Strategi Negosiasi Bisnis PT. Batik Danar Hadi Surakarta dalam Menembus Pasar Tekstil Eropa

  

Strategi Negosiasi Bisnis PT. Batik Danar Hadi Surakarta

dalam Menembus Pasar Tekstil Eropa

Tahun 2015-2017

  1 Gita Apriani Putri

  2 Prof. Dr Andrik Purwasito D.E.A

Abstract

  One of the business activities that can not be avoided, which is in survival, the company, especially ini carrying out business activities to obtain profit. PT. Batik Danar Hadi, trying to improve and manage strategy and efforts in marketing activities in order to improve the product. This study aims to find out how business strategy of the company in textile products produced by PT. Batik Danar Hadi. This topic was selected as the phenomenon of economic competitiveness globally through the development of the textile industry in Indonesia which is one of the contemporary and exciting to be discussed further.

  The study used descriptive-qualitative method by the techniques of collecting data in the form of field research, studies library, and interviews. Data analysis draws on qualitative analysis consisted of multiple steps such as data reduction, data display, and conclusion drawing. Data validation uses the triangulation technique whereas, conceptual framework of this research departs from business strategy, the concept of multi-track diplomacy, and with the neoliberal.

  The result of the research showed that the implementation of the business strategy to indicators of a succesful business strategy company, namely (1) Vision; (2) Mision; (3) Business Drivers; (4) The target company; (5) Critical Success Factors

  

(CFS); (6) Business Area Plans. In a effort to implement business strategies the

company the government of Indonesia very much support in relation to the

international trade through bilateral and multilateral. I thunk the strategy are

often used the strategy of negotions between the business, either through via e-mail

or through the conversation directly.

  Keywords : Business Strategy, Negotiating Business, The Textile Market. 1 2 , Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional FISIP UNS, sebagai penulis pertama Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP UNS, sebagai penulis kedua

1. Pendahuluan

  Persaingan ekonomi global merupakan suatu perkembangan globalisasi yang menyebabkan berbagai perubahan yang fundamental dalam tatanan perekonomian dunia baik dalam sektor keuangan maupun perdagangan. Perubahan tersebut dalam bidang perdagangan khususnya komoditi ekspor yang telah mendorong sebagian besar negara di dunia ini untuk melakukan praktek perdagangan internasional, baik dalam kerangka bilateral, regional, dan multilateral. Contohnya dalam bidang komoditi ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang sudah sejak lama ada di Indonesia. Saat ini perkembangan industri TPT di Indonesia merupakan satu dari beberapa klaster industri inti yang menjadi prioritas perkembangan dalam jangka panjang dan telah mampu memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, serta mampu memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan daya saing nasional. Dalam hal ini sudah ditetapkan dengan peraturan pemerintah pada Undang-Undang No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, serta menjadi pedoman bagi pemerintah dan pelaku industri

  1 dalam perencanaan dan pembangunan industri.

  Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam dan budaya. Kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia merupakan warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia yang diturun temurunkan dari generasi ke generasi. Salah satu kekayaan budaya yang sampai sekarang masih populer di Indonesia adalah batik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik sebagai corak atau gambar yang dilukiskan di atas kain yang pembuatannya secara

  2

  khusus dengan menerakan malam (lilin). Euphoria atau perasaan berlebihan semakin terlihat setelah adanya pengakuan Nations Educational Scientific and

  Cultural Organizatin (UNESCO) pada tanggal 2 Oktober 2009 bertempat di Abu

  Dhabi, Uni Emirat Arat, secara resmi telah menetapkan batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya tak benda (The Representative List of The Intangible

  3 1 Cultural Heritage of Humanity) dan peringatan hari batik nasional.

  Kementerian Perindustrian. 2 “Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035” KBBI, Kementerian Pendidikan dan Budaya, Batik. Diakses pada tanggal 26 November 2017. 3 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/batik Warta Ekspor, “Upaya Mengeksiskan Batik di Kancah Internasional”. Dilihat pada tanggal 26 November 2017

  PT. Batik Danar Hadi merupakan suatu perusahaan yang bekerja di bidang industri kain batik yang telah tersebar di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Batam. Bahkan perusahaan kain batik ini sudah mengekspor produksi-produksi kain batiknya sampai ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, India, dan beberapa negara asing lainnya. Karena semakin banyak perusahaan batik yang tersebar di Indonesia, maka persaingan dalam menjalankan kegiatan usaha tidak dapat dihindari lagi.

