has not been popular in the levels SKPD in Pekanbaru and institutionally SKPD still egosektoral making it difficult to integrate the issue of Children in the preparation of programs on education, and also the preparation of RAD -KLA, (2) implementing inadequate institutional capacity. (3) The absence of a budget based on the needs of children in the budget, (4) Not to achieve a partnership between government, private sector, community organizations, and the community itself, including children, in realizing Pekanbaru into the City of Eligible Children in accordance with the indicators specified in Peraturan Menteri Negara PPPA RI No. 12 in 2011.

Keyword: The policy imlementation of children appropriate city

TRANSPARANSI Volume 9, Nomor 02, September 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162

PENDAHULUAN

Dengan demikian, perlindungan anak mencakup setiap bidang pembangunan.

Latar Belakang

Pembangunan perlindungan anak yang “Harta

komprehensif akan perhiasan kehidupan dunia, namun amal

menghasilkan kebijakan publik yang lebih yang kekal dan shalih adalah lebih pahalanya

efektif dalam mewujudkan dunia yang layak di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk

bagi seluruh anak Indonesia, baik laki-laki menjadi harapan”. (Q.S.Al Kahfi: 46).

maupun perempuan (LAKIP KPP-P, 2013: 6). Meskipun regulasi tentang perlindungan

Ayat di atas menyatakan bahwa anak terhadap anak telah disusun demikian rapinya,

adalah sebagai hiasan yang memperindah namun masih terdapat pemahaman yang

sebuah keluarga. Tangisannya, rengekannya, berbeda-beda di kalangan para orangtua dan

celotehannya yang lucu, merupakan bagian- masyarakat mengenai arti anak. Pada sebagian bagian indah dalam sebuah keluarga. Dalam

orangtua memahami anak sebagai ‘amanah’ Q.S. Al Furqon: 74 juga dinyatakan bahwa

dan ‘titipan’ yang harus dilindungi dan anak adalah sebagai penyejuk mata, penyejuk dihargai. Sedangkan pada sebagian orangtua hati ( qurrota a’yun). Dikatakan demikian ‘anak’ sebagai ‘aset keluarga’ dan ‘anak harus karena ketika mata kita memandang anak

mengerti orangtua. Pemahaman yang terakhir maka akan timbul rasa bahagia.

ini kadang-kadang anak menjadi korban Anak adalah anugerah dan kado

perdagangan anak, eksploitasi ekonomi dan terindah dari Tuhan bagi setiap keluarga.

seksual, serta tumbuh dan berkembangnya Anak adalah sebagai amanah yang

terabaikan. Begitu banyak pemberitaan dipercayakan Allah swt kepada manusia yang

tentang kekerasaan terhadap anak; anak lahir harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-

dan mati di kamar mandi, anak disiksa, baiknya agar mereka bisa tumbuh dan

dicabuli, dieksploitasi, dipekerjakan di bawah berkembang dengan baik dalam lingkungan

umur, dan dinikahkan pada usia dini dengan yang aman dan stabil serta suasana yang

alasan ekonomi. Sederet contoh ini bahagia, penuh kasih dan pengertian. Selain

merupakan bukti bahwa keluarga sebagai itu, anak sebagai generasi penerus bangsa

institusi terkecil dalam masyarkat belum merupakan investasi masa depan bagi bangsa

seluruhnya ramah terhadap anak. dan negara. Oleh karena itu anak harus dijaga

Selain keluarga, perlakuan lingkungan dan dilindungi segala harkat dan martabatnya,

bermain, lingkungan tempat belajar, dan kepentingan-kepentingannya

fasilitas publik yang disediakan pemerintah, haknya. Hak secara fisik, psikis, maupun

serta

hak-

seperti jalan, alat transportasi, tempat rekreasi, intelektual –hak hidup, hak tumbuh, hak dan lainnya ternyata juga belum ramah

dicintai, hak berbicara, hak berekspresi, dan terhadap anak (Naning, 2009: 4). Padahal

menentukan diri mereka sendiri. negara telah dengan jelas mengatur tentang

Perlindungan anak mutlak diwujudkan hak-hak anak, sebagaimana yang tertuang oleh setiap elemen masyarakat dan tentunya

dalam Undang-undang Dasar Tahun 1946 dijamin keberadaannya oleh negara agar anak pasal 28B ayat 2, “setiap anak berhak atas dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.

tumbuh, dan Sesuai dengan Undang-Undang No.23 Tahun

kelangsungan

hidup,

berkembang serta berhak atas perlindungan 2002

dari kekerasan dan diskriminasi”. Fakta perlindungan anak mencakup anak yang

tersebut menunjukkan bahwa meskipun telah belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang

ada regulasi yang melindungi anak, namun masih dalam kandungan, dan meliputi hak-

persoalan kekerasan terhadap anak masih hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang,

seringkali terjadi.

dan berpartisipasi dalam berbagai aspek Selain UUD 1945, beberapa regulasi

kehidupan serta mendapat perlindungan dari yang menjelaskan tentang perlindungan anak berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi.

adalah Undang-undang Nomor 23 Tahun

Mustiqowati Ummul Fithriyyah, Studi Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak KLA...

2002 tentang Perlindungan Anak sebagai tampaknya kebijakan Kota Layak Anak masih Pelaksanaan Konvensi PBB tentang Hak

belum terlalu menjadi prioritas pada Anak, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004

pemerintah provinsi Riau dan khususnya di tentang Pencegahan Kekerasan dalam Rumah

pemerintah Kota Pekanbaru. Hal ini ditandai Tangga (PKDRT), Undang-undang Nomor 23

dengan sebuah fakta bahwa baru pada tahun Tahun Nomor 17 Tahun 2007 tentang

2013 dikeluarkan Perda Provinsi Riau tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Perlindungan dan Hak Dasar Anak (Perda Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang memuat

Provinsi Riau No.3 Tahun 2013). Keluarnya upaya pemerintah dalam meningkatkan

Perda provinsi Riau tersebut, dinilai sangat kesejahteraan anak dan mewujudkan anak

terlambat jika dibandingkan dengan keluarnya Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan

kebijakan nasional tentang Kota Layak Anak berakhlak mulia serta melindungi anak

yang telah dirintis sejak 2006. terhadap

Sedangkan untuk Pemerintah Kota eksploitasi, dan diskriminasi.

