Dewi Astuti Mudji 2013 (KEMENANGAN TAUR MATAN RUAK DALAM PEMILU PRESIDEN 2012 DAN TANTANGAN UNTUK MEMERANGI MEMERANGI KEMISKINAN)

  Oleh Dewi Astuti Mudji

  Abstrak Pemilu tahun 2012 adalah sebuah pemilu yang menandai berakhirnya pemerintahan AMP pimpinan Ramos Horta-Xanana Gusmao dalam panggung politik Timor Leste, meskipun secara de facto Xanana masih menjadi Perdana Menteri, namun kemenangan Taur Matan Ruak dari Independen dalam Pemilu Presiden, menunjukkan bahwa kepercayaan rakyat terhadap figur-figur yang diusung oleh AMP dan Partai lain mengalami penurunan, karena pemerintahan hasil Pemilu 2007 tidak mampu membawa masyarakat keluar dari jaring kemiskinan.

  Kata kunci: Pemilu Presiden, Kemiskinan Pendahuluan

  Sejak secara resmi memperoleh kedaulatannya pada tanggal 20 Mei 2002, Timor-Leste menghadapi berbagai tantangan pembangunan yang tidak mudah. Aspek sosial, ekonomi, dan politik serta keamanan dan penegakan hukum di Timor-Leste masih menjadi pekerjaan rumah yang terus bermunculan layaknya sebuah negara baru. Selama 5 tahun pertama kemerdekaan, Timor-Leste masih menghadapi berbagai “turbulensi” secara terus menerus dan capaian pembangunan dapat dikatakan relatif rendah, terutama dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin dan berbagai gangguan keamanan akibat konflik horisontal. Meskipun demikian, perlahan namun pasti, berbagai institusi yang dibutuhkan untuk menunjang pembangunan di Timor-Leste terus dibentuk dan mulai berfungsi dengan baik.

  Institusi menjadi penentu awal capaian pembangunan yang efektif dan efisien.

  Satu hal yang perlu diingat bahwa pembangunan selalu membutuhkan proses untuk dapat menghasilkan kehidupan yang lebih baik bagi penduduknya, termasuk di Timor-Leste.

  Secara geografis, Timor-Leste membentang dari 1230 25’ – 1270 19’ Bujur Timur dan berada di 80 17’ – 100 22’ Lintang Selatan. Menempati hampir separuh wilayah Timur Laut Pulau Timor. Berbatasan langsung dengan Indonesia dan Australia. Jumlah penduduk Timor-Leste hasil Sensus Penduduk 2010 mencapai hampir 1,1 juta jiwa. (Sonny Harry B. Harmadi, Timor-Leste menatap masa depan, (BBC Indonesia, 16 Maret 2012)

  Sebagian besar Timor-Leste merupakan wilayah pegunungan dimana hanya sedikit wilayah yang relatif mendatar, terutama di sepanjang pantai. Kondisi topografi ini menyebabkan sulitnya pengelolaan lahan secara optimal terutama untuk kepentingan pertanian dan akses transportasi antar wilayah. Padahal, lebih dari 90 persen rumah tangga dan desa di Timor-Leste mengandalkan pertanian subsisten sebagai mata pencaharian utama.

  Pendapatan negara dari minyak bumi menjadi sumber utama pembiayaan belanja Pemerintah Timor-Leste. Sedangkan sumber pendapatan Negara lainnya relative kecil dan tidak punya banyak peran sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

  Pembahasan

  Republik Democratik Timor-Leste memiliki sistem pemerintahan parlementer dengan menganut unicameral legislature system. Kepala Negara dipimpin oleh seorang Presiden, sedangkan Perdana Menteri memimpin Pemerintahan.

  Sistem representasi proporsional daftar tertutup (a closed-list proportional representation system).Pemilu 5 th sekali, bersifat bebas, langsung, rahasia, pribadi, berkala danuniversal (Bagian III, Pasal 65(1) UUD RDTLPemilih memberkan suaranya disuco/daerahsesuaiUnit Pendaftaran Wilayah (Pasal 41Law no. 7/2011of

  22 June,Second Amendment to Law no. 6/2006 of 28 December. Pemilih memberi tanda silang di kotak kosong disebelah daftar calon yg dipilih sebagaimana tercantum di kertas suara. (rumah pemilu.com)