  Dengan pemaparan latar belakang yang telah penulis susun sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, khususnya dalam menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh profit, PT. Batik Danar Hadi berusaha meningkatkan dan mengatur strategi dan upaya dalam kegiatan pemasaran dalam rangka meningkatkan produknya dan upaya apa yang dilakukan pemerintahan melalui PT. Batik Danar Hadi ini sebagai representasi dari salah satu perusahaan industri khususnya kain batik sebagai National Identity negara Indonesia.

2. Metode

  Penelitian ini diajukan untuk mengetahui bagaimana strategi dan upaya bisnis PT. Batik Danar Hadi dalam menembus pasar tekstil Eropa. Melalui metode deskriptif-kualitatif, penulis akan menggunakan pendekatan neoliberal untuk menganalisis suatu sistem khusus yang harus dilakukan oleh semua pihak industri tekstil yang melakukan ekspor barang dengan tujuan agar kualitas tekstil yang dimiliki lebih baik karena sudah legal dalam pemerintah dan kedua negara. Sementara itu, melalui konsep Multi-track Diplomasi dengan jalur

  4

  ketiga yaitu bisnis. Dalam pembahasan terakhir, penelitian ini juga akan mengkaji menggunakan konsep strategi bisnis untuk melihat apakah PT. Batik Danar Hadi telah melakukan strategi bisnis yang sesuai konsep yang tertera yang bertujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan kekuatan diri untuk menghadapi para pesaing.

4 Diamond, Louise and John Mc. Donald, Multi-track Diplomacy: A System Approach to Peace 3rd ed, Kumarian Press. New York, 1996.

3. Hasil dan Diskusi

3.1. Konsep Strategi Bisnis sebagai Dasar Penerapan Strategi Ekspor PT. Batik Danar Hadi

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan strategi bisnis yang dilakukan PT. Batik Danar Hadi dalam mengelola bidang ekspornya. Strategi bisnis yang diterapkan oleh PT. Batik Danar Hadi menurut data-data di atas yang telah peneliti kumpulkan dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah ada keberhasilan dalam penerapan strategi bisnis yang telah dilakukan. Dalam hal ini indikator keberhasilan PT. Batik Danar Hadi yang pertama terdapat pada bidang peningkatan pendapatan yang sesuai dengan target perusahaan. Adapun data yang dapat dilihat terdapat pada pendapatan Divisi Ekspor pada tahun 2015-2017 di PT. Batik Danar Hadi yang sempat mengalami penurunan pada tahun 2015 ke tahun 2016.

Tabel 3.1 Pendapatan Divisi Ekspor PT. Batik Danar Hadi Surakarta

  Tahun 2015-2017

TAHUN PENDAPATAN (USD)

  2015 2,066,710.86 2016 1,528,078.62 2017 2,200,000.00

  

Sumber : PT. Batik Danar Hadi

  Pada tabel 3.1 diatas menunjukkan perkembangan pendapatan ekspor pada tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 ke tahun 2016 pendapatan mengalami penurunan dikarenakan banyaknya reject produk dari buyer, contohnya tidak adanya kesamaan warna pada kain, cuaca tidak mendukung sehingga terjadinya keterlambatan pada proses packing tetapi untuk tahun berikutnya yaitu pada tahun 2017 mengalami kenaikan drastis dan mencapai target yang dibuat oleh PT. Batik Danar Hadi karena banyaknya orderan daripada tahun sebelumnya dan mengakibatkan naiknya pesanan untuk ekspor. Indikator kedua dapat dilihat dari keberhasilan strategi perusahaan mulai dari Vision, mission, Business

  Driver, Sasaran Perusahan, Critical Success Factors (CFS), dan

  perencanaan atau Business Area Plans yang sudah tercukupi dan telah

  5

  dijelaskan sebelumnya. Indikator ketiga terdapat pada tingkat daya saing atau bersaing atau kompetisi antar perusahaan yang merupakan inti dari sukses atau gagalnya perusahaan. Kompetisi menentukan layaknya kegiatan dalam perusahaan yang dapat memberikan sumbangan terhadap kinerjanya, seperti yang telah PT. Batik Danar Hadi terapkan dalam hal inovasi produk batik, budaya yang kohesif, dan pelaksanaan yang baik.