Pekanbaru, baru sampai pada keluarnya Surat Kemudian

Keputusan Walikota No. 602/XII/2006 Pemberdayaan Perempuan (KPP) bersama

Kementerian

Negara

tentang pembentukan Komisi Perlindungan sektor

Anak Indonesia Daerah (KPAID), yang secara masyarakat,

umum memiliki tugas dan fungsi untuk masyarakat mengembangkan model Kota

melindungi hak-hak anak di Kota Pekanbaru. Layak Anak, yaitu kota yang di dalamnya

Namun karena permasalahan internal, maka telah mempunyai sistem pembangunan

pada tahun 2011 KPAID Pekanbaru berbasis hak anak melalui pengintegrasian

dibubarkan dan kemudian digantikan dengan komitmen dan sumber daya pemerintah,

pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu masyarakat dan dunia usaha yang terencana

Pemberdayaan Perempuan dan Anak secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam

(P2TP2A) kota Pekanbaru tahun 2012-2025, kebijakan, program dan kegiatan untuk

melalui Keputusan Walikota Pekanbaru No. menjamin terpenuhinya hak anak. KLA

231 Tahun 2013. Kemudian regulasi lainnya dimaksudkan sebagai sebuah upaya nyata

adalah terbitnya Surat Keputusan Walikota untuk menyatukan isu hak anak ke dalam

Pekanbaru No. 144 Tahun 2013 tentang perencanaan

Pembentukan Gugus Tugas Pengembangan kabupaten/kota. Pembangunan yang peduli

dan

pembangunan

KLA Kota Pekanbaru -Gugus Tugas KLA anak pada dasarnya adalah suatu kondisi

Kabupaten/Kota adalah lembaga koordinatif adanya penghormatan, perlindungan, dan

kabupaten/kota yang pemenuhan hak anak.

di

tingkat

upaya kebijakan, Dalam

mengkoordinasikan

program, dan kegiatan untuk mewujudkan terwujudnya pengembangan Kota Layak

rangka

mempercepat

terkait dengan Anak,

pengembangan KLA ini, Pemerintah Kota Perempuan dan Perlindungan Anak telah

Kementerian

Pemberdayaan

Pekanbaru mengeluarkan Keputusan Walikota menjadikan model KLA ini sebagai prioritas

Pekanbaru Nomor 386 Tahun 2013 tentang program dalam bidang kesejahteraan dan

Pembentukan Pengurus Forum Anak Kota perlindungan anak dengan menetapkan 7

Pekanbaru Tahun 2013-2016. (tujuh) aspek penting dalam pengembangan

Namun, secara umum dapat dikatakan KLA, yaitu: 1) kesehatan; 2) pendidikan; 3)

bahwa issue anak belum menjadi prioritas sosial; 4) hak sipil dan partisipasi; 5)

dalam kebijakan dan penganggaran di perlindungan hukum; 6) perlindungan

pemerintah Kota Pekanbaru dan gerakan ketenagakerjaan; 7) infrastruktur.

perlindungan anak belum dilakukan secara Menindaklanjuti kebijakan nasional

Perubahan-perubahan yang tersebut, masing-masing pemerintah daerah

maksimal.

diharapkan belum signifikan. Contohnya: menetapkan kebijakan yang dimaksudkan

masih banyak ditemukan permasalahan- untuk melindungi hak-hak anak yang

permasalahan pada anak, di antaranya disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan

kekerasan psikis, kekerasan fisik dan kondisi

penelantaran ekonomi, kekerasan ekonomi,

TRANSPARANSI Volume 9, Nomor 02, September 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162

eksploitasi, trafficking, pelecehan seksual, kebutuhannya, belum adanya shelter untuk masih banykanya terlihat anak yang

anak sebagai pelaku, dan meningkatnya mengamen ataupun mengemis di tepian jalan

jumlah anak penderita ISPA. Berikut data atau pada traffict light (lampu merah), masih

korban tindakan kekerasan terhadap anak di banyaknya anak-anak yang terpaksa bekerja

kota Pekanbaru dalam kurun waktu 5 tahun, (dipekerjakan) pada saat jam belajar anak,

sejak tahun 2010 sampai tahun 2010. karena orangtua yang tidak dapat memenuhi

Tabel 1.1

Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Korban Tindakan Kekerasan (KTK) Kota Pekanbaru

Tahun 2010-2014

No

Th 2010 Th 2011 Th 2012 Th 2013 Th 2014 Kekerasan

Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Umum Kota Pekanbaru, 2015

Keterangan: keterbatasan ekonomi sehingga anak KF

: Kekerasan Fisik membantu orangtuanya bekerja, bahkan ada KP

: Kekerasan psikis beberapa anak yang hidup di jalanan menjadi KE

: Kekerasan Ekonomi pengemis dan gelandangan. KS

: Kekerasan Ekonomi Kemudian permasalahan yang baru- EKS

: Eksploitasi baru ini (sebetulnya menjadi bencana TRF

meresahkan warga Pekanbaru, yaitu dampak dari kebakaran Tabel di atas menunjukkan tingginya

hutan dan lahan yang kemudian menimbulkan perlakuan tindak kekerasan terhadap anak di

banyaknya warga yang terkena penyakit Pekanbaru. Selain itu, ada juga kekerasan

ISPA. Berikut data penderita ISPA di Provinsi ekonomi yang sering dialami oleh anak.

Riau dan termasuk Kota Pekanbaru. Mereka terpaksa bekerja dikarenakan

Tabel 1.2.

Jumlah Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin di Kota Pekanbaru

Tahun 2014-2016

Sumber: Dinas Sosial Kota Pekanbaru, 2016

Mustiqowati Ummul Fithriyyah, Studi Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak KLA...

Berikut ini akan disajikan mengenai data banyak nya anak terlantar menurut jenis kelamin dan kecamatan di kota Pekanbaru;

Tabel 1.3.

Data Banyaknya Anak Terlantar Menurut Jenis Kelamin

dan Kecamatan Di Kota Pekanbaru Tahun 2013

No

Kecamatan

Jenis Kelamin

2 Payung Sekaki

3 Bukit Raya

4 Marpoyan Damai 28

5 Tenayan Raya

6 Lima Puluh

8 Pekanbaru Kota

12 Rumbai Pesisir

Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2014

Tabel di atas menunjukkan tingginya Pemandangan seperti itu sering kita jumpai di angka anak terlantar di Pekanbaru. Hal ini

pinggiran jalan atau di traffict light (lampu bisa disebabkan keterbatasan ekonomi,

merah). Kondisi ini diperparah dengan bahkan ada beberapa anak yang hidup di

banyaknya jumlah anak nakal yang terlihat jalanan menjadi pengemis dan gelandangan.

dari tabel berikut ini;

Tabel 1.4.