  Semua parpol yang memenuhi persyaratan hukumkoalisi partai politik bisa dibentuk hingga 60 hari sebelum pemilihan umum Parlemen, kemudian mereka segera menyerahkan daftar urut calon parlemen yang berasal dari koalisi yang terbentuk.Law No. 6/2008 on the Legal Regime for the Financing of Political Parties, ada 3 sumber keuangan partai pol, 1) parpol sendiri (fee keanggotaan partai, acara pengumpulan dana, pinjaman), donasi individual, dan public fundings.Terkait dana publik Pasal 11 Law No. 6/2008: parpol yang mendapatkan perwakilannya di Parlemen berhak untuk memperoleh dana tetap setiap tahun dari alokasi anggaran negara utkCNE (50% dari total alokasi dibagi merata kesemua parpol, dan 50% lainnya dibagi secaraproporsional ke parpol sesuai denganjumlah kursi yang diperoleh).

  Salah satu persyaratan menjadi pemilih adalah berusia 18 tahun ke atas. Secara administratif, Timor-Leste terbagi dalam 13 distrik (setingkat kabupaten) meliputi Distrik Lautem, Baucau, Viqueque, Manatuto, Manufahi, Ainaro, Dili, Aileu, Ermera, Liquica, Bobonaro, Covalima dan Oecusse.

  Hasil elijer (pemilu) pertama menghasilkan pemerintahan Fretilin yang dikomandoi oleh Perdana Menteri Mari Alkatiri dan Presiden Republiknya oleh Kay Rala Xanana Gusmao, diwarnai oleh kekurangpercayaannya oleh rakyat yang terwadahi dalam partai politik seperti ASDT, PD, PSD, PST, dan sebagainya, serta kelompok kepentingan lainnya, seperti NGO’s. Lemahnya kepercayaan ini tidak sekedar terjadi pada nivel massa, melainkan juga di nivel elit politik oposisi.

  Peristiwa 4 Desember 2002 dan krisis politik 2006 yang berakhir dengan dipaksa mundurnya Mari Alkatiri dari kursi kekuasaannya sebagai Perdana Menteri pada bulan Mei 2006 merupakan salah satu fakta betapa rapuh dan lemahnya konsolidasi demokrasi di negeri ini. Ini belum lagi ditambah dengan perilaku dan tingkat kualitas debat Membros Deputado Parlemen Nasional yang seringkali subyektif, dan irrasional.

  Para elit politik dan ekonomi di Timor Leste dalam kondisi ‘perang dingin’. Perbedaan pandangan dan sikap politik selama berlangsungan perjuangan merebut kemerdekaan di masa lalu, kembali menemukan bentuk, ruang dan geraknya di era kemerdekaan ini. Konflik kepentingan politik dari dan dimotori oleh golongan tua, juga menyeret pada golongan elit muda. Generasi muda terbelah. Perpecahan di antara elit tua dan diikuti oleh golongan elit muda ini, menjadi salah satu faktor penyebab lemahnya legitimasi politik pada rezim yang berkuasa.

  Fakta lainnya adalah ketidakmampuan pemerintah di bidang pembangunan ekonomi, khususnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan guna mengatasi pengangguran (angka pengangguran bertambah secara pasti dan cepat tetapi angka penciptaan kampu servisu berjalan lambat), menentukan masa depan pendidikan nasional (kebijakan dari Ministeriu Edukasaun justru membuat dunia pendidikan menjadi ‘buta huruf’ terhadap anak didik), menyelesaikan konflik horizontal (antar kelompok dalam masyarakat/arte marciais, lorosa’e-loromonu, penyerangan terhadap tempat peribadatan, dsb.), rendahnya kualitas pelayanan publik, dan masih banyak fakta lainnya, menjadi sumber dan sekaligus pemicu melemahnya kepercayaan massa rakyat dan legitimasi baik sosial maupun politik terhadap Pemerintahan Xanana Gusmao – Mari Alkatiri pada waktu itu (selain itu juga terdapat faktor pertentangan masa lalu di antara kedua elit tersebut). Fakta- fakta tersebut juga berlanjut pada pemerintahan hasil pemilu 2007.

