MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI DESA PEKUWON, KECAMATAN BANGSAL, KABUPATEN MOJOKERTO ISA WAHYUNINGSIH 11001116 Subject : Manajemen Diri , Penderita Diabetes Mellitus DESCRIPTION

  

MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI DESA

PEKUWON, KECAMATAN BANGSAL, KABUPATEN

MOJOKERTO

  ISA WAHYUNINGSIH 11001116

  Subject : Manajemen Diri , Penderita Diabetes Mellitus

  

DESCRIPTION

  Manajemen diri merupakan kemampuan untuk mengenali, mengolah dirinya (secara fisik, emosi, emosi, pikiran, jiwa, dan spiritual) sehingga dia mampu mengelola orang lain dan berbagai sumber daya sehingga menciptakan realitas kehidupan sesuai dengan misi dan tujuan hidupnya. (Rinanda, 2006). Pada penderita DM manejemen diri adalah cara bagaimana penderita DM untuk mengatur pola makan, olah raga, pemerikasaan rutin, dan mengkonsumsi obat. hal ini sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan mengendalikan kadar glukosa darah tetap dalam rentang normal (Sigudardottir, 2004) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penderita Diabetes dalam melakukan Manajemen Diri di DesaPekuwon, kecamatan Bangsal, kabupaten Mojokerto.

  Jenis penelitian deskriptif, variabel Manajemen diri pada penderita DM, Populasi sebanyak 24 responden, tehnik sampling menggunakan purposive sampling didapatkan sampel sebanyak 17 responden, penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Maret - 25 april 2014 di Desa Pekuwon Bangsal Mojokerto menggunakan kuesioner. Kemudian data diolah melalui tahap editing, coding, scoring, tabulating dan disajikan dalam bentuk tabel distribus frekuensi.

  Dari hasil penelitian tentang Manajemen diri pada pasen DM didapatkan hasil sebagian besar responden yaitu 9 responden (53%) Manajemen diri Negatif. Positif atau negatif penderita DM dalam melakukan manajemen diri dapat dilihat pada parameter Manajemen diri tentang Edukasi sebagian besar manajemen diri negatif sebanyak 9 responden (53%), terapi Nutrisi Medis sebagian besar manajamen diri negatif sebanyak 11 responden (64,7%), dan intervensi sebagian besar manajemen diri negatif sebanyak 11 responden (64,7%).

  Simpulan dalam penelitian ini Manajemen Diri pada penderita DM cukup positif, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam upaya promotif terhadap Penderita DM dalam melakukan Manajemen Diri pada penderita DM.

  

ABSTRACT

  Self-management is the ability to identify, cultivate himself (physically, emotionally, mind, soul, and spiritually) so that it is able to manage other people and resources and the last it create the reality of life in accordance with the mission and vision of his life. (Rinanda, 2006). In patients with Diabetes, the self management is the way people with diabetes how to manage diet, exercise, routine checking, and taking levels normally in range (Sigudardottir, 2004) The purpose of this study is to determine how patien with Diabetes in Self-Management in Desa Pekuwon, Kecamatan Bangsal, Mojokerto.

  The sampling, the writes uses purpososive sampling, is obtained by 17 respondents. This study had been done on 24 march

  • – 25 april, 2014 in Desa Pekuwon and it used questionnarie. Then, the data are processed by editing, coding, scoring, tabulating and presented by distribution frequency table.

  The results of the study about the self management in patient with diabetes. The writer gets the most respondents negatively, amounts 9 respondents (59%). Either Positive or negative patients with diabetes in performing self management can be analyzed by self management parameter about education consisting of 9 respondents negatively (53%), and medical nutrion therapy getting 11 respondents negatively (64%), The last the intervention as many as 11 respondents negatively ( 64,7%).