  Sehingga nantinya akan menimbulkan profesionalitas dan memadai konsep strategi bisnis yang rasional dan umum.

  Berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen Commercial Invoice oleh PT. Batik Danar Hadi yang merupakan salah satu nota perincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga dari barang- barang tersebut. Commercial Invoice oleh penjual ditujukan kepada

  buyer yang nama dan alamatnya sudah sesuai dengan yang tercantum dalam Commercial Invoice.

5 Baylis, John dan J.J. Wirtz, “Strategy in the Contemporary World”.

Gambar 3.3. Commercial Invoice

  Sumber : PT. Batik Danar Hadi

  Seperti dalam gambar di atas yang menyatakan bahwa PT. Batik Danar Hadi telah mengirimkan 100% cotton batik dengan nomor PO BQ-232 sebanyak 4,214,00 yard sejumlah USD 9,147,10 pada tanggal 9 Juni 2016 dan dibayar secara transfer ke Bank Central Asia (BCA) dan barang akan dikirim melalui pengiriman jalur laut menuju negara Spanyol, Eropa.

  Dalam hal ini pengiriman dokumen-dokumen tersebut sering melalui via e-mail tetapi terkadang dapat melalui perundingan atau negosiasi bisnis tatap muka secara langsung. Para buyer datang ke PT. Batik Danar Hadi untuk melihat proses dan merundingkan masalah yang terjadi.

Gambar 3.4 Negosiasi Secara Langsung

  Sumber : Gita Apriani Putri

  Transaksi ekspor dapat terjadi baik melalui proses korespondensi atau secara e-mail maupun melalui negosiasi bisnis tatap muka secara langsung. Seperti pada gambar di atas terlihat sorang buyer asal Amerika sedang melakukan negosiasi secara langsung dengan merundingkan beberapa masalah yang sedang dihadapi dan sekaligus mencari solusi dari masalah tersebut serta melihat proses produksi yang telah diorder.

  Dari penelitian dan analisis di atas peneliti dapat menemukan fakta bahwa PT. Batik Danar Hadi telah berusaha untuk dapat tetap bertahan dan mengembangkan pasar di dalam negeri atau domestik hingga sampai ekspor ke luar negeri dengan banyak mitra dagang dari negara maju yang menjadi pelanggan atau buyer setia. Sehingga tujuan akhir ialah keberlanjutan dan mengembangkan profitabilitas perusahaan dalam melakukan penjualan. Tetapi menurut peneliti, PT. Batik Danar Hadi juga belum dapat memaksimalkan dalam hal proses produksi yang sering membutuhkan waktu lama dikarenakan cuaca buruk yang tidak mendukung sehingga sering adanya keterlambatan pengiriman barang.

  Maka dari itu tidak sedikit hambatan dan masalah yang telah dihadapi oleh PT. Batik Danar Hadi dalam membangun dan memperluas pasar modern sampai sekarang ini.

3.2. Hambatan Strategi Ekspor Tekstil

  Meningkatkan ekspor bukanlah perkara mudah yang nantinya pasti akan ada penghalangnya dengan berupa sejumlah hambatan-hambatan perdagangan yang dibuat oleh negara-negara tujuan ekspor utama maupun tujuan ekspor negara potensial yang menyulitkan pelaku usaha. Untuk dapat mengurangi hambatan ekspor tersebut, sebuah perusahaan atau pelaku usaha membutuhkan peran serta dari pemerintah untuk mengatasi hambatan dan masalah tersebut. Pemerintah dapat membantu menyelesaikan terkait regulasi perdagangan yang menghambat karena banyaknya permintaan produk tekstil dari negara-negara pengekspor, seperti Amerika Serikat dan Eropa yang belum semuanya dioptimalkan. Ekspor Batik merupakan beberapa usaha ekspor yang masuk dalam perdagangan Internasional. Sedangkan ada beberapa hambatan yang sering terjadi. Adapun hambatan dan masalah seperti yang dipaparkan oleh staff Marketing, Bapak Eko Sudarsono, S.Pd antara lain sebagai berikut yaitu :

  1. Proses Produksi Membutuhkan Waktu Lama dan Membutuhkan Banyak Tenaga Kerja

  Perbedaan pemahaman proses produksi batik di setiap negara sangat mempengaruhi proses produksi di PT. Batik Danar Hadi. Banyaknya pesanan dari para buyer atau langganan tetap yang selalu membeli produk-produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan, membuat perusahaan menjadi kualahan untuk memenuhi semua pesanan barang yang dipesan oleh buyer tetap maupun buyer yang baru pertama kali memesan produk. Dikarenakan proses produksi barang yang cukup lama dan rumit. Dalam penyelesaian produksi batik sekurang-kurangnya membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan yang nantinya akan melalui berbagai tahapan untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas sesuai pesanan para buyer.