  Eleisaun jeral 2007 yang menghasilkan Pemerintahan Ramos Horta-Xanana Gusmao, yang seharusnya dapat dijadikan sebagai momentum untuk mengoreksi kesalahan dan atau kelemahan di masa sebelumnya, ternyata tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para aktor politik tersebut. Semenjak terbentuk, Pemerintah AMP (Aliansi Mayoritas Parlemen), kurang mendapatkan kepercayaan dan legitimasi dari massa rakyat (Fretilin). Para pemimpin dan sebagian besar massa pendukung Fretilin hingga detik ini tetap menganggap Pemerintahan AMP adalah ‘pemerintahan inskonstitusional”, meskipun sikap ini kemudian tidak dijalankan secara konsisten (terjadi inskonsistensi sikap dan prinsip) oleh para anggota Parlemen Nasional dari Bankada Fretilin seperti dengan tetap diterimanya beberapa fasilitas yang diberikan oleh negara, termasuk di dalamnya adalah tetap diterimanya gaji bulanannya oleh para deputados Fretilin, serta keterlibatannya dalam memberikan pengesahan terhadap APBN yang diajukan oleh Pemerintah AMP.

  Tantangan bagi pemerintahan AMP, mulai diterima dengan adanya aksi penyerangan terhadap Presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao pada awal tahun 2008 oleh kelompok Alfredo Reinaldo cs. Kredibilitas AMP juga diuji dengan mundurnya Mario Vegas Carascalo dari jabatan Wakil II Perdana Menteri terkait dengan ketidakberdayaannya dalam memberantas korupsi yang dinilainya tumbuh subur dalam tubuh birokrasi dan elit politik AMP. Selain itu, konsolidasi politik antara elit politik AMP sendiri, nampak jelas tidak berjalan. Perebutan jatah kue kekuasaan di antara elit politik dan para pengusaha dadakan yang berasal dari masing-masing partai politik anggota koalisi AMP menjadi topik pembicaraan masyarakat sehari-hari. Belum lagi ditambah dengan begitu jelasnya praktek intervensi politik dari para pejabat politik terkait dengan proses dan mekanisme rekruitmen terhadap anggota birokrasi negara seperti fungsionariu publiku di mana lebih banyak mengandalkan jalur “klik dot com”.

  PM Xanana sendiri selaku “big boss-nya” AMP sangat menyadari mengenai kelemahan konsolidasi politik yang dilakukan selama ini. Bahkan berkali-kali, beliau memperingatkan kepada skuad aparatur birokrasinya untuk bekerja secara sungguh-sungguh dan professional, sebab ini dapat menjadi awal kejatuhan pemerintahan yang dipimpinnya.

  Memang, untuk menyatakan bahwa Pemerintahan AMP telah kehilangan kepercayaan dan legitimasi sosial-politiknya, secara akademik-ilmiah membutuhkan sebuah penelitian---setidak-tidaknya: survey. Tetapi, rasa percaya rakyat terhadap Pemerintahan AMP sudah mulai berkurang. Ketidakpercayaan ini diawali dari kekecewaan-kekecewaan yang dirasakan oleh hampir semua lapisan masyarakat terhadap hampir semua elit politik, baik yang di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Meskipun, di sisi lain, pemerintahan Xanana mencoba membuat kebijakan- kebijakan dan program-program populis (seperti pemberian bea siswa kepada para mahasiswa, santunan kepada janda-janda perang, dll) kepada rakyat.

  Selain itu, hilangnya rasa kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan umum sekarang ini juga dipicu dengan kurang begitu menggembirakannnya tingkat perkembangan perekonomian nasional dan penyediaan sarana pendukung bagi pengimplementasian hak mendasar rakyat selaku warga negara. Rakyat, baik yang tinggal di ibukota Dili maupun yang tinggal di distrik-distrik dan foho masih mengeluhkan tiadanya perbaikan/kemajuan menyangkut sarana-prasarana transportasi umum, sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan, dan jaminan keamanan terhadap tindak kekerasaan.

  Pemilu Presiden 2012

  Pemilihan Presiden yang akan diselenggarakan tanggal 17 Maret 2012 menjadi momentum penting bagi salah satu negara demokrasi termuda di dunia ini untuk menentukan masa depan Timor-Leste. Sebanyak 12 kandidat siap memperebutkan kursi Kepala Negara Timor-Leste. Setiap kandidat tentunya memiliki gaya dan pola kepemimpinan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi oleh siapapun Presiden terpilih, sesungguhnya sama, bagaimana membawa Timor-Leste menjadi negara yang lebih sejahtera, aman dan mandiri.