Data Banyaknya Anak Nakal dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi

Di Kota Pekanbaru Tahun 2013

No

Kecamatan

Anak Nakal

Wanita Rawan Sosial Ekonomi

1 Tampan

2 Payung Sekaki

3 Bukit Raya

4 Marpoyan Damai

5 Tenayan Raya

6 Lima Puluh

8 Pekanbaru Kota

12 Rumbai Pesisir

JUMLAH

TRANSPARANSI Volume 9, Nomor 02, September 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162

Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2014

Kondisi kekerasan terhadap anak di pembentukan Gugus Tugas, namun belum Kota Pekanbaru terus meningkat dan semakin

tampak ada perubahan yang signifikan memprihatinkan, hingga Pekanbaru sempat

mengenai perlindungan terhadap hak-hak mendapatkan julukan Kota Darurat Anak,

anak di Kota Pekanbaru, maka rumusan sebagaimana yang disampaikan Helda

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai Khamsy Kepala P2TP2A Kota Pekanbaru

berikut: (1) Bagaimana implementasi dalam Pekanbaru Pos edisi 20 Februari 2015.

kebijakan Kota Layak Anak (KLA) di Kota ''Tren peningkatan kasus selalu terjadi

Pekanbaru (2) mengapa implementasi tiap tahun, Pekanbaru bisa dikatakan kota

kebijakan Kota Layak Anak (KLA) di Kota darurat anak '' Pekanbaru belum optimal, apa faktor yang

Membincang tentang problematika mempengaruhi implementasi kebijakan Kota anak, meskipun telah banyak regulasi yang

Layak Anak (KLA) di Kota Pekanbaru? mengatur tentang perlindungan anak namun tetap saja tindak kekerasan terhadap anak

Tujuan dan Manfaat Penelitian

terus saja terjadi. Dan apapun bentuknya, baik kekerasan fisik, psikis, ekonomi, maupun

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memperoleh

gambaran mengenai seksual, pastilah mendatangkan ketidakadilan

impementasi kebijakan pengembangan Kota dan memunculkan kepedihan dan penderitaan

Layak Anak di Kota Pekanbaru, dan (2) bagi korbannya. Kasus kekerasan yang tak

faktor-faktor yang kalah berbahayanya adalah pemaksaan

Menemukan

kehendak kepada anak seprti jadwal belajar

mempengaruhi

implementasi kebijakan pengembangan Kota Layak Anak di Kota

dan kursus yang overload. Selain itu, ada juga

Pekanbaru.

bentuk pembiaran terhadap anak, seperti anak Sedangkan manfaat penelitian ini

Selain keluarga yang tidak ramah terhadap adalah; (1) secara akademis penelitian ini

anak, fasilitas publik yang tersedia di Kota Pekanbaru juga belum sensitif terhadap anak,

memberi sumbangan teoritis terhadap khazanah keilmuan administrasi negara da

terbukti dengan minimnya tempat bermain kajian gender dan anak, tentang pentingya

anak. Kemudian persoalan anak yang lain mengintegrasikan kebutuhan, kepentingan,

yang tak kalah penting adalah sangat dan spirasi anak, (2) manfaat praktis

minimnya ruang berpartisipasi di ruang publik, baik dalam hal perencanaan,

penelitian ini adalah agar menjadi bahan refleksi dan evaluasi bagi Pemerintah Kota

pelaksanaan, maupun evaluasi. Pekanbaru dalam melaksanakan serta

Selain data di atas, partisipasi anak mengembangkan kebijakan Kota Layak Anak,

dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat (3) manfaat praktis lainnya adalah sebagai

masih minim dan begitu juga partisipasi anak dalam pembangunan di Kota Pekanbaru

daya dorong bagi pihak lain untuk melakukan khususnya dalam proses-proses kebijakan

penelitian atau kajian-kajian terhadap anak khususnya yang terkait dengan aspek-aspek

seperti Musyawarah Rencana Pembangunan penting yang telah dijelaskan dalam kebijakan

Kecamatan (Musrenbangcam),

dan

Kota Layak Anak.

Musyawarah Rencana

Pembangunan

(Musrenbang) pun belum nampak, yang mana

hal-hal ini merupakan aspek penting dalam

KAJIAN PUSTAKA

terwujudnya kota layak anak.

Pengertian Anak

Anak secara umum dipahai masyarakat

Rumusan Masalah

sebagai keturunan kedua setelah ayah dan ibu Kebijakan Kota Layak Anak di Kota

(WJS. Poedarminta, Kamus Umum Bahasa Pekanbaru telah dicanangkan melalui

Mustiqowati Ummul Fithriyyah, Studi Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak KLA...

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1992 : 38- Anak merupakan potensi bangsa bagi 39).

pembangunan nasional, untuk itu pembinaan Anak merupakan amanah Tuhan Yang

dan pengembangannya perlu dilakukan sedini Maha Esa yang harus dilindungi hak asasinya

mungkin dengan mendorong pemerintah sebagai manusia, karena merupakan individu

Kabupaten.Kota untuk menyusun kebijakan yang belum matang secara fisik, mental

yang berpihak pada kepentingan anak. maupun sosial. Kondisinya rentan dan masih

Indonesia sebagai salah satu negara yang tergantung pada orang dewasa. Oleh karena

meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui itu anak memerlukan perlindungan baik oleh

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, keluarga, masyarakat, maupun negara (Siti,

berkewajiban untuk membuat langkah- 2011 : 400).

langkah yang diperlukan bagi peningkatan Selain itu Undang - Undang

kesejahteraan anak dan pemenuhan hak-hak Kesejahteraan anak, mendefinisikan bahwa

anak.

anak adalah seseorang yang belum mencapai Indonesia yang juga telah ikut umur 21 tahun dan belum pernah menikah

menandatangani Deklarasi Dunia yang Layak (Pasal 1 (2), UU No.4 tahun 1974 tentang

bagi Anak (World Fit For Children) perlu Kesejahteraan Anak). Sedangkan dalam

rencana aksi untuk Undang - Undang Perkawinan, anak adalah

mengembangkan

menjadikan Kabupaten/Kota Layak Anak seseorang yang belum mencapai usia 18 tahun

sebagai bentuk pelaksanaan WFFC; dalam (Pasal 47 UU No.1 tahun 1974, tentang

rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah Perkawinan).