  Masalah lain sering terjadi dan sering dihadapi oleh PT. Batik Danar Hadi ada dalam tenaga kerja yang selama ini perusahaan hanya menyerahkan produksi kepada pengrajin-pengrajin tertentu saja, yang terkadang sulit menyelesaikan pekerjaan tepat waktu yang sesuai perjanjian dan pesanan. Sering adanya keterlambatan dalam menyelesaikan produsi batik tersebut.

  2. Cuaca Salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses ekspor batik yaitu ketergantungan pada cuaca baik. Memproduksi batik sangatlah membutuhkan cuaca yang sangat baik dengan panas yang cukup. Dalam produksi batik terdapat beberapa peran untuk membuat batik tersebut sempurna, salah satunya yaitu teriknya sinar matahari yang dapat membuat batik lebih cepat kering dan akan memiliki warna yang sempurna yang sesuai dari apa yang buyer minta.

  Suatu kasus yang sering terjadi pada saat musim penghujan tiba, PT. Batik Danar Hadi terlihat begitu kesulitan untuk mendapatkan panas dari sinar matahari yang cukup untuk menyelesaikan proses batik tersebut, karena sinar matahari sangatlah mempengaruhi kualitas batik tersebut. Dalam hal ini menjadi faktor utama yang nantinya membuat keterlambatan dalam proses jadinya produksi batik yang sudah dijanjikan oleh buyer. Tidak sedikit buyer sering membatalkan pesanan yang memiliki hambatan ini karena mendesaknya kebutuhan buyer yang harus dipenuhi oleh negara asal buyer tersebut. Dengan terpaksa buyer membatalkan pesanan yang belum jadi tersebut. Karena jika dipaksakan untuk jadi, kualitas batik akan berbeda dan mutu batik akan menurun.

  3. Perbedaan Standarisasi Perusahaan PT. Batik Danar Hadi selau mengusahakan yang terbaik untuk setiap masing-masing buyer ekspor yang berbeda-beda pula peraturan dan kebijaksanaan dari perusahaan tujuan ekspor tersebut. Adanya standarisasi dari setiap masing-masing negara pengimpor, tidak membuat PT. Batik Danar Hadi menyerah untuk melakukan negosiasi dan akan semakin membuat PT. Batik Danar Hadi semakin tertantang untuk dapat masuk ke negara terebut. Salah satu perusahaan di Eropa yang bekerja sama dengan PT. Batik Danar Hadi menginginkan standarisasi perusahaanya sama dengan perusahaan mereka di Eropa.

  Contohnya yaitu negara Spanyol yang memiliki waktu jam kerja hanya 11 jam lebih sedikit dibandingkan dengan negara Indonesia. Dimulai pukul 09.00 pagi hingga pukul 20.00 malam dengan ketentuan istirahat untuk coffe break di pertengahan pagi dan mendapat jatah waktu makan siang dan siesta atau tidur siang selama dua atau tiga jam dari pukul 2 singga hingga sore hari. Sedangkan standar aturan kerja di PT. Batik Danar Hadi sebagai salah satu perusahaan ekspor yang memliki jam kerja dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00. Waktu istirahat hanya untuk jam makan siang pada pukul 11.30 hingga 12.30. Setela pukul 12.30 pekerjaan dilanjutkan kembali sampai dengan jam pulang kerja yaitu pada pukul 17.00. Sehingga untuk perusahaan di luar negeri cara kerja seperti ini tidak akan cocok dengan cara kerja mereka di sana karena jam kerjanya terlalu pendek sehingga kegiatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan terbatas pada waktu.

  Mengingat standarisasi perusahaan berbeda banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk dapat mengikuti standarisasi dari negara pengekspor tersebut, tetapi pihak PT. Batik Danar Hadi sudah terbiasa dengan cara kerja yang seperti ini dan sisi lain dari perusahaan lebih mengutamakan keseimbangan dalam bekerja yang nantinya disaat bekerja tidak sampai melampaui batas wajar kerja. Sehingga untuk masalah dan hambatan ini PT. Batik Danar Hadi mempunyai cara atau langkah untuk berusaha menghormati setiap kebijakan yang dilakukan pihak dari negara pengekspor demi menjaga dan menjalin kelangsungan hubungan bilateral kerja diantara keduanya.