  Harapan ini akan semakin nyata, jika dalam pemilihan umum kali ini, tidak ada gejolak politik yang dapat menciptakan instabilitas politik serta meruntuhkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Beberapa laporan menyebutkan warga yang memiliki hak suara telah memadati tempat pemungutan suara di berbagai wilayah negara itu, sejak Sabtu pagi. Lebih dari 600.000 dari sekitar 1,1 juta warga Timor Leste terdaftar untuk memilih presiden mereka yang baru. Ini adalah pemilu presiden kedua sejak negara yang berukuran kecil ini merdeka dari kolonialisme Indonesia pada 2002 lalu.

  Walaupun posisi presiden di Timor Leste -- yang menganut sistem parlementer -- tidak berwenang membuat kebijakan, posisi itu dianggap penting sebagai tokoh pemersatu untuk sebuah negara yang masih muda.

  Jabatan presiden di Timor Leste sejauh ini dianggap sebagai jabatan formalitas namun memiliki kewenangan untuk menyepakati pengangkatan perdana menteri. Namun upaya Horta ini mendapat hambatan karena karena partai utama dalam koalisi pemerintah, CNRT, yang dipimpin Perdana Menteri Xanana Gusmao, beralih mendukung mantan pemimpin gerilyawan militer Taur Matan Ruak. Dalam pemilihan presiden tahun 2007, dukungan CNRT juga membantu kemenangan Horta.

  CNRT tidak menyebutkan mengapa mereka tidak lagi mendukung Horta namun yang jelas pemenang hadiah Nobel Perdamaian ini berulang kali menuduh partai itu melakukan korupsi dan nepotisme. Akibatnya hubungan dengan perdana menteri menjadi tegang. Tetapi Horta sendiri memuji Matan Ruak yang menurutnya selalu setia menjalankan tugas selama menjadi panglima angkatan bersenjata. Ruak mengundurkan diri dari militer tahun lalu untuk tampil sebagai calon presiden dan ia dianggap sebagai salah satu dari empat favorit calon presiden.

  Seperti halnya Ramos Horta, Ruak adalah pejuang veteran kemerdekaan Timor Leste dalam menghadapi pendudukan Indonesia selama 24 tahun. Mantan komandan perang gerilya ini memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat tradisional yang didapat selama masa perjuangan.

  Sementara Ramos Horta, seorang diplomat dan pemenang hadiah Nobel Perdamaian, mewakili struktur modern paska kemerdekaan, yang mendapat lebih banyak dukungan internasional.

  Dalam pemilihan kali ini, karena tidak mendapat dukungan dari CNRT, Horta diperkirakan akan menarik dukungan dari tokoh penting lain, Xavier do Amaral, pemimpin Asosiasi Demokrat Sosial Timor. Horta berperan besar di panggung internasional dalam meraih kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia dengan mengupayakan masalah ini menjadi agenda global.

  Setelah Timor Leste merdeka, Horta menjabat sebagai menteri luar negeri sampai terjadinya kerusuhan yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Perdana Menteri Mari Alkatiri tahun 2007. Walaupun mencalonkan diri sebagai orang sipil, Taur Matan Ruak tetap menekankan masalah militer dalam kampanyenya. Ia mengatakan sisi pertahanan merupakan faktor penting dalam pembangunan dan salah satu agendanya adalah wajib militer untuk wanita dan pria Timor Leste.

  Sebelum pemilu pertama pada 2007 lalu, Timor Leste diguncang kerusuhan horisontal yang menewaskan sedikitnya 35 orang dan membuat sebagian warganya mengungsi. Berbagai kalangan menganggap pemilu presiden tahun 2012 penting, karena PBB menyudahi tugasnya pada akhir tahun 2012 dan menyerahkan tanggungjawab keamanan sepenuhnya kepada otoritas Timor Leste.

  Dalam pemilu presiden Timor Leste 2012, empat orang tampil sebagai calon terkuat, termasuk mantan komandan gerilya Taur Matan Ruak dan presiden incumbent Jose Ramos Horta. Dua calon lain yang dianggap kuat adalah presiden partai Fretilin, Fransisco 'Lu Olo' Guterres dan presiden parlemen saat ini, Fernando de Araujo yang biasa dipanggil Lasama. Lasama berada di tempat ketiga dalam pemilihan presiden putaran pertama tahun 2007 dan memberikan suaranya kepada Ramos Horta pada putaran kedua.