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam

Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pmerintah pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah

Daerah Kabupaten/Kota, khususnya terkait orang dalam perkara anak nakal yang telah

dengan norma standar, prosedur dan kriteria mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi

urusan wajib Pemberdayaan Perempuan dan belum mencapai umur 18 tahun (delapan

Perlindungan Anak, maka salah satu program belas) tahun dan belum pernah menikah.

adalah Kebijakan Sedangkan Undang-undang Ketenagakerjaan

yang

ditetapkan

Kabupaten/Kota Layak Anak. memberi batasan bahwa usia anak adalah sampai 15 tahun dan Undang-undang pemilu

Kota Layak Anak

mendefinisikan anak adalah mereka yang Dalam buku pedoman Kota Layak Anak

berusia kurang dari 17 tahun. (2006) dijelaskan bahwa Kota Layak Anak

Sementara itu dalam Panduan KLA dijelaskan anak adalah seseorang yang belum

(KLA) merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh Kementerian Negara

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2006

anak yang masih dalam kandungan (Panduan melalui kebijakan Kota Layak Anak, karena

Pengembangan KLA, 2011). Hal ini senada alasan untuk mengakomodasi persoalan anak

dengan yang dinyatakan dalam Konvensi Hak Anak, bahwa anak adalah setiap manusia

di setiap pemerintahan kota / kabupaten di yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali

Indonesia. Dalam kebijakan KLA tersebut digambarkan bahwa KLA merupakan upaya

berdasarkan undang-undang yang berlaku pemerintah untuk mempercepat implementasi

untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai Konvensi Hak Anak dari kerangka hukum ke

lebih cepat (KHA Pasal 1, disetujui oleh Majelis Umum PBB pada 20 November

dalam definisi, strategi, dan intervensi 1989). Dan Pasal 1 (1) UU No. 23/2002

pembangunan seperti kebijakan, institusi, dan program yang layak anak.

tentang Perlindungan Anak menyebutkan Pedoman Kota Layak Anak tahun 2006

bahwa hak anak bagian dari ham yang wajib kemudian terus disempurnakan, dan sesuai

dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang dengan Panduan Pengembangan KLA tahun

tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan 2011 dijelaskan bahwa Kota Layak Anak negara. yaitu kota yang di dalamnya telah mempunyai

TRANSPARANSI Volume 9, Nomor 02, September 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162

sistem pembangunan berbasis hak anak (tujuh) aspek penting dalam pengembangan melalui pengintegrasian komitmen dan

KLA, yaitu: 1) kesehatan; 2) pendidikan; 3) sumber daya pemerintah, masyarakat dan

sosial; 4) hak sipil dan partisipasi; 5) dunia usaha yang terencana secara

perlindungan hukum; 6) perlindungan menyeluruh dan berkelanjutan dalam

ketenagakerjaan; 7) infrastruktur (Pedoman kebijakan, program dan kegiatan untuk

Kebijakan KLA, 2006).

menjamin terpenuhinya hak anak. Kronologis munculnya Kebijakan KLA; Gagasan Kota Layak Anak sebelumnya

sejak tahun 2006 telah disusun rancangan telah diawali oleh Kevin Lynch (arsitek dari

kebijakan kota/kabupaten layak anak (KLA) Massachussets Institute of Technology) dalam

oleh Kementerian peenelitiannya yang berj udul ”Children’s

Pemberdayaan Perempuan (KPP). Sebagai Perception of the Environment”. Hasil

langkah awal pengembangan KLA, tahun penelitiannya tersebut mengatakan bahwa

2006 Kementerian Negara Pemberdayaan lingkungan yang terbaik untuk anak adalah

melakukan ujicoba yang mempunyai komuniti yang kuat secara

Perempuan

telah

pengembangan KLA di 5 kabupaten/kota, fisik dan sosial, komuniti yang mempunyai

yaitu Kota Jambi di Provinsi Jambi, Kota aturan yang jelas dan tegas, komuniti yang

Surakarta (Solo) di Provinsi Jawa Tengah, memberi kesempatan pada anak, dan

Kabupaten Sidoarjo di Provinsi Jawa Timur, komuniti

Kabupaten Kutai Kartanegara di Provinsi pendidikan yang memberi kesempatan anak

Kalimantan Timur, dan terakhir Kabupaten untuk

Gorontalo di Provinsi Gorontalo. Sedangkan lingkungan dan dunia mereka (Pattilima,

pada tahun 2007 ditunjuk 10 kabupaten/kota, 2004: 1). Dan dari penelitian lainnya

yaitu Aceh Besar (Nanggroe Aceh mengenai anak, yang menarik adalah anak

Darussalam), Kabupaten OKI (Sumatera dapat diajakn kerjasama dan mengatasi

Selatan), Kota Padang (Sumatera Barat), persoalan-persoalan

Lampung Selatan (Lampung), Kabupaten dengan kota (Adams & Ingham, 1998 dalam

yang

berhubungan

Karawang (Jawa Barat), Kabupaten Sragen Hamid Pattilina, 2008). Hal ini tentu tidak

(Jawa Tengah), Kota Malang (Jawa Timur), begitu saja mudah untuk dilakukan,

Kota Pontianak (Kalimantan Barat), Kota sebagaimana dikatakan oleh Alit Kurniasari

Manado (Sulawesi Utara), dan Kota Kupang bahwa untuk mewujudkan komuniti peduli

(Nusa Tenggara Timur). Dan pengembangan anak dibutuhkan adanya pembentukan

KLA terus berkembang sampai sekarang. jejaring kolaboratif antar sektor terkait, dunia

Untuk mempercepat pemenuhan hak- usaha, masyarakat peduli anak, dan

disusun kebijakan pemerintah. ( www.depsos.go.id , 14 Juni

hak

anak, telah

Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) dan telah 2010).

ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara KLA dimaksudkan sebagai sebuah

Pemberdayaan Perempuan Nomor 2 tahun upaya nyata untuk menyatukan isu hak anak

2009 tentang kebijakan Kota/Kabupaten ke dalam perencanaan dan pembangunan

Layak Anak, dengan didukung oleh Pedoman kabupaten/kota. Pembangunan yang peduli

Pengembangan KLA Tingkat Provinsi anak pada dasarnya adalah suatu kondisi

(Peraturan Meneg P&PA No.12 Tahun 2010) adanya penghormatan, perlindungan, dan

dan Petunjuk Teknis KLA di Desa/Kelurahan pemenuhan hak anak.

(Peraturan Meneg PP&PA No. 14 Tahun Dalam

terwujudnya pengembangan Kota Layak Dan regulasi tentang pengembangan Anak,

KLA ini terus disempurnakan yang kemudian Perempuan dan Perlindungan Anak telah

Kementerian

Pemberdayaan

secara lebih jelas dituangkan dalam Peraturan menjadikan model KLA ini sebagai prioritas

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan program dalam bidang kesejahteraan dan

dan Perlindungan Anak Republik Indonesia perlindungan anak dengan menetapkan 7

Nomor 11 tahun 2011 tentang Kebijakan

Mustiqowati Ummul Fithriyyah, Studi Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak KLA...

Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Nomor 12 tahun 2011 tentang Indikator

Perempuan dan Anak (P2TP2A) kota Kabupaten/Kota Layak Anak, Nomor 13

Pekanbaru tahun 2012-2025, melalui tahun 2011 tentang Panduan Pengembangan

Keputusan Walikota Pekanbaru No. 231 Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), dan

Tahun 2013. Kemudian regulasi lainnya Nomor 14 tahun 2011 tentang Panduan

adalah terbitnya Surat Keputusan Walikota Evaluasi Kabupaten/Kota Layak Anak.

Pekanbaru No. 144 Tahun 2013 tentang Dalam Peraturan Menteri Negara

Pembentukan Gugus Tugas Pengembangan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

KLA Kota Pekanbaru -Gugus Tugas KLA Anak RI No. 12 Tahun 2011 pasal 5

Kabupaten/Kota adalah lembaga koordinatif disebutkan setiap kabupaten/kota dapat

kabupaten/kota yang dikategorikan sebagai KLA apabila telah

di

tingkat

upaya kebijakan, memenuhi hak anak yang diukur dengan

mengkoordinasikan

program, dan kegiatan untuk mewujudkan indikator KLA. Indikator KLA tersebut harus

terkait dengan memenuhi 5 (lima) klaster hak anak, yaitu;

pengembangan KLA ini, Pemerintah Kota (1) hak sipil dan kebebasan, (2) lingkungan

Pekanbaru mengeluarkan Keputusan Walikota keluarga dan pengasuhan alternatif, (3)

Pekanbaru Nomor 386 Tahun 2013 tentang kesehatan dasar dan kesejahteraan, (4)

Pembentukan Pengurus Forum Anak Kota pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan

Pekanbaru Tahun 2013-2016. kegiatan budaya, dan (5) perlindungan

Namun, setelah sekian tahun sejak khusus. Selanjutnya dengan adanya kebijakan

dikeluarkannya pertama kali gagasan KLA KLA ini diharapkan anak sebagai warga kota

hingga menjadi sebuah kebijakan dan juga dapat mempunyai keputusan yang dapat

telah ditindaklanjuti di tingkat daerah, secara mempengaruhi

umum dapat dikatakan bahwa issue anak mengekspresikan pendapatnya mengenai kota

kotanya;

dapat

belum menjadi prioritas dalam kebijakan dan yang mereka inginkan; dapat berperan serta

penganggaran di pemerintah Kota Pekanbaru dalam kehidupan keluarga, komuniti dan

dan gerakan perlindungan pun anak belum sosial; dapat mengakses pelayanan dasar

dilakukan secara optimal. Perubahan- seperti kesehatan dan pendidikan; dapat

perubahan yang diharapkan belum signifikan, mengakses air minum segar dan tinggal di

yang ini artinya, tujuan-tujuan dari dibuatnya lingkungan dengan sanitasi yang baik;

kebijakan banyak yang belum tercapai, terlindungi dari eksploitasi, kekerasan dan

padahal sebagaimana yang ditulis oleh Riant penelantaran; merasa aman berjalan di jalan;

Nugroho (2009: 494), implementasi sebuah dapat bertemu dan bermain dengan temannya;

kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar hidup di lingkungan yang bebas polusi;

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Contoh berperan serta dalam kegiatan budaya dan

nyata belum terlaksananya kebijakan Kota sosial; dan secara seimbang dapat mengakses

Layak Anak ini adalah belum tersedianya data setiap pelayanan tanpa memperhatikan suku

base anak di Kota Pekanbaru; belum bangsa, agama, kekayaan, gender, dan kondisi

memadainya penyediaan shalter, belum fisik.

amannya anak dari gangguan polusi, Di Kota Pekanbaru sendiri kebijakan

partisipasi anak dalam pembangunan sama kota layak anak tersebut baru sampai pada

sekali tidak ada.

keluarnya kebijakan tentang pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah

Implementasi Kebijakan

(KPAID), yang didasarkan pada Keputusan Mengenai implementasi kebijakan ini,

Gubernur Riau No. 602/XII/2006 tanggal 15 George C. Edward III juga mengatakan

Desember 2006. Secara umum Komisi bahwa berhasil tidaknya sebuah implementasi

Perlindungan Anak Indonesia Daerah dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:

(KPAID) ini memiliki tugas dan fungsi untuk

sumberdaya, melindungi hak-hak anak di Kota Pekanbaru.

komunikasi,

yang dimiliki Kemudian pada tahun 2011 KPAID implementor, dan struktur birokrasi. Senada Pekanbaru digantikan dengan pembentukan

disposisi/karakteristik

TRANSPARANSI Volume 9, Nomor 02, September 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162

dengan teori Edward III tersebut, Donald S

1. penanganan pengaduan Van Matter dan Carl EE. Van Horn juga

2. pelayanan kesehatan

mengungkapkan bahwa keberhasilan sebuah

3. rehabilitasi sosial

implementasi dipengaruhi oleh sumberdaya,

4. penegakan dan bantuan hukum komunikasi antar organisasi dan penguatan

5. pelayanan pemulangan dan reintegrasi aktivitas, karakteristik agen pelaksana,

sosial

kondisi sosial, ekonomi, dan politik

6. Rumah Aman ( shelter) melalui rujukan (Subarsono, 2012: 90 & 99).

secara gratis.