  4. Perbedaan Budaya atau Culture dalam Pemahaman Proses Batik Setiap negara memiliki ciri khas dan budaya yang berbeda-beda dari negara lain. Banyak hal yang harus diperhatikan dan dimengerti untuk dapat menyelaraskan dari budaya yang berbeda-beda tersebut. Banyak waktu yang harus dibutuhkan untuk dapat benar-benar memahami budaya asing yang berbeda dengan budaya di Indonesia. Indonesia dan negara di Eropa memiliki perbedaan budaya yang sangat berbeda.

  Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam dan lebih kental.

  Dalam hal ini kedua belah pihak negara yaitu pengekspor dan pengimpor memiliki perbedaan salah satunya mengenai proses batik. Sering terjadi permintaan agar barang dikirim segera karena akan adanya

  event. Seperti pengalaman dalam penelitian di PT. Batik Danar Hari

  kemarin pada saat itu akan adanya perayaan Hari Natal. Buyer dari Spanyol memesan kain batik motif lampu dan pohon natal dengan gradasi dua warna merah dan hijau yang dipacking dalam bentuk gulungan (roll) dan per rollnya sekitar 60 yard sejumlah 20 roll. Kemudian buyer meminta kepada PT. Batik Danar Hadi agar barang yang dipesan oleh

  buyer dikirim secepatnya karena waktu akan mendekati hari perayaan

  Natal. Minimal pada jangka waktu 25 hari barang sudah harus dikapalkan.

  5. Perbedaan Mata Uang Antar Negara Setiap negara memiliki akses mata uang yang berbeda-beda dalam transaksi pembayaran. Negara yang melakukan ekspor sering meminta kepada negara pengimpor untuk membayar dengan menggunakan mata uang negara pengekspor. Sedangkan pembayaraanya akan sangat terkait dengan nilai mata uang itu sendiri. Padahal di setiap negara memiliki nilai mata uang yang berbeda-beda pula.

  Apabila mata uang negara pengekspor lebih rendah daripada nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat menambah pemasukan bagi negara pengimpor. Dengan demikian, supaya kedua belah pihak antar negara diuntungkan dan lebih mudah proses perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai standar internasional.

  6. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah Pada umumnya usia para pengrajin atau generasi pembatik sudah berusia relatif lanjut, sehingga harus adanya upaya untuk menggugah minat dari kalangan muda untuk dapat melibatkan kepentingannya dan terjun ke usaha batik. Dalam hal ini jika kualitas sumber daya yang rendah akan sangat mempengaruhi dan menghambat perdagangan internasional.

  Terlebih lagi akan mempengaruhi kualitas dari hasil produksi yang nantinya dapat menjadi rendah. Akan sulit bersaing dengan produk- produk kain batik dari negara lainnya, misalnya negara china yang membuat tekstil bermotif batik terkesan murah dan kualitas bersaing. Sumber daya sebagai pengrajin batik juga berkurang peminatnya. Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi negara yang bersangkutan.

  7. Adanya Kebijakan Impor dari Setiap Negara Setiap negara memiliki suatu kebijakan tentang perekonomian negara yang berbeda-beda. Ada rasa ingin melindungi produk-produk hasil produksinya dari asal negara pengimpor. Mereka tidak ingin produk- produknya tersaingi oleh produk-produk negara pengekspor. Oleh sebab itu, setiap negara memberlakukan kebijakan untuk melindungi produk- produk dalam negeri mereka.

  Salah satu kebijakan tersebut, yaitu menetapkan tarif impor. Apabila tarif impor tinggi maka barang impor tersebut akan menjadi lebih mahal daripada produk-produk dalam negeri sehingga mengakibatkan masyarakat dalam negeri menjadi kurang tertarik untuk membeli barang impor. Hal itu akan menghambat suatu proses perdagangan internasional yaitu ekspor ke negara-negara.

  Dalam hal ini setiap negara mewaspadai setiap produk-produk yang masuk ke negara pengimpor. Tanpa terkecuali produk batik yang masuk ke negara-negara pengimpor yang nantinya mereka akan menyaring produk-produk yang sekiranya tidak mengganggu produk-produk dalam negeri mereka.