  Conclusions: Self-management in this study in patients with Diabetes is enough positive, therefore health workers are expected to improve health services, further, especially, the promotion to the patient with diabetes performing self management. Keyword = Self Management, Diabetes Mellitus Contributor : Dwiharini P.,S.Kep.NS.M.Kep

  Sunyoto,S.Kep.Ns Date : Mojokerto, 7 juni 2014 Type Material : Laporan Penelitian URL : Right : Summary :

LATAR BELAKANG

  Manajemen diri merupakan kemampuan untuk mengenali dan mengolah dirinya ( secara fisik, emosi, emosi, pikiran, jiwa, dan spiritual) sehingga dia mampu mengelola orang lain dan berbagai sumberdaya untuk mengendalikan ataupun menciptakan realitas kehidupan sesuai dengan misi dan tujuan hidupnya menurut Prijaksono dalam (Rinanda, 2006). Kemampuan setiap individu berbeda, tingkat efektifitas individu dalam melakukan manajemen diri dipengaruhi oleh sejauhmana individu mampu mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan empat aspek yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki menejemen diri yang baik.Kemampuan setiap individu berbeda, tingkat efektifitas individu dalam melakukan manajemen diri dipengaruhi oleh sejauhmana individu mampu mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan empat aspek yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki menejemen diri yang baik. Aspek tersebut meliputi kesehatan, keterampilan atau keahlian, aktifitas dan identitas. Pada penderita Diabetes MellitusDM manejemen diri adalah cara bagaimana penderita DM untukmengatur pola makan (diet), olah raga, pemerikasaan rutin, dan mengkonsumsi obat, hal ini sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinyakomplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yaitu dengan mengendalikan kadar glukosa darah tetap dalam rentang normal (Sigudardottir,2004).

  DM merupakan penyakit yang ditandai oleh meningkatnya kadar gula darah yang lebih tinggi dari batas normal yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya sehingga memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius (Tandra, 2007). Kelainan sekresi insulin tersebut disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi pemicu utama meningkatnya penyakit DM di Indonesia. Gaya hidup yang tidak sehat itu seperti tingginya jumlah penduduk yang mengalami obesitas (kegemukan), kurang banyak mengonsumsi buah dan sayur, kurang melakukan kegiatan fisik dan merokok (Tandra, 2007). Sehingga di perlukan manajemen diri yang baik pada penderita DM.

  Data yang tercantum dalam IDF Diabetes Atlas, ( Sicree et.al, 2009) menjelaskan bahwa perkiraan jumlah pasien DM di dunia pada tahun 2010 sebanyak 285 juta jiwa dari total populasi dunia sebanyak 7 miliar jiwa dan meningkat sebanyak 439 juta jiwa pada tahun 2030 dari total populasi dunia sebanyak 8,4 miliar jiwa. Kenaikan insidensi pasien DM tipe 2 juga terjadi di Asia Tenggara. Total populasi di Asia Tenggara pada rentang usia 20-79 tahun sebanyak 838 juta jiwa pada tahun 2010. Dari total populasi tersebut, terdapat 58,7 juta jiwa (7,6%) pasien DM tipe 2. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2030, yaitu dari total populasi pada rentang usia 20-79 tahun sebanyakm 1,2 miliar, terdapat 101 juta (9,1%) pasien DM tipe

  2.Indonesiamenempati urutan ke-4 di dunia pada tahun 2010 setelah India, China, dan USA dengan jumlah pasien DM tipe 2 sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan meningkat pada tahun 2030 sebanyak 21,3 juta jiwa (Wild et.al., 2004).

  Peningkatan prevalensi DM tipe 2 juga terjadi di Jawa Timur. Jawa Timur memiliki prevalensi DM tipe 2 di atas prevalensi nasional (1,1%) dengan prevalensi 1,3 % (BPS, 2010). Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur menjelaskan bahwa jumlah pasien DM tipe 2 yang dirawat di rumah sakit di Jawa Timur pada tahun 2010 sebanyak 3.622 jiwa dan 161 jiwa di antaranya meninggal dunia. Jumlah ini meningkat pada tahun 2011 yaitu 5.551 jiwa dan 172 jiwa di antaranya meninggal dunia (Seputar Indonesia, 2011).Di Indonesia, hampir 80 % prevalensi diabetes melitusadalah DM tipe 2 (hasil Riskesdas tahun 2007).Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan ,bahwa kurangnya Manajemen diri menjadi pokok utama kejadian DM type 2 karena pola hidup sehari-hari atau gaya hidup (life style)yangtidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnyaprevalensi DM di Indonesia terutama di daerah perkotaan,padahal dampak dari penyakit ini cukup besar baik bagipenderita maupun keluarga dan masyarakat. (Menurut Alasaarela dan Oliver, 2009) dampak dari peningkatankadar glukosa darah yang tidak terkontrol akanmenyebabkan komplikasi akut dan kronis, komplikasiyang bersifat kronis dapat berupa komplikasimikrovaskuler dan makrovaskuler seperti neuropati,nephropati dan penyakit kardiovaskuler.

  Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Pekuwon, kecamatan Bangsal, kabupaten Mojokerto pada tanggal 28 februari sampai 03 Maret 2014 dengan cara metode kuisioner pada 7 responden penderita Diabetes Mellitus di dapatkan hasil sebanyak 5 responden (71%) Manajemen dirinya negatif.

  Kadar gula darah yang meningkat melebihi batas normal pada penyakit Diabetes sering menimbulkan komplikasi kardiovaskuler. Komplikasi diabetes perifer, gangrenediabetic, neuropatic diabetic (gangguan pada pembuluh saraf), dan katarak. Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes ini menjadikan penyebab kematian terbesar ke empat di dunia (Tandra, 2007). Menurut (Sugiarto, 2010 dan Caramer, 2004) Pencegahan perlu dilakukan oleh penderita supaya tidak terjadi komplikasi dan kematian, upaya pencegahan dan pengontrolan perilaku perlu dilakukan oleh penderita. Beberapa penderita diabetes mengaku telah bosan melakukan olah raga, bahkan ada yang tidak peduli dan sengaja melanggar diet sehat, selain itu mereka beranggapan bahwa bila telah melanggar diet sehat maka hal tersebut akan dapat diatasi dengan minum obat.Masalah pada manajemen diri yang buruk dari penderita DM ketika melakukan terapi akan memperburuk penyakitnya. Di indonsia saat ini masalah DM belum menempati skala prioritas utama pelayanan kesehatanwalaupun sudah jelas dampak negatifnya

  Berdasarkan latar belakang inilah peneliti ingin mengetahui Manajemen diri pada penderita Diabetes Mellitus. Bagai mana penderita DM melekukan Manajemen dirinya berkaitan demgan 4 pilar pengelolaan DM yaitu edukasi, terapi Nutrisi, Latihan jasmani, intervensi.

METODE PENELITIAN

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini sampling yang digunakan ialah purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011). Tehnik pengumpulan data ini menggunakan kuisioner yang terdiri dari 18 soal dengan memilih jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Kuisioner yang di ginakan dalam penelitian ini belum di lakukan uji validitas dan rehabilitasnya. pengolaan data menggunakan tahap

  

editing, coding, scoring, tabulating dan disajikan dalam bentuk tabel distribus frekuens.

  Data yang di oalah menggunakan rumus skor T.

  Variabel dalam penelitian ini adalah Manajemn Diri penderita Diabetes Mellitus. Populasi merupakan subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan (Nursalam, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah semua

  Pendeitar DM di Desa pekuwon Bangsal Mojokerto sebanyak 24 responden yamg memeriksakan dirinya ke rumah Bidan Desa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

   Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur 46-65

  tahun yaitu sebanyak 9 responden ( 53 %), sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 responden (53 %), kurang dari setengah responden yaitu pekerjaannya Wiraswasta sebanyak 5 responden (29 %), kurang dari setengah responden pendidikannya yaitu pendidikan SMA sebanyak 5 responden (29 %), lebih dari setengah responden kebiasaan kontrol gula darahnya tidak rutin sebanyak 13 responden (76,5%), dan sebagian besar responden Menderita Dm > 1 tahun sebanyak 11 Orang (64,7%).

  Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar responden sebanyak 9 responden (53%) Manajemen dirinya Negatif. kemampuan penderita DM untuk melakukan Manajemen diri di tunjukan dalam teori Rinanda 2006 bahwa strategi manajemen diri meliputi kemauan dari dalam diri penderita DM untuk selalu menjaga kesetabilan kadar gula darah, sedangkan sebagian besar responden tidak tahu cara melakukan pengontrolan diri dan tidak dapat mematuhi ketetapan yang sudah di tentukan untuk penderita Diabetes Mellitus dalam menjaga kadar gula darah agar tetap setabil. Ketetapan tersebut meliputi bagai mana penderita DM dalam mengikuti penyuluhan tentang penyakit DM, pola makan penderita DM, olahraga penderita DM, dan pengobatan untuk penderita DM.

  Berdasarkan parameter Edukasi didapatkan sebagian besar responden penderita DM Manajemen Dirinya tentang Edukasi Negatif yaitu sebanyak 9 responden (53%) .

  Edukasi memegang peranan yang sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena pemberian edukasi kepada pasien dapat merubah perilaku pasien dalam melakukan pengelolaan DM secara mandiri. Pemberian edukasi kepada pasien harus dilakukan dengan melihat latar belakang pasien, ras, etnis, budaya, psikologis, dan kemampuan pasien dalam menerima edukasi. Edukasi mengenai pengelolaan DM secara mandiri harus diberikan secara bertahap yang meliputi konsep dasar DM, pencegahan DM, pengobatan DM, dan selfcare (IDF, 2005 & Funnell et.al., 2008).

  Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden manajemen dirinya tentang edukasi negatif dibuktikan sebagian besar responden kurang setuju bahwa menguikuti penyuluhan tentang penyakit DM tidak dapat mempengaruhi kesembuhan seseorang penderita DM. Hal ini bisa juga di pengaruhi oleh lamanya responden menderita DM, karena sebagian besar responden menderita DM >1 tahun. Lamanya seseorang menderita DM bisa mempengaruhi pola fikir penderita itu sendiri dan akan timbul motivasi yang rendah sehingga timbul rasa tidak peduli terhadap penyakit yang di derita

  Berdasarkan parameter Terapi Nutrisi medis di dapatkan sebagian besar responden penderita DM Manajemen Dirinya tentang Terapi Nutrisi medis negatif yaitu sebanyak 11 responden (64,7%).

  Terapi Nutrisi Medis (TNM) atau diet merupakan bagian dari penatalaksanaan DM. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari tenaga kesehatan (dokter, ahli gizi, tenaga kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Prinsip pengaturan nutrisi pada pasien yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pengaturan jadwal, jenis, dan jumlah makanan merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan, terutama pada pasien dengan terapi insulin (PERKENI, 2011). Menurut (Prihaningtyas,2013) penderita Diabetes biasanya mengatur pola makan dengan memerhatikan 3 prinsip yaitu jumlah yang sesuai, jadwal yang teratur dan jenis makanan yang tepat, waktu makan di sesuaikan dengan obat yang di berikan oleh Dokter.

  Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden manajemen dirinya tentang terapi nutrisi medis negatif dibuktikan sebagian besar responden kurang setuju tentang pengatur pola makan tidak akan mempengaruhi kesembuhan penyakit mereka. hal ini di buktikan dalam buku Rinanda 2006 kalau seharusnya Penderita Diabetes Mellitus mengelola kemampuan yang ada dalam dirinya untuk menjalankan aturan pola makan atau diet. Sedangkan kenyataannya sebagian besar responden tidak dapat mengatur apa yang akan mereka makan.

  Berdasarkan parameter Latihan jasmani di dapatkan sebagian besar responden penderita DM Manajemen Dirinya tentang latihan jasmani positif yaitu sebanyak 10 responden (58,8%)

  Kurangnya aktivitas fisik berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Morato, 2007), seseorang yang kurang bergerak atau sedikit melakukan aktivitas fisik akan lebih beresiko mengalami DM. Hal tersebut dikarenakan kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan sensitivitas insulin terhadap reseptor. Menurut (Prihaningtiyas, 2013) Olahraga rutin merupakan salahsatu pilar penanganan diabetes karena olahraga membantu penderita Diabetes mempertahankan berat badan, mengontrol gula darah, meningkatkan sensitifitas insulin, bermanfaat untuk kesehatan jantung, dan merupakan sarana rekreasi untuk mengurangi setres.

  Latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, ). Prinsip CRIPE tersebut menjadi dasar

  Progressive, Endurance training

  dalam pembuatan materi DSME yang memiliki arti latihan jasmani dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, gerak cepat dan lambat secara bergantian, berangsur-angsur dari latihan ringan ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan jasmani bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan usia dan status kesegaran jasmani. Pasien DM tipe 2 yang relatif sehat dapat meningkatkan intensitas latihan jasmani, sedangkan pasien DM tipe 2 yang mengalami komplikasi dapat mengurangi intensitas latihan jasmani (PERKENI 2011 ; Mansjoer dkk 2005)

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden manajemen dirinya tentang latihan jasmani positif dibuktikan kurang dari setengah responden setuju kalau olahraga jalan kaki dapat mempengaruhi kesembuhan mereka. Meskipun sebagian besar responden berusia 46-56 hal ini tidak mempengaruhi niat responden untuk melakukan olahra. Pada pengisian kuesioner ada beberapa responden yang mengatakan olahraga mereka hanya berjalan-jalan di sekitar pekarangan rumah. Jadi olahraga merupakan investasi murah yang memberikan keuntungan sangat besar dalam jangka panjang. Bagi penderita DM olahraga yang dapat di pilih yaitu jalan, membersihkan rumah, membereskan pekarangan, naik turun tangga, selama 30 menit.

  Berdasarkan parameter Intervensi di dapatkan sebagian besar responden penderita DM Manajemen Dirinya tentang Intervensi Negatif yaitu sebanyak 11 responden (64,7%).

  Intervensi pada pasen DM merupakan pengobatan. Intervensi farmakologis meliputi pemberian obat-obatan kepada pasien DM . Obat-obatan yang diberikan dapat berupa obat oral dan bentuk suntikan. Obat dalam bentuk suntikan meliputi pemberian insulin dan agonis GLP-1/ incretin mimetic (PERKENI, 2011). Berdasarkan cara kerjanya, obat hiperglikemik oral (OHO) dibagi menjadi 5 golongan, yaitu pemicu sekresi insulin (zsulfonilurea dan glinid), peningkat sensitivitas terhadap insulin (misalnya metformin dan tiazolidindion), penghambat glukoneogenesis (misalnya metformin), penghambat absorpsi glukosa (misalnya penghambat glukosidase alfa), dan DPP-IV inhibitor (Mansjoer dkk 2005; PERKENI 2011). Menurit (Prihaningtiyas, 2013) kontrol gula darah wajib dilakukan pada pasen DM untuk mencegah komplikasi. Dengan mengontrol gula darah dapat menyelamatkan ginjal, jantung, pembuluh darah, otak, mata, dan saraf.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden manajemen dirinya tentang lntervensi negatif dibuktikan sebagian besar responden kurang setuju kalau melakukan pengobatan secara rutin tidak mempengaruhi kesembuhan mereka. Kebanyakan responden mengatakan walaupun minum obat kencing manisnya belum tentu sembuh sehingga responden memilih cara alternatif dan tentu murah untuk menjaga kadar gula darahnya agar tetap setabil yaitu dengan cara berolahraga. SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang di laksanakan di Desa Pekuwon, Kecamatan Bangsal, kabupaten Mojokerto pada tanggal 24 maret sampai 25 april 2014 di dapatkan sebagian besar responden manajemen dirinya negatif sebanyak 9 responden (53%).

  REKOMENDASI

  Untuk Peneliti Selanjutnya. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan penelitian sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Manajemen diri pada penderita Diabetes Mellitus.

  Alamat Correspondensi :

  Email No HP. :085204973624 . Alamat : Jl. Cemara RT.02 RW .01 Ds. Kalirejo Kec. Sumbermalang Kab.

  Situbondo