Mengacu pada teori yang telah dijelaskan oleh Edward, Van Matter dan Van

Komitmen Implementor

Horn bahwa berhasil atau gagalnya Komitmen implementor ini mencakup

impelementasi kebijakan Kota Layak di Kota tigal hal penting, yakni: (a) respon Pekanbaru ini akan sangat ditentukan oleh ; implementor terhadap kebijakan, yang akan

(1) aspek sumber daya yang ada, (2)

kemampuannya untuk komitmen agen pelaksana (implementor), (3)

mempengaruhi

melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni komunikasi

pemahamannya terhadap kebijakan, (c) (implementor) dengan kelompok sasaran

prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor kebijakan. (Van matter & Van Horn dalam Subarsono,

(2012: 101). Ketiga hal penting tersebut akan

Aspek Sumber Daya

sulit tercapai jika aspek sumber daya belum Aspek sumber daya merupakan faktor

maksimal.

penting yang menentukan berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan Kota Layak

Komunikasi Antara Implementor dengan

Anak di Kota Pekanbaru. Sumberdaya

Kelompok Sasaran Kebijakan

tersebut dapat

berupa

sumberdaya

Komunikasi antara implementor dengan manusianya,

kelompok sasaran kebijakan KLA di Kota finansialnya.

Pekanbaru sebetulnya akan terjalin dengan Dari aspek sumber daya manusia, baik jika Forum Anak Kota Pekanbaru dapat pengembangan kebijakan KLA di kota difungsikan secara baik. Forum Anak Kota Pekanbaru ini secara kelembagaan berada di Pekanbaru itu seharusnya dapat menjadi bawah koordinasi Badan Pemberdayaan wadah partisipasi bagi anak-anak di Kota Perempuan

Masyarakat

da Keluarga

Pekanbaru untuk ambil bagian dalam Berencana Kota Pekanbaru (BPPMKB). pembuatan kebijakan di Pekanbaru, sehingga Terkait dengan hal ini walikota telah anak dapat turus serta berpartisipasi dalam menerbitkan Keputusan Walikota Pekanbaru pembuatan kebijakan yang berpihak pada No. 144 Tahun 2013 tentang pembentukan pemenuhan hak-hak anak. Partisipasi anak Gugus Tugas Pengembangan Kota Layak dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat Anak Kota Pekanbaru. masih minim dan begitu juga partisipasi anak Untuk penanganan permasalahan anak dalam pembangunan di Kota Pekanbaru korban kekerasan, di bawah koordinasi khususnya dalam proses-proses kebijakan BPPMKB telah di bentuk Pusat Pelayanan seperti Musyawarah Rencana Pembangunan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak

(Musrenbangcam), dan (P2TP2A), yaitu Pusat kegiatan Terpadu yang

Kecamatan

Rencana Pembangunan menyediakan pelayanan bagi perempuan dan

Musyawarah

(Musrenbang) pun belum nampak, yang mana anak korban kekerasan di Kota Pekanbaru.

hal-hal ini merupakan aspek penting dalam P2TP2A Kota Pekanbaru dibentuk

KLA. Dari kondisi tersebut terlihat bahwa berdasarkan surat keputusan Walikota

fungsi Forum Anak Kota Pekanbaru ini belum Pekanbaru No. 231 tahun 2013. Kegiatan

terlihat secara nyata.

P2TP2A pelayanan yang terintegrasi meliputi :

Mustiqowati Ummul Fithriyyah, Studi Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak KLA...

Penelitian Terdahulu

dianalisis secara deskriptif/kualitatif sesuai dengan materi permasalahan serta berupaya

Ronawaty Anasiru. 2010. Implementasi melakukan pemahaman mendalam, serta

Model-model Kebijakan Penanggulangan interprestasi yang dapat dipertanggung

Anak Jalanan di

Makasar (Jurnal

jawabkan kebenarannya.

Sosiokonsepsi, Bol. 16 No.02 tahun 2011).

Hasil Penelitian ini menyebutkan bahwa

PEMBAHASAN

dalam impelmentasi model-model kebijakan penanggulangan anak jalanan dapat dengan

Untuk mengefektifkan segala upaya menggunakan 4 (emapt) tahapan, antara lain:

untuk mewujudkan KLA, maka pendekatan

1) Model pendekatan berbasis panti sosial KLA yang dilakukan perlu memperhatikan Institutional based service , 2) Model

konsep dan tahapan pengembangan KLA pendekatan berbasis keluarga/family based

sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan service,

3) Model pendekatan berbasis Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan masyarakat/ community based service, 4)

dan Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun Model pendekatan berbasis semi panti sosial/

2011 tentang Kebijakan Pengembangan half way house service. Nelitian Dalam

Kabupaten/Kota Layak Anak. Konsep KLA penelitian ini juga ditemukan mengenai masih

tersebut menjadi dasar bagi pengembangan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan

KLA yang bertujuan untuk membangun masyarakat.

inisiatif pemerintahan kabupaten/kota yang Septo Pawelas Arso, Sutopo Patria Jati,

mengarah ada upaya transformasi konsep hak Hervy Friska. 2012. Responsivitas Dinas

anak ke dalam kebijakan, program, dan Kesehatan Kota

kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak Pemenuhan Jaminan Hak-hak di Bidang

Semarang terhadap

kabupaten/kota (Panduan Kesehatan Menuju Semarang Kota Layak

anak

di

Pengembangan KLA, 2011). Anak , Seminar Nasional World Fit for

Tahapan pengembangan KLA meliputi: Children, Fakultas Kesehatan Masyarakat

a. Persiapan, terdiri dari peningkatan Universitas Diponegoro, 2012. Dari hasil

komitmen dan pembentukan Gugus penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang

Tugas KLA Kabupaten/Kota dan telah membuat agenda dan prioritas program

pengumpulan data dasar. yang menjadi kebutuhan anak di bidang

1) Komitmen adalah dukungan dari kesehatan. Dalam upaya pengembangan

para pengambil keputusan di kota program pelayanan, Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru untuk menjadikan kota Semarang memberdayakan dan menyiapkan

Pekanbaru menjadi KLA. Komitmen Rencana Aksi Daerah KLA bersama-sama

tersebut dapat tertuang dalam Perda, dengan stakeholder terkait. Kendala yang

Keputusan Walikota, dihadapi adalah kurangnya sarana, kurangnya

Perwako,

Instruksi Walikota dan Surat Edaran kordinasi dengan stakeholder dan kurangnya

Walikota.

informasi tentang Forum Anak Semarang.

2) Gugus Tuga KLA adalah lembaga koordinatif di tingkat kabupaten/kota

METODE

yang

mengoordinasikan upaya kebijakan, program, dan kegiatan

Metode yang dipergunakan dalam untuk menjamin terpenuhinya hak

penelitian ini adalah metode penelitian anak. Gugus Tugas KLA di Kota

deskriptif kualitatif yang didasarkan dari Pekanbaru dibentuk berdasarkan

kajian literatur dan hasil wawancara yang Keputusan Walikota Pekanbaru telah dilakukan dari beberapa sumber yang Nomor 144 Tahun 2013 tentang dengan sengaja peneliti kumpulkan sesuai

Gugus Tugas dengan kebutuhan informasi yang diperlukan.

Pembentukan

Pengembangan Kota Layak Anak Kemudian menyeleksi data-data yang

Kota Pekanbaru. Gugus Tugas Kota diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan

Pekanbaru ini bertanggungjawab mengelompokkan data sesuai dengan jenis

dan mengawali dan bentuknya. Kemudian diolah dan

mengawali

TRANSPARANSI Volume 9, Nomor 02, September 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162

pengembangan KLA di Kota

KLA Kota Pekanbaru.

Pengembangan

Pekanbaru masih dalam proses.

3) Pengumpulan data dasar; berkaitan

c. Pelaksanaan; dalam pelaksanaan suara situasi dan kondisi anak-anak di Kota

anak harus diperhatikan, baik untuk Pekanbaru, yang seharusnya dapat

memberi masukan mengenai bagaiman disusun

tanggapan mereka atas jalannya berkesinambungan.

pelaksanaan yang dilakukan oleh para data dasar ini digunakan untuk:

Pengumpulan

pemangku kepentingan, maupun terlibat menentukan

langsung dalam pelaksanaan. Dalam hal menyusun kegiatan prioritas, melihat

fokus

program,

ini Pemerintah Kota Pekanbaru telah sebaran program/kegiatan anak lintas

membentuk Forum Anak Kota SKPD, dan menentukan lokasi

telah dibentuk percontohan. Lokasi percontohan di

Pekanbaru yang

kepengurusannya untuk periode 2013- kota Pekanbaru adalah kecamatan

2016, berdasarkan Keputusan Walikota Tenayan Raya yang mana telah

Pekanbaru Nomor 386. Namun Forum dibentuk

Anak Kota ini seolah hanya nama saja, Pengembangan Kecamatan Layak

Gugus

Tugas

belum terlihat secara nyata keterlibatan Anak, berdasarkan pada Keputusan

Forum Anak Kota tersebut. Padahal Camat Tenayan Raya No.82 Tahun

seharusnya Forum Anak Kota itu dapat 2014.

menjadi wadah partisipasi bagi anak-

b. Perencanaan, terdiri dari penyusunan anak di Kota Pekanbaru untuk ambil Rencana Aksi Daerah (RAD)-KLA.

bagian dalam pembuatan kebijakan di

1) Penyusunan. (Data KLA 2014).

Pekanbaru.

RAD-KLA berfungsi sebagai acuan

d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penting untuk mengembangkan KLA

Aspek penting yang harus diperhatikan secara sistematis, tearah, dan tepat

dalam pemantaun, evaluasi dan sasaran.

pelaporan adalah capaian seluruh

2) Dalam penyusunan RAD-KLA, indikator KLA yang meliputi penguatan Gugus Tugas dan pihak-pihak terkait

kelembagaan dan pemenuhan 5 (lima) mempertimbangkan sesuai dengan

klaster hak anak, yaitu; (1) hak sipil dan RPJMN, RPJMD, Renstrada, visi,

kebebasan, (2) lingkungan keluarga dan misi, kebijakan program dan

pengasuhan alternatif, (3) kesehatan kegiatan Kota agar RAD-KLA tidak

dasar dan kesejahteraan, (4) pendidikan, tumpang tindih dengan berbagai

pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan rencana daerah yang sudah atau

budaya, (5) perlindungan khusus sedang berjalan.

(Panduan Pengembangan KLA, 2011).

3) Hal utama yang perlu diperhatikan Berikutnya dalam pembahasan ini akan dalam

dibahas dua (2) hal, yaitu: adalah RAD-KLA harus meliputi

penyusunan

RAD-KLA

1) Base line anak di Kota Pekanbaru, upaya penguatan kelembagaan anak

2) Implementasi Kebijakan Kota Layak dan pemenuhan hak anak dalam 5

Anak di Kota Pekanbaru (lima) klaster, yaitu: hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan

Base Line Data Anak Di Kota Pekanbaru

pengasuhan alternatif; kesehatan Anak merupakan potensi dan aset

dasar dan kesejahteraan; pendidikan, bangsa bagi pembangunan nasional, untuk itu

pemanfaatan waktu luang dan pembinaannya perlu dilakukan sedini

kegiatan budaya; dan perlindungan mungkin dengan mendorong pemerintah

khusus. Kabupaten/kota untuk menyusun kebijakan

4) Menurut Buku Data KLA 2014 yang berpihak pada kepentingan anak.

disebutkan

bahwa

RAD

Mustiqowati Ummul Fithriyyah, Studi Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak KLA...

Sejak zaman Rasulullah Muhammad yang diskriminatif itu. Sekali lagi ini SAW sebetulnya telah dimulai gerakan

menunjukkan bahwa gerakan perlindungan perlindungan terhadap anak. Hal ini terbukti

terhadap anak sudah ada sejak dulu. Namun dengan langkah Rasulullah Muhammad

ironisnya, sampai saat ini, banyak pihak yang mengkampanyekan anti kekerasan terhadap

mempunyai pemahaman yang anak perempuan terhadap kaum Quraisy. Kala

belum

demikian. Terjadinya kasus pembunuhan itu pada zaman jahililyyah anak laki-laki

anak, pelecehan seksual, pemaksaan menikah dipandang sebagai sosok yang ideal dan

dini, mempekerjakan anak di bawah usia, dalam pandangan mereka anak perempuan

menjadikan anak terlantar di jalanan, adalah aib dan kehinaan yang membebani

pengiriman anak ke luar negeri, dan bahkan kabilahnya (Mahjubah Magazine, 1993: 3).

penjualan anak. Berikut data banyaknya anak Dan atas kondisi ini Rasululullah pada

terlantar menurut jenis kelamin dan akhirnya membongkar pemahaman jahiliyyah

kecamatan di kota Pekanbaru;

Tabel 4.1.

Data Banyaknya Anak Terlantar Menurut Jenis Kelamin

dan Kecamatan Di Kota Pekanbaru Tahun 2013

No Kecamatan

Jenis Kelamin

2 Payung Sekaki

3 Bukit Raya

4 Marpoyan Damai 28

5 Tenayan Raya

6 Lima Puluh

8 Pekanbaru Kota

12 Rumbai Pesisir

Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2014

Tabel di atas menunjukkan tingginya pinggiran jalan atau di traffict light (lampu angka anak terlantar di Pekanbaru. Hal ini

merah). Kondisi ini diperparah dengan bisa disebabkan keterbatasan ekonomi,

banyaknya jumlah anak nakal yang terlihat bahkan ada beberapa anak yang hidup di

dari tabel berikut ini:

jalanan menjadi pengemis dan gelandangan. Pemandangan seperti itu sering kita jumpai di

TRANSPARANSI Volume 9, Nomor 02, September 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162

Tabel 4.2.

Data Banyaknya Anak Nakal dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi

Di Kota Pekanbaru Tahun 2013

No

Kecamatan

Anak Nakal

Wanita Rawan

Sosial Ekonomi

1 Tampan

2 Payung Sekaki

3 Bukit Raya

4 Marpoyan Damai

5 Tenayan Raya

6 Lima Puluh

8 Pekanbaru Kota

12 Rumbai Pesisir

Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2014

62 kasus kekerasan baik terhadap anak Kota Pekanbaru terus meningkat dan semakin

Kondisi kekerasan terhadap anak di

maupun terhadap perempuan. Berikut ini memprihatinkan, hingga Pekanbaru sempat

kutipan wawancaranya:

mendapatkan julukan Kota Darurat Anak, "Kota Pekanbaru masih jauh sebagai sebagaimana yang disampaikan Helda

kota layak anak seperti yang dicanangkan. Khamsy Kepala P2TP2A Kota Pekanbaru

Hal ini terlihat dari kasus eksploitasi dan dalam Pekanbaru Pos edisi 20 Februari 2015.

pencabulan terhadap anak masih marak di ''Tren peningkatan kasus selalu terjadi

Kota Pekanbaru. Dari 62 kasus itu, yang tiap tahun, Pekanbaru bisa dikatakan kota

terbanyak adalah kasus kekerasan terhadap darurat anak '' anak. Sepertiganya atau 20 kasus di

Menurut data P2TP2A, per tanggal 20 antaranya adalah pencabulan. Sedangkan Februari tahun 2015 sudah 16 korban

selebihnya adalah kasus KDRT (Kekerasan kekerasan seksual terhadap anak di bawah

Dalam Rumah Tangga), rebutan hak asuh umur yang melapor. Sedangkan di tahun

anak, kekerasan di sekolah dan perkosaan, 2013, total keseluruhan kasus hanya 17 kasus,

Kondisi ini lebih memprihatinkan lagi karena naik di tahun 2014 menjadi 63 kasus.

dalam laporan yang diterima, pelaku Kepala

umumnya adalah orang terdekat korban. Perempuan

Badan

Pemberdayaan

Bahkan ada pelaku yang merupakan guru (BPMPKB) Kota Pekanbaru, M Amin juga

korban". (Indoriau.com, 24 Juli 2015). mengatakan bahwa sejauh ini Kota Pekanbaru masih jauh sebagai kota layak anak seperti

Namun sangat mengejutkan bahwa yang dicanangkan. Hal ini terlihat dari kasus

tidak berapa lama setelah itu, pada tanggal 7 eksploitasi dan pencabulan terhadap anak

Agustus 2015, Tim penilaiaan dari masih marak di Kota Pekanbaru. Jumlah

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan laporan itu yakni dari bulan Januari hingga

Perlindungan Anak yang datang ke Pekanbaru akhir Mei 2015, BPMPKB sudah menangani

menetapkan Pekanbaru sebagai kota layak

Mustiqowati Ummul Fithriyyah, Studi Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak KLA...

anak. Barangkali hal ini dikarenakan

berupa sumberdaya sebelumnya anak asli Pekanbaru, Bintang

tersebut

dapat

sumber daya Purnama Putra dinobatkan sebagai Duta Anak

Indonesia Wilayah Sumatera pada Konggres Dari aspek sumber daya manusia, Anak di Batu Malang, Jawa Timur.

pengembangan kebijakan KLA di kota (http://www.riauindikator.com/2432/aneh-

Pekanbaru ini secara kelembagaan berada di pekanbaru-terima-penghargaan-kota-layak-

bawah koordinasi Badan Pemberdayaan anak-.html).

da Keluarga Membincang tentang problematika

Perempuan

Masyarakat

Berencana Kota Pekanbaru (BPPMKB). anak, meskipun telah banyak regulasi yang

Terkait dengan hal ini walikota telah mengatur tentang perlindungan anak namun

menerbitkan Keputusan Walikota Pekanbaru tetap saja tindak kekerasan terhadap anak

No. 144 Tahun 2013 tentang pembentukan terus saja terjadi. Dan apapun bentuknya, baik

Gugus Tugas Pengembangan Kota Layak kekerasan fisik, psikis, ekonomi, maupun

Anak Kota Pekanbaru.

seksual, pastilah mendatangkan ketidakadilan Untuk penanganan permasalahan anak dan memunculkan kepedihan dan penderitaan

korban kekerasan, di bawah koordinasi bagi korbannya. Kasus kekerasan yang tak

BPPMKB telah di bentuk Pusat Pelayanan kalah berbahayanya adalah pemaksaan

Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak kehendak kepada anak seprti jadwal belajar

(P2TP2A), yaitu Pusat kegiatan Terpadu yang dan kursus yang overload. Selain itu, ada juga

menyediakan pelayanan bagi perempuan dan bentuk pembiaran terhadap anak, seperti anak

anak korban kekerasan di Kota Pekanbaru. yang ditinggal bekerja seharian tanpa

P2TP2A Kota Pekanbaru dibentuk diperhatikan kebutuhan dasarnya.

berdasarkan surat keputusan Walikota Selain keluarga yang tidak ramah

Pekanbaru No. 231 tahun 2013. Kegiatan terhadap anak, fasilitas publik yang tersedia di

P2TP2A pelayanan yang terintegrasi meliputi : Kota Pekanbaru juga belum sensitif terhadap

7. penanganan pengaduan anak, terbukti dengan minimnya tempat

8. pelayanan kesehatan

bermain anak. Kemudian persoalan anak yang

9. rehabilitasi sosial

lain yang tak kalah penting adalah sangat

10. penegakan dan bantuan hukum minimnya ruang berpartisipasi di ruang

11. pelayanan pemulangan dan reintegrasi publik, baik dalam hal perencanaan,

sosial

pelaksanaan, maupun evaluasi.

12. Rumah Aman ( shelter) melalui rujukan secara gratis.

Implementasi Kebijakan Kota Layak Anak

Namun belum banyak yang dapat

di Kota Pekanbaru

dilakukan oleh P2TP2A terkait penanganan anak korban kekerasan.Data BPPMKB