  8. Batasan kuota dan tarif bea masuk Dampak adanya hambatan tarif dan non tarif tersebut sangat dirasakan oleh para pelaku ekspor komoditas tekstil Indonesia ke wilayah Eropa. Kaum pengusaha dan industri merasa batasan kuota dan tarif bea masuk ini diduga telah menghambat pola perdagangan dan investasi antar kedua belah pihak negara, pengimpor dengan pengekspor.

  Beban tarif bea masuk untuk produk-produk asal indonesia ke Eropa yang dinilai masih cukup tinggi untuk sejumlah komoditas alikan, kayu, tekstil, dan sepatu. Untuk bea masuk komoditas sepatu dan tekstil sendiri, Eropa menerapkan bea masuk sebesar 12%. Jadi itu semua dinilai menjadi penghambat tumbuhnya neraca perdagangan antar kedua belah pihak negara.

  9. Perbedaan bahasa, sosial budaya/cultural Adanya perbedaan bahasa antara negara pengekspor dengan pengimpor akan dapat memicu terhambatnya suatu proses ekspor dan perdagangan internasional yang sedang dijalankan antara kedua belah pihak negara. Misalnya, antara negara Indonesia dengan negara Spanyol. Baik importir maupun eksportir harus saling berkomunikasi dan saling memahami dan mengerti apa maksud dan keinginannya, sedangkan jika adanya kendala dalam komunikasi maka transaksi prdagangan antar kedua negara sulit untuk terjadi.

  Pengaruh sosial budaya antara negara pengimpor dan pengekspor juga termasuk hambatan yang dapat menghambat jalannya suati proses perdagangan internasional. Dalam hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya negara pengimpor dengan budaya negara pengekspor. Misalnya negara Indonesia dengan negara Spanyol yang memiliki budaya yang sangat berbanding terbalik sehingga akan memunculkan perbedaan dari segi cara pandang.

  10. Hambatan Operasional (Transportasi) Transportasi atau pengangkutan barang merupakan dari sekian proses penting dalam transaksi ekspor. Tahap operasional dalam transportasi nantinya akan mengirimkan orderan dari pihak pengekspor kepada pihak pengimpor. Hambatan yang nantinya akan dikhawatirkan melalui tahap operasional transportasi ini yaitu seandainya transportasi mengalami hal buruk seperti cuaca yang tidak terkondisikan.

  Seandainya pengiriman barang melalui perjalanan jalur laut dengan menggunakan kapal laut dan hal yang dikhawatirkan ketika ombak besar mengganggu perjalanan kapal laut tersebut sehingga lalu lintas pengiriman barang terhambat. Jika melalui perjalanan jalur udara, hal yang dikhawatirkan misalnya cuaca langit yang tidak menentu seperti hujan deras yang akan mengakibatkan pesawat mengalami delay serta terlambatnya barang ke negara pengimpor.

  Jika menggunakan jalur darat untuk melakukan pengiriman barang ke negara lain akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat sampai ke negara pengimpor tersebut. Waktu pengiriman barang yang nantinya tidak akan sesuai terkadang membuat negara yang dituju langusng meng cancel pembelian produk tersebut dan akan merugikan pihak negara pengekspor.

3.3. Interpretasi Strategi Diplomasi Pemerintah

  Peran serta dalam pengamanan akses pasar produk ekspor Indonesia merupakan peran penting untuk menjaga keberlangsungan akses pasar produk-produk Indonesia di negara mitra dagang. Kepedulian dan mengetahui isu sejak dini menjadi modal awal yang penting dalam menyongsong perdagangan global dunia. Pemerintah megharapkan komunikasi dan engagement secara rutin dari pelaku usaha dengan pejabat daerah dalam menghadapi hambatan dan tekanan ekspor yang menghadang jalannya ekspor.

  Dalam hal ini pemerintah Dinas Perdagangan menyarankan supaya para pelaku ekspor harus siap dengan adanya hambatan-hambatan yang akan dihadapi selama akan melakukan ekspor. Melengkapi semua persyaratan yang diajukan oleh Dinas dan Pemerintah terkait seperti sertifikat oleh lembaga serikat dan melengkapi pada regulasi ekspornya khususnya untuk penerbitan Certificate of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA).

4. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dari penelitian di atas, peneliti telah menganalisa data- data, keterangan, penjelasan dan wawancara yang diperoleh, dapat disimpulkan secara khusus beberapa hal penting sebagai berikut :

  1. Terdapat beberapa indikator keberhasilan dalam penerapan srategi bisnis yang dilakukan oleh PT. Batik Danar Hadi. Indikator pertama terdapat pada peningkatan pendapatan yang diperoleh. Di sini peneliti membatasi dari peningkatan pendapatan tahun 2015 hingga 2017 saja. Indikator kedua terdapat pada strategi perusahaan mulai dari dari Vision, mission,

  Business Driver, Sasaran Perusahan, Critical Success Factors (CFS), dan

  perencanaan atau Business Area Plans yang sudah tercukupi. Dana indikator ketiga yaitu terdapat pada tingkat daya saing atau kompetisi antar perusahaan yang merupakan inti dari sukses atau gagalnya setiap perusahaan.

  2. Strategi yang diterapkan oleh PT. Batik Danar Hadi dalam menjalankan bisnis ekspor tekstil merupakan strategi negosiasi secara langsung dan negosiasi secara tidak langsung. Dalam dunia bisnis, negosiasi juga berkesempatan besar untuk menjadi peran penting di dalam proses perekonomian. Negosiasi juga dapat disebut sebagai proses tawar menawar yang telah umum dan terjadi di sekitar lingkungan bisnis dan pekerjaan dalam sehari-hari. Seringnya negosiasi digunakan untuk menentukan fix price antara penjual dan pembeli. Negosiasi ini dilakukan untuk mendapatkan sebuah keputusan bersama atas suatu hal yang sedang diperbincangkan dalam hal perbedaan pendapat.

  3. Agar tujuan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan produknya tercapai, selain memperhatikan strategi negosiasi bisnis PT.

  Batik Danar Hadi juga berupaya dengan memperluas pasar di berbagai negara khususnya Eropa dan memperbanyak penggunaan produk batik. Dalam melaksanakan strategi-strategi tersebut, perusahaan PT. Batik Danar Hadi juga mengalami beberapa hambatan baik dari luar maupun dari dalam perusahaan. Namun hambatan tersebut justru menjadi pemicu perusahaan untuk memperbaiki kekurangan dan mngubahnya menjadi lebih baik dan profesional.

  4. Adapun upaya lain yang dilakukan oleh PT Batik Danar Hadi adalah dengan ikut berpartisipasi dalam pagelaran pameran seni atau EXPO yang dapat menjadi sebuah wadah untuk mengapresiasikan rasa cinta bangga atas warisan leluhur dan sebagai bentuk dukungan kepada produk-produk dalam negeri serta sebagai wujud nyata terhadap perkembangan usaha kecil menengah di Tanah Air dan pelestaruan budaya yang dapat sampai ke beberapa lintas negara lainnya. EXPO yang diikuti PT. Batikk Danar Hadi menyajikan dengan konsep sangat modern dan available bagi seluruh kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua sekaligus agar dapat lebih tertarik dengan budaya dan membantu pemerintah untuk melaksanakan ekspor.

5. Referensi Buku

  Diamond, Louise and John Mc. Donald, Multi-track Diplomacy: A System Approach to Peace-3rd ed, Kumarian Press. New York, 1996.

  Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. Qualitative Data Analysis, Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta, 1992.

  Neuman, W. Lawrence, Social Research Methods (Qualitative and Quantitative Approaches), Ed. 5th., Boston: Allyn and Bacon, 2003.

  Roskin, G. Michael, National Interest : From Abstraction to Strategy, Army War College, USA, 1994

  Situs Web Business Dictionary, “Business Drivers”. Diakses pada tanggal 13 April 2018

   KBBI. Kementerian Pendidikan dan Budaya, Batik. Diakses pada tanggal 26

  November 2017. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/batik KBBI, Negosiasi. Diakses pada tanggal 28 Februari 2018. https://kbbi.web.id/negosiasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Visi”. Diakses pada tanggal 11 April 2018. https://kbbi.web.id/visi

  Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Misi”. Diakses pada tanggal 11 April 2018. https://kbbi.web.id/misi

  Kementerian Perindustrian. 2015. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik. Warta Ekspor, Upaya Mengeksiskan Batik di Kancah Internasional. Diakses pada tanggal 26 November 2017.