  Akhirnya, Mantan Panglima Angkatan Bersenjata Timor Leste, Taur Matan Ruak, memenangi pemilihan presiden pada putaran kedua pemungutan suara, (17/4/2012). Hasil akhir pemilihan tersebut menunjukkan, Ruak, 57 tahun, merebut mayoritas dengan 275.471 suara (atau 61,23 persen), sedangkan Guterres sebanyak 174.408 suara (38,77 persen). Dari 13 distrik di Timor Leste, Guterres kalah di 11 distrik, sedangkan Taur kalah di dua distrik. (Tempo.com, 19 April 2012).

  Pengadilan Tinggi Timor Leste mengumumkan hasil pemilihan presiden periode 2012-2017. Mantan Panglima Militer Timor Leste (FDTL), Jose Maria de Vasconcelos, atau lebih dikenal sebagai Taur Matan Ruak (kandidat independen), diakui sebagai pemenang dalam pemilihan presiden putaran kedua melawan Fransisco Guterres "Lu-Olo" (Partai Fretilin).

  Dalam putusan pengadilan, Ketua Umum Pengadilan Tinggi Claudio Ximenes menyebutkan bahwa proses pemilihan presiden putaran pertama dan kedua berjalan aman dan damai. Dia mengatakan pemilihan juga berlangsung bebas, rahasia, dan tidak ada tekanan dari pihak lain terhadap para warga.

  Proses pemungutan suara berjalan lancar di bawah kesaksian para pengamat internasional. Misi integrasi PBB juga hadir untuk membantu menjaga ketertiban. Hasil akhir diperkirakan akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang jika tidak ditantang di pengadilan. Presiden Timor Leste adalah kepala negara, tetapi pusat struktur kekuasaan adalah pada perdana menteri dalam sistem parlementer. Namun, presiden memiliki hak veto dalam keadaan tertentu. Presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun. Ruak mengambil alih kepemimpinan dari Presiden Jose Ramos-Horta.

  Dilahirkan pada tahun 1955, nama asli Taur Matan Ruak adalah Jose Maria Vasconcelos. Nama Taur Matan Ruak berarti "dua mata tajam" dalam bahasa Tetum. Ruak telah menjadi pejuang sebelum Timor Leste mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 2002. Dia mundur sebagai panglima angkatan bersenjata tahun 2011untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

  Sejak awal Ruak yakin akan menang, pendukungnya ada di semua partai, masyarakat yakin karena saya seorang independen yang bisa merangkul semua orang dan membangun negeri ini secara merata.

  Ruak undur diri dari komandan militer Timor Leste karena rakyat menginginkan saya untuk menyelamatkan mereka. Ruak panglima yang paling gila di dunia: mundur dari komandan militer hanya demi keselamatan rakyat. Ruak mundur untuk memberantas kemiskinan dan korupsi. Ini adalah salah satu program dari 10 program yang selama ini Ruak sampaikan. (Tempo.com dunia, 19 April 2012)

  Penutup

  Tantangan bagi pemerintah (Presiden) baru Timor Leste adalah mengangkat tingkat kehidupan masyarakat yang saat ini dalam kondisi miskin, ataupun mengurangi beban berat yang harus dipikul oleh rakyat miskin. Hidup miskin pasti bukan pilihan setiap orang, dan tak ada orang yang ingin hidup miskin. Tetapi, pada kenyataannya, mereka benar-benar dalam keadaan miskin atau serba kekurangan.

  Jika kita telusuri lebih lanjut, kemiskinan telah menjadi masalah fenomenal sepanjang perjalanan sejarah negara-negara modern dengan konsep nation state- nya, sejarahnya para negara yang rata-rata salah dalam memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam kasus negara yang salah urus tersebut, tidak ada persoalan yang lebih besar yang dihadapi, selain daripada persoalan kemiskinan.

  Kemiskinan telah membuat sekian banyak anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan dalam membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan telah menyebabkan jutaan rakyat dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papannya dilakukan secara terbatas. Kemiskinan, menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup/safety life (James. C. Scott, 1981), mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi tengkulak lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan. Para buruh bekerja sepanjang hari, atau para pemuda menjadi buruh kasar bangunan tetapi mereka menerima upah yang rendah.

  Daftar Pustaka

  BBC Indonesia, 16 Maret 2012 Tempo.com dunia, 19 April